• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggungjawab Antara Dokter dengan Pasien Ditinjau dari Aspek Hukum Perdata (Studi pada Rumah Sakit Permata Bunda Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tanggungjawab Antara Dokter dengan Pasien Ditinjau dari Aspek Hukum Perdata (Studi pada Rumah Sakit Permata Bunda Medan)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang berdasarkan hukum Pasal

1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, sebagai dasar konstitusi Indonesia. Hukum bertujuan

untuk menjamin kepastian hukum pada masyarakat dan hukum itu harus pula

bersendikan pada rasa keadilan, yaitu asas-asas keadilan dari masyarakat sebagai

tujuan dari hukum.1

Konsep hukum diartikan sebagai garis-garis kebijaksanaan hukum yang

dibentuk oleh suatu masyarakat hukum. Penetapan konsep ini merupakan tahap

awal yang sangat penting bagi proses pembentukan, penyelenggaraan, dan

pembangunan hukum suatu masyarakat hukum. Arti pentingnya terletak pada

potensi yang dimiliki oleh suatu konsep hukum, yang pada gilirannya merupakan

dasar dan orientasi bagi suatu proses penyelenggaraan dan pembangunan hukum.2

Tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa

dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan pada kemerdekaan,

perdamaian abadi serta keadilan sosial.3

1

C.S.T. Kansil. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Negara Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2002, hal 40-41

2

Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung, Mandar Maju, 2013, hal 161

3

Ta’adi Ns. Hukum Kesehatan (Sanksi dan Motivasi Bagi Perawat), Jakarta, Buku Kedokteran, 2011, hal 5.

(2)

Amanat Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh

pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara

bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas

pelayanan umum yang layak. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan

kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan

dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.4Upaya peningkatan kualitas

hidup manusia di bidang kesehatan, merupakan suatu usaha yang sangat luas dan

menyeluruh, usaha tersebut meliputi peningkatan kesehatan masyarakat baik fisik

maupun non fisik. Di dalam sistem kesehatan nasional disebutkan, bahwa

kesehatan semua segi kehidupan yang ruang lingkupnya dan jangkauannya sangat

luas dan kompleks.5 Hal ini sejalan dengan pengertian kesehatan yang diberikan

oleh dunia internasional sebagai A state of complete physical, mental and social,

well being and not merely the obsence of desease or infirmity.6

4

Stefany B. Sandiata. Perlindungan Hukum Hak Mendapatkan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Pemerintah, Artikel. Lex Administratum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013, hal 187

5

Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Jakarta, Rineka Cipta, 2013, hal 1

6

Ibid

Dapat dipahami

bahwa pada dasarnya masalah kesehatan menyangkut semua segi kehidupan dan

melingkupi sepanjang waktu kehidupan manusia baik kehidupan masa lalu,

kehidupan sekarang maupun yang akan datang. Dilihat dari sejarah

perkembangannya, telah terjadi perubahan orientasi nilai dan pemikiran mengenai

upaya memecahkan masalah kesehatan. Proses perubahan orientasi nilai dan

pemikiran dimaksud selalu berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi

dan sosial budaya. Kebijakan pembangunan di bidang kesehatan yang semula

(3)

kesatuan upaya pembangunan kesehatan untuk seluruh masyarakat dengan peran

serta masyarakat yang bersifat menyeluruh, terpadu dan kesinambungan.

Konflik hukum kesehatan yang sering terjadi adalah malpraktek dokter

yang merupakan kesalahan dokter dalam menerapkan ilmunya dalam menjalankan

praktik kedokteran yang mengakibatkan kerugian berupa luka, cacat bahkan

kematian. Dari hubungan yang timbul antara dokter dengan pasien, maka terlihat

bahwa kedudukan hukum antara dokter dengan pasien adalah seimbang dan

sederajat karena baik dokter dengan pasien mempunyai hak dan kewajiban yang

dilindungi oleh undang-undang.7

Kegiatan-kegiatan upaya kesehatan preventif, promotif dan kuratif serta

rehabilitatif memerlukan perangkat hukum yang memadai. Perangkat hukum

kesehatan yang memadai dimaksudkan agar adanya kepastian hukum dan

perlindungan yang menyeluruh baik bagi penyelenggara upaya kesehatan maupun

masyarakat penerima pelayanan masyarakat.

Jika dilihat Pasal 3 Undang-Undang Nomor 29

Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran yang menyangkut perlindungan hak dan

kewajiban dokter maupun pasien atau masyarakat. Pengaturan praktik kedokteran

bertujuan untuk: 1) memberikan perlindungan kepada pasien; 2) mempertahankan

dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter dan dokter

gigi; dan 3) memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dokter dan dokter

gigi.

8

7

Agriane Trenny Sumilat, Kedudukan Rekam Medis dalam Pembuktian Perkara Malperaktek di Bidang Kedokteran, Jurnal Lex Crimen Vol. III/No.4/Ags-Nov/2014, hal 57.

8

Sri Siswati, Etika dan Hukum Kesehatan Dalam Perspektif Undang-Undang Kesehatan,

RajaGrafindo Persada, Jakarta,2013 hal. 8.

Guna memelihara, meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat diperlukan suatu pembangunan kesehatan.

(4)

dan kemampuan hidup sehat secara optimal. 9 Sebab hal-hal yang menyebabkan

terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan

kerugian ekonomi yang besar bagi negara. Untuk itu, pembangunan kesehatan

berskala nasional juga berarti investasi bagi pembangunan negara.10

Kesalahan dokter timbul sebagai akibat terjadinya tindakan yang tidak

sesuai, atau tidak memenuhi prosedur medis yang seharusnya dilakukan.

Kesalahan dapat terjadi karena faktor kesengajaan ataupun kelalaian dari seorang

dokter. Suatu kesalahan dalam melakukan profesi bisa terjadi karena adanya tiga

faktor, yaitu kurangnya pengetahuan, kurangnya pengalaman, dan kurangnya

pengertian profesi. Ketiga faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya

kesalahan dalam mengambil keputusan atau menentukan penilaian, baik pada saat

diagnosa maupun pada saat berlangsungnya terapi terhadap pasien. 11

Perkembangan dunia medis yang semakin pesat, peranan rumah sakit

sangat penting dalam menunjang kesehatan dari masyarakat. Maju atau

mundurnya rumah sakit akan sangat ditentukan oleh keberhasilan dari

pihak-pihak yang bekerja di rumah sakit, dalam hal ini dokter, perawat dan orang-orang

yang berada di tempat tersebut. Dari pihak rumah sakit diharapkan mampu

memahami konsumennya secara keseluruhan agar dapat maju dan berkembang.

Dalam pelayanan kesehatan, rumah sakit juga harus memperhatikan etika profesi

tenaga yang bekerja di rumah sakit yang bersangkutan, akan tetapi, tenaga

profesional yang bekerja di rumah sakit dalam memberikan putusan secara

profesional adalah mandiri. Putusan tersebut harus dilandaskan atas kesadaran,

9

Sunarto Ady Wibowo, Hukum Kontrak Terapeutik di Indonesia, Medan, Pustaka Bangsa Press, 2009, hal.161

10

Ibid

11

(5)

tanggung jawab dan moral yang tinggi sesuai dengan etika profesi

masing-masing12

Istilah malpraktek media tidak dikenal dalam hukum positif Indonesia.

Banyak pengertian yang sering ditulis para ahli. Ada yang membagi malpraktik

medis menjadi dua kelompok yaitu malpraktik medis yang disengaja dan

malpraktik medis karena kelalaian. Tetapi ada juga yang menggangap bahwa

malpraktik medis adalah malpraktik medis yang terjadi karena kelalaian atau

kompetensi dokternya di bawah standar.13 Oleh karena alasan tersebut pelayanan

kesehatan pada rumah sakit merupakan hal yang penting dan harus dijaga maupun

ditingkatkan kualitasnya sesuai standar pelayanan yang berlaku agar masyarakat

sebagai konsumen dapat merasakan pelayanan yang diberikan. Terdapat 3 (tiga)

komponen yang terlihat dalam suatu proses pelayanan yaitu; pelayanan sangat

ditentukan oleh kualitas pelayanan yang diberikan, siapa yang melakukan

pelayanan, serta konsumen yang menilai sesuatu pelayanan melalui harapan yang

diinginkannya14

12

Titik Triwulan Tutik dan Shita Febriana, Perlindungan Hukum Bagi Pasien, Cetakan Pertama. Jakarta, Prestasi Pustakaraya, 2010, hal. 1.

13

Sutarno, Hukum Kesehatan (Eutanasia Keadilan dan Hukum Positif Indonesia),

Malang, Setara Press, 2014, hal 38 14

Ibid

Umumnya kesalahan atau kelalaian dokter dalam melaksanakan

profesi medis, merupakan suatu hal yang penting untuk dibicarakan karena akibat

kesalahan atau kelalaian tersebut dampak yang sangat merugikan. Selain

merusakkan/mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap profesi kedokteran

juga menimbulkan kerugian pada pasien. Untuk itu dalam memahami ada atau

tidak adanya kesalahan atau kelalaian tersebut, terlebih dahulu kesalahan atau

kelalalaian pelaksanaan profesi harus diletakkan berhadapan dengan kewajiban

(6)

terjadinya hubungan hukum yang mendasari terjadinya hubungan hukum antara

dokter dan pasien yang bersumber pada transaksi terapeutik.15

Memenuhi kebutuhan sehari-hari, manusia kadang-kadang dihadapkan

pada kebutuhan hidup yang mendesak untuk mempertahankan status dirinya

kebutuhan semacam ini sering kali harus dapat dipenuhi dengan segera, sehingga

tanpa pemikiran yang matang orang tersebut telah melakukan perbuatan yang

dapat merugikan lingkungan maupun manusia lainnya. Akibat perbuatan dokter

tersebut suasana kehidupan menjadi tidak nyaman, masyarakat merasa terganggu,

yang hal ini harus dipertanggungjawabkan oleh pelaku yang menimbulkan

gangguan tersebut.

16

Langkah atau upaya meletakkan kesalahan atau kelalaian pelaksanaan

profesi berhadapan dengan kewajiban dalam pelaksanan profesi dilaksanakan

sesuai dengan standar profesi atau tidak. Pada bagian inilah transaksi terapeutik

tersebut tumbuh berawal dari rasa kepercayaan pasien kepada dokter sebagai

tenaga kesehatan. Pihak dokter mengikatkan diri untuk memberikan pelayanan

kesehatan. Pasien datang meminta kepada dokter untuk diberikan pelayanan

kesehatan sementara itu dokter menerima untuk memberikan pelayanan

kepadanya. Berkaitan dengan masalah pentingnya pemahaman tentang transaksi

terapeutik antara dokter dan pasien khususnya yang berada di sebuah rumah sakit,

maka perlu dilakukan penelitian dalam bentuk skripsi, sehingga penulis tertarik

mengangkat sebuah judul berkaitan denganTanggungjawab Antara Dokter

Dengan Pasien Ditinjau Dari Aspek Hukum Perdata (Studi pada Rumah Sakit

Permata Bunda Medan).

15

Bahder Johan Nasution. Op.Cit, hal 5 16

(7)

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan terdahulu, beberapa

masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

D. Bagaimanakah hak mendapatkan pelayanan kesehatan bagi pasien di rumah

sakit?

E. Bagaimanakah tanggung jawab perdata dokter dalam transaksi terapeutik

antara dokter dengan pasien?

F. Bagaimanakah tanggung jawab dokter dan rumah sakit kepada pasien pada

kegagalan pelayanan medis di rumah sakit?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui hak mendapatkan pelayanan kesehatan bagi pasien di

rumah sakit

2. Untuk mengetahui tanggung jawab perdata dokter dalam transaksi terapeutik

antara dokter dengan pasien

3. Untuk mengetahui tanggung jawab dokter dan rumah sakit kepada pasien pada

kegagalan pelayanan medis di rumah sakit

D. Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini diharapkan akan

memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Secara Teoretis

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum

khususnya hukum kedokteran, yang permasalahannya selalu berkembang

(8)

2. Secara Praktis

Bagi pembuat kebijakan diharapkan skripsi ini dapat dijadikan masukan

dalam pengambilan kebijakan dan pemangku kepentingan (stakeholder) di

bidang pelayanan medis untuk publik atau masyarakat.

E. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif. Metode

penelitian hukum normatif yaitu dengan meneliti bahan kepustakaan atau data

sekunder yang meliputi buku-buku serta norma-norma hukum yang terdapat pada

peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum, kaedah hukum, dan sistematika

hukum serta mengkaji ketentuan perundang-undangan, putusan pengadilan dan

bahan hukum lainnya.17 Penelitian normatif merupakan prosedur penelitian ilmiah

untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi

normatifnya.18

2. Sifat penelitian

Penelitian lapangan (field research) dilakukan melalui wawancara

guna mengetahui hak mendapatkan pelayanan kesehatan bagi pasien di rumah

sakit. Untuk mengetahui tanggung jawab perdata dokter dalam transaksi

terapeutik antara dokter dengan pasien, untuk mengetahui tanggung jawab dokter

dan rumah sakit kepada pasien pada kegagalan pelayanan medis di rumah sakit.

Wawancara ini dilakukan pada Plt. Rumah Sakit Permata Bunda Medan, Dr.

Hasnul Arifin sebagai orang yang berkompeten untuk memberikan keterangan.

Sifat penelitiannya adalah deskriptif analitis. Penelitian ini menggunakan

deskriptif analistis adalah penelitian yang hanya semata-mata melukiskan keadaan

17

Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, Bayu Media Publishing, 2005, hal.36

18

(9)

objek atau peristiwa tanpa suatu maksud untuk mengambil

kesimpulan-kesimpulan secara umum.19

3. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan hal yang sangat erat hubungannya dengan

sumber data, karena melalui pengumpulan data ini akan diperoleh data yang

diperlukan dan untuk selanjutnya dianalisa sesuai yang diharapkan berkaitan

dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini menggunakan pengumpulan data

sebagai berikut:

a. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari Rumah Sakit

Permata Bunda. Data primer diperoleh dengan wawancara, yaitu cara memperoleh

informasi dengan bertanya langsung pada pihak Rumah Sakit Permata Bunda.

Sistem wawancara yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

bebas terpimpin, artinya terlebih dahulu dipersiapkan daftar pertanyaan sebagai

pedoman tetapi masih dimungkinkan adanya variasi pertanyaan yang disesuaikan

dengan situasi pada saat wawancara dilakukan.

b. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang mendukung keterangan atau menunjang

kelengkapan data primer. Data sekunder terdiri dari:

1) Bahan-bahan hukum primer, meliputi: Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran,

19

(10)

Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

2) Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya

dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan

memahami bahan hukum primer, meliputi: buku-buku yang membahas

tentang hukum tanggungjawab antara dokter dengan pasien dan jurnal,

makalah dan artikel yang membahas tentang tanggungjawab antara dokter

dengan pasien.

3) Bahan hukum tertier berupa bahan yang dapat mendukung bahan hukum

primer, terdiri dari kamus hukum, kamus Inggris-Indonesia dan kamus

besar Bahasa Indonesia serta ensiklopedia, dan internet.

4. Teknik analisa data

Data yang diperoleh baik dari studi lapangan maupun studi dokumen

merupakan data yang dianalisis secara kualitatif, yaitu setelah data terkumpul

kemudian dituangkan dalam bentuk uraian logis dan sistematis, selanjutnya

dianalisis untuk memperoleh kejelasan penyelesaian masalah, kemudian ditarik

kesimpulan secara deduktif, yaitu dari hal yang bersifat umum menuju hal yang

bersifat khusus.20

F. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara

khususnya Fakultas Hukum, tidak didapati bahwa Tanggungjawab Antara Dokter

Dengan Pasien Ditinjau Dari Aspek Hukum Perdata (Studi pada Rumah Sakit

Permata Bunda Medan), belum pernah ada yang meneliti sebelumnya. Namun ada

20

(11)

beberapa judul skripsi yang terkait dengan tanggungjawab antara dokter dengan

pasien, antara lain:

Nova Iasha Kalo (2014), dengan judul penelitian Tanggung Jawab Perdata

Dokter Dalam Transaksi Terapeutik Antara Dokter Dengan Pasien (Studi Kasus

RSUD. Dr. Djoelham Binjai). Adapun permasalahan dalam penulisan skripsi ini

adalah hubungan hukum antara dokter dengan pasien dalam transaksi terapeutik,

tanggung jawab dokter terhadap pasien dalam transaksi terapeutik dan

penyelesaian perkara perdata antara dokter dengan pasien dalam transaksi

terapeutik.

Abdul Hadi Putra (2014), dengan judul penelitian Tanggung Jawab Dokter

Akibat Terjadinya Kesalahan Medis Dari Sudut Hukum Perdata (Studi Pada Idi

Cabang Asahan). Adapun permasalahan dalam penelitian ini adala bentuk

kesalahan medis. Akibat hukum dari kesalahan medis. Proses pertanggung

jawaban dokter terhadap kesalahan medis.

Monica Hendrika H B (2013), dengan judul penelitian Perlindungan

Hukum Bagi Pasien Terhadap Tindakan Medis Yang Dilakukan Oleh Calon

Tenaga Kesehatan Profesional. Adapun permasalahan dalam penulisan skripsi ini

adalah Kedudukan Hukum Seorang Calon Tenaga Kesehatan dalam melakukan

Tindakan Medis di Rumah Sakit. Tanggung jawab Rumah Sakit terhadap

Tindakan Medis yang dilakukan oleh Calon Tenaga Kesehatan pada Pasien.

G. Sistematika Penulisan

Guna memperjelas dan terarahnya penulisan skripsi ini, maka akan

(12)

terdiri dari lima bab, dalam bab-bab tersebut terdapat sub-bab. Adapun

sistematika skripsi ini disusun secara sistematis, yang terlihat dibawah ini :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan awal dari penulisan skripsi yang berisikan latar

belakang, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode

penelitian dan keaslian penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGATURAN PELAYANAN

KESEHATAN

Bab ini berisikan pengertian dan pengaturan pelayanan kesehatan

asas-asas pelayanan kesehatan dan syarat-syarat pelayanan kesehatan serta

standar pelayanan kesehatan, pengaturan pasien sebagai konsumen,

perlindungan hukum pasien sebagai konsumen dan hak dan kewajiban

pasien sebagai konsumen serta faktor-faktor yang mempengaruhi

perlindungan hukum pasien sebagai konsumen.

BAB III KEDUDUKAN PASIEN MENURUT UNDANG-UNDANG YANG

BERLAKU

Bab ini berisikan pengertian pasien, hak dan kewajiban pasien,

pengaturan perlindungan hukum pasien dalam berbagai peraturan

perundang-undangan di Indonesia dan kedudukan pasien dalam

pelayanan kesehatan

BAB IV TANGGUNGJAWAB ANTARA DOKTER PASIEN DITINJAU

DARI ASPEK HUKUM PERDATA (Studi pada Rumah Sakit Permata Bunda Medan)

Bab ini berisikan hak mendapatkan pelayanan kesehatan bagi pasien di

(13)

antara dokter dengan pasien dan tanggung jawab dokter dan rumah

sakit kepada pasien pada kegagalan pelayanan medis di rumah sakit

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab akhir dari skripsi ini, dan merupakan penutup

dari rangkaian bab-bab sebelumnya dimana dalam bab ini penulis

membuat suatu kesimpulan atas pembahasan skripsi ini yang kemudian

dilanjutkan dengan memberi saran-saran atas masalah-masalah yang

tidak terpecahkan yang diharapkan akan berguna dalam kehidupan

Referensi

Dokumen terkait

Bapedalitbang Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2017 mengadakan kegiatan lomba bidang Karya Tulis Ilmiah yang berupa hasil penelitian maupun gagasan tertulis dari sebuah inovasi

Hasil penelitian, diperoleh bahwa penyusun batuan bawah permukaan penelitian terdiri atas batu lempung, granite dan konglomerat, serta unsur mineral pembawa

dengan menggunakan media audio-visual, materi yang diajarkan menjadi lebih konkrit dan memberikan pengalaman yang mendekati pengalaman nyata pada diri siswa

Partikulat (Pm10) Udara Rumah Tinggal Yang Mempengaruhi Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita (Penelitian di Kecamatan Mampang Prapatan,

pembenah kompos bagi budidaya tanaman Pakcoy ( Brassica rapa L.), Caisim ( Brassica juncea L.), dan Selada ( Lactuca sativa L.), diharapkan kemampuan

Subsistem usahatani ayam ras petelur merupakan kegiatan usaha di tingkat peternak yang berupaya mengelola input-input (lahan, tenaga kerja, modal, teknologi, dan

NURUL TRI RAHMADHANI : Penentuan nilai koefisien tanaman dari beberapa spesies tanaman hortikultura pada tanah inceptisol dengan pembenahan kompos, dibimbing oleh SUMONO

kegairahan kerja adalah : Melakukan pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik serta adanya