• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Penjaminan Mutu Pendidikan Pada Pendidikan Teknologi Kimia Industri Medan (PTKI-Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Strategi Penjaminan Mutu Pendidikan Pada Pendidikan Teknologi Kimia Industri Medan (PTKI-Medan)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia (Satryo Soemantri, 2000).

(2)

Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 5 disebutkan ayat (1) setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu; dan ayat (5) setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Dengan ketentuan dan sampai batas umur tertentu, dalam setiap sistem pendidikan nasional biasanya ada kewajiban belajar. Hal ini berarti bahwa secara formal, setiap warga negara harus menjadi peserta didik, paling tidak biasanya pada jenjang pendidikan tingkat dasar. Lamanya kewajiban menjadi peserta didik secara normal ini bervariasi antara sistem pendidikan nasional bangsa yang satu dengan yang lainnya (sumber: UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas).

Pembaharuan sistem pendidikan nasional dilakukan untuk memperbaharui visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. (Suryadi. Ace, 1999)

Dengan visi pendidikan tersebut, pendidikan nasional mempunyai misi sebagai berikut:

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;

(3)

3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;

4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global;

5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (Suryadi. Ace, 1999).

Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional tersebut, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Suryadi. Ace, 1999)

Pembaharuan sistem pendidikan memerlukan strategi tertentu. Strategi pembangunan pendidikan nasional dalam undang-undang ini meliputi :

1. Pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia;

2. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi; 3. Proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis;

(4)

7. Pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan berkeadilan;

8. Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata; 9. Pelaksanaan wajib belajar;

10. Pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan; 11. Pemberdayaan peran masyarakat;

12. Pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat;

13. Pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional.

Dengan strategi tersebut diharapkan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional dapat terwujud secara efektif dengan melibatkan berbagai pihak secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan. Kebijakan pembangunan pendidikan nasional sebagaimana digariskan dalam Rencana Strategis Depdiknas (2004-2009) diarahkan pada upaya mewujudkan daya saing, pencitraan publik, dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan. Tolok ukur efektivitas implementasi kebijakan tersebut dilihat dari ketercapaian indikator-indikator mutu penyelenggaraan pendidikan yang telah ditetapkan BNSP dalam delapan (8) standar nasional pendidikan (SNP).

(5)

Tata kerja yang dibangun mengisyaratkan adanya serangkaian proses dan prosedur untuk mengumpulkan, menganalisa dan melaporkan data mengenai kinerja dan mutu tenaga pendidik dan kependidikan, program dan lembaga. Proses penjaminan mutu mengidentifikasi aspek pencapaian dan prioritas peningkatan, menyediakan data sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan serta membantu membangun budaya peningkatan berkelanjutan

Paradigma penjaminan mutu telah bergeser dari praktek quality control ke quality assurance and development. Hasil-hasil kajian menunjukkan bahwa peningkatan mutu tidak selalu berkaitan dengan peningkatan anggaran pendidikan dan ketersediaan guru dalam jumlah dan kualifikasi. Peningkatan mutu terjadi dalam perwujudan budaya mutu yang menunjukkan perubahan cara berfikir dan budaya kerja yang mengutamakan mutu. (Satryo Soemantri, 2000)

Perhatian pemerintah (Indonesia) terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional direfleksikan dalam berbagai kebijakan pembangunan pendidikan yang secara sistematik telah lama dilakukan sejak rencana pembangunan lima tahun pertama. Berbagai program inovasi pendidikan baik yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan proyek maupun rutin pada kenyataannya belum menunjukkan hasil pencapaian mutu pendidikan yang mampu membangun daya saing bangsa.

(6)

dan peningkatan mutu diperlukan untuk menghindari pelaksanaan program-program pendidikan yang parsial, tidak berkelanjutan, serta belum kuatnya tata kerja akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan. (Satryo Soemantri, 2000)

Istilah penjaminan mutu (quality assurance) pada awalnya digunakan di lingkungan dunia bisnis barang dan jasa, dengan maksud untuk menumbuhkan budaya peduli mutu. Jaminan mutu perlu dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan kepuasan kepada kastemer pemakai produk. Dalam perkembangan selanjutnya, penerapan konsep jaminan mutu ini ternyata tidak hanya terbatas di lingkungan bisnis dan industri, tetapi juga dalam bidang pelayanan jasa pendidikan sejalan dengan munculnya gerakan akuntabilitas pendidikan. (Satryo Soemantri, 2000)

Dalam lingkungan sistem pendidikan, khususnya persekolahan, tuntutan akan penjaminan mutu merupakan gejala yang wajar, karena penyelenggaraan pendidikan yang bermutu merupakan akuntabilitas publik. Setiap komponen pemangku kepentingan pendidikan orang tua, masyarakat, dunia kerja, pemerintah) dalam peranan dan kepentingannya masing-masing memiliki kepentingan terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Mutu dalam pengertian memenuhi spesifikasi sering disebut sebagai kesesuaian untuk tujuan atau penggunaan, atau disebut pula sebagai definisi kualitas menurut produsen.

(7)

Bilamana produk atau jasa yang dihasilkan telah memenuhi spesifikasi atau standar/kriteria yang telah ditetapkan tadi, maka produk atau jasa itu berkualitas

Makna kualitas dipertimbangkan pula dari sisi memenuhi persyaratan yang dituntut kastemer. Pandangan ini didasarkan oleh alasan sederhana bahwa penilai akhir dari mutu adalah kastemer, dan tanpa mereka lembaga tidak ada. Dalam kajian manajemen mutu terpadu (total quality management), produk yang hanya memenuhi standar yang ditetapkan produsen tidak menjamin dalam penjualan. Oleh karena itu, lembaga harus menggunakan berbagai cara untuk menyelidiki dan atau mempelajari persyaratan-persyaratan kastemer, kemudian menerjemahkannya ke dalam produk dan layanan baru yang inovatif

Seiring dengan semakin tingginya tingkat persaingan, maka manajemen sebuah perusahaan mulai mengidentifikasi kekuatan sumber daya dan tata kerja inovatif. Artinya penanganan mutu secara menyeluruh dilakukan dengan melibatkan semua pihak yang terkait mulai dari hulu sampai hilir, mencakup semua proses yang dilakukan sesuai standar mutu (quality control), penjaminan mutu (quality assurance), ke arah peningkatan mutu berkelanjutan (continuous quality improvement). Apabila pemikiran tersebut dikaitkan dengan konteks

manajemen mutu pendidikan di Indonesia, maka keterkaitan antara standar dengan proses pentahapannya

(8)

standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (3) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan.

Strategi pendekatan secara keseluruhan berkaitan dengan pelaksanaan kur memiliki prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif (Wikipedia Indonesia).

Peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Nasional menjadi salah satu strategi utama pelaksanaan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan Akselerasi Industrialisasi (Pusdiklat Industri 2012). Peran SDM yang berpendidikan akan menjadi kunci utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Sejalan dengan tuntutan MP3EI dan Akselerasi Industrialisasi, reposisi lembaga pendidikan dan pelatihan industri menjadi semakin penting untuk dilakukan guna mengantisipasi perubahan cepat akibat globalisasi dan perdagangan bebas. Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk menjawab perubahan cepat tersebut, salah satunya ialah dengan melakukan reposisi lembaga Pendidikan dan Pelatihan industri (Pusdiklat Industri, 1998).

(9)

serta ahli sesuai sektor industri, pembangunan manajemen pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi bertaraf internasional dapat dicapai. Adapun tujuan reposisi lembaga pendidikan dan pelatihan industri yaitu :

1. Terwujudnya Pusdiklat Industri sebagai holding dalam menyiapkan SDM aparatur dan SDM Industri yang kompeten.

2. Terwujudnya Balai Diklat Industri (BDI) yang berbasis pada spesialisasi dan kompetensi dalam menciptakan SDM Industri yang siap pakai dan Wirausaha Industri Kecil Menengah.

3. Terwujudnya Sekolah Menengah Kejuruan yang bertaraf internasional, berbasis spesialisasi dan kompetensi dalam menciptakan tenaga kerja terampil yang siap pakai dan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 4. Terwujudnya Perguruan Tinggi Vokasi yang berbasis spesialisasi dan

kompetensi dalam menciptakan ahli madya terampil yang siap pakai. Pusdiklat Industri, 1998).

Melalui reposisi pengembangan pendidikan vokasi industri dan balai diklat industri diharapkan perkembangan kompetensi SDM akan sesuai kebutuhan dunia usaha serta dapat mendukung peningkatan daya saing industri nasional. Keberhasilan dari upaya ini akan terkait dengan kerangka pikir reposisi yang memandang bahwa keberadaan lembaga pendidikan dan pelatihan industri yang telah tersebar di berbagai kota strategis di Indonesia adalah kekuatan awal dan baik melaksanakan reposisi. Pengembangan sumber daya manusia dalam pembangunan ekonomi, mensyaratkan dua pendekatan utama, yaitu pendekatan

(10)

wilayah industri yang pertumbuhannya perlu mendapatkan dorongan dari pemerintah. Pendekatan Koridor Ekonomi merupakan pendekatan yang berorientasi ke wilayah dengan kebutuhan by design yang telah dituangkan dalam MP3EI. Keberadaan pusat akademis, di wilayah tertentu diharapkan pertumbuhan industri di wilayah tersebut akan pesat sesuai dengan disain dan harapan pemerintah.

Melalui Pendidikan Teknologi Kimia Industri Medan (PTKI–Medan) misalnya, sebagai lembaga pendidikan tinggi yang berperan mempersiapkan SDM Ahli Madya (D3) di bidang Teknologi Kimia Industri (TKI) dan Teknologi Mekanik Industri (TMI), diharapkan akan mengambil spesialisasi bidang pengembangan pengolahan kelapa sawit dan turunannya. Lulusan dan hasil penelitian lembaga pendidikan akademis ini diharapkan mampu mendorong bertumbuhnya industri pengolahan kelapa sawit di wilayah koridor Sumatra.

Berbeda dengan pendekatan koridor ekonomi yang by-design, pengembangan pendekatan tenaga kerja industri lebih berorientasi pasar, dan atau by demand. Reposisi dilakukan karena permintaan akan kebutuhan tenaga kerja

ahli maupun ahli madya begitu tinggi pada sektor industri tertentu di wilayah tertentu. Sebagaimana juga keberadaan peminat dan lulusan pendidikan akademis di PTKI-Medan yang rata-rata meningkat

Pendidikan Teknologi Kimia Industri Medan (PTKI-Medan) sebagai lembaga

pendidikan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan Ahli Madya (D3) di bidang

“Teknik Kimia Industri” adalah salah satu dari sembilan lembaga pendidikan di

bawah binaan/naungan Pusat Pendidikan dan Latihan Industri Kementerian

(11)

penjaminan mutu dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi, sebagaimana diatur

dalam peraturan perundang-undangan yaitu:

1. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pasal 51 ayat (2) yang pada dasarnya mengatur bahwa pengelolaan satuan

pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi, akuntabilitas,

jaminan mutu, dan evaluasi yang transparan;

2. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan. Pasal 91 ayat (1), ayat (2), ayat (3) PP No. 19 tahun 2005 yang

mengatur bahwa setiap perguruan tinggi wajib melakukan penjaminan mutu

pendidikan sebagai pertanggungjawaban kepada stakeholders, dengan tujuan

untuk memenuhi dan atau melampaui Standar Nasional Pendidikan, yang

dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program

penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas.

3. Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan. Pasal 96 ayat (7) PP No. 17 tahun 2010 yang

mengatur bahwa perguruan tinggi melakukan program penjaminan mutu

secara internal, sedangkan penjaminan mutu eksternal dilakukan secara

berkala oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) dan

atau lembaga mandiri lain (mis: ISO) yang diberi kewenangan oleh Menteri.

4. Terwujudnya Kerjasama yang disepakati dalam MOU antara Menteri

Pendidikan dan Menteri Perindustrian pada tanggal 2 Juni 2012. Hal-hal

yang diatur dalam kesepakatan itu antara lain, proses percepatan Sertifikasi

Dosen dan pemberian nomor Dosen yang bekerja pada lembaga pendidikan

(12)

5. Ditetapkannya Satuan Penjamin Mutu dalam Organisasi PTKI-Medan Alasan ini menjadi dasar untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi

PTKI-Medan mempersiapkan sumber daya manusia terampil di bidang

teknik kimia industri.

Sebagaimana kenyataan hasil audit Badan Akreditasi Nasional (BAN) yang

telah di alami PTKI pada tahun 2011 yang lalu dari dua Jurusan yang dimiliki

PTKI-Medan, Teknik Kimia Industri tetap memperoleh nilai Akreditasi B, sedangkan

Teknik Mekanik Industri mengalami penurunan dari B menjadi C, hal tersebut yang

menjadi daya tarik bagi peneliti untuk mengetahui dan menggali lebih dalam serta

meneliti mengapa terjadi perbedaan hasil akreditasi jurusan antara jurusan Tehnik

Kimia Industri dan jurusan Teknik Mekanik Industri di Pendidikan Teknologi Kimia

Industri Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Kegiatan penjaminan mutu perguruan tinggi dilaksanakan dalam sebuah

sistem yang disebut Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPM-PT), yang

terdiri atas:

1. Penjaminan mutu yang dilaksanakan secara sistemik oleh perguruan tinggi

sendiri (internally driven) yang disebut sebagai Sistem Penjaminan Mutu

Internal (SPMI);

2. Penjaminan mutu yang dilaksanakan oleh badan/ lembaga di luar perguruan

tinggi yang disebut sebagai Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME).

Badan/lembaga di luar perguruan tinggi yang melaksanakan SPME dapat

beraras nasional dan atau pun internasional dengan syarat diakui oleh Pemerintah.

(13)

oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Kegiatan penjaminan

mutu perguruan tinggi harus didukung oleh ketersediaan data dan informasi tentang

perguruan tinggi secara akurat, lengkap, dan mutakhir. Data dan informasi tersebut

dikelola oleh suatu pangkalan data pada masing-masing perguruan tinggi. Kemudian,

data dan informasi yang berasal dari pangkalan data pada masing-masing perguruan

tinggi dihimpun, dikelola, dan dikendalikan oleh suatu Pangkalan Data Perguruan

Tinggi (PDPT) pada aras Nasional yang dikelola oleh Ditjen Dikti.

Hasil pelaksanaan SPMI oleh masing-masing perguruan tinggi merupakan

bahan dalam pelaksanaan SPME dan atau akreditasi oleh BAN-PT dan/atau lembaga

mandiri lainnya (nasional, regional dan internasional) yang diakui Pemerintah. Atas

dasar pendekatan sistem ini maka dirumuskan masalah penelitian ini sebagai

berikut : Bagaimana Penerapan Sistem Penjaminan Mutu secara

berkelanjutan di PTKI-Medan?

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka akan dianalisis kebijaksanaan PTKI-Medan merealisasikan kebijaksanaan Standar Nasional Perguruan Tinggi (SNPT) dengan program kegiatan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME). Melalui pengamatan ini diharapkan dapat diperoleh jawaban atas berbagai pertanyaan yang diajukan seperti :

(14)

2. Apakah turunnya nilai akreditasi Jurusan Teknik Mekanik Industri dari B menjadi C terkait dengan turunnya motivasi dan pemahaman pendidik (dosen) akan tuntutan pelanggan (stakeholder) bahwa PTKI-Medan harus mampu menghasilkan kompetensi (mutu) sumber daya manusia (SDM) yang memadai dengan kebutuhan dunia industri

3. Bagaimana strategi PTKI-Medan merencanakan peningkatan mutu pendidikan berkelanjutan yang selaras dengan peraturan perundang-undangan di bidang pendidikan, hingga PTKI-Medan memiliki perangkat Tata Pamong yang memadai dalam mencapai tujuan pengembangan tingkat mutu pendidikan.

4. Apakah sistem rekruitmen pegawai dan pendidik menjadi dasar permasalahan yang turut jadi penghambat perkembangan dari pelaksanaan konsep Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan kuatnya komitmen pimpinan, dosen, pegawai dan mahasiswa dalam pelaksanaan tugas fungsinya.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan penerapan SPM-PT di PTKI Medan

(15)

3. Mendeskripsikan kebijaksanaan mutu untuk menuntun jalannya program secara berkelanjutan. Sehingga dapat diperkirakan perkembangan Standar Mutu Pendidikan Vokasi pada lingkup nasional dan internasional

4. Mengetahui bagaimana strategi pelaksanaan konsep SPM-PT yang efektif di PTKI-Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:

a. Bagi Pendidikan Teknologi Kimia Industri Medan sebagai penyelenggara pendidikan tinggi

1) Tercapainya kelangsungan peningkatan mutu sesuai standar yang disepakati.

2) Terpenuhinya standar mutu SDM yang dibutuhkan dunia industri. 3) Terbukanya peluang untuk peningkatan standar mutu dalam

persaingan bebas. Tercapainya program disiplin dan tanggung jawab sesuai dengan peraturan (etika akademik)

b. Bagi lembaga pendidikan tinggi yang terkait dengan kewajiban pelaksanaan kebijakan Standar Nasional Pendidikan Tinggi diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam hal analisa kebijakan sistem penjaminan mutu (SPM) pendidikan tinggi, khususnya sistem penjaminan mutu internal (SPMI) pendidikan tinggi.

(16)

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Agar penelitian ini tidak menjadi bias maka peneliti membatasi ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu:

1. Lokasi penelitian dilakukan di Pendidikan Teknologi Kimia Industri Medan (PTKI-Medan), Jalan Menteng, Kecamatan Medan Tenggara Kota Medan yang merupakan lokasi dari Pendidikan Teknologi Kimia Industri Medan

2. Fokus penelitian pada Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi di Pendidikan Teknologi Kimia Industri Medan (PTKI-Medan) yang dilaksanakan secara sistemik oleh perguruan tinggi sendiri (internally driven) yang disebut sebagai Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI); dengan acuan pelaksanaan SPMI oleh Pendidikan Teknologi Kimia Industri Medan (PTKI-Medan)

Referensi

Dokumen terkait

Berikut ini adalah beberapa penyebab paling penting dari penambahan paragraf penjelasan dalam laporan audit wajar tanpa pengecualian : tidak ada konsistensi, keraguan

Untuk Desa Warialau, strategi pengelolaan yang diterapkan dalam aturan seperti sasi cukup baik, namun ada beberapa tambahan yaitu: (1).Pengayaan stok teripang di habitat alaminya

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa untuk semua kompo-nen abiotik yang diamati tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, tetapi apabila dilihat dari angka

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Berkaitan dengan hal tersebut, peserta diharuskan membawa print out dokumen penawaran asli (bermaterai, tanda tangan dan stempel basah) serta dokumen asli

YAYASAN PENDIDIKAN BHINA TUNAS BHAKTI PATI SMK BHINA TUNAS BHAKTI JUWANA.. SBI (Sekolah

Hasil : Hasil uji hipotesis I dan II menggunakan wilcoxon signed ranks diperoleh nilai p = 0,002(p<0,05) dan hasil uji hipotesis III menggunakan Mann whiteney

Pembayaran jasa yang dilakukan perusahaan sudah sesuai dengan hasil kerja saya.. Gaji yang diberikan pada saya setimpal dengan prestasi yang telah