• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembinaan Ketaatan Santri dan Santriwati (Studi Kasus di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembinaan Ketaatan Santri dan Santriwati (Studi Kasus di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Lokasi Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah

Lokasi Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah saat ini berada di tengah-tengah Kota

Medan tepatnya di Jl. Jamin Ginting Km. 11/ Jl. Setia Budi Simpang Selayang Medan

Sumatera Utara. Jika ingin ke Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah tidak lah sulit, lokasi

pesantren ini mudah dicari, jika kita berada di sekitaran Kampus USU, bisa langsung menaiki

angkot dengan nomor 103 dan 108, waktu perjalanan di butuhkan sekitar 20 menit.

Foto 2.1 Denah Lokasi Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah

2.2Sejarah Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah

Sejak tahun 1970-an, budaya pengajian membahas masalah-masalah keislaman dan

(2)

sekitarnya. Saat itu, masyarakat yang tinggal di Paya Bundung masih sangat sedikit. Ibadah

pun dilakukan di rumah-rumah, tidak terkecuali ibadah yang dilaksanakan secara berjamaah,

seperti shalat tarawih dan lain-lain. Pengajian yang sering diselingi dengan acara arisan pun

diadakan di rumah-rumah, dengan penceramah yang bergantian. Selain tempat ibadah yang

belum tersedia, masyarakat juga perlu tempat untuk pendidikan anak-anaknya, yang saat itu

juga belum tersedia.

Dengan kondisi dan kebutuhan akan tempat ibadah untuk menyatukan kebersamaan itu,

adalah Bapak H. Ahkam Tarigan yang memulai mewakafkan tanahnya seluas 256,5 m2 pada

tahun 1978. Dalam waktu yang hampir bersamaan, Bapak H. Mahdian Tarigan juga

mewakafkan tanahnya seluas 243 m2. Di atas tanah wakaf tersebut kemudian dibangun

sebuah mushalla sederhana oleh masyarakat secara gotong-royong, sebagai pusat kegiatan

keagamaan masyarakat Paya Bundung dan sekitarnya, juga tempat membina dan mengaji

bagi anak-anak mereka.

Begitu besarnya harapan-harapan tersebut, sampai-sampai Bapak H. Ahkam Tarigan

selalu optimis bahwa dari mushalla yang kecil ini akan muncul pemimpin-pemimpin handal

bagi negara kelak.

Keluarga Nini Sidua merupakan keturunan dari H. Muhammad Saleh Tarigan dan H.

Ahmad Badawi Tarigan. Mereka berdua adalah orang tua dari anak-anak yang pertama kali

memeluk agama Islam, yang kemudian menempati sebuah desa di Tanah Karo yang bernama

Simpang Pergendangen. Di desa inilah terdapat sebuah lokasi paya yang diberi nama Paya

Bundung. Setelah semua keluarga di desa tersebut menetap dan memeluk agama Islam

(sebelumnya mereka belum beragama), keluarga ini kerap bersilaturahim dan berdakwah ke

luar desa. Dalam perkembangannya, keluarga ini bercita-cita untuk mendirikan Lembaga

Pendidikan Islam. Hal itu selalu menjadi topik pembicaraan dalam pertemuan tahunan yang

(3)

Gagasan itu bukan isapan jempol belaka, tapi selalu diusahakan untuk dapat terwujud

secara nyata. Hal itu semakin menemui titik terang tatkala pada tahun 1977 H. Fakhruddin

Tarigan mewakafkan tanahnya di jalan Binjai kepada Yayasan Keluarga Dukun Patah

Pergendangan, selanjutnya direncanakan pendirian sebuah Perguruan Islam di atasnya. Pada

tahun 1981, cita-cita itu hampir terwujud dengan didirikannya sebuah sekolah di atas tanah

wakaf tersebut, meskipun belum sempat beroperasi. Dengan berbagai pertimbangan dan

masukan tentang tata letak kota dan perkembangan masa depan sekolah tersebut, termasuk

dari Bapak Tarzan Ginting yang saat itu bertugas di Medan Barat, maka keluarga

berkesimpulan untuk memindahkan tanah wakaf tersebut ke sebuah lokasi di Medan

Tuntungan (Km 11.5) yang sudah dikenal dengan nama Paya Bundung. Sebelum dijual, tanah

wakaf di jalan Binjai yang semula berwujud rawa-rawa ditimbun oleh keluarga agar harga

jualnya meningkat. Pada tahun 1981 tanah tersebut dijual. Hasil penjualannya dibelikan tanah

seluas 3.933 m2 di Paya Bundung sebagai ganti wakaf yang ada di jalan Binjai. Tanah wakaf

yang baru ini disatukan dengan tanah wakaf dari H. Ahkam Tarigan dan H. Mahdian Tarigan,

sehingga luasnya menjadi ± 4.432,5 m2.

Setelah itu, pertemuan tahunan keluarga ini selalu diadakan di Paya Bundung. Gayung

pun bersambut, antara kebutuhan masyarakat Paya Bundung akan tempat pendidikan dan

pengajian, dengan cita-cita keluarga Nini si Dua dalam mendirikan Lembaga Pendidikan

Islam.

Setelah lulus nyantri di Pondok Modern Gontor Ponorogo pada tahun 1976, Usman

Husni yang berasal dari Alas (sebuah daerah di Aceh Tenggara) ingin melanjutkan studinya

ke Universitas Madinah. Berbagai usaha telah dilakukan, namun jalan seakan buntu. Setelah

batal berangkat ke Madinah, Usman Husni pun bercita-cita mendirikan pesantren

(4)

Keluarga H. Hasan Sekedang (ayah Usman Husni) mempunyai interaksi yang dekat

dengan beberapa keluarga dari Tanah Karo sejak tahun 1918 (di masa pengislaman H.

Sulaiman Tarigan). Tahun 1926, H. Hasan Sekedang menanamkan nilai-nilai Islam kepada

dua pedagang dari Tanah Karo yang kemudian diubah namanya menjadi Hasan Tarigan dan

Husin Tarigan. Interaksi ini semakin erat manakala terdapat kesamaan nama dan budaya

antara masyarakat Karo dengan masyarakat Alas. Hal ini menjadikan hubungan mereka

laksana saudara kandung.

Saat Ust. Usman Husni mulai datang sekitar awal tahun 1981, di Paya Bundung telah

berjalan pengajian rutin diantara keluarga. Pengajian tidak terbatas pada kalangan orang tua

saja, tapi juga anak-anak kecil dan muda-mudi Paya Bundung dan sekitarnya. Seiring

berjalannya waktu, Ust. Usman Husni pun menjadi pembimbing utama (Ustadz) pada

pengajian tersebut.

Dengan ikatan kekeluargaan dan interaksi intensif yang panjang, terjadilah diskusi

antara masyarakat Paya Bundung dengan Ust. Usman Husni akan keinginan mendirikan

Lembaga Pendidikan Islam (pesantren). Ust. Usman Husni bersedia tinggal di Paya Bundung

untuk mendirikan dan mengasuh pesantren yang dimaksud dengan syarat tersedia tempat

tinggal baginya di Paya Bundung yang bukan tanah wakaf. Maka masyarakat pun

bergotong-royong mengumpulkan dana untuk membeli sebidang tanah seluas 250 m2 sebagai upaya

untuk menyediakan tempat tinggal Ust. Usman Husni yang ditetapkan menjadi Kyai

Pesantren.

Tanggal 15 Januari 1981, saat pelaksanaan acara peringatan Maulid Nabi Muhammad

SAW bertepatan dengan acara masuk rumah baru kediaman Drs. M. Ilyas Tarigan, Ust.

Usman Husni diundang untuk memberikan taushiah yang diantara isinya adalah

menyinggung tentang keluarga yang telah mapan secara ekonomi dan intelektual, tapi belum

(5)

menempuh pendidikan dalam bidang agama. Padahal, sudah banyak pengajian diadakan,

bahkan banyak diantara anggota keluarga ini yang berjihad menghidupkan dakwah,

mengingat masih banyak keluarga yang belum memeluk agama Islam. Di satu sisi, mereka

juga harus telah memikirkan estafet perjuangan ini, yang salah satu cara mempersiapkannya

adalah melalui jalur pendidikan.

Masyarakat Paya Bundung dan sekitarnya yang sejak lama berkeinginan mendirikan

Lembaga Pendidikan agama pun menyambut dengan antusias. Isi taushiah di atas seakan

menjadi dorongan untuk segera mewujudkan lembaga yang dimaksud, sebagaimana yang

sudah sering mereka gagas sejak lama. Di sela-sela pengajian khusus yang selalu diadakan di

rumah bapak dr. H. Mochtar Tarigan, hal ini selalu didiskusikan. Pembahasan dalam

pengajian-pengajian inilah sebenarnya yang menjadi embrio kelahiran ‘Pesantren’. Dari

komunikasi dan interaksi intensif di atas, dan setelah mengkaji model dan bentuk Lembaga

Pendidikan yang diinginkan, maka disepakati untuk mendirikan Lembaga Pendidikan Islam

berbentuk pesantren.

Sebagai follow up dari pertemuan-pertemuan tersebut, diadakanlah pertemuan bulan

Maret tahun 1982 di Sibolangit untuk membicarakan model dan nama Pesantren yang

diinginkan. Muncullah lebih dari 20 nama Pesantren yang diusulkan. Namun pertemuan

tersebut belum menghasilkan nama yang disepakati.

Dalam sebuah pengajian Tafsir di rumah dr. H. Mochtar Tarigan, saat pembahasan ayat 32

dari Surah An-Naba’, pada jilid pertama halaman 16 dalam Tafsir Al-Shâwy disebutkan

bahwa maksud dari kata ‘hadâiq’ dalam ayat tersebut adalah ‘Ar-Raudlatul Hasanah’ (taman

surga yang indah). Pada saat itu, tercetuslah ide untuk menamai Pesantren ini dengan

‘Ar-Raudlatul Hasanah’, dengan harapan bahwa pesantren wakaf tersebut menjadi taman yang

indah bagi para pewakif dan pelajarnya dan bagi semua yang berjihad di dalamnya. Setelah

(6)

Setelah melalui proses yang panjang, pada tanggal 18 Oktober 1982, bertepatan dengan

peringatan tahun baru Hijriah 1 Muharram 1403 H, dideklarasikanlah pendirian Pesantren

Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudlatul Hasanah secara resmi.

Madrasah dengan sistem pulang hari yang dijalankan Pesantren berkembang pesat.

Muridnya selalu bertambah dari tahun ke tahun, baik secara kuantitas maupun asal daerah

mereka. Hal ini tentunya menggembirakan hati para Pengasuh dan Badan Wakaf.

Dengan niat dan tekad yang bulat untuk benar-benar mendirikan pendidikan pesantren

secara utuh, pada bulan Juni 1986, dimulailah pendidikan tingkat Kulliyatul Mu’allimin

Al-Islamiyah (KMI) dengan jenjang pendidikan selama 6 tahun. Namun program madrasah yang

tidak mukim juga masih berjalan hingga tahun 1988.

KMI Ar-Raudlatul Hasanah adalah Sekolah Pendidikan Guru Islam yang model dan

kurikulumnya diambil dari KMI Pondok Modern Darussalam Gontor, yang merupakan

perpaduan antara Sekolah Normal Islam Padang Panjang dengan model pendidikan pondok

pesantren di Jawa. Pelajaran agama, seperti yang diajarkan di beberapa pesantren pada

umumnya dengan sistem sorogan, diajarkan di kelas-kelas. Pada saat yang sama, para

santri/santriwati sudah wajib tinggal di dalam asrama dengan mempertahankan jiwa dan

suasana kehidupan pesantren. Pada periode awal, santriwati masih dititipkan pada keluarga

Paya Bundung karena tidak adanya tempat. Proses pendidikan berlangsung 24 jam. Pelajaran

agama dan umum diberikan secara seimbang dalam jangka 6 tahun. Pendidikan keterampilan,

kesenian, olahraga, organisasi dan lain-lain merupakan bagian dari kegiatan kehidupan santri

dan santriwati di Pesantren.

Pada saat pembukaan, siswa yang mengikuti program KMI ini berjumlah 9 santri yang

tinggal di rumah Ust. Usman Husni dan 6 santriwati yang masih dititipkan di rumah

masyarakat/keluarga Paya Bundung. Namun dengan kegigihan pengasuhnya, dan dengan

(7)

diinginkan seperti Gontor pun mulai dapat dijalankan dengan efektif dan baik. Hal ini

berpengaruh pada kuantitas dan kualitas santri/santriwati yang selalu meningkat.

Guru-guru pengasuh pertama yang datang dari Pondok Modern Darussalam Gontor

membantu Ust. Usman Husni antara lain adalah Syahid Marqum, Basron Sudarmanto,

Maghfur Abdul Halim, Norman dan Muhammad Bustomi, Rasyidin Bina, Junaidi, dan

Sultoni Trikusuma dan lain-lain.

Mengapa disebut Pesantren? Karena istilah Pesantren berasal dari kata pe-santri-an, di

mana kata santri berarti murid dalam Bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab

Fuunduuq12. Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah. Biasanya

pesantren dipimpin oleh seorang Kyai, untuk mengatur kehidupan Pondok Pesantren, Kyai

menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut

Lurah Pondok 13

12

.Penginapan 13

.Ketua Asrama .

Tujuan para santri dan santriwati dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah

agar mereka belajar hidup secara mandiri, dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan

dengan Kyai dan juga Allah SWT.

Pendapat lainnya, pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri.

Kata santri berasal dari kata Cantrik (Bahasa Sansakerta, atau mungkin Bahasa Jawa) yang

berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan

(8)
(9)

2.4 Fasilitas di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah 1.Pusat Perkantoran

2.Mesjid

3.Asrama

4.Warung telekomunikasi

5.Toko Pelajar

6.Percetakan

7.Barber shop

8.Kantin

9.Perpustakaan

10.Laboratorium Fisika, Kimia dan Biologi

11.Laboratorium Komputer

12.Laboratorium Bahasa

13.Balai Pengobatan Santri/wati dan Masyarakat

14.Gedung Olahraga (GOR) sekaligus Gedung Serba Guna

15.Pusat keterampilan Santri/wati

16.Pusat Pengolahan Sampah

17.Sarana dan Fasilitas Olahraga

18.Dapur makan siap saji

19.Security 24 jam

20.Ruang Belajar Multimedia

21.BMT

22.Lapangan Sepak Bola

(10)

2.5 Cara Hidup di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah

Di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah terdapat beragam jadwal. Untuk mempermudah Santri

dan Santriwati dalam mengikuti segala aktifitasnya, maka ditetapkan beberapa jadwal,

diantaranya:

1.Jadwal Harian

2.Jadwal Mingguan

3.Jadwal Bulanan

4.Jadwal Tengah Tahunan

2.5.1 Jadwal Harian 04.30 Wib :Bangun pagi

05.00 Wib :Shalat Shubuh berjamaah, pemberian kosa kata baru, dan mandi pagi

06.30 Wib :Makan pagi

07.15 Wib :Masuk kelas

12.40 Wib :Keluar kelas dilanjutkan Shalat Zuhur berjamaah

13.30 Wib :Makan siang

14.15 Wib :Masuk kelas pelajaran sore

15.00 Wib :Keluar kelas pelajaran sore

16.00 Wib :Shalat Ashar berjamaah

16.30 Wib :Olahraga

17.30 Wib :Mandi

18.00 Wib :Berangkat ke Mesjid untuk membaca Al-Qur’an

18.30 Wib :Shalat Maghrib berjamaah

19.00 Wib :Membaca Al-Qur’an

19.30 Wib :Makan malam

(11)

20.30 Wib :Mengulagi pelajaran di kelas masing-masing

22.0 Wib :Tidur malam/istirahat

2.5.2 Jadwal Mingguan

1. Jum’at Pagi : Morning conversation dilanjutkan lari pagi/senam

2. Selasa Pagi : Morning conversation dilanjutkan lari pagi/senam

3. Minggu Malam : Latihan pidato bahasa Inggris (muhadarah)

4.Kamis Siang :Latihan pidato bahasa Arab (muhadarah) dilanjutkan dengan

Latihan kepramukaan

5.Kamis Malam : Latihan pidato bahasa Indonesia (muhadarah)

2.5.3 Jadwal Bulanan

Setiap bulan di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah akan mengadakan pemerikasaan

lemari, alat mandi, dan alat perlengkapan shalat yang dibimbing oleh ustadz/ustazah.

2.5.4 Jadwal Tengah Tahunan

Setiap tahun akan diadakan pembersihan umum atau perpindahan umum dari satu asrama

ke asrama lain guna memperbaharui semangat yang dilakukan setiap setengah setahun sekali

dan manfaatnya agar mendapatkan teman yang baru lagi serta suasana yang baru.

2.6 Visi dan Misi Lembaga Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah 2.6.1 Visi Lembaga Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah

Menjadikan lembaga Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah sebagai lembaga kaderisasi dan

layanan masyarakat yang bermutu, semata-mata untuk ibadah kepada Allah SWT dan

mengharap ridho-Nya serta implementasi fungsi khalifah Allah di muka bumi.

Kaderisasi adalah proses pengkaderan ulama dan pemimpin umat yang di

implementasikan secara terstruktur dan simultan melalui miliu yang kondusif, serta layanan

pembentukan individu yang unggul dan berkualitas baik sebagai akademisi maupun praktisi

(12)

2.6.2 Misi Lembaga Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah

1.Mendidik individu-individu yang menguasai bekal-bekal dasar keulamaan,

kepemimpinan dankeguruan serta mau dan mampu mengembangkannya sampai ke

tingkat yang paling optimal.

2.Mempersiapkan generasi yang unggul dan berkualitas menuju terbentuknya generasi

khaira ummah.

3.Membentuk generasi mutafaqqih fi ad-din serta memiliki tradisi-tradisi intelektual yang

positif dan responsif terhadap perkembangan dan tuntutan zaman, menuju terciptanya

learning society.

4.Mendidik dan membentuk generasi yang berkepribadian IQRA (‘Ilmy, Qur’any,

Rabbany dan Alamy) yang siap mengamalkannya di tengah-tengah masyarakat dengan

ikhlas, cerdas dan beramal. Iqra memadukan antara aspek pikir (‘Ilmy ‘Alamy) dan

aspek zikir (Qur’any Rabbany) yang teraktualisasikan dalam intelegensia dan moralitas

yang relegius.

Panca Jiwa Pesantren

• Keikhlasan (Sincerity): Arti keikhlasan disini adalah semata-mata karena untuk ibadah.

Hal ini meliputi segenap suasana kehidupan di Pesantren, guru ikhlas mengajar, para

santri/wati ikhlas belajar, dan pengurus Pesantren ikhlas dalam membantu. Segala

gerak-gerik dalam Pesantren berjalan dalam suasana keikhlasan yang mendalam,

dengan demikian terdapatlah suasana hidup yang harmonis antara guru yang disegani

dan santri/wati yang taat dan penuh cinta serta hormat dengan segala keihlasannya.

Dengan demikian, maka setiap santri/wati diharapkan mampu mengerti dan menyadari

arti Lillah, arti beramal, arti taqwa, dan arti ikhlas. Sebagai seorang muslim, tentunya

(13)

dimana ada kesempatan pasti ada kemauan. Maka mudah dikatakan bahwa pondok

Pesantren adalah obor yang akan membawa penerangan Islam.

• Kesederhanaan (Simplicity): Arti kesederhanaan disini adalah di dalam kehidupan

Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah diliputi oleh suasana kesederhanaan. Sederhana bukan

berarti pasif (menerima apa adanya tanpa usaha untuk mengembangkan potensi

dirinya). Sederhana bukan berarti miskin, tetapi mengandung unsur kekuatan dan

ketabahan hati, penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup dalam segala

ketegaran. Maka di balik kata kesederhanaan itu terpancarlah keagungan dan jiwa

besar, berani maju terus dalam menghadapi perjuangan hidup, dan pantang mundur

dalam segala keadaan. Bahkan disinilah tumbuhnya mental/karakter yang menjadi

syarat bagi suksesnya perjuangan dalam segala aspek kehidupan.

• Berdikari (Self Sufficiensy): Arti berdikari disini adalah berdikari merupakan senjata

hidup yang ampuh, ia bukan saja berarti santri/wati selalu belajar dan berlatih mengurus

segala kepentingannya sendiri tetapi juga Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang

tidak pernah menyandarkan kehidupannya kepada bantuan dan belas kasih orang lain.

• Ukhuwah Islamiyah (Islamic Brotherhood): Arti ukhuwah islamiyah disini adalah di

dalam kehidupan Pesantren diliputi oleh suasana persaudaraan yang akrab, sehingga

segala kesenangan dirasakan bersama dengan adanya perasaan keagamaan yang kuat.

Ukhuwah Islamiyah ini bukan saja selama di dalam Pesantren saja, tetapi juga

sepulangnya dari Pesantren kelak yang terhimpun dalam wadah Ikatan Keluarga

Ar-Raudlatul Hasanah (IKRH).

• Bebas (Freedom): Arti bebas disini adalah bebas dalam berfikir dan berbuat, bebas

dalam menentukan masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup di masyarakat kelak.

Dengan berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi kehidupan. Kebebasan itu bahkan

(14)

kali kita temui unsur-unsur negatif, yaitu apabila kebebasan itu disalah artikan,

sehingga terlalu bebas (liberal), yang pada akhirnya kehilangan arah dan tujuan maupun

prinsip. Sebaliknya ada pula yang terlalu bebas, berpegang teguh kepada tradisi yang

dianggap paling baik sendiri yang telah menguntungkan pada zamannya, dan tidak

memperhitungkan masa depannya. Akhirnya tidak bebas lagi, karena mengikatkan diri

kepada yang diketahui saja. Maka kebebasan itu harus dikembalikan kepada aslinya,

yang berada pada garis-garis disiplin yang positif, dengan penuh tanggung jawab, baik

di dalam kehidupan Pesantren maupun di dalam kehidupan masyarakat. Jiwa yang

mewarnai suasana kehidupan Pesantren itulah yang dibawa oleh santri/wati sebagai

bekal pokok dalam kehidupannya di dalam masyarakat kelak, dan jiwa Pesantren inilah

yang harus senantiasa dihidupkan, dipelihara, dan dikembangkan sebaik-baiknya.

Motto Pesantren

• Berbudi Tinggi (Noble Character)

• Berbadan Sehat (Sound Body)

• Berpengetahuan luas (Broad Knowledge)

• Berpikiran Bebas (Independent Mind)

• Beramal Ikhlas (Sincere Job)

2.7 Bidang-Bidang di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah  Bidang Pendidikan

 Bidang Pengasuhan

 Bidang Kesejahteraan

 Bidang Usaha Milik Pesantren

(15)

2.7.1 Bidang Pendidikan

Pada awal berdirinya Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah telah melaksanakan sistem

pendidikannya dengan menciptakan model pendidikan modern yang tidak terpaku pada

sistem pembelajaran klasik, tetapi semua sistem pendidikan mulai dari teknik pembelajaran,

materi pelajaran, sarana prasarana didesain berdasarkan sistem pendidikan modern, dengan

kata lain sistem yang diterapkan mengadopsi sistem dan bentuk Pesantren yang

dikembangkan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo.

Pada tahun 1989 Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah mengadakan pembaharuan yakni

dengan memadukan pendidikan formal dengan menerapkan juga kurikulum Nasional (MTS

dan MA), tentunya dengan itu Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah juga mengadopsi pendidikan

agama dan umum dari Kementrian Agama. Dengan itu, diupayakan terwujudnya

keseimbangan dan perpaduan antara pengetahuan agama (Dirasah Islamiyah) dan

pengetahuan umum (Ilmu eksakta, IPA dan IPS). Bidang Pendidikan Pesantren Ar-Raudlatul

Hasanah membawahi beberapa biro-biro, antara lain: Kuliyatul Mu’alimin Al-Islamiyah

(KMI), Madrasah Aliyah (MA), Madrasah Tsanawiyah (MTS), Jam’iyyatul Qurra’ Wal

Huffazh (JQH), Laboratorium Bahasa, Fisika, Kimia dan Biologi (Labfikib), Pendidikan Usia

Dini (PAUD), Raudlatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyyah (MI), dan Madrasah Dinniyah

Awaliyah (MDA).

Pada awal tahun pelajaran baru TA 2014-2015 jumlah santri/wati sebanyak 3.234

orang. Jumlah tersebut kemudian berkurang dengan berbagai faktor seperti disiplin, ekonomi,

kesehatan, keluarga dan lain sebagainya, dan jumlah santri/wati tahun 2016 berjumlah 2.955

orang.

Tabel 2.1 Jumlah Santri dan Santri Wati di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah

Kelas Santri Santriwati Jumlah

1 357 353 710

(16)

2 291 264 555

Saat ini, ustadz dan ustazah di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah berjumlah 209 orang

dengan perincian: Ustadz 105 orang dan ustadzah 104 orang. karena keterbatasan Pesantren

dalam menyediakan fasilitas perumahan ustadz dan ustadzah hingga saat ini hanya 47 ustadz

dan 55 ustadzah yang dapat bermukim di dalam Pondok Pesantren.

Tabel 2.2 Jumlah Ustadz-Usatdzah di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah

Data Jumlah KMI D3 S1 S2

Ustadz 105 26 1 48 30

Ustadzah 104 39 1 56 8

Total 209 65 2 104 38

Sumber: Dokumentasi Penulis

Sejak berdiri sebagai lembaga pendidikan, Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah telah

menetapkan pendidikan selama 4 tahun bagi tamatan SMP maupun 6 tahun bagi tamatan SD.

Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah terdapat di Pesantren lebih kepada penggunaan kurikulum

ketimbang jenjang pendidikan. Maka, alumni Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah adalah mereka

yang telah menyelesaikan pendidikan 4 atau 6 tahun yang telah ditetapkan. Hingga 2015 ini

Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah telah meluluskan 3.747 alumnus yang terdiri dari 1848

alumnus putra dan 1.899 alumnus putri. Alumnus tersebut tersebar di berbagai perguruan

tinggi baik dalam negeri maupun luar negeri. Setelah menyelesaikan studi di kelas enam

(kelas akhir pesantren) dan sebelum melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi, para santri

dan santriwati maupun alumni diberikan kesempatan untuk mengabdikan fikiran dan

tenaganya baik di Pesantren Ar-Raudalatul Hasanah maupun pada lembaga-lembaga yang

(17)

dalam membantu tugas-tugas setiap bidang di kantor dan sebagai guru pembimbing dan

pengawas setiap asrama santri dan santriwati. Setiap tahunnya, jumlah santri dan

santriwatinya yang berhasil menyelesaikan pendidikannya di Pesantren Ar-Raudlatul

Hasanah terus meningkat.

Para alumni Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah bukan hanya dituntut untuk

mengabdi di lingkungan pesantren saja melainkan para alumni bebas untuk memilih dan

menentukan bakat-bakat mereka. Para alumni Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah sudah

banyak yang sukses, diantaranya sebagai berikut: Ada yang menjadi Polisi Wanita (Polwan),

ada yang menjadi Artis, ada yang menjadi Dai Cilik, ada yang menjadi Putri Muslimah, ada

yang bekerja di perkantoran seperti di Lembaga Hukum dan lain sebagainya, jadi intinya para

alumni Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah tidak diwajibkan untuk menjadi kyai, ustadz

maupun ustadzah, para alumni bebas memilih karakter dan bakat yang mereka inginkan.

Tabel 2.3 Rekapitulasi Alumni di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah 5 Tahun Terakhir

Tahun Ajaran Santri Santriwati Jumlah

2009-2010 111 123 234

2010-2011 119 131 250

2011-2012 137 150 287

2012-2013 147 174 321

Sumber: Dokumentasi Penulis

Untuk mendukung program Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah dalam membentuk anak

didik yang berjiwa qur’ani, setiap wali kelas ditugaskan untuk mewajibkan santri dan

santriwati untuk menghafal surat-surat pendek Juz ‘Amma dan surat tambahan sebagai syarat

kenaikan kelas. Selain hafalan, wali kelas berkewajiban memperhatikan dan memperbaiki

bacaan tiap-tiap santri dan santriwati ketika menyetorkan hafalan. Menurut klasifikasi hafalan

(18)

Tabel 2.4 Hafalan Surah santri dan santriwati

Kelas Surah

I (Satu) Surat Annas s/d Surat Al-Bayyinah I Intensif Surat Annas s/d Surat At-Tiin

II (Dua) Surat Annas s/d Surat At-Tiin III (Tiga) Surat Annas s/d Surat As-Syams III Intensif Surat Annas s/d Surat Al-A’la IV (Empat) Surat Annas s/d Surat Al-A’la

V (Lima) Surat Annas s/d Surat Al-Infithaar

VI (Enam) Surat Annas s/d Surat An-Naba’ + Surat Al-Jumuah + Surat Yaasiin dan Akhir Surat Al-Baqarah

Sumber: Dokumentasi Penulis

2.7.2 Bidang Pengasuhan

Pengasuhan dimaknai sebagai wadah pengemban proses interaksi yang membantu

pemahaman diri dan lingkungan dengan penuh arti, agar dapat membentuk pencapaian

pembentukan, cara dan penjelasan akan tujuan kehidupan di masa yang akan datang. Hal ini

agar santri dan santriwati memiliki persiapan diri untuk mengahadapi tantangan hidup dan

menatap kehidupan dengan kacamata kreatifitas dan moralitas. Bidang pengasuhan juga

sebagai wadah bimbingan dan penyuluhan santri dan santriwati yang dapat dimaknai sebagai

lembaga yang mengawal realisasi materi pendidikan ke dalam kehidupan santri dan

santriwati sehingga menciptakan jiwa mandiri, kreatif, terampil, dan relegius sebagai

kader-kader ummat Islam yang siap diterjunkan menuju masyarakat luas. Bidang pengasuhan

merupakan lembaga pemegang peran konkrit dalam pengemban setiap pribadi santri dan

santriwati sekaligus menjadi wadah pengemban kreatifitas dann pribadi santri dan santriwati.

2.7.3 Bidang Kesejahteraan

Bidang Kesejahteraan merupakan bidang yang berkaitan dengan kesejahteraan dan

pelayanan seluruh komponen yang berada di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah. Pelayanan ini

diwujudkan dalam bentuk pengadaan fasilitas fisik yang berkaitan dengan pembangunan

gedung, pelayanan konsumsi dan penanganan kesehatan ustadz/ustadzah, santri dan

(19)

bidang ini dibantu oleh dua Biro, pertama Biro Pembangunan dan kedua Biro Konsumsi dan

Biro Kesehatan.

Biro Pembangunan

Salah satu unsur terpenting dari suatu lembaga pendidikan adalah sarana dan

prasarana. Gedung yang permanen dengan suasana yang nyaman akan membuat santri dan

santriwati lebih maksimal dalam mengikuti proses pembelajaran. Biro Pembangunan

Pesantren terus menambah fasilitas untuk mewujudkan Master Plan pembangunan yang

disepakati. Sejak awal, Pesantren memberikan perhatian besar dalam bangunan yang

merupakan sarana penunjang kegiatan pendidikan. Meski belum maksimal karena

keterbatasan dana dan pertimbangan faktor kebutuhan yang mendesak untuk TA. 2014-2015,

Biro Pembangunan telah membangun beberapa gedung dan fasilitas Pesantren sembari

melakukan tambal sulam dan perawatan terhadap gedung-gedung lama. Berikut adalah data

pembangunan yang telah terlaksana selama TA. 2014-2015:

Tabel 2.5 Gedung-gedung di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah

No Jenis Bangunan Luas Keterangan

1 3 Lantai Gedung Rabi’ah Baru Tahap II

900 m2 Pembangunan

2 4 Lantai Gedung Al-Azhar Mesir tahap II

1752 m2 Pembangunan dan Pembaharuan 3 4 Unit Rumah Ustadz/Ustadzah 80 m2 Pembangunan 4 Kamar Mandi dan Jemuran

Gedung Mekkah

600 m2 Pembangunan

5 Ruang Baitul Mal wa Tamwil (BMT)

70 m2 Pembangunan

6 Penambahan Ruang Direktur 15 m2 Pembangunan 7 Penambahan Ruang Bendahara 30 m2 Pembangunan 8 Kamar Mandi Gedung

Ruqqayah

500 m2 Pembangunan

(20)

Foto 2.3 Sebelah kiri Gedung Ruqoyyah & sebelah kanan Gedung Mekkah

Biro Konsumsi

Pelayanan di Bidang konsumsi adalah penyiapan menu makanan untuk santri dan

santriwati setiap harinya. Dengan 52 tenaga dapur yang sebagian besar berasal dari Tapanuli

Selatan dan Serdang Bedagai, bidang konsumsi perlu menanak setidaknya 240 kg beras

sebagai makanan pokok. Berikut adalah daftar menu lauk pauk yang di hidangkan kepada

santri dan santriwati selama TA. 2014-2015. Dapur siap saji, santri dan santriwati tidak haus

mengantri, makanan dan minuman sudah tersedia di meja masing-masing, setiap meja berisi

10 orang ataupun 11 orang.

Tabel 2.6 Menu Makanan Santri dan Santriwati

Hari Waktu Lauk Pauk

Senin Pagi (Puasa) Ayam Gulai (Kari, Soto, Semur, Rendang)

Siang PUASA

Malam Ikan Sambal dan Sayur Selasa Pagi Tempe + Ikan Teri Cabai Hijau

Siang Telur Dadar + Kangkung Malam Ikan Tongkol Sambal

Rabu Pagi Tahu + Kentang Gulai

+ Kerupuk Siang Ikan Gulai Cabe Hijau Malam Tempe Goreng + Daun Ubi

Gulai

Kamis Pagi Ikan Teri + Kentang Tempe Sambal

Siang Ikan Lele Sambal + Sayur Sop

(21)

Jumat Pagi Tahu + Tempe Sambal Siang Ikan Sambal dan Kol Bening

Sayur

Malam Ayam Gulai ( Rendang, Kari, Semur, Soto )

Sabtu Pagi Tempe, Tumis Kacang Panjang + Kerupuk

Siang Ikan Gulai Cabai Hijau Santan

Malam Tahu Isi + Sop

Minggu Pagi Tempe Kentang Sambal

Siang Daging Rendang

Malam Telur Sambal Balado Sumber: Dokumentasi Penulis

Biro Kesehatan

Bidang Kesejahteraan melalui Biro Balai Pengobatan santri dan santriwati

Masyarakat (BPSM) melayani keluhan kesehatan santri dan santriwati, ustadz/ dan ustadzah,

karyawan dan masyarakat sekitar selama 24 jam penuh dengan dokter stand by yang

bermukim di BPSM. Namun demikian, secara terjadwal BPSM membuka pemeriksaan

kesehatan dan pengobatan setiap sore dari pukul 16.30 - 18.00 Wib. Secara berkala, dokter di

dampingi perawat berkeliling ke asrama pada waktu pelajaran berlangsung untuk memeriksa

kesehatan santri dan santriwati yang sakit di asrama. Apabila ada pasien yang di anggap

parah dan tidak dapat ditangani, maka BPSM akan merujuknya ke rumah sakit yang memiliki

peralatan lebih lengkap atas rujukan dokter.

2.7.4 Bidang Usaha Milik Pesantren

Badan Usaha Milik Pesantren (BUMP) di bentuk untuk melayani kebutuhan santri dan

santriwati dalam kehidupannya di pesantren. Setiap keuntungan yang diperoleh dipergunakan

untuk memenuhi kepentingan pesantren yang pada dasarnya dibebankan dari SPP yang

dibayarkan santri dan santriwati. Pemasukan dari SPP adalah pemasukan yang pasti

sedangkan kebutuhan dan kepentingan pesantren senantiasa berubah. Di samping income

bagi pesantren dengan memenuhi kebutuhan para santri dan santriwati, BUMP juga

(22)

menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Di sisi lain, bidang ini juga telah

banyak menanamkan ilmu manajemen kepada ustadz dan ustadzah dan santri/wati yang

langsung terjun dan ikut serta mengelola dan mengembangkan unit-unit usahanya. BUMP

menanamkan kemandirian, keikhlasan, kreativitas, disiplin, tanggung jawab serta kejujuran.

Untuk menjalankan kinerja di atas, maka BUMP membentuk biro-biro yang beragam yaitu:

Biro Pemberdayaan Aset Pesantren (BIPAP), Biro OPRH dan GUDEP, Biro Koperasi

Pondok Pesantren (KOPONTREN).

Biro Pemberdayaan Aset Pesantren

Melayani dan membangun relasi, Biro Pemberdayaan Aset Pesantren berikut ini

merupakan unit usaha yang dibawahi oleh BIPAP:

A. Raudha Press: Sebagai salah satu unit usaha yang berada di bawah Biro

Pemberdayaan Aset Pesantren, Raudha Press tidak hanya profit minded akan tetapi

juga berusaha meningkatkan customer service. Raudha Press senantiasa tetap

berusaha menjaga kerja sama yang telah terjalin baik dengan bidang dan biro-biro

lainnya dengan mengusahakan memenuhi hal-hal yang menyangkut dengan

percetakan. Raudha Press juga mengupayakan agar tetap dapat memberikan discount

bagi kantor-kantor bidang, biro dan kepanitiaan dalam memanfaatkan jasa mesin foto

copy dan cetak.

B. Raudha Cafe: Berdiri pada tahun 2011, unit usaha ini bertujuan untuk memberikan

pelayanan bagi tamu, ustadz dan ustadzah serta santri dan santriwati untuk

meyediakan cemilan dan makanan ringan. Tidak seperti warung pelajar yang dikelola

oleh santri dan santriwati, unit usaha ini dikelola langsung oleh karyawati yang di

(23)

Foto 2.4 Raudhah Cafe

C. Wartel Raudha: Unit usaha ini memasilitasi santri dan santriwati untuk dapat

berkomunikasi dengan orang tua, wali, ataupun sanak kerabat. Hingga saat ini sudah

di bangun 4 kbu (2 KBU santri dan 2 KBU bagi santri wati). Dengan jumlah KBU

yang tersedia ini, diharapkan santri dan santriwati tidak kesulitan untuk

berkomunikasi dengan keluarganya.

Foto 2.5 Wartel Raudha

D. Mess Raudha: Salah satu unit usaha yang dikelola oleh BIPAP adalah Mess Raudha

yang menyediakan tempat penginapan bagi orang tua, wali atau tamu pesantren yang

bermalam di pesantren. Dalam mengelola unti usaha ini, biro Mess di bantu oleh

karyawan dan karyawati Mess yang siap untuk menyambut tamu. Latar belakang

(24)

tamu, orang tua dan wali santri dan santriwati. Mess Raudha diperuntukkan terutama

bagi mereka yang berasal dari daerah yang cukup jauh. Sejauh ini telah didirikan 3

unit Mess yang berlokasikan di dalam lingkungan pesantren:

 Mess Siti Sarah (Bertempat di atas BPSM) yang mempunyai kapasitas 10

kamar.

 Mess Ibnu Sina (Bertempat di depan BPSM) yang mempunyai kapasitas 6

kamar.

 Mess Ibnu Khaldun (Bertempat di belakang Mess Ibnu Sina) dengan kapasitas

10 kamar.

Biro OPRH & GUDEP

Mengembangkan dan melatih mental, Biro OPRH dan GUDEP merupakan unit usaha

yang langsung dikelola oleh santri dan santriwati yang aktif dalam Organisasi Pelajar

Ar-Raudlatul Hasanah (OPRH) dan Gugus Depan (GUDEP) yang di bimbing oleh ustadz dan

ustadzah. Di biro ini bukan hanya keuntungan yang menjadi titik fokus utama dalam visi dan

misinya, melainkan pendidikan kejujuran dan tanggung jawab. Dalam mengembangkan unit

usaha OPRH dan GUDEP, para santriwati yang dipercayai untuk mengelola unit ini diberi

kuasa penuh untuk mengembangkan dan memberikan inovasi mengembangkan unit ini yang

dibimbing oleh ustadz dan ustadzah. Berikut ini merupakan unit usaha-unit usaha yang

berada di bawah naungan biro OPRH dan GUDEP:

A. Unit toko pelajar santri dan santriwati

B. Unit warung pelajar santri dan santriwati

C. Laundry santri dan santriwati

D. Studio Photo santri dan santriwati

(25)

Foto 2.6 Unit Toko Pelajar Sanrtiwati Biro Koperasi Pondok Pesantren

Mengemban unit usaha, Biro Koperasi Pondok pesantren adalah biro yang tidak jauh

berbeda dengan Biro Pemberdayaan Aset Pesantren. Biro ini mempekerjakan karyawan dan

karyawati untuk bekerja, mengelola, bahkan mengembangkan unit-unit usaha yang ada di

bawah naungannya. Berikut ini adalah dua unit usaha yang berada di bawah naungan Biro

Koperasi:

A. Baitul Mal Raudhah (BMT RH): BMT Raudhah adalah sarana yang dibentuk guna

memberikan pelayanan dalam bentuk menyimpan uang atau pinjaman kepada yang

membutuhkannya sesuai dengan syarat dan aturan-aturan yang ditetapkan oleh

Pesantren.

B. Pengemban Kebun: Raudhah tidak hanya memiliki usaha yang berbentuk koperasi,

namun Raudhah juga memiliki lahan perkebunan yang diolah dan dikembangkan

untuk menanam sayur-mayur dan ternak ikan lele.

2.7.5 Bidang Penelitian dan Pengembangan (LITBANG)

Bekerja dalam meningkatkan kualitas ustadz dan ustadzah dan santri dan santriwati. Di

(26)

1994, hingga saat ini badan ini terus bekerja sebagai salah satu badan yang bertugas untuk

mengawasi, meneliti dan mencetakan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki baik dari

sistem pendidikan yang berkenaan dengan kurikulum dan silabus, berkaitan dengan minat

dan bakat santri dan santriwati. Pada akhirnya akan melakukan pengembangan dan

perubahan-perubahan dengan ide dan kreativitas yang inovatif. Berbekal dengan kemampuan

dan skill yang dimiliki pengurus setiap biro, tidak berlebihan bahwa program-program yang

direncanakan dapat berjalan dengan baik dan memberikan kesan yang positif bagi Pesantren

Ar-Raudlatul Hasanah.

Foto 2.7 Kosa Kata Dalam Bentuk Bahasa Arab dan Inggris 2.8 Perkembangan di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah

Perkembangan pesantren dari tahun ketahun semakin meningkat. Pesantren Ar-Raudlatul

Hasanah merupakan aset wakaf umat yang harus dijaga, dibela, diperjuangkan dan

dikembangkan untuk kemaslahatan umat. Saat ini telah banyak perkembangan dalam

pengelolaan aset wakaf ini, antara lain:

• Telah berdirinya Madrasah Ibtidaiyyah dan Raudlatul Athfal Ar-Raudlatul Hasanah di

(27)

• Pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam yang berlokasi di Pesantren Ar-Raudlatul

Hasanah.

Mulai Tahun Ajaran 2013-2014, Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah 2 Lumut-Tapanuli

Tengah, membuka dan memulai kegiatan belajar mengajar yang dikhususkan untuk santri dan

santriwati.

2.9 Ketaatan di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah

Selain pendidikan yang dianggap sesuatu yang sangat penting, ketaatan juga merupakan

sesuatu yang sangat penting. Di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah sangat penting sebuah

ketaatan, karena jika tidak diterapkan sebuah ketaatan tersebut santri dan santriwati akan

bebas melakukan hal apa saja yang menurut mereka benar. Jika tidak adanya ketaatan maka

Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah tidak akan maju dan berkembang. Tujuan para orang tua

memasuki anak-anaknya ke pesantren agar anaknya menjadi lebih baik lagi, dan bisa menaati

semua disiplin baik di luar pesantren maupun di dalam pesantren. Setiap orang tua pasti

menginginkan anak-anaknya menjadi orang yang baik, maka dari itu tanamkan lah sebuah

karakter yang mau di ajarkan kepada seorang anak dan berikan lah contoh yang baik dari

sikap, sifat, maupun perbuatan serta kata-kata yang baik, maka dengan mudah anak akan

mencontohnya dan menyimpan dalam memory bawah sadar mereka.

Ketaatan amat sangat penting di lingkungan sehari-hari begitu juga di lingkungan

Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, mungkin ketaatan bukan selalu kunci utama untuk

memecahkan suatu persoalan. Namun, apapun solusinya, ketaatanberperan agar solusi utama

itu bisa berjalan. Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah telah menyediakan fasilitas seperti kantin,

wartel (warung telepon), koperasi dan lain sebagaianya, tujuan pesantren menyediakan

fasilitas tersebut agar para santri dan santriwati tidak izin keluar dan untuk membeli

Gambar

Tabel 2.2 Jumlah Ustadz-Usatdzah di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah
Tabel 2.3 Rekapitulasi Alumni di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah 5
Tabel 2.4 Hafalan Surah santri dan santriwati
Tabel 2.5 Gedung-gedung di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tesis yang berjudul ‚ Peran Alumni dalam Pengembangan Unit Usaha Pesantren (Studi Kasus Pondok Pesantren Nurul Jadid) ‛ ini merupakan hasil penelitian yang

PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA BANJARMASIN (STUDI MULTI KASUS DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAMIYAH, PONDOK PESANTREN AL-ISTIQAMAH,DAN PONDOK PESANTREN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa menunjukan strategi koperasi pondok pesantren dalam pemberdayaan ekonomi santri sangat penting dengan memperbaiki dan meningkatkan menejemen

Metode pembelajaran muhafazoh juga sudah mengakar dan membudaya pada sistem pesantren termasuk di Pondok Pesantren Ar- Raudhatul Hasanah seperti hasil wawancara

Sedangkan faktor penyebab terjadinya perubahan perilaku alumni pondok pesantren salafiyah, yaitu; ada rasa tidak ikhlas mengikuti kegiatan di pondok pesantren

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan kebangsaan (pendidikan nasional), disamping lembaga pendidikan Islam. Oleh karena itu pondok- pondok pesantren harus berusaha

Dampak Pembelajaran Online /Daring terhadap Karakter Santri Pondok Pesantren Selama masa covid 19 dan pembelajaran daring sangat berpengaruh kepada dunia pendidikan, khususnya

Guru selalu memotivasi para santri untuk tidak jenuh belajar Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Al-Hasanah Pasar Pedati Bengkulu Tengah yang selalu dimulai dengan klasikal, artinya mereka