• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN RANAH S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN RANAH S"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN RANAH SIKAP

DENGAN MENGGUNAKAN SKALA LIKERT UNTUK KELAS V

SEMESTER 2 BERDASARKAN KURIKULUM 2013

Sherly Istika Sari 942016005@student.uksw.edu

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar - FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah (1) Mengembangkan instrumen penilaian ranah sikap dengan menggunakan skala Likert untuk kelas 5 Semester 2 berdasarkan Kurikulum 2013, (2) Mengetahui tingkat validitas instrumen penilaian ranah sikap dengan menggunakan skala Likert berdasarkan uji ahli, (3) Mengetahui kualitas instrumen penilaian ranah sikap saat diujikan di lapangan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan menggunakan model pengembangan Sukmadinata. Prosedur pengembangan meliputi : studi pustaka, survey lapangan, menyusun draft produk, validasi ahli dan pengguna, revisi desain produk, uji coba terbatas dan menghasilkan produk akhir. Hasil penelitian ini adalah mengembangkan instrumen penilaian ranah sikap dengan penilaian diri. . Uji coba dilakukan dalam 2 tahap, yaitu : uji validasi ahli dan pengguna. Hasil kelayakan instrumen berdasarkan uji ahli sebesar 76%, sedangkan uji kelayakan instrumen berdasarkan uji pengguna sebesar 76,5%. Dari hasil analisis uji validasi ahli dan pengguna termasuk kedalam kategori “Tinggi”. Hal ini berarti bahwa instrumen penilaian ranah sikap layak digunakan untuk mengukur sikap siswa oleh guru.

Kata Kunci: Pengembangan, Intrumen Penilaian Ranah Sikap, skala Likert.

PENDAHULUAN

(2)

Sedangkan dididalam standar penilaian pendidikan nomor 66 tahun 2013 dijelaskan bahwa dalam prisip penilaian harus objektif, terpadu, ekonomis, transparan, akuntabel dan edukatif. Sedangkan untuk melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat, dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian yang disebut rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. Skala penilaian dapat disusun dalam bentuk skala Likert. Skala Likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang mengenai suatu gejala atau fenomena.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan instrumen angket yang dilakukan oleh peneliti dengan melibatkan 17 orang guru SD dari dua sekolah yaitu SD Kalicacing 02 Salatiga dan SD Negeri 02 Salatiga menghasilkan data sebagai berikut; 1) Hampir semua guru (94,1%) melakukan penilaian pembelajaran, hanya 5,8% yang tidak melakukan penilaian. 2) Hampir semua guru (88,2%) melakukan penilaian tiga ranah (kognitig, afektif dan psikomotor), hanya 11,7% yang tidak melakukan penilaian. 3) Hampir semua guru (94,1%) melakukan penilaian pembelajaran kawasan afektif, sedangkan 5,8% tidak melakukan penilaian afektif . Dari 94,1%, 81,3% menggunakan tehink observasi, sedangkan sisanya 18,7% menggunakan tehnik jurnal, penilaian diri dan penilaian antar teman. 4) Dari 17 orang guru yang menjadi sumber informasi, dapat diketahui 34,8% guru tidak menggunakan instrumen penilaian untuk mengukur sikap siswa, dan 63,8% guru menggunakan instrumen penilaian sikap. Tehnik yang sering digunakan guru adalah observasi dengan menggunakan skala Likert. Sedangkan hasil pengukuran sikap dengan menggunakan instrumen yang dibuat kurang memuaskan dan kurang objektif dalam mengukur sikap siswa, serta kurang mewakili seluruhnya sikap siswa.

(3)

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Mengembangkan instrumen penilaian ranah sikap dengan menggunakan skala Likert untuk kelas 5 Semester 2 berdasarkan Kurikulum 2013.

2. Mengetahui tingkat validitas instrumen penilaian ranah sikap dengan menggunakan skala Likert berdasarkan uji ahli.

3. Mengetahui kualitas instrumen penilaian ranah sikap dengan menggunakan skala Likert berdasarkan diujikan dilapangan.

KAJIAN PUSTAKA

Penilaian dalam Pembelajaran

Untuk mengetahui apakah tujuan dari pembelajaran sudah tercapai atau belum serta untuk mengetahui sebarapa besar pencapaian dan keberhasilan dalam pembelajaran harus diadakan penilaian atau asesmen. Karena penilaian atau asesmen merupakan proses pengambilan dan pengolahan informasi untuk mencapai hasil belajar peserta didik Wardani (2012: 1). Karena penilaian merupakan salah satu proses pembelajaran yang memiliki peran penting. Karena dengan penilaian juga dapat mengetahui kesulitan belajar peserta didik, sehingga dengan penilaian atau asemen dapat mengatasi permasalahan-permasalahan pembelajaran.

Didalam penilaian tidak bisa asal menilai, karena penilaian yang kurang baik akan menimbulkan subjektifitas yang tinggi dan tidak bisa mewakili keadaan siswa. Maka penilaian harus memiliki syarat-syarat dalam penilaian yang harus dipenihi. Slameto dalam Wardani (2012: 57) yang menyebutkan delapan syarat dalam penilaian,yaitu sahih, reliabel, objektif, seimbang, membedakan, norma, fair dan praktis.

Wardani (2012: 140) menjelaskan untuk menilai kemampuan individual melalui tagihan tugas tertentu. Tugas tersebut menentukan kebutuhan pembelajaran, membantu dan mendorong peserta didik, membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik, menentukan strategi pembelajaran, akuntabilitas lembaga, dan bahkan lebih luas lagi untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam penilaian berbasis kelas, tujuan penyusunan instrument dalam bentuk tes adalah untuk memberikan:

a. Informasi tentang kemajuan hasil belajar peserta didik secara individual dalam mencapai tujuan pembelajaran

(4)

c. Untuk dapat mengetahui tingkat kemampuan peserta didik, kemudian menentukan tingkat kesulitan dan kemudahan untuk melaksanakan kegiatan remedial, pendalaman dan penyayaan

d. Memotivasi belajar peserta didik dengan cara memberikan informasi tentang kemajuannya dan merangsangnya untuk melakukan usaha pemantapan atau perbaikan

e. Informasi semua aspek kemajuan setiap peserta didik dapat membantu pertumbuhannya secara efektif untuk menjadi anggota masyarakat dan pribadi yang utuh

f. Informasi dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor dapat mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan peserta didik sehingga mereka dapat merancang strategi pembelajaran lebih lanjut

g. Bimbingan yang tepat untuk dapat memilih sekolah atau jabatan yang sesuai dengan keterampilan, minat dan kemampuannya.

h. Menjamin bahwa hasil kerja peserta didik dan pencapaian belajarnya dapat diidentifikasi

PENGERTIAN SIKAP

Allen, Guy dan Edgley dalam Azwar (2003: 4) mendefinisikan “sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan”. Sedangkan menurut Secord dan Backman dalam Azwar (2003: 4) juga mendefinisikan “sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya”.

Soesilo (2014: 135) menyebutkan bahwa instrument yang sering digunakan untuk mengukur sikap biasanya juga disebut skala sikap. Dan juga menjelaskan bahwa skala sikap merupakan gambaran tentang kecenderungan perilaku atau reaksi seseorang terhadap objek atau stimulus yang datang padanya. Sikap dapat diartikan juga sebagai bentuk perasaan mendukung (favourable) dan perasaan tidak mendukung (unfavourable) pada suatu objek.

STRUKTUR SIKAP

Azwar (2011: 23) menjelaskan bahwa struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang yaitu kognisi, afeksi dan konasi.

1) Komponen Kognisi

Komponen kognisi merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Komponen kognisi berisi tentang kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

2) Komponen Afeksi

(5)

terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.

3) Komponen Konasi

Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berprilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Komponen konatif menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan berprilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Maksudnya, bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras, dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual. Karena itu, logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang akan dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek.

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SKALA SIKAP

Soesilo (2014: 142) juga menjelaskan kelebihan dan kelemahan skala sikap, yaitu sebagai berikut:

1) Kelebihan skala sikap

a. Responden dapat diklasifikasikan menurut urutan kelas berdasarkan skor yang diperoleh.

b. Penyusunan skala sikap terdapat kebebasan dalam memasukan pertanyaan-pertanyaan, asalkan sesuai dengan konteks permasalahan.

a. Penyususnan skala sikap cukup rumit dibanding instrument lainnya. b. Skala sikap hanya menghitung satu variabel meskipun dengan

menggunakan banyak item pertanyaan dan pernyataan yang harus diisi oleh responden.

c. Terkadang skor yang diberikan individu tidak memberikan arti. Banyak pola respons terhadap beberapa item akan memberikan skor sama. Hal ini bisa di katakan eror dari respons yang terjadi.

SKALA LIKERT

(6)

dimodifikasi dengan hanya menggunakan 4 pilihan, agar jelas sikap atau minat responden. Jawaban setiap item insttrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: sangat penting (SP), Penting (P), Tidak Penting (TP), Sangat Tidak Penting (STP) atau (1) sangat setuju, (2) setuju, (3) tidak seetuju, (4) sangat tidak setuju. Urutan setuju atau tidak setuju dapat dibalik mulai dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju.

Sedangkan dalam Wardani (2012: 208) menyebutkan langkah-langkah dalam menyusun skala Likert antara lain:

1. Memilih variabel sikap yang akan diukur

2. Membuat beberapa pernyataan tentang variabel sikap yang dimaksud 3. Mengklarifikasikan pernyataan positif atau negatif

4. Menentukan jumlah gradual dan frase atau angka yang dapat menjadi alternatif pilihan

5. Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah penilaian 6. Melakukan uji coba

7. Membuang butir-butir pernyataan yang kurang baik 8. Melaksanakan penilaian

MENYUSUN PERNYATAAN OBJEK SIKAP

Azwar (2011: 108) menyatakan bahwa perancangan skala sikap terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan, yaitu penentuan dan pembatasan sikap, serta penentuan dan pembatasan objek sikap yang hendak diukur. Dan juga dalam teori skema triadik tentang sikap disebutkan bahwa sikap mengandung aspek-aspek perasaan (afektif), fikiran (kognitif) dan kecenderungan bertindak (konatif).

Edwards (1957) dalam Azwar (2011: 114) juga menjelaskan beberapa kriteria untuk menulis pernyataan. Kriteria tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Jangan penulis pernyataan yang membicarakan mengenai kejadian yang telah lewat kecuali kalau objek sikapnya berkaitan dengan masa lalu. b. Jangan menulis pernyataan yang berupa fakta atau ditafsirkan sebagai

fakta.

c. Jangan menulis pernyataan yang dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran.

d. Jangan menulis pernyataan yang tidak relevan dengan objek psikologisnya.

e. Jangan menulis pernyataan yang sangat besar kemungkinannya akan disetujui oleh hampir semua orang atau bahkan hampir tidak seorang pun yang akan menyetujuinya.

f. Pilihlah pernyataan-pernyataan yang diperkirakan akan mencangkup keseluruhan liputan skala afektif yang diinginkan.

(7)

h. Setiap pernyataan hendaknya ditulis ringkas dengan menghindari kata-kata yang tidak diperlukan dan yang tidak akan memperjelas isi pernyataan.

i. Setiap pernyataan harus berisi hanya satu ide (gagasan) yang lengkap. j. Pernyataan berisi unsur universal seperti “tidak pernah:, “semuanya”,

“tak seorang pun”, dan semacamnya, seringkali menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dan karenanya sedapat mungkin hendaklah menghindari.

k. Kata-kata seperti “hanya”, “sekedar”, “semata”, dan semacamnya harus digunakan seperlunya saja dan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kesalahan penafsiran isi pernyataan.

l. Jangan menggunakan kata atau istilah yang mungkin tidak dapat dimengerti oleh para responden.

m. Hindari pernyataan yang berisi kata negatif ganda.

Sedangkan langkah untuk menyusun pernyataan skala sikap adalah sebagai berikut: a. Memberikan batasan dan tujuan yang berkaitan dengan obyek sikap b. Menyusun kisi-kisi komponen/ indikator variabel objek sikap

c. Merumuskan pernyataan sikap sesuai dengan kisi-kisi yang telah disusun

d. Menandai pernyaataan favorable (+) dan unfavorable (-). Upayakan jumlah seimbang

MENENTUKAN SKOR UNTUK MASING-MASING PERNYATAAN

Ada dua cara untuk menentukan skala menurut Azwar (2011: 141), yaitu dengan cara menentukan skala deviasi normal dan menentukan nilai skala dengan cara sederhana. Namun karena keterbatasan waktu, maka penelitian hanya menggunakan penilaian secara sederhan. Berikut adalah cara menentukan skor pernyataan dengan cara sederhana.

Penentuan nilai skala dengan memberikan bobot dalam satuan deviasi normal bagi setiap kategori jawaban merupakan cara yang cermat dan akan menghasilkan interval yang tepat dalam meletakan masing-masing kategori pada suatu kontinum psikologis. Dengan cara sederhana, untuk suatu pernyataan yang bersifat favorabel jawaban STS diberi 0, jawaban TS diberi nilai 1, jawaban E diberi nilai 2, jawaban S diberi nilai 3, dan jawaban SS diberi nilai 4. Dan untuk pernyataan yang tak-favorabel, respons STS diberi nilai 4, TS diberi nilai 3, E diberi nilai 2, S diberi nilai 1 dan rspon SS diberi nilai 0. Cara penentuan nilai ini diberlakukan bagi semua pernyataan sikap yang ada.

METODE PENELITIAN

(8)

pengembangan. Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji produk tersebut. Pendekatan penelitian pengembangan sebenarnya merupakan modifikasi dari model penelitian dan pengembangan yang dikemukakan oleh Sukmadinata (2007:184).

Sedangkan subyek yang berpartisipasi dalam uji coba produk instrumen penilaian ranah sikap pada uji coba terbatas melibatkan 63 orang siswa SD dari dua sekolah, yaitu SD Negeri 02 Kalicacing dan SD Negeri 02 Salatiga . Di samping itu juga melibatkan semua guru di kedu SD serta dua orang guru kelas.

Pada siklus R & D mengacu pendapat Sukmadinata (2007:184) dapat disederhanakan menjadi tiga langkah utama, dimana masing-masing langkah mencakup beberapa langkah operasional. Tiga langkah utama tersebut adalah (1) tahap studi pendahuluan, (2) tahap desain dan pengembangan produk, (3) tahap pengujian produk.

Tahap pertama studi pendahuluan merupakan tahap awal atau persiapan untuk pengembangan. Tahap ini terdiri atas dua langkah, pertama studi kepustakaan dan kedua survei lapangan. Studi kepustakaan merupakan kajian untuk mempelajari konsep-konsep atau teori-teori yang berkenaan dengan produk instrumen penilaian ranah sikap yang akan dikembangkan. Hasil studi pendahuluan ini kemudian menghasilkan bahan dasar yang akan digunakan untuk menyusun draft produk, berupa instrumen penilaian ranah sikap.

Pada tahap pengembangan produk melalui beberapa langkah pengembangan. Langkah pertama diawali dengan penyusunan draft produk. Penyusunan draft produk harus memperhatikan kompetensi dasar dari silabus, hal ini bertujuan untuk menentukan objek sikap apa saja yang akan dinilai. Setelah objek sikap ditentukan, maka harus mendefinisikan, batasan dan tujuan tentang objek sikap. Kemudian menyusun kisi-kisi komponen objek sikap, merumuskan pernyataan yang sesuai dari kisi-kisi objek sikap. Dan menandai pernyataan favorable dan unfavorable.

(9)

Keterangan:

AP : Angka Persentase

Skor Aktual : Skor yang diberikan oleh validator ahli

Skor Ideal : Skor maksimal hasil kali antara jumlah item dengan skor maksimal masing-masing item.

Angka persentase tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi lima kategori seperti berikut.

Interval Kategori 81 - 100 % Sangat tinggi 61 - 80 % Tinggi 41 - 60 % Cukup 21 - 40 % Rendah 1 - 20 % Sangat rendah

Berdasarkan kategori persentase di atas, maka hasil uji validasi dapat dikatakan layak untuk diujicobakan apabila angka rata-rata persentase minimal mencapai kategori tinggi ( ≥ 61%).

HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Adapun instrumen yang dikembangkan peneliti berupa isnstrumen yang dapat digunakan dikurikulum KTSP maupun K13. Kisi-kisi instrumen penilaian sikap ini diambil dari kompetensi dasar berdasarkan silabus, jadi penilaian ini sesuai dengan materi yang dipelajari.Instrumen penilaian sikap ini dapat mengukur sikap siswa dengan lebih objektif, karena menggunakan penilaian diri dan perhitungan skor dengan menggunakan skala deviasi normal dan cara sederhana.Pernyataan dibuat berdasarkan kaidah-kaidah penulisan pernyataan, menurut Edwards dalam Azwar (2011: 114). Komponen objek sikap terdiri dari komponen sikap afektif, kognitif dan konatif, jadi dapat mengukur sikap secara utuh. Instrumen skala sikap yang digunakan merupakan skala Likert dan responden memilih skala berdasarkan pilihan responden sendiri, jadi instrumen skala sikap ini benar-benar mewakili sikap siswa. Untuk itu peneliti berupaya mengembangkan alternatif instrumen penilaian ranah sikap dengan menggunakan model skala Likert, untuk memberikan sumbangan pemikiran berupa instrumen penilaian sikap untuk memudahkan guru dalam menilai sikap

Skor Aktual

(10)

dan lebih objektif dalam menentukan penilaian sikap kepada siswa. Maka diperoleh draft instrumen penilaian ranah sikap sebagai berikut:

KISI-KISI PENYUSUNAN INSTRUMEN SKALA LIKERT Obyek sikap : Tanggung Jawab Pelestarian Lingkungan

Definisi : Tanggung jawab pelestarian lingkungan adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki kecenderungan melakukan tindakan membersihkan sampah, piket di sekolah, menjaga lingkungan, menanam tanaman untuk penghijauan, merawat tanaman, dan mau menerima sanksi jika merusak lingkungan agar lingkungan sekolah tetap bersih, rindang, rapih dan tidak banjir.

Tabel 1 Rekapitulasi Instrumen Penilaian Berdasarkan Komponen Ranah Sikap Indikator Penilaian Ranah

Sikap

Komponen Sikap Jml % Kognisi Afeksi Konasi

Hakikat pelestarian lingkungan

4 2 0 6 20

Membersihkan sampah 0 2 2 4 13

Piket sekolah 0 2 2 4 13

Menjaga lingkungan agar tidak rusak

0 2 2 4 13

Menanam tanaman penghijau 0 2 2 4 13

Merawat tanaman 0 2 2 4 13

Menerima sanksi jika merusak lingkungan

2 2 0 4 13

Total 6 14 10 30 100%

Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Ranah Sikap Obyek sikap : Tanggung Jawab Pelestarian Lingkungan

(11)

o item h Item 1 Hakikat

pelestarian lingkungan

Kognisi Pengertian tentang pelestarian lingkungan

Pelaksanaan pelestarian lingkungan 23,11 2 Afeksi Sikap menyukai atau tidak

menyukai pelestarian lingkungan

7,14 2

2 Membersihkan sampah

Afeksi Sikap untuk membersihkan sampah 9, 4 2

Konasi Tindakan siswa membersihkan sampah

1,19 2

3 Piket sekolah Afeksi Sikap terhadap piket disekolah 17, 12 2

Konasi Tindakan siswa terhadap piket

Konasi Tindakan siswa menanam tanaman penghijau

Konasi Tindakan siswa merawat tanaman 22, 6 2 7 Menerima

(12)

2013. Pada penelitian ini peneliti berfokus untuk mengambil objek sikap tanggung jawab pelestarian lingkungan. Kemudia objek sikap tersebut didefinisikan. Dari definisi objek sikap tersebut, dikembangkan menjadi indikator objek sikap. Indikator objek sikap tersebut dibagi menjadi tiga komponen, yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Setelah objek sikap didefinisikan dan dibuat indikator, langkah selanjutnya dikembangkan lagi menjadi kisi-kisi instrumen penilaian ranah sikap. Berdasarkan kisi-kisi inilah pernyataan dibuat dan dijadikan pernyataan favorabel dan unfavorabel. Pernyataan juga dibuat berdasarkan kaidah-kaidah penulisan pernyataan. Instrumen penilaian sikap ini dapat mengukur sikap siswa dengan lebih objektif, karena menggunakan penilaian diri dan perhitungan skor dengan menggunakan skala deviasi normal dan cara sederhana. Jadi instrumen skala sikap ini benar-benar mewakili sikap siswa.

Kemudian produk yang sudah didesain berupa instrumen penilaian ranah sikap diuji validasi ahli untuk mengetahui kelayakan instrumen. Instrumen penilaian ranah sikap divalidasi oleh dosen ahli dan pengajar matakuliah asesmen. Dimana ahli ini merupakan seorang profesor yang benar-benar memahami tentang penilaian. Seorang ahli tersebut adalah Prof. Dr. Slameto, M. Pd. Uji kelayakan instrumen yang telah divalidasi ahli dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3 Uji Kelayakan Instrumen dari Ahli N

o

Aspek Skor

Responde n 1 Ketepatan objek sikap dari standar kompetansi 4

2 Ketepatan pendefinisian objek sikap 4

3 Kejelasan pendefinisian objek sikap 3

4 Keoperasionalan definisi objek sikap 4

5 Penyusunan kisi-kisi 3

6 Pernyataan tidak mengenai kejadian masa lalu 4

7 Pernyataan tidak berupa fakta 4

8 Pernyataan tidak menimbulkan lebih dari satu penafsiran 4

9 Pernyataan relevan dengan objek psikologis 4

10 Pernyataan tidak memiliki kecenderungan banyak responden yang memilih maupun tidak memilih

3

11 Bahasa sederhana, jelas, langsung dan tidak rumit 5

12 Pernyataan ringkas 4

13 Setiap pernyataan berisi satu ide yang lengkap 4 14 Pernyataan tidak menimbulkan penafsiran berbeda 3 15 Menghindari kata seperti “hanya”, “semata-mata” dan

kesalahan penafsiran

(13)

16 Tidak menggunakan istilah yang tidak dimengerti responden 5 17 Pernyataan tidak mengandung pernyataan negatif ganda 4 18 Pernyataan favorable dan tak favorable seimbang 4 19 Layout yang digunakan mudah untuk dibaca dan dipahami 3

20 Kelengkapan tata cara pemberian skor 3

Jumlah skor / kategori 76 / Tinggi

Dari hasil uji kelayakan prodak dapat diketahui bahwa jumlah skor untuk kelayakan instrumen dari ahli adalah 76. Dan diperoleh perhitungan dalam presentase sebesar 76%. Nilai tersebut masuk dalam kategori “Tinggi”. Hal ini berarti bahwa kelayakan instrumen penilaian ranah sikap dinilai layak oleh ahli. Kemudian ahli juga memberikan masukan dari instrumen yang telah diuji kelayakannya. Masukan dari ahli bahwa kelengkapan instrumen perlu disusun. Maka peneliti memperbaiki instrumen yang telah divalidasi ahli.

Produk yang direvisi disusun kembali kelengkapan istrumen penilaian ranah sikap dengan menggunakan skala Likert. Dimulai dari mengkaji kompetensi dasar, mendefinisikan objek sikap, menyusun kisi-kisi komponen/ indikator variabel obyek sikap yang akan di kembangkan, Merumuskan pernyataan sikap sesuai dengan kisi-kisi yang telah disusun, Menandai pernyaataan favorable (+) dan unfavorable (-), Uji coba instrumen, dan Menentukan skor masing-masing pernyataan. Kemudian dilengkapi dengan panduan penggunaan instrumen penilaian ranah sikap, objek sikap, pendefinisian objek sikap, komponen indikator objek sikap dan pernyataan yang mengandung unsur favorable dan unfavorable, kemudian dimasukan ke dalam skala Likert. Dilengkapi juga dengan penskoran yang menggunakan skala deviasi normal dan cara sederhana.

Sedangkan untuk uji terbatas instrumen penilaian ranah sikap diuji oleh oleh guru SD di sekolah SD Negeri Kalicacing 02 dan SD Negeri 02 Salatiga. Di SD Negeri Kalicacing 02 uji kelayakan instrumen dilakukan oleh ibu Indah Widjarningsih, S. Pd wali kelas lima. Sedangkan uji kelayakan instrumen penilaian sikap di SD Negeri 02 Salatiga dilakukan oleh ibu Padmi Budiarsi, S. Pd.wali kelas lima. Deskripsi penilaian menurut pengguna instrumen penilaian ranah sikap dengan skala Likert melalui uji terbatas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4 Uji Kelayakan Instrumen dari Pengguna N

o

Aspek Skor

Responde n 1

Skor Responde

n 2

Rerata Skor

1 Ketepatan objek sikap dari standar kompetansi

(14)

2 Ketepatan pendefinisian objek sikap 4 4 4

3 Kejelasan pendefinisian objek sikap 3 4 3,5

4 Keoperasionalan definisi objek sikap 4 4 4

5 Penyusunan kisi-kisi 3 4 3,5

6 Pernyataan tidak mengenai kejadian masa lalu

4 4 4

7 Pernyataan tidak berupa fakta 4 4 4

8 Pernyataan tidak menimbulkan lebih dari satu penafsiran

4 4 4

9 Pernyataan relevan dengan objek psikologis

4 4 4

10 Pernyataan tidak memiliki

kecenderungan banyak responden yang memilih maupun tidak memilih

4 4 4

11 Bahasa sederhana, jelas, langsung dan tidak rumit

4 4 4

12 Pernyataan ringkas 4 4 4

13 Setiap pernyataan berisi satu ide yang lengkap

3 4 3,5

14 Pernyataan tidak menimbulkan penafsiran berbeda

3 4 3,5

15 Menghindari kata seperti “hanya”, “semata-mata” dan kesalahan penafsiran

4 4 4

16 Tidak menggunakan istilah yang tidak dimengerti responden

3 4 3,5

17 Pernyataan tidak mengandung pernyataan negatif ganda

3 4 3,5

18 Pernyataan favorable dan tak favorable seimbang

4 4 4

19 Layout yang digunakan mudah untuk dibaca dan dipahami

4 4 4

20 Kelengkapan tata cara pemberian skor 3 4 3,5

Jumlah skor 76,5

Kategori Tinggi

(15)

Dan pengguna memberikan masukan bawha untuk skor penilaian nilai sikap dibuat dengan sistem kolom dan penulisan kisi-kisi perlu ditambahi kolom KD. Dari masukan salah satu pengguna, peneliti membuat penskoran dengan cara sederhana agar lebih mudah pahami dan memudahkan untuk digunakan guru. Penskoran ini telah dilampirkan. Selain itu pengguna memberikan masukan, dalam penulisan kisi-kisi KD perlu dicantumkan dalam sebuah kolom. Namun untuk menambahkan kolom Kompetensi Dasar digabungkan dengan kisi-kisi membuat tabel kisi-kisi menjadi kurang efesien. Karena penilaian ranah sikap yang dikembangkan peneliti merupakan penilaian sumatif, karena melakukan penilaian sikap dalam setiap subtema. Jadi, jika kolom Kompetensi dasar digabungkan terlalu banyak Kompetensi Dasar yang harus ditulis. Dalam kurikulum 2013 menggunakan tematik, yang menggabungkan beberapa mata pelajaran ke dalam satu pembelajaran.

Produk akhir dari pengembangan ini berupa instrumen penilaian ranah sikap. Bagian yang pertama adalah kompetensi dasar yang didfinisikan. Setelah objek sikap didefinisikan secara detail lalu dibuat kisi-kisi yang didalamnya berupa komponen-komponen indikator objek sikap, komponen indikator dikembangkan menjadi pernyataan-pernyataan yang mengandung unsur pernytaan favorable dan unfavorable. Pernyataan sikap yang dibuat ini mengandung tiga komponen sikap, yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Kemudian menandai pernyaataan favorable (+) dan unfavorable (-). Pernyataan favorable adalah pernyataan yang mendukung atau memihak pada obyek sikap, pernyataan ini mengatakan hal yang bersifat positif. Dan pernyataan sikap yang berisi hal-hal negatif mengenai obyek sikap atau pernyataan unfavorable, dan bersifat tidak mendukung ataupun kontra terhadap obyek sikap yang hendak diungkap. Lalu sebelum instrumen digunakan, maka instrumen diuji coba. Dalam dunia psikometri (pengukuran kawasan psikologis), uji coba instrumen hukumnya wajib. Tujuannya untuk mengetahui tingkat kesahihan dan keterandalan instrumen. Upayakan subjek uji coba memiliki karakteristik yang mirip dengan subjek aslinya.

(16)

jawaban TS diberi nilai 1, jawaban E diberi nilai 2, jawaban S diberi nilai 3, dan jawaban SS diberi nilai 4. Dan untuk pernyataan yang tak-favorabel, respons STS diberi nilai 4, TS diberi nilai 3, E diberi nilai 2, S diberi nilai 1 dan rspon SS diberi nilai 0. Cara penentuan nilai ini diberlakukan bagi semua pernyataan sikap yang ada.

SIMPULAN

Dari uraian yang dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Hasil pengembangan instrumen penilaian ranah sikap yang dikembangkan berupa instrumen pengukuran sikap berupa pernyataan yang dibentuk didalam skala Likert. Pernyataan ini dibuat berdasarkan standar kompetensi kemudian didefinisikan objek sikap yang ada dalam standar kompetensi. Lalu dibuat kisi-kisi/indikator variabel objek sikap yang akan dikembangkan. Kisi-kisi yang sudah dibuat kemudian dikembangkan menjadi pernyataan sikap yang dibentuk di dalam skala Likert. Penilaian ini hanya dilakukan pada setiap selesai satu subtema atau penilaian ini bisa dikatakan penilaian sumatif. Setelah siswa mengisi pernyataan dengan skala yang dipilih berdasarkan diri siswa sendiri, maka untuk menghitung skor dilakukan dengan menentukan skala deviasi normal dan cara sederhana. Dalam penelitian ini, peneliti menghitung dengan cara sederhana yang telah dicantumkan dalam lampiran.

Kelayakan instrumen penilaian ranah sikap dengan skala Liket menurut ahli yaitu dosen asesmen Prof. Dr. Slameto, M. Pd. diketahui dari jumlah skor validasi ahli yaitu sebesar 76. Dalam presentase mencapai nilai 76% yaitu mencapai kategori “Tinggi”. Hal ini berarti bahwa kualitas instrumen penilaian ranah sikap dengan menggunakan skala Likert yang dikembangkan layak untuk digunakan. Sedangkan kelayakan instrumen penilaian ranah sikap dengan skala Liket menurut pengguna yaitu guru SD Negeri Kalicacing 02 dan SD Negeri 02 Salatiga. Di SD Negeri Kalicacing 02 uji kelayakan instrumen menurut pengguna dilakukan oleh ibu Indah Widjarningsih, S. Pd guru wali kelas lima. Sedangkan uji kelayakan instrumen penilaian ranah sikap menurut pengguna di SD Negeri 02 Salatiga dilakukan oleh ibu Padmi Budiarsi, S. Pd. guru wali kelas lima. Diketahui dari jumlah skor uji pengguna yaitu sebesar 76,5. Dalam presentase mencapai nilai 76,5% yaitu mencapai kategori “Tinggi”. Hal ini berarti bahwa kualitas instrumen penilaian ranah sikap dengan menggunakan skala Likert yang dikembangkan layak untuk digunakan.

(17)

Azwar, Saifuddin. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Danny Soesilo, Tritjahjo, dkk. 2014. Asesmen Non-tes Dalam Bimbingan dan Konseling. Salatiga. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana.

Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrument Tes Dan Non Tes. Jogjakarta. Mitra Cendikiawan.

Rezema Putra, Sitiatava. 2013. Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Jogjakarta. DIVA Press

Sulistya Wardani, Naniek dkk. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahan Belajar Mandiri SD. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga.

Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Yogyakarta: PT Bumi Aksara.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Surabaya: Kencana Pramedia Group

Erdogan, Mehmet, et al. 2011. Development and validation of Children’s Responsible Environmental Behavior Scale. Environmental Education Research. Vol. 18, No. 4, August 2012, 507–540. http://search.ebscohost.com/login.aspx? direct=true&db=ehh&AN=77330326&site=ehost-live (13 Agustus 2015).

Kose , Esra Ozay. 2010. The Factors That Affect Attitudes towards Environment of

Secondary School Students. Turkish Science Education. Volume 7, Issue 3, September 2010. http://search.ebscohost.com/login.aspx?

direct=true&db=ehh&AN=55823327&site=ehost-live (13 Agustus 2015).

Amirali, Munira. 2010. Students’ Conceptions of the Nature of Mathematics and Attitudes towards Mathematics Learning. Journal of Research and Reflections in Education June 2010, Vol.4, No.1, pp 27 -41. http://search.ebscohost.com/login.aspx?

(18)

LAMPIRAN PRODUK AKHIR

INSTRUMEN PENILAIAN RANAH SIKAP DENGAN SKALA LIKERT

KOMPETENSI DASAR DARI SILABUS

KD berdasarkan silabus Tema 9 subtema 3 kelas V. Tentang Pelestarian Lingkungan dalam kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:

No Mata Pelajaran

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Penilaian Sikap

(19)

manusia keseimbangan

(20)

menggunakan tabel, grafik batang piktogram, dan diagram lingkaran

 Kegiatan manusia

(21)

ekonomi

4.3 Menyajikan

pemahaman tentang manusia dalam hubungannya dengan kondisi

geografis diwilayah Indonesia

dengan lingkungan alamnya.

6. Penjasorke s

3.11 Memahami bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh

4.11 Menceritakan bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh.

 zat-zat berbahaya

dalam rokok

 akibat zat-zat

berbahaya dalam

rokok bagi

kesehatan tubuh 7 SBdP 3.4 Memahami prosedur

dan langkah kerja dalam berkarya kreatif berdasarkan ciri khas daerah

4.14 Membentuk karya kerajinan dari bahan keras

 prosedur dan

(22)

KISI-KISI PENYUSUNAN INSTRUMEN SIKAP DENGAN SKALA LIKERT Obyek sikap : Tanggung Jawab Pelestarian Lingkungan

Definisi : tanggung jawab pelestarian lingkungan adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki kecenderungan melakukan tindakan membersihkan sampah, piket di sekolah, menjaga lingkungan, menanam tanaman untuk penghijauan, merawat tanaman, dan mau menerima sanksi jika merusak lingkungan agar lingkungan sekolah tetap bersih, rindang, rapih dan tidak banjir.

KOMPONEN INDIKATOR OBJEK SIKAP

KOMPONEN SIKAP Jml %

Kognisi Afeksi Konasi

Hakikat pelestarian lingkungan 4 2 0 6 20

Membersihkan sampah 0 2 2 4 13

Piket sekolah 0 2 2 4 13

Menjaga lingkungan agar tidak rusak 0 2 2 4 13

Menanam tanaman penghijau 0 2 2 4 13

Merawat tanaman 0 2 2 4 13

Menerima sanksi jika merusak lingkungan

2 2 0 4 13

Total 6 14 10 30 100%

(23)

Obyek sikap : Tanggung Jawab Pelestarian Lingkungan N

o

Aspek Sub Aspek Indikator No

item

Kognisi Pengertian tentang pelestarian lingkungan

Pelaksanaan pelestarian lingkungan 23,11 2 Afeksi Sikap menyukai atau tidak

menyukai pelestarian lingkungan

7,14 2

2 Membersihkan sampah

Afeksi Sikap untuk membersihkan sampah 9, 4 2

Konasi Tindakan siswa membersihkan sampah

1,19 2

3 Piket sekolah Afeksi Sikap terhadap piket disekolah 17, 12 2

Konasi Tindakan siswa terhadap piket

Konasi Tindakan siswa menanam tanaman penghijau

Konasi Tindakan siswa merawat tanaman 22, 6 2 7 Menerima

Pernyataan Yang Disusun Dari Kisi-Kisi

(24)

1. Tanggung jawab pelestarian lingkungan adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki kecenderungan melakukan tindakan pelestarian lingkungan(kognisi, +) 2. Pelestarian lingkungan adalah tanggung jawab orang dewasa, sedangkan siswa

bertanggung jawab untuk belajar(kognisi,-)

3. Pelestarian lingkungan dilakukan agar lingkungan sekolah tetap bersih, rindang, rapih dan tidak banjir.(kognisi, +)

4. Pelestarian lingkungan dilakukan agar lingkungan menjadi kawasan hijau(kognisi, -) 5. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang siap menerima sanksi ketika

melakukan tindakan kerusakan lingkungan(kognisi, +)

6. Seharusnya sekolah mengeluarkan siswa yang melakukan kerusakan lingkungan(kognisi, -)

7. Saya suka membersihkan lingkungan agar lingkungan terlihat bersih(afeksi, +)

8. Saya kurang setuju melakukan kegiatan kebersihan lingkungan, karena waktu yang tersedia habis untuk membersihkan lingkungan daripada belajar(afeksi, -)

9. Saya setuju membersihkan sampah dilingkungan agar tidak bau(afeksi, +)

10. Saya setuju membersihkan sampah dilingkungan karena disuruh oleh guru(afeksi, -) 11. Saya setuju dengan dibuatnya jadwal piket, karena akan membuat teman-teman saya

bertanggung jawab dengan kebersihan lingkungan(afeksi, +)

12. Saya kurang setuju dengan adanya jadwal piket, karena membebani siswa(afeksi,-) 13. Saya setuju semua siswa diwajibkan menjaga lingkungan agar tidak rusak(afeksi, +) 14. Saya kurang setuju jika siswa diwajibkan menjaga lingkungan, karena masih

anak-anak(afeksi,-)

15. Saya setuju dengan program penghijauan, agar lingkungan menjadi rindang(afeksi,+) 16. Saya kurang setuju dengan program penghijauan, karena daun yang berguguran akan

membuat halaman menjadi kotor (afeksi, -)

17. Saya setuju diadakannya kegiatan merawat tanaman, karena merupakan kegiatan yang dapat melestarikan lingkungan (afeksi ,+)

18. Saya kurang suka merawat tanaman, karena membuang-buang waktu untuk belajar (afeksi, -)

19. Saya setuju diadakannya sanksi untuk siswa yang merusak lingkungan(afeksi, +) 20. Saya kurang setuju diadakannya sanksi, karena dapat membebani anak untuk sekolah

(afeksi, -)

(25)

22. Saya tidak harus membersihkan lingkungan karena sudah ada pak bon(konatif, -) 23. Seharusnya saya datang lebih awal ketika tiba jadwal piket saya(konatif, +)

24. Saya lebih suka datang tepat waktunya jam pelajaran ketika piket karena lebih efisien (konatif, -)

25. Saya akan bermain ditempat yang tidak merusak tanaman(konatif, +) 26. Saya lebih suka bermain ditaman sekolah dari pada dilapangan(konatif, -) 27. Saya seharusnya menanam tanaman agar lingkungan lebih sejuk(konatif, +)

28. Saya tidak perlu menanam tanaman karena sudah ada dinas pertamanan yang melakukan(konatif, -)

29. Seharusnya saya merawat tanaman agar tumbuh dengan baik dan menjadi peneduh lingkungan (konatif, +)

30. Saya tidak harus merawat tanaman karena bisa tumbuh sendiri (konatif,-)

INSTRUMEN SKALA SIKAP

Berikut adalah pernyataan yang berkaitan dengan disiplin sekolah. Silakan menyatakan sikap dengan cara memberi tanda centang (√) di bawah kolom STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), S (Setuju) dan SS (Sangat Setuju) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya!

NO PERNYATAAN KATEGORI JAWABAN

STS TS S SS

(26)

tetap bersih, rindang, rapih dan tidak banjir

2 Saya setuju dengan program penghijauan, agar lingkungan menjadi rindang

3 Seharusnya saya datang lebih awal ketika tiba jadwal piket saya

4 Saya setuju dengan dibuatnya jadwal piket, karena akan membuat teman-teman saya bertanggung jawab dengan kebersihan lingkungan

5 Saya lebih suka datang tepat waktunya jam pelajaran ketika piket karena lebih efisien

6 Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang siap menerima sanksi ketika melakukan tindakan kerusakan lingkungan

7 Saya suka membersihkan lingkungan agar lingkungan terlihat bersih

8 Saya kurang setuju jika siswa diwajibkan menjaga lingkungan, karena masih anak-anak

9 Saya setuju membersihkan sampah dilingkungan agar tidak bau

10 Pelestarian lingkungan dilakukan agar lingkungan menjadi kawasan hijau

11 Saya setuju diadakannya kegiatan merawat tanaman, karena merupakan kegiatan yang dapat melestarikan lingkungan 12 Saya kurang setuju dengan adanya jadwal piket, karena

membebani siswa

13 Seharusnya saya rutin membersihkan sampah dilingkungan agar lingkungan menjadi bersih

14 Saya setuju semua siswa diwajibkan menjaga lingkungan agar tidak rusak

15 Saya kurang setuju diadakannya sanksi, karena dapat membebani anak untuk sekolah

16 Saya kurang suka merawat tanaman, karena membuang-buang waktu untuk belajar

17 Saya lebih suka bermain ditaman sekolah dari pada dilapangan

18 Seharusnya saya merawat tanaman agar tumbuh dengan baik dan menjadi peneduh lingkungan

(27)

membersihkan lingkungan daripada belajar

20 Saya seharusnya menanam tanaman agar lingkungan lebih sejuk

21 Tanggung jawab pelestarian lingkungan adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki kecenderungan melakukan tindakan pelestarian lingkungan

22 Saya setuju diadakannya sanksi untuk siswa yang merusak lingkungan

23 Saya akan bermain ditempat yang tidak merusak tanaman 24 Saya setuju membersihkan sampah dilingkungan karena

disuruh oleh guru

25 Pelestarian lingkungan adalah tanggung jawab orang dewasa, sedangkan siswa bertanggung jawab untuk belajar 26 Saya tidak perlu menanam tanaman karena sudah ada dinas

pertamanan yang melakukan

27 Saya tidak harus merawat tanaman karena bisa tumbuh sendiri

28 Saya kurang setuju dengan program penghijauan, karena daun yang berguguran akan membuat halaman menjadi kotor

29 Saya tidak harus membersihkan lingkungan karena sudah ada pak bon

30 Seharusnya sekolah mengeluarkan siswa yang melakukan kerusakan lingkungan

PENSKORAN

Ada dua cara untuk menentukan skala menurut Azwar (2011: 141), yaitu dengan cara menentukan skala deviasi normal dan menentukan nilai skala dengan cara sederhana.

1) Menentukan Skala dengan Deviasi Normal

(28)

Dari jawaban responden terhadap setiap pernyataan akan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap kategori, yang kemudian secara komulatif akan dilihat deviasinya menurut deviasi normal. Dari sinilah nilai skala dapat ditentukan. Nilai skala ini kemudian akan menjadi skor terhadap jawaban individual responden yang diukur sikapnya.

Berikut proses penentuan nilai skala bagi responden terhadap contoh pernyataan nomor 1 pada tabel 1.1 . dalam tabel, tanda (+) menandakan bahwa pernyataan ini adalah pernyataan favorabel. Harus diperhatikan bahwa apabila pernyataan yang akan dianalisis merupakan pernyataan yang favorabel maka kategori jawaban STS kita letakan paling kiri dan kategori jawaban SS kita letakan paling kanan, seperti pada tabel 2.1 berikut ini:

Tabel Perhitungan Nilai Skala Kategori Jawaban untuk Contoh Pernyataan Favorabel (N = 200)

Nomor Pernyataan 1 (+)

Kategori respons

STS TS E S SS

F 4 36 59 87 14

P = f/N .020 .180 .295 .435 .070

Pk .020 .200 .495 .930 1.000

Pk-tengah .010 .110 .348 .713 .965

Z -2.326 -1.227 -.391 .562 1.812

Z+ 2.326 0 1.099 1.935 2.888 4.138

Nilai skala 0 1 2 3 4

Lajur pertama pada tabel 1.1 memuat frekuensi jawaban untuk setiap kategori respons. Keseluruhan frekuensi itu kalau dijumlahkan akan sama banyak dengan jumlah individu penjawab yang dalam contoh ini adalah 200 orang.

Untuk memperoleh proporsi (P), kita hanya perlu membagi setiap frekuensi (f) dengan banyaknya responden (N). Dalam contoh ini, proporsi jawaban STS adalah 4/200 = 0,020.

(29)

ditambah dengan 0,020 dan ditambah dengan 0,180. Sehingga pk = 0,295 + 0,180 + 0,020 = 0,495.

Selanjutnya, pk-tengan adalah titik tengah proporsi kumulatif yang dirumuskan sebagai setengah proporsi dalam kategori yang bersangkutan ditambah proporsi kumulatif pada kategori disebelah kirinya, yaitu:

Pk-tengah = ½ p + pkb

P = proporsi dalam kategori itu

Pkb = proporsi kumulatif dalam kategori di sebelah kirinya

Nilai deviasi z diperoleh dengan melihat harga z untuk masing-masing pk-tengah. Untuk itu dipergunakan tabel deviasi normal. Pada tabel deviasi normal, kolom tegak yang paling kiri memuat dua angka pertama harga p, yang dalam hal ini merupakan pk-tengah. Baris paling atas memuat angka ketiga harga pk-pk-tengah. Apabila kita ingin melihat harga z untuk kategori S, misalnya, maka dari pk-tengah = 0,713 kita melihat dikolom paling kiri angka 0,71, deretan angka dikanannya adalah harga-harga z. kemudian, dapatkan angka 3 pada baris yang paling atas. Tarik garis vertical ke bawah. Pertemuan garis ini dengan angka-angka dikanan p = 0,71 merupakan harga z untuk pk-tengah 0,713. Dalam contoh ini ditemukan z = 0,562.

Dengan mengetahui nilai z bagi setiap kategori respons sebenarnya kita memperoleh jarak antara masing-masing kategori dalam satu deviasi normal sepanjang satu kontinum yang berskala interval seperti yang kita inginkan.

Kemudian pada baris berikutnya, kita menggeser kategori respons yang nilai skaanya paling kecil ke titik 0 yaitu menjadikan harga z untuk kategori paling kiri (kategori respon STS) pada semua harga z yang ada sehingga harga z pada kategori repon yang lain akan positif. Apabila nilai skala respon terendah ingin kita letakan pada angka 1 sehingga kontinumnya bergerak antara 1 sampai dengan 5, maka dalam contoh ini kita perlu menambahkan angka mutlak sebesar 3,326. Angka 0 atau angka 1 semua dapat dipilih sebagai titik awal asalkan semua pernyataan dalam skala sikap yang berangkutan diperlukan sama sehingga kita memiliki sebaran nilai skala pada kontinum yang sama.

(30)

Selanjutnya adalah contoh lain dengan menggunakan pernyataan tak-favorabel. Kita dapat melihat nomor dua yang diberi tanda (-) yang artinya pernyataan tersebut termasuk pernyataan tak-favorabel. Untuk tetap memberikan bobot tertinggi pada jawaban favorabel maka urutan kategori respons bagi pernyataan nomor dua kita balik. Sekarang kategori SS kita letakan paling kiri sedangkan kategori STS kita letakan paling kanan. Distribusi jawaban untuk setiap kategori, setelah urutan kategori responsnya dibalik, disajikan pada tabel 2.3 berikut ini:

Tabel Perhitungan Nilai Skala Kategori Jawaban untuk Contoh Pernyataan Tak-Favorabel (N = 200)

Nomor Pernyataan 2 (-)

Kategori respons

SS S E TS STS

F 6 29 42 103 20

P = f/N .030 .145 .210 .515 .100

Pk .030 .175 .385 .900 1.000

Pk-tengah .015 .103 .280 .643 .950

Z -2.170 -1.265 -.583 .366 1.645

Z+ 2.326 0 .905 1.587 2.536 3.825

Nilai skala 0 1 2 3 4

Dari kedua contoh perhitunganpada tabel 1.1 dan 1.2 jelas tampak bahwa pembulatan harga deviasi z menghasilkan deretan angka yang mempunyai interval tetap dari 0 sampai kepada angka 4. Pada pernyataan favorabel angka tertinggi diberikan kepada jawaban “sangat setuju” dan angka terendah 0 diberikan pada jawaban “sangat tidak setuju”. Sebaliknya, pada pernyataan tak-favorabel jawaban “sangat setuju” mendapat angka terendah 0 dan jawaban “sangat tidak setuju” memperoleh angka tertinggi 4.

2) Menentukan Nilai Skala dengan Cara Sederhana

(31)

dalam satuan deviasi normal bagi setiap kategori jawaban merupakan cara yang cermat dan akan menghasilkan interval yang tepat dalam meletakan masing-masing kategori pada suatu kontinum psikologis. Adanya fasilitas computer sangat memudahkan prosedur analisisnya. Walaupun cara itu memerlukan waktu dan tenaga yang banyak, setiap penyusunan skala sikap hendaklah berusaha melakukannya.

Apabila skala sikap yang disusun tidak untuk digunakan sebagai instrument pengukuran yang menyangkut pengambilan keputusan yang penting sekali, seperti pada penelitian pendahuluan atau studi kelompok secara kecil-kecilan, kadang-kadang demi kepraktisan penyusunan skala sikap dapat menempuh cara sederhana untuk menentukan nilai skala pernyataan-pernyataan sikap yang ditulisnya.

Dengan cara sederhana, untuk suatu pernyataan yang bersifat favorabel jawaban STS diberi 0, jawaban TS diberi nilai 1, jawaban E diberi nilai 2, jawaban S diberi nilai 3, dan jawaban SS diberi nilai 4. Dan untuk pernyataan yang tak-favorabel, respons STS diberi nilai 4, TS diberi nilai 3, E diberi nilai 2, S diberi nilai 1 dan rspon SS diberi nilai 0. Cara penentuan nilai ini diberlakukan bagi semua pernyataan sikap yang ada.

HASIL REKAP PENILAIAN SIKAP

TANGGUNG JAWAB DENGAN CARA SEDERHANA

No NAMA NILAI

1 A 2.5

2 B 2.6

3 C 2.5

4 D 2.4

5 E 2.3

6 F 2.4

7 G 2.5

8 H 2.7

9 I 2.4

10 J 2.3

11 K 2.3

12 L 2.3

13 M 2.5

(32)

15 O 2.3

16 P 2.7

Gambar

Tabel 1 Rekapitulasi Instrumen Penilaian Berdasarkan Komponen Ranah Sikap
Tabel 3 Uji Kelayakan Instrumen dari Ahli
Tabel 4 Uji Kelayakan Instrumen dari Pengguna
menggunakan tabel,grafik batang piktogram,
+3

Referensi

Dokumen terkait

penilaian hasil belajar peserta didik yang berkualitas sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai meliputi sikap,.. pengetahuan,

Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/ data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek

PELAPORAN HASIL PENILAIAN PEMBELAJARAN DALAM RAPOR Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi penilaian autentik kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada kurikulum 2013 dalam pembelajaran

Ruang lingkup penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup kompetensi aspek sikap (afektif), aspek pengetahuan (kognitif), dan aspek keterampilan (psikomotor). Salah satu

Disusun berdasarkan kebutuhan dan minat peserta didik dan sekolah terkait dengan upaya pencapaian SKL yang mencakup domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai

pada aspek kognitif saja. kurikulum 2013 menyeimbangkan tiga aspek yaitu psikomotor, afektif, dan kognitif. karena konsep inilah, penilaian dalam kurikulum 2013 juga

Evaluasi yang dilakukan guru Sejarah terhadap peserta didik adalah dengan melakukan penilaian kompetensi yang dicapai peserta didik sesuai dengan Kurikulum 2013 yang mencakup 3 aspek