BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Lokasi Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah
Lokasi Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah saat ini berada di tengah-tengah Kota
Medan tepatnya di Jl. Jamin Ginting Km. 11/ Jl. Setia Budi Simpang Selayang Medan
Sumatera Utara. Jika ingin ke Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah tidak lah sulit, lokasi
pesantren ini mudah dicari, jika kita berada di sekitaran Kampus USU, bisa langsung menaiki
angkot dengan nomor 103 dan 108, waktu perjalanan di butuhkan sekitar 20 menit.
Foto 2.1 Denah Lokasi Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah
2.2Sejarah Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah
Sejak tahun 1970-an, budaya pengajian membahas masalah-masalah keislaman dan
sekitarnya. Saat itu, masyarakat yang tinggal di Paya Bundung masih sangat sedikit. Ibadah
pun dilakukan di rumah-rumah, tidak terkecuali ibadah yang dilaksanakan secara berjamaah,
seperti shalat tarawih dan lain-lain. Pengajian yang sering diselingi dengan acara arisan pun
diadakan di rumah-rumah, dengan penceramah yang bergantian. Selain tempat ibadah yang
belum tersedia, masyarakat juga perlu tempat untuk pendidikan anak-anaknya, yang saat itu
juga belum tersedia.
Dengan kondisi dan kebutuhan akan tempat ibadah untuk menyatukan kebersamaan itu,
adalah Bapak H. Ahkam Tarigan yang memulai mewakafkan tanahnya seluas 256,5 m2 pada
tahun 1978. Dalam waktu yang hampir bersamaan, Bapak H. Mahdian Tarigan juga
mewakafkan tanahnya seluas 243 m2. Di atas tanah wakaf tersebut kemudian dibangun
sebuah mushalla sederhana oleh masyarakat secara gotong-royong, sebagai pusat kegiatan
keagamaan masyarakat Paya Bundung dan sekitarnya, juga tempat membina dan mengaji
bagi anak-anak mereka.
Begitu besarnya harapan-harapan tersebut, sampai-sampai Bapak H. Ahkam Tarigan
selalu optimis bahwa dari mushalla yang kecil ini akan muncul pemimpin-pemimpin handal
bagi negara kelak.
Keluarga Nini Sidua merupakan keturunan dari H. Muhammad Saleh Tarigan dan H.
Ahmad Badawi Tarigan. Mereka berdua adalah orang tua dari anak-anak yang pertama kali
memeluk agama Islam, yang kemudian menempati sebuah desa di Tanah Karo yang bernama
Simpang Pergendangen. Di desa inilah terdapat sebuah lokasi paya yang diberi nama Paya
Bundung. Setelah semua keluarga di desa tersebut menetap dan memeluk agama Islam
(sebelumnya mereka belum beragama), keluarga ini kerap bersilaturahim dan berdakwah ke
luar desa. Dalam perkembangannya, keluarga ini bercita-cita untuk mendirikan Lembaga
Pendidikan Islam. Hal itu selalu menjadi topik pembicaraan dalam pertemuan tahunan yang
Gagasan itu bukan isapan jempol belaka, tapi selalu diusahakan untuk dapat terwujud
secara nyata. Hal itu semakin menemui titik terang tatkala pada tahun 1977 H. Fakhruddin
Tarigan mewakafkan tanahnya di jalan Binjai kepada Yayasan Keluarga Dukun Patah
Pergendangan, selanjutnya direncanakan pendirian sebuah Perguruan Islam di atasnya. Pada
tahun 1981, cita-cita itu hampir terwujud dengan didirikannya sebuah sekolah di atas tanah
wakaf tersebut, meskipun belum sempat beroperasi. Dengan berbagai pertimbangan dan
masukan tentang tata letak kota dan perkembangan masa depan sekolah tersebut, termasuk
dari Bapak Tarzan Ginting yang saat itu bertugas di Medan Barat, maka keluarga
berkesimpulan untuk memindahkan tanah wakaf tersebut ke sebuah lokasi di Medan
Tuntungan (Km 11.5) yang sudah dikenal dengan nama Paya Bundung. Sebelum dijual, tanah
wakaf di jalan Binjai yang semula berwujud rawa-rawa ditimbun oleh keluarga agar harga
jualnya meningkat. Pada tahun 1981 tanah tersebut dijual. Hasil penjualannya dibelikan tanah
seluas 3.933 m2 di Paya Bundung sebagai ganti wakaf yang ada di jalan Binjai. Tanah wakaf
yang baru ini disatukan dengan tanah wakaf dari H. Ahkam Tarigan dan H. Mahdian Tarigan,
sehingga luasnya menjadi ± 4.432,5 m2.
Setelah itu, pertemuan tahunan keluarga ini selalu diadakan di Paya Bundung. Gayung
pun bersambut, antara kebutuhan masyarakat Paya Bundung akan tempat pendidikan dan
pengajian, dengan cita-cita keluarga Nini si Dua dalam mendirikan Lembaga Pendidikan
Islam.
Setelah lulus nyantri di Pondok Modern Gontor Ponorogo pada tahun 1976, Usman
Husni yang berasal dari Alas (sebuah daerah di Aceh Tenggara) ingin melanjutkan studinya
ke Universitas Madinah. Berbagai usaha telah dilakukan, namun jalan seakan buntu. Setelah
batal berangkat ke Madinah, Usman Husni pun bercita-cita mendirikan pesantren
Keluarga H. Hasan Sekedang (ayah Usman Husni) mempunyai interaksi yang dekat
dengan beberapa keluarga dari Tanah Karo sejak tahun 1918 (di masa pengislaman H.
Sulaiman Tarigan). Tahun 1926, H. Hasan Sekedang menanamkan nilai-nilai Islam kepada
dua pedagang dari Tanah Karo yang kemudian diubah namanya menjadi Hasan Tarigan dan
Husin Tarigan. Interaksi ini semakin erat manakala terdapat kesamaan nama dan budaya
antara masyarakat Karo dengan masyarakat Alas. Hal ini menjadikan hubungan mereka
laksana saudara kandung.
Saat Ust. Usman Husni mulai datang sekitar awal tahun 1981, di Paya Bundung telah
berjalan pengajian rutin diantara keluarga. Pengajian tidak terbatas pada kalangan orang tua
saja, tapi juga anak-anak kecil dan muda-mudi Paya Bundung dan sekitarnya. Seiring
berjalannya waktu, Ust. Usman Husni pun menjadi pembimbing utama (Ustadz) pada
pengajian tersebut.
Dengan ikatan kekeluargaan dan interaksi intensif yang panjang, terjadilah diskusi
antara masyarakat Paya Bundung dengan Ust. Usman Husni akan keinginan mendirikan
Lembaga Pendidikan Islam (pesantren). Ust. Usman Husni bersedia tinggal di Paya Bundung
untuk mendirikan dan mengasuh pesantren yang dimaksud dengan syarat tersedia tempat
tinggal baginya di Paya Bundung yang bukan tanah wakaf. Maka masyarakat pun
bergotong-royong mengumpulkan dana untuk membeli sebidang tanah seluas 250 m2 sebagai upaya
untuk menyediakan tempat tinggal Ust. Usman Husni yang ditetapkan menjadi Kyai
Pesantren.
Tanggal 15 Januari 1981, saat pelaksanaan acara peringatan Maulid Nabi Muhammad
SAW bertepatan dengan acara masuk rumah baru kediaman Drs. M. Ilyas Tarigan, Ust.
Usman Husni diundang untuk memberikan taushiah yang diantara isinya adalah
menyinggung tentang keluarga yang telah mapan secara ekonomi dan intelektual, tapi belum
menempuh pendidikan dalam bidang agama. Padahal, sudah banyak pengajian diadakan,
bahkan banyak diantara anggota keluarga ini yang berjihad menghidupkan dakwah,
mengingat masih banyak keluarga yang belum memeluk agama Islam. Di satu sisi, mereka
juga harus telah memikirkan estafet perjuangan ini, yang salah satu cara mempersiapkannya
adalah melalui jalur pendidikan.
Masyarakat Paya Bundung dan sekitarnya yang sejak lama berkeinginan mendirikan
Lembaga Pendidikan agama pun menyambut dengan antusias. Isi taushiah di atas seakan
menjadi dorongan untuk segera mewujudkan lembaga yang dimaksud, sebagaimana yang
sudah sering mereka gagas sejak lama. Di sela-sela pengajian khusus yang selalu diadakan di
rumah bapak dr. H. Mochtar Tarigan, hal ini selalu didiskusikan. Pembahasan dalam
pengajian-pengajian inilah sebenarnya yang menjadi embrio kelahiran ‘Pesantren’. Dari
komunikasi dan interaksi intensif di atas, dan setelah mengkaji model dan bentuk Lembaga
Pendidikan yang diinginkan, maka disepakati untuk mendirikan Lembaga Pendidikan Islam
berbentuk pesantren.
Sebagai follow up dari pertemuan-pertemuan tersebut, diadakanlah pertemuan bulan
Maret tahun 1982 di Sibolangit untuk membicarakan model dan nama Pesantren yang
diinginkan. Muncullah lebih dari 20 nama Pesantren yang diusulkan. Namun pertemuan
tersebut belum menghasilkan nama yang disepakati.
Dalam sebuah pengajian Tafsir di rumah dr. H. Mochtar Tarigan, saat pembahasan ayat 32
dari Surah An-Naba’, pada jilid pertama halaman 16 dalam Tafsir Al-Shâwy disebutkan
bahwa maksud dari kata ‘hadâiq’ dalam ayat tersebut adalah ‘Ar-Raudlatul Hasanah’ (taman
surga yang indah). Pada saat itu, tercetuslah ide untuk menamai Pesantren ini dengan
‘Ar-Raudlatul Hasanah’, dengan harapan bahwa pesantren wakaf tersebut menjadi taman yang
indah bagi para pewakif dan pelajarnya dan bagi semua yang berjihad di dalamnya. Setelah
Setelah melalui proses yang panjang, pada tanggal 18 Oktober 1982, bertepatan dengan
peringatan tahun baru Hijriah 1 Muharram 1403 H, dideklarasikanlah pendirian Pesantren
Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudlatul Hasanah secara resmi.
Madrasah dengan sistem pulang hari yang dijalankan Pesantren berkembang pesat.
Muridnya selalu bertambah dari tahun ke tahun, baik secara kuantitas maupun asal daerah
mereka. Hal ini tentunya menggembirakan hati para Pengasuh dan Badan Wakaf.
Dengan niat dan tekad yang bulat untuk benar-benar mendirikan pendidikan pesantren
secara utuh, pada bulan Juni 1986, dimulailah pendidikan tingkat Kulliyatul Mu’allimin
Al-Islamiyah (KMI) dengan jenjang pendidikan selama 6 tahun. Namun program madrasah yang
tidak mukim juga masih berjalan hingga tahun 1988.
KMI Ar-Raudlatul Hasanah adalah Sekolah Pendidikan Guru Islam yang model dan
kurikulumnya diambil dari KMI Pondok Modern Darussalam Gontor, yang merupakan
perpaduan antara Sekolah Normal Islam Padang Panjang dengan model pendidikan pondok
pesantren di Jawa. Pelajaran agama, seperti yang diajarkan di beberapa pesantren pada
umumnya dengan sistem sorogan, diajarkan di kelas-kelas. Pada saat yang sama, para
santri/santriwati sudah wajib tinggal di dalam asrama dengan mempertahankan jiwa dan
suasana kehidupan pesantren. Pada periode awal, santriwati masih dititipkan pada keluarga
Paya Bundung karena tidak adanya tempat. Proses pendidikan berlangsung 24 jam. Pelajaran
agama dan umum diberikan secara seimbang dalam jangka 6 tahun. Pendidikan keterampilan,
kesenian, olahraga, organisasi dan lain-lain merupakan bagian dari kegiatan kehidupan santri
dan santriwati di Pesantren.
Pada saat pembukaan, siswa yang mengikuti program KMI ini berjumlah 9 santri yang
tinggal di rumah Ust. Usman Husni dan 6 santriwati yang masih dititipkan di rumah
masyarakat/keluarga Paya Bundung. Namun dengan kegigihan pengasuhnya, dan dengan
diinginkan seperti Gontor pun mulai dapat dijalankan dengan efektif dan baik. Hal ini
berpengaruh pada kuantitas dan kualitas santri/santriwati yang selalu meningkat.
Guru-guru pengasuh pertama yang datang dari Pondok Modern Darussalam Gontor
membantu Ust. Usman Husni antara lain adalah Syahid Marqum, Basron Sudarmanto,
Maghfur Abdul Halim, Norman dan Muhammad Bustomi, Rasyidin Bina, Junaidi, dan
Sultoni Trikusuma dan lain-lain.
Mengapa disebut Pesantren? Karena istilah Pesantren berasal dari kata pe-santri-an, di
mana kata santri berarti murid dalam Bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab
Fuunduuq12. Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah. Biasanya
pesantren dipimpin oleh seorang Kyai, untuk mengatur kehidupan Pondok Pesantren, Kyai
menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut
Lurah Pondok 13
12
.Penginapan 13
.Ketua Asrama .
Tujuan para santri dan santriwati dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah
agar mereka belajar hidup secara mandiri, dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan
dengan Kyai dan juga Allah SWT.
Pendapat lainnya, pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri.
Kata santri berasal dari kata Cantrik (Bahasa Sansakerta, atau mungkin Bahasa Jawa) yang
berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan
2.4 Fasilitas di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah 1.Pusat Perkantoran
2.Mesjid
3.Asrama
4.Warung telekomunikasi
5.Toko Pelajar
6.Percetakan
7.Barber shop
8.Kantin
9.Perpustakaan
10.Laboratorium Fisika, Kimia dan Biologi
11.Laboratorium Komputer
12.Laboratorium Bahasa
13.Balai Pengobatan Santri/wati dan Masyarakat
14.Gedung Olahraga (GOR) sekaligus Gedung Serba Guna
15.Pusat keterampilan Santri/wati
16.Pusat Pengolahan Sampah
17.Sarana dan Fasilitas Olahraga
18.Dapur makan siap saji
19.Security 24 jam
20.Ruang Belajar Multimedia
21.BMT
22.Lapangan Sepak Bola
2.5 Cara Hidup di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah
Di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah terdapat beragam jadwal. Untuk mempermudah Santri
dan Santriwati dalam mengikuti segala aktifitasnya, maka ditetapkan beberapa jadwal,
diantaranya:
1.Jadwal Harian
2.Jadwal Mingguan
3.Jadwal Bulanan
4.Jadwal Tengah Tahunan
2.5.1 Jadwal Harian 04.30 Wib :Bangun pagi
05.00 Wib :Shalat Shubuh berjamaah, pemberian kosa kata baru, dan mandi pagi
06.30 Wib :Makan pagi
07.15 Wib :Masuk kelas
12.40 Wib :Keluar kelas dilanjutkan Shalat Zuhur berjamaah
13.30 Wib :Makan siang
14.15 Wib :Masuk kelas pelajaran sore
15.00 Wib :Keluar kelas pelajaran sore
16.00 Wib :Shalat Ashar berjamaah
16.30 Wib :Olahraga
17.30 Wib :Mandi
18.00 Wib :Berangkat ke Mesjid untuk membaca Al-Qur’an
18.30 Wib :Shalat Maghrib berjamaah
19.00 Wib :Membaca Al-Qur’an
19.30 Wib :Makan malam
20.30 Wib :Mengulagi pelajaran di kelas masing-masing
22.0 Wib :Tidur malam/istirahat
2.5.2 Jadwal Mingguan
1. Jum’at Pagi : Morning conversation dilanjutkan lari pagi/senam
2. Selasa Pagi : Morning conversation dilanjutkan lari pagi/senam
3. Minggu Malam : Latihan pidato bahasa Inggris (muhadarah)
4.Kamis Siang :Latihan pidato bahasa Arab (muhadarah) dilanjutkan dengan
Latihan kepramukaan
5.Kamis Malam : Latihan pidato bahasa Indonesia (muhadarah)
2.5.3 Jadwal Bulanan
Setiap bulan di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah akan mengadakan pemerikasaan
lemari, alat mandi, dan alat perlengkapan shalat yang dibimbing oleh ustadz/ustazah.
2.5.4 Jadwal Tengah Tahunan
Setiap tahun akan diadakan pembersihan umum atau perpindahan umum dari satu asrama
ke asrama lain guna memperbaharui semangat yang dilakukan setiap setengah setahun sekali
dan manfaatnya agar mendapatkan teman yang baru lagi serta suasana yang baru.
2.6 Visi dan Misi Lembaga Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah 2.6.1 Visi Lembaga Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah
Menjadikan lembaga Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah sebagai lembaga kaderisasi dan
layanan masyarakat yang bermutu, semata-mata untuk ibadah kepada Allah SWT dan
mengharap ridho-Nya serta implementasi fungsi khalifah Allah di muka bumi.
Kaderisasi adalah proses pengkaderan ulama dan pemimpin umat yang di
implementasikan secara terstruktur dan simultan melalui miliu yang kondusif, serta layanan
pembentukan individu yang unggul dan berkualitas baik sebagai akademisi maupun praktisi
2.6.2 Misi Lembaga Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah
1.Mendidik individu-individu yang menguasai bekal-bekal dasar keulamaan,
kepemimpinan dankeguruan serta mau dan mampu mengembangkannya sampai ke
tingkat yang paling optimal.
2.Mempersiapkan generasi yang unggul dan berkualitas menuju terbentuknya generasi
khaira ummah.
3.Membentuk generasi mutafaqqih fi ad-din serta memiliki tradisi-tradisi intelektual yang
positif dan responsif terhadap perkembangan dan tuntutan zaman, menuju terciptanya
learning society.
4.Mendidik dan membentuk generasi yang berkepribadian IQRA (‘Ilmy, Qur’any,
Rabbany dan Alamy) yang siap mengamalkannya di tengah-tengah masyarakat dengan
ikhlas, cerdas dan beramal. Iqra memadukan antara aspek pikir (‘Ilmy ‘Alamy) dan
aspek zikir (Qur’any Rabbany) yang teraktualisasikan dalam intelegensia dan moralitas
yang relegius.
Panca Jiwa Pesantren
• Keikhlasan (Sincerity): Arti keikhlasan disini adalah semata-mata karena untuk ibadah.
Hal ini meliputi segenap suasana kehidupan di Pesantren, guru ikhlas mengajar, para
santri/wati ikhlas belajar, dan pengurus Pesantren ikhlas dalam membantu. Segala
gerak-gerik dalam Pesantren berjalan dalam suasana keikhlasan yang mendalam,
dengan demikian terdapatlah suasana hidup yang harmonis antara guru yang disegani
dan santri/wati yang taat dan penuh cinta serta hormat dengan segala keihlasannya.
Dengan demikian, maka setiap santri/wati diharapkan mampu mengerti dan menyadari
arti Lillah, arti beramal, arti taqwa, dan arti ikhlas. Sebagai seorang muslim, tentunya
dimana ada kesempatan pasti ada kemauan. Maka mudah dikatakan bahwa pondok
Pesantren adalah obor yang akan membawa penerangan Islam.
• Kesederhanaan (Simplicity): Arti kesederhanaan disini adalah di dalam kehidupan
Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah diliputi oleh suasana kesederhanaan. Sederhana bukan
berarti pasif (menerima apa adanya tanpa usaha untuk mengembangkan potensi
dirinya). Sederhana bukan berarti miskin, tetapi mengandung unsur kekuatan dan
ketabahan hati, penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup dalam segala
ketegaran. Maka di balik kata kesederhanaan itu terpancarlah keagungan dan jiwa
besar, berani maju terus dalam menghadapi perjuangan hidup, dan pantang mundur
dalam segala keadaan. Bahkan disinilah tumbuhnya mental/karakter yang menjadi
syarat bagi suksesnya perjuangan dalam segala aspek kehidupan.
• Berdikari (Self Sufficiensy): Arti berdikari disini adalah berdikari merupakan senjata
hidup yang ampuh, ia bukan saja berarti santri/wati selalu belajar dan berlatih mengurus
segala kepentingannya sendiri tetapi juga Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang
tidak pernah menyandarkan kehidupannya kepada bantuan dan belas kasih orang lain.
• Ukhuwah Islamiyah (Islamic Brotherhood): Arti ukhuwah islamiyah disini adalah di
dalam kehidupan Pesantren diliputi oleh suasana persaudaraan yang akrab, sehingga
segala kesenangan dirasakan bersama dengan adanya perasaan keagamaan yang kuat.
Ukhuwah Islamiyah ini bukan saja selama di dalam Pesantren saja, tetapi juga
sepulangnya dari Pesantren kelak yang terhimpun dalam wadah Ikatan Keluarga
Ar-Raudlatul Hasanah (IKRH).
• Bebas (Freedom): Arti bebas disini adalah bebas dalam berfikir dan berbuat, bebas
dalam menentukan masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup di masyarakat kelak.
Dengan berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi kehidupan. Kebebasan itu bahkan
kali kita temui unsur-unsur negatif, yaitu apabila kebebasan itu disalah artikan,
sehingga terlalu bebas (liberal), yang pada akhirnya kehilangan arah dan tujuan maupun
prinsip. Sebaliknya ada pula yang terlalu bebas, berpegang teguh kepada tradisi yang
dianggap paling baik sendiri yang telah menguntungkan pada zamannya, dan tidak
memperhitungkan masa depannya. Akhirnya tidak bebas lagi, karena mengikatkan diri
kepada yang diketahui saja. Maka kebebasan itu harus dikembalikan kepada aslinya,
yang berada pada garis-garis disiplin yang positif, dengan penuh tanggung jawab, baik
di dalam kehidupan Pesantren maupun di dalam kehidupan masyarakat. Jiwa yang
mewarnai suasana kehidupan Pesantren itulah yang dibawa oleh santri/wati sebagai
bekal pokok dalam kehidupannya di dalam masyarakat kelak, dan jiwa Pesantren inilah
yang harus senantiasa dihidupkan, dipelihara, dan dikembangkan sebaik-baiknya.
Motto Pesantren
• Berbudi Tinggi (Noble Character)
• Berbadan Sehat (Sound Body)
• Berpengetahuan luas (Broad Knowledge)
• Berpikiran Bebas (Independent Mind)
• Beramal Ikhlas (Sincere Job)
2.7 Bidang-Bidang di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah Bidang Pendidikan
Bidang Pengasuhan
Bidang Kesejahteraan
Bidang Usaha Milik Pesantren
2.7.1 Bidang Pendidikan
Pada awal berdirinya Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah telah melaksanakan sistem
pendidikannya dengan menciptakan model pendidikan modern yang tidak terpaku pada
sistem pembelajaran klasik, tetapi semua sistem pendidikan mulai dari teknik pembelajaran,
materi pelajaran, sarana prasarana didesain berdasarkan sistem pendidikan modern, dengan
kata lain sistem yang diterapkan mengadopsi sistem dan bentuk Pesantren yang
dikembangkan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo.
Pada tahun 1989 Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah mengadakan pembaharuan yakni
dengan memadukan pendidikan formal dengan menerapkan juga kurikulum Nasional (MTS
dan MA), tentunya dengan itu Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah juga mengadopsi pendidikan
agama dan umum dari Kementrian Agama. Dengan itu, diupayakan terwujudnya
keseimbangan dan perpaduan antara pengetahuan agama (Dirasah Islamiyah) dan
pengetahuan umum (Ilmu eksakta, IPA dan IPS). Bidang Pendidikan Pesantren Ar-Raudlatul
Hasanah membawahi beberapa biro-biro, antara lain: Kuliyatul Mu’alimin Al-Islamiyah
(KMI), Madrasah Aliyah (MA), Madrasah Tsanawiyah (MTS), Jam’iyyatul Qurra’ Wal
Huffazh (JQH), Laboratorium Bahasa, Fisika, Kimia dan Biologi (Labfikib), Pendidikan Usia
Dini (PAUD), Raudlatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyyah (MI), dan Madrasah Dinniyah
Awaliyah (MDA).
Pada awal tahun pelajaran baru TA 2014-2015 jumlah santri/wati sebanyak 3.234
orang. Jumlah tersebut kemudian berkurang dengan berbagai faktor seperti disiplin, ekonomi,
kesehatan, keluarga dan lain sebagainya, dan jumlah santri/wati tahun 2016 berjumlah 2.955
orang.
Tabel 2.1 Jumlah Santri dan Santri Wati di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah
Kelas Santri Santriwati Jumlah
1 357 353 710
2 291 264 555
Saat ini, ustadz dan ustazah di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah berjumlah 209 orang
dengan perincian: Ustadz 105 orang dan ustadzah 104 orang. karena keterbatasan Pesantren
dalam menyediakan fasilitas perumahan ustadz dan ustadzah hingga saat ini hanya 47 ustadz
dan 55 ustadzah yang dapat bermukim di dalam Pondok Pesantren.
Tabel 2.2 Jumlah Ustadz-Usatdzah di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah
Data Jumlah KMI D3 S1 S2
Ustadz 105 26 1 48 30
Ustadzah 104 39 1 56 8
Total 209 65 2 104 38
Sumber: Dokumentasi Penulis
Sejak berdiri sebagai lembaga pendidikan, Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah telah
menetapkan pendidikan selama 4 tahun bagi tamatan SMP maupun 6 tahun bagi tamatan SD.
Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah terdapat di Pesantren lebih kepada penggunaan kurikulum
ketimbang jenjang pendidikan. Maka, alumni Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah adalah mereka
yang telah menyelesaikan pendidikan 4 atau 6 tahun yang telah ditetapkan. Hingga 2015 ini
Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah telah meluluskan 3.747 alumnus yang terdiri dari 1848
alumnus putra dan 1.899 alumnus putri. Alumnus tersebut tersebar di berbagai perguruan
tinggi baik dalam negeri maupun luar negeri. Setelah menyelesaikan studi di kelas enam
(kelas akhir pesantren) dan sebelum melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi, para santri
dan santriwati maupun alumni diberikan kesempatan untuk mengabdikan fikiran dan
tenaganya baik di Pesantren Ar-Raudalatul Hasanah maupun pada lembaga-lembaga yang
dalam membantu tugas-tugas setiap bidang di kantor dan sebagai guru pembimbing dan
pengawas setiap asrama santri dan santriwati. Setiap tahunnya, jumlah santri dan
santriwatinya yang berhasil menyelesaikan pendidikannya di Pesantren Ar-Raudlatul
Hasanah terus meningkat.
Para alumni Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah bukan hanya dituntut untuk
mengabdi di lingkungan pesantren saja melainkan para alumni bebas untuk memilih dan
menentukan bakat-bakat mereka. Para alumni Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah sudah
banyak yang sukses, diantaranya sebagai berikut: Ada yang menjadi Polisi Wanita (Polwan),
ada yang menjadi Artis, ada yang menjadi Dai Cilik, ada yang menjadi Putri Muslimah, ada
yang bekerja di perkantoran seperti di Lembaga Hukum dan lain sebagainya, jadi intinya para
alumni Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah tidak diwajibkan untuk menjadi kyai, ustadz
maupun ustadzah, para alumni bebas memilih karakter dan bakat yang mereka inginkan.
Tabel 2.3 Rekapitulasi Alumni di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah 5 Tahun Terakhir
Tahun Ajaran Santri Santriwati Jumlah
2009-2010 111 123 234
2010-2011 119 131 250
2011-2012 137 150 287
2012-2013 147 174 321
Sumber: Dokumentasi Penulis
Untuk mendukung program Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah dalam membentuk anak
didik yang berjiwa qur’ani, setiap wali kelas ditugaskan untuk mewajibkan santri dan
santriwati untuk menghafal surat-surat pendek Juz ‘Amma dan surat tambahan sebagai syarat
kenaikan kelas. Selain hafalan, wali kelas berkewajiban memperhatikan dan memperbaiki
bacaan tiap-tiap santri dan santriwati ketika menyetorkan hafalan. Menurut klasifikasi hafalan
Tabel 2.4 Hafalan Surah santri dan santriwati
Kelas Surah
I (Satu) Surat Annas s/d Surat Al-Bayyinah I Intensif Surat Annas s/d Surat At-Tiin
II (Dua) Surat Annas s/d Surat At-Tiin III (Tiga) Surat Annas s/d Surat As-Syams III Intensif Surat Annas s/d Surat Al-A’la IV (Empat) Surat Annas s/d Surat Al-A’la
V (Lima) Surat Annas s/d Surat Al-Infithaar
VI (Enam) Surat Annas s/d Surat An-Naba’ + Surat Al-Jumuah + Surat Yaasiin dan Akhir Surat Al-Baqarah
Sumber: Dokumentasi Penulis
2.7.2 Bidang Pengasuhan
Pengasuhan dimaknai sebagai wadah pengemban proses interaksi yang membantu
pemahaman diri dan lingkungan dengan penuh arti, agar dapat membentuk pencapaian
pembentukan, cara dan penjelasan akan tujuan kehidupan di masa yang akan datang. Hal ini
agar santri dan santriwati memiliki persiapan diri untuk mengahadapi tantangan hidup dan
menatap kehidupan dengan kacamata kreatifitas dan moralitas. Bidang pengasuhan juga
sebagai wadah bimbingan dan penyuluhan santri dan santriwati yang dapat dimaknai sebagai
lembaga yang mengawal realisasi materi pendidikan ke dalam kehidupan santri dan
santriwati sehingga menciptakan jiwa mandiri, kreatif, terampil, dan relegius sebagai
kader-kader ummat Islam yang siap diterjunkan menuju masyarakat luas. Bidang pengasuhan
merupakan lembaga pemegang peran konkrit dalam pengemban setiap pribadi santri dan
santriwati sekaligus menjadi wadah pengemban kreatifitas dann pribadi santri dan santriwati.
2.7.3 Bidang Kesejahteraan
Bidang Kesejahteraan merupakan bidang yang berkaitan dengan kesejahteraan dan
pelayanan seluruh komponen yang berada di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah. Pelayanan ini
diwujudkan dalam bentuk pengadaan fasilitas fisik yang berkaitan dengan pembangunan
gedung, pelayanan konsumsi dan penanganan kesehatan ustadz/ustadzah, santri dan
bidang ini dibantu oleh dua Biro, pertama Biro Pembangunan dan kedua Biro Konsumsi dan
Biro Kesehatan.
Biro Pembangunan
Salah satu unsur terpenting dari suatu lembaga pendidikan adalah sarana dan
prasarana. Gedung yang permanen dengan suasana yang nyaman akan membuat santri dan
santriwati lebih maksimal dalam mengikuti proses pembelajaran. Biro Pembangunan
Pesantren terus menambah fasilitas untuk mewujudkan Master Plan pembangunan yang
disepakati. Sejak awal, Pesantren memberikan perhatian besar dalam bangunan yang
merupakan sarana penunjang kegiatan pendidikan. Meski belum maksimal karena
keterbatasan dana dan pertimbangan faktor kebutuhan yang mendesak untuk TA. 2014-2015,
Biro Pembangunan telah membangun beberapa gedung dan fasilitas Pesantren sembari
melakukan tambal sulam dan perawatan terhadap gedung-gedung lama. Berikut adalah data
pembangunan yang telah terlaksana selama TA. 2014-2015:
Tabel 2.5 Gedung-gedung di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah
No Jenis Bangunan Luas Keterangan
1 3 Lantai Gedung Rabi’ah Baru Tahap II
900 m2 Pembangunan
2 4 Lantai Gedung Al-Azhar Mesir tahap II
1752 m2 Pembangunan dan Pembaharuan 3 4 Unit Rumah Ustadz/Ustadzah 80 m2 Pembangunan 4 Kamar Mandi dan Jemuran
Gedung Mekkah
600 m2 Pembangunan
5 Ruang Baitul Mal wa Tamwil (BMT)
70 m2 Pembangunan
6 Penambahan Ruang Direktur 15 m2 Pembangunan 7 Penambahan Ruang Bendahara 30 m2 Pembangunan 8 Kamar Mandi Gedung
Ruqqayah
500 m2 Pembangunan
Foto 2.3 Sebelah kiri Gedung Ruqoyyah & sebelah kanan Gedung Mekkah
Biro Konsumsi
Pelayanan di Bidang konsumsi adalah penyiapan menu makanan untuk santri dan
santriwati setiap harinya. Dengan 52 tenaga dapur yang sebagian besar berasal dari Tapanuli
Selatan dan Serdang Bedagai, bidang konsumsi perlu menanak setidaknya 240 kg beras
sebagai makanan pokok. Berikut adalah daftar menu lauk pauk yang di hidangkan kepada
santri dan santriwati selama TA. 2014-2015. Dapur siap saji, santri dan santriwati tidak haus
mengantri, makanan dan minuman sudah tersedia di meja masing-masing, setiap meja berisi
10 orang ataupun 11 orang.
Tabel 2.6 Menu Makanan Santri dan Santriwati
Hari Waktu Lauk Pauk
Senin Pagi (Puasa) Ayam Gulai (Kari, Soto, Semur, Rendang)
Siang PUASA
Malam Ikan Sambal dan Sayur Selasa Pagi Tempe + Ikan Teri Cabai Hijau
Siang Telur Dadar + Kangkung Malam Ikan Tongkol Sambal
Rabu Pagi Tahu + Kentang Gulai
+ Kerupuk Siang Ikan Gulai Cabe Hijau Malam Tempe Goreng + Daun Ubi
Gulai
Kamis Pagi Ikan Teri + Kentang Tempe Sambal
Siang Ikan Lele Sambal + Sayur Sop
Jumat Pagi Tahu + Tempe Sambal Siang Ikan Sambal dan Kol Bening
Sayur
Malam Ayam Gulai ( Rendang, Kari, Semur, Soto )
Sabtu Pagi Tempe, Tumis Kacang Panjang + Kerupuk
Siang Ikan Gulai Cabai Hijau Santan
Malam Tahu Isi + Sop
Minggu Pagi Tempe Kentang Sambal
Siang Daging Rendang
Malam Telur Sambal Balado Sumber: Dokumentasi Penulis
Biro Kesehatan
Bidang Kesejahteraan melalui Biro Balai Pengobatan santri dan santriwati
Masyarakat (BPSM) melayani keluhan kesehatan santri dan santriwati, ustadz/ dan ustadzah,
karyawan dan masyarakat sekitar selama 24 jam penuh dengan dokter stand by yang
bermukim di BPSM. Namun demikian, secara terjadwal BPSM membuka pemeriksaan
kesehatan dan pengobatan setiap sore dari pukul 16.30 - 18.00 Wib. Secara berkala, dokter di
dampingi perawat berkeliling ke asrama pada waktu pelajaran berlangsung untuk memeriksa
kesehatan santri dan santriwati yang sakit di asrama. Apabila ada pasien yang di anggap
parah dan tidak dapat ditangani, maka BPSM akan merujuknya ke rumah sakit yang memiliki
peralatan lebih lengkap atas rujukan dokter.
2.7.4 Bidang Usaha Milik Pesantren
Badan Usaha Milik Pesantren (BUMP) di bentuk untuk melayani kebutuhan santri dan
santriwati dalam kehidupannya di pesantren. Setiap keuntungan yang diperoleh dipergunakan
untuk memenuhi kepentingan pesantren yang pada dasarnya dibebankan dari SPP yang
dibayarkan santri dan santriwati. Pemasukan dari SPP adalah pemasukan yang pasti
sedangkan kebutuhan dan kepentingan pesantren senantiasa berubah. Di samping income
bagi pesantren dengan memenuhi kebutuhan para santri dan santriwati, BUMP juga
menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Di sisi lain, bidang ini juga telah
banyak menanamkan ilmu manajemen kepada ustadz dan ustadzah dan santri/wati yang
langsung terjun dan ikut serta mengelola dan mengembangkan unit-unit usahanya. BUMP
menanamkan kemandirian, keikhlasan, kreativitas, disiplin, tanggung jawab serta kejujuran.
Untuk menjalankan kinerja di atas, maka BUMP membentuk biro-biro yang beragam yaitu:
Biro Pemberdayaan Aset Pesantren (BIPAP), Biro OPRH dan GUDEP, Biro Koperasi
Pondok Pesantren (KOPONTREN).
Biro Pemberdayaan Aset Pesantren
Melayani dan membangun relasi, Biro Pemberdayaan Aset Pesantren berikut ini
merupakan unit usaha yang dibawahi oleh BIPAP:
A. Raudha Press: Sebagai salah satu unit usaha yang berada di bawah Biro
Pemberdayaan Aset Pesantren, Raudha Press tidak hanya profit minded akan tetapi
juga berusaha meningkatkan customer service. Raudha Press senantiasa tetap
berusaha menjaga kerja sama yang telah terjalin baik dengan bidang dan biro-biro
lainnya dengan mengusahakan memenuhi hal-hal yang menyangkut dengan
percetakan. Raudha Press juga mengupayakan agar tetap dapat memberikan discount
bagi kantor-kantor bidang, biro dan kepanitiaan dalam memanfaatkan jasa mesin foto
copy dan cetak.
B. Raudha Cafe: Berdiri pada tahun 2011, unit usaha ini bertujuan untuk memberikan
pelayanan bagi tamu, ustadz dan ustadzah serta santri dan santriwati untuk
meyediakan cemilan dan makanan ringan. Tidak seperti warung pelajar yang dikelola
oleh santri dan santriwati, unit usaha ini dikelola langsung oleh karyawati yang di
Foto 2.4 Raudhah Cafe
C. Wartel Raudha: Unit usaha ini memasilitasi santri dan santriwati untuk dapat
berkomunikasi dengan orang tua, wali, ataupun sanak kerabat. Hingga saat ini sudah
di bangun 4 kbu (2 KBU santri dan 2 KBU bagi santri wati). Dengan jumlah KBU
yang tersedia ini, diharapkan santri dan santriwati tidak kesulitan untuk
berkomunikasi dengan keluarganya.
Foto 2.5 Wartel Raudha
D. Mess Raudha: Salah satu unit usaha yang dikelola oleh BIPAP adalah Mess Raudha
yang menyediakan tempat penginapan bagi orang tua, wali atau tamu pesantren yang
bermalam di pesantren. Dalam mengelola unti usaha ini, biro Mess di bantu oleh
karyawan dan karyawati Mess yang siap untuk menyambut tamu. Latar belakang
tamu, orang tua dan wali santri dan santriwati. Mess Raudha diperuntukkan terutama
bagi mereka yang berasal dari daerah yang cukup jauh. Sejauh ini telah didirikan 3
unit Mess yang berlokasikan di dalam lingkungan pesantren:
Mess Siti Sarah (Bertempat di atas BPSM) yang mempunyai kapasitas 10
kamar.
Mess Ibnu Sina (Bertempat di depan BPSM) yang mempunyai kapasitas 6
kamar.
Mess Ibnu Khaldun (Bertempat di belakang Mess Ibnu Sina) dengan kapasitas
10 kamar.
Biro OPRH & GUDEP
Mengembangkan dan melatih mental, Biro OPRH dan GUDEP merupakan unit usaha
yang langsung dikelola oleh santri dan santriwati yang aktif dalam Organisasi Pelajar
Ar-Raudlatul Hasanah (OPRH) dan Gugus Depan (GUDEP) yang di bimbing oleh ustadz dan
ustadzah. Di biro ini bukan hanya keuntungan yang menjadi titik fokus utama dalam visi dan
misinya, melainkan pendidikan kejujuran dan tanggung jawab. Dalam mengembangkan unit
usaha OPRH dan GUDEP, para santriwati yang dipercayai untuk mengelola unit ini diberi
kuasa penuh untuk mengembangkan dan memberikan inovasi mengembangkan unit ini yang
dibimbing oleh ustadz dan ustadzah. Berikut ini merupakan unit usaha-unit usaha yang
berada di bawah naungan biro OPRH dan GUDEP:
A. Unit toko pelajar santri dan santriwati
B. Unit warung pelajar santri dan santriwati
C. Laundry santri dan santriwati
D. Studio Photo santri dan santriwati
Foto 2.6 Unit Toko Pelajar Sanrtiwati Biro Koperasi Pondok Pesantren
Mengemban unit usaha, Biro Koperasi Pondok pesantren adalah biro yang tidak jauh
berbeda dengan Biro Pemberdayaan Aset Pesantren. Biro ini mempekerjakan karyawan dan
karyawati untuk bekerja, mengelola, bahkan mengembangkan unit-unit usaha yang ada di
bawah naungannya. Berikut ini adalah dua unit usaha yang berada di bawah naungan Biro
Koperasi:
A. Baitul Mal Raudhah (BMT RH): BMT Raudhah adalah sarana yang dibentuk guna
memberikan pelayanan dalam bentuk menyimpan uang atau pinjaman kepada yang
membutuhkannya sesuai dengan syarat dan aturan-aturan yang ditetapkan oleh
Pesantren.
B. Pengemban Kebun: Raudhah tidak hanya memiliki usaha yang berbentuk koperasi,
namun Raudhah juga memiliki lahan perkebunan yang diolah dan dikembangkan
untuk menanam sayur-mayur dan ternak ikan lele.
2.7.5 Bidang Penelitian dan Pengembangan (LITBANG)
Bekerja dalam meningkatkan kualitas ustadz dan ustadzah dan santri dan santriwati. Di
1994, hingga saat ini badan ini terus bekerja sebagai salah satu badan yang bertugas untuk
mengawasi, meneliti dan mencetakan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki baik dari
sistem pendidikan yang berkenaan dengan kurikulum dan silabus, berkaitan dengan minat
dan bakat santri dan santriwati. Pada akhirnya akan melakukan pengembangan dan
perubahan-perubahan dengan ide dan kreativitas yang inovatif. Berbekal dengan kemampuan
dan skill yang dimiliki pengurus setiap biro, tidak berlebihan bahwa program-program yang
direncanakan dapat berjalan dengan baik dan memberikan kesan yang positif bagi Pesantren
Ar-Raudlatul Hasanah.
Foto 2.7 Kosa Kata Dalam Bentuk Bahasa Arab dan Inggris 2.8 Perkembangan di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah
Perkembangan pesantren dari tahun ketahun semakin meningkat. Pesantren Ar-Raudlatul
Hasanah merupakan aset wakaf umat yang harus dijaga, dibela, diperjuangkan dan
dikembangkan untuk kemaslahatan umat. Saat ini telah banyak perkembangan dalam
pengelolaan aset wakaf ini, antara lain:
• Telah berdirinya Madrasah Ibtidaiyyah dan Raudlatul Athfal Ar-Raudlatul Hasanah di
• Pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam yang berlokasi di Pesantren Ar-Raudlatul
Hasanah.
Mulai Tahun Ajaran 2013-2014, Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah 2 Lumut-Tapanuli
Tengah, membuka dan memulai kegiatan belajar mengajar yang dikhususkan untuk santri dan
santriwati.
2.9 Ketaatan di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah
Selain pendidikan yang dianggap sesuatu yang sangat penting, ketaatan juga merupakan
sesuatu yang sangat penting. Di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah sangat penting sebuah
ketaatan, karena jika tidak diterapkan sebuah ketaatan tersebut santri dan santriwati akan
bebas melakukan hal apa saja yang menurut mereka benar. Jika tidak adanya ketaatan maka
Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah tidak akan maju dan berkembang. Tujuan para orang tua
memasuki anak-anaknya ke pesantren agar anaknya menjadi lebih baik lagi, dan bisa menaati
semua disiplin baik di luar pesantren maupun di dalam pesantren. Setiap orang tua pasti
menginginkan anak-anaknya menjadi orang yang baik, maka dari itu tanamkan lah sebuah
karakter yang mau di ajarkan kepada seorang anak dan berikan lah contoh yang baik dari
sikap, sifat, maupun perbuatan serta kata-kata yang baik, maka dengan mudah anak akan
mencontohnya dan menyimpan dalam memory bawah sadar mereka.
Ketaatan amat sangat penting di lingkungan sehari-hari begitu juga di lingkungan
Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, mungkin ketaatan bukan selalu kunci utama untuk
memecahkan suatu persoalan. Namun, apapun solusinya, ketaatanberperan agar solusi utama
itu bisa berjalan. Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah telah menyediakan fasilitas seperti kantin,
wartel (warung telepon), koperasi dan lain sebagaianya, tujuan pesantren menyediakan
fasilitas tersebut agar para santri dan santriwati tidak izin keluar dan untuk membeli