• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Nn. E dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi di RSUP. Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Nn. E dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi di RSUP. Haji Adam Malik Medan"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

C. Konsep Dasar Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi

2.1. Definisi TB Paru

Tuberkulosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang

parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Somantri,

2007).

Tuberkulosis pada manusia ditemukan dalam dua bentuk yaitu:

a. Tuberkulosis primer, jika terjadi pada infeksi yang pertama kali.

b. Tuberkulosis sekunder, kuman yang dorman pada tuberkulosis primer dan

aktif setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi

tuberkulosis dewasa (Somantri, 2008).

2.2. Etiologi

Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk

batang berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar

komponen M. Tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu

tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat

aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M.

Tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang kandungan

oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit

tuberculosis (Somantri, 2008).

2.3. Patofisiologis

Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi

terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat dimana

mereka terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan

melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang,

korteks serebri), dan area paru-paru lainnya (lobus atas). Sistem imun tubuh

berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag)

(2)

basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan

eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya

terjadi dan sampai 10 minggu setelah pemajanan.

Masa jaringan baru, yang disebut granulomas yang merupakan

gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag

yang membentuk dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan

fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkelghon. Bahan (bakteri

dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat

mengalami klasifikasi, membentuk skar kolagenosa, bakteri menjadi dorman,

tanpa perkembangan penyakit aktif. Setelah infeksi awal, individu dapat

mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon yang inadekuat dari

respons sistem imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan

aktivasi bakteri dorman. Tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan seperti ke

dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan

penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah sembuh, membentuk

jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi membengkak, mengakibatkan

terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut.

2.4. Manifestasi Klinis

1. Demam ringan, berkeringat pada malam hari.

2. Sakit kepala.

3. Takikardi.

4. Anoreksia.

5. Penurunan berat badan.

6. Malaise.

7. Keletihan.

8. Nyeri otot.

9. Batuk.

10.Sputum bercampur darah.

(3)

2.5. Komplikasi

1. Atelektasis/penyempitan bronkus.

2. Hemaptoe.

3. TBC milier.

4. Meningitis.

5. Kambuh kembali.

2.6. Pengertian Kebutuhan Oksigenasi

Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam

proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel

tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan

setiap kali bernafas. Oksigenasi adalah tindakan, proses, atau hasil pengambilan

oksigen.

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang

digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan

aktivitas berbagai organ atau sel (Alimul, 2006).

2.7. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Tubuh Manusia

Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi terdiri atas

saluran pernafasan bagian atas, bagian bawah, dan paru (Alimul, 2006).

a. Saluran pernafasan bagian atas

Saluran pernafasan bagian atas berfungsi menyaring, menghangatkan,

dan melembabkan udara yang terhidup. Saluran pernafasan ini terdiri atas:

1) Hidung

Hidung terdiri atas nares anterior (saluran dalam lubang hidung) yang

memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasar dan bermuara ke

rongga hidung dan rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang

mengandung pembuluh darah. Proses oksigenasi diawali dengan penyaringan

udara yang masuk melalui hidung oleh bulu yang ada dalam vestibulum (bagian

rongga hidung), kemudian dihangatkan serta dilembabkan.

2) Faring

Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar

tengkorak sampai esofagus yang terletak dibelakang nasofaring (di belakang

(4)

3) Laring (tenggorokan)

Laring merupakan saluran pernafasan setelah faring yang terdiri atas

bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, terdiri atas

dua lamina yang bersambung di garis tengah.

b. Saluran pernafasan bagian bawah

Saluran pernafasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara dan

memproduksi surfaktan. Saluran ini terdiri atas:

1) Trakea

Trakea atau disebut sebagai batang tengkorak, memiliki panjang

kurang lebih sembilan sentimeter yang dimulai dari laring sampai kira-kira

ketinggian vetebra torakalis kelima. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua

puluh lingkaran tidak lengkap berupa cincin, dilapisi selaput lendir yang terdiri

atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.

2) Bronkus

Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea

yang terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan

lebar daripada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah,

sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus

atas dan bawah.

3) Bronkiolus

Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus.

c. Paru

Paru merupakan organ utama dalam sistem pernafasan. Paru terletak

dalam rongga torak setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru

terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura parietalis dan pleura

viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan (Alimul,

2006).

Paru sebagai alat pernafasan utama terdiri atas dua bagian, yaitu paru

kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung beserta

pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks.

Paru memiliki jaringan yang bersifat elastis, berpori, serta berfungsi sebagai

(5)

2.8. Fisiologi Pernafasan

Sebagian besar sel dalam tubuh memperoleh energi dari reaksi kimia

yang melibatkan oksigen dan pembuangan karbondioksida. Pertukaran gas

pernafasan terjadi antara udara di lingkungan dan darah. Terdapat tiga langkah

dalam proses oksigenasi, yakni: ventilasi, perfusi, dan difusi (McCance dan

Huether, 1994).

a) Ventilasi

Ventilasi merupakan proses unuk menggerakkan gas kedalam dan

keluar paru-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang

elastis dan persarafan yang utuh. Otot pernafasan inspirasi utama adalah

diafragma. Diafragma dipersarafi oleh saraf frenik,yang keluar dari medulla

spinalis pada vertebra servikal keempat (Potter dan Perry, 2005).

b) Perfusi

Fungsi utama sirkulasi paru adalah mengalirkan darah dari membran

kapiler alveoli sehingga dapat berlangsung pertukaran gas. Sirkulasi pulmonar

merupakan suatu reservoaruntuk darah sehingga paru dapat meningkat volume

darahnya tanpa peningkatan tekanan darah arteri atau vena pulmonar yang besar.

Sirkulasi pulmonar juga berfungsi sebagai suatu filter, yang menyaring trombus

kecil sebelum trombus tersebut mencapai organ-organ vital (Potter dan Perry,

2005).

c) Difusi

Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan

konsentrasi yang lebih tinggi ke daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah.

Difusi gas pernafasan terjadi di membran kapiler alveolar dan kecepatan difusi

dapat dipengaruhi oleh ketebalan membran (Potter dan Perry, 2005).

2.9. Jenis Pernafasan

Adapun jenis pernafasan yang terjadi pada manusia adalah:

a) Pernafasan Eksternal

Pernafasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2

dari tubuh, sering disebut sebagai pernafasan biasa. Proses pernafasan ini dimulai

dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas, kemudian

(6)

menembus membran yang akan diikat oleh Hb sel darah merah dan di bawa ke

jantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk

kemudian meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg.

Karbondioksida sebagai hasil buangan metabolisme menembus membran kapiler

alveolar, yakni dari kapiler darah ke alveoli dan melalui pipa bronkhial (trakea)

dikeluarkan melalui hidung dan mulut (Alimul, 2006).

b) Pernafasan Internal

Pernafasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar

sel jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses metabolisme

tubuh, atau juga dapat dikatakan bahwa proses pernafasan ini diawali dengan

darah yang telah menjenuhkan Hb-nya kemudian mengitari seluruh tubuh dan

akhirnya mencapai kapiler dan bergerak sangat lambat. Sel jaringan mengambil

oksigen dari Hb dan darah menerima sebagai gantinya dan menghasilkan

karbondioksida sebagai sisa buangannya (Alimul, 2006).

2.10. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi suatu

individu yang tentunya akan sangat berpengaruh terhadap oksigenasi yang

dibutuhkan untuk hidup. Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Faktor Fisiologi

a) Menurunnya kapasitas pengiktan O2 seperti anemia.

b) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi

saluran nafas bagian atas.

c) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor

O2 terganggu.

d) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil,

luka dan lain-lain.

e) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada

kehamilan, obesitas, musculus skeleton yang abnormal, penyakit kronik

seperti TBC paru.

2. Faktor Perkembangan

a) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.

(7)

c) Anak usia sekolah dan remaja, resiko saluran pernafasan dan merokok.

d) Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,

stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.

e) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan

arteriosklerosis (sesak), elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.

3. Faktor Perilaku

a) Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru,

gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang,

diet yang terlalu tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.

b) Exercise (olahraga berlebih): exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dapat meningkatkan aktivitas metabolik, denyut

jantung, dan kedalaman serta frekuensi pernafasan yang akan

meningkatkan kebutuhan oksigen bagi tubuh.

c) Merokok: nikotin yang terdapat didalam tubuh menyebabkan

vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan menyebabkan gangguan vasklarisasi perifer dan penyakit jantung koroner.

d) Substance abuse (alkohol dan obat-obatan): menyebabkan intake nutrisi (Fe) menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol

menyebabkan depresi pada pusat pernafasan.

e) Kecemasan: perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan

merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan

peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernafasan sehingga

kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat

meningkatkan laju dan kedalaman pernafasan.

4. Faktor Lingkungan

Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi.

Semakin tinggi daratan, maka semakin rendah pula konsentrasi O2, sehingga

semakin sedikit O2 yang dapat dihirup oleh manusia. Sebagai akibatnya individu

yang bermukim pada ketinggian memiliki laju pernafasan dan jantung yang

meningkat, juga kedalaman pernafasan yang meningkat. Sebagai respon terhadap

panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehinga darah akan mengalir

(8)

mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan

meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh

darah perifer, akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah yang akan menurunkan

kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.

2.11. Perubahan Fungsi Pernafasan

Adapun perubahan fungsi pernafasan yaitu:

a) Hiperventilasi

Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang

dibutuhkan untuk mengeliminasi karbondioksida normal di vena, yang diproduksi

melalui metabolisme seluler. Hiperventilasi dapat disebabkan oleh ansietas,

infeksi, obat-obatan, ketidakseimbangan asam-basa, dan hipoksia yang dikaitkan

dengan embolus paru atau syok. Tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia,

nafas pendek, nyeri dada (chest paint) menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinnitus.

b) Hipoventilasi

Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi

kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat.

Tanda dan gejala hipoventilasi yaitu, pusing, nyeri kepala (dapat dirasakan di

daerah oksipital hanya saat terjaga), disorientasi, penurunan kemampuan

mengikuti instruksi, koma dan henti jantung.

c) Hipoksia

Hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat

jaringan. Kondisi ini terjadi akibat defisiensi penghantaran oksigen atau

penggunaan oksigen di selular. Hipoksia dapat disebabkan oleh, penurunan kadar

hemoglobin dan penurunan kapasitas darah yang membawa oksigen, penurunan

konsentrasi oksigen yang diinspirasi, ketidak mampuan jaringan untuk mengambil

oksigen dari darah, seperti yang terjadi pada kasus keracunan sianida, penurunan

difusi oksigen dari alveoli ke darah, seperti yang terjadi pada kasus pneumonia,

perfusi darah yang mengandung oksigen di jaringan yang buruk, seperti yang

terjadi pada syok, dan kerusakan ventilasi, seperti yang terjadi pada fraktur iga

(9)

gelisah, tidak mampu berkonsentrasi, penurunan tingkat kesadaran, pusing,

perubahan perilaku.

2.12. Pengkajian

Pengkajian keperawatan untuk status oksigenasi meliputi riwayat

keperawatan dan pemeriksaan fisik.

a. Riwayat Keperawatan

Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen

meliputi: ada atau tidaknya riwayat gangguan pernafasan (gangguan hidung dan

tenggorokan), seperti epistaksis (kondisi akibat luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah, dan

kanker), obstruksi nasal (kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor,

dan influenza), dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernafasan. Pada

tahap pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah

keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah sinus, keluhan nyeri pada

tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga sekitar 38,50C, sakit kepala, lemas sakit

perut hingga muntah-muntah (pada anak-anak), faring berwarna merah dan

adanya edema.

b. Pola Batuk dan Produksi Sputum

Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah

batuk termasuk batuk kering, keras, dan kuat dengan suara mendesing, berat dan

berubah-ubah seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker. Juga

dilakukan pengkajian apakah pasien mengalami sakit pada bagian tenggorokan

saat batuk kronis dan produktif serta saat dimana pasien sedang makan, merokok,

atau saat malam hari. Pengkajian terhadap lingkungan tempat tinggal pasien

(apakah berdebu, penuh asap, dan adanya kecenderungan mengakibatkan alergi)

perlu dilakukan. Pengkajian sputum dilakukan dengan cara memeriksa warna,

kejernihan, dan apakah bercampur darah terhadap sputum yang dikeluarkan oleh

pasien.

c. Sakit Dada

Pengakajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian

(10)

dada apabila posisi pasien berubah, serta ada atau tidaknya hubungan antara

waktu inspirasi dan ekspirasi dengan rasa sakit.

d. Pemeriksaan Fisik

Untuk menilai status oksigenasinya klien, perawat menggunakan

keempat teknik pemeriksaan fisik, yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.

1. Inspeksi

Pada saat inspeksi perawat mengamati tingkat kesadaran klien,

penampilan umum, postur tubuh, kondisi kulit dan membran mukosa, dada

(kontur rongga interkosta; diameter anteroposterior (AP); struktur thoraks;

pergerakan dinding dada), pola nafas (frekuensi dan kedalaman pernafasan; durasi

inspirasi dan ekspirasi), ekspansi dada secara umum, adanya sianosis, adanya

deformitas dan jaringan parut pada dada, dll.

2. Palpasi

Palpasi dilakukn dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar

di atas dada pasien. Saat palpasi, perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada

dan punggung pasien dengan memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara

berulang. Jika pasien mengikuti instruksi tersebut secara tepat, perawat akan

merasakan adanya getaran pada telapak tangannya. Normalnya, fremitus taktil

akan terasa pada individu yang sehat, dan akan meningkat pada kondisi

konsolidasi. Selain itu palpasi juga dilakukan untuk mengkaji temperatur kulit,

pengembangan dada, adanya nyeri tekan, thrill, titik impuls maksimum,

abnormalitas masa dan kelenjar, sirkulasi perifer, denyut nadi, pengisian kapiler,

dll.

3. Perkusi

Secara umum, perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan

bentuk organ dalam serta untuk mengkaji adanya abnorminalis, cairan atau udara

di dalam paru. Perkusi sendiri dilakukan dengan menekankan jari tengah (tangan

non-dominan) pemeriksa mendatar di atas dada pasien. Kemudian jari tersebut di

ketuk-ketuk dengan menggunakan unjung jari tengah atau jari telunjuk tangan

sebelahnya. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan atau gaung perkusi.

Pada penyakit tertentu (mis: pneumotoraks, emfisema), adanya udara pada dada

(11)

pekak atau kempis terdengar apabila perkusi dilakukan di atas area yang

mengalami atelektasis.

4. Auskultsi

Auskulasi adalah proses mendengarkan suara yang di hasilkan di

dalam tubuh. Auskultasi dapat dilakukan langsung atau dengan stetoskop. Bunyi

yang terdengar digambarkan derdasarkan nada, intensitas, durasi, dan kualitasnya.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid dan akurat, auskultasi dilakukan untuk

mendengarkan bunyi nafas vesikular, bronkial, bronkovesikular, rales, ronkhi;

juga untuk mengetahui adanya perubahan bunyi nafas serta lokasi dan waktu

terjadinya.

2.13. Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan dari hasil pengkajian kemudian

dikelompokkan dan dianalisa untuk menemukan masalah kesehatan klien. Untuk

mengelompokkannya dibagi menjadi dua data yaitu, data sujektif adalah data

yang di dapat dari pasien langsung, dan data objektif adalah data yang didapat dari

observasi perawat langsung kepada pasien kemudian ditentukan masalah

keperawatan yang timbul.

2.14. Rumusan Masalah

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan TB

Paru adalah :

1. Infeksi, resiko tionggi, (penyebaran/aktivasi ulang).

Dapat dihubungkan dengan:

a) Pertahanan primer tak adekuat penurunan kerja silia/stasis sekret.

b) Kerusakan jaringan/tambahan infeksi.

c) Penurunan pertahanan/penekanan proses inflamasi.

d) Malnutrisi.

e) Terpajan lingkungan.

f) Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.

2. Bersihan jalan nafas, takefektif.

Dapat dihubungkan dengan:

a) Sekret kental atau sekret darah.

(12)

c) Edema trakeal/faringeal.

3. Pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi terhadap.

Dapat dihubungkan dengan:

a) Penurunan permukaan efektif paru, atelektasis.

b) Kerusakan membran alveolar-kapiler.

c) Sekret kental, tebal.

d) Edema bronkial.

4. Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh.

Dapat dihubungkan dengan:

a) Kelemahan.

b) Sering batuk/produksi sputum; dispnea.

c) Anoreksia.

d) Ketidakcukupan sumber keuangan.

5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, aturan tindakan

dan pencegahan.

Dapat dihubungkan dengan:

a) Kurang terpajan pada/salah interpretasi informasi.

b) Keterbatasan kognitif.

c) Tak akurat/tak lengkap informasi yang ada.

2.15. Perencanaan

Klien yang mengalami kerusakan oksigenasi membutuhkan rencana

asuhan keperawatan yaitu:

1. Infeksi, resiko tinggi, (penyebaran/aktivasi ulang)

Tindakan/intervensi:

a. Mandiri:

a) Kaji patologi penyakit (aktif/fase tak aktif; diseminasi infeksi

melalui bronkus untuk membatasi jaringan atau melalui aliran

darah/sistem limfatik) dan potensial penyebaran infeksi melalui

droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa,

menyanyi.

b) Identifikasi orang lain yang berisiko, contoh anggota rumah, sahabat

(13)

c) Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tisu dan

menghindari meludah. Kaji pembuangan tisu sekali pakai dan teknik

mencuci tangan yang tepat. Dorong untuk mengulangi demonstrasi.

d) Awasi suhu sesuai indikasi.

e) Identifikasi faktor risiko individu terhadap pengaktifan berulang

tuberkulosis, contoh tahanan bawah (alkoholisme, malnutrisi/bedah

bypass intestinal); gunakan obat penekan imun/kortikosteroid;

adanya diabetes melitus, kanker, kalium.

f) Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.

g) Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodik terhadap

sputum untuk lamanya terapi.

h) Dorong memilih/mencerna makanan seimbang. Berikan makan

sering kecil pada jumlah makanan besar yang tepat.

b. Rasional

a) Membantu pasien menyadari/menerima perlunya mematuhi program

pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang/komplikasi.

Pemahaman bagaimana penyakit disebarkan dan kesadaran

kemungkinan transmisi membantu pasien/orang terdekat untuk

mengambil langkah untuk mencegah infeksi ke orang lain.

b) Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk

mencegah penyebaran/terjadinya infeksi.

c) Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi.

d) Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan membuang

stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular.

e) Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut.

f) Pengetahuan tentang faktor ini membantu pasien untuk mengubah

pola hidup dan menghindari/menurunkan insiden eksaserbasi.

g) Periode singkat berakhir 2-3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi

pada adanya rongga atau penyakit luas sedang, risiko penyebaran

infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.

h) Alat dalam pengawasan efak dan keefektifan obat dan respons pasien

(14)

i) Adanya anoreksia dan/atau malnutrisi sebelumnya merendahkan

tahanan terhadap proses infeksi dan mengganggu penyembuhan.

Makan kecil dapat meningkatkan pemasukan semua.

c. Kolaborasi

a) Berikan agen antiinfeksi sesuai indikasi, contoh obat utama:

Isoniazid (INH) etambutal (Myambutol); rifampin (RMP/Rifadin).

b) Pirazinamida (PZA/Aldinamide); para-amino salisik (PAS);

sikloserin (Seromycin); streptomisin (Strycin).

c) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh hasil usap sputum.

d) AST/ALT.

e) Laporkan ke departemen kesehatan lokal.

d. Rasional

a) Kombinasi agen antiinfeksi digunakan, contoh 2 obat primer atau

satu primer tambah 1 dan obat sekunder. INH biasanya obat pilihan

untuk pasien infeksi dan pada risiko terjadi TB. Kemoterapi INH dan

refampin jangan pernah (selama 9 bulan) dengan etambutal (selama

2 bulan pertama) pengobatan cukup untuk TB paru. Etambutal harus

diberikan bila sistem saraf pusat atau tak terkomplikasi, penyakit

diseminata terjadi atau bila dicurigai resisten INH. Terapi luas

(sampai 24 bulan) diindikasikan untuk kasus reaktivasi, reaktivasi

TB ekstrapulmonal, atau adanya masalah medik lain, contoh diabetes

melitus atau silikosis. Profilaksis dengan INH selama 12 bulan harus

dipertimbangkan pada pasien dengan HIV positif dengan PPD

positif.

b) Ini obat sekunder diperlukan bila infeksi resisten terhadap atau tidak

toleran obat primer.

c) Pasien yang mengalami 3 usapan negatif (memerlukan 3-5 bulan),

perlu mentaati program obat dan asimtomatik akan diklasifikasikan

tak-menyebar.

d) Efek merugikan terapi obat termasuk hepatitis.

e) Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk

(15)

2. Bersihan jalan nafas, takefektif.

Tindakan/intervensi

a. Mandiri

a) Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan, irama dan

kedalaman serta penggunaan otot aksesori.

b) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif, catat

karakter, jumlah sputum, adanya hemopisis.

c) Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk

batuk dan latihan nafas dalam.

d) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea; penghisapan sesuai

keperluan.

e) Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali

kontraindikasi.

b. Rasional

a) Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis. Ronki, mengi

menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk

membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot

aksesori pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.

b) Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal (mis. efek infeksi dan/atau

tidak adekuat hidrasi). Sputum berdarah kental atau darah cerah

diakibatkan oleh kerusakan (kavitasi) paru atau luka bronkial dan

dapat memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.

c) Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan

upaya pernafasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan

meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan nafas besar untuk

dikeluarkan.

d) Mencegah obstruksi/aspirasi. Penghisapan dapat diperlukan bila

pasien tak mampu mengeluarkan sekret.

e) Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret,

(16)

c. Kolaborasi

a) Lembabkan udara/oksigen inspirasi.

b) Beri obat-obatan sesuai indikasi:

Agen mukolitik, contoh asetilsistein (Mucomyst).

Bronkodilator, contoh okstrifillin (Choledyl); teofillin (Theo-Dur).

Kortikosteroid (Prednison).

c) Bersiap untuk/membantu intubasi darurat.

d. Rasional

a) Mencegah pengeringan membran mukosa; membantu pengenceran

sekret.

b) Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret

paru untuk memudahkan pembersihan.

c) Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan

trakeobronkial, sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.

d) Berguna pada adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bila

respons inflamasi mengancam hidup.

e) Intubasi diperlukan pada kasus jarang bronkogenik TB dengan

edema laring atau perdarahan paru akut.

3. Pertukaran gas, kerusakan, risiko tinggi

Tindakan/intervensi

a. Mandiri

a) Kaji dispnea, takipnea, tak normal/menurunnya bunyi nafas,

peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada

dan kelemahan.

b) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran. Catat sianosis dan/atau

perubahan pada warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.

c) Tunjukan/dorong bernafas bibir selama ekshalasi, khususnya untuk

pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.

d) Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas

(17)

b. Rasional

a) TB pau menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil

bronkopneumonia sampai inflamasi difus luas, nekrosis, effusi

pleural, dan fibrosis luas. Efek pernafasan dapat dari ringan sampai

dispnea berat sampai distress pernafasan.

b) Akumulasi sekret/pengaruh jalan nafas dapat mengganggu

oksigenasi organ vital dan jaringan (rujuk ke DK: Bersihan Jalan

Nafas, Takefektif).

c) Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah

kolaps/penyempitan jalan nafas, sehingga membantu menyebarkan

udara melalui paru dan menghilangkan/menurunkan nafas pendek.

d) Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama periode penurunan

pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.

c. Kolaborasi

a) Awasi seri GDA/nadi oksimetri.

b) Berikan oksigen tambahan yang sesuai.

d. Rasional

a) Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan/atau saturasi atau

peningkatan PaCO2 menunjukkan kebutuhan untuk

intervensi/perubahan program terapi.

b) Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder

terhadap penurunan ventilasi/menurunnya permukaan alveolar paru.

4. Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh

Tindakan/intervensi

a. Mandiri

a) Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat

badan dan derajat kekurangan berat badan, integritas mukosa oral,

kemampuan/ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus, riwayat

mual/muntah atau diare.

b) Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai/tak disukai.

(18)

d) Selidiki anoreksia, mual, dan muntah dan catat kemungkinan

hubungan dengan obat. Awasi frekuensi, volume, konsistensi feses.

e) Dorong dan berikan periode istirahat sering.

f) Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.

g) Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan

karbohidrat.

h) Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan

untuk membagi dengan pasien kecuali kontraindikasi.

b. Rasional

a) Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan khusus.

Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet.

b) Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.

c) Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area

pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan/penggunaan

nutrien.

d) Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik

meningkat saat demam.

e) Menurunkan rasa tak enak karena sisa sputum atau obat untuk

pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.

f) Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak

perlu/kebutuhan energi dari makan makanan banyak dan

menurunkan iritasi gaster.

g) Membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan dan

membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural.

c. Kolaborasi

a) Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.

b) Konsul dengan terapi pernafasan untuk jadwal pengobatan 1-2 jam

sebelum/setelah makan.

c) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh BUN, protein serum dan

albumin.

(19)

d. Rasional

a) Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat

untuk kebutuhan metabolik dan diet.

b) Dapat membantu menurunkan insiden mual dan muntah sehubungan

dengan obat atau efek pengobatan pernafasan pada perut yang

penuh.

c) Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan menunjukkan kebutuhan

intervensi/perubahan program terapi.

d) Demam meningkatkan kebutuhan metabolik dan juga konsumsi

kalori.

5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, aturan tindakan,

dan pencegahan

Tindakan/intervensi

a. Mandiri

a) Kaji kemampuan pasien untuk belajar, contoh tingkat takut, masalah,

kelemahan, tingkat partisipasi, lingkungan terbaik dimana pasien

dapat belajar, seberapa banyak isi, media terbaik, siapa yang terlibat.

b) Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat, contoh

hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas, kehilangan

pendengaran, vertigo.

c) Tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diet

karbohidrat dan pemasukan cairan adekuat (rujuk ke DK: Nutrisi,

Perubahan, Kurang dari Kebutuhan Tubuh).

d) Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk

rujukan contoh jadwal obat.

e) Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan, dan

alasan pengobatan lama. Kaji potensial interaksi dengan

obat/sunstansi lain.

f) Kaji potensial efek samping pengobatan (contoh mulut kering,

konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, hipertensi ortostatik)

(20)

g) Tekankan kebutuhan untuk tidak minum alkohol sementara minum

INH.

h) Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah memulai dan kemudian tiap

bulan selama minum etambutal.

i) Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan masalah. Jawab

pertanyaan secara nyata. Catat lamanya penggunaan penyangkalan.

j) Evaluasi kerja pada pengecoran logam/tambang gunung, semburan

pasir.

k) Dorong untuk tidak merokok.

l) Kaji bagaimana TB ditularkan (mis. khususnya dengan inhalasi

organisme udara tetapi dapat juga menyebar melalui feses atau urine

bila infeksi ada pada sistem ini) dan bahaya reaktivitas.

b. Rasional

a) Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan

pada tahapan individu.

b) Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau

efek obat yang memerlukan evaluasi labjut.

c) Memenuhi kebutuhan metabolik membantu meminimalkan

kelemahan dan meningkatkan penyembuhan. Cairan dapat

mengencerkan/mengeluarkan sekret.

d) Informasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat

sejumlah besar informasi. Pengulangan menguatkan belajar.

e) Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah

penghentian obat sesuai perbaikan kondisi pasien.

f) Mencegah/menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi

dan meningkatkan kerjasama dalam program.

g) Kombinasi INH dan alkohol telah menunjukkan peningkatan insiden

hepatitis.

h) Efek samping utama menurunkan penglihatan; tanda awal

menurunnya kemampuan untuk melihat warna hijau.

i) Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan

(21)

keuangan/penyangkalan lama dapat mempengaruhi koping

dengan/manajemen tugas untuk meningkatkan/mempertahankan

kesehatan.

j) Terpajan pada debu silikon berlebihan meningkatkan risiko silikosis,

yang dapat secara negatif mempengaruhi fungsi

pernafasan/bronkitis.

k) Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya TB, tetapi

meningkatkan disfungsi pernafasan/bronkitis.

l) Pengetahua dapat menurunkan risiko penulatan/reaktivasi ulang.

Komplikasi sehubungan dengan reaktivasi, pembentukan abses,

emfisema destruktif, pneumotork spontan, firosis interstisial difus,

effusi serosa, empiema, bronkiektasis, hemoptisis, luka GI, fistula

(22)

D. Asuhan Keperawatan Kasus 3.1. Pengkajian

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

_______________________________________________________________

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA

IDENTITASPASIEN

Nama : Nn. E

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 20 tahun

Status Perkawinan : Belum Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : Sarjana (Universitas Negeri Medan)

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Desa Berastepu Kab. Karo

Tanggal Masuk RS : 16 Juni 2013

No. Register : 52.80.06

Ruangan/kamar : RA 1/III 3

Golongan darah : -

Tanggal pengkajian : 17 Juni 2013

Tanggal operasi : -

Diagnosa Medis : TB Paru

II. KELUHANUTAMA :

Batuk darah yang dialami klien kurang lebih 4 hari ini, batuk darah

(23)

III. RIWAYATKESEHATANSEKARANG A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya:

Klien batuk darah kurang lebih 4 hari ini setelah pulang dari

kerja lapangan di parapat.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan:

Pasien sebelumnya dibawa berobat ke Puskesmas.

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan:

Klien merasakan nyeri dada saat batuk.

2. Bagaimana dilihat:

Pasien terlihat lemah, namun masih sadar.

C. Region

1. Dimana lokasinya

Lokasi nyeri berada di dada.

2. Apakah menyebar

Nyeri tidak menyebar.

D. Severity

Akibat penyakit yang diderita klien, klien mengalami gangguan

terhadap pernafasannya.

E. Time

Hal ini terjadi 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami

Sebelumnya klien hanya pernah menderita sakit demam, batuk

serta pilek.

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Ketika sakit pasien dibawa ke puskesmas untuk berobat.

C. Pernah dirawat/dioperasi

(24)

D. Lama dirawat

Klien belum pernah dirawat dirumah sakit.

E. Alergi

Klien tidak mengalami alergi terhadap pengobatan

F. Imunisasi

Klien mendapatkan imunisasi lengkap

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua

Orang tua klien tidak pernah menderita sakit TB Paru. Orang tua

klien menderita sakit hipertensi.

B. Saudara kandung

Saudara kandung klien tidak pernah menderita TB Paru.

C. Penyakit keturunan yang ada

Dalam keluarga klien tidak ada penyakit keturunan, hanya saja

orang tua kien menderita hipertensi.

D. Anggota keluarga yang meninggal

Belum ada anggota keluarga klien yang meninggal.

E. Penyebab meninggal

Tidak ada penyebab meninggal karena keluarga klien belum ada

yang meninggal.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Klien merasa takut akan penyakitnya. Klien khawatir sakitnya

tidak dapat disembuhkan.

B. Konsep Diri:

1. Gambaran diri : klien menyukai seluruh bagian tubuhnya.

2. Ideal diri : klien berharap bisa sembuh.

3. Harga diri : tanggapan klien tentang harga dirinya

tinggi.

(25)

5. Identitas : klien adalah anak pertama dari tiga

bersaudara.

C. Keadaan emosi:

Klien sering marah-marah, takut, gelisah, menangis.

D. Hubungan sosial:

1. Orang yang berarti

Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah

kedua orang tuanya dan seluruh keluarganya.

2. Hubungan dengan keluarga

Hubungan dengan keluarga tidak ada masalah.

3. Hubungan dengan orang lain

Hubungan dengan orang lain baik, tidak ada masalah.

4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Klien tidak memiliki hambatan berhubungan dengan orang

lain.

E. Spiritual

1. Nilai dan keyakinan

Klien beragama islam. Klien percaya penyakit yang di

deritanya akan disembuhkan oleh Tuhan.

2. Kegiatan ibadah

Sebelum masuk rumah sakit klien selalu shalat 5 waktu.

Setelah masuk rumah sakit klien tidak dapat melakukan shalat

karena keadaannya yang lemah.

VII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum

Klien terlihat lemah serta batuk dan mengeluarkan darah dengan

buih.

B. Tanda-tanda vital

1. Suhu tubuh : 370C.

2. Tekanan darah : 120/80 mmHg.

(26)

4. Pernafasan : 29 kali/menit.

5. Skala nyeri : 4 (nyeri ringan)

6. TB : 160 cm.

7. BB : 58 kg.

C. Pemeriksaan Head to toe

Kepala

1. Bentuk

Bentuk mesochepale, tidak ada masalah.

2. Ubun-ubun

Ubun-ubun klien normal.

3. Kulit kepala

Kulit kepala klien bersih tidak ada maslah.

Rambut

1. Penyebaran dan keadaan rambut

Penyebaran rambut klien meratadan keadaan rambut klien

bersih.

2. Bau

Rambut klien tidak berbau.

3. Warna kulit

Warna kulit klien terlihat pucat.

Wajah

1. Warna kulit

Kulit wajah klien terlihat pucat.

2. Struktur wajah

Struktur wajah klien simetris.

Mata

1. Kelengkapan dan kesimetrisan

Mata klien simetris, lengkap

2. Palpebra

Palpebra klien normal, tidak ada pembengkakan.

3. Konjungtiva dan sklera

(27)

4. Pupil

Pupil klien isokor kanan dan kiri masing-masing 3mm.

5. Cornea dan iris

Cornea bening, refleks terhadap cahaya (+).

6. Visus

Visus klien tidak dikaji.

7. Tekanan bola mata

Tidak dikaji.

Hidung

1. Tulang hidung dan posisi septum nasi

Tulang dan posisi septum nasi simetris, tidak ada masalah.

2. Lubang hidung

Lubang hidung bersih, tidak ada polip.

3. Cuping hidung

Terdapat pernafasan cuping hidung.

Telinga

1. Bentuk telinga

Bentuk telinga simetris.

2. Ukuran telinga

Ukuran telinga klien simetris dan normal.

3. Lubang telinga

Lubang telinga klien tidak ada masalah.

4. Ketajaman pendengaran

Ketajaman pendengaran klien baik, tidak ada gangguan

pendengaran.

Mulut dan faring

1. Keadaan bibir

Keadaan bibir klien lembab, tidak ada sianosis.

2. Keadaan gusi dan gigi

Gusi klien tidak ada masalah, gigi klien lengkap.

3. Keadaan lidah

(28)

4. Orofaring

Normal.

Leher

1. Posisi trachea

Posisi trachea simetris, tidak ada pembesaran tonsil.

2. Thyroid

Tidak ada pembesaran thyroid.

3. Suara

Suara klien jelas.

4. Kelenjar limfe

Tidak ada masalah atau pembesaran kelenjar limfe.

5. Vena jugularis

Teraba, kuat, teratur.

6. Denyut nadi karotis

Teraba, teratur.

Pemeriksaan integumen

1. Kebersihan

Kulit klien bersih

2. Kehangatan

Kulit klien hangat.

3. Warna

Tidak pucat.

4. Turgor

Kurang elastis.

5. Kelembaban

Kulit klien terlihat agak kering.

6. Kelainan pada kulit

Tidak ada kelainan kulit pada klien.

Pemeriksaan thoraks/dada

1. Inspeksi thoraks

(29)

2. Pernafasan (frekuensi, irama)

Frekuensi nafas 29 kali/menit.

3. Tanda kesulitan bernafas

Klien sesak karena adanya sputum.

Pemeriksaan paru

1. Palpasi getaran suara

Vokal fremitus kiri lebih kuat dibanding kanan.

2. Perkusi

Dada kiri lebih resonan dari dada kanan.

3. Auskultasi

Terdapat suara nafas tambahan ronchi.

Pemeriksaan jantung

1. Inspeksi

Tidak tampak massa serta tidak ada terlihat adanya denyut

jantung (pulsasi).

2. Palpasi

Teraba denyut jantung (pulsasi) dengan frekuensi 78 kali/menit.

3. Perkusi

Tidak ada pembesaran jantung

Batas atas jantung : interkostal 2-3

Batas kanan jantung : linea sternalis kanan

Batas kiri jantung : linea media clavicularis kiri

4. Auskultasi

Bunyi jantung 1 dan bunyi jantung 2, tidak terdengar suara

tambahan.

Pemeriksaan abdomen

1. Inspeksi

Datar, simetris, tidak ada asites, tidak ada benjolan atau massa.

2. Auskultasi

Peristaltik (bising usus) normal.

3. Palpasi

(30)

4. Perkusi

Suara thympani.

Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

1. Genitalia (rambut pubis, lubang uretra)

Genitalia klien bersih.

2. Anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus,

perineum)

Tidak ada kelainan pada anus dan perineum klien.

Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan otot, edema)

Ekstremitas klien simetris, kekuatan otot klien lemah, tidak

terdapat edema.

Pemeriksaan neurologi (Nervus cranialis)

GCS = 15

E= 4 M= 6 V= 5

Nervus cranial:

N. I (olfaktorius) : pasien memiliki penciuman yang baik.

N. II (optikus) : pasien memiliki penglihatan yang baik

N. III (okulomotorius) : pasien dapat menggerakkan kelopak mata

keatas, pupil isokor.

N. IV (trochlearis) : pasien dapat menggerakkan mata ke bawah

dan ke atas.

N. V (trigeminus) : pasien dapat membuka dan menutup mulut,

dapat mengunyah.

N. VI (abducent) : pasien dapat menggerakkan mata ke lateral.

N. VII (facialis) : pasien dapat menggerakkan mulutnya.

N. VIII (vestibulocochlearis) : pasien memiliki pendengaran yang

normal.

N. IX (glosofaringeus) : pasien dapat merasa dengan baik.

N. X (vagus) : refleks menelan pasien baik.

N. XI (accesorius) : pasien dapat mengangkat bahu dengan

(31)

N. XII (hipoglosus) : pasien dapat menjulurkan lidah.

Fungsi motorik

Kemampuan motorik klien normal tidak ada masalah.

Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin, getaran)

Sentuhan klien normal, dapat membedakan panas dingin, tajam

tumpul dan getaran yang diberikan.

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum

1. Frekuensi makan/hari

Sebelum sakit klien makan 2 kali/hari, makan dengan 1

porsi.

Setelah sakit klien makan 3 kali/hari, makan dengan ½

porsi.

2. Nafsu/selera makan

Klien tidak nafsu makan.

3. Nyeri ulu hati

Ada nyeri ulu hati.

4. Alergi

Klien tidak memilki riwayat alergi makanan.

5. Mual dan muntah

Ketika makan klien merasa mual dan ingin muntah.

6. Waktu pemberian makan

Pagi 07.00 wib, siang 12.00 wib, malam 19.00 wib.

7. Masalah makan dan minum (kesulitan menelan,

mengunyah)

Tidak ada masalah kesulitan menelan dan mengunyah saat

makan.

II. Perawatan diri/personal hygiene

1. Kebersihan tubuh

(32)

Klien mandi 2 kali/hari.

2. Kebersihan gigi dan mulut

Gigi dan mulut klien terlihat bersih.

Saat mandi klien juga membersihkan gigi dan mulutnya 2

kali/hari.

3. Kebersihan kuku kaki dan tangan

Kuku kaki dan tangan klien bersih.

Dipotong 1 kali/minggu.

III. Pola kegiatan/aktivitas

1. Uraikan aktivitas pasien untuk mandi makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian atau total

Seluruh aktivitas pasien dibantu oleh keluarga karena

kondisi pasien yang lemah.

2. Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit

Klien beragama islam. Sebelum sakit klien shalat 5 waktu

tetapi setelah dirawat pasien tidak mampu shalat.

IV. Pola eliminasi a. BAB

1. Pola BAB

Sebelum masuk rumah sakit: 2kali/ hari.

Sesudah masuk rumah sakit: 2 kali/ hari.

2. Karakter feses

Sebelum masuk rumah sakit: normal, lembek

Sesudah masuk rumah sakit: cair

3. Riwayat perdarahan

Tidak ada riwayat perdarahan.

4. BAB terakhir

Bab terakhir klien: pagi.

5. Diare

Klien tidak diare.

(33)

Klien tidak menggunakan laktasif

b. BAK

1. Pola BAK

Sebelum masuk rumah sakit: >2 kali/hari.

Sesudah masuk rumah sakit: >2 kali/hari

2. Karakter urine

Karakte urine klien: kuning

3. Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK

Klien tidak merasa nyeri/kesulitan ketika BAK

4. Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih

Klien tidak memiliki riwayat pemyakit ginjal/kandung

kemih.

5. Penggunaan diuretik

Klien tidak menggunakan diuretik.

6. Upaya mengatasi masalah

Tidak ada masalah

V. Data Penunjang

Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Hasil

(34)

Limfosit Absoulute

3.2. ANALISA DATA

(35)

1.

2.

DS: a) Pasien mengatakan sering

batuk dan sesak.

b) Di tenggorokannya ada

dahak bercampur darah.

DO: a) Suara nafas ronchi

b) Sputum kental+darah

c) RR: 29 x/menit

d) TD: 120/80

e) HR: 78 kali/menit

f) Temp: 370C

DS: a) Pasien mengatakan nafsu

makan menurun

b) Pasien mengeluh mual

c) Pasien mengatakan porsi

pasien tidak habis

d) Pasien mengatakan badan

terasa lemas

DO: a) Pasien terlihat lemas

b) Makanan tampak tidak habis

c) Pasien terpasang infus

Ketidakefektifan bersihan jalan

nafas

Pemenuhan nutrisi kurang dari

(36)

MASALAH KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan.

3.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d sekret kental atau sekret darah.

(37)

2.4. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

1. Tujuan: Setelah dilakukan askep 3x24 jam bersihan jalan

nafas menjadi efektif.

Kriteria Hasil: Mempertahankan jalan nafas pasien, sesak

nafas berkurang.

Rencana Tindakan Rasional

1. Kaji fungsi

pernafasan.

2. Catat kemampuan

untuk mengeluarkan

sekret.

3. Anjurkan klien untuk

latihan batuk dan

nafas dalam.

4. Anjurkan klien untuk

posisi semi fowler.

5. Berikan terapi

oksigen.

6. Pantau TTV.

1. Penurunan bunyi napas

indikasi atelektasis.

akumulasi secret/ketidakma

mpuan membersihkan jalan

napas sehingga otot

aksesori digunakan

dankerja pernapasan

meningkat.

2. Pengeluaran sulit bila

secret tebal, sputum

berdarah akibat kerusakan

paru.

3. Batuk efektif membantu

mengeluarkan secret.

4. Meningkatkan ekspansi

paru dan membuka area

atelektasis

5. Membantu suplai oksigen

6. Mengetahui

(38)

Senin/17

Juni 2013

2. Tujuan: Setelah dilakukan askep 3x24 jam kebutuhan nutrisi

klien terpenuhi.

Kriteria Hasil: Nafsu makan meningkat.

Rencana Tindakan Rasional

1. Catat status nutrisi

klien.

2. Monitor intake

output.

3. Catat adanya

anoreksia.

4. Anjurkan klien untuk

makan sedikit tapi

sering.

1. Berguna dalam

mendefinisikan nutrisi dan

cairan.

2. Menentukan keefektifan

nutrisi dan cairan.

3. Menentukan jenis diet dan

mendefinisikan

pemecahan masalah untuk

meningkatkan intake

nutrisi.

(39)

1.5. PELAKSANAAN KEPERAWATAN Hari/

tanggal

No. Dx ImplementasiKeperawatan Evaluasi (SOAP)

Selasa/

18 Juni

2013

1. 1. Mengkaji fungsi pernafasan.

2. Mencatat kemampuan untuk

mengeluarkan secret.

3. Menganjurkan klien untuk

latihan batuk efektif dan nafas

dalam.

4. Menganjurkan klien untuk

posisi semi fowler.

5. Memberikan terapi oksigen

6. Memantau TTV.

S: Klien

mengatakan

sesak nafas

berkurang.

O: Klien tampak

sudah mudah

2. 1. Mencatat status nutrisi klien.

2. Memonitor intake output.

3. Mencatat adanya anoreksia.

4. Menganjurkan klien untuk

makan sedikit tapi sering.

(40)

teratasi.

P: Tindakan

Referensi

Dokumen terkait

Ketentuan mengenai tugas, fungsi dan tata kerja SETWAN sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur Nomor 20 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja

Mocap flour had lower fat, protein, starch, amylose, and reducing sugar than wheat flour, meanwhile crude fiber was higher in mocap flour.. Moisture content

Pertemuan X: Evaluasi dan Aplikasi Pendekatan Humanistik. (Review Bab 7, Bab 10 dan

Anak diberi kesempatan untuk mencoba alat dan bahan main dengan caranya sendiri. Anak didukung untuk bekerja sampai

Termotivasi untuk mendapatkan sistem- sistem baru dari motivasi yang secara fungsional tidak bergantung pada motif awal mereka. Manusia termotivasi oleh kebutuhan untuk

(5) Bentuk dan isi Keputusan Kepala Badan tentang pemberian pengurangan pajak sebagaimana tersebut dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan

Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1977 tentang Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Thailand tentang Penetapan Garis Batas dasar Laut Antara

(3) Wajib Pajak yang diperiksa tidak memenuhi kewajiban yang menyebabkan petugas pemeriksa menemui kesulitan dalam menghitung jumlah uang yang diterima atau yang