Pesisir Delta Mahakam Dan Delta Berau Menuju Puncak Kehancuran
Penulis Artikel Puslitbang Geologi Kelautan Delyuzar Ilahude
Delta Mahakam dan Berau dipilih sebagai objek penelitian karena daerah ini sangat kaya akan sumber daya alamnya. Di samping itu, delta Mahakam seluas 5 ribu meter persegi ini hanya memiliki jumlah penduduk yang relatif sedikit. Tingkat kerusakan di darat maupun di daerah pesisir yang dialaminya juga sangat khas. Oleh sebab itu perkembangan delta tersebut memerlukan kajian khusus dan terpadu dari beberapa institusi yang tergabung dalam Indonesian Consortium On Coastal and Marine Research (IComar).
Kerusakan daerah pesisir dan indikasi perkembangan Delta Sungai Mahakam dan Berau ke arah lepas pantai, erat sekali hubungannya dengan kegiatan di daratan Kalimantan timur terutama eksploitasi kayu secara liar (illegal loging) dan penebangan hutan mangrove di daerah pesisir yang makin lama tidak terkontrol.
Delta Mahakam dan Berau dipilih sebagai objek penelitian karena daerah ini sangat kaya akan sumber daya alamnya. Di samping itu, delta Mahakam seluas 5 ribu meter persegi ini hanya memiliki jumlah penduduk yang relatif sedikit. Tingkat kerusakan di darat maupun di daerah pesisir yang dialaminya juga sangat khas. Oleh sebab itu perkembangan delta tersebut memerlukan kajian khusus dan terpadu dari beberapa institusi yang tergabung dalam Indonesian Consortium On Coastal and Marine Research (IComar).
Kerusakan daerah pesisir dan indikasi perkembangan Delta Sungai Mahakam dan Berau ke arah lepas pantai, erat sekali hubungannya dengan kegiatan di daratan Kalimantan timur terutama eksploitasi kayu secara liar (illegal loging) dan penebangan hutan mangrove di daerah pesisir yang makin lama tidak terkontrol.
Secara visual perkembangan Delta Mahakam ini relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan perkembangan Delta Berau yang berada di bagian atasnya (Gambar 1).
Hal ini dapat ditunjukkan dari luas daerah pertumbuhan Delta Mahakam yang relatif besar terutama terlihat pada saat surut serta dari beberapa data contoh sedimen yang diperoleh . Proses pendangkalan setiap tahun di lepas pantai muara sungai Mahakam tersebut telah berlangsung lama, dan boleh jadi kondisi ini sangat berkaitan dengan perubahan secara periodik antara gaya arus menjelang surut ke arah lepas pantai yang bermuatan sedimen, dan gaya arus balik saat pasang dari lepas pantai ke arah hulu sungai yang mengalami stagnant di daerah hilir yang lambat laun melahirkan endapan delta di muara sungai dan membentuk dataran pasang-surut (tidal flat) yang sangat luas. Kondisi ini agak berbeda dengan di perairan Delta Berau yang nota bene belum secepat proses pendangkalan yang terjadi di muara sungai Mahakam. Demikian juga tingkat kekeruhan air di perairan Delta Berau masih relatif rendah dari pada di perairan Delta Mahakam. Namun lambat laun jika kondisi ini tidak diperhatikan maka kasus di delta Mahakam akan menghujam kawasan Delta Berau.
Penelitian dengan metode geofisika dan geologi di kawasan Delta Mahakam dan Berau ini sangat penting terutama untuk mengetahui arah perkembangan endapan delta, serta dilain pihak untuk mengetahui potensi sumberdaya mineral di daerah tersebut. Potensi sumberdaya mineral ini antara lain adalah berupa emas dan bahan galian lainnya yang terkonsentrasi ke arah lepas pantai muara Delta Mahakam dan Berau. Kegiatan eksplorasi bahan galian logam di daerah ini saat ini umumnya terkonsentrasi di daratan Kalimantan, sedangkan ke arah lepas pantai lebih ke arah pengeboran minyak dan gas oleh pihak swasta. Sebagian sumur hasil pengeboran migas di kawasan ini telah berproduksi
Demikian juga di perairan Delta Berau, kegiatan eksplorasi umumnya di daratan Kalimantan, akan tetapi di lepas pantai muara sungai Berau belum terlihat pemandangan kegiatan pemboran minyak dan gas seperti yang dijumpai di perairan Delta Mahakam. Sehingga potensi pariwisata di kawasan lepas pantai muara sungai Berau masih cukup terjaga seperti pulau Derawan, Sangalaki, Maratua dan pulau-pulau lain di sekitarnya. Keberadaan populasi terumbu karang di sekitar pulau-pulau kecil di bagian timur laut lepas pantai Berau itu walaupun saat ini dalam kondisi memprihatinkan, namun hal ini menjadi indikator bahwa perairan ini masih relatif kecil pencemarannya jika dibandingkan dengan pencemaran di lepas pantai muara Mahakam.
Bagaimana proses terbentuknya delta Mahakam
Delta Mahakam
merupakan
suatu kawasan yang terdiri dari beberapa pulau yang terbentuk akibat
adanya endapan di muara dengan Jika dilihat dari angkasa, kawasan delta
sungai ini berbentuk menyerupai bentuk kipas. Kawasan Delta Mahakam
memiliki luas sekitar 150.000 hektar (termasuk wilayah perairan). Namun jika
dihitung luas wilayah daratan saja, luas kawasan ini mencapai kurang lebih
100.000 ha. Secara administratif, kawasan delta sungai mahakam berada
dalam wilayah kabupaten kutai kertanegara tepatnya berada di Kecamatan
kutai kertanegara Kawasan Delta Mahakam merupakan wilayah yang kaya
akan sumber daya alam, terutama minyak bumi dan gas alam (migas).
Cadangan terbesar terdapat di lapangan Peciko dan Tunu yang kini
dieksploitasi perusahaan migas multinasional asal prancis yaitu total
indonesia
Delta Mahakam terbentuk dari hasil sedimentasi Sungai Mahakam, sebuah
sungai terpanjang di Kalimatan Timur, selama ribuan tahun. Luas datarannya
adalah sekitar 1700 km2 yang terbagi menjadi 4 zona vegetasi, yaitu: hutan
tanaman keras tropis dataran rendah, hutan campuran tanaman keras dan
palma dataran rendah, hutan rawa nipah dan hutan bakau (Gambar 1). Dua
zona vegetasi yang terakhir, karena penyebarannya tergantung pada
keberadaan air laut, seringkali disebut bersama-sama sebagai
hutan
mangrove
, dan menutupi 60% luas dataran delta. Sistem perakaran
hutan mangrove yang kokoh mampu menahan empasan ombak dan
mencegah abrasi pantai, membuatnya berfungsi sebagai zona penyangga
(
buffer zone
).
Delta Mahakam
1.1 Sedimentologi Delta Mahakam
Gambar 1.1 Peta Kawasan Delta Mahakam
Delta Mahakam terbentuk pada muara Sungai Mahakam yang terletak di pantai timur Pulau Kalimantan, antara 0°20' LS dan 117°40' LT. Delta ini terbentuk pada tahap akhir transgresi Holosen selama 5000 sampai dengan 7000 tahun yang lalu. Selama waktu itu delta telah berkembang maju (progradasi) dan membentuk sistem delta yang melingkupi daerah seluas ± 5000 km²,termasuk 1000 km² delta plain.
Delta Mahakam adalah daerah dimana terdapat beberapa lapangan minyak besar, yang tersusun oleh rangkaian endapan deltaik Miosen. Allen, (1987) telah melakukan penelitian atau studi terhadap delta Mahakam modern, karena delta Mahakam modern mempunyai karateristik yang hampir sama
dengan delta Mahakam Miosen sehingga dapat memberikan gambaran pembentukan reservoar batupasir Miosen di daerah ini.
Dalam pembentukan suatu delta, akan berkembang pola-pola morfologi yang masing –masing merupakan produk lingkungan pengendapan yang berbeda. Komponen morfologi delta antara lain delta plain, delta front, dan prodelta. Tiga proses pokok yang mengontrol pembentukan delta yaitu proses fluvial, tidal dan gelombang air laut. Berdasarkan ketiga parameter ini, delta Mahakam yang merupakan delta dengan pengaruh proses fluvial dan tidal yang relatif sama atau seimbang, termasuk dalam tipe fluvial – tide delta.
1.2
Delta Mahakam Miosen
Delta Mahakam Miosen telah mengalami beberapa fase pengisian sedimen. Pada kala Oligosen di daerah ini mulai mengendapkan sekuen trangresif berupa marine shale.Pada Miosen Tengah sampai Pliosen terjadi pengendapan sedimen delta sampai fluvial dengan tebal lebih dari 5000 meter dengan pola pengendapan sekuen regresif. Rangkaian deltaik disusun oleh beberapa siklus delta dengan ketebalan masing - masing siklus berkisar antara 30 – 80 meter. Siklus ini disusun oleh endapan delta berupa batubara dan endapan transgresif berupa marine shale, yang ditutupi oleh serpih podelta. Kemudian diatasnya diendapkan endapan regresif yang terdiri dari batupasir mouth bar dan serpih pasiran, batupasir distributary channel, splays,serpih organik dan batubara. Puncak siklus ditandai dengan lapisan batubara yang relatif tebal, ditutupi oleh marine shale atau endapan karbonat yang menunjukkan aktivitas tektonik regional atau peristiwa kenaikan muka air laut global.
Selama Miosen Tengah sampaai Pliosen terbentuk rangkaian lipatan berarah timur laut – barat daya sepanjang pantai Kalimantan Timur dan di lepas pantainya. Pembentukan lipatan ini terjadi bersaman dengan pengendapan sedimmen dari arah barat. Analisa fasies dari batuan inti(core rock) menunjukkan bahwa delta Mahakam dipengaruhi oleh sistem fluvial dan tidaldengan tidak adanya pengaruh gelombang air laut. Sifat –sifat umum morfologi dan sedimentologi delta Mahakam Miosen menunjukkan kesamaan dengan delta Mahakam modern (Alle,1987).
Lumpur deltaik yang kaya akan bahan organik di delta front dan prodelta serta serpih organik dan batubara di delta plain merupakan batuan induk bagi pembentukan hidrokarbon yang terperangkap pada antiklin. Reservoar utama di cekungan delta Mahakam terdapat pada batupasir distributary channel di delta palain dan mouth bar di delta front.
1.3 Delta Mahakam Modern
Delta Mahakam modern terletak di muara Sungai Mahakam, pantai timur Kalimantan. Delta ini merupakan delta Holosen yang berprogradasi di atas permukaan endapan transgresif Holosen sejak
5000 – 7000 tahun yang lalu, dan telah mencakup daerah hampir seluas 5000 km², dengan tebal sedimen sekuen regresif delta antara 50 –70 meter (Allen,1987).
Delta Mahakam modern menunjukkan morfologi berbentuk kipas asimetris, yang terbentuk akibat pengaruh campuran dua sistem, yaitu antar sistem fluvial dan tidal. Delta Mahakam modern berprogradasi di atas permukan endapan transgresif Holosen, membentuk pola sedimen regresif yang ukuran butirnya mengkasar keatas (coarsening upward), tersusun atas pengendapan sedimen prodelta, delta front dan delta plain yang vertikal sebagai progradasi ke arah laut. Batas luar prodelta berada pada kedalaman 70 meter dan delta front terletak pada kedalaman 0 – 10 meter dari muka air laut. Alur – alur (channel) pada delta plainmembentuk pola percabangan sungai ke laut, menggerus vegetasi pada delta plain sampai delta front dengan kedalaman sekitar 20 meter.
1.4 Delta Mahakam Kini
Delta Mahakam merupakan sebuah entitas ekosistem yang khas dengan potensi sumber daya alam yang sangat besar serta tekanan sistem sosial ekonomi yang sangat intensif. Sebagai sebuah komunitas, Delta Mahakam dengan desa-desa yang ada memiliki cakupan konsentrasi tertentu sebagai area-focus dan masalah pokok tertentu di area tersebut sebagai problem-focus, yaitu hamparan yang memiliki karakteristik wilayah dan masalah tertentu.
Gambar 1.2 Industri Migas di Delta Mahakam
Dalam perkembangannya, Kawasan Delta Mahakam banyak dimanfaatkan dalam melakukan berbagai aktifitas penunjang kehidupan. Pengembangan wilayah Delta Mahakam sebagai permukiman, areal industri migas, juga pemanfaatan potensi sumberdaya alam, pemanfaatan potensi sumber daya mineral, minyak bumi serta kawasan mangrove. Penelitian mengenai potensi endapan kuarter di dataran delta ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui sifat fisik endapannya dan aplikasinya dalam berbagai kepentingan.
Ekosistem hutan mangrove di Delta Mahakam dikenal sebagai salah satu ekosistem yang penting dalam satu siklus kehidupan bagi manusia dan lingkungannya. Di Delta Mahakam diperkirakan terdapat hutan mangrove seluas 150.000 ha dari 950.000 ha luas hutan mangrove yang ada di Kalimantan Timur. Kawasan hutan mangrove ini menjadi penting karena hamparannya yang cukup luas dan potensi perikanan serta kandungan minyak buminya. Selain mengemban fungsi ekologis, yaitu sebagai stabilisator lingkungan, kawasan hutan mangrove ini juga mengemban fungsi sosial ekonomi bagi kehidupan masyarakat.
Sekarang ini situasi di kawasan Delta Mahakam semakin memprihatinkan. Terjadinya perusakan lingkungan oleh berbagai macam aktivitas telah berdampak pada abrasi, erosi dan menurunnya kualitas air, menurunnya produktivitas tambak udang serta menurunnya potensi alam (migas). Adanya pemahaman bahwa kepentingan ekonomi jauh lebih dominan daripada kepentingan ekosistem dan belum menyatu dan sejalannya persepsi para pemangku kepentingan atas kawasan Delta Mahakam disadari juga semakin memperparah permasalahan kawasan Delta Mahakam.
Gambar 1.3 Kerusakan Hutan Mangrove di Delta Mahakam
Saat ini diketahui bahwa luas hutan mangrove di Delta Mahakam terus menyusut dan diperkirakan tinggal sekitar 30.000. ha. Itu artinya bahwa 80% dari kawasan tersebut telah berubah fungsi (Santoso, 2000). Menurut Zuhair (1998) perubahan atau degradasi mangrove yang terjadi di Delta Mahakam terutama disebabkan oleh pembukaan untuk pembangunan jalan pipa oleh perusahaan minyak dan untuk pembuatan tambak udang, serta eksploitasi kayu untuk berbagai kepentingan.Tentu
saja perubahan drastis ini telah membawa perubahan-perubahan yang berdampak luas terhadap masa depan kawasan Delta Mahakam sendiri. Diantaranya terhadap kelangsungan hidup masyarakat yang selama ini bergantung kepada Delta Mahakam, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai contoh bahwa saat ini telah terjadi penurunan produktivitas dari tambak yang ada serta adanya indikasi kuat menurunnya hasil perikanan di sekitar Muara Mahakam. Selain itu, bila masyarakat nelayan ingin menangkap ikan harus menempuh jarak layar yang lebih jauh dari sebelumnya. Dampak lainnya adalah intrusi air laut makin mendekati kota Samarinda terutama bila musim kemarau dan kondisi air yang makin keruh sehingga membutuhkan perlakuan yang lebih mahal untuk mendapatkan kualitas air bersih.
Kerusakan kawasan konservasi Delta Mahakam kian memprihatinkan akibat pembukaan lahan tambak yang tak terkendali dan tidak ramah lingkungan sehingga berimbas pada abrasi pantai dan menurunnya produksi tambak nelayan.
Penurunan produktivitas tambak nelayan itu akibat hilangnya kawasan hutan mangrove yang selama ini menjadi termpat berkembang biaknya berbagai jenis ikan dan udang serta bertahannya
kualitas air.
Hingga kini kerusakan kawasan Delta Mahakam mencapai 95.000 ha atau 87,96 % dari total luas kawasan tersebut sekitar 152.400 ha.
Kerusakan kawasan Delta Mahakam sangat parah sejak 1996, karena terjadi pembukaan lahan tambak besar-besaran oleh masyarakat seiring dengan meningkatnya harga udang di pasar dunia. Kegiatan masyarakat itu seakan tidak terbendung sehingga meninggalkan berbagai kerusakaan sangat memprihatinkan, karena selain hilangnya sebagian besar hutan mangrove juga terjadi abrasi pantai yang menyebabkan pendangkalan Sungai Mahakam.
Guna menyelamatan kawasan Delta Mahakam di daerah itu memprogramkan penanaman satu juta mangrove. Selain itu juga melarang kegiatan alat berat untuk membuka atau perluasan lahan tambak di kawasan tersebut serta menyiapkan dana rehabilitasi yang cukup signifikan yakni pada 2007 mencapai Rp4,45 miliar.
Akibat pembukaan tambak yang tidak ramah lingkungan sejak 1996 laju kerusakan Delta Mahakam sangat tinggi yakni mencapai 1,4 juta Km2 setiap tahun. Padahal sebelumnya laju kerusakan hanya 0,13 Km2.
Dalam rentang kurun waktu 12 tahun terakhir, tambak udang di Delta Mahakam telah berkembang pesat dan menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat setempat dengan konsekwensi resiko berupa pengrusakan lebih dari 50.000 hektar hutan bakau dan tegakan nipah. Selain itu, budidaya udang adalah suatu kegiatan yang sangat menguntungkan, namun sangat merusak bagi lingkungan, khususnya di wilayah Delta sungai yang rawan, setidaknya seperti yang telah terjadi di berbagai penjuru dunia. Jika budidaya udang dirancang dengan pendekatan untuk jangka pendek, maka
budidaya ini akan menjadi kegiatan yang paling merusak (lingkungan). Seperti telah banyak diketahui, siklus ledakan dan limpahan produksi udang secara besar-besaran, biasanya akan mengakibatkan hancurnya produksi itu sendiri.
Dampak yang dirasakan saat ini oleh masyarakat setempat yang juga para pekerja dan atau pemilik tambak udang di sekitar Delta Mahakam adalah sulitnya memperoleh air bersih, karena pencemaran limbah tambak dan abrasi dan erosi yang serius dari air laut. Siklus kebutuhan air bersih ini tidak saja mengganggu keberlanjutan produksi tambak udang namun juga untuk kehidupan masyarakat lokal sehari-hari. Sehingga prediksi kerugian jangka panjang adalah penurunan produk dan produktivitas (daya saing) dari hasil produksi tambak udang, tercemarnya lingkungan hidup dan tidak tersedianya secara pasti air bersih bagi kehidupan masyarakat lokal sehari-hari.
Keseimbangan dari sistem ekologi di Delta Mahakam saat ini telah mengakibatkan kerusakan: seperti mutu air menurun, penyakit berkembang di tambak-tambak udang, tingkat keasinan arus hulu meningkat, kehidupan organik terganggu, keasaman meningkat. Air segar bakau dan hutan, pelindung utama bagian hulu Delta telah tercemar. Akibatnya keuntungan budidaya udang menurun, karena limbah dari kegiatan tambak tidak dapat diserap sehingga menyebabkan tingginya tingkat kematian udang. Hal ini mengurangi manfaat ekonomi kegiatan tersebut dan mengancam mata pencaharian masyarakat yang hampir mutlak tergantung pada hasil tambak. Selain itu, pembuangan air kotor dan akses terhadap air bersih dari Delta telah secara nyata turut menjadi faktor penyebab sejumlah konflik sosial, selain faktor konflik penggunaan tanah, penguasaan hak-hak atas tanah, pencemaran di Delta , merosotnya produktivitas ekologi dan perebutan pengaruh dan sumberdaya ekonomi yang mengancam sistem pendukung kehidupan (life support system).
Kondisi sosial ekonomi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya yang didominasi oleh sekelompok masyarakat turut menjadi faktor yang memberikan kontribusi atas permasalahan di Delta Mahakam. Budidaya tambak udang di Delta Mahakam merupakan mata pencaharian utama bagi lebih dari 50.000 jiwa masyarakat lokal di 29 desa, dan saat ini budidaya tambak udang telah berkembang dari usaha keluarga secara tradisional menuju sebuah industri budidaya udang semi modern yang melibatkan partisipasi pihak swasta (investor) untuk mobilisasi permodalan, sumber daya alam, lahan produksi, sumber daya manusia dan tekonologi. Yang sekarang menjadi problema utama adalah ketidakberdayaan masyarakat setempat dalam meraih akses ekonomi, dibandingkan dengan juragan tambak (punggawa) dan pengguna sumber daya lainnya. Peran para pemodal lokal (punggawa) dalam berperan menjadi patron para petambak dalam hal memberikan akses modal, sarana produksi, ketrampilan, dan akses pasar. Intinya memperpendek mata rantai ekonomi yang menggurita.
Perkembangan budidaya tambak udang yang semakin maju ditunjang oleh faktor utama yaitu eksploitasi daya guna dan daya dukung lahan sebagai strategi untuk menambah kapasitas produksi, untuk dapat memenuhi kekuatan permintaan (Market Supply) dan perluasan pasar (Demand Market) dengan tujuan mengejar keuntungan besar dalam waktu singkat. Namun strategi ini tidak
diiringi pemahaman atau kurangnya perhatian terhadap keseimbangan ekologi seperti tidak terkendalinya pembabatan/pembukaan hutan lindung dan rusaknya mangrove yang berfungsi untuk penanggulangan erosi dan abrasi air laut.
http://widiastuti-nur-farida.blogspot.com/2012/12/delta-mahakam_30.html
Mengenal Lebih Dekat Tentang
Delta Mahakam
Delta Mahakam (wikimapia.org)
Delta Mahakam
merupakan salah satu contoh wilayah
dari Selat Makassar yang dibawa oleh tenaga pasut saat
pasang. Sungai Mahakam adalah salah satu sungai terbesar di
Indonesia yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur yang
bermuara di Selat Makassar. Bahan dasar dari daratan berupa
bahan padat atau cair yang dibawa oleh air hujan melalui
sungai dan seterusnya ke muara atau ke perairan pantai
berasal dari lokasi yang lebih tinggi. Berdasarkan pengamatan
megaskopis, sedimen permukaan daerah Delta Mahakam terdiri
atas lempung, lempung pasiran, pasir lempungan, lumpur
pasiran, pasir, lumpur dan kerikil (Ranawijaya,dkk.2000).
Persebaran material sedimen Delta Mahakam (Ranawijaya dkk,2000)
Menurut Storm drr (2005), Delta Mahakam merupakan tipe
delta yang didominasi oleh proses pasang-surut dan
gelombang laut yang berlokasi di tepian Cekungan Kutai,
Kalimantan Timur dan mempunyai runtunan stratigrafi deltaik
pantai (coastal deltaic) berumur Miosen hingga Holosen.
Stratigrafi paparan berumur Kuarter di mana Sungai Mahakam
berprogradasi menunjukan
dominasi
perulangan
sedimen karbonat
paparan
dan
endapan
delta
silisiklastik sebagai respon dari adanya perubahan muka
air laut. Endapan paparan ini telah dipengaruhi oleh arus laut
yang kuat dari Selat Makassar berarah utara-selatan. Roberts
(2001) menunjukan bahwa sedimen prodelta Holosen Delta
Mahakam telah dibatasi menjadi paparan bagian dalam (inner
shelf) di sektor bagian utara, sedangkan di sektor
bagian tengah merupakan delta front namun dibelokan ke arah
selatan membentuk massa fasies prodelta yang luas. Paparan
bagian tengah-luar didominasi oleh topografi tanggul,
berupa individu bioherm (Halimeda) dan agregat.
Penelitian Crumeyrolle dan Renaud (2003) menunjukan adanya
relif tanggul di lepas pantai Delta Mahakam yang terkadang
membentuk bidang
erosi
dengan
topografi
yang
bervariasi antara
10
–
30
m
(rata-rata
20
m).
Tanggultanggul (diapirism) ini membentuk Halimeda lumpur
terigenik yang kaya akan biota laut dan hidup pada permukaan
transgresif perairan yang jernih. Bioherm (Halimeda) paparan
bagian dalam secara perlahan terkubur oleh sedimen Delta
Mahakam kala Holosen. Di bawah permukaan transgresif
Plistosen-Holosen, endapan sedimen menandakan tahapan
masa sistem susut laut yang terdiri dari jaringan fluvial, isian
gerusan lembah alluvium (channel fill), dataran delta agradasi
dan endapan paparan serta kipas delta progradasi.
Tatanan Tektonik Daerah Mahakam
Tatanan tektonik cekungan kutai dapat diringkas sebagai
berikut
(Gambar
3.1.2).
• Awal Synrift (Paleosen ke Awal Eosen): Sedimen tahap ini
terdiri dari sedimen aluvial mengisi topografi NE-SW dan
NNE-SSW hasil dari trend rifting di Cekungan Kutai darat. Mereka
menimpa di atas basemen kompresi Kapur akhir sampai awal
Tersier
berupa
laut
dalam
sekuen.
• Akhir Synrift (Tengah sampai Akhir Eosen): Selama periode
ini, sebuah transgresi besar terjadi di Cekungan Kutai,
sebagian terkait dengan rifting di Selat Makassar, dan
terakumulasinya
shale
bathial
sisipan
sand.
• Awal Postrift (Oligosen ke Awal Miosen): Selama periode ini,
kondisi bathial terus mendominasi dan beberapa ribu meter
didominasi oleh akumulasi shale. Di daerah structural shallow
area
platform
karbonat
berkembang
• Akhir Postrift (Miosen Tengah ke Kuarter): Dari Miosen
Tengah dan seterusnya sequence delta prograded secara major
berkembang terus ke laut dalam Selat Makassar, membentuk
sequence Delta Mahakam, yang merupakan bagian utama
pembawa hidrokarbon pada cekungan. Berbagai jenis
pengendapan delta on
– dan offshore berkembang pada
formasi Balikpapan dan Kampungbaru, termasuk juga fasies
slope laut dalam dan fasies dasar cekungan. Dan juga hadir
batuan induk dan reservoir yang sangat baik dengan
interbedded sealing shale. Setelah periode ini, proses erosi
ulang sangat besar terjadi pada bagian sekuen Kutai synrift.
Tektonik Delta Mahakam
Model
Pengendapan
Delta
Mahakam
Delta merupakan garis pantai yang menjorok ke laut, terbentuk
oleh adanya sedimentasi sungai yang memasuki laut, danau
atau laguna dan pasokan sedimen lebih besar daripada
kemampuan pendistribusian kembali oleh proses yang ada
pada cekungan pengendapan (Elliot, 1986 dalam Allen, 1997)
Menurut Boggs, 1987 (Dalam Allen, 1998), delta diartikan
sebagai suatu endapan yang terbentuk oleh proses sedimentasi
fluvial yang memasuki tubuh air yang tenang (Gambar 4.3.2).
Dataran delta menunjukkan daerah di belakang garis pantai
dan dataran delta bagian atas (Upper Delta Plain) didominasi
oleh proses sungai dan dapat dibedakan oleh pengaruh laut
terutama penggenangan tidal. Delta terbentuk karena adanya
suplai material sedimentasi dari sistem fluvial. Ketika sungai
–
sungai pada sistem fluvial tersebut, terbentuk pula morfologi
delta yang khas dan dapat dikenali pada setiap sistem yang
ada. Morfologi delta secara umum terdiri dari tiga yaitu : delta
plain, delta front dan prodelta
Potensi Hidrocarbon Daerah Delta Mahakam
Pembahasan pengelolaan Delta Mahakam oleh Perusahaan
asing sedang hangat saat ini, hal ini tak lain karena potensi gas
dan minyak sangat tinggi didaerah ini. Delta Mahakam dan
sekitarnya mempunyai potensi batubara yang relatif berukuran
antara lignit sampai bituminous, punya potensi tinggi dalam
minyak, gas dan Kondensat.
Grafik Produksi Perusahaan Asing dalam Pengelolaan Di Delta Mahakam