• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELASI PEMERINTAH DESA DENGAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PERUMUSAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (Studi di Desa Kedungjajang Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RELASI PEMERINTAH DESA DENGAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PERUMUSAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (Studi di Desa Kedungjajang Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang)"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Otonomi daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era globalisasi, demokratisasi, terlebih dalam era reformasi. Bangsa dan negara Indonesia menumbuhkan manusia-manusia bermental pembangunan yang berkualitas. Otonomi Daerah merupakan bagian sistem politik yang diharapkan memberi peluang bagi warga negara untuk lebih mampu mengembangkan daya kreativitasnya, dengan demikian Otonomi Daerah merupakan kebutuhan dalam era globalisasi dan reformasi. Seiring dengan bergulirnya reformasi dan demokratisasi, dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa pun sedikit banyak mengalami perubahan. Salah satunya adalah dibentuknya Lembaga Perwakilan Desa dalam bentuk Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai pengganti Lembaga Musyawarah Desa. Dalam perkembangannya Lembaga Musyawarah Desa dianggap sudah tidak dapat lagi menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. (Pranada, 2005: 4)

Era reformasi merupakan titik tolak dari slogan kembali ke desa, yang menekankan pada pembaruan otonomi desa, yang ditandai oleh desentralisasi kekuasaan dengan terbitnya UU No. 22 Tahun 1999. Jika kita menilik UU

No. 5 tahun 1979 pasal 1 yang berbunyi “ Desa adalah suatu wilayah yang

(2)

dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan

Republik Indonesia ”. (pemerintah desa , UU RI No. 5 Tahun 1979). Dalam

konteks ini, pembentukan Badan Perwakilan Desa (BPD) dipandang mencerminkan berjalannya prinsip demokrasi desa. Namun tak lama muncul kecenderungan resentralisasi melalui UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang dilatarbelakangi dengan perubahan fungsi BPD menjadi Badan Permusyawaratan Desa, sehingga tidak ada lagi fungsi kontrol terhadap kepala desa. Hal ini mengisyaratkan bahwa desa belum sepenuhnya otonom sebagai suatu entitas yang berdaya secara politik dan ekonomi.

Sejak diberlakukannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah yang di dalamnya juga mengatur mengenai pemerintahan Desa dan BPD juga tentang penetapan Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa maka Peraturan Daerah yang mengatur tentang pedoman pembentukan BPD disesuaikan pula dengan Peraturan Pemerintah tersebut. Produk hukum tersebut memberikan ruang otonom yang luas bagi desa dalam mengatur rumah tangga desanya sendiri berdasarkan potensi desa yang ada. BPD sebagai representasi dari masyarakat desa merupakan salah satu unsur dalam pemerintahan desa. (UU No.32 tahun 2004 dan UU no 72 tahun 2005)

(3)

Desa, melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan Kepala Desa, mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa, membentuk panitia pemilihan Kepala Desa dan selanjutnya adalah menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat.1 Dengan wewenang tersebut normatifnya BPD dapat menciptakan kehidupan masyarakat desa yang sejahtera dalam mewujudkan aspirasi yang diinfiltrasi dari masyarakat melalui peraturan desa. Keberadaan BPD bagi masyarakat desa adalah hal yang sangat penting sehingga di pundak anggota BPD lah harapan masyarakat desa telah digantungkan agar bisa membawa mereka dalam keadaan yang lebih baik.

BPD salah satu unsur dalam pemerintahan desa, keberadaan BPD dalam pemerintahan desa adalah bukti pelibatan masyarakat dalam bidang penyelengaaraan pemerintahan. Pada masa orde baru pelibatan masyarakat di dalam penyelenggaraan pemerintahan desa di laksanakan melalui pembentukan Lembaga Musyawarah Desa (LMD) dan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Namun lembaga tersebut kurang berfungsi secara proporsional, hanya berfungsi sebagai tangan kanan dari Kepala Desa. Partisipasi masyarakat rendah dan pemerintahan diselenggarakan tidak demokratis. Hal ini dibuktikan dengan kekuasaan Kepala Desa yang dapat dikatakan analog dengan kekuasaan diktator atau raja absolut, sehingga masyarakat tidak leluasa menyalurkan aspirasinya. ( http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/PPKN/article/view/1275 di akses 28-11-2012 pukul 17.30)

(4)

Sebagai konsekuensi atas penetapan kewenangan yang melekat pada desa, maka desa mempunyai kewenangan (mengatur, mengurus dan bertanggungjawab) untuk menyusun peraturan desa. Peraturan desa disusun oleh Kepala Desa dan BPD sebagai kerangka kebijakan dan hukum bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa. Penyusunan peraturan desa merupakan penjabaran atas berbagai kewenangan yang dimiliki desa, tentu berdasarkan kepada kebutuhan dan kondisi desa setempat, serta mengacu pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Sebagai sebuah produk hukum, peraturan desa tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi dan tidak boleh merugikan kepentingan umum. Sebagai sebuah produk politik, peraturan desa disusun secara demokratis dan partisipatif, yakni proses penyusunannya melibatkan partisipasi masyarakat. Masyarakat mempunyai hak untuk mengusulkan atau memberi masukan kepada BPD maupun Kepala Desa dalam proses penyusunan peraturan Desa.

(5)

Desa dan BPD, maka tahap berikutnya adalah pelaksanaan perdes yang menjadi tanggungjawab kepala Desa. BPD mempunyai hak melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan peraturan desa. Masyarakat juga mempunyai hak untuk melakukan monitoring dan evaluasi secarapartisipatif terhadap pelaksanaan perdes. (http://www.google.co.id/pemerintahdesa&http://bppt.jabarprov.go.id.arsip2007_09 _Naskah_Akademik_Pemerintahan_Desa.pdf.)

Relasi antara BPD dengan pemerintah desa adalah mitra, artinya antara BPD dan kepala Desa harus bisa bekerja sama dalam penetapan peraturan desa dan APBDes. BPD mempunyai tugas konsultatif dengan kepala desa untuk merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan desa, selain itu BPD juga berkewajiban untuk membantu memperlancar pelaksanaan tugas kepala desa. Mengingat bahwa BPD dan Kepala desa itu kedudukannya setara maka antara BPD dan kepala desa tidak boleh saling menjatuhkan tetapi harus dapat meningkatkan pelaksanaan koordinasi guna mewujudkan kerjasama yang mantap dalam proses pelaksanaan pembangunan yang merupakan perwujudan dari peraturan desa.

(6)

menyetujui peraturan desa yang telah ditetapkan oleh BPD, misalnya, maka BPD memiliki tanggubng jawab untuk memikirkan proses selanjutnya.

Persoalan yang paling sering muncul di setiap desa, karena memang menjadi substansi dari keberadaan BPD itu sendiri adalah persoalan perwakilan. Pentingnya asal perwakilan dari masing-masing anggota BPD, sebenarnya ingin dikaitkan pada jaminan bahwa keputusan atau pun peraturan yang akan dibuat oleh BPD tidak menyimpang dari aspirasi masyarakat. Prinsip dasar dari sistem perwakilan ini adalah:

1. Anggota BPD bukanlah jabatan fungsional, melainkan jabatan politis, oleh karena itu persyaratan paling utama sebagai anggota BPD adalah benar-benar dipercaya oleh pemiliknya.

2. Anggota BPD harus jelas mewakili kepentingan siapa. Prinsip ini dapat dijadikan sebagai pegangan agar dalam pelaksanaan teknisnya memiliki arahan yang kelas.

Dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik maka perlu dibangun adanya partisipasi yang menyeluruh dan saling menguatkan antara BPD dan pemerintah desa. Pentingnya mewujudkan tata pemerintahan yang baik adalah karena selama masa Orde Baru di tingkat desa hanya dikembangkan pemerintah yang baik (Good Government) saja dan belum menyertakan partisipasi masyarakat sehingga transparasi kepada masyarakat belum ada.

(7)

merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat desa setempat. peraturan desa dilarang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. http://www.scribd.com/doc/77203513/26/Penyusunan-dan-Pelaksanaan-APBDes) Disisi lain relasi pemerintah desa dengan BPD dalam perumusan anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes) sangat dibutuhkankan perannya yang dimana nantinya menentukan alokasi dana desa (ADD) untuk kepentingan dan keperluan pembangunan desa yang lebih baik lagi. Oleh karena itu perumusan APBDes didesa Kedungjajang ini harus jelas adanya, agar masyarakatpun tepat dalam menyalurkan keinginan dan aspirasinya terhadap pemerintah desa dan BPD setempat.

(8)

kedungjajang sebagai salah satu desa yang terletak di kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang jawa timur merupakan desa yang juga memiliki lembaga legislatif di tingkat desa yang tentunya menjadi organ yang sangat penting bagi masyarakat desa dalam menyalurkan aspirasinya. Masyarakat desa mengharapkan agar BPD mampu memainkan perannya secara optimal guna melaksanakan pembangunan di desa setempat khususnya dalam merencanakan suatu anggaran untuk keperluan desa tersebut hal itu dibutuhkan lantaran setiap aktivitas di desa membutuhkan dukungan anggaran oleh pemerintah pusat.

Berdasarkan pada fenomena di atas maka peneliti tertarik mengangkat

penelitian dalam skripsi yang berjudul ‘’ Relasi Pemerintah Desa dengan

Badan Permusyawaratan Desa dalam Perumusan APBDes (studi di desa kedungjajang kabupaten Lumajang)‘’

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana relasi pemerintah desa dengan badan permusyawaratan desa (BPD) dalam Perumusan APBDes di desa Kedungjajang kecamatan Kedungjajang kabupaten Lumajang?

(9)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana relasi pemerintah desa dengan badan permusyawaratan desa (BPD) dalam Perumusan APBDes di desa Kedungjajang kabupaten Lumajang.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa (BPD) dalam Perumusan APBDes di desa kedungjajang kabupaten Lumajang.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis :

Memberikan kontribusi bagi pengembangan konsep relasi antara eksekutif dan legislatif di tingkat desa.

2. Manfaat Praktis :

a. Bagi pemerintah desa : memberi rekomendasi perbaikan relasi antara pemerintah desa dengan BPD di desa Kedungjajang dalam merumuskan APBDes

b. Bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan referensi untuk penelitian sejenis.

E. Definisi Konseptual

(10)

Sesuai rumusan masalah yang dipaparkan maka yang menjadi fokus pemelitian ini adalah “ RELASI PEMERINTAH DESA DENGAN BADAN

PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PERUMUSAN APBDes”

konsep yang akan diuraikan antara lain : 1. Relasi Pemerintah desa dengan BPD

Penyelenggaraan pemerintahan desa tidak terpisahkan dari penyelenggaraan otonomi daerah. Pemerintahan desa merupakan unit terdepan (ujung tombak) dalampelayanan kepada masyarakat serta tombak strategis untuk keberhasilan semua program. Karena itu, upaya untuk memperkuat desa (Pemerintah Desa dan Lembaga Kemasyarakatan) merupakan langkah mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan otonomi daerah (Widjaja, 2003 : 76). Sehingga penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan sub sistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya.

(11)

dalam sebuah Pemerintah Kabupaten/Kota dibentuk Pemerintahan Desa dan Badan permusyawaratan Desa.

Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa.Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya.Sedangkan yang dimaksud Pemerintahan Desa adalah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Desa.Badan Perwakilan Desa adalah lembaga legislasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa, anggaran pendapatan dan belanja desa dan keputusan kepala Desa. BPD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra pemerintah desa.Sementara kedudukan Sekretaris Desa menjadi sangat penting dalam membantu pelaksanaan tugas Kepala Desa. Apa yang terjadi apabila Sekretaris Desa menjadi ganjalan kepala Desa dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan kepemerintahan.

(12)

dan Badan perwakilan Desa. Pertama, hubungan dominasi artinya dalam melaksanakan hubungan tersebut pihak pertama menguasai pihak kedua;

kedua, hubungan sub koordinasi artinya dalam melaksanakan hubungan tersebut pihak kedua menguasai pihak pertama, atau pihak kedua dengan sengaja menempatkan diri tunduk pada kemauan pihak pertama, Ketiga, hubungan kemitraan artinya pihak pertama dan kedua setingkat dimana mereka bertumpu pada kepercayaan, kerjasama dan saling menghargai.

Pemerintah Desa dalam melaksanakan tugas pembangunan dan penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat harus benar-benar memperhatikan hubungan kemitraan kerja dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa itu sendiri. Kemitraan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa disini berarti bahwa dalam melaksanakan tugas pembangunan maupun pemberian pelayanan kepada masyarakat, semua aparatur Pemerintahan Desa, baik itu Kepala Desa, Sekretaris Desa, dan Badan Perwakilan Desa harus benar-benar memahami kapasitas yang menjadi kewenangan maupun tugasnyamasing-masing. Sehingga dalam melaksanakan penyelenggaraan Pemerintahan Desa semua aparatur pemerintah desa dalam hubungannya dapat bersinergi dan bermitra dengan baik dan tepat dalam meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang profesional dan akuntabel.

(13)

Beberapa issu yang terjadi dalam hubungan antara pemerintah Desa (Kepala Desa) dengan BPD menurut hasil penelitian Tim Balitbang Propinsi Jawa Timur (2001) sebagai berikut:

a) Adanya arogansi BPD yang merasa kedudukannya lebih tinggi dari Kepala Desa, karena Kepala Desa bertanggung jawab kepada BPD; b) Dualisme kepemimpinan desa, yaitu kepala desa dengan

perangkatnya dan badan perwakilan desa, yang cenderung saling mencurigai;

c) Sering terjadi mis-persepsi sehingga BPD sebagai unsur legislatif desa tetapi melakukan tugas dan fungsi eksekutif kepala desa;

d) Anggota BPD sering belum bisa memilah antara fungsi pemerintahan desa dengan pemerintah desa;

e) Kondisi sumberdaya manusia BPD yang masih belum memadai; f) Kinerja perangkat desa menjadi tidak efektif karena banyak mantan

calon Kepala Desa yang tidak jadi kepala Desa menjadi anggota BPD dan cenderung mencari-cari kesalahan perangkat desa bahkan ada kesan pula mereka berusaha untuk menjatuhkan Kepala Desa ;

g) Dalam hubungan kerja organisasional, (1) dalam pelantikannya BPD dibekali oleh DPRD; (2). BPD melakukan hubungan langsung dengan DPRD; (3). Terjadi kontradiksi perilaku kerja BPD, misalnya

BPD tidak mau berurusan dengan Camat.

(14)

2. Perumusan APBDes

APBDes adalah rencana operasional tahunan yang diambil dari program umum pemerintahan dan pembangunan Desa yang dijabarkan dalam angka-angka rupiah, disatu pihak mengandung perkiraan target penerimaan dan dilain pihak mengandung perkiraan batas tertinggi belanja/ pengeluaran keuangan Desa. Bila dilihat dari konsep dan prakteknya yang ideal, proses penyusunan APBD terdiri dari dua (2) hal mendasar, yaitu perencanaan dan penganggaran. Serta dari sifatnya, perencanaan dan penganggaran di pemerintahan daerah dilaksanakan secara terintegrasi (unified budgeting) dengan berlandaskan pada konsep penggunaan sumberdaya/dana yang ada untuk pemenuhan kebutuhan publik (money follows function). Sebuah APBD disusun sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan pelayanan publik yang ada di daerah, yang telah direncanakan sejak awal tahun sebelumnya melalui penyusunan dokumen perencanaan tahunan daerah RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah). (http://aburifal.wordpress.com/2012/02/20/politik-anggaran/ di akses pada 03-12-2012 puukul 16.50)

F. Fokus Kajian

(15)

Artinya juga untuk memudahkan peneliti dalam meneliti, juga dalam memudahkan untuk menguraikan dan menganalisa variabel yang diambil. 1. Relasi pemerintah desa dengan BPD yang terdiri :

a. Fungsi BPD dan Aparat Desa dalam Perumusan Anggaran dan Belanja Desa

b. Wewenang BPD dan Aparat Desa dalam Perumusan Anggaran dan Belanja Desa

c. Koordinasi BPD dan Aparat Desa dalam Perumusan Anggaran dan Belanja Desa

d. Peran BPD dan Aparat Desa dalam Perumusan Anggaran dan Belanja Desa

e. Pengawasan BPD dalam Perumusan Anggaran dan Belanja Desa 2. Kendala – kendala yang dihadapi dan langkah langkah yang ditempuh oleh

Pemerintah Desa dan BPD didalam Proses perumusan anggaran pendapatan dan belanja desa

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

(16)

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan alasan perencanaan sangat dibutuhkan uraiannya, dapat mencakup seluruh persoalan dan informasi yang dibutuhkan oleh penulis dan dapat dihasilkan. Data deskriptif pada umumnya dikumpulkan melalui suatu survey angket, wawancara atau observasi. Peneliti pada umumnya membuat pertanyaan-pertanyaan untuk keperluan yang tertentu.

2. Sumber Data a. Data Primer

Data primer adalah satu sumber data yang diperoleh secara langsung dari nara sumber yang dapat dipercaya dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan judul penelitian. Data primer dalam penelitian ini seperti orang (pejabat) yang terlibat langsung di dalamnya, yaitu pemerintah kabupaten dan pemerintah desa serta masyarakat setempat.

b. Data Sekunder

(17)

3. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan salah satu komponen riset, artinya tanpa data tidak akan ada riset. Data yang di pakai dalam riset haruslah data yang benar, karena data yang salah akan menghasilkan informasi yang salah. (Umar2008:70). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah : a. Observasi

Teknik observasi merupakan teknik penelitian mulai penjajakan lapangan guna mengenal segala unsur lingkungan sosial, sedangkan yang dimaksud dengan penelitian keadaan lapangan adalah untuk menilai keadaan, situasi, latar dan konteksnya, lebih spesifik lagi observasi dikatakan sebagai penelitian dengan cara pengindraan yaitu mengamati. Secara luas, observasi atau pengamatan berarti setiap

kegiatan untuk melakukan pengukuran. “Akan tetapi observasi atau

pengamatan disini diartikan lebih sempit, yaitu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat sistematik gejala-gejala yang diselidiki.” Jadi dalam penelitian ini observasi digunakan untuk melakukan pengamatan tentang relasi pemerintah desa dengan BPD dalam perumusan APBDes. (Usman dan Abdi. 2008: 213)

b. Wawancara

(18)

wawancara yang merupakan suatu cara pengumpulan data secara langsung dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang masalah yang diteliti. Oleh sebab itu, peneliti sebe;um melakukan wawancara perlu menetukan informan kunci.

“Wawancara (interview) adalah kegiatan mencari bahan

(keterangan, pendapat) melalui tanya jawab lisan dengan siapa saja yang diperlukan. Wawancara diadakan untuk mengungkapkan latar belakang, motif-motif yang ada disekitar masalah yang diobservasi. Wawancara dilakukan apabila keterangan atau pendapat dengan jalan lain sudah tidak dapat diperoleh atau jalan dianggap terlalu sulit

diperoleh.” (Usman dan Abd,i 2008:219) Dalam penelitian ini peneliti

akan melakukan wawancara secara face to face dengan pihak-pihak yang dianggap dapat memberikan data maupun penjelasan dengan tujuan agar data yang diperoleh valid dan objektif.

Wawancara dalam penelitian ini meliputi :

1. Bagaimanakah fungsi dan wewenang BPD dalam melaksanakan Proses perumusan anggaran pendapatan dan belanja desa?

2. Bagaimana peran serta BPD didalam Proses perumusan anggaran pendapatan dan belanja desa?

3. Bagaimanakah proses pengawasan yang dilakuakan BPD didalam Proses perumusan anggaran pendapatan dan belanja desa?

(19)

5. Langkah – langkah apa sajakah yang dilakukan di dalam mengatasi kendala – kendala tersebut ?

6. Bagaimanakah koordinasi BPD selaku aparatur desa dengan kepala desa Proses perumusan anggaran pendapatan dan belanja desa? 7. Bagaimanakah aparatur desa di dalam menjalankan tugas dan

kewajibannya di dalam Proses perumusan anggaran pendapatan dan belanja desa?

8. Bagaimana koordinasi Kades dan BPD di dalam Proses perumusan anggaran pendapatan dan belanja desa?

9. Bagaimana Kades atau aparatur desa di dalam menjalankan fungsinya didalam Proses perumusan anggaran pendapatan dan belanja desa?

10.Sejauhmanakah peran serta Kades di dalam Proses perumusan anggaran pendapatan dan belanja desa?

11.Bagaimanakah peran serta Pemerintah desa di dalam melihat berbagai kendala yang dihadapi BPD Proses perumusan anggaran pendapatan dan belanja desa?

c. Dokumentasi

(20)

berbagai macam, tidak hanya dokumentasi resmi.” (Usman dan Abd,i

2008:70) Dengan adanya kegiatan pengambilan data yang nantinya akan diperoleh dalam penelitiannya, baik berupa table maupun daftar. 4. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Sebagai subyek yang mampu memberikan informasi yang seluas-luasnya,maka dalam penelitian ini peneliti sangat berhati-hati dalam menentukan informan,agar didapatkan informasi yang valid dan lengkap.

Peneliti telah menetapkan para informan penelitian yang dipandang dapat memberikan pengalaman yang seluas-luasnya terutama berhubungan dengan relasi BPD dengan Pemerintah desa dalam perumusan politik anggaran desa. Subyek penelitian berjumlah 4 informan, di antaranya adalah :

1. Ketua BPD (Badan Permusyawaratan Desa) : Bapak Adenan 2. Wakil Ketua BPD :Bapak M. Sholeh

3. Kepala desa : Bapak Radiyal 4. Sekretasris Desa : Bapak Asprai 5. Lokasi Penelitian

(21)

BPD dengan Pemerintah Desa dalam Perumusan Politik Anggaran Desa. Oleh karena itu yang menjadi lokasi penelitian adalah desa Kedungjajang kabupaten Lumajang.

6. Teknik analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu menggambarkan realitas yang sedang terjadi. Peneliti mengumpulkan datanya dengan cara mengangsur atau menabung informasi, mereduksi, mengelompokkan dan seterusnya sampai terahir memberi interpretasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Analisis Model Interaktif, dengan tiga prosedur (Miles dan Huberman, 1992 :15-20), yaitu

a. Reduksi data

Reduksi data dimaksudkan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan

transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di

lapangan. Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir secara lengkap tersusun.

b. Penyajian Data

(22)

terjadi dan apa yang harus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan bagi peneliti melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian, sehingga dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan.

Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan bagan (chart) dan kumpulan kalimat. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, dengan demikian peneliti dapat melihat apa yang terjadi dan menarik kesimpulan yang tepat.

c. Menarik Kesimpulan/Verifikasi

Penarikan kesimpulan merupakan suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh selama penelitian berlangsung. Sedangkan verifikasi merupakan kegiatan pemikiran kembali yang melintas dalam pemikiran penganaisis selama peneliti mencatat, atau suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan atau peninjauan kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan

“kesempatan intersubjektif”, dengan kata lain makna yang muncul dari

data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya (validitasnya).

(23)

hipotesa dan disimpulkan secara tentatif, sehingga terbentuk proposisi tertentu yang bisa mendukung teori ataupun penyempurnaan teori. Prosedur analisis dilakukan dengan 3 (tiga) fase yang disebut sebagai

[image:23.595.113.526.225.432.2]

“Model Interaktif”, seperti digambarkan berikut ini:

Gambar 3. Analisis Model Interaktif

7. Keabsahan data

Pada setiap penelitian diperlukan standarisasi untuk melihat sejauh mana keabsahan data yang ada (kebenaran dan atau kepercayaan terhadap hail penelitian). Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan empat criteria (Moloeng, 2000 :173):

a. Kepercayaan (Credibility)

Penerapan kriteria ini menggantikan konsep validitas internal kualitatif. Kriteria ini berfungsi untuk melakukan inkuiri atau pemeriksaan sehingga tingkat kepercayaan penemunya dapat dicapai. Untuk memenuhi kriteria ini dilakukan triagulasi dengan cara sedapat mungkin menggunakan data yang berasal dari multi sumber

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penyajian Data

(24)

menyangkut fokus penelitian, melakukan memberi check yaitu dengan mengkaji ulang data-data yang diperoleh dari informan, serta memperkaya referensi melalui dokumentasi.

b. Keteralihan (Tranferability)

Untuk memenuhi kriteria ini maka peneliti berusaha untuk menyajikan hasil penelitian dengan memperkaya wacana ilmiah melalui suatu deskripsi secara terperinci.

c. Kebergantungan (Dependability).

Agar memenuhi kriteria ini dikerjakan melalui cara audit trial. Cara ini diikuti dalam usaha menjamin kebenaran naturalistik. Audit trial dilakukan oleh pembimbing karena pembimbinglah yang berkewajiban memeriksa kebenaran data dan proses penelitian serta penafsirannya.

d. Kepastian (Confirmability)

Kriteria kepastian berasal dai konsep “objektivitas” yang dalam

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Lukian Evan Pranada-UII-skripsi-05410153 -4804254268-bab1

Rianse, Usman dan Abdi. 2008. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi (Teori dan Aplikasi).

Bandung: CV. Alfabeta, Hal : 213

Rianse, Usman dan Abdi. 2008. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi (Teori dan Aplikasi).

Bandung: CV. Alfabeta. Hal: 219

Sumanto. 1990.metode penelitian sosial dan pendidikan. Andi offset. Jakarta

Umar,husein. 2008. Metode penelitian untuk skripsi dan tesis. Jakarta: hlm:70

UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan UU no 72 tahun 2005 tentang pemerintah

desa

Internet :

www.hukumonline.com UU RI No. 5 Tahun 1979 tentang pemerintah desa di akses pada

19-12-2012 pukul 19.30

http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Permusyawaratan_Desa di akses 19-12-2012 pukul 20.00

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/PPKN/article/view/1275 di akses 28-11-2012 pukul 17.30

http://www.google.co.id/pemerintahdesa&http://bppt.jabarprov.go.id.arsip2007_09_Nas kah_Akademik_Pemerintahan_Desa.pdf.

http://www.scribd.com/doc/77203513/26/Penyusunan-dan-Pelaksanaan-APBDes

http://ymayowan.lecture.ub.ac.id/2012/01/kemitraan-antara-pemerintah-desa-bpd-dan-peran-sekretaris-desa/ di akses pada 18-12-2012 pukul 20.00

http://aburifal.wordpress.com/2012/02/20/politik-anggaran/ di akses pada 03-12-2012 puukul

(26)

RELASI PEMERINTAH DESA DENGAN BADAN

PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PERUMUSAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

(Studi di Desa Kedungjajang Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang)

SKRIPSI

Disusun Oleh : Nama : Filma Eriandani

Nim : 09230037

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMADYAH MALANG

(27)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan Untuk Mendapat Gelar Sarjana (S-1)

Disusun Oleh : FILMA ERIANDANI

NIM : 09230037

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMADYAH MALANG

(28)

Sidang Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang Pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 31 Juli 2013

Jam : 09.00

Tempat : Kantor Jurusan Ilmu Pemerintahan

Dewan Penguji

1. Drs. Krishno Hadi, M.AP (...)

2. Drs. Jainuri, M.Si (………..)

3. Dr. Tri Sulistyaningsih, M. Si (………..) 4. Dr. Vina Salviana. D. S., M.Si (………..)

Mengesahkan Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

(29)

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu pemerimtahan

Judul : RELASI PEMERINTAH DESA DENGAN BADAN

PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PERUMUSAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (Studi di Desa Kedungjajang Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang)

Konsultai Skripsi : Tanggal

Bimbingan

Paraf Pembimbingan I

Paraf Pembimbingan II

Keterangan Bimbingan

10-11-2012 Pengajuan judul skripsi

15-12-2012 ACC bab 1

28-12-2012 Seminar proposal

14-03-2013 ACC bab 2 dan 3

17-07-2013 ACC bab 4 dan 5

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Tri Sulistyaningsih, M. Si Dr. Vina Salviana. D. S., M. Si

Mengetahui

Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

(30)

NIM : 09230037

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu pemerintahan

Judul : RELASI PEMERINTAH DESA DENGAN BADAN

PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PERUMUSAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (Studi di Desa Kedungjajang Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang)

Disetujui Untuk Diuji Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si Dr. Vina Salviana. D. S., M.Si Mengetahui,

Dekan FISIP UMM Kajur Ilmu Pemerintahan

(31)

di Universitas Muhammadiyah Malang, tidak lupa juga kepada sang Revolusioner dunia ini yaitu Nabi Muhammad Saw, dengan kesabaran beliau, dan keikhlasan beliau sehingga mampu merubah peradaban dunia ini menjadi besar dan bermoral.

Peneliti mencoba mengangkat judul penelitian skripsi tentang “RELASI

PEMERINTAH DESA DENGAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PERUMUSAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA ( Studi di Desa Kedungjajang Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang ), dalam skripsi ini mengupas tentang bagaimana Relasi antara Pemerintah Desa dengan Badan permusyawaratan Desa di desa Kedungjajang dalam perumusan APBDES, dan bagaimana kendala-kendala dari perumusan APBDES tersebut.

Dengan terselesainya skripsi ini, yang merupakan usaha peneliti secara maksimal, tentu saja melibatkan bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak, untuk itu peneliti merasa wajib menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada mereka secara khusus sebagai berikut :

1. Kepada pimpinan Universitas Muhammdiyah Malang Bapak Rektor, Pembantu Rektor I,

Pembantu Rektor II dan Pembantu Rektor III. Terima kasih atas didikasi mereka yang

tinggi, mereka adalah para pecinta pengetahuan dan kebijakan yang telah mengabdi

demi terciptanya umat manusia dan beradab.

2. Kepada Dekan Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, terima kasih atas dedikasi yang tinggi

(32)

4. Kepada Dosen Ilmu Pemerintahan yang telah merintis ilmu kepada peneliti Bapak

Jainuri, Bapak Asep Nurjaman, Bapak Krishno Hadi, Bapak Salahudin, Bapak Saiman,

Bapak Imam Hidayat, Bapak A. Rifai, Bapak Mas;ud Said, Bapak Salim Said, Ibu Hevi

Kurnia, Dan Ibu Noenik. Yang telah berjasa banyak kepada penulis dalam memberikan

keikhlasan ilmunya.

5. Kedua orangtua, Radiyal yang telah menuntun hidup saya dengan keteladanan,

kesabaran, kedamaian dan cinta kasih yang sangat dalam dan tulus, ibunda tercinta

Mimin Kusmiyati, yang telah menitiskan niat dan ruh suci dan keikhlasan dalam

menuntut ilmu sehingga pemulis dapat mencapai cita-cita. Selanjutnya, terima kasih

pula untuk adik tercinta saya Aldam Bachrudin yang telah memaknai kehidupan dalm

satu keluarga.

6. Kepada kerabat-kerabat saya, kakung, om, tante, dan ponakan-ponakan saya Moza,

Devan dan tak lupa sepupu saya Risna dan juga Mas Budi, terima kasih telah

e berika do’a da se a gat.

7. Kepada teman-teman Ilmu Pemerintahan angkatan 2009 Enggar, Feby, Atta, Pipit, Friska,

Sari dan lain-lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Bisa berteman dengan

kalian merupakan anugerah yang sangat luar biasa bagi hidup saya.

8. Kepada teman-teman KO“T B-2-37 ya g asih ti ggal dikosa aupu ya g sudah lulus terima kasih atas supportnya, kalian adalah keluarga keduaku di Malang.

Malang, 25 Juli 2013 Peneliti,

(33)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iv

HALAMAN BERITA ACARA BIMBINGAN... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

ABSTRAKSI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Konseptual ... 9

F. Fokus Kajian ... 14

G. Metode Penelitian ... 15

1. Jenis Penelitian ... 15

2. Sumber Data ... 16

3. Teknik Pengumpulan Data ... 17

4. Subyek Penelitian ... 20

5. Lokasi Penelitian ... 20

6. Teknik analisa Data ... 21

7. Keabsahan data ... 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Desa ... 25

1. Pengertian Desa ... 25

2. Pemerintahan Desa ... 28

3. Struktur Pemerintahan Desa ... 34

(34)

C. Hubungan Pemerintah Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa.

... 48

D. Penelitian Terdahulu ... 56

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lumajang ... 59

1. Sejarah Kabupaten Lumajang ... 59

2. Letak Geografis ... 62

3. Luas Wilayah ... 63

4. Topografi ... 64

5. Geologi ... 65

6. Jenis tanah ... 65

7. Hidrologi ... 65

8. Kemampuan Lahan ... 66

9. Kemiringan Tanah (Lereng) ... 66

10.Drainase ... 67

11.Iklim dan Curah Hujan ... 67

B. Gambaran Umum Kecamatan Kedungjajang ... 68

C. Gambaran Pemerintah Desa dan BPD Kedungjajang ... 72

1. Pemerintahan Desa ... 72

2. Badan Permusyawaratan Desa ... 78

D. Data Perangkat Desa dan BPD Desa Kedungjajang Kecamatan Kedungjajang ... 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Relasi Pemerintah Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Perumusan APBdes ... 83

1. Fungsi BPD dan Aparat Desa dalam Perumusan Anggaran dan Belanja Desa... 83

2. Wewenang BPD dan Aparat Desa dalam Perumusan Anggaran dan Belanja Desa ... 93

(35)

dan Belanja Desa ... 103

B. Kendala – kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Desa dan BPD dalam Proses perumusan anggaran pendapatan dan belanja desa 106

C. Langkah-langkah yang dilakukan oleh BPD dan Pemerintah Desa untuk mengatasi kendala-kendala dalam perumusan anggaran dan belanja Desa ... 109

BAB V PENUTUP

(36)

Kabupaten Lumajang ... 69 Tabel 3.3 Data Perangkat Desa Kedungjajang Kecamatan Kedungjajang

Kabupaten Lumajang ... 80 Tabel 3.4 Data Anggota BPD Desa Kedungjajang Kecamatan Kedungjajang

(37)

Dengan Pemerintahan Desa ... 51 Gambar 3.2 Peta Desa Kedungjajang Lumajang ... 70 Gambar 3.1 Peta Kabupaten Lumajang ... 62 Gambar 3.3 Struktur Organisasi Pemerintah Desa Kedungjajang

(38)

Bintarto. R, 1983. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia, Indonesia. Widjaja, HAW. 2003. Otonomi Desa. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sukasmanto dkk, 2004, Promosi Otonomi Desa, Yogyakarta: IRE Press.

Inu Kencana Syafiie ; 2006 Syafiie Inu Kencana. 2006. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta. PT Rineka Cipta

Raldi, H. Koestoer. 1997. Perspektif Lingkungan Desa Dan Kota. Jakarta. UI Press

Abdullah Rozali. 2003. Pelaksanaan Otonomi Luas Dan Isu Fundamental Sebagai Suatu Alternatif. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada

Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Undang-Undang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Nurcholis, Hanif. 2005. Teori dan Praktik Otonomi Daerah. Jakarta: Grasindo

Gambar

Gambar 3. Analisis Model Interaktif

Referensi

Dokumen terkait

Faktor kedua latar belakang pendidikan akan berpengaruh terhadap terbentuknya persepsi atau pemahaman nazhir, karena nazhir yang berpendidikan akan memiliki sikap

Berdasarkan sampel dari perusahaan manufaktur dengan sub sektor industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013 sampai 2015 maka hasil regresinya menunjukkan bahwa

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menguji sosialisasi peraturan perpajakan dan sanksi perpajakan berpngaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.. Populasi dlam penelitian ini

Apabila produksi rumput yang diusahakan sebagai tanaman konservasi dikaitkan dengan daya dukung dan tingkat kepemilikan ternak domba oleh petani di kedua lokasi pengamatan

sensitezed solar cell (DSSC) dari ekstrak bunga rosella dominan menyerap cahaya tampak berkisar antara 400-550 nm serta bersesuaian dengan warna ekstrak yang kemerahan dan dapat

Akan tetapi, di sekolah dasar (SD), sangat disayangkan pelajaran matematika belum mendapat perhatian yang sepenuhnya dari guru. Ini terbukti, menurut pengamatan penulis,

Universitas Kristen Maranatha... Universitas

Sehubungan ItU, untuk menguJI keberkesanan proses Interpretasl makna uJaran antara penutur dengan pendengar, pendengar harus meruJuk kepada tltlk permulaan