MelaluiPendekatanSaintifik
DIREKTORAT PEMBINAAN SMA
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2014
Pembelajaran
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Tujuan ... 2
C. Ruang Lingkup ... 3
D. Landasan Hukum ... 3
BAB II PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK ... 4
A. Prinsip Pembelajaran dan Penilaian ... 4
B. Pembelajaran Saintifik dalam Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan ... 5
C. Model Pembelajaran dalam Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan... 13
1. Model Pembelajaran Discovery Learning ... 13
2. Model Pembelajaran Project Based Learning ... 16
3. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 18
4. Model Pembelajaran Inkuiri (Inquairy) ... 21
D. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan ... 23
1. Penilaian Sikap ... 24
2. Penilaian Pengetahuan ... 27
3. Penilaian Ketrampilan... 30
BAB III ANALISIS KOMPETENSI ... 34
A. Kompetensi ... 34
B. Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku (buku guru dan buku siswa); ... 35
BAB IV PENUTUP... 46
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dalam rangka
mencapai tujuan tersebut disusun standar nasional pendidikan, terdiri atas: standar
kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana prasarana, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar
Proses menyebutkan bahwa setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis
agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Oleh karena itu setiap satuan pendidikan perlu melakukan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran
dengan strategi yang benar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian
kompetensi lulusan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum Lampiran IV Pedoman Umum Pembelajaran, menyebutkan
bahwa Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya
seluruh kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013. Kurikulum memuat apa yang
seharusnya diajarkan kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran merupakan cara
bagaimana apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik. Pelaksanaan
pembelajaran didahului dengan penyiapan RPP yang dikembangkan oleh guru baik
Strategi penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam mengembangkan teknik,
bentuk, dan instrumen serta pedoman penilaian hasil belajar dengan pendekatan
autentik. Penilaian memungkinkan pendidik mampu menerapkan program remedial
bagi peserta didik yang tergolong pebelajar lambat dan program pengayaan bagi
peserta didik yang termasuk kategori pebelajar cepat.
Pemerintah melalui surat edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 tanggal 8 November 2013 menyatakan
bahwa mulai tahun pelajaran 2014/2015 seluruh SMA sejumlah 12.633 wajib
melaksanakan Kurikulum 2013 di kelas X dan kelas XI. Untuk menyiapkan kemampuan
guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran saintifik, serta melakukan
penilaiain autentik, Pemerintah telah melatih guru inti dan guru sasaran, serta
menyediakan silabus, buku guru, dan buku teks untuk peserta didik.
Selain itu Direktorat Pembinaan SMA menyiapkan kemampuan guru melalui workshop
dan bimbingan teknis terutama dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
saintifik serta merancang dan melakukan penilaian autentik, mengembangkan materi
pembelajaran, mengembangkan langkah pembelajaran serta merancang dan
melaksanakan penilaian autentik berdasarkan silabus dan buku. Selanjutnya untuk
memfasiltasi guru Bahasa Prakarya dan Kewirausahaan secara individual dan
kelompok dalam mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran dalam berbagai
modus, strategi, dan model untuk muatan dan/atau mata pelajaran yang diampunya
Direktorat PSMA menyusun naskah model pembelajaran dengan pendekatan saintifik
dan menggunakan model-model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
masing-masing mata pelajaran.
B. Tujuan
Secara umum tujuan penulisan naskah ini adalah membantu guru mata pelajaran
Prakarya dan Kewirausahaan dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan
memafaatkan buku sumber yang ada. Secara khusus naskah ini bertujuan:
1. Memberikan rambu-rambu bagi guru dalam menganalisis kompetensi inti dan
kompetensi dasar.
2. Mengembangkan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
4. Mengembangkan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik
berdasarkan kegiatan pembelajaran dari silabus.
5. Merancang penilaian autentik.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup naskah ini terdiri atas:
1. Penjelasan tentang Pembelajaran Saintifik dan Penilaian Autentik
2. Langkah-langkah pembelajaran saintifik dalam mata pelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan
3. Penilaian Autentik dalam pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan
4. Penjelasan tentang Analisis Kompetensi
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA-MA
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A tentang Implementasi
Kurikulum
9. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 156928/MPK.A/KR/2013
tentang Implementasi Kurikulum 2013
BAB II
PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK
A. Prinsip Pembelajaran dan Penilaian
Karakteristik pembelajaran terkait erat dengan Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang
sasaran pembelajaran yang harus dicapai, dan Standar Isi memberikan kerangka
konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang dikembangkan dari
tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi
Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan domain sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang memiliki karakteristik berbeda untuk masing-masing mata
pelajaran. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar,
menyaji, dan mencipta. Pencapain kompetensi tersebut berkaitan erat dengan proses
pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus merencanakan
pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum dengan menggunakan pendekatan saintifik
dan model pembelajaran yang mendorong kemampuan peserta didik untuk melakukan
penyingkapan/penelitian, serta dapat menghasilkan karya kontekstual, baik individual
maupun kelompok. Pendidik disarankan untuk menggunakan menggunakan model
pembelajaran antara lain model inkuiri, discovery, problem, dan projek.
Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma: (1)
peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) guru sebagai
satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3)
pendekatan tekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran berbasis konten menjadi pembelajaran
berbasis kompetensi; (5) pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu; (6)
pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran dengan
jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7) pembelajaran verbalisme menjadi
keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal
(hardskills) dan keterampilan mental (softskills); (9) pembelajaran yang
sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun
karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
(tut wuri handayani); (11) pembelajaranyang berlangsung di rumah, di sekolah,
dan di masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja
adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas; (13)
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar
belakang budaya peserta didik.
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut. (1) Objektif, berarti penilaian berbasis
pada standardan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai. (2) Terpadu, berarti
penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan
pembelajaran, dan berkesinambungan. (3) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien
dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. (4) Transparan,
berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat
diakses oleh semua pihak. (5) Akuntabel, berarti penilaian dapat
dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek
teknik, prosedur, dan hasilnya. (6) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta
didik dan guru.
B. Pembelajaran Saintifik dalam Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah
saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.Model pembelajaran
yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir
sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa (Alfred De Vito, 1989). Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu
menghasilkan kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996), bukan saja
diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih
penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta
didik (Zamroni, 2000; &Semiawan, 1998).
Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir,
saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis
peningkatan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang
mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara
terpadu (Beyer, 1991). Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan
dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang
perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang
fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam model
ini peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan
dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana
dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmiah (Nur:
1998), dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai
fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya.
Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam
memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep,
dan nilai-nilai yang diperlukan (Semiawan: 1992).
Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings), organisasi, dan struktur dari
ide atau gagasan, sehingga secara bertahap siswa belajar bagaimana
mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri
(discover) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum,
prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi
berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (Houston, 1988). Dengan
demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan
aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan
sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran.
Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi membangun
kompetensi dasar hidup siswa melalui pengembangan keterampilan proses sains, sikap
ilmiah, dan proses konstruksi pengetahuan secara bertahap. Keterampilan proses sains
pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools) yaitu
kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam
mengembangkan diri (Chain and Evans: 1990).
Suatu pengetahuan ilmiah hanya dapat diperoleh dari metode ilmiah. Metode ilmiah
untuk kemudian merumuskan pada simpulan. Dengan demikian diperlukan adanya
penalaran dalam rangka pencarian (penemuan). Untuk dapat disebut ilmiah, metode
pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat
diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.
Metode ilmiah umumnya memuat rangkaian kegiatan koleksi data atau fakta melalui
observasi dan eksperimen, kemudian memformulasi dan menguji hipotesis.
Sebenarnya apa yang kita bicarakan dengan metode ilmiah merujuk pada: (1) adanya
fakta, (2) sifat bebas prasangka, (3) sifat objektif, dan (4) adanya analisa. Selanjutnya
secara sederhana pendekatan ilmiah merupakan suatu cara atau mekanisme untuk
mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode
ilmiah. Ada juga yang mengartikan pendekatan ilmiah sebagai mekanisme untuk
memperoleh pengetahuan yang didasarkan pada struktur logis. Pendekatan ilmiah ini
memerlukan langkah-langkah pokok:
1. Mengamati
2. Menanya
3. Mengumpulkan Informasi
4. Mengasosiasi
5. mengomunikasikan
Gambar 2.1. Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran
Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar
Prakarya dan Kewirausahaan sebagai berikut:
1. Mengamati
Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks
situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta
atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan
atau menyimak. Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan bagi
mengam
ati
menanya
mengum pulkan informasi
mengaso
siasi
peserta didik untuk secara luas dan bervariasi melakukan pengamatan melalui
kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi
peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk
memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu
benda atau objek. Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu,
seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan
tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Dalam pembelajaran mata pelajaran
Prakarya dan Kewirausahaan pengamatan dapat dilakukan terhadap hal- hal
sebagai berikut, contoh:
jenis bahan dasar tekstil, alat tekstil,
limbah tekstil tekstil,
jenis bahan dasar limbah tekstil tekstil, alat pengolah limbah tekstil tekstil
Kegiatan mengamati dapat dilakukan melalui berbagai media yang dapat diamati
siswa, misalnya: surat kabar, video, gambar, grafik, bagan, dsb.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah seperti berikut ini.
Menentukan objek apa yang akan diobservasi
Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan
alat-alat tulis lainnya.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan
observasi, dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale),
(mechanical device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan
nama-nama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang ,
berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan
anekdot dapat berupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai
kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang
diobservasi. Alat mekanik dapat berupa berupa alat mekanik yang dapat dipakai
untuk memotret atau merekam peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh
subjek atau objek yang diobservasi.
2. Menanya
Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang
diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa
yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat
hipotetik). Kegiatan menanya dapat mengembangkan kompetensi kreativitas, rasa
ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis
yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Guru perlu
membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan
tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak
berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.
Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat
hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari
guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke
tingkat dimana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari
kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya
dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya
maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi
dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang
ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal
sampai sumber yang beragam. Jika peserta didik merasa kesulitan
mengemukakan pikiran dan gagasannya, guru dapat mengajukan pertanyaan
yang dapat menjadi inspirasi bagi peserta didik. Pertanyaan guru dimaksudkan
untuk membimbing dan memandu peserta didik agar pembelajaran dapat berjalan
prakarya dan kewirausahaan? Kerajinan apa saja yang dapat dijadikan prakarya
dan kewirausahaan? Berikut fungsi bertanya dalam pembelajaran:
Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan rancangan untuk mencari solusinya.
Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas
substansi pembelajaran yang diberikan.
Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan
menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Mendorong partisipasipeserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan
toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
3. Mengumpulkan Data/Mengeksplorasi
Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan
pemahaman atas suatu fenomena. Strategi yang digunakan adalah memperluas
dan memperdalam pengetahuan yang menerapkan strategi belajar aktif.
Pendekatan pembelajaran yang berkembang saat ini secara empirik telah
melahirkan disiplin baru pada proses belajar. Tidak hanya berfokus pada apa yang
dapat peserta didik temukan, namun sampai pada bagaimana cara
mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Istilah yang populer untuk menggambarkan
Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya berfokus pada bagaimana
mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi, namun harus
diimbangi dengan peningkatan mutu materi ajar. Dalam hal ini peserta didik
menyusun dan memvalidasi informasi sebagai input bagi kegiatan belajar. Peta
Konsep yang dikembangkan menunjukan kompleksitas kegiatan eksplorasi dalam
proses pembelajaran yang mengharuskan adanya proses dialog yang : (1)
interaktif (2) adaptif, interaktif dan reflektif (3) menggambarkan tingkat-tingkat
penguasaan pokok bahasan (4) menggambarkan level kegiatan yang berkaitan
dengan meningkatkan keterampilan menyelesaikan tugas sehingga memperoleh
pengalaman yang bermakna.
Mengintegrasikan pendekatan ini dengan lima faktor yang menyebabkan kegiatan
pembelajaran menjadi lebih bermakna, yaitu belajar aktif, belajar konstruktif,
belajar intens, belajar autentik, dan kolaboratif yang menegaskan pernyataan
bahwa pembelajaran eksploratif lebih menekankan pada pengalaman belajar dari
pada pada materi pelajaran.
Eksplorasi merupakan proses kerja dalam memfasilitasi proses belajar peserta
didik dari tidak tahu menjadi tahu. Peserta didik menghubungkan pikiran yang
terdahulu dengan pengalaman belajarnya. Mereka menggambarkan pemahaman
yang mendalam untuk memberikan respon yang mendalam juga. Bagaimana
membedakan peran masing-masing dalam kegiatan belajar bersama. Mereka
melakukan pembagian tugas seperti dalam tugas merekam, mencari informasi
melalui internet serta memberikan respon kreatif dalam berdialog. Disamping itu
peserta didik menindaklanjuti penelusuran informasi dengan membandingkan
hasil telaah. Secara kolektif, mereka juga dapat mengembangkan hasil
penelusuran informasi dalam bentuk grafik, tabel, diagram serta
mempresentasikan gagasan yang dimiliki.
Melalui kegiatan mengumpulkan data (eksplorasi) peserta didik dapat
mengembangkan pengalaman belajar, meningkatkan penguasaan ilmu-ilmu sosial,
serta menerapkannya untuk menjawab fenomena yang ada. Peserta didik juga
dapat mengeksploitasi informasi untuk memperoleh manfaat tertentu sebagai
4. Mengasosiasi/Menalar/Mengolah Informasi
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang
bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi
yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada yang bertentangan. Informasi tersebut menjadi dasar
bagi kegiatan berikutnya yaitu memeroses informasi untuk menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari
keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang
ditemukan. Kegiatan ini dapat mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat
aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Mengasosiasi adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta
empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan
Mengasosiasi sering juga disebut menalar. Penalaran dimaksud merupakan
penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris
yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah
tidak selalu tidak bermanfaat.
5. Mengomunikasikan
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan
dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil
tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta
didik atau kelompok. Mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil
konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, grafik, atau
perilaku. Kegiatan ini dilakukan agar peserta didik mampu mengomunikasikan
pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi peserta didik melalui
C. Model Pembelajaran dalam Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan
Model-model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan sehingga dapat membangkitkan kreativitas dan keingintahuan peserta
didik, antara lain Discovery Based Learning, Project Based Learning, Problem
Based Learning, dan Inquairy.
1.
Model Pembelajaran
Discovery Learning
Discovery learning adalah teori belajar yang menempatkan peserta didik sebagai
pembelajar aktif dalam membangun pengetahuan yang diharapkan.
Langkah-langkah operasionalnya adalah sebagai berikut.
a. Menciptakan stimulus
Kegiatan penciptaan stimulus (rangsangan) dilakukan pada saat peserta didik
melakukan aktivitas mengamati fakta atau fenomena dengan cara melihat,
mendengar, membaca, atau menyimak. Fakta yang disediakan dimulai dari
yang sederhana hingga kompleks atau fenomena yang menimbulkan
kontroversi. Disamping itu, guru menyiapkan instruksi-instruksi yang jelas
untuk penugasan dalam setiap tahapan. Selain itu, pendidik dapat memulai
kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan
kondisi interaksi belajar yang dapat membantu peserta didik dalam
mengeksplorasi bahan. Ketika memberikan stimulus, guru dapat
menggunakan teknik bertanya, dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan peserta didik pada kondisi internal yang
mendorong eksplorasi. Dengan demikian, peserta didik terlibat secara aktif
dalam bereksplorasi
b. Menyiapkan pernyataan masalah
Tahap kedua, guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang relevan dengan bahan pelajaran.
Kemudian peserta memilih salah satu masalah dan dirumuskan dalam bentuk
pernyataan singkat.
c. Mengumpulkan data/mencoba
informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau
tidaknya pernyataan masalah tersebut. Pembuktian ini dapat dilakukan
dengan cara mengumpulkan (collecting) berbagai informasi yang relevan,
membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber,
melakukan uji coba dan sebagainya. Dengan demikian, peserta didik secara
aktif menemukan pengetahuan baru yang berhubungan dengan
permasalahan yang dihadapi.
d. Mengolah Data
Tahap keempat, peserta didik melakukan pengolahan data dan informasi
yang telah diperoleh baik melalui wawancara, observasi, dan metode lainnya,
lalu ditafsirkan. Semua informasi yang telah dikumpulkan, semuanya diolah,
diacak, dan diklasifikasikan.
e. Memverifikasi data
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya jawaban atas pernyataan masalah.
Verifikasi bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada,
pernyataan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah
terbukti atau tidak.
f. Menarik kesimpulan
Tahap generalisasi atau menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Berdasarkan hasil verifikasi, dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi. Setelah menarik kesimpulan, peserta didik harus memperhatikan
proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan materi
pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang
mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan
generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
Pemilihan model discovery learning memerlukan persyaratan pendukung untuk
mereduksi kelemahan yang sering ditemukan, antara lain:
pada keterampilan berbicara dan menulis. Bagi peserta didik yang kurang
terampil, akan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan hubungan antara
konsep-konsep, yang tertulis atau lisan sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustrasi;
b. jumlah peserta didik tidak terlalu banyak, untuk memudahkan dalam
membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya;
c. pemilihan materi dengan kompetensi dominan pada pemahaman;
d. perlu fasilitas memadai seperti sumber, media, dan peralatan pembelajaran.
Manfaat pemilihan model discovery learning antara lain:
a. membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci
dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya;
b. menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer pengetahuan karena
pemerolehannya bersifat pribadi;
c. menimbulkan rasa senang pada peserta didik karena tumbuhnya rasa
penyelidikan dan berhasil;
d. memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
dengan keecepatannya sendiri;
e. menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya dengan
melibatkan akal dan motivasinya;
f. membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya karena memperoleh
kepercayaan diri bekerjasama dengan yang lainnya;
g. membantu peserta didik menghilangkan keraguan karena mengarah pada
kebenaran yang final yang dialami dalam keterlitbatan kegiatannya;
h. mendorong peserta didik berpikir secara intuitif, inisiatif, dalam merumuskan
hipotesis;
i. dapat mengembangkan bakat, motivasi, dan keingintahuan;
j. kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan belajar dari
2.
Model Pembelajaran
Project Based Learning
Pembelajaran berbasis proyek (PBL) merupakan metode belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktivitas secara nyata. Langkah-langkah operasionalnya sebagai berikut:
a. Menentukan pertanyaan mendasar.
Pada tahapan ini, guru memberikan pertanyaan yang dapat memberi
penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas dengan cara
mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan
sebuah investigasi mendalam. Guru diharapkan dapat mengangkat topik yang
relevan untuk para peserta didik sesuai dengan tuntutan kompetensi.
Penyiapan pertanyaan dapat dilakukan diawal semester agar dapat
merancang kegiatan selanjutnya.
b. Mendesain perencanaan proyek
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dan peserta didik.
Dengan demikian, peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” proyek
tersebut. Perencanaan terdiri dari aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, pengintegrasian berbagai
subjek yang mungkin, dan alat dan bahan yang dapat diakses untuk
membantu penyelesaian proyek.
c. Menyusun Jadwal
Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas
dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
1. membuat timeline untuk menyelesaikan proyek,
2. membuat deadline penyelesaian proyek,
3. membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru,
4. membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek, dan
5. meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang
d. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek
Pendidik bertanggungjawab untuk memonitor aktivitas peserta didik selama
menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi
peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, pemdidik berperan
sebagai mentor pada saat peserta didik beraktivitas. Rubrik dapat digunakan
untuk mempermudah proses monitoring dan merekam keseluruhan aktivitas
peserta didik.
e. Menguji hasil
Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian
kompetensi dasar, serta mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta
didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai
peserta didik dan membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya.
f. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman
Pada akhir pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan
baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta
untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan
proyek. guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka
memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya
diperoleh suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan
yang diajukan pada tahap awal pembelajaran.
Pemilihan model Project Based Learning memerlukan dukungan persyaratan untuk
mereduksi kendala yang sering terjadi, antara lain:
a. peserta didik terbiasa dengan aktivitas pemecahan masalah sehingga proyek
tidak memakan waktu terlalu lama;
b. dukungan sarana dan perasarana memadai termasuk perlatan belajar di
laboratorium;
c. pengaturan waktu dan jadwal kegiatan yang terkontrol;
Manfaat pemilihan model pembelajaran Project Based Learning, antara lain:
a. meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar;.
b. mendorong kemampuan peserta didik melakukan pekerjaan penting;
c. mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dan
berpikir kritis;
d. mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan pengelolaan
sumber daya;
e. memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu serta
sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas;
f. melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki dan kemudian
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
g. membuat suasana belajar menyenangkan sehingga peserta didik maupun
guru menikmati proses pembelajaran.
3.
Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
a. Langkah pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik pada masalah.
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam Problem Based Learning, tahapan ini
sangat penting karena guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang akan
dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh pendidik serta menjelaskan
bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini bertujuan
untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti pembelajaran
yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini,
yaitu:
1) tujuan utama pembelajaran menyelidiki masalah-masalah penting dan
bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri,
2) permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban
banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan,
3) selama tahap penyelidikan, peserta didik didorong untuk mengajukan
pertanyaan dan mencari informasi. Pendidik akan bertindak sebagai
pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha
untuk bekerja mandiri atau dengan temannya, dan
4) selama tahap analisis, peserta didik akan didorong untuk menyatakan
ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Semua peserta didik
diberi peluang untuk berperan serta pada penyelidikan dan
menyampaikan ide-ide mereka.
b. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran.
Disamping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, model
Problem Based Learning juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi.
Dalam memecahkan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan
sharing antaranggota. Oleh sebab itu, pendidik dapat memulai kegiatan
pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok dan masing-masing
kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda.
Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat
digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya
interaksi antaranggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan
sebagainya.
Peserta didik harus memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing
kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama
pembelajaran. Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan
telah membentuk kelompok belajar, guru dan peserta didik menetapkan
subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal.
Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua
peserta didik terlibat aktif dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan
hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap
permasalahan tersebut, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta
memamerkannya.
Guru bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan terhadap aktivitas
cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, guru
berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Untuk mempermudah
proses monitoring, guru membuat sebuah rubrik yang dapat merekam
keseluruhan aktivitas yang penting.
c. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok
Penyelidikan adalah inti dari Problem Based Learning. Setiap situasi
permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada
umumnya melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan
eksperimen, perumusan hipotesis dan penjelasan, dan pemecahan masalah.
Pengumpulan data dan eksperimen merupakan aspek yang sangat penting.
Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka
betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar
peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan
membangun ide mereka sendiri.
Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber dan mengajukan pertanyaan tentang
masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah.
Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan menentukan
permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, mereka mulai
merumuskan hipotesis, penjelasan, dan pemecahan masalah.
Esensi dari tahap ini adalah guru mendorong peserta didik untuk
menyampaikan ide-idenya dan menerima ide mereka. Guru juga harus
mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir tentang
kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas
informasi yang dikumpulkan.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan
pameran. Artifak bisa berbentuk laporan tertulis, video, tape (menunjukkan
situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara
fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian
berpikir peserta didik. Langkah selanjutnya, peserta didik memamerkan hasil
karyanya dan pendidik berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih
baik jika dalam pemeranan ini, melibatkan peserta didik-peserta didik lainnya,
Guru lainnya, para orang tua, dan pihak lain yang dapat menjadi “penilai” atau pemberi umpan balik.
e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam Problem Based Learning. Fase ini
dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan
serta pola pikir yang mereka gunakan. Selama fase ini, guru meminta peserta
didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan
selama proses kegiatan belajarnya.
4.
Model Pembelajaran Inkuiri (
Inquairy
)
Langkah-langkah pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
a. Orientasi
Guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran,
guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan
pembelajaran inkuiri sosial sangat tergantung pada kamauan siswa untuk
beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah;
tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan
berjalan dengan lancar. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapam
orientasi ini adalah: (a) menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai oleh siswa.; (b) menjelaskan pokok-pokok kegiatan
yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini
dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari
langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan; dan
(c) menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan
dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
b. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.
Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan
masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari
jawaban yang tepat. Poses mencarl jawaban itulah yang sangat penting
dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya: (a) masalah
hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. (b) masalah yang dikaji adaIah
masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. dan (c)
konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep-konsep-konsep yang sudah diketahui terilebih
dahulu oleh siswa.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah
satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan
menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah (dengan mengajukan
berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan
jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan
jawaban dan suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis
bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang
kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis.
Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman
wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap
individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan
hipotesis yang rasional dan logis.
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya
memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari
informasi yang dibutuhkan.
e. Menguji Hipotesis
Proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau
informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting
dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas
jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban
yang diberikan bukan banya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan kesimpulan
Proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian
hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gongnya dalam proses
pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh,
menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah
yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang
akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang
relevan.
D. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan
Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk
menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang
meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai
kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan
penilaian ketiga komponen (input – proses – output) tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan dampak
instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari
pembelajaran.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific
approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penilaian
autentik mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam
rangka mengamati/mengobservasi, menanya, mencoba, menalar, membangun jejaring
kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan
kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penilaian autentik disebut juga penilaian responsif, suatu metode untuk menilai proses
dan hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang
mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius.
Penilaian autentik dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu seperti seni atau ilmu
pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses dan hasil
pembelajaran.
Implementasi penilaian autentik didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut;
1. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (apart of,not
apart from instruction),
2. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan
masalah dunia sekolah (schoolwork-kind of problems),
3. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan criteria yang sesuai
dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar,
4. Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran (sikap, keterampilan, dan pengetahuan).
Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program
perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu,
hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses
pembelajaran.
1.
Penilaian Sikap
Penilaian kompetensi sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian
“teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah
daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada
jurnal berupa catatan pendidik.
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan
dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku
Jurnal adalah catatan pendidik yang sistematis di dalam dan di luar kelas yang
berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik
berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal dapat memuat penilaian siswa
terhadap aspek tertentu secara kronologis. Kriteria penilaian jurnal adalah sbb:
a. Mengukur capaian kompetensi sikap yang penting.
b. Sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator.
c. Menggunakan format yang sederhana dan mudah diisi/digunakan.
d. Dapat dibuat rekapitulasi tampilan sikap peserta didik secara kronologis.
e. Memungkinkan untuk dilakukannya pencatatan yang sistematis, jelas dan
komunikatif.
f. Format pencatatan memudahkan dalam pemaknaan terhadap tampilan sikap
peserta didik
g. Menuntun guru untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan peserta didik.
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks
pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
Penilaian diri dilakukan oleh peserta didik untuk tiap kali sebelum ulangan harian.
Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama,
menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari
kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih
peserta didik berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju
secara personal.
Penilaian antarteman adalah penilaian yang dilakukan terhadap sikap seorang
peserta didik oleh seorang peserta didik lainnya dalam suatu kelas atau
rombongan belajar. Penilaian ini merupakan bentuk penilaian untuk melatih
peserta didik menjadi pembelajar yang baik. Instrumen sesuai dengan kompetensi
dan indikator yang akan diukur. Kriteria penilaian antar teman adalah sbb:
a. Indikator dapat dilakukan melalui pengamatan oleh peserta didik
b. Kriteria penilaian dirumuskan secara sederhana
d. Menggunakan format penilaian sederhana dan mudah digunakan oleh peserta
didik
e. Kriteria penilaian yang digunakan jelas, tidak berpotensi munculnya
penafsiran makna ganda/berbeda
f. Indikator menunjukkan sikap peserta didik dalam situasi yang nyata atau
sebenarnya
g. Instrumen dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid)
h. Memuat indikator kunci atau esensial yang menunjukkan penguasaan satu
kompetensi peserta didik
i. Indikator menunjukkan sikap yang dapat diukur
j. Mampu memetakan sikap peserta didik dari kemampuan pada level terendah
sampai kemampuan tertinggi.
Penilaian sikap pada pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan mencakup
kompetensi inti 1 (sikap spiritual), kompetensi inti 2 (sikap social), kompetensi
dasar sikap spiritual dan kompetensi dasar sikap social. Contoh kompetensi inti
dan kompetensi dasar sikap spiritual dan sosial sebagai berikut:
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Prilaku
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Prilaku
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,
penskoran. Tes uraian mampu memberikan multi jawaban yang memiliki nilai
kebenaran yang sama. Tes uraian menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi, atas
materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis semacam ini memberi kesempatan pada
guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih
tinggi atau kompleks. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. Instrumen
penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara
individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Penilaian pengetahuan
dilakukan oleh guru secara berkelanjutan, ulangan harian yang terintegrasi
dengan proses pembelajaran, ulangan tengah semester dan ulangan akhir
semester, ujian tingkat kompetensi dilakukan oleh satuan pendidikan pada kelas
XI (tingkat 5) dengan menggunakan kisi-kisi yang disusun oleh Pemerintah, ujian
tingkat kompetensi pada akhir kelas XII (tingkat 6) yang dilakukan melalui UN dan
Ujian Sekolah.
Tes lisan adalah tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara lisan.
Pelaksanaan Tes lisan dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara
langsung antara pendidik dan peserta didik. Kriteria Tes lisan adalah sbb:
a. Tes lisan dapat digunakan jika sesuai dengan kompetensi pada taraf
pengetahuan yang hendak dinilai.
b. Pertanyaan tidak boleh keluar dari bahan ajar yang ada.
c. Pertanyaan diharapkan dapat mendorong siswa dalam mengkontruksi
jawabannya sendiri.
d. Pertanyaan disusun dari pertanyaan yang sederhana ke pertanyaan yang
komplek.
Instrumen penugasan dapat berupa pekerjaan rumah dan/atau tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik, baik secara individu atau kelompok, sesuai dengan
karakteristik tugas. Kriteria penugasan adalah sbb:
a. Tugas mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar.
b. Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik.
c. Tugas dapat dikerjakan selama proses pembelajaran atau merupakan bagian
d. Pemberian tugas disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik.
e. Materi penugasan harus sesuai dengan cakupan kurikulum.
f. Penugasan ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menunjukkan kompetensi individualnya meskipun tugas diberikan
secara kelompok.
g. Untuk tugas kelompok, perlu dijelaskan rincian tugas setiap anggota.
h. Tugas harus bersifat adil (tidak bias gender atau latar belakang sosial
ekonomi).
i. Tampilan kualitas hasil tugas yang diharapkan disampaikan secara jelas.
j. Penugasan harus mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.
Penilaian pengetahuan pada pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan
mencakup kompetensi inti 3 (pengetahuan), kompetensi dasar pengetahuan.
Contoh kompetensi inti dan kompetensi dasar pengetahuan sebagai berikut:
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Materi Pokok
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Materi Pokok dan kejadian,
serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
pengemasan produk tekstil
3.
Penilaian Ketrampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian
yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu
dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen
yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
dilengkapi rubrik. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa
keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan
kompetensi. Tes Praktik diperlukan penyusunan rubrik penilaian, rubrik tersebut
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Rubrik dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid).
b. Rubrik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
c. Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diamati (observasi).
d. Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diukur.
e. Rubrik dapat memetakan kemampuan peserta didik.
f. Rubrik menilai aspek-aspek penting pada proyek peserta didik.
Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam
waktu tertentu. Penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk tiap akhir bab atau
oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dalam penilaian proyek, setidaknya ada
tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru, yaitu:
Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang
diperoleh, dan menulis laporan.
Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
Orisinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk proyek.
Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi
penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data,
dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar
cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam
bentuk poster atau tertulis.
Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus.
Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan
bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi
penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk. Penilaian secara
analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan
produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan
secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.
Penilaian ketrampilan juga dapat dilakukan melalui penilaian portofolio. Penilaian
portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh
karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk
mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik
dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang
mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya. Penilaian
portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan
kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio
secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi
berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik
dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik
dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau
informasi lain yang relevan dengan keterampilan yang dituntut oleh topik atau
mata pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya
peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran
tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta
didik sendiri.
Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan
belajar peserta didik. Misalnya, kumpulan hasil karya mereka dalam menyusun
makalah sejarah yang menggambarkan perkembangan kemampuannya untuk
menyusun karya ilmiah secara benar. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau
peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti
berikut ini.
Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
Penilaian ketrampilan pada pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan mencakup
kompetensi inti 4 (ketrampilan), dan kompetensi dasar 4 (ketrampilan). Contoh
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Konten
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan.
4.1Mendesain produk dan pengemasan karya kerajinan berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya.
Mengolah, Menalar, dan Menyajikan
BAB III
ANALISIS KOMPETENSI
A. Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dalam standar kompetensi lulusan, kompetensi inti dan kompetensi dasar.
Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran
adalah melakukan analisis pada ketiga kompetensi itu. Dari analisis itulah akan
diperoleh penjabaran materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian yang
diperlukan. Standar kompetensi lulusan adalah muara utama pencapaian yang dituju
semua mata pelajaran pada jenjang tertentu. Sedangkan kompetensi inti adalah
pijakan pertama pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada tingkat
kompetensi tertentu. Penjabaran kompetensi inti untuk tiap mata pelajaran tersaji
dalam rumusan kompetensi dasar.
Rumusan standar kompetensi lulusan seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 untuk tingkat SMA sebagai berikut.
Tabel 3.1.
Standar Kompetensi Lulusan
Dimensi Kualifikasi Kemampuan
Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.
Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.
Kompetensi inti tingkat SMA terdiri atas dua tingkatan, yaitu tingkat kompetensi ke
lima yang mencakup kelas X dan kelas XI, dan tingkat kompetensi keenam untuk kelas