• Tidak ada hasil yang ditemukan

AZMI YULIANA UNIVERSITAS AL WASHLIYAH MEDAN ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AZMI YULIANA UNIVERSITAS AL WASHLIYAH MEDAN ABSTRACT"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

176

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS IV SD NEGERI 066044 KECAMATAN MEDAN HELVETIA KOTA MEDAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING THINK PAIR SHARE

AZMI YULIANA

UNIVERSITAS AL WASHLIYAH MEDAN

ABSTRACT

This research aims to improve the student’s ability for completing hiatus paragraphs and student activities. Research is classroom action research with the number 37 students. The instruments used is the test of hiatus paragraph, observation of student activity. Analysis of the data to see an increase the ability of narrative writing, and student activity have Ms. Excel Program. The results showed that peer tutoring learning model can improve the ability for completing the hiatus paragraphs. Cycle I obtained an average value of 71.38. The number of students who scored 65 (category enough) were 29 students from 37 students who take the test, or the level of mastery learning students is 78.38%. Cycle II obtained average value 80.71. The number of students who earn a minimum category "sufficient" (minimum value of 65.0) were 31 students of the 37 students who take the test, or the level of students' ability to complete the hiatus paragraph is 83.78%. Of the 16 indicators of student activity in the first cycle, there are 4 (four) or indicators (25%) met the indicators of success measures. But on the second cycle, all indicators have met the indicators of success. The model of learning peer tutor may be an alternative for teachers in presenting lessons on the material of hiatus paragraph completing.

Keywords : Writing Skills, Cooperative Learning Think Pair Share

PENDAHULUAN

Peningkatan kualitas sumber daya manusia terus diupayakan melalui perbaikan sistem kurikulum dan evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengadaan dan pengembangan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus kepada faktor input pendidikan saja, tetapi juga harus memperhatikan faktor proses pendidikan. Salah satu faktor penyebab rendahnya kualitas pendidikan adalah proses pembelajaran belum sesuai dengan keberagaman siswa. Selama proses pembelajaran, kebanyakan guru belum memberdayakan seluruh potensi siswanya. Hal inilah yang menyebabkan sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk setiap mata pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, mulai tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi adalah Bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi dalam bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan. Selanjutnya peneliti sekaligus guru kelas yang melakukan pembelajaran bahasa indonesia di kelas IV SD Negeri 066044 Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan perlu menjelaskan bahwa aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung terkesan pasif. Siswa cenderung diam, dan beberapa siswa yang lain melakukan aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran seperti ribut dalam kelas, mengganggu teman dan sebagainya. Fokus pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centered), bukan berpusat kepada siswa (student centred dimana siswa hanya menerima apa yang diberikan guru tanpa melalui aktivitas dan partisipasi siswa yang berarti. Sejalan dengan permasalahan di atas, pengamatan dan pengalaman peneliti pada siswa kelas IV SD Negeri 066044 Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan menunjukkan bahwa kemampuan menulis siswa pada materi menulis pantun adalah rendah. Sebagai contoh ketika siswa diminta menyelesaikan membuat pantun seperti di bawah ini :

(2)

177

Selesaikanlah Pantun Di Bawah Ini

... ... Jika kita malas belajar

Niscaya akan jadi bodoh

... ...

Mari kawan kita bermain Menghilangkan rasa penat dan lelah. ...

... Patuhi selalu nasihat ibu

Kelak hidupmu akan bahagia.

Banyak siswa belum mampu membuat kalimat dalam baris dan sampiran pantun. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum memahami cara menulis pantun. Siswa tidak terlatih menulis. Ketidakmampuan siswa dalam menulis pantun dapat dilihat dari ulangan harian Bahasa Indonesia siswa pada materi menulis pantun, dengan nilai rata-rata 57,28. Terdapat 2 orang yang memiliki kemampuan tinggi, 8 orang yang memiliki kemampuan cukup, 10 orang yang memiliki kemampuan rendah, 4 orang yang memiliki kemampuan sangat rendah. Jumlah siswa yang mencapai nilai sesuai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yakni 65 adalah 10 orang siswa (41,67%) dari 24 orang siswa yang mengikuti ujian. Untuk lebih jelasnya dapat dicermati diagram nilai ulangan harian Bahasa Indonesia siswa pada materi menulis pantun berikut :

Nilai Ulangan Harian Bahasa Indonesia Siswa pada Materi Menulis Pantun

Gambar 1.1 Nilai Ulangan Harian Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD Negeri 066044 Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan pada Materi Menulis Pantun

Untuk mengatasi masalah di atas, salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan pada kelas IV SD Negeri 066044 Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan adalah model pembelajaran Cooperative Learning Think Pair Share dengan menerapkan aspek-aspeknya yang dimulai dari tahap berpikir (think), berpasangan (pair) dan berbagi (share). Pada tahap awal, siswa diberi kesempatan untuk memikirkan kalimat sederhana apa yang akan dituliskan pada bagian sampiran dan baris pantun. Berdasarkan hal inilah peneliti yakin bahwa dengan penerapan pembelajaran Cooperative Learning Think Pair Share, kemampuan menulis pantun siswa kelas IV SD Negeri 066044 Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan dapat meningkat. Hal ini juga sesuai dengan yang dinyatakan Ibrahim (2000:7) bahwa “Strategi pembelajaran kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar”. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang ”Peningkatan Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas IV SD Negeri 066044 Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan dengan Menggunakan Model

(3)

178

KAJIAN PUSTAKA Kemampuan Menulis

Secara sederhana kemampuan dapat didefinisikan sebagai suatu kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan yang dimiliki seseorang untuk melakukan aktivitas (Poerwanto, 2009:37). Kemampuan yang dimiliki seseorang tersebut dapat dikembangkan melalui latihan dan belajar secara terus-menerus dan dilakukan secara optimal (Sigit, 2003:24). Kemampuan dapat didefinisikan sebagai sebuah keterampilan yang dimiliki seseorang berdasarkan hasil pengalaman, pendidikan, dan pelatihan yang ia lakukan. Keterampilan yang dimiliki seseorang menunjukan kapasitasnya terhadap sesuatu. Dalam konteks ini, Robbins (1991:86) menyatakan bahwa kemampuan adalah kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam pekerjaan. Artinya, kemampuan merupakan kecakapan seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Secara sederhana menulis dapat didefinisikan sebagai kegiatan mencurahkan pikiran dan atau perasaan ke dalam tulisan (Suriamiharja, dkk., 1996:1). Melalui tulisan seseorang dapat mengungkapkan banyak hal yang terkadang tidak dapat diungkapkan secara lisan. Untuk itu, keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar (Aritonang, 2006: 72). Dari uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kemampuan menulis adalah keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk mencurahkan pikiran dan perasaan berdasarkan pengalaman dan pengamatannya untuk dikomuniksikan kepada orang lain melalui tulisan.

Menulis Pantun

Pantun merupakan salah satu jenis karya sastra Melayu Lama yang berbentuk puisi yang terikat oleh jumlah baris dalam satu bait (Zainuddin, 1981:45). Pantun juga merupakan salah satu peninggalan masyarakat Melayu. Pada zaman dahulu, pantun diciptakan untuk berbagai tujuan, antara lain menyampaikan nasihat, menyatakan rasa sayang, ajaran budi pekerti dan moral, untuk kepentingan sosial, serta untuk hiburan/kejenakaan semata. Sebagai jenis puisi lama, pantun memiliki kata-kata yang khas. Kekhasan kata-kata dalam pantun ditunjukkan melalui penggunaan kata-katanya, ungkapan pengarang, serta kemerduan bunyinya karena pilihan bunyi akhir yang teratur. Pantun melatih seseorang berpikir tentang makna kata sebelum berujar. Pantun juga melatih orang berpikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata lain. Pantun terdiri atas dua bagian, yaitu bagian sampiran dan isi. Hal yang dipentingkan dalam menulis pantun adalah mementingkan keindahan bahasa, pemadatan makna kata, dan bentuk penulisannya berbait-bait. Salah satu keindahan bahasa dalam sebuah pantun ditandai oleh rima a – b – a – b. Jika menulis sebuah pantun dengan baik, hendaknya memerhatikan syarat-syarat pantun berikut :

a. Satu bait terdiri atas empat baris.

b. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan bait ketiga dan keempat merupakan isi. c. Setiap baris terdiri atas 8 – 12 suku kata. d. Rima akhir berpola a – b – a – b.

Berikut ini rima akhir contoh pantun :

Asam pauh dari seberang (a) Dimuat di dalam peti (b) Badan jauh di rantau orang (a) Kalau sakit siapa mengobati (b) Berdasarkan isinya, pantun terdiri atas tiga jenis :

a. Pantun anak-anak, terdiri atas pantun teka-teki dan pantun jenaka.

b. Pantun remaja, terdiri atas pantun perkenalan, pantun berkasih-kasihan, dan pantun perpisahan. c. Pantun orang tua, terdiri atas pantun adat, pantun agama, dan pantun nasihat.

Pantun terdiri dari 4 baris kalimat. dua baris pertama di sebut sampiran, dua baris selanjutnya adalah isi (pesan yang akan disampaikan). Sampiran berfungsi untuk membuat irama pantun. Kalimat pertama memberi irama untuk irama kalimat ke-3, kalimat ke 2 memberi irama ke kalimat ke-4. Di akhir kata setiap kalimat pantun harus memiliki pola ABAB, tetapi ada kala orang membuatnya dengan pola AAAA. pola resminya adalah ABAB. Contoh : berakit rakit ke hulu –> u=(A) berenang renang ke tepian –> n=(B) bersakit sakit dahulu –> u=(A) bersenang senang kemudian –> n=(B)

Dari uraian di atas, perlu dijelaskan bahwa materi pantun yang akan diajarkan dalam penelitian ini adalah pantun anak. Beberapa indikator penilaian dalam penulisan pantun: (1) kesesuaian dengan syarat pantun dari segi bentuk (Tiap bait terdiri atas 4 baris, tiap baris terdiri atas 8 s.d. 12 suku kata, persajakan abab); (2) kesesuaian dengan syarat pantun dari segi isi (baris 1,2 berisi sampiran dan baris 3,4 adalah isi); (3) Kemenarikan isi pantun; (4) Ketepatan penulisan ejaan dan tanda baca.

(4)

179

Pendekatan Pembelajaran Kooperatif

Pendekatan kooperatif ini adalah sebagai alternatif pilihan dalam mengisi kelemahan kompetisi, yakni hanya sebagian siswa saja yang akan bertambah pintar, sementara yang lainnya semakin tenggelam dalam ketidaktahuannya (Isjoni, 2009:18). Dalam belajar kooperatif, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru (Slavin, 1995:55). Siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Menurut Johnson, (1994:17) cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Cooperative learning membutuhkan perhatian khusus pada penggunaan ruang kelas, dan perabot yang mudah dipindahkan. Ada dua cara penggunaan ruang selama cooperative learning yaitu cluster seating dan swing seating. Cluster-Seating Arrangement, Klaster tempat duduk yang terdiri atas empat klaster atau enam klaster dalam satu kelas, seperti yang diilustrasikan dalam Gambar 2.1 dibawah ini, berguna untuk cooperative learning dan tugas-tugas kelompok kecil lainnya. Bila penataan klaster digunakan, siswa mungkin harus mengubah posisi tempat duduknya untuk ceramah dan demonstrasi sedemikian sehingga semua siswa akan menghadap kearah guru.

Gambar 2.1. Cluster-Seating Arrangement

Gambar 2.2. Swing-Seating Arrangement .Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share

Think-Pair-Share (TPS) pertama kali dikembangkan oleh Lyman pada tahun 1981. Resiko dalam pembelajaran TPS relatif rendah dan struktur pembelajaran kolaboratif pendek, sehingga sangat ideal bagi guru dan siswa yang baru belajar kolaboratif. TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota). TPS memiliki prosedur belajar yang terdiri atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Namun, tahapan TPS dimasukkan sebagai tahapan review setelah siswa bekerja dalam tim. Adapaun siklus regular pembelajaran yang dimaksud adalah: (1) tahapan Pembelajaran; (2) tahapan belajar tim; (3) tahapan TPS; (4) tahapan penilaian; dan (5) tahapan rekognisi/ penghargaan. Dalam TPS, guru menantang dengan pertanyaan terbuka dan memberi siswa setengah sampai satu menit untuk memikirkan pertanyaan itu. Hal ini penting karena memberikan kesempatan siswa untuk mulai merumuskan jawaban dengan mengambil

(5)

180

informasi dari memori jangka panjang. Siswa kemudian berpasangan dengan satu anggota kelompok kolaboratif atau tetangga yang duduk di dekatnya dan mendiskusikan ide-ide mereka tentang pertanyaan selama beberapa menit. Guru dalam hal ini dapat mengatur pasangan yang tidak sekelompok untuk menciptakan variasi gaya gaya belajar bagi siswa. Howard (Nurhadi dkk, 2003:66), memberikan stressing terhadap sebuah pilihan yang dapat diperhatikan pada struktur TPS ini, yaitu guru dapat menetapkan respon awal sebelum step 4. Misalnya, terima kasih atas sharingnya, satu hal saya telah pelajari dengan mendengarkan kamu …, saya senang mendengarkan kamu sebab ... Dalam Pembelajaran kooperatif TPS otak yang berbeda memungkinkan untuk berkonsentrasi pada ide-ide yang sama. Semua siswa berasal dari orang tua yang berbeda dan karena itu mereka memiliki kekuatan dalam bidang yang berbeda, sehingga hal ini cocok untuk pembelajaran kooperatif. Dari uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Cooperative Learning Think Pair Share adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, dimana siswa dapat berpikir (think) atas permasalahan (soal) yang diberikan oleh guru sebagai langkah awal pembelajaran. Selanjutnya siswa mencari pasangan (pair) sesama teman sebangku atau siswa yang lain untuk berdiskusi dan saling membagi (share) antara satu sama lain.

Langkah-Langkah Pembelajaran Koperatif TPS

Dalam Implementasinya secara teknis Howard (Nurhadi dkk, 2003) mengemukakan tiga langkah (step) utama dalam pembelajaran dengan teknik TPS, sebagai berikut :

Langkah 1 – Berpikir (Thinking): Guru mengajukan pertanyaan tentang pantun, misalnya baris, isi, dan sampiran pantun. Siswa diberi waktu satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut.

Langkah 2 – Berpasangan (Pairing): Selanjutnya guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Pada langkah ini, siswa dengan pasangannya dapat bertukar pikiran mengenai baris, isi, dan sampiran pantun. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu soal khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

Langkah 3 – Berbagi (Sharing): Pada langkah terakhir ini, guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan tentang materi pantun, bagaimana cara menulis baris, isi, dan sampiran pantun. Langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau setengah dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

Tabel 2.2. Sintaks Model Pembelajaran Koopereatif TPS

Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, dan memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran.

Siswa mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru.

Fase 2

Berpikir (Thinking) Mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran. Berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut. Fase 3

Berpasangan (Pairing)

Meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Biasanya guru

mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

Membentuk pasangan sesuai dengan perintah guru dan berdiskusi bersama pasangannya. Fase 4

Berbagi (Sharing) Meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan.

Berdiskusi dan bekerjasama dengan pasangan yang lain

(6)

181

Model ini dirancang untuk menggabungkan insentif motivasional dari penghargaan kelompok dengan program pembelajaran individual yang cocok dengan tingkatan yang dimiliki oleh siswa. Siswa dikelompokkan kedalam empat atau lima orang secara heterogen. Setiap siswa mengerjakan soal-soal sesuai dengan kemampuan masing-masing. Artinya, dalam suatu tim bisa saja si A mngerjakan soal 1, si B mengerjakan soal 2 atau sebaliknya. para siswa mengikuti rangkaian kegiatan yang teratur, mulai dari membaca lembar pembelajaran, mengerjakan lembar kerja, memeriksa apakah dia telah menguasai keterampilan dan mengikuti tes.

Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Koperatif TPS

Suatu Pembelajaran akan bisa disebut berjalan dan berhasil secara baik manakala mampu mengubah peserta didik dalam arti luas serta mampu menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar sehingga pengalaman yang diperoleh selama ia terlibat dalam proses pembelajaran akan dapat dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan pribadinya. Mengerjakan bahasa Indonesia mengandung makna aktivitas guru mengatur kelas sebaik – baiknya dan menciptakan kondisi yang kondusif sehingga siswa dapat belajar bahasa Indonesia. Aktifnya siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri – ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Semua ciri perilaku tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan dari segi hasil. Dalam proses belajar mengajar, siswa berperan lebih aktif. Siswa berperan sebagai subjek yang berinteraksi bukan hanya dengan guru tetapi dengan sesama siswa, buku-buku serta media lainnya (Ibrahim, 2000:57).Dengan demikian dalam pembelajaran siswa diharapkan aktif mencari, menyelidiki, merumuskan, menguji, membuktikan, mengaplikasikan, menjelaskan dan memberikan interpretasi terhadap apa yang dipelajari. Semua hal tersebut diperoleh siswa dengan mengumpulkan dan mempergunakan informasi baru untuk mengubah, melengkapi atau menyempurnakan pemahaman yang tertanam sebelumnya dan dengan memanfaatkan keleluasaan yang diberikan untuk melakukan eksperimen- eksperimen. Indikator/aspek yang diamati pada aktivitas siswa saat proses pembelajaran koperatif Think Pair Share (TPS) berikut ini :

Tabel 2.3. Indikator/Aspek Yang Diamati Pada Aktivitas Siswa No. Indikator/Aspek Yang Dinilai

1 2 3

Tahap Think (Berpikir)

Memahami masalah (soal) yang diberikan oleh guru sebagai langkah awal pembelajaran

Mencari informasi (bertanya kepada guru) hal-hal yang kurang dipahami Memecahkan masalah

1 2 3

Tahap Pair (Berpasangan)

Interaksi siswa dengan pasangan diskusi

Penyampaian ide/argumen kepada guru bersama-sama Mengidentifikasi masalah dengan pasangan diskusi 1

2 3

Tahap Share (Berbagi)

Berbagi dan bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan

Laporan hasil kerjasama kepada guru sebagai rasa tanggung jawab individu/kelompok Final tes

Kerangka Konseptual

Salah satu model pembelajaran koperatif yang perlu diterapkan pada kelas yang bermasalah (kelas IV SD) adalah pembelajaran koperatif Think Pair Share. Karena hasil observasi awal menunjukkan bahwa: 1) nilai siswa khususnya materi menulis pantun rendah, 2) kemampun siswa menulis pantun rendah, 3) minat siswa untuk belajar pantun rendah, dan 4) aktivitas belajar siswa juga rendah. Hal ini dapat diperbaiki dengan menerapkan karakteristik model pembelajaran kooperatif TPS yang dimulai dengan: 1) tahap berpikir, siswa diberi kesempatan untuk memahami konsep menulis pantun sebagai langkah awal pembelajaran; 2) tahap berpasangan, para siswa memiliki kesempatan untuk saling bertukar pikiran dengan

(7)

182

teman sebangku tentang hal-hal yang belum dipahami terkait menulis pantun, sehingga pada tahap ini terjadi tutor sebaya, dan 3) tahap berbagi, pada tahap ini siswa membentuk kelompok belajar yang dibimbing oleh guru untuk membahas materi menulis pantun.

METODE PENELITIAN Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada semester II kelas IV SD Negeri No. 066044 Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. Penelitian ini akan dilakukan selama 5 (lima) minggu yakni bulan Februari s/d Maret 2012. Penetapan jadwal penelitian disesuaikan dengan jadwal yang ditetapkan oleh kepala sekolah, dimana waktu belajar mata pelajaran bahasa Indonesia disediakan. 5 (lima) jam pelajaran dan 1 (satu) jam pelajaran dilaksanakan selama 35 (tiga puluh lima) menit.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research), yang bertujuan memperbaiki kualitas proses dan kemampuan menulis siswa dengan model Cooperative Learning Think Pair Share.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri No. 066044 Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan dengan jumlah siswa 24 orang. Adapun alasan peneliti memilih kelas ini karena berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti bahwa hasil ulangan harian bahasa Indonesia khususnya menulis rendah. Selanjutnya peneliti ingin memberikan pengalaman yang berbeda kepada siswa kelas IV SD Negeri No. 066044 Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan yang selama ini pembelajaran selalu dilakukan dengan metode konvensional dimana pembelajaran selalu berfokus kepada guru. Dengan demikian perlu adanya suatu tindakan untuk perbaikan pembelajaran di kelas tersebut.

Objek Penelitian

Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaraan di kelas IV SD Negeri 066044 Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. Variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik incar untuk menjawab subjek dan objek penelitian di atas berupa (1) kemampuan menulis siswa; dan (2) aktivitas siswa

Desain Penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), maka penelitian ini memiliki 4 (empat) tahap pelaksanaan untuk tiap-tiap siklus, yaitu: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap observasi, dan (4) tahap refleksi yang dapat digambarkan seperti berikut ini :

Plan Reflective Action/Observation Revised Plan Reflective Action/Observation

(8)

183

Dalam pelaksanaannya, peneliti mendesain penelitian berdasarkan hasil observasi kelas, hasil pencapaian prestasi siswa kelas IV terutama pada mata pelajaran bahasa Indonesia, konsultasi, dan masukan-masukan dari guru lain. Peneliti akan melaksanakan pembelajaran sesuai desain dan prosedur penelitian. Selanjutnya kolaborator akan menjadi observer dalam penerapan tindakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini, antara lain adalah tes dan observasi.

Tes Kemampuan Menulis Pantun

Tes digunakan untuk mengumpulkan data yang sifatnya mengevaluasi hasil dan mengukur suatu proses. Tes dilakukan setiap akhir tindakan dengan maksud untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Tes yang digunakan adalah tes tertulis berbentuk melengkapi pantun sebanyak 6 butir soal dan menulis pantun sebanyak 2 buah. Rubrik penilaian kemampuan menulis pantun disusun sebagai berikut :

Tabel 3.1 Rubrik Penilaian Kemampuan Menulis Pantun

Aspek Skor Diskriptor Kategori Skor Max.

1. Kesesuaian dengan syarat pantun dari segi bentuk (tiap bait terdiri atas 4 baris, tiap baris terdiri atas 8 s.d 12 suku kata, persajakan abab)

15 – 30 10 – 14 0 – 9

Sesuai dengan semua syarat pantun dari segi

bentuk

Hanya sesuai dengan 2- 3 syarat pantun dari segi bentuk

Tidak sesuai dengan semua syarat pantun dari segi bentuk

Baik Sedang

Kurang

30

2. Kesesuaian dengan syarat pantun dari segi isi (baris 1,2 berisi sampiran dan baris3,4 adalah isi

15 – 25 10 – 14 0 – 9

Sesuai dengan semua syarat pantun dari segi

isi

Hanya sesuai dengan 2- 3 syarat pantun dari segi isi

Tidak sesuai dengan semua syarat pantun dari segi isi

Baik Sedang Kurang 25 3. Kemenarikan isi pantun 15 – 20 10 – 14 0 – 9

Isi bermakna dan bervariasi Isi bermakna namun kurang bervariasi

Isi tidak bermakna dan tidak bervariasi Baik Sedang Kurang 20 4. Ketepatan penulisan ejaan dan tanda baca

15 – 25 10 – 14 0 – 9

Tidak ada kesalahan penulisan ejaan dan tanda baca

Ada beberapa kesalahan penulisan ejaan dan tanda baca (2-3 kesalahan)

Banyak kesalahan penulisan ejaan dan tanda baca (lebih dari 3 kesalahan) Baik Sedang Kurang 25 Total 100

Data tes kemampuan menulis pantun menggunakan statistik deskriptif untuk pedoman penilaian menulis pantun. Pedoman penilaian menggunakan skala 5 yang berpedoman pada acuan relatif.

(9)

184

Tabel 3.2. Pedoman Penilaian Menulis Pantun dengan Skala 5 No. Kualifikasi Nilai Patokan Nilai

1. 2. 3.

Sangat tinggi

Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah 90 – 100 80 – 89 65 – 79 Sumber : Nurkancana (1986:53) Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan di kelas selama kegiatan pembelajaran. Kegiatan yang diamati meliputi akivitas siswa dalam pembelajaran. Observasi dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah disusun untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang dikehendaki. Sebagaimana yang diharapkan dalam penelitian ini, agar terjadi perbaikan praktek pembelajaran aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran koperatif Think Pair Share pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Pengamatan dilakukan oleh Ibu Marince Sitohang, S.Pd selaku observer. Pengamatan terhadap proses pembelajaran dan aktivitas siswa bukan hanya terfokus pada pelaksanaan model pembelajaran koperatif Think Pair Share saja, tetapi dilihat juga dari kegiatan awal dan kegiatan akhir. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir merupakan kegiatan yang terintegrasi, karena saling mempunyai keterkaitan.

Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Data hasil penelitian yang sudah terkumpul kemudian dianalisis sebagai berikut :

1. Data kemampuan menulis siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

a. Merekapitulasi nilai hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dan nilai hasil belajar setiap siklus yang dihitung dengan menggunakan rumus :

Nilai = x100 soal Jumlah benar yang jawaban Jumlah

b. Menghitung rata-rata nilai hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dan nilai hasil belajar setiap siklus yang dihitung dengan menggunakan rumus :

X =

n

Xi

...(Arikunto, S. 2002:264) Dimana,

X = Rata-rata hasil belajar xi = Data hasil belajar n = Banyak data

2. Data hasil observasi aktivitas belajar siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Nilai = x100 maksimal Skor diperoleh yang Skor

...(Arikunto, S. 2002:183)

3. Data tentang ketuntasan belajar yang telah dicapai oleh siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus : P =

x

100

N

S

...(Arikunto, S. 2002:236) Keterangan :

P = Persentase ketuntasan belajar

S = Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar N = Jumlah siswa

(10)

185

Indikator Keberhasilan Tindakan

Rencana tindakan dikatakan sukses dan berhasil apabila ditandai dengan :

1. Kemampuan menulis pantun siswa meningkat dengan nilai rata-rata minimal 65 dan secara klasikal siswa yang memperoleh nilai minimal 65 sebanyak 80%.

2. Nilai rata-rata aktivitas belajar siswa untuk setiap indikator penilaian ≥ 65.

Dalam penelitian ini nantinya, keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan penelitian bergantung pada hasil refleksi yang dilakukan pada akhir setiap siklus penelitian. Apabila hasil refleksi terhadap siklus tertentu menunjukkan bahwa tindakan tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan tindakan, maka penelitian berhenti. Tetapi jika hasil refleksi menunjukkan bahwa tindakan tersebut belum mencapai indikator keberhasilan tindakan, maka penelitian tindakan akan dilanjutkan ke siklus berikutnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perencanaan

Pelaksanaan tindakan dimulai dari perencanaan. Kegiatan perencanaan ini mulai dari mengidentifikasi masalah belajar di kelas dan menentukan tindakan perbaikan yang akan dilaksanakan, selanjutnya menyiapkan beberapa perangkat pembelajaran dan penelitian. Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran dan penelitian adalah a) menganalisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi yang ingin dicapai; b) memperkenalkan model pembelajaran kooperatif TPS yang akan digunakan kepada kolaborator peneliti sebagai observer; c) mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran kooperatif TPS dalam 3 (tiga) kali pertemuan untuk masing- masing siklus; d) mempersiapkan lembar Observasi aktivitas siswa/guru dengan model pembelajaran kooperatif TPS; e) mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya tindakan penelitian; dan f) pedoman penskoran kemampuan menulis pantun siswa.

Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Respon siswa pada pertemuan I masih kelihatan kaku. Kebiasaan siswa yang terkesan pasif selama pembelajaran masih terlihat. Belum adanya interaksi antara siswa dengan guru ataupun antara siswa yang satu dengan yang lain. Hal ini dapat dimaklumi karena pembelajaran selama ini selalu terfokus kepada guru. Pada pertemuan II siklus I, para siswa mulai dapat berinteraksi, mengemukakan pendapat serta dapat mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Adapun materi pada pertemuan II adalah “menulis pantun nasihat”. Siswa berdiskusi membahas soal-soal yang ada pada LAS yang disediakan guru. Bagi kelompok yang sudah siap, salah satu perwakilan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Respon siswa terkait proses pembelajaran sangat positip. Siswa sangat menyukai dan terlihat asyik terhadap pelajaran. Pada pertemuan III, guru memberikan tes sebagai bahan evaluasi siswa. Pada pertemuan ini para siswa disibukkan dengan menjawab beberapa pertanyaan yang dituangkan dalam bentuk esssay test dan uraian.

Observasi Siklus I

Dalam proses pengamatan ini, data diperoleh melalui beberapa cara, antara lain (1) tabel pedoman penilaian kemampuan menulis pantun siswa dan rubrik penilaian serta peningkatannya, (2) observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran model Cooperative Learning Think Pair Share, (3) observasi siswa untuk mengetahui semua perilaku atau aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dan (4) dokumentasi foto yang sangat penting sebagai laporan berupa gambaran aktivitas siswa selama penelitian. Hal ini memperkuat dan mendukung data yang lain. Semua data tersebut nantinya dijelaskan dalam bentuk deskripsi secara lengkap. Pada pertemuan I, aktivitas ini masih tergolong fasif, karena gurulah yang berperan aktif memberikan penjelasan. Saat diskusi kelompok, tidak terjadinya tutor sebaya diantara siswa. Siswa yang tahu tidak memberi penjelasan kepada siswa yang belum paham. Ini juga terlihat saat presentase hasil kerja siswa di depan kelas. Siswa belum mempresentasikan hasil kerjanya dengan baik, sedangkan siswa yang lain hanya mendengarkan/ memperhatikan penjelasan siswa tersebut tanpa ada penyampaian ide/komentar atas presentasi temannya. Hal ini akan menjadi perhatian dan bahan refleksi untuk tindak lanjut ke siklus berikutnya. Pada pertemuan II, aktivitas siswa lebih baik daripada pertemuan I. Siswa lebih aktif mencari informasi (bertanya kepada guru) hal-hal yang kurang dipahami; mengidentifikasi masalah dengan pasangan diskusi; berbagi dan bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan; laporan

(11)

186

hasil kerjasama kepada guru sebagai rasa tanggung jawab individu/kelompok; dan evaluasi telah mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian ini.

Refleksi Siklus I

Refleksi I pada siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampun menulis pantun siswa serta menganalisis permasalahan-permasalahan yang dapat dijadikan bahan tindak lanjut ke siklus II. Hasil refleksi siklus I menunjukkan bahwa pengelompokan 4 siswa dalam satu kelompok mengundang ketidakterlibatan semua siswa dalam diskusi. Alternatif perbaikan tindakan dalam siklus berikutnya adalah melibatkan observer untuk ikutserta dalam hal membimbing dan mengorganisasikan khususnya siswa-siswa yang belum aktif berdiskusi dalam kelompok belajar. Alternatif lain adalah memposisikan kelompok yang siswa- siswanya tidak aktif berdiskusi duduk di depan kelas, sehingga lebih mudah mengontrol. Hasil refleksi siklus I dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis pantun siswa memiliki nilai rata-rata 71,9. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 65 (kategori cukup) adalah 16 orang siswa dari 24 orang siswa yang mengikuti tes, atau tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 66,67%. Hal ini perlu dilanjutkan ke siklus II karena tingkat ketuntasannya belum mencapai 80% seperti yang diisyaratkan dalam keberhasilan tindakan pada penelitian ini.

Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Seperti pada siklus I, di pertemuan I siklus II ini, siswa sangat antusias menulis pantun hiburan yang disuruh guru mereka, saling bertukar pikiran dengan siswa lain, serta dapat menjalin kerjasama dalam diskusi kelompok. Terjadinya tutor sebaya diantara siswa saat diskusi. Siswa yang tahu memberi penjelasan kepada siswa yang belum paham. Ini juga terlihat saat presentase hasil kerja siswa, seperti penempelan beberapa contoh pantun hiburan di majalah dinding kelas. Biasanya hanya beberapa siswa saja yang mau menempelkan hasil karyanya di mading, namun pada pertemuan I siklus II ini hampir semua siswa menempelkan hasil karya mereka secara bergiliran. Siswa yang mempresentasikan hasil kerjanya memberikan penjelasan terhadap pantun yang ditulis di depan kelas, sehingga siswa yang lain mendengarkan/ memperhatikan penjelasan siswa tersebut. Pada siklus I, hanya beberapa kelompok yang mempresentasikan hasil kerja diskusi mereka. Namun pada pertemuan I siklus II ini seluruh kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka di depan kelas. Pertemuan II siklus II ini, seluruh siswa menikmati proses pembelajaran kooperatif TPS. Pada pertemuan ini, siswa lebih aktif mengeluarkan ide-ide, pendapat dalam suasana diskusi atau per individu. Interaksi multi arah ini dapat dilihat pada proses pembelajaran terutama ketika terjadi diskusi kelas. Agar siswa mau terlibat aktif dibutuhkan proses pembelajaran yang lebih menarik. Hasil yang diperoleh siswa diharapkan dapat dikomunikasikan kepada siswa lain, dan siswa lain diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat, bertanya, dan mengomentari pendapat teman melalui diskusi kelas.

Observasi Siklus II

Dalam proses pengamatan ini, data diperoleh melalui beberapa cara, antara lain (1) tabel pedoman penilaian kemampuan menulis pantun siswa dan rubrik penilaian serta peningkatannya setelah melakukan selama dua siklus, (2) observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran model Cooperative Learning Think Pair Share, (3) observasi siswa untuk mengetahui semua perilaku atau aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dan (4) dokumentasi foto yang sangat penting sebagai laporan berupa gambaran aktivitas siswa selama penelitian. Hal ini memperkuat dan mendukung data yang lain. Semua data tersebut nantinya dijelaskan dalam bentuk deskripsi secara lengkap. Pada pertemuan I siklus II, aktivitas siswa terlihat sangat aktif. Saat diskusi kelompok, terjadinya tutor sebaya diantara siswa. Siswa yang tahu memberi penjelasan kepada siswa yang belum paham. Ini juga terlihat saat presentase hasil kerja siswa di depan kelas. Siswa mempresentasikan hasil kerjanya dengan baik, sedangkan siswa yang lain mendengarkan/ memperhatikan penjelasan siswa tersebut dengan ada penyampaian ide/komentar atas presentasi temannya.

Refleksi Siklus II

Refleksi pada siklus II bertujuan untuk mengetahui kemampun menulis pantun siswa serta menganalisis permasalahan-permasalahan yang dapat dijadikan bahan tindak lanjut ke siklus berikutnya. Pada siklus II menunjukkan bahwa menempatkan siswa-siswa yang belum maksimal dalam diskusi kelompok pada siklus I di depan kelas akan mempermudah observer untuk mengontrol sehingga siswa lebih aktif dan lebih maksimal dalam pembelajaran. Hasil refleksi siklus II menunjukkan bahwa, tingkat kemampuan menulis pantun siswa memiliki nilai rata-rata 81,1.

(12)

187

Bila ditinjau dari nilai rata-rata, maka terdapat peningkatan dibandingkan dengan nilai rata-rata pada siklus I. Persentase peningkatan nilai rata-ratanya adalah 9,2%. Jumlah siswa yang memperoleh kategori minimal cukup (minimal nilai 65,0) adalah 21 orang siswa dari 24 siswa yang mengikuti tes, atau tingkat kemampuan menulis pantun siswa adalah 87,5%. Tingkat ketuntasan belajar untuk kemampuan menulis pantun siswa yaitu minimal 85% telah terpenuhi.. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian dihentikan pada siklus II.

Hasil Kemampuan Menulis Pantun Siswa Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I merupakan implementasi dari persiapan atau perencanaan yang disusun sebelumnya. Tindakan pada siklus ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan menulis pantun siswa. Selain itu, tindakan ini juga berusaha untuk menjadikan proses pembelajaran Model Cooperative Learning Think Pair Share berlangsung secara efektif. Secara kuantitatif, tingkat kemampuan menulis pantun siswa pada evaluasi tes I (siklus I) dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1. Tingkat Kemampuan Menulis Pantun Siswa Siklus I No. IntervalNilai Jumlah Siswa(Orang) Persentasi (%) PenilaianKategori

1 90 – 100 0 0,00 Sangat tinggi 2 80 – 89 8 33,33 Tinggi 3 65 – 79 8 33,33 Cukup 4 55 – 64 6 25,00 Rendah 5 0 – 54 2 8,34 Sangat rendah Total 24 100

Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Siklus I

Tabel 4.2. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Siklus I

No Aspek Penilaian Pertemuan RerataAspek Penilaian I II

1 Kemampuan memotivasi siswa/mengkomunikasikan ujuan pembelajaran 60 65 62,5

Kemampuan menghubungkan pelajaran saat itu dengan pelajaran sebelumnya atau membahas PR 65 70 67,5

Nilai rata-rata 62,5 67,5 65,00

2 Kemampuan mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar 60 60 60,00

Kemampuan mengarahkan dan membimbing

siswa dalam kelompok bekerja dan belajar 64 65 64,50 Kemampuan mengevaluasi hasil belajar 65 70 67,50 Kemampuan memimpin diskusi kelas/menguasai kelas 60 65 62,50 Kemampuan memberikan penghargaan 60 60 60,00

Nilai rata-rata 61,8 64 62,9

3 Kemampuan menegaskan hal-hal penting/inti sari berkaitan dengan pembelajaran 60 65 62,50

Kemampuan menyampaikan judul sub materi berikutnya/memberikan PR kepada siswa/menutup

(13)

188

Nilai rata-rata 60 67,5 63,75

4 Kemampuan mengelola waktu 60 70 65,00

5 Antusias guru 60 63 61,50

Nilai rata-rata 60 66,5 63,25

Nilai rata-rata per pertemuan 61,08 66,375 63,73

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

Tabel 4.3. Rerata Nilai Aktivitas Siswa Siklus I

No Aspek Penilaian

Pertemuan Rerata

I II PenilaianAspek

1 Memahami masalah (soal) yang diberikan oleh guru

sebagai langkah awal pembelajaran 45 60 52,5

2 Mencari informasi (bertanya kepada guru) hal-hal yang kurang dipahami 65 65 65

3 Memecahkan masalah 40 45 42,5

4 Interaksi siswa dengan pasangan diskusi 50 55 52,5

5 Penyampaian ide/argumen kepada guru bersama- sama 50 55 52,5

6 Mengidentifikasi masalah dengan pasangan diskusi 70 65 67,5 7 Berbagi dan bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan 65 65 65 8 Laporan hasil kerjasama kepada guru sebagai rasa tanggung jawab individu/kelompok 70 60 65

9 Evaluasi 67 65 66

Hasil Kemampuan Menulis Pantun Siswa Siklus II

Tabel 4.4. Tingkat Kemampuan Menulis Pantun Siswa Siklus II

No. IntervalNilai Jumlah Siswa(Orang) Persentasi (%) Kategori Penilaian

1 90 – 100 4 16,67 Sangat tinggi 2 80 – 89 14 58,33 Tinggi 3 65 – 79 3 12,50 Cukup 4 55 – 64 2 8,33 Rendah 5 0 – 54 1 4,17 Sangat rendah Total 24 100

(14)

189

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

Tabel 4.5. Rerata Aktivitas Siswa Siklus II

No Aspek Penilaian

Pertemuan Rerata

I II PenilaianAspek

1 Memahami masalah (soal) yang diberikan oleh guru

sebagai langkah awal pembelajaran 68 70 69 2 Mencari informasi (bertanya kepada guru) hal-hal yang kurang dipahami 70 70 70

3 Memecahkan masalah 75 78 76,5

4 Interaksi siswa dengan pasangan diskusi 65 80 72,5 5 Penyampaian ide/argumen kepada guru bersama-sama 70 75 72,5 6 Mengidentifikasi masalah dengan pasangan diskusi 60 80 70 7 Berbagi dan bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan 75 79 77 8 Laporan hasil kerjasama kepada guru sebagai rasa tanggung jawab individu/kelompok 76 78 77

9 Evaluasi 77 80 78,5

Nilai rata-rata per pertemuan 70,7 76,7 73,67

SIMPULAN

Berdasarkan temuan dan hasil analisis data penelitan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Penerapan pembelajaran Model Cooperative Learning Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan menulis pantun siswa. Hal ini diketahui dari nilai rata-rata kemampuan menulis pantun siswa. Nilai rata-rata pada siklus I adalah 70,5. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 65 (kategori cukup) adalah 19 orang siswa dari 30 orang siswa yang mengikuti tes, atau tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 63,33%. Nilai rata-rata pada siklus II adalah 80,3. Jumlah siswa yang memperoleh kategori minimal cukup (minimal nilai 65,0) adalah 27 orang siswa atau tingkat kemampuan menulis pantun siswa adalah 90%.

2. Penerapan pembelajaran Model Cooperative Learning Think Pair Share dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini diketahui dari setiap aspek penilaian aktivitas belajar siswa dengan nilai rata-rata > 70 sampai pada siklus II. Aktivitas pembelajaran dengan model pembelajaran CIRC sangat menarik dan menyenangkan bagi siswa sehingga memberikan motivasi dalam menulis pantun.

SARAN

Berdasarkan simpulan penelitian yang diuraikan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penerapan pembelajaran model Model Cooperative Learning Think Pair Share mampu meningkatkan kemampuan menulis pantun siswa. Temuan penelitian, hasil analisis data, perangkat pembelajaran, maupun instrumen yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam upaya peningkatan kemampuan menulis pantun pada jenjang yang berbeda ataupun mata pelajaran yang berbeda dengan penelitian ini.

2. Pembelajaran koperatif Model Cooperative Learning Think Pair Share hendaknya menuangkan masalah kontekstual dari yang paling sederhana menuju yang lebih rumit sebagai bagian pengembangan bahan ajar. Memberikan kesempatan

(15)

190

kepada siswa untuk merepresentasi dan mengaitkannya dengan konsep lain serta memuat langkah-langkah pembelajaran yang mencerminkan belajar interaktif.

3. Dalam pelaksanaan pembelajaran Model Cooperative Learning Think Pair Share hendaknya guru maupun peneliti melibatkan semua siswa berinteraksi secara positif, diawali dari mengeksplorasi, kemudian merepresentasi dan mengkomunikasikan kepada seluruh anggota kelas.

4. Subjek pada penelitian ini terbatas pada siswa SD, untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran koperatif Model Cooperative Learning Think Pair Share dalam meningkatkan kemampuan menulis pantun pada siswa lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Bandung: Bumi Aksara. Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Chaplin. 2000. Dictionary of Psychology. 2nd Edition. New York. Dell Publishing Company.

Daftar Kumpulan Nilai SDN 066044 Medan Helvetia TP 2012/2013.

Darmadi, Kasman. Bahasa Indonesia. Kelas IV SD. Penerbit: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya.

Dick, W. dan L. Carey. 1990. The Systematic Design of Instruction. 3rd edition. Florida: Harper Collins Pub.ishers. Hutabalian & Pangaribuan. 2002. Buku Membaca. Medan: Universitas Negeri Medan.

Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA-University Press.

Jurnal Amiruddin. 2010. Penggunaan Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Prestasi, Motivasi, dan Kreativitas Siswa.

Jurnal Maizora. 2008. Peningkatan Keaktifan Belajar Menulis Siswa pada Pembelajaran Kontekstual dengan Tutor Sebaya di SMPN II Bengkulu.

Jurnal Suyuti. 2011. Sistem Pembelajaran Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Kemampuan mengarang pada siswa SMPN 1 Marioriwawo Kabupaten Soppeng.

Nurcholis, Hanif. Saya Senang Belajar Berbahasa Indonesia .Kelas V SD. Penerbit: Erlangga. Nurcholis, Hanif. Saya Senang Belajar Berbahasa Indonesia. Kelas V SD. Penerbit: Erlangga. Poerwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Saleh, Muntasir. 2003. Pengajaran Terprogram . Jakarta : C.V. Rajawali.

Gambar

Gambar 1.1 Nilai  Ulangan  Harian  Bahasa  Indonesia  Siswa Kelas  IV  SD Negeri  066044 Kecamatan Medan  Helvetia  Kota Medan pada Materi Menulis Pantun
Gambar 2.1. Cluster-Seating Arrangement
Tabel 2.2. Sintaks Model Pembelajaran Koopereatif TPS
Tabel 2.3. Indikator/Aspek Yang Diamati Pada Aktivitas Siswa
+6

Referensi

Dokumen terkait

 Mendiskusikan penyederhanaan rangkaian seri, paralel, dan seri- paralel  Mendiskusikan transformasi hubungan segitiga-bintang dan bintang-segitiga  Merangkum penerapan

Pada penuaan perawatan tentang gizi tidak hanya manajemen penyakit atau terapi nutrisi medis; hal ini telah diperluas dengan fokus utama pada gaya hidup sehat dan pencegahan

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara pasti prosedur pemberian kredit pemilikan rumah kepada karyawan swasta di PT.Bank Tabungan Negara Kantor Cabang

Analisis statistik inferensial dalam penelitian menggunakan analisis regresi berganda. Penelitian ini, variabel dependen jumlahnya lebih dari 1, maka pengujian

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan; (1) secara parsial valire for money (ekonomis, efisiensi dan efektivitas) berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas publik

HOWS PRODUCT DESIGN WORKS.. PENENTUAN KELOMPOK

Pergeseran ke pendekatan terarah di waktu yang tepat dapat diterapkan di Aceh dan Nias untuk mengatasi kawasan yang kacau, sementara meningkatnya jumlah lembaga, dengan dana