• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Sanitasi Toilet, Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes spp dan Analisa Kandungan Jamur Candida albicans pada Air Bak Toilet Umum di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Sanitasi Toilet, Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes spp dan Analisa Kandungan Jamur Candida albicans pada Air Bak Toilet Umum di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tempat-Tempat Umum

Menurut Kepmenkes Nomor 288 tahun 2003, Sarana dan bangunan umum merupakan tempat dan atau alat yang dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan produktif secara social ekonomis. Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan.

Menurut Departemen kesehatan RI tempat-tempat umum adalah tempat kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah, swasta, perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat, mempunyai tempat dan kegiatan tetap serta memiliki fasilitas.

(2)

melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkingan penularan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya (Budiman, 2007).

Tempat umum antara lain hotel, penginapan, pasar, bioskop, tempat ibadah, tempat rekreasi, kolam renang (termasuk pemandian umum), terminal, pelabuhan, bandar udara, salon, pusat perbelanjaan dan sejenisnya (Abdullah, 2012).

Menurut Budiman (2006), Tempat-tempat umum meliputi hotel, terminal angkutan umum, pasar tradisional atau swalayan pertokoan, bioskop, salon kecantikan atau tempat pangkas rambut, panti pijat, taman hiburan, gedung pertemuan, pondok pesantren, tempat ibadah, objek wisata, dan lain-lain.

2.2 Pasar

Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya (Perpres RI 112, 2007)

Menurut Adhyzal (dalam Zafirah 2011) pasar dalam arti yang sempit adalah suatu tempat pertemuan penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli dan jasa. Dalam pengertian secara luas pasar diartikan sebagai tempat bertemunya penjual yang mempunyai kemampuan untuk menjual barang/jasa dan pembeli yang menggunakan uang untuk membeli barang dengan harga tertentu.

(3)

2.2.1 Klasifikasi Pasar

Pasar menurut sifat atau jenis barang yang diperjualbelikan disebut juga pasar konkrit. Pasar konkrit (pasar nyata) adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli yang dilakukan secara langsung. Penjual dan pembeli bertemu untuk melakukan transaksi jual beli (tawarmenawar). Barang-barang yang diperjualbelikan di pasar konkrit terdiri atas berbagai jenis barang yang ada di tempat tersebut. Contoh pasar konkrit yaitu pasar tradisional, supermarket, dan swalayan, selain itu ada juga pasar konkrit yang menjual satu jenis barang. Misalnya pasar buah hanya menjual buah-buahan, pasar hewan hanya melayani jual beli hewan, pasar sayur hanya menjual sayur-mayur (Adhyzal, 2003).

Pasar konkrit pada kenyataannya dapat dikelompokkan menjadi berbagai bentuk yaitu pasar konkrit berdasarkan manajemen pengelolaan, manajemen pelayanan, jumlah barang yang dijual, banyak sedikit barang yang dijual, dan ragam barang yang dijual (Adhyzal, 2003).

2.2.1.1Berdasarkan Manajemen Pengelolaan a. Pasar Tradisional

(4)

b. Pasar Modern

Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, dan koperasi yang dikelola secara modern. Pada umumnya pasar modern menjual barang kebutuhan sehari-hari dan barang lain yang sifatnya tahan lama. Modal usaha yang dikelola oleh pedagang jumlahnya besar. Kenyamanan berbelanja bagi pembeli sangat diutamakan. Biasanya penjual memasang label harga pada setiap barang. Contoh pasar modern yaitu plaza, supermarket, hipermart, dan shopping centre.

2.2.1.2Berdasarkan Manajemen Pelayanan. a. Pasar Swalayan (Supermarket)

Pasar swalayan (supermarket) adalah pasar yang menyediakan barang-barang kebutuhan masyarakat, pembeli bisa memilih barang-barang secara langsung dan melayani diri sendiri barang yang diinginkan. Biasanya barang-barang yang dijual barang kebutuhan sehari-hari sampai elektronik. Seperti sayuran, beras, daging, perlengkapan mandi sampai radio dan televisi.

b. Pertokoan (Shopping Centre)

Shopping centre (pertokoan) adalah bangunan pertokoan yang berderet-deret di tepi jalan. Biasanya atas peran pemerintah ditetapkan sebagai wilayah khusus pertokoan. Shopping centre berbentuk ruko yaitu perumahan dan pertokoan, sehingga dapat dijadikan tempat tinggal pemiliknya atau penyewa. c. Mall/Plaza/Supermall

(5)

masyarakat, atau koperasi. Pasar ini biasanya dilengkapi sarana hiburan, rekreasi, ruang pameran, gedung bioskop, dan seterusnya.

2.2.1.3Berdasarkan Jumlah Barang yang Dijual a. Pasar Eceran

Pasar eceran adalah tempat kegiatan atau usaha perdagangan yang menjual barang dalam partai kecil. Contoh toko-toko kelontong, pedagang kaki lima, pedagang asongan, dan sebagainya.

b. Pasar Grosir

Pasar grosir adalah tempat kegiatan/usaha perdagangan yang menjual barang dalam partai besar, misalnya lusinan, kodian, satu dos, satu karton, dan lain-lain. Pasar grosir dimiliki oleh pedagang besar dan pembelinya pedagang eceran. Contoh: pusat-pusat grosir, makro, dan sebagainya (Adhyzal, 2003). 2.3 Sanitasi

Sanitasi menurut WHO, ialah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup.

Menurut Budiman (2007), sanitasi adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia.

(6)

derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya beberapa penyakit (Depkes, 2014).

2.3.1 Sanitasi Tempat-Tempat Umum

Sanitasi tempat-tempat umum merupakan usaha untuk mengawasi kegiatan yang berlangsung di tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit, sehingga kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dapat dicegah (Fahmi, 2009).

Sanitasi tempat-tempat umum menurut Mukono (2006), merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup mendesak. Tempat umum merupakan tempat bertemunya segala macam masyarakat dengan segala penyakit yang dipunyai oleh masyarakat. Oleh sebab itu tempat umum merupakan tempat menyebarnya segala penyakit terutama penyakit yang medianya makanan, minuman, udara dan air, dengan demikian sanitasi tempat-tempat umum harus memenuhi persyaratan kesehatan dalam arti melindungi, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tempat-tempat umum harus mempunyai kriteria sebagai berikut :

1. Diperuntukkan bagi masyarakat umum, artinya masyarakat umum boleh keluar masuk ruangan tempat umum dengan membayar atau tanpa membayar.

(7)

3. Harus ada aktivitas, artinya pengelolaan dan aktivitas dari pengunjung tempat-tempat umum tersebut.

4. Harus ada fasilitas, artinya tempat-tempat umum tersebut harus sesuai dengan ramainya, harus mempunyai fasilitas tertentu yang mutlak diperlukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di tempat-tempat umum. Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola secara komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit, atau tempat layanan umum yang intensitas jumlah dan waktu kunjungannya tinggi. Tempat umum semacam itu meliputi hotel, terminal angkutan umum, pasar tradisional atau swalayan pertokoan, bioskop, salon kecantikan atau tempat pangkas rambut, panti pijat, taman hiburan, gedung pertemuan, pondok pesantren, tempat ibadah, objek wisata, dan lain-lain (Febriyanti, 2011).

2.4 Sanitasi Pasar

Syarat-syarat sanitasi pasar yakni sebagai berikut: 1. Air bersih

a. Air bersih selalu tersedia dalam jumlah yang cukup (minimal 40 liter per pedagang),

b. Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan, sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 Pasal 1 bahwa air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila dimasak,

(8)

d. Pengujian kualitas air bersih dilakukan 6 bulan sekali. 2. Kamar mandi dan toilet

a. Harus tersedia toilet yang terpisah antara laki-laki dan perempuan, yang dilengkapi dengan tanda/simbol yang jelas dengan proporsi sebagai berikut:

Tabel 2.1 Proporsi Jumlah Toilet yang Harus Tersedia di Pasar No Jumlah Pedagang Jumlah Kamar Mandi Jumlah Toilet

1 1-25 1 1

2 26-50 2 2

3 51-100 3 3

Setiap penambahan 40-100 orang harus ditambah satu kamar mandi atau satu toilet

Sumber : Kepmenkes No. 519 Tahun 2008

b. Tersedia bak dan air bersih dengan jumlah cukup dan bebas jentik, c. Toilet dengan leher angsa, dan peturasan,

d. Tersedia tempat cuci tangan dan sabun, e. Tersedia tempat sampah yang tertutup,

f. Tersedia septic tank dengan lubang peresapan yang memenuhi syarat kesehatan,

g. Letak toilet minimal 10 meter dari tempat penjualan makanan dan bahan pangan,

(9)

i. Lantai kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan, dengan kemiringan cukup

3. Pengolahan sampah

a. Setiap kios/lorong/los tersedia tempat sampah basah dan kering,

b. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah berkarat, kuat tertutup dan mudah dibersihkan,

c. Tersedia alat pengangkut sampah yang kuat dan mudah dibersihkan, d. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS) yang kuat, kedap

air, mudah dibersihkan dan mudah dijangkau,

e. TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang penular penyakit,

f. TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 meter dari bangunan pasar

g. Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam

h. Ketetapan besaran timbulan sampah untuk pasar yakni 2,5 – 3.0 L per pedagang atau petugas / hari ditiap los dan kiosnya

4. Drainase

a. Tertutup dengan kisi-kisi, terbuat dari logam dan mudah dibersihkan, b. Limbah cair mengalir lancar dan harus memenuhi baku mutu,

c. Tidak ada bangunan di atas saluran,

d. Pengujian kualitas limbah cair berkala setiap 6 bulan sekali. 5. Tempat cuci tangan

a. Lokasi mudah dijangkau,

(10)

c. Limbahnya dialirkan ke saluran pembuangan yang tertutup 6. Vektor penyakit

a. Los makanan siap saji dan bahan pangan harus bebas dari lalat, kecoa, dan tikus,

b. Angka kepadatan tikus nol,

c. Angka kepadatan kecoa maksimal 2 ekor per plate di titik pengukuran, d. Angka kepadatan lalat maksimal 30 per gril net di tempat sampah dan

drainase,

e. Container Indeks (CI) jentik nyamuk Aedes aegypti tidak melebihi 5%.

Container Indeks adalah salah satu indeks kepadatan jentik DBD sebagai

tolak ukur atau parameter untuk mengetahui populasi jentik nyamuk Aedes aegypti dengan rumus jumlah kontainer yang positif jentik dibagi

jumlah kontainer yang diperiksa dikalikan seratus persen. 7. Kualitas makanan dan bahan pangan

a. Tidak basi, Tidak mengandung bahan berbahaya,Tidak mengandung residu pestisida di atas ambang batas,

b. Kualitas makanan siap saji sesuai dengan peraturan,

c. Makanan dalam kemasan tertutup disimpan dalam suhu 4-10 ºC, d. Ikan, daging, dan olahannya disimpan dalam suhu 0 s/d 4 ºC, e. Sayur dan buah disimpan dalam suhu 10 ºC,

f. telor, susu dan olahannya disimpan dalam suhu 5-7ºC,

(11)

h. Kebersihan peralatan makanan maksimal 100 kuman per cm2 permukaan dan E-coli nol.

8. Desinfeksi Pasar

a. Dilakukan secara menyeluruh 1 hari dalam sebulan, b. Bahan desinfeksi tidak mencemari lingkungan. 2.5 Toilet

Toilet adalah fasilitas sanitasi untuk tempat buang air besar dan kecil, tempat cuci tangan dan muka (Kemenbudpar, 2004).

2.5.1 Peruntukan dan Kegunaan Toilet.

Peruntukan dan kegunaan toilet berdasarkan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata:

1. Peruntukan

Tempat untuk membuang hajat dan membersihkan badan. 2. Kegunaan

a. Utama : Ruang untuk buang ait besar dan air kecil.

b. Pendukung : Ruang penjaga toilet dan penyimpanan alat-alat untuk membersihkan toilet.

c. Lain-lain : Ruang untuk cuci tangan dan muka, mengganti pembalut wanita, mengganti popok bayi dan merapikan diri (rias, pakaian).

2.5.1.1Kelengkapan Ruang

1. Ruang untuk buang air besar (WC) : a. Kloset duduk atau jongkok.

(12)

c. Tempat sampah dan tempat sampah kuhus pembalut. 2. Ruang untuk buang air kecil :

a. Urinal.

b. Air dan perlengkapannya (tempat air/ gayung, keran, dll). 3. Ruang cuci tangan dan cuci muka (wasatafel).

a. Wasatafel dan cermin

b. Air dan Perlengkapannya (Tempat air, kran, dll) c. Ruang penjaga dan pelayanan kebersihan (janitor). d. Penggantung alat pembersih

e. Lemari/ rak simpan. f. Bak Pencuci

g. Air dan perlengkapannya (tempat air/ gayung, keran, dll). 2.5.2 Standar Minimal Hygiene Sanitasi

Apa saja yang harus ada di toilet umum dan bagaimana memeliharanya, berikut ini standar minimal yang ditetapkan oleh Asosiasi Toilet Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yaitu:

2.5.2.1Ventilasi dan Sirkulasi

(13)

2.5.2.2Tempat Sampah

Tempat sampah diletakkan di dekat tempat cuci tangan. Bahannya terbuat dari bahan kedap air dan mudah dibersihkan. Tempat sampah itu bertutup yang mudah dibuka dan tidak mengotori tangan. Tempat sampah sering dibersihkan agar tidak menjadi sarang/tempat berkembangbiaknya serangga atau binatang penular penyakit (vector). Sebaiknya ada tempat sampah khusus untuk pembalut. 2.5.2.3Penyediaan Air

Air bersih harus tersedia dengan cukup baik untuk menyiram kotoran maupun mencuci/membersihkan bagian tubuh.

2.5.2.4Pencahayaan

Sistem pencahayaan bisa menggunakan pencahayaan alami atau buatan. Pencahayaan yang baik akan menghemat energi dan meningkatkan penampilan positif toilet. Pencahayaan alami harus dimaksimalkan karena dapat membantu menciptakan suasana yng lebih lembut dan ramah.

2.5.2.5Pembuangan Limbah Cair dan Tinja

Limbah cair dan tinja toilet harus dibuang di septic tank secara komunal yang dilengkapi dengan bk resapan. Limbah dan tinja tidak boleh dibuang atau dialirkan ke sungai, danau, atau tempat terbuka lainnya.

2.5.3 Pengelolaan Toilet

Pengelolaan toilet berdasarkan standar toilet umum Indonesia yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata adalah sebagai berikut: 2.5.3.1Kebersihan Toilet

(14)

a. Toilet harus selalu dalam keadaan kering dan bersih.

b. Tersedia bahan pembersih seperti : air dan atau kertas toilet. c. Tersedia tempat sampah tertutup.

d. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus. e. Lantai mudah dibersihkan, tidak licin dan kedap air.

f. Tidak menjadi perindukan serangga. g. Dinding bersih berwarna terang.

h. Permukaan dinding yang terkena air terbuat dari bahan kedap air yang terbuat dari keramik dengan ketinggian minimal 160 cm.

i. Langit-langit bersih dan terang dengan tinggi minimal 220 cm.

j. Dapat dilengkapi dengan tanaman hias/ gerbera yang dapat menghisap racun atau bau dalam ruangan, seperti daun sri rezeki dan jenis bunga potong, misal : daun jagung, pedang-pedangan, daun mertua dan lain-lain. k. Tersedia petugas khusus untuk menjaga kebersihan toilet.

l. Tersedia peralatan dan bahan pembersih yang memadai. m.Penampungan sampah dilakukan minimal setipa hari.

2. Tersedia petunjuk/ himbauan operasional peralatan/ fasilitas toilet umum, seperti :

a. Buang sampah pada tempatnya. b. Matikan Kran setelah digunakan.

c. Bersihkan toilet kembali,karena akan dipakai orang lain. d. Gunakan kloset sesuai dengan fungsinya.

(15)

3. Rekomendasi :

a. Tersedia sabun cair pembersih dan tersedia pengering tangan. b. Suhu ruangan normal (20-27)oC.

c. Kelembaban (40-50)%. 2.5.3.2Sistem Pemakaian Air

a. Air bersih untuk cuci tangan dan pembersih perturasan dengan sistem tap (tekan).

b. Air pengelontor diguanakan agar jumlah air pengelontor yang keluar setengah atau penuh sesuai kebutuhan.

c. Kloset jongkok menggunakan air sebagai pembersih dan air sebagai pengelontor, kloset duduk menggunakan kertas tissue sebagai pembersih dan air sebagai pengelontor.

d. Perturasan menggunakan air sebagai pembersih, di setiap perturasan sisediakan kran air.

2.5.3.3Sistem Limbah Standar minimal :

1. Limbah cair dan tinja dari toilet tidak mencemari air tanah, tanah dan air permukaan.

2. Limbah cair dan tinja yang telah diolah melalui tangki septic dan saluran/ sumur resapan dapat dibuang langsung ke saluran umum atau dimanfaatkan kembali untuk air penggelontoran kloset.

(16)

sarana IPLT tidak dibuang langsung ke tanah atau pad air permukaan, tapi lokalisasikan dalam kolam lagoon.

2.5.3.4Pemeliharaan Toilet

Cara merawat toilet umum adalah dengan melakukan pembersihan secara rutin dan berkala sesuai dengan jumlah pengunjung, perawatan kloset di toilet dilakukan dengan menggunakan larutan pembersih ke dalam lubang kloset dengan menggunakan sikat tangkai. Sebelum mem-flush kloset tersebut, gunakan penutup kloset dan flush klose tersebut. Dengan cara ini maka titik-titik air kotor tidak terlontar ke atas sampai dengan 20 cm yang akan terjadi jika mem-flush sebelum menutup kloset (Kemenbudpar, 2004).

2.5.4 Syarat Toilet Pasar

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 519/MENKES/SK/VI/2008 toilet harus terpisah antara laki-laki dan perempuan, yang dilengkapi dengan tanda/simbol yang jelas dengan proporsi sebagai berikut: Tabel 2.2 Proporsi Jumlah Toilet yang Harus Tersedia di Pasar

No Jumlah Pedagang Jumlah Kamar Mandi Jumlah Toilet

1 1-25 1 1

2 26-50 2 2

3 51-100 3 3

(17)

Sumber : Kepmenkes No. 519 Tahun 2008

a. Tersedia bak dan air bersih dengan jumlah cukup dan bebas jentik, b. Toilet dengan leher angsa, dan peturasan,

c. Tersedia tempat cuci tangan dan sabun, d. Tersedia tempat sampah yang tertutup,

e. Tersedia septic tank dengan lubang peresapan yang memenuhi syarat kesehatan,

f. Letak toilet minimal 10 meter dari tempat penjualan makanan dan bahan pangan,

g. Ventilasi minimal 20% dari luas lantai,

h. Lantai kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan, dengan kemiringan cukup 2.6 Pengertian Nyamuk

Nyamuk termasuk dalam subfamili Culcinae, famili Culcidae (Nematocera: Diptera) merupakan vektor atau penular utama dari penyakit-penyakit arbovirus (demam berdarah, chikungunya, demam kuning, encephalitis, dan lain-lain), serta penyakit-penyakit nematoda (filariasis), riketsia, dan protozoa (malaria). Diseluruh dunia terdapat lebih dari 2500 spesies nyamuk meskipun sebagian besar dari spesies-spesies nyamuk ini tidak berasosiasi dengan penyakit virus (arbovirus) dan penyakit-penyakit lainnya. Jenis-jenis nyamuk yang menjadi vektor utama, biasanya adalah Aedes spp., Culex spp., Anopheles spp., dan Mansonia spp (Sembel, 2009).

(18)

Nyamuk Aedes Aegypti dikenal dengan sebutan black white mosquito atau tiger mosquito karena tubuhnya memiliki ciri yang khas yaitu adanya garis-garis dan bercak-bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam. Sedangkan yang menjadi ciri khas utamanya adalah ada dua garis lengkung yang berwarna putih keperakan di kedua sisi lateral dan dua buah garis putih sejajar di garis median dari punggungnya yang berwarna dasar hitam (lyre shaped marking).

Untuk memecahkan hambatan upaya pemberantasan nyamuk Aedes

aegypti perlu dipahami ilmu, seperti taksonomi, morfologi, ekologi, ekologi,

bionomic, siklus hidup, lingkungan hidup, hubungan Aedes aegypti dan virus Dengue, transivarial transmission, dan pengendalian vektor (Soegijanto, 2006). 2.6.1.1Taksonomi dan Morfologi

Menurut Cahaya dkk Kedudukan nyamuk Aedes aegypti dalam klasifikasi hewan adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Arthopoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Familia : Culicidae Genus : Aedes spp. Spesies : Aedes aegypti

Menurut Gillot (2005), nyamuk Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) disebut black-white mosquito, karena tubuhnya ditandai dengan pita atau garis-garis putih

(19)

bintik hitam dan putih pada badan dan kepalanya, dan juga terdapat ring putih pada bagian kakinya. Di bagian dorsal dari toraks terdapat bentuk bercak yang khas berupa dua garis sejajar di bagian tengah dan dua garis lengkung di tepinya. Bentuk abdomen nyamuk betinanya lancip pada ujungnya dan memiliki cerci yang lebih panjang dari cerci pada nyamuk-nyamuk lainnya. Ukuran tubuh nyamuk betinanya lebih besar dibandingkan nyamuk jantan (Gillot, 2005).

2.6.1.2Ekologi dan Bionomic

Tingkah laku dan aktivitas nyamuk pada saat terbang berbeda-beda menurut jenisnya. Ada nyamuk yang aktif pada waktu siang seperti Aedes aegypti dan ada yang aktif pada waktu malam seperti Anopheles. Demikian pula ada nyamuk yang aktif mengisap darah pada waktu pagi atau sore dan ada nyamuk yang aktif pada waktu malam sebelum tengah malam dan ada yang aktif pada waktu shubuh.

a. Tempat Berkembang Biak (Breeding Place)

Nyamuk-nyamuk Aedes yang aktif pada siang hari seperti Aedes aegypti dan Aedes albopictus biasanya meletakkan telur dan berbiak pada tempat-tempat

(20)

Jentik-jentik nyamuk dapat berenang naik turun di tempat-tempat penampungan air. kedua jenis nyamuk Aedes tersebut merupakan vektor utama penyakit demam berdarah(Sembel, 2009).

b. Aktifitas Menghisap Darah

Nyamuk betina membutuhkan protein untuk memproduksi telurnya. Oleh karena itu, setelah kawin nyamuk betina memerlukan darah untuk pemenuhan kebutuhan proteinnya. Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2-3 hari sekali. Nyamuk betina menghisap darah pada pagi dan sore hari dan biasanya pada jam 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 WIB. Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina sering menggigit lebih dari satu orang. Posisi menghisap darah nyamuk Aedes aegypti sejajar dengan permukaan kulit manusia. Jarak terbang nyamuk Aedes aegypti sekitar 100 meter (Depkes RI, 2004).

c. Kesukaan Beristirahat

(21)

2.6.1.3Siklus Hidup

Nyamuk Aedes Aegypti termasuk dalam kelompok serangga yang mengalami metamorfosis sempurna dengan bentuk siklus hidup berupa telur, larva (beberapa instar), pupa, dan dewasa (Sembel, 2009).

a. Telur

Nyamuk sekali bertelur 100-300 butir, nyamuk Aedes bertelur pada air yang tidak beralaskan tanah. Telur nyamuk Aedes meletakkan telur di atas permukaan air satu per satu. Telur nyamuk Aedes berbentuk oval, memanjang dan tanpa pelampung. Pada dinding tampak garis-garis seperti bentuk anyaman kain kasa. Telur dapat bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama dalam bentuk dorman. Namun, bila air cukup tersedia, telur-telur itu biasanya menetas 2-3 hari sesudah diletakkan (Cahaya, 2007).

b. Larva

(22)

berpupasi sesudah sekitar 7 hari (Sembel, 2009). Umur rata – rata pertumbuhan mulai jentik sampai kepompong berkisar 8 – 14 hari.

Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antenna tanpa duri-duri, dan alat-alat mulut tipe pengunyah (chewing). Bagian dada tampak paling besar dan terdapat bulu-bulu yang simetris. Perut tersusun atas 8 ruas. Ruas perut ke-8, ada alat untuk bernapas yang disebut corong pernapasan. Corong pernapasan tanpa duri-duri, berwarna hitam, dan ada seberkas bulu-bulu (tuft). Ruas ke-8 juga dilengkapi dengan seberkas bulu-bulu sikat (brush) di bagian ventral dan gigi-gigi sisir (comb) yang berjumlah 15-19 gigi yang tersusun dalam 1 baris. Gigi-gigi sisir dengan lekukan yang jelas membentuk gerigi. Larva ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negative, dan waktu istirahat membentuk sudut hamper tegak lurus dengan bidang permukaan air (Soegijanto, 2006).

Selama jentik-jentik yang ada di tempat-tempat perindukan tidak diberantas setiap hari, akan muncul nyamuk-nyamuk baru yang menetas dan penularan akan terulang kembali. Untuk mengetahui kepadatan vektor di suatu lokasi atau wilayah dapat dilakukan dengan cara :

1. Cara Single Larva

Survey ini dilakukan dengan mengambil ratio jentik disetiap tempat genangan air yang ditemukan jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut jenis jentiknya.

2. Cara Visual

(23)

Ukuran yang dipakai untuk menghitung kepadatan jentik Aedes sp. Menggunakan rumus sebagai berikut :

a) House index

House index merupakan persentase antara rumah dimana ditemukan jentik terhadap seluruh rumah yang diperiksa. Paling banyak dipakai untuk memantau infestasi jentik, memantau penyebaran vector, tidak dapat menggambarkan container yg positif jentik.

HI = Σ Jumlah rumah yang ditemukan jentik

Σ rumah yang diperiksa × 100%

b) Container Index

Container index adalah persentase antara container yang ditemukan jentik terhadap seluruh container yang diperiksa. Menggambarkan kontainer yang berisi air yang ada jentik.

CI = Σ Kontainer yang positif jentik

Σ kontainer yang diperiksa × 100%

c) Bretau Index

Breatau Index merupakan Jumlah kontainer positif perseratus rumah yang diperiksa

BI =Σ Kontainer yang positif jentik

rumah yang diperiksa × 100%

c. Pupa

(24)

tiga hari maka kulit pupa pecah dan nyamuk dewasa keluar serta terbang. Pupa dari nyamuk Aedes mempunyai trompet yang panjang dan ramping (Sembel, 2009).

Pupa nyamuk Aedes aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala-dada (cephalothorax) lebih besar bila dibandingkan dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca “koma”. Pada bagian punggung (dorsal) dada terdapat alat bernapas seperti terompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat pengayuh yang berguna untuk berenang. Alat pengayuh tersebut berjumbai panjang dan bulu di nomor 7 pada ruas ke-8 tidak bercabang. Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya lebih lincah bila diingkan dengan larva. Waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang permukaan air (Soegijanto, 2006).

d. Dewasa

Nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa berhenti sejenak di atas permukaan air untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap-sayapnya dan sesudah mampu mengembangkan sayapnya, nyamuk dewasa terbang mencari makan. Bentuk palpi pada betina nyamuk Aedes lebih pendek dari proboscis dan palpi pada jantan lebih panjang dari proboscis. Sayap berwarna hitam dengan badan dan kaki berbercak putih. Dalam keadaan istirahat, bentuk dewasa dari Aedes hinggap dalam keadaan sejajar dengan permukaan (Sembel, 2009).

2.7 Candida albicans

Candida albicans merupakan jamur yang biasanya tumbuh pada kulit dan

(25)

perubahan dalam lingkungan tubuh pH yang memungkinkan untuk tumbuh lebih dari kontrol (Suprihatin, 1982).

Pada manusia, Candida albicans sering ditemukan di dalam mulut, feses, kulit dan di bawah kuku orang sehat. Candida albicans dapat membentuk blastospora dan hifa, baik dalam biakan maupun dalam tubuh. Bentuk jamur di dalam tubuh dianggap dapat dihubungkan dengan sifat jamur, yaitu sebagai saproba tanpa menyebabkan kelainan atau sebagai parasit patogen yang menyebabkan kelainan dalam jaringan. Dalam kondisi normal, kehadiran Candida

albicans dalam tubuh manusia tidak menimbulkan gangguan apapun. Gangguan

hanya akan muncul apabila keseimbangan populasi flora normal ini mengalami perubahan (Tjampakasari, 2006).

Meskipun telah ditemukan lebih dari 100 spesies Candida tetapi hanya beberapa spesies Candida yang menyebabkan infeksi pada manusia. Candida albicans merupakan spesies yang paling sering diisolasi dari berbagai spesimen

klinik. Isolat yang terbanyak berasal dari mukosa (90-100%), dari darah sekitar 50-75% dan yang terbanyak adalah Candida albicans, Candida glabrata, Candida parapsilosis dan Candida tropicalis (Kumala, 2006).

Penyebab utama kandidiasis adalah Candida albicans. Menurut Lodder 1970, Taksonomi Candida adalah sebagai berikut :

Kingdom : Fungi Imperfecti atau Deutromycota Filum : Ascomycota

(26)

Familia : Saccharomycetaceae Genus : Candida

Spesies : Candida albicans 2.7.1 Karakteristik dan Morfologi

Semua jenis candida merupakan sel ragi yang berbentuk oval (3-5µm) dengan blastokonidia dan pseudohifa (pseudohyphae). Candida albicans dapat membentuk germ tubes dan klamidokonidia teminal. Pada pemerikasaan histopatologi, semua spesies Candida tidak memberikan hasil yang baik dengan perwarnaan GMS dan Gridley. Pada kultur, umumnya semua Candida spp membentuk koloni halus yang berwarna putih susu dan terbentuk seperti kubah (Kumala, 2006).

Candida albicans dapat ditemukan baik dalam bentuk ragi maupun dalam

bentuk hifa semu, tergantung kondisi lingkungannya. Bila dibiak pada suhu 37ºC, Candida albicansI akan membentuk sel ragi, sedangkan bila dibiak pada suhu

30ºC, Candida albicans akan memebntuk hifa semu.

(27)

Candida albicans dibiakan pada media Sabaroud Glukosa Agar selama 2-4

hari pada suhu 37° C atau suhu ruang akan tampak koloni berbentuk bulat, warna krem, diameter 1-2 mm, konsistensi “smooth”, mengkilat, bau seperti ragi. Besar koloni tergantung pada umur biakan, tepi koloni terlihat hifa semu sebagai benang-benang halus yang masuk ke dalam media, pada media cair biasanya tumbuh pada dasar tabung (Dumilah., 1992).

2.7.2 Epidemiologi

Berbagai Candida spp. terdapat sebagai kolonisasi terutama disaluran cerna tubuh manusia dan hewan berdarah panas. Candida spp. juga sebagai komensal di vagina, uretra, kulit, dan kuku. Di samping itu jamur kandida terdapat di alam di seluruh dunia. Candida albicans merupakan jamur yang dominan menyebabkan infeksi pada saluran kemih, genital, kulit, dan mulut. Selain itu Candida albicans dan Candida parapsilosis sering menyebabkan infeksi didarah

pada anak-anak (Kumala, 2006).

Umumnya Candida albicans hidup secara komensal antara lain dalam rongga mulut, saluran pencernaa, dan alat genital. Infeksi terjadi bila terdapat ketidakseimbangan antara mikroorganisme penyebab Candida albicans dan daya tahan tubuh seseorang, baik karena virulensi dan jumlah jamur yang meningkat ataupun karena daya tahan tubuh seseorang yang menurun.

2.7.3 Penyakit yang Disebabkan Candida albicans

(28)

superfisial dan kandidiasis kulit yang menyebar secara hematogen ke berbagai organ seperti hepar, lien, ginjal, jantung dan otak dengan kematian sekitar 50%. Candida albicans akan menyerang organ tubuh (Kumala, 2006) seperti :

a. Kandidiasis kulit, sering mengenai sela-sela jari kaki atau tangan dengan faktor predisposisi kaki atau tangan yang selalu basah atau lembab. Gejala yang timbul terutama rasa gatal dan kulit maserasi. Pada bayi yang popoknya selalu basah karena kurang perawatan akan timbul diaper rash yaitu lesi kemerahan pada bokong. Pada orang dewasa, infeksi kandida sering pada daerah inguinal dan lipatan payudara. Lesi berupa kemerahan disertai rasa gatal, biasanya sering pada penderita diabetes melitus dan orang gemuk.

b. Kandidiasis mukosa, dikenal sebagai oral thrush yang terbatas pada sekitar orofaring. Terdapat pseudomembran di lidah yang bila disentuh/dikerok mudah berdarah. Pada wanita sering menimbulkan kandidiasis vaginitis yang disertai fluor albus (keputihan).

(29)

d. Kandidiasis pada saluran kemih, sering tanpa gejala. Penyebaran secara hematogen sampai ke organ ginjal dapat mengakibatkan abses ginjal, nekrosis pipilari ginjal dan timbul fungus ball pada ureter atau di pelvis ginjal. Pemeriksaan urin untuk membantu diagnosisnya.

e. Kandidiasis peritonitis, sering pada penderita peritonial dialisis kronis dan pada penderita setelah operasi saluran cerna.

f. Hematogen kandidiasis (fungemia), gejalanya bisa akut atau kronis, disertai demam, peningkatan kadar alkali fosfatase darah dan terjadi lesi yang multipel pada hepar dan lien.

g. Kandidiasis susunan saraf pusat, terjadi melalui penyebaran secara hematogen, atau akibat tindakan bedah saraf. Gejalanya seperti meningitis bakterial.

h. Kandidiasis jantung, akibat penyebaran hematogen menyebabkan kelainan pada katup jantung buatan, katup yang cacat, miokard, ruang perikardial. Gejala klinis mirip dengan gejala endokarditis bakterialis, terdapat demam, murmur dan sering terjadi emboli.

i. Kandidiasis mata, terjadi akibat penyebaran hematogen. Timbul gejala korioretinitis dan endoptalmitis. Sehingga pada penderita kandidemia harus memeriksakan matanya secara teratur.

(30)

Meskipun kandidiasis hematogen merupakan infeksi endogen dari saluran cerna, tetapi dapat juga disebabkan kontaminasi dari kateter. Jamur masuk ke dalam kuman kateter dan membentuk biofilm yang dapat menyebar ke dalam sirkulasi darah sebagai sumber endogen.

2.8 Tes Sabouraud Dekstrose

Medium yang biasa dipakai untuk pembiakan jamur ialah agar dekstrosa sabouraud dengan atau tanpa antibiotik. Antibiotik ditambahkan untuk menekan

bakteri yang terdapat bersama jamur di dalam bahan klinis. Medium dapat juga ditambah antidion untuk menekan jamur pencemar yang mungkin ada di dalam bahan, yang dapat menggangu pertumbuhan Candida. Biakan diperam pada suhu kamar (25oC-30oC). biasanya sesudah 3 hari telah tampak koloni Candida sebesar kepala jarum pentul, 1-2 hari berikutnya koloni itu telah dapat dilihat dengan jelas. Koloni Candida yang berwarna putih kekekuningan, muncul diatas permukaan medium, mempunyai permukaan yang pada permulaan halus dan licin serta agak keriput. Bau ragi adalah khas (Suprihatin, 1982).

Koloni yang tumbuh pada pembiakan adalah koloni ragi. Untuk penentuan species Candida albicans, koloni yang tumbuh dibiakan kembali dalam biakan murni agar terapung murni dengan tween 80 sebanyak 1%. Di dalam media murni ini bila tumbuh dapat dilihat adalanya klamidospora (Siregar, 2004).

Cara untuk mengidentifikasi Candida albicans (Suprihatin, 1982) 1. Untuk menumbuhkan klamidospora:

(31)

dibubuhi aquadest untuk mempertahankan kelembaban. Pemeriksaan dilakukan sesudah 24-28 jam untuk melihat klamidospora. Sediaan ini dapat diawetkan dengan diberi laptophenol cotton blue.

b. Agar tajin dan tween 80 (1%) dengan cara sama dengan a. c. Agar dengan 0,1% glukosa dengan cara sama dengan a. d. Agar dengan empedu sapi.

2. Pembentukan kecambah dengan bahan mengandung faktor protein, misalnya putih telur, serum atau plasma.

Caranya:

a. 0,5 ml serum atau bahan lainnya dimasukkan ke dalam tabung dan dibubuhi seujung jarum biakan murni, dalam penangas goyang (37oC, 1,5-2 jam), diperiksa akan adanya kecambah di bawah mikroskop. Cara ini mungkin cepat kering bila ruangan tidak cukup lembab.

b. Setetes serum atau bahan lainnya pada sebuah gelas sediaan dibubuhi sedikit biakan murni, dicampur, diberi gelas tutup dan dimasukan ruang lembab (37oC, 1,5-2 jam), diperiksa akan adanya kecambah di bawah mikroskop. 3. Determinasi cara Weld (1952)

Biakan murni ditanam tipis pasa permukaan medium agar eosin metilen biru (EMB), yang dimasukan ke dalam tabung dengan CO2 tinggi (tabung lilin),

suhu 37oC untuk 24-48 jam, diperiksakan pertumbuhan jamur membentuk koloni seperti kaki laba-laba atau pohon cemara.

(32)

berdasarkan hasil dengan 2 cara atau lebih. Bila pada biakan hanya tumbuh berapa koloni maka mungkin jamur bukan penyebab kelainan yang ada. Jumlah yang dianggap dapat dihubungkan dengan kemungkinan jamur penyebab kelainan adalah ± 103 ml. jumlah jamur yang ditemukan tidak dapat dihubungkan dengan berat ringannya kelainan yang ada.

2.9 Kerangka Konsep

Gambar 1 Kerangka Konsep Sanitasi Toilet Pasar Tradisional

- Pemisahan toilet - Bak dan air bersih - Jamban

(33)

Gambar

Tabel 2.1 Proporsi Jumlah Toilet yang Harus Tersedia di Pasar
Tabel 2.2 Proporsi Jumlah Toilet yang Harus Tersedia di Pasar
Gambar 1 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini, didapatkan skor untuk kategori fokus operasi 34 poin dari 85 poin, dan kategori hasil produk dan proses 18 poin dari 120 poin.Pendekatan

Oleh itu, satu tinjauan akan dijalankan mengenai pengetahuan keselamatan bengkel, sikap dan amalan yang positif terhadap aspek keselamatan di dalam bengkel ke atas

Tujuan dari PPTTG bagi masyarakat di kelurahan Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat ini adalah memberikan pendampingan dalam pengelolaan budidaya ikan lele yang

Meskipun pemerintah tidak mengharuskan perusahaan menyusun laporan keuangan yang berbeda dalam menyusun laba kena pajak, akan tetapi perusahaan harus melakukan rekonsiliasi

[r]

Proses pendangkalan setiap tahun di lepas pantai muara sungai Mahakam tersebut telah berlangsung lama, dan boleh jadi kondisi ini sangat berkaitan dengan

[r]

Penelitian ini berjudul ”Pengaruh Kualitas Pelayanan, Nilai Pelanggan, dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan PT.. Ultra Disc Cabang