• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI PELATIHAN GURU IMPLEMENTASI KURIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MATERI PELATIHAN GURU IMPLEMENTASI KURIK"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI PELATIHAN GURU

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

TAHUN 2015

BIMBINGAN DAN KONSELING

SMA/MA, SMK/MAK

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

(2)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK ii Diterbitkan oleh:

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015

Copyright © 2015, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

(3)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK iii KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Kurikulum 2013 pada tahun 2015 dilaksanakan untuk kelas III, VI, IX dan XII di16.991 sekolah yang tersebar pada jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya untuk merespon berbagai tantangan internal dan eksternal.

Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar

kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar

kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata

pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta

didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata

pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses

pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013.

Implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan.Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal pada bidang pendidikan.

Untuk menjamin keterlaksanaan implementasi Kurikulum 2013 pada 16.991 sekolah maka kepada semua guru dan kepala sekolah di sekolah sasaran serta pengawas diberikan pelatihan implementasi Kurikulum 2013. Pelatihan sudah dimulai pada tahun 2013 dan berlanjut pada tahun 2014 dan 2015 untuk semua mata pelajaran. Mengingat jumlah peserta pelatihan yang cukup besar maka pelatihan ini melibatkan semua stakeholder pendidikan baik di pusat maupun daerah.

Mudah-mudahan pelatihan implementasi Kurikulum 2013 ini bisa berjalan dengan baik dan lancar. Akhirnya, kepada semua pihak yang telah mendedikasikan dirinya dalam memberikan kontribusi dan mempersiapkan pelatihan Kurikulum 2013, saya mengucapkan banyak terima kasih. Semoga bermanfaat untuk mencerdaskan bangsa Indonesia.

Jakarta, Mei 2015

Kepala Badan PSDMPK dan PMP,

(4)
(5)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK v

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya Perangkat (Pedoman, Panduan, Modul beserata perangkat pendukung lainnya) Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Perangkat ini merupakan dokumen wajib dalam rangka pelatihan calon narasumber, instruktur, dan guru untuk memahami Kurikulum 2013 dan kemudian mengiimplementasikannya dalam proses pembelajaran di sekolah.

Kurikulum 2013 ini diberlakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2013/2014. Pada tahun 2013 telah dilakukan pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 untuk Kelas I, IV, VII, dan X. Pada Tahun ajaran 2014 telah dilaksanakan pelatihan untuk kelas I, II, IV, V, VII, IX, dan X. Selanjutnya pada tahun Ajaran 2015/2016 diharapkan Kurikulum 2013 telah dilaksanakan di seluruh kelas I sampai dengan Kelas XII pada 16.991 sekolah, yaitu sekolah yang pada tahun ajaran 2015/2016 yang sudah melaksanakan Kurikulum 2013 selama 3 (tiga) semester berturut turut.

Menjelang implementasi Kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2015/2016 pada kelas III, VI, IX dan XII penyiapan tenaga guru dan tenaga kependidikan lainnya sebagai pelaksana kurikulum perlu dilakukan. Sehubungan dengan itu, Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK dan PMP), telah menyiapkan strategi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 bagi guru, kepala sekolah, dan pengawas.

Pada tahun 2015 pelatihan dilakukan bagi pengawas SD/SMP/SMA/SMK, kepala sekolah SD/SMP/SMA/SMK, dan guru Kelas III, VI, IX, dan XI. Guna menjamin kualitas pelatihan tersebut, maka Badan PSDMPK dan PMP telah menyiapkan Pedoman Pelatihan, Buku 1 Panduan untuk Narasumber Nasional dan Instruktur Nasional, dan Buku 2 Modul Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 sesuai dengan kelas, mata pelajaran, dan jenjang pendidikan. Modul ini diharapkan dapat membantu semua pihak menjalankan tugas dalam Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013.

Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas partisseni budayasi aktif kepada pejabat dan staf di jajaran BPSDMPK dan PMP, dosen perguruan tinggi, konsultan, widyaiswara, pengawas, kepala sekolah, dan guru yang terlibat di dalam penyusunan modul-modul tersebut di atas.

Jakarta, Mei 2015

Kepala Pusat Pengembangan Profesi Pendidik

Dr.Unifah Rosyidi, M.Pd.

(6)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK vi

MATERI PELATIHAN 1 KURIKULUM 2013 DAN PROFESIONALISASI BK Error! Bookmark not defined.

1.1 Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013 Error! Bookmark not defined.

1.2 BK dalam Kurikulum 2013 Error! Bookmark not defined. 1.3 Pelayanan Peminatan Peserta Didik

MATERI PELATIHAN 2 PENGELOLAAN BK DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 Error! Bookmark not defined.

2.1 Perencanaan

Error! Bookmark not defined. 2.2 Pelaksanaan

2.3 Evaluasi, Pelaporan dan Tindak Lanjut

MATERI PELATIHAN 3 ASESMEN PEMINATAN PESERTA DIDIK Error! Bookmark not defined.

3.1 Asesmen dalam BK

Error! Bookmark not defined.

3.2 Pengukuran Komponen Peminatan Peserta Didik Error! Bookmark not defined.

3.3 Pemantapan Peminatan Peserta Didik dan Rekomendasi Error! Bookmark not defined.

(7)
(8)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 8

MATERI PELATIHAN 1

KONSEP KURIKULUM 2013

1. 1

RASIONAL DAN ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013

1. 2

POSISI DAN PERAN BK DALAM KURIKULUM 2013

(9)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 9 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Kurikulum adalah metode untuk dapat membawa insan Indonesia memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat menjadi pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Kurikulum 2013 lebih sensitif dan respek terhadap perbedaan

kemampuan dan kecepatan belajar peserta didik, dan untuk SMP/MTs diarahkan memantapkan

minat peserta didik pada semua mata pelajaran, meminati studi lanjutan, dan untuk membantu peserta didik menentukan minat untuk melakukan pilihan studi lanjut ke SMA/MA dan SMK berdasarkan pada kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, minat, dan kecenderungan arah pilihan masing-masing peserta didik.

Dalam rangka implementasi kurikulum 2013 yang mengamanatkan adanya peminatan peserta didik pada kelompok mata pelajaran, lintas minat, dan pendalaman minat, maka diperlukan adanya pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh Guru BK atau Konselor. Kegiatan bimbingan dan konseling mengembangkan dan memberdayakan peserta didik sesuai dengan potensi, bakat, dan minat mereka masing-masing. Dengan demikian, pelayanan bimbingan dan konseling memberikan pelayanan peminatan peserta didik dengan sungguh-sungguh di satu sisi, dan di sisi lain pelayanan peminatan itu tidak boleh melemahkan pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan adanya pendidikan dan pelatihan Guru BK atau Konselor agar memperoleh pemahaman tentang pelayanan bimbingan dan konseling dalam implementasi kurikulum 2013, khususnya pelayanan peminatan peserta didik dengan diharapkan agar Guru BK atau Konselor dapat menjalankan peran dan fungsinya sehingga peserta didik mampu memilih dan menetapkan pilihan peminatannya sesuai dengan potensi dirinya. Kesesuaian dalam memilih dan menetapkan peminatan akan membantu dalam proses belajar dan keberhasilan dalam belajar yang dijalaninya.

Modul ini berisi bahasan tentang rasional dan elemen perubahan kurikulum 2013, bimbingan dan konseling dalam kurikulum 2013, dan pelayanan peminatan peserta didik. Modul ini mempunyai keterkaitan dengan modul lainya yaitu modul Pengelolaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum 2013 serta Praktik Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum 2013.

B. Deskripsi Singkat

Modul mata pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 ini meliputi rasional dan elemen perubahan kurikulum 2013, posisi, peran bimbingan dan konseling dalam kurikulum 2013, dan

pentingnya perubahan mindset Guru BK/Konselor dalam memberikan pelayanan bimbingan dan

(10)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 10 C. Tujuan Pembelajaran

Setelah pelatihan dilaksanakan Guru BK atau Konselor akan dapat:

1. Memahami rasional pengembangan kurikulum 2013

2. Memahami elemen perubahan kurikulum 2013

3. Memahami peran bimbingan dan konseling dalam implementasi kurikulum 2013

4. Memahami posisi bimbingan dan konseling dalam implementasi kurikulum 2013

5. Memiliki kemauan mengubah mindset dalam memberikan pelayanan BK yang mampu

mengubah persepsi cara berpikir, merasa, bersikap, dan perilaku bertanggungjawab pada peserta didik.

6. Memahami pelayanan peminatan peserta didik

D. Indikator Keberhasilan

Setelah pelatihan dilaksanakan Guru BK atau Konselor dapat:

1. Menjelaskan rasional pengembangan kurikulum 2013 dalam kaitannya dengan perkembangan

masa depan.

2. Menjelaskan elemen perubahan kurikulum 2013

3. Menjelaskan peran BK dalam implementasi kurikulum 2013

4. Menjelaskan posisi BK dalam implementasi kurikulum 2013

5. Memberikan pelayanan BK yang mampu mengubah persepsi cara berpikir, merasa, bersikap,

dan perilaku bertanggungjawab pada peserta didik.

6. Menjelaskan pelayanan peminatan peserta didik

E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

Materi pokok dan sub materi pokok mencakup :

1. Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013

a. Rasional Perubahan Kurikulum 2013 b. Elemen Perubahan Kurikulum 2013

2. Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013

a. Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan

b. Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Impementasi Kurikulum 2013 c. Peran Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum 2013

3. Pelayanan Peminatan Peserta Didik

a. Tingkat dan Arah Peminatan Didik b. Aspek Peminatan Peserta Didik

c. Langkah Pokok Pelayanan Peminatan Peserta Didik

F. Petunjuk Penggunaan Modul

(11)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 11

(12)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 12 BAB II

RASIONAL DAN ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013

A. Indikator Keberhasilan

Setelah mempelajari bab II ini, Guru BK atau Konselor dapat :

1. Menjelaskan rasional pengembangan kurikulum 2013 dalam kaitannya dengan perkembangan

masa depan.

2. Menjelaskan elemen perubahan kurikulum 2013

B. Sub Materi

1. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013

2. Elemen Prubahan Kurikulum 2013

C. Uraian Materi

1. Pengertian Kurikulum

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut.

2. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

(13)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 13

dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

b. Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi

masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade

Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan

Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science

Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.

3. Penyempurnaan Pola Pikir

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:

a. Penguatan pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari dan gaya

belajarnya (learning style) untuk memiliki kompetensi yang sama ;

b. Penguatan pola pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta

didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya);

c. Penguatan pola pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari

siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);

d. Penguatan pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktifmencari semakin

diperkuat dengan pendekatan pembelajaran saintifik);

e. Penguatan pola belajar sendiri dan kelompok (berbasis tim);

f. Penguatan pembelajaran berbasis multimedia;

g. Penguatan pola pembelajaran berbasis klasikal-massal dengan tetap memperhatikan

pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;

h. Penguatan pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan

(14)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 14 4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut.

a. Penguatan tata kerja guru lebih bersifat kolaboratif;

b. Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala

sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan

c. Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan prose pembelajaran.

5. Penguatan Materi

Penguatan materi dilakukan dengan cara pengurangan materi yang tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.

6. Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut.

a. Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan

keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;

b. Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman

belajaragar peserta didik mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;

c. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan,

dan keterampilan;

d. Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti kelas

yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;

e. Mengembangkan Kompetensi Inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing

elements) Kompetensi Dasar. Semua Kompetensi Dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam Kompetensi Inti;

f. Mengembangkan Kompetensi Dasar berdasar pada prinsip akumulatif, saling memperkuat

(15)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 15

ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Standar nasional pendidikan terdiri atas standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pembiayaan, standar penilaian pendidikan (UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Di dalam kerangka pengembangan kurikulum 2013, dari 8 satandar nasional pendidikan seperti yang tertuang di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, hanya 4 standar yang mengalami perubahan yang signifikan, seperti yang tertuang di dalam matriks berikut ini.

2

Elemen Perubahan

Standar

Kompetensi Lulusan

Standar Proses

Standar Isi Standar Penilaian

Elemen Perubahan

1. Standar Kompetens Lulusan

Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, danketerampilan.

Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.

Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya disatuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

a. Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A

Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

SD/MI/SDLB/PaketA

Dimensi Kualifikasi Kemampuan

(16)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 16 efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasaingin tahunyatentang ilmu pengetahuan, teknologi,seni,dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.

b. Kompetensi Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B

Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B memiliki sikap, p engetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

SMP/MTs/SMPLB/Paket B

Dimensi Kualifikasi Kemampuan

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,

berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawabdalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan

keberadaannya.

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural

dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata.

Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif

dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain sejenis.

c. Kompetensi Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/PaketC

Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/PaketC memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/Paket C

Dimensi Kualifikasi Kemampuan

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,

berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan

meta kognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan

budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.

Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektifdan

(17)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 17 2. Standar Isi

Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat Kompetensi untuk mencapai Kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Tingkat kompetensi merupakan batas minimal pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pencapaian kompetensi sikap dinyatakan dalam deskripsi kualitas tertentu, sedangkan pencapaian kompetensi pengetahuan dinyatakan dalam skor tertentu untuk kemampuan berpikir dan dimensi pengetahuannya, sedangkan untuk kompetensi keterampilan dinyatakan dalam deskripsi kemahiran dan/atau skor tertentu. Pencapaian tingkat kompetensi dinyatakan dalam bentuk deskripsi kemampuan dan/atau skor yang dipersyaratkan pada tingkat tertentu. Tingkat pencapaian KI dan KD berbeda untuk setiap satuan tingkat pendidikan mulai dari SD/MI kelas awal (I–III) dan kelas atas (IV–VI), SMP/MTs kelas VII-IX, dan SMA/SMK/MA kelas X -XII. Tingkat pencapaian kompetensi ditentukan sebagai berikut.

No. Tingkat

Kompetensi

Tingkat Kelas

1. Tingkat 0 TK/RA

2. Tingkat 1 Kelas I SD/MI/SDLB/PAKETA

Kelas II SD/MI/SDLB/PAKETA

3. Tingkat 2 Kelas III SD/MI/SDLB/PAKETA

Kelas IV SD/MI/SDLB/PAKETA

4. Tingkat 3 Kelas V SD/MI/SDLB/PAKETA

Kelas VI SD/MI/SDLB/PAKETA

5. Tingkat 4 Kelas VII SMP/MTs/SMPLB/PAKET B

Kelas VIII SMP/MTs/SMPLB/PAKETB

6. Tingkat 4A Kelas IX SMP/MTs/SMPLB/PAKETB

7. Tingkat 5 Kelas X SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/ PAKET C/PAKET C KEJURUAN

Kelas XI SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/ PAKET C/PAKET C KEJURUAN

8. Tingkat 6 Kelas XII SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/PAKET C/PAKET C KEJURUAN

3. Standar Proses

Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan.

Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi pesertadidik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

(18)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 18

a. Dari peserta didik diberi tahu menuju pesertadidik mencari tahu;

b. Darigurusebagaisatu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber

belajar;

c. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan

ilmiah;

d. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;

e. Dari pembelajaran parsial menujupembelajaran terpadu;

f. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan

jawaban yang kebenarannya multi dimensi;

g. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;

h. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan

mental (softskills);

i. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai

pembelajar sepanjang hayat;

j. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso

sungtulodo), membangun kemauan (ingmadyo mangun karso), dan mengembangkan

kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

k. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;

l. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah

siswa, dan di mana saja adalah kelas.

m. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas pembelajaran; dan

n. Pengakuan atas perbedaan individualdan latar belakang budayapesertadidik.

Terkait dengan prinsip di atas, dikembangkan standar proses yang mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruanglingkup materi.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.

Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang

berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas“ menerima, menjalankan, menghargai, menghayati,

dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas“ mengingat, memahami,

menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas“

mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi

beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses.

Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar mata

(19)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 19

penyingkapan/penelitian (discovery/inquirylearning). Untuk mendorong kemampuan peserta

didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karyaberbasis

pemecahan masalah (projectbased learning).

Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut

Sikap Pengetahuan Keterampilan

Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi. Pembelajaran

tematik terpadu di SD/MI/SDLB/Paket A disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta

didik.

Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu diSMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Proses pembelajaran di SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan

karakteristik kompetensi yang mulai memperkenalkan mata pelajaran dengan

mempertahankan tematik terpadu pada IPA dan IPS.

Karakteristik proses pembelajaran di SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan secara keseluruhan berbasis mata pelajaran, meskipun pendekatan tematik masih dipertahankan.

Standar Proses pada SDLB, SMPLB, dan SMALB diperuntukkan bagi tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, dan tuna laras yang intelegensinya normal.

Secara umum pendekatan belajar yangdipilih berbasis padateori tentang taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir yang secara umum sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut capaian pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah kognitif, affektif dan psikomotor. Penerapan teori taksonomi dalam tujuan pendidikan diberbagai negara dilakukan secara adaptif sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Undang-Undang Nomor 20Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi dalambentuk rumusan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

(20)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 20 4. Standar Penilaian

Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar Peserta Didik.

Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Penilaian dalam proses pendidikan merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dari komponen lainnya khususnya pembelajaran. Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasilbelajar peserta didik secara berkesinambungan. Penegasan tersebut termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penilaian hasil belajaroleh pendidik memiliki peranantara lain untuk membantu peserta didik mengetahui capaian

pembelajaran (learning outcomes). Berdasarkan penilaian hasil belajar oleh pendidik, pendidik

dan peserta didik dapat memperoleh informasi tentang kelemahan dan kekuatan pembelajaran dan belajar.

Dengan mengetahui kelemahandan kekuatannya, pendidik danpeserta didik memiliki arah yang jelas mengenai apa yang harus diperbaikidan dapat melakukan refleksi mengenai apa yang dilakukannya dalam pembelajarandan belajar. Selain itu bagi peserta didik memungkinkan

melakukan proses transfer cara belajar tadi untuk mengatasi kelemahannya (transfer

oflearning). Sedangkan bagi guru, hasil penilaian hasil belajar oleh pendidik merupakan alat untuk mewujudkan akuntabilitas profesionalnya, dan dapat juga digunakan sebagaidasar dan arah pengembanganpembelajaran remedialatau program pengayaan bagi peserta didik yang membutuhkan, serta memperbaiki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan proses pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Pelaksanaan penilaian hasil belajaroleh pendidik merupakan wujud pelaksanaan tugas profesional pendidik sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Nomor 14tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Penilaian hasil belajaroleh pendidiktidak terlepas dari prosespembelajaran. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar oleh pendidik menunjukkan kemampuan guru sebagai pendidik profesional.

Dalam konteks pendidikan berdasarkan standar (standard-based education), kurikulum

berdasarkan kompetensi (competency-based curriculum), dan pendekatan belajar tuntas

(mastery learning) penilaian proses dan hasil belajar merupakan parameter tingkat pencapaian kompetensi minimal. Untuk itu, berbagai pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran perlu dikembangkan untuk memfasilitasi peserta didik agar mudah dalam belajar dan mencapai keberhasilan belajar secara optimal.

Kurikulum 2013 mempersyaratkan penggunaan penilaian autentik (authenticassesment).

Secara paradigmatik penilaian autentik memerlukan perwujudan pembelajaran autentik

(21)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 21 BAB III

BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM KURIKULUM 2013

A. Indikator Keberhasilan

Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor:

1. Menjelaskan Peran Bimbingan dan Konseling dalam Impelementasi Kurikulum 2013.

2. Menjelaskan Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum 2013.

B. Sub Materi

1. Peran Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum 2013

2. Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum 2013

C. Uraian Materi

1. Peran Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum 2013

Pelayanan bimbingan dan konseling (BK) merupakan bagian integral dari proses pendidikan pada satuan pendidikan. Pelayanan BK merupakan upaya pengembangan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui berbagai kegiatan layanan BK. Pelayanan BK memiliki peran penting berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Pendidikan dapat memanfaatkan bimbingan dan konseling sebagai mitra kerja dalam melaksanakan tugasnya sebagai rangkaian upaya pemberian bantuan (Dahlan, 1988:22).

Mengacu kepada pernyataan tersebut, dalam arti luas bimbingan dan konseling dapat dianggap sebagai bentuk upaya pendidikan, dan dalam arti sempit bimbingan dan konseling dapat dianggap sebagai teknik bantuan yang memungkinkan peserta didik menolong dirinya sendiri. Perkembangan dan kemandirian peserta didik dipentingkan dalam proses bimbingan dan konseling yang sekaligus merupakan proses pendidikan yang menjadikan peserta didik berkembang dengan baik dan mandiri, memiliki pengetahuan dan keterampilan, jasmani dan rohani yang sehat, serta memiliki kemampuan penerapan nilai dan norma-norma hidup kemasyarakatan.

Integrasi bimbingan dan konseling dalam pendidikan juga tampak dari dimasukkannya secara terus menerus program-program bimbingan dan konseling ke dalam program-program sekolah (Belkin,1975; Borbers & Drury,1992); konsep-konsep dan praktek-praktek bimbingan dan konseling merupakan bagian integral upaya pendidikan (Mortensen & Schmuller,1964). Kegiatan bimbingan dan konseling akan selalu terkait dengan pendidikan, karena keberadaan bimbingan dan konseling dalam pendidikan merupakan konsekuensi logis dari upaya pendidikan itu sendiri.

(22)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 22

yang integral. Oleh karena itu, pembangunan pendidikan haruslah semakin berorientasi keluar (outward looking) karena sistem pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem yang lebih luas yaitu sistem sosio-ekonomi yang kompleks yang harus dihadapi oleh setiap anggota masyarakat sesuai dengan sistem ketahanan nasional yang dimiliki oleh masyarakat.

Mutu pendidikan adalah kemampuan setiap satuan lembaga pendidikan dalam mengatur dan mengelola sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar. Mutu pendidikan akan tercermin dalam tingginya hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik, namun proses pendidikan yang bermutu tidak berarti harus secara langsung mengajarkan pengetahuan. Prestasi belajar tinggi seyogyanya dihasilkan dari meningkatnya kemampuan peserta didik yang

tinggi untuk belajar secara berkelanjutan atau mampu belajar sepanjang hayat (life-long learning).

Pendidikan di sekolah tidak hanya dilakukan melalui proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran, pelatihan yang dilakukan oleh guru praktik, tetapi juga kegiatan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor untuk membantu individu dalam mencari dan menetapkan pilihan serta mengambil keputusan yang menyangkut kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kehidupan belajar, perencanaan dan pengembangan karir, serta kehidupan keberagamaan. Mutu pendidikan di sekolah akan dapat diwujudkan bilamana dilaksanakan oleh guru mata pelajaran, guru praktik, dan guru BK atau konselor yang kompeten dan profesional yang mampu mengelola proses pendidikan secara profesional. Artinya, mampu mentransformasikan kemampuan profesional yang dimilikinya ke dalam tindakan nyata didasarkan kepada pelayanan keahlian dalam mengelola pendidikan, baik pelayanan pembelajaran, pelatihan/praktik, maupun pelayanan BK terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya di sekolah.

Mutu pendidikan akan dapat diwujudkan bilamana pendidikan dilaksanakan secara tuntas. Pendidikan yang tuntas menekankan pada kemampuan manusia untuk bertanggung jawab. Pendidikan yang tuntas bertopang pada kejelasan norma, memiliki garis lurus yang membimbing pemikiran dan tindakan pendidikan, sehingga kejelasan dasar, tujuan, dan garis pembimbingnya, serta kewaswasan dalam bertindak dapat dihindari.

Pendidikan yang tuntas dalam arti dalam artian bahwa pendidikan yang mendapat tuntunan dari Atas, yaitu Allah SWT. Hanya dengan pendidikan yang tuntas kita dapat mengupayakan tercapainya manusia yang merealisasikan hidup taqwa selaku manusia utuh. Pengertian utuh hendaknya diartikan lengkap, tiada cela, sehingga menampilkan pendirian yang kokoh dan mantap, bertolak dari niat yang ikhlas, bertindak secara selaras dengan jalan yang lurus, memperhatikan rangkaian perilaku yang sinkron, taat asas dalam usaha mencapai ridla Allah SWT.

(23)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 23

manusia itu sendiri, manusia pula yang menyambut iklim dan situasi untuk berperilaku tertentu, tapi pada akhirnya kemampuan manusia pun terbatas.

Dalam pelaksanaannya, pendidikan yang tuntas tidak hanya didasarkan pada pelayanan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru mata pelajaran dan pelayanan pelatihan yang dilakukan oleh guru praktik, tapi juga pada pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru BK atau konselor. Melalui pelayanan bimbingan dan konseling, guru BK atau konselor akan membantu terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengetasan masalah agar peserta didik berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.

Perubahan global tidak hanya menyangkut kualifikasi persyaratan orang untuk memasuki suatu pekerjaan, tetapi pada waktu yang bersamaan juga muncul disorientasi personal dan ketidaktepatan dalam menempati suatu pekerjaan. Dalam konteks kecenderungan sosial dan

ekonomi pada masyarakat global, muncul masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge base

society) sebagai suatu learning society memerlukan pendidikan dan latihan yang menawarkan kepada setiap warga masyarakat untuk beradaptasi kepada pengetahuan dan keterampilan mutakhir. Masalah-masalah yang tampak sebagai masalah sosial, ekonomi, dan politik bukanlah semata-mata masalah sosial, ekonomi, politik itu sendiri melainkan masalah-masalah kemanusiaan yang harus didekati dari sisi kemanusiaan.

Masyarakat yang berorientasi kemanusiaan ini menghendaki persyaratan nilai, sikap, kebijakan, dan tindakan untuk memperluas akses masyarakat kepada seluruh jenjang pendidikan, membuat manusia mampu memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi di dalam pendidikan dan dunia kerja. UNESCO memandang bahwa hal ini akan tercapai melalui

pengembangan keterampilan untuk semua (life development for all), tidak ekslusif dan menjadikan

pendidikan dan latihan sebagai hak asasi manusia yang dapat diakses.

Pendidikan holistik semacam ini memadukan persiapan hidup dan dunia kerja yang mencakup seluruh domain belajar yang memadukan pendidikan umum dan kejuruan dalam sebuah kontinum pengetahuan, nilai, kompetensi, dan keterampilan. Dalam pandangan seperti ini bimbingan dan konseling menempati peran krusial untuk membantu manusia mampu memenuhi kebutuhan belajar baru dan memberdayakan manusia untuk memperoleh keseimbangan hidup, belajar, dan bekerja.

Bimbingan dan konseling adalah solusi untuk mencapai tujuan ini UNESCO, terutama program pelayanan bidang pengembangan karir dianggap hal yang paling penting untuk seluruh peserta didik dan perannya diperluas untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi perubahan dunai kerja. Dalam perspektif ini bimbingan dan konseling menjadi suatu proses pelayanan sepanjang hayat dalam segala jalur, jenis, jenjang pendidikan dengan segala tantangan dan kendalanya.

(24)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 24

keberlangsungan partisipasi dalam masyarakat berbasis pengetahuan, (b) meningkatkan investasi sumberdaya manusia, (c) membangun masyarakat inklusif yang memberi peluang yang sama untuk memperoleh akses belajar yang bermutu, (d) mencapai jenjang pendidikan dan kualifikasi vokasional yang lebih tinggi, dan (e) mendorong masyarakat untuk berperan aktif di dalam kehidupan publik, sosial, dan politik.

Dari perspektif bimbingan dan konseling, kunci dasar pelayanan sepanjang hayat diperlukan perpektif baru yang berorientasi pada kemudahan individu dalam mengakses informasi bermutu tentang kesempatan belajar, memberikan bantuan pribadi untuk mengintegrasikan hidup, belajar, dan bekerja, menumbuhkembangkan individu sebagai pribadi, profesional, dan warga negara yang

self motivated.

Bimbingan dan konseling menjadi layanan yang dapat diakses secara berkelanjutan oleh seluruh lapisan masyarakat, berorientasi holistik, mampu menyediakan layanan dalam rentang kebutuhan yang lebar dan bervariasi, termasuk orang-orang yang tak beruntung dan berkebutuhan khusus.

Bimbingan dan konseling tidak hanya dipelajari sebagai seperangkat teknik, melainkan sebagai kerangka berpikir dan bertindak yang bernuansa kemanusiaan dan keindividuan. Nuansa

dimaksud akan lebih tampak pada masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society) yang

menempatkan orientasi kemanusiaan dan belajar sepanjang hayat sebagai central feature kehidupan

masyarakat masa kini dan masa datang.

Proses pendidikan tidak lagi sebagai proses parsial, melainkan sebagai proses holistik yang memadukan persiapan hidup dan dunia kerja yang mencakupi seluruh domain belajar, yang memadukan pendidikan umum dan kejuruan sebagai suatu kontinum pengetahuan, nilai, kompetensi, dan keterampilan. Dalam perspektif ini, bimbingan dan konseling memiliki peran membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan belajar baru dan memberdayakan mereka dalam memperoleh keseimbangan hidup, belajar, dan bekerja. Bimbingan dan konseling menjadi proses sepanjang hayat yang dapat diakses secara berkelanjutan oleh seluruh lapisan masyarakat,

berorientasi holistic, mampu menyediakan layanan dalam rentang yang lebar dan bervariasi,

termasuk kelompok masyarakat yang beruntung.

Profesi bimbingan dan konseling harus senantiasa terbuka untuk berkembang selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta tuntutan lingkungan akademis dan profesional, sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi dunia pendidikan dan kehidupan manusia pada umumnya.

Profesi bimbingan dan konseling merupakan pelayanan keahlian yang mementingkan pemenuhan kebutuhan dan kebahagiaan individu sesuai dengan martabat, nilai, potensi, dan keunikan yang dimiliki berdasarkan kajian dan penerapan ilmu dan teknologi dengan acuan dasar ilmu pendidikan dan psikologi yang dikemas dalam kaji-terapan bimbingan dan konseling yang diwarnai oleh budaya (termasuk di dalamnya nilai dan norma) Indonesia. Dengan demikian pelayanan bimbingan dan konseling di Indonesia dikembangkan dan dilaksanakan dengan paradigma

(25)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 25

Pelayanan bimbingan dan konseling bertugas melayani individu-individu normal yang sedang dalam proses memperkembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan tahap-tahap perkembangan yang dijalaninya. Perkembangan individu itu secara dinamik terkait dengan lingkungan dan budaya sekitarnya. Bimbingan dan konseling utamanya dipusatkan pada eksistensi individu sebagai manusia, mendasarkan pencapaian tujuannya melalui interaksi yang kondusif. Interaksi tersebut haruslah diletakkan dalam konteks budaya Indonesia. Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan mengembangkan kemampuan dan meningkatkan mutu kehidupan serta harkat dan martabat manusia Indonesia harus berakar pada budaya bangsa Indonesia sendiri.

Bimbingan dan konseling sebagai profesi bantuan (helping profession) diabdikan bagi

peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan dengan cara menfasilitasi perkembangan individu atau kelompok individu sesuai dengan kekuatan, kemampuan potensional dan aktual serta peluang-peluang yang dimilikinya, dan membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta kendala yang dihadapi dalam perkembangan dirinya. Bimbingan dan konseling sebagai komponen pendidikan mempunyai peranan yang besar dalam rangka memenuhi hak peserta didik untuk mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Pasal 12 ayat (b) UU Sisdiknas).

Paradigma baru dalam bimbingan dan konseling di sekolah mengisyaratkan aktualisasi keunggulan kemampuan manusia yang kini masih tersembunyi dalam dirinya. Pelayanan bimbingan

dan konseling dengan mengacu kepada Pengembangan Kemampuan Manusia atau Human Capacity

Development (HCD) berkewajiban mendorong optimalisasi kemampuan individu di setiap jenis dan jenjang pendidikan untuk menjadi bermutu dan berguna bagi sesama manusia.

Pengembangan kemampuan manusia menunjuk pada konstelasi keterampilan, sikap dan perilaku dalam melangsungkan hidup mencapai kemandirian (Levinger, 1996), sekaligus memiliki daya saing tinggi dan daya tahan terhadap gejolak ekonomi dunia. HCD bermutu adalah proses kontekstual dan futuristik sehingga HCD melalui upaya bimbingan dan konseling bukanlah sebatas menyiapkan manusia yang menguasai pengetahuan dan keterampilan yang cocok dengan tuntutan dunia kerja pada saat ini, melainkan manusia yang mampu, mau, dan siap belajar sepanjang hayat, serta dilandasi oleh sikap, nilai, etik dan moral. Kebermutuan HCD tidak hanya terletak pada kecerdasan intelektual, tetapi kecerdasan sosial, kecerdasan moral, dan kecerdasan spiritual.

Setiap individu hendaknya menjadi insan yang produktif baik dalam arti menghasilkan barang atau jasa atau hasil karya lainnya, maupun menghasilkan suasana lingkungan atau suasana hati serta alam pikiran yang positif dan menyenangkan. Individu produktif seperti ini perlu memiliki kemampuan intelektual, keterampilan, bersikap dan menerapkan nilai-nilai berkenaan dengan berbagai bidang kehidupan. Manusia produktif merupakan wujud dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan manusia yang berkembang secara utuh yang menyelenggarakan kehidupannya secara berguna bagi manusia lain dan lingkungannya.

(26)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 26

manusia produktif. Pengembangan ini akan dilengkapi dan meningkatkan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan dengan pengembangan nilai dan sikap (Mungin Eddy Wibowo,2000).

Pendidikan bermutu akan dapat terwujud jika bimbingan dan konseling sebagai salah satu upaya pendidikan dapat membantu individu menjadi insan yang produktif baik dalam arti menghasilkan barang atau jasa atau hasil karya lainnya, maupun menghasilkan suasana lingkungan atau suasana hati serta alam pikiran yang positif dan menyenangkan. Individu produktif seperti ini perlu memiliki kemampuan intelektual, keterampilan, bersikap dan menerapkan nilai-nilai berkenaan dengan berbagai bidang kehidupan.

Manusia produktif merupakan wujud dari sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, merupakan manusia yang berkembang secara utuh yang menyelenggarakan kehidupannya secara berguna bagi manusia lain dan lingkungannya. Manusia produktif adalah manusia yang mampu mengembangkan perilaku efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan yang terkait dengan masa depan.

Pelayanan bimbingan dan konseling juga memungkinkan individu terbebas dari berbagai permasalahan yang dihadapi dalam proses perkembangan dan kehidupannya, baik kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam kaitan ini semua pelayanan bimbingan dan konseling selain dapat menjembatani pengembangan intelektual, keterampilan dan pengembangan sikap dan nilai, serta pencapaian tujuan pendidikan sekolah dan kebutuhan masyarakat, juga dapat mengisi berbagai kekosongan dan mengatasi berbagai permasalahan dan kehidupan individu. Dengan demikian, pelayanan bimbingan dan konseling merupakan sarana strategis untuk meningkatkan pengembangan potensi individu berkualitas secara penuh.

Tujuan bimbingan dan konseling terfokus kepada memberikan kemudahan berkembang bagi peserta didik. Sosok perkembangan peserta didik diharapkan menjadi arah dan tonggak sasaran bagi perwujudan misi dan pencapaian tujuan. Tujuan akhir pelayanan bimbingan dan konseling adalah kemandirian dan perkembangan optimal. Kemandirian yang sejati mensyaratkan terbentuknya pribadi yang kuat dan mantap, dan didukung perkembangan yang optimal bagi segenap dimensi kemanusiaan, yaitu dimensi keindividualan, dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan, dan dimensi keberagamaan (Prayitno,1999).

Pengembangan dimensi keindividualan memungkinkan individu memperkembangkan segenap potensi yang ada pada dirinya secara optimal mengarah kepada aspek-aspek kehidupan yang positif. Perkembangan dimensi ini membawa seseorang menjadi individu yang mampu tegak berdiri dengan kepribadiannya sendiri, dengan aku yang teguh, positif, produktif, dan dinamis. Perkembangan dimensi keindividualan perlu diimbangi perkembangan dimensi kesosialan pada diri individu.

(27)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 27

Pengembangan dimensi kesusilaan, akan memberikan warna moral terhadap

berkembangnya dimensi keindividualan dan dimensi kesosialan. Norma, etika, dan berbagai ketentuan yang berlaku mengatur bagaimana kebersamaan antar individu seharusnya dilaksanakan. Dimensi kesusilaan menjadi pemersatu, sehingga dimensi keindividualan dan dimensi kesosialan bertemu dalam satu kesatuan yang penuh makna. Perkembangan ketiga dimensi memungkinkan manusia menjalani kehidupan. Berkenan dengan perkembangan secara optimal ketiga dimensi yang hanya menjangkau kehidupan duniawi, maka perlu dilengkapi pengembangan dimensi keberagamaan untuk menjangkau kehidupan akhirat. Dimensi keberagamaan, menghubungkan diri manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga manusia akan mengaitkan secara serasi,selaras, dan seimbang kehidupan duniawi dengan kehidupan akhirati.

Pengembangan yang serasi, selaras, dan seimbang keempat dimensi kemanusiaan tersebut akan menghasilkan individu dengan memiliki aku dan kedirian yang matang, teguh, dinamis, dengan kemauan sosial yang hangat dan menyejukkan, dengan kesusilaan yang tinggi dan luhur, serta keimanan dan bertakwa yang dalam terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Strategi pokoknya ialah memberi kemudahan berkembang bagi individu melalui perekayasaan lingkungan perkembangan.

Kemandirian memiliki lima ciri yang selain terkait satu sama lain juga berurutan dari yang paling elementer sampai yang paling berkembang. Secara berurutan ciri-ciri tersebut adalah (a) mengenal diri sendiri dan lingkungan secara obyektif, (b) menerima diri sendiri dan lingkungan secara dinamis, (c) mampu mengambil keputusan secara tepat, (d) mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil, dan (e) mewujudkan diri secara penuh, kreatif dan dinamis (Mungin Eddy Wibowo, 2002:28).

Pengembangan kemandirian seiring dengan pengembangan keempat dimensi kemanusiaan secara optimal diharapkan bukan hanya dapat mengatasi dampak globalisasi tetapi justru akan mempersiapkan individu sebagai warga masyarakat yang mampu mengikuti dan berperan aktif dalam arus kemajuan jaman serta mampu memetik buah yang positif dari era globalisasi. Manusia bermutu adalah manusia yang berhasil memperkembangkan keempat dimensi kemanusiaan secara optimal, selaras, serasi dan seimbang, serta mencapai taraf kemandirian yang tinggi. Pendidikan bermutu yang diselenggarakan di sekolah yang didukung oleh kegiatan pelayanan bimbigan dan konseling yang bermutu, merupakan lapangan pengembangan potensi individu setelah dikembangkan dari lingkungan keluarga.

2. Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum 2013

Keberadaan bimbingan dan konseling dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia dijalani melalui proses panjang sejak kurang lebih 48 tahun yang lalu. Pada saat ini keberadaan pelayanan

bimbingan dan konseling dalam setting pendidikan, khususnya persekolahan, telah memiliki legalitas

yang kuat dan menjadi bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional.

(28)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 28

perlunya tenaga profesional yang secara khusus dipersiapkan untuk menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling. Secara eksplisit telah ditetapkannya:

a. Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai salah satu layanan pendidikan yang harus diperoleh

semua peserta didik telah termuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar dan Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah.

b. ”Konselor” sebagai salah satu jenis tenaga kependidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada Bab I Pasal 1 angka 6

dinyatakan bahwa “pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,

konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan”.

c. Pelayanan konseling yang merupakan bagian dari kegiatan pengembangan diri telah termuat

dalam struktur kurikulum yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar Menengah.

d. Beban kerja Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor pada Pasal 54 ayat (6) Peraturan

Pemerintah republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru yang menyatakan bahwa beban kerja Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan. Lebih lanjut dalam

penjelasan Pasal 54 ayat (6) yang dimaksud dengan “mengampu layanan bimbingan dan konseling” adalah pemberian perhatian, pengarahan, pengendalian, dan pengawasan kepada

sekurang-kurangnya 150 (seratus lima puluh) peserta didik, yang dapat dilaksanakan dalam bentuk pelayanan tatap muka terjadwal di kelas dan layanan perseorangan atau kelompok bagi yang dianggap perlu dan memerlukan.

e. Penilaian kinerja Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor pada Pasal 22 ayat (5) Peraturan

bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor 14 tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya dinyatakan bahwa penilaian kinerja guru bimbingan dan konseling atau konselor dihitung secara proporsional berdasarkan beban kerja wajib paling kurang 150 (seratus lima puluh) orang siswa dan paling banyak 250 dua ratus lima puluh) orang siswa per tahun.

f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 tentang

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor, yang menyatakan bahwa kualifikasi akademik konselor dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal adalah: (i) sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling; (ii) berpendidikan profesi konselor. Kompetensi konselor meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional, yang berjumlah 17 kompetensi dan 76 sub kompetensi.

g. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2013

(29)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 29

Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK, yang memberikan kesempatan kepada peserta didik belajar berdasarkan minat mereka. Struktur kurikulum memperkenankan peserta didik melakukan pilihan dalam bentuk pilihan kelompok peminatan, lintas minat atau pendalaman minat. Disinilah peranan bimbingan dan konseling penting dalam membantu pemilihan dan penetapan peminatan peserta didik.

h. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi

Kurikulum pada Lampiran IV: Pedoman Pembelajaran, Bagian VII Konsep dan Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling yang mengamanatkan Kegiatan Bimbingan dan Konseling diselenggarakan di dalam kelas (sewaktu jam pembelajaran berlangsung) dan/atau di luar kelas (diluar jam pembelajaran) di dalam jam pembelajaran kegiatan tatap muka dilaksanakan secara klasikal dengan volume kegiatan 2 jam per kelas (rombongan belajar per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal).

i. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2015 tentang Bimbingan dan

Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Keberadaan bimbingan dan konseling dalam pendidikan di Indonesia, sebagai bagian integral dari keseluruhan upaya pendidikan yang dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling, sebagaimana gambar berikut ini.

Gambar 3.1 : Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan

(30)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 30

Konsepsi di atas semakin diperkuat, dengan diterbitkan Permendikbud nomor 111 tahun 2015 yang menyatakan bahwa dalam rangka pengembangan kompetensi hidup, peserta didik memerlukan sistem layanan pendidikan di satuan pendidikan yang tidak hanya mengandalkan layanan pembelajaran mata pelajaran/bidang studi dan manajemen, tetapi juga layanan bantuan khusus yang lebih bersifat psiko-edukatif melalui layanan bimbingan dan konseling.

Dalam konsep bimbongan dan konseling dinyatakan bahwa individu adalah unik artinya adalah bahwa setiap peserta didik satu dengan lainnya berbeda kecerdasan, bakat, minat, kepribadian, kondisi fisik dan latar belakang keluarga serta pengalaman belajar yang menggambarkan adanya perbedaan masalah yang dihadapi peserta didik sehingga memerlukan layanan Bimbingan dan Konseling.

Pada Kurikulum 2013 mengharuskan peserta didik menentukan peminatan akademik, vokasi, dan pilihan lintas peminatan serta pendalaman peminatan yang dimungkinkan dapat menimbulkan masalah bagi peserta didik SMA/MA dan SMK yang tidak mampu di dalam memilih kelompok mata pelajaran peminatan, pilihan kelompok lintas peminatan dan/atau pendalaman minat secara tepat, sehingga akan menimbulkan kesulitan dalam belajar dan kecenderungan gagal dalam belajar.

Memilih dan menentukan peminatan peserta didik dalam belajar hendaknya sesuai dengan kecerdasan, bakat, minat dan kecenderungan pilihan masing-masing peserta didik agar proses belajar berjalan dengan baik dan kecenderungan berhasil dalam belajar. Oleh karena itu diperlukan pelayanan peminatan peserta didik dalam bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh Guru BK atau Konselor.

Ketentuan tentang peminatan tertuang dalam Permendikbud nomor 64 tahun 2014 tentang Peminatan pada Pendidikan Menengah menayatakan bahwa:

1. Peminatan adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi pilihan minat,

bakat dan/atau kemampuan peserta didik dengan orientasi pemusatan, perluasan, dan/atau pendalaman mata pelajaran dan/atau muatan kejuruan.

2. Peminatan Akademik adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi pilihan

minat, bakat dan/atau kemampuan akademik peserta didik dengan orientasi penguasan kelompok mata pelajaran keilmuan.

3. Peminatan Kejuruan adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi pilihan

minat, bakat dan/atau kemampuan vokasional peserta didik dengan orientasi penguasan kelompok mata pelajaran kejuruan.

4. Lintas Minat adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi perluasan

pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik peserta didik dengan orientasi penguasaan kelompok mata pelajaran keilmuan di luar pilihan minat.

5. Pendalaman Minat adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi

(31)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 31

6. Satuan Pendidikan Menengah adalah Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan

Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK)

Pelayanan Peminatan Peserta Didik yang dilakukan oleh Guru BK atau konselor dipahami sebagai upaya advokasi dan fasilitasi perkembangan peserta didik agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (arahan Pasal 1 angka 1 UU Nomor 20 Tahun 2003 Sisdiknas) sehingga mencapai perkembangan optimum. Perkembangan optimum bukan sebatas tercapainya prestasi sesuai dengan kapasitas intelektual dan minat yang dimilikinya, melainkan sebagai sebuah kondisi perkembangan yang memungkinkan peserta didik mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat dan bertanggung jawab serta memiliki daya adaptasi tinggi terhadap dinamika kehidupan yang dihadapinya.

Pelayanan Peminatan Peserta Didik penting dalam implementasi Kurikulum 2013 karena adanya pilihan peminatan ke SMA/MA/SMK, pilihan peminatan kelompok mata pelajaran keilmuan di SMA/MA dan pilihan peminatan kelompok mata pelajaran kejuruan di SMK. Guru BK atau Konselor melalui pelayanan peminatan peserta didik berupaya membantu peserta didik dalam memilih dan menetapkan kelompok mata pelajaran peminatan, kelompok lintas peminatan dan/atau pendalaman minat yang diikuti pada satuan pendidikan menengah (SMA/MA dan SMK), memahami dan memilih arah pengembangan karir, dan menyiapkan diri serta memilih pendidikan lanjutan sampai ke perguruan tinggi sesuai dengan kemampuan umum, bakat, minat dan kecenderungan pilihan masing-masing peserta didik.

Pelayanan BK yang dilakukan oleh Guru BK atau Konselor dalam upaya pelayanan peminatan peserta didik dalam memilih dan menetapkan kelompok mata pelajaran peminatan, kelompok lintas peminatan dan/atau pendalaman minat merupakan salah satu bentuk layanan penempatan dan penyaluran dalam bidang bimbingan belajar dan bimbingan karir. Sedangkan pelayanan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru Mata Pelajaran dalam upaya pelayanan pendalaman materi mata pelajaran merupakan salah satu bentuk pembelajaran pengayaan. Dalam rangka mengoptimalkan potensi peserta didik menuntut adanya kolaborasi yang baik antara guru mata pelajaran, wali kelas, guru BK atau konselor, kepala sekolah/madrasah dan orang tua/wali.

Dengan demikian, penentuan peminatan kelompok mata pelajaran, lintas minat dan/atau pendalaman minat adalah sebuah proses yang akan melibatkan serangkaian pengambilan pilihan dan keputusan oleh peserta didik yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada di lingkungannya. Permasalahan akan terjadi jika peserta didik tidak mampu menetukan pilihan kelompok mata pelajaran peminatan, pilihan kelompok lintas peminatan dan/atau pendalaman minat, sehingga akan menghambat dalam proses pembelajaran.

(32)

Bimbingan dan Konseling SMA/SMK 32

serta mempertahankan karier untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum melalui (upaya ) pendidikan.

Peminatan adalah proses yang berkesinambungan untuk menfasilitasi peserta didik mencapai tujuan pendidikan nasional, dan oleh karena itu peminatan harus berpijak pada kaidah-kaidah dasar yang secara eksplisit dan implisit, terkandung dalam kurikulum. Pendalaman minat merupakan aktivitas tambahan dalam belajar yang dilakukan oleh peserta didik yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa. Tujuan pendalaman minat adalah untuk meluaskan dan memperdalam materi mata pelajaran tertentu sesuai dengan arah minatnya. Pendalaman minat merujuk pada tujuan isi dan tujuan proses. Isi merujuk pada apa yang ada dalam materi yang diperkaya dan lebih sulit. Proses merujuk pada prosedur mental pemecahan masalah, pemikiran kreatif, pemikiran ilmiah, pemikiran kritis, perencanaan, analisis, dan banyak keterampilan pemikiran lainnya.

Pendalaman minat merangsang minat peserta didik yang berbakat dan cerdas untuk (1) mengembangkan keterampilan berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi, (2) menginspirasi motivasi akademis tinggi,termasuk ambisi karier dan pendidikan yang tinggi, (3) memenuhi kebutuhan pendidikan, sosial,dan psikologis, termasuk membantu peserta didik berbakat untuk mengembangkan konsep diri yang baik, (4) memaksimalkan pembelajaran dan pengembangan siswa serat meminimalkan rasa bosan dan frustrasi, (5) mengembangkan akuntabilitas, keingintahuan, ketekunan, sikap pengambilan risiko, rasa haus akan pengetahuan, partisipasi aktif, dan refleksi. Pendalaman minat sifatnya memberi kesempatan peserta didik SMA, MA, dan SMK untuk mendapatkan kesempatan mengikuti mata kuliah di perguruan tinggi, selama yang bersangkutan berada di kelas XII dan atas kerjasama SMA/MA/SMK dengan Perguruan Tinggi.

Pelayanan Peminatan Peserta Didik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan terintegrasi dalam program pelayanan BK pada satuan pendidikan pada khususnya dan program pendidikan di satuan pendidikan pada umumnya, untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Artinya, program pelayanan BK dan program pendidikan pada satuan pendidikan yang lengkap dan penuh harus memuat kegiatan pelayanan peminatan peserta didik. Upaya ini mengacu kepada manajemen satuan pendidikan dan program pelaksanaan kurikulum, khususnya terkait dengan peminatan akademik, peminatan vokasi, lintas minat atau pendalaman minat, dan lanjutan. Program bimbingan dan konseling dengan pelayanan peminatan peserta didik itu sepenuhnya berada di bawah tanggung jawab Guru BK atau Konselor di setiap satuan pendidikan.

Gambar

Gambar 3.1 : Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan
Tabel 3. 1 Sub-tes CFIT

Referensi

Dokumen terkait

BADAN LITBANG DIKLAT HUKUM DAN PERADILAN Jalan Cikopo Selatan, Desa

Menurut Watkins (2001), jenis minyak yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan MES adalah kelompok minyak nabati seperti minyak kelapa, sawit, inti

Tujuan audit terhadap golongan transaksi pengeluaran kas mencermonkan pembayaran yang dilakukan kepada pemasok selama periode yang diaudit, tujuan audit terhadap

[r]

Modul 1: Mesin Pencari (Search Engine) Pada pencarian video, temukanlah perbedaan kata kunci dari pencarian dengan hasil sebagai berikut. Dan dengan hasil

Asisten Lab Riset Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya terutama Ko Dicky, Ko Yoseph, Rosa, Michelle, Stanley, Fico yang telah membantu,

Hal ini adalah penting bagi tenaga pengajar oleh kerana boleh membantu mereka dalam mencari kaedah yang sesuai dalam menarik minta pelajar untuk mempelajari bahagian Tamadun

(2012), menunjukkan bahwa setiap pasien kanker anak dapat mengalami efek samping pengobatan yang berbeda, tergantung pada kondisi tubuh mereka masing-masing. Dampak