• Tidak ada hasil yang ditemukan

36 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "36 Universitas Kristen Petra"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

36 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA

4.1 Gambaran Umum Film Hangout

4.1.1 Sinopsis Film “Hangout

Gambar 4.1 Poster Film Hangout Sumber: www.google.com (2018)

Film Hangout menceritakan tentang misteri pembunuhan diawali dengan seorang lelaki bernama Raditya Dika berperan sebagai seorang aktor utama yang mendapat undangan untuk Hhangout’ dari sosok misterius. ‘Hangout’ ini bertujuan untuk membicarakan sebuah proyek dengan jumlah uang yang dijanjikan dan dapat mengatasi kesulitan keuangan yang ia alami. Akhirnya Raditya Dika mau menuruti undangan tersebut.

Tidak hanya Radit tetapi ada sembilan public figure (artis) lain yakni Mathias Mathias Muchus , Prilly, Titi Kamal, Dina Kanyadewi, Bayu Skak, Surya Saputra, Gading Marten, dan Soleh Solihun yang mendapat undangan untuk ‘Hangout’ (berkumpul) disebuah villa di pulau terpencil. Namun ketegangan dalam film ini dimulai ketika terbunuhnya Matias Mathias Muchus secara misterius dalam film ini, kemudian disusul oleh Prilly dan yang lain. Public figure yang masih hidup kemudian terpaksa untuk bertahan hidup dan memecahkan misteri pembunuh yang berada di pulau itu.

(2)

37 Universitas Kristen Petra Film ini terkesan ‘berani’ karena ada beberapa adegan yang memperlihatkan darah, tusuk-menusuk, panah-memanah, dan lain sebagainya. Banyak sekali adegan kekerasan yang disajikan dalam film ini. Namun adegan kekerasan tersebut tetap tidak menghilangkan kelucuan yang dibawakan oleh para pemain dengan karakter yang unik dan berbeda-beda.

4.1.3 Profil Pemeran Film “Hangout

4.1.3.1 Dika Angkasaputra Moewarni (Raditya Dika)

Gambar 4.2 Raditya Dika Sumber: www.google.com (2018)

Lahir di Jakarta, 28 Desember 1984, Radit memulai karirya sebagai seorang penulis. Diawali ketika ia menulis diarynya di sebuah blog yang ia miliki berjudul Kambing Jantan. Tulisan di blog pribadinya yang berjudul Kambing Jantan tersebut memenangkan penghargaan di Indonesian Blog Award. Kemudian ditahun 2008, Radit juga mendapatkan penghargaan dari Indosat sebagai The Online Inspiring. Kedua penghargaan tersebut kemudian menjadi motivasi untuk Raditya Dika dalam mencetak karyanya menjadi sebuah novel.

Novel yang berjudul Kambing Jantan tersebut menjadi populer kemudian Dinahun 2009, kisahnya dalam novel Kambing Jantan diangkat ke layar lebar. Radit sendiri menjadi pemeran utama dalam film tersebut. Dari situlah kemudian muncul film-film Raditya Dika yang lain yang ia tulis dan sutradarai sendiri. Film Raditya Dika sendiri banyak yang bergenre komedi. Selain sebagai seorang penulis, sutradara, dan pemain film, Raditya Dika juga dikenal oleh public sebagai stand up comedian.

(3)

38 Universitas Kristen Petra Dalam film Hangout Raditya Dika berperan sebagai dirinya sendiri yakni seorang aktor, penulis, dan stand up comedian. Dalam film Hangout diceritakan Radit adalah seorang aktor dan sutradara yang sedang bangkrut. Oleh karena itu Radit mau menuruti undangan ‘Hangout’ oleh sosok misterius ke sebuah pulau karena ia mendapat sejumlah uang, yang dapat mengatasi kesulitan keuangan yang ia alami.

4.1.3.2 Soleh Solihun

Gambar 4.3 Soleh Solihun Sumber: www.google.com (2018)

Pria kelahiran Bandung, 2 Juni 1979 ini pernah mengikuti ajang audisi komika di stand up comedy Indonesia. Kemudian Soleh Solihun dikenal oleh publik sebagai seorang stand up comedian. Meski memiliki background jurnalistik, Soleh berhasil mencuri perhatian penonton sebagai seorang stand up comedian.

Lulusan Universitas Padjajaran Bandung ini pernah menjadi reporter di Trax Magazine (2004-2005), Feature Editor di Playboy Indonesia (2006-2008) dan Editor di Rolling Stone Indonesia (2008-2012). Sayangnya, ia dipecat dari Rolling Stone Indonesia karena melanggar peraturan perusahaan dengan bekerja di dua perusahaan dalam waktu bersamaan, yaitu sebagai penyiar di 91,6 Indika FM Jakarta.

Ketika dipilih sebagai MC di acara Release Party Rolling Stone Indonesia, Soleh Solihun pun tampil kocak. Dari sanalah ia mendapat tawaran stand up di acara off air dari seorang produser Global Radio tahun 2010. Soleh kemudian meminta teman yang membawa handycam untuk merekam penampilannya dan

(4)

39 Universitas Kristen Petra diunggah ke Youtube. Ternyata, video tersebut membuat nama Soleh Solihun terkenal sebagai komika. Hingga akhirnya ia tampil di Metro TV dalam program Stand Up Comedy Show tahun 2011.Setelah terkenal sebagai komika, Soleh Solihun mulai tampil membintangi film dan sinteron bergenre komedi.

Dalam film hangout Soleh Solihun juga berperan sebagai dirinya sendiri yakni seorang aktor, pembawa acara dan stand up comedian. Dalam film Hangout diceritakan Soleh memiliki rasa dendam kepada Raditya Dika. Karena Radit, dirinya gagal menjadi artis terkenal dan sekarang harus melakoni pekerjaannya didunia entertaiment dengan sengsara.

4.1.3.3 Mathias Muchus

Gambar 4.4 Mathias Muchus Sumber: www.google.com (2018)

Lahir di Pagar Alam Sumatera Selatan, 15 Februari 1957, Mathias Muchus adalah seorang aktor senior Indonesia. Ia adalah suami Mira Lesmana, produser film Indonesia. Pada tahun 1980 an dia terkenal dengan perannya sebagai Tarjo dalam sinetron "Losmen" di TVRI. Selain itu dia pernah meraih Piala Citra pada Festival Film Indonesia di tahun 1988 sebagai aktor terbaik di film "Istana Kecantikan".

Dalam film Hangout, Mathias Muchus memerankan dirinya sendiri sebagai seorang aktor senior yang sangat dihormati oleh pemain lain dalam film tersebut. Dalam film Hangout Mathias Muchus diceritakan mati terbunuh karena ada yang meracuninya saat makan malam.

(5)

40 Universitas Kristen Petra 4.1.3.4 Surya Saputra

Gambar 4.5 Surya saputra Sumber: www.google.com (2018)

Surya Saputra lahir di jakarta, 5 Juli 1975 adalah seorang aktor Indonesia yang juga mantan anggota boy band tanah air ‘Cool Colors.’ Sejak bermain sebagai Igo di Cerita Cinta, namanya kian melambung. Beberapa sinetron yang pernah dibintanginya antara lain, Air Mata Ibu, Cinta Abadi, Romantika 21, dan Senyuman Ananda. Setelah membintangi sinetron Strawberry (2002). Surya kemudian menjadi peran pendukung dalam film Arisan! (2003) arahan Nia Dinata.

Dalam film Arisan, Surya berperan sebagai Nino, seorang gay yang jatuh cinta pada Sakti (diperankan oleh Tora Sudiro). Lewat film ini, Surya berhasil meraih penghargaan sebagai Pemeran Pembantu Pria Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2004 juga Most Favorite Supporting Actor dalam MTV Indonesian Movie Awards 2004.

Banyak film-film lainnya yang dibintangi oleh Surya Saputra, salah satunya film hangout. Dalam film Hangout, Surya Saputra memerankan dirinya sendiri sebagai seorang aktor handal tetapi ia digambarkan sebagai seorang yang sombong, sangat higine, pelit, dan aneh.

(6)

41 Universitas Kristen Petra 4.1.3.5 Titi Kamal

Gambar 4.6 Titi Kamal Sumber: www.google.com (2018)

Titi Kamal adalah seorang aktris yang cukup sukses di dunia entertainment Indonesia. Perempuan kelahiran Jakarta, 7 Desember 1981 adalah artis yang sering kali tampil di layar kaca baik di TV atau di bioskop Indonesia. Salah satu film yang pernah ia bintangi adalah film Ada Apa dengan Cinta. Titi pertama kali terjun ke dunia hiburan Indonesia lewat debutnya di dunia akting dan bermain sinetron. Ia menjadi salah satu bintang sinetron yang berjudul Cinta Anak Kampus, Chandra dan Pura-Pura Buta. Dari sinetron-sinetron tersebutlah nama Titi Kamal semakin melambung tinggi.

Dalam film Hangout, Titi Kamal berperan sebagai dirinya sendiri yakni sebagai seorang aktis terkenal Indonesia karena film yang dibintanginya yaitu film Ada Apa Dengan Cinta. Digambarkan, Titi Kamal sebagai sosok perempuan cantik dan ideal tetapi ternyata ia juga memiliki sifat pemberani dan hobi dengan hal-hal ekstrim yang tidak diketahui oleh banyak orang.

(7)

42 Universitas Kristen Petra 4.1.3.6 Dinda Kanyadewi

Gambar 4.7 Dinda Kanyadewi Sumber: www.google.com (2018)

Perempuan kelahiran Balikpapan, 5 Februari 1987, ini mengawali karir di dunia hiburan Indonesia ketika Dinda Kanyadewi mengikuti ajang Gadis Sampul tahun 2002. Lalu terjun ke dunia seni peran dengan berakting. Nama Dinda Kanyadewi kemudian dikenal luas dan terkenal ketika Dinda Kanyadewi berperan sebaga Mischa peran antagonis di sinetron yang di bintanginya bersama Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar yang berjudul Cinta Fitri. Selain sinetron, Dinda Kanyadewi juga membintangi ftv, film, serta iklan dan model video klip.

Dalam film Hangout, Dinda kanyadewi memerankan dirinya sendiri sebagai seorang aktris terkenal. Dalam film Hangout tersebut, Dinda digambarkan sebagai sosok yang senang dengan hal-hal yang alami dan organik tetapi orang lain malah menganggap dirinya seorang yang jorok dan juga sangat bau.

4.1.3.7 Angling Gading Marten (Gading Marten)

Gambar 4.8 Gading Marten Sumber: www.google.com (2018)

(8)

43 Universitas Kristen Petra Pria kelahiran Jakarta, 8 Mei 1982 adalah aktor, presenter, penyanyi dan model berkebangsaan Indonesia. Gading adalah putra aktor Indonesia Roy Marten. Gading awalnya adalah mantan pesepakbola yang pernah bermain di Persitara Jakarta Utara. Namun ia akhirnya mengikuti jejak sang ayah yaitu terjun ke dunia hiburan. Gading Marten terjun ke dunia hiburan pertama kali karena menerima tawaran bermain sinetron. Selain dikenal menjadi pemain sinetron, Gading Marten juga dikenal public sebagai pemain film dan pembawa acara televisi.

Dalam film Hangout, Gading Marten berperan sebagai dirinya sendiri yakni sebagai aktor, pembawa acara, dan anak dari aktor senior Roy Marten. Selain itu dalam film Hangout Gading Marten digambarkan sebagai sosok yang keras kepala.

4.1.3.8 Bayu Eko Moektito (Bayu Skak)

Gambar 4.9 Bayu Skak Sumber: www.google.com (2018)

Lahir pada 13 November 1993 di Malang, Jawa Timur. Artis jebolan Youtube ini memiliki ciri khas tersendiri dibanding dengan youtuber lainnya, yaitu hampir dari setiap video Youtube-nya ia menggunakan Bahasa Jawa.

Karirnya sebagai seorang youtuber, dimulai dari tahun 2009. Pada awalnya dia hanya menjadi orang di balik layar dan mengedit setiap video teman-temanya yang tergabung dalam grup bernama SKAK. Sampai akhirnya dia merekam kegilaannya sendiri didepan kamera dan menguploadnya ke Youtube. Awal Bayu terjun kedunia perfilman yakni ia membintangi film Raditya Dika yang berjudul Marmut Merah Jambu. Setelah itu Bayu mulai banyak membintangi film-film lain.

(9)

44 Universitas Kristen Petra Selain sebagai youtuber dan seorang pemain film, Bayu Skak juga dikenal sebagai pemain band dan sutradara.

Dalam film Hangout, Bayu Skak berperan sebagai dirinya sendiri yakni sebagai youtuber. Setiap scene yang diperankannya ia selalu membawa kamera dan merekam setiap kejadian yang dialaminya. Dalam film Hangout ini Bayu juga digambarkan sebagai seseorang yang norak.

4.1.3.9 Prilly Mahatei Latuconsina (Prilly Latuconsina)

Gambar 4.10 Prilly Latuconsina Sumber: www.google.com (2018)

Lahir di Tanggerang, 15 Oktober 1996, Prilly yang dikenal public sebagai pemain sinetron dan film, mengasah kemampuan aktingnya sejak umur 12 tahun. Karir awal Prilly tampil di depan layar kaca saat terpilih sebagai host acara Si Bolang di Trans 7 untuk mengisi episode bertualang di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Gadis berdarah Ambon dan Sunda ini memulai debut pertamanya dalam dunia sinetron untuk membintangi Get Married the Serries 1. Selepas sinetron perdananya, ia juga berakting untuk sinetron lainnya. Memasuki usia 18 tahun, ia berperan sebagai Sisi dalam sinetron "Ganteng-ganteng Serigala" yang tayang di SCTV pada 2014. Perannya di sinetron ini berhasil melambungkan namanya di jajaran artis sinetron Indonesia.

Dalam film Hangout, Prilly memerankan sebagai dirinya sendiri sebagai seorang aktris terkenal karena membintangi film Ganteng-ganteng Serigala. Dalam film hangout ini Prilly digambarkan sebagai seorang pendendam dan ternyata ia adalah sosok misterius yang membunuh teman-temannya.

(10)

45 Universitas Kristen Petra 4.2 Deskripsi Informan

4.2.1 Informan 1

Informan pertama adalah seorang laki-laki bernama Deni (bukan nama sebenarnya), ia adalah seorang siswa kelas satu di sebuah sekolah menengah pertama di kota Sidoarjo. Deni lahir di Lumajang pada tangal 3 Oktober 2004. Deni beragama Kristen dan merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Deni mempunyai seorang kakak perempuan. Saat ini ia bersekolah di SMP Negeri 1 Buduran Sidoarjo. Deni tinggal bersama kedua orangtuanya disebuah perumahaan di kota Sidoarjo.

Deni adalah penggemar film komedi. Hal ini dibuktikan dengan pengakuannya saat ditanya tentang kesukaannya terhadap genre film. Ia menjawab sangat menyukai film komedi dan film action. Menutnya film komedi dan film action adalah genre film yang seru dan tidak membosankan.

Deni mendapatkan koleksi film-film komedi dari men-download di internet dan juga dari teman-temannya. Ketertarikan nya terhadap film komedi dibuktikan dengan pengakuan dari Deni tentang seringnya ia menonton film komedi. Biasanya, Deni menonton film komedi bersama teman-temannya. Berdasarkan observasi awal penelilti pada Deni, peneliti menemukan kesesuaian antara Deni dengan kriteria informan yang dibutuhkan. Oleh sebab itu, Deni masuk dalam kriteria informan yang signifikan untuk diteliti penerimaannya.

4.2.1.1 Setting Penelitian Informan 1

Peneliti berkenalan dengan Deni melalui saudara peneliti. Deni merupakan tetangga saudara peneliti yang bertempat tinggal di Sidoarjo. Oleh saudara peneliti, informan dihubungkan untuk membicarakan tujuan peneliti. Pada akhirnya, informan setuju untuk dijadikan subyek penelitian dan membuat janji untuk melakukan observasi dan wawancara. Observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan dilakukan pada hari Senin, 7 Mei 2018 dirumah informan.

Ketika peneliti sampai dirumah informan, ayah informan mempersilakan peneliti masuk ke ruang tamu. Saat itu terlihat informan sedang bermain game di

(11)

46 Universitas Kristen Petra ruang tamu. Setelah informan selesai bermain game peneliti baru melakukan wawancara secara informal. Peneliti mengajak informan untuk menonton film “Hangout” bersama. Peneliti dan Informan duduk diruang tamu yang cukup luas. Di ruangan yang bercat serba putih tersebut hanya terdapat sebuah kipas angin tanpa sofa dan meja. Diruang tamu itu tidak ada pernak pernik yang menempel ditembok kecuali sebuah jam dinding.

Peneliti dan informan duduk di lantai yang dilapisi karpet berwarna merah, pada saat menonton film “Hangout.” Pada saat menonton, Deni menunjukan raut wajah yang sangat serius seakan ia benar-benar ingin menyimak alur cerita film garapan Raditya Dika tersebut. Terlihat beberapa kali Deni tertawa saat ada adegan yang dianggapnya lucu dalam film tersebut. Kemudian pada saat adegan kekerasan sedang berlangsung, mata Deni terbelalak seperti kaget melihat adegan tersebut.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Deni setelah film Hangout selesai diputar. Wawancara dilakukan di ruang tamu tempat Deni menonton film Hangout. Pada saat wawancara Deni sangat lancar dalam menjawab semua pertanyaan.

4.2.2 Informan 2

Informan kedua adalah Dina (bukan nama sebenarnya), ia adalah siswi kelas dua di sebuah sekolah menengah atas di kota Sidoarjo. Dina lahir di Lumajang pada tanggal 2 Oktober 2000, ia beragama Kristen dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Saat ini Dina bersekolah di SMA Hang Tuah 5 Sidoarjo. Dina tinggal di kota Sidoarjo bersama kedua orangtuanya.

Saat peneliti berkunjung ke rumahnya, peneliti memberikan pertanyaan seputar film komedi dan Dina menjawab pertanyaan peneneliti satu persatu. Pada saat ditanya seberapa sering ia menonton film komedi, Dina menjawab bahwa ia menonton film pada saat ada waktu luang saja karena aktivitasnya sangat padat. Selain bersekolah saat ini ia juga merupakan atlet dayung muda di kota Sidoarjo. Banyaknya aktivitas tersebut lah yang mengakibatkan dirinya sangat jarang menonton film.

(12)

47 Universitas Kristen Petra Dina mengungkapkan bahwa ia jarang sekali menonton film komedi di bioskop. Ia lebih sering menonton film komedi secara online, tidak jarang juga ia men-download film komedi dari internet. Dina menyukai film komedi karena menurutnya film komedi lebih banyak mengandung kelucuan yang mengundang tawa. Hal ini dibuktikan dengan pengakuan dari Dina bahwa kegemarannya menonton film komedi adalah untuk menghilangkan kejenuhan dan rasa bosan di sela-sela kesibukannya bersekolah.

Saat peneliti bertanya tentang film komedi apa saja yang sudah pernah ia tonton, Dina menyebutkan beberapa film yang pernah ia lihat. Dina juga mengatakan bahwa dirinya lebih menyenangi film bergenre komedi yang berasal dari Indonesia. Karena menurutnya film komedi Indonesia memiliki jalan cerita yang lebih mudah dipahami ketimbang film komedi yang berasal dari luar negeri. Selain itu Dina juga mengungkapkan keterbatasannya terhadap bahasa Inggris sehingga ia lebih mudah memahami film komedi Indonesia ketimbang film komedi luar negeri. Dan saat Dinanya apakah ia gemar mengkoleksi film komedi, Dina menjawab bahwa ia memiliki beberapa film komedi di laptop-nya tetapi hanya film komedi yang berasal dari dalam negeri saja.

Tetapi saat peneliti tanya apakah ia sudah pernah menonton film Hangout, Dina mengatakan bahwa ia belum pernah sama sekali menonton film ini hanya saja ia sempat menonton trailer film Hangout. Menurut Dina ia tidak terlalu suka dengan film komedi yang banyak dengan unsur kekerasan seperti adegan pembunuhan. Dina lebih menyukai film komedi yang ide cerita nya tidak terdapat unsur ketegangan Meski begitu ia tetap ingin menonton film Hangout karena menurutnya film garapan Raditya Dika biasanya memiliki jalan cerita yang bagus dan lucu. Dari alasan diatas Dina merupakan calon informan yang signifikan untuk dijadikan informan dalam penelitian ini.

4.2.2.1 Setting Informan 2

Peneliti mengenal Dina melalui Deni. Dina adalah kakak dari Deni. Berkat Deni, peneliti dapat berkenalan dengan Dina dan membicarakan tujuan peneliti. Pada akhirnya, informan setuju untuk dijadikan subjek penelitian dan membuat

(13)

48 Universitas Kristen Petra janji untuk melakukan observasi dan wawancara. Observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan dilakukan pada hari Senin, 7 Mei 2018 pada pukul 18.30 setelah peneliti selesai mewawancarai Deni.

Saat itu Dina baru saja keluar dari kamarnya setelah selesai mengerjakan tugas sekolahnya. Sebelum peneliti akan mewawancarai dan melakukan observasi kepada Dina. Dina membuatkan secangkir teh hangat untuk peneliti. Kemudian Dina menyuguhkan teh hangat tersebut kepada peneliti sebelum menonton film Hangout bersama. Setelah selesai meminum teh, peneliti mulai memutarkan film Hangout.

Saat adegan-adegan kekerasan sedang berlangsung raut wajah Dina terlihat sangat tegang ketika terdapat adegan kekerasan yang menampilkan darah. Setelah selesai menonton film, peneliti mulai melakukan wawancara dengan Dina. Pada saat wawancara Dina sangat lancar dalam menjawab semua pertanyaan.

4.2.3 Informan 3

Informan ketiga dalam penelitian ini bernama Lina (bukan nama sebenarnya). Ia adalah siswi kelas dua di sebuah sekolah menengah pertama di kota Sidoarjo. Lina nama sapaannya berasal dari Samarinda. Lina lahir pada tanggal 16 Agustus 2005. Lina merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, ia memiliki dua adik laki-laki. Saat ini Lina bersekolah di SMP Negeri 3 Waru Sidoarjo. Lina beragama Kristen dan saat ini ia bertempat tinggal di Sidoarjo bersama dengan orangtuanya dikawasan Gedangan Sidoarjo.

Pada saat peneliti bertanya tentang genre film yang ia senangi, ia menjawab sangat menyukai film bergenre komedi. Ia memiliki beberapa koleksi film komedi dirumahnya. Lina mengungkapkan bahwa ia sering menonton film komedi bersama-sama dengan keluarganya. Ia sering menonton film komedi saat akhir pekan bersama dengan keluarganya di rumah. Lina juga mengatakan bahwa ia jarang sekali menonton film dibioskop. Saat ditaanya apakah ia sudah menonton film Hangout, Lina menjawab bahwa ia belum pernah menonton film Hangout. Ia mengatakan bahwa ingin sekali menonton film Hangout karya Raditya Dika karena

(14)

49 Universitas Kristen Petra film tersebut bergenre komedi. Lina belum sempat menonton film Hangout karena kesibukkannya bersekolah.

Berdasarkan observasi awal penelilti pada Lina, peneliti menemukan kesesuaian antara Lina dengan kriteria informan yang dibutuhkan. Oleh sebab itu, Lina masuk dalam kriteria informan yang signifikan untuk diteliti penerimaannya.

4.2.3.1 Setting Informan 3

Peneliti mengenal Lina melalui tante peneliti yang seorang guru sekolah minggu di sebuah Gereja di Sidoarjo. Atas bantuan tante peneliti, peneliti mendapat informasi mengenai informan yang dikehendaki oleh peneliti. Peneliti kemudian membicarakan maksud dan tujuan peneliti kepada Lina. Setelah mendapat penjelasan, Lina menyanggupi untuk menjadi informan dan kemudian membuat janji untuk melakukan observasi dan wawancara. Peneliti mendapat kesempatan melakukan observasi dan wawancara pada hari Senin, 30 April 2018 pada pukul 17.00 di rumah informan sesuai dengan waktu yang sudah disepakati.

Saat peneliti tiba di rumah infroman, peneliti disambut oleh adiki informan. Kemudian adik informan mempersilahkan peneliti masuk ke dalam rumah dan setelah itu adik informan meminta peneliti untuk menunggu informan di teras rumah. Kemudian setelah menunggu sekitar 5 menit, Lina yang baru saja selesai mandi menghampiri peneliti di teras rumah. Peneliti membuka percakapan dan melakukan wawancara bersifat informal. Kemudian peneliti mulai memutar film Hangout. Peneliti dan informan duduk bersama dan menonton film Hangout di kursi panjang yang ada di teras rumah infroman. Di teras rumah infroman terdapat banyak sekali pernak-pernik pantung serta lukisan yang menempel pada dinding. Selain itu terdapat sebuah meja kecil yang berada tepat didepan kursi panjang yang sedang kami duduki.

Pada saat menonton, Lina sesekali tertawa saat melihat adegan yang dianggapnya lucu dalam film Hangout. Lina juga sempat menebak-nebak siapa pelaku pembunuhan yang ada dalam film Hangout tersebut. Kemudian setelah selesai menonton film, peneliti mulai melakukan wawancara dengan Lina.

(15)

50 Universitas Kristen Petra 4.2.4 Informan 4

Informan keempat bernama Rama (bukan nama sebenarnya), ia merupakan siswa kelas dua jurusan broadcasting di sebuah sekolah menengah kejuruan di kota Surabaya. Rama lahir di Surabaya pada tanggal 26 Desember 2000. Rama merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Saat ini Rama bersekolah di SMK Negeri 1 Surabaya. Saat ini dia bertempat tinggal di Surabaya bersama neneknya.

Rama sangat senang menonton film, tetapi genre film yang paling ia senangi adalah komedi. Menurutnya film komedi bisa membuatnya terhibur dan juga merupakan salah satu refrensinya dalam membuat video-video komedi. Rama merupakan salah satu pemilik akun komedi di Instagram bernama @pegasusgengs. Instagram @pegasusgengs tersebut telah memiliki 117 ribu followers. Rama mengungkapkan bahwa ia sangat senang dengan hal-hal yang berkaitan dengan komedi. Banyak sekali foto dan video komedi yang sengaja ia buat untuk di upload di Instagramnya tersebut.

Rama sering sekali menonton film komedi bersama teman-temannya di bioskop. Hal ini dibuktikan dengan pengakuannya bahwa ia sering menonton film saat ada film yang menurutnya menarik bersama dengan teman-temanya. Tetapi tak jarang pula ia menonton film komedi secara online di internet. Rama mengungkapkan bahwa ia menonton film bisa lebih dari tiga kali setiap minggunya.

Rama juga penggemar film-film Raditya Dika. Dirinya mengungkapkan bahwa sering menonton film-film Raditya Dika. Menurutnya film-film Raditya dika memiliki ide cerita yang menarik. Saat peneliti bertanya apakah pernah menonton film Hangout, Rama menjawab pernah tetapi tidak sampai selesai. Dari alasan di atas Rama merupakan calon informan yang signifikan untuk dijadikan informan dalam penelitian ini.

4.2.4.1 Setting Informan 4

Peneliti mengenal Rama saat peneliti sedang melakukan magang di salah satu stasiun televisi yang ada di Surabaya. Rama juga merupakan salah satu siswa SMK yang sedang melakukan magang saat itu. Pada saat magang itulah peneliti banyak mendapat informasi mengenai informan yang dikehendaki oleh peneliti.

(16)

51 Universitas Kristen Petra Oleh sebab itu kemudian peneliti menghubungi Rama untuk kemudian membicarakan maksud dan tujuan peneliti kepada Rama. Setelah mendapat penjelasan, Rama menyanggupi untuk menjadi informan dan kemudian membuat janji untuk melakukan observasi dan wawancara. Peneliti mendapat kesempatan melakukan observasi dan wawancara pada hari Rabu, 2 Mei 2018 pada pukul 16.00 di salah satu restoran yang ada di Surabaya sesuai dengan waktu yang sudah disepakati bersama. restoran tersebut letaknya sangat dekat dengan sekolah informan.

Saat peneliti sampai di Restoran tersebut, informan telah dulu sampai dan menunggu peneliti di salah satu meja dekat jendela yang ada di pojok Restoran tersebut. Setelah peneliti duduk, peneliti membuka percakapan dan melakukan wawancara bersifat informal dengan informan. Kemudian sebelum peneliti memutar film, peneliti dan informan memesan makanan dan makan telebih dahulu. Setelah selesai makan, barulah peneliti memutar film Hangout. Peneliti dan informan duduk bersebelahan saat menonton film tersebut.

Pada saat menonton, Rama sesekali tersenyum dan tertawa saat melihat adegan yang dianggapnya lucu dalam film hangout. Rama juga sempat menebak-nebak siapa pelaku pembunuhan yang ada dalam film Hangout tersebut. Kemudian setelah selesai menonton film, peneliti mulai melakukan wawancara dengan Rama. Pada saat wawancara Rama sangat lancar dalam menjawab semua pertanyaan.

4.3 Temuan Data

Untuk lebih mengetahui lebih dalam mengenai penerimaan informan dalam film Hangout maka peneliti melakukan wawancara dengan informan yang telah dipilih. Wawancara tidak terstruktur dengan cara melakukan pembicaraan informal. Selain itu peneliti juga melakukan observasi dengan ikut sebagai pemeran serta ketika informan sedang menonton film Hangout. Hasilnya didapat data dari wawancara dan observasi yang digunakan untuk meneliti penerimaan informan terhadap adegan-adegan yang ditampilkan dalam film Hangout yang ditonton dan berkaitan dengan konsep kekerasan yang ada.

(17)

52 Universitas Kristen Petra Peneliti kemudian melakukan pengelompokan data ke dalam tabel matriks agar data yang diperoleh dapat dilihat secara lebih terstruktur. Pada bagian analisis mengenai penerimaan informan terhadap kekerasan dalam film komedi Hangout, peneliti melakukan penelitian terhadap 4 aspek kekerasan yang telah peneliti susun dalam tinjauan pustaka di bab 2. Kemudian peneliti akan menganalisis temuan data untuk melihat penerimaan informan terhadap kekerasan dan mengamati penerimaan informan dari adegan-adegan yang ditampilkan.

4.3.1 Penerimaan Informan Terhadap Kekerasan Fisik: Memukul, Melindas, Menampar, dan Menusuk

Deni sebagai informan 1 saat ditanya tentang kekerasan fisik, Deni menjawab bahwa kekerasan fisik adalah kekerasan yang sasarannya pada fisik atau tubuh orang lain. Kekerasan fisik yang terkandung dalam film Hangout seperti pada saat adegan Raditya Dika dan Soleh bertengkar karena mereka mengira pembunuhnya adalah salah satu dari mereka. Akhirnya mereka berdua sama-sama saling memukul kepala satu sama lain dengan menggunakan peralatan dapur.

Gambar 4.11 Radit dan Soleh saling memukul menggunakan peralatan dapur Sumber: Screen capture film Hangout (2018)

Deni tertawa tanpa berkomentar pada saat melihat adegan itu. Reaksi yang ditunjukkan Deni sangat bertolak belakang dengan jawaban yang diberikan pada saat wawancara. Ketika peneliti menanyakan apakah adegan tersebut mengandung kekerasan, Deni menjawab bahwa adegan tersebut sebenarnya mengandung kekerasan fisik, tetapi Deni menjelaskan bahwa dirinya hanya menganggap adegan

(18)

53 Universitas Kristen Petra tersebut sebagai komedi dalam film tersebut. Dari wawancara yang dilakukan, Deni menceritakan bahwa dirinya pernah menggunakan kekerasan fisik seperti memukul temannya. Deni mengungkapkan bahwa aksi kekerasan fisiknya tersebut hanyalah sebuah candaan yang kerap kali dilakukan ketika dengan teman-temannya. Kekerasan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari merupakan efek dari tayangan kekerasan yang dilihat.

Gambar 4.12 Bayu menampar Soleh Sumber: Screen capture film Hangout (2018)

Setelah itu saat melihat kekerasan fisik seperti menampar Deni tertawa melihat adegan itu tetapi kemudian Deni mengatakan “Bayu nampar beneran. Kasian tapi ya lucu.” Walaupun Deni menganggap hal tersebut hanya sebagai suatu lelucon biasa tapi Deni juga memberikan simpati kepada Soleh sebagai korban.

Selanjutnya Dina sebagai informan 2 memperlihatkan reaksi tertawa ketika melihat kekerasan fisik yang terkandung dalam film Hangout seperti pada saat adegan Soleh kesakitan akibat ditampar oleh Bayu Skak. Namun ekspresi Dina bertolak belakang dengan pernyataannya yang menyetujui jika di dalam film Hangout terdapat kekerasan fisik. Menurutnya kekerasan fisik adalah tindakan melukai yang mengenai tubuh orang lain. Berikut pernyataan Dina:

“kekerasan itu tindakan yang melukai orang lain kalo kekerasan fisik itu.. e.. kekerasan yang apa ya.. sesuatu kekerasan yang mengenai tubuh kita.”

Saat ditanya pada adegan apa didalam film Hangout yang mengandung kekerasan fisik. Dina menjawab saat adegan Dinda Kanyadewi terkena pisau. Selain itu adegan Raditya Dika dan Soleh bertengkar dan melakukan pukul-pukulan

(19)

54 Universitas Kristen Petra juga termasuk kedalam kekerasan fisik karena melukai tubuh orang lain. Pernyataan Dina:

“e.. yang kena pisau tangannya terus habis gitu yang didapur pas waktu pukul-pukulan entong itu kan dia juga termasuk kekerasan fisik soalnya juga kena melukai tubuh.”

Namun pada saat melihat adegan Raditya Dika dan Soleh saling bertengkar dan memukul menggunakan alat dapur, Dina merespon dengan tertawa. Reaksi Dina tersebut berbanding terbalik dengan pernyataan Dina yang menganggap aksi Radit dan Soleh termasuk dalam kekerasan fisik.

Gambar 4.13 Tangan Dinda tertusuk pisau Sumber: Screen capture film Hangout (2018)

Ketika adegan Dinda Kanyadewi tangannya tertusuk pisau Dina berkata, “Duh kok ngeri film e, keliatan jelas banget darahnya.”

Gambar 4.14 Bayu Skak mati dan mengeluarkan banyak darah di leher Sumber: Screen capture film Hangout (2018)

(20)

55 Universitas Kristen Petra Kemudian pada saat adegan Bayu Skak mati dan mengeluarkan banyak darah dibagian leher. Dina berkata “ngeri liat leher e, darah kan harusnya disensor, tapi ini malah jelas-jelas keliatan.”

Dari wawancara yang dilakukan, Dina memang kurang menyukai adanya adegan-adegan yang mengandung unsur kekerasan pembunuhan yang memperlihatkan darah dalam film komedi. Berikut penyataan Dina :

“Gak suka aja sih. Kan kalo kan ada itu film yang seumpama dia kekerasan, pembunuhan ya pembunuhan sekalian dari awal sudah modelnya dia tuh pembunuhan sampai ending. Kalo hangout kan komedi terus tengah-tengah itu ada yang pembunuh-pembunuh apa kayak tiba-tiba bikin berdarah-berdarah itu kan kayak yak apa gitu kesanne,”

Saat ditanya mengapa Dina tidak menyukai jika film komedi memuat unsur kekerasan, Dina menjawab jika unsur kekerasan yang memperlihatkan pembunuhan maka akan menimbulkan dampak negatif pada penontonnya. Berikut jawaban dari Dina :

“e.. dampak negatif sih. Lebih kedampak negatif. Karena kan itu mencontohkan yang gak baik yang bisa ditiru.”

Dina menganggap bahwa unsur kekerasan tidak perlu dimasukkan dalam film komedi. Dina memberikan penjelasan tentang pendapatnya tersebut,

“menurutku sih seharusnya film komedi itu gak usa dikasih kekerasan kekerasan. Mungkin kekerasan-kekerasan bisa dimasukkan ke e.. apa namanya, ke genre yang lain. Kalo seumpama komedi ya komedi aja gitu jangan ada unsur kekerasan.”

Dina menganggap bahwa lelucon yang ditampilkan itu tidak mendidik bagi penontonnya. Saat diwawancara Dina bercerita bahwa dirinya menggemari film komedi Indonesia ketimbang film komedi yang berasal dari luar negeri. Dina mengagumi film-film komedi karya Raditya Dika yang lain seperti Marmut Merah Jambu, Kambing Jantan, dan Malam Minggu Miko. Dina menjelaskan dari film komedi Radit yang dirinya sebutkan tersebut mengandalkan cerita yang dekat dengan kehidupan sehari-hari kemudian dikemas dengan kreatif sehingga menghasilkan film komedi yang lucu tanpa ada kekerasan itu yang membuat menarik. Dina menilai komedi seperti itulah yang bagus untuk ditonton.

(21)

56 Universitas Kristen Petra Maka saat menonton film Hangout, Dina melihat adanya perbedaan dalam menimbulkan lelucon. Saat diwawancara Dina menyetujui jika di dalam film hangout terdapat kekerasan fisik. Menurutnya kekerasan fisik adalah tindakan melukai yang mengenai tubuh orang lain. Berikut pernyataan Dina,

“kekerasan itu tindakan yang melukai orang lain kalo kekerasan fisik itu.. e.. kekerasan yang apa ya.. sesuatu kekerasan yang mengenai tubuh kita.”

Gambar 4.15 Dinda tertusuk tombak Sumber: Screen capture film Hangout (2018)

Selanjutnya Lina sebagai informan 3 memperlihatkan reaksi tertawa ketika melihat kekerasan fisik yang terkandung dalam film Hangout seperti pada saat adegan Dinda tertusuk pisau dan tombak berulangkali. Dengan tertawa, Lina berkomentar “Itu darahnya bohongan-bohongan ya kak, kelihatan.” Menurut Lina darah yang ada pada tubuh Dinda akibat tertusuk tombak dan pisau merupakan darah palsu. Dari penerimaan tersebut Lina menganggap bahwa adegan itu hanyalah salah satu dari adegan-adegan komedi dalam film Hangout.

Adegan Bayu Skak menampar Soleh juga dianggap Lina sebagai sebuah guyonan. Lina memperlihatkan reaksi tertawa saat melihat adegan itu. Namun Lina menunjukkan penerimaan negosiasi terhadap kekerasan fisik dalam adegan tersebut. Ketika ditanya apakah adegan itu termasuk kekerasan fisik, Lina menjawab “engga, itu karena cuma.. itu cuma guyonan itu.” Jawaban Lina, menunjukkan bahwa aksi Bayu Skak menampar Soleh dianggap hanya sebuah guyonan dan tidak termasuk kekerasan fisik.

(22)

57 Universitas Kristen Petra Gambar 4.16 Panah menancap mengakibatkan telinga Soleh berdarah

Sumber: Screen capture film Hangout (2018)

Kemudian pada gambar 4.18 menceritakan adegan saat Soleh berteriak akibat panah yang ditembakkan Prilly menancap di telinganya. Akibatnya, telinga Soleh Solihun berdarah. Saat melihat adegan itu, Lina tertawa namun kemudian reaksi Lina itu berbanding terbalik dengan komentar yang ia berikan. Lina memberikan komentar yang menegosiasikan adegan tersebut. Lina berkata, “tapi kok itu betulan dipanah? gak sakit ta, untung cuma kena kuping.”

Pernyataan Lina menunjukkan bahwa Lina bersimpati kepada Soleh yang menjadi korban tembakan panah Prilly. Saat ditanya apakah adegan tersebut termasuk kedalam kekerasan fisik, Lina memberi jawaban “ya.. kan dia ngelukain-ngelukain bagian-bagian tubuh .” Lina berpendapat bahwa kekerasan yang melukai bagian tubuh termasuk kedalam kekerasan fisik.

Saat diwawancara Lina bercerita bahwa film komedi merupakan genre film favoritnya, Lina juga mengungkapkan bahwa adegan lucu yang diperankan oleh para pemain di film komedi dapat membuat dirinya terhibur. Lina juga menyukai film Hangout, meskipun dirinya setuju bahwa di film tersebut banyak mengandung unsur kekerasan. Namun, Lina memaknai semua adegan yang ditonton hanya sebatas konteks komedi di film tersebut. Maka tidak heran bila Lina menunjukkan penerimaan adegan kekerasan fisik dengan dominan.

Penerimaan yang cenderung dominan terhadap kekerasan fisik, terkait dengan pengalaman Lina yang baru pertama kali menonton film Hangout. Lina mengakui bahwa dirinya tetap akan menonton film komedi, meskipun dalam tayangan komedi tersebut mengandung unsur kekerasan fisik yang mengerikan.

(23)

58 Universitas Kristen Petra Kemudian Lina membandingkan semua film komedi yang pernah dirinya tonton salah satunya Warkop DKI. Menurut Lina semua film komedi tidak bisa lepas dari para pemain yang dapat memainkan komedinya dengan baik dan dapat menjadikan film komedi tersebut lucu.

Gambar 4.17 Dinda berpamitan sebelum meninggal akibat tertusuk tombak Sumber: Screen capture film Hangout (2018)

Selanjutnya Rama sebagai informan 4 memperlihatkan reaksi tertawa ketika melihat kekerasan fisik yang terkandung dalam film Hangout. Menurutnya, kekerasan fisik adalah tindakan kekerasan yang dapat melukai seseorang. Namun pada saat melihat adegan kekerasan fisik Rama tertawa. Seperti pada saat adegan pada saat adegan Dinda tertusuk tombak, Rama meresponnya dengan tertawa dan berkomentar “Kate mati kok isok pamitan sek (mau meninggal kok pamitan dahulu).” Dari reaksi tersebut, Rama menganggap bahwa adegan saat Dinda berpamitan sebelum meninggal kepada Radit dan Bayu merupakan hal yang lucu dan aneh.

Rama tertawa lepas saat melihat adegan tersebut. menurutnya ekspresi Bayu saat salah sasaran menampar Soleh adalah hal yang lucu. Rama merasa bahwa aksi yang dilakukan Bayu Skak hanya sebagai guyonan.

(24)

59 Universitas Kristen Petra Gambar 4.18 Surya meminta uang kembalian kepada tukang parkir kemudian

Surya dilindas motor

Sumber: Screen capture film Hangout (2018)

Adegan selanjutnya yang memperlihatkan penerimaan Rama yang dominan adalah saat Surya Saputra terlindas motor. Melihat adegan itu, Rama tertawa dan berkomentar“Halah bujuk an iki, iku mek boneka lek gak yo stuntmen.” Respon Rama terhadap adegan tersebut menunjukkan penerimaan yang dominan sebab Rama menganggap aksi yang dilakukan Surya sebagai sebuah lelucon.

Saat diwawancara, Rama juga mengatakan bahwa aksi Soleh dan Radit saat bertengkar juga termasuk dalam salah satu adegan di film Hangout yang memuat unsur kekerasan fisik. Namun dalam pernyataannya, Rama juga menganggap bahwa adegan tersebut menjadi bukan lagi kekerasan fisik. Berikut pernyataan Rama:

“Soleh Solihun yang bertengkar sama Radit, yang mengira kalu salah satu dari dia adalah e.. pembunuhnya. Itu kan juga kekerasan fisik, tapi yang gak jadi.”

Rama tertawa saat melihat adegan Radit dan Soleh bertengkar dan saling memukul mengggunakan peralatan dapur. Respon dan pernyataan tersebut menunjukkan bahwa penerimaan Rama terhadap adegan pertengakaran Soleh dan Radit adalah dominan. Sebab Rama menganggap aksi Radit dan Soleh sebagai sebuah lelucon.

Rama berkata bahwa salah satu faktor pendukung sebuah film komedi itu lucu adalah karena tidak terlepas dari adanya unsur kekerasan didalamnya. Rama juga mengatakan bahwa tidak ada masalah jika harus menonton film serupa kedepannya,

(25)

60 Universitas Kristen Petra “ya sebenernya gak apa-apa sih karena kan film juga ya. Tapi kalo kekerasan di Indonesia sih tapi kalo dibuat kreatifnya kayak filmnya Radit kan gak apa-apa sih jadi lucu ya. dampak sih nggak ada ya, karena kita bisa mengolah mana yang baik mana yang buruk jadi kita tau.”

Penerimaan Rama tersebut dipengaruhi oleh pengalaman Rama Dari wawancara yang dilakukan, Rama menceritakan bahwa dirinya senang dengan dunia komedi. Tak jarang dirinya membuat karya komedi berupa video kemudian menguploadnya ke sosial media Instagram. Meskipun dirinya mengakui konten komedi dalam karyanya tersebut pernah memuat unsur kekerasan, seperti memukul, menendang, menampar. Hal itu didasari karena rata-rata penonton videonya lebih cenderung menyukai komedi yang didalamnya mengandung unsur kekerasan.

Rama mengungkapkan bahwa itu dianggapnya hanya sebuah candaan untuk menghibur para pengikutnya di Instagram. Kekerasan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari merupakan efek dari tayangan kekerasan yang dilihat. Menurut Rama film komedi selain bisa menghibur juga sebagai inspirasi dalam menambah wawasan humor yang bisa ditiru. Rama mengatakan,

“suka genre komedi kenapa ya..mungkin karena aku juga suka komedi, terus e.. biar bisa nambah wawasan juga untuk hal komedi ku. Nambah wawasan misalnya, kan kalau hal parody seperti ini nanti bisa aku tiru mungkin, terus mungkin bisa menginspirasi mungkin ditiru untuk e.. bahan candaan, komedi gitu.” 4.3.2 Penerimaan Informan Terhadap Kekerasan Psikologis: Mengejek, Merendahkan, dan Membentak

Deni sebagai informan 1 memperlihatkan reaksi tertawa ketika melihat kekerasan psikologis yang terkandung dalam film Hangout seperti pada saat adegan adegan Gading yang merendahkan Dinda dengan berkata “jorok banget sih jadi cewek” karena pada saat itu Dinda menciumi keteknya di depan umum. Kemudian respon Deni saat melihat adegan Gading dan Dinda tersebut adalah tertawa tanpa berkomentar. Reaksi Deni, menunjukkan bahwa perkataan Gading yang merendahkan Dinda hanya merupakan sebuah gurauan.

(26)

61 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.19 Gading merasa jijik karena melihat Dinda menciumi keteknya Sumber: Screen capture film Hangout (2018)

Deni sempat mengungkapkan pengalamannya saat mengalami dan melakukan kekerasan psikologis. Deni mengatakan bahwa dirinya sering sekali bergurau dengan teman-temannya menggunakan perkataan yang merendahkan. Jadi, ketika Deni melihat adegan yang memperlihatkan seseorang mengatakan perkataan merendahkan ke orang lain, Deni hanya menganggapnya sebagai gurauan saja. Namun Deni juga bercerita bahwa dirinya pernah kalo mengalami kekerasan psikologis yaitu di bully temannya. Kemudian Deni berkata bahwa saat itu dia merasa tersinggung kemudian marah dan mengakibatkan dirinya bertengkar dengan membalas perbuatan temannya dengan cara mengejek temannya.

Deni melihat adegan yang mengandung kekeraan psikologis sebagai sebuah humor biasa. Saat diwawancara, Deni menceritakan bahwa dirinya menonton film komedi bertujuan untuk mendapatkan hiburan. Hal itu terkait dengan kegemaran Deni dalam menonton film komedi. Sesuai dengan konteks filmnya yaitu komedi, maka dari itu, Deni melihat Hangout dari sisi komedi yang membuatnya tertawa. Sehingga saat menonton adegan kekerasan psikologis tidak terlihat oleh Deni.

Gambar 4.20 Soleh sedang mengejek Prilly Sumber: Screen capture film Hangout (2018)

(27)

62 Universitas Kristen Petra Selanjutnya Dina sebagai informan 2 memperlihatkan reaksi tertawa ketika melihat kekerasan psikologis yang terkandung dalam film Hangout seperti pada saat adegan ketika melihat adegan Soleh yang mengejek Prilly dengan berkata “loe itu pendek seperti anak kecil, gak cocok jadi pemain film. Cocoknya main di Istana boneka.“ Dina merespon adegan tersebut dengan tersenyum tetapi kemudian Dina berkata “sakno Prilly di ilok-ilokno (dihina) terus.” Penerimaan itu memperlihatkan bahwa Dina sebenarnya menganggap perkataan Soleh sebagai sebuah lelucon akan tetapi kemudian Dina merasa kasihan kepada Prilly yang terus menerus menjadi korban ejek-ejekan Soleh.

Gambar 4.21 Surya membentak tukang parkir Sumber: Screen capture film Hangout (2018)

Kekerasan Psikologis lainnya ada pada saat adegan seperti gambar 4.21. Surya membentak tukang parkir, karena Surya tidak diberi kembalian. Menurut Dina adegan tersebut tidak patut dicontoh. Saat melihat adegan tersebut, Dina terlihat mengernyitkan dahi kemudian, Dina mengungkapkan bahwa hal yang dilakukan Surya itu tidak baik dan tidak boleh dicontoh. Ekspresi wajah dan respon Dinda memperlihatkan bahwa dirinya tidak menyukai adegan saat Surya membentak tukang parkir.

Saat wawancara, Dina menceritakan bahwa dirinya sering saling mengejek dengan teman-temannya. Dina berkata

“kalo di ejek sih sering tapi negejek-ngejeknya yang guyon gitu gak sampai apa namanya gak sampai serius. Pernah sih sindir-sindiran dan nyindir-nyindir gitu pernah. Pernah juga disindir sampai sakit hati gitu pernah. Cuma ya lalu. Jadi dua-duanya pernah ngalamin dan ngelakuin.”

(28)

63 Universitas Kristen Petra Menurutnya apa yang dirinya lakukan adalah hasil dari mencontoh dari tayangan-tayangan yang sering dirinya tonton. Dina mengatakan bahwa apa yang dirinya dan teman-temanya lakukan hanyalah sebuah gurauan. Namun, gurauan yang dirinya atau teman-temannya ucapkan tersebut juga terkadang membuatnya sakit hati hingga terkadang menyebabkan dirinya bermusuhan dengan temannya.

Gambar 4.22 Soleh kaget kemudian mengejek Prilly Sumber: Screen capture film Hangout (2018)

Selanjutnya Lina sebagai informan 3 memperlihatkan reaksi tertawa ketika melihat kekerasan psikologis yang terkandung dalam film Hangout seperti pada saat adegan pada gambar 4.24 yang menceritakan adegan saat Soleh sedang kencing tiba-tiba Prilly datang dan mengagetkannya. Kemudian soleh mengejek Prilly dengan berkata “kirain tuyul gondrong.” Saat melihat adegan tersebut, Lina meresponnya dengan tertawa tanpa berkomentar. Lina menganggap bahwa perkataan Soleh kepada Prilly hanya sebuah gurauan saja. Lina melihat adanya kekerasan psikologis yang terjadi sebagai sebuah guyonan yang tidak serius.

Saat diwawancara, Lina menceritakan bahwa dirinya juga sering saling mengejek dengan teman-temannya.

“temenku ngejek aku, diejek pendek gitu. Tapi dalam guyon itu. Kan aku tinggi, nah aku dihina pendek jadi temenku ini gak mau kalo aku ini tinggi.”

Menurut dirinya hal tersebut hanya bercanda dan bukan suatu hal yang serius. Lina juga tidak menyangkal bahwa hal tersebut adalah hasil dari menonton tayangan di televisi dan film yang memuat unsur kekerasan psikologis.

(29)

64 Universitas Kristen Petra Gambar 4.23 Gading mengatakan ketiak Dinda bau

Sumber: Screen capture film Hangout (2018)

Selanjutnya Rama sebagai informan 4 memperlihatkan reaksi tertawa ketika melihat kekerasan psikologis yang terkandung dalam film Hangout seperti pada saat adegan Rama menunjukkan penerimaan yang dominan ketika melihat adegan saat Dinda menggaruk ketiaknya kemudian makan menggunakan tangan tanpa mencucinya telebih dahulu. Setelah itu Dinda berkata bahwa makanan yang dimakannya sudah basi. Merasa jijik dengan hal tersebut kemudian, Gading berkata kepada Dinda “bukan makanannya, ketek lo basi.” Respon Rama ketika melihat itu adalah tertawa dan berkomentar “yek..ngguilani (menjijikan).” Menurut Rama adegan tersebut hanya sebuah lelucon dan tidak menganggap adegan tersebut sebagai suatu kekerasan psikologis.

Kemudian ketika Rama melihat adegan saat Soleh mengejek Prilly dengan berkata “loe itu pendek seperti anak kecil, gak cocok jadi pemain film. Cocoknya main di Istana boneka,“ Rama tersenyum kemudian berkomentar “kalau kenyatan bukan film, bisa sakit hati sih di ejek gitu.” Reaksi yang diperlihatkan Rama menunjukkan rasa bersimpati kepada korban (Prilly).

Saat diwawancara, Rama menceritakan pengalamannya yang berhubungan dengan ekerasan psikologis. Rama mengatakan,

“pernah karena juga kan sering bercanda sama temen-temen kelas gitu, ejek-ejek orang tua. Ejek-ejek orangtua kan termasuk kekerasan psikologis juga bisa nyakitin hati. terus ejek-ejek masalah berta badan, masalah postur tubuh yang kurang ideal, terus masalah kekeluargaan itu juga pernah sih. Jadi saling olok-olokan gitu. Jadi saya mengalami pernah, melakukan juga pernah.”

(30)

65 Universitas Kristen Petra Pada awalnya Rama dan teman-temannya menganggap aksinya tersebut sebagai sebuah gurauan, tetapi setelah itu Rama mengatakan bahwa hal tersebut terkadang membuatnya sakit hati.

4.3.3 Penerimaan Informan Terhadap Kekerasan Seksual: Berupa Kekerasan Verbal yang Mengarah Pada Paksaan dan Gurauan Seksual

Pada kekerasan seksual, Deni sebagai informan 1 memperlihatkan reaksi tertawa ketika melihat kekerasan seksual yang terkandung dalam film Hangout seperti pada saat adegan Soleh yang mengajak Radit untuk kencing berdua dengannya dalam satu toilet. Setelah Radit selesai dan hendak keluar toilet, Soleh menyuruh Radit agar kembali masuk ke dalam dan meneruskan kencingnya, padahal Radit sudah tidak merasa ingin kencing, namun Soleh tetap memaksa Radit. Saat melihat adegan tersebut Deni meresponnya dengan tertawa.

Saat ditanya mengapa ia tertawa, kemudian Deni mengungkapkan bahwa lelaki seharusnya tidak boleh kencing secara bersamaan dalam satu lobang toilet. Deni menganggap adegan tersebut sebagai sebuah keanehan yang lucu.

Gambar 4.24 Bayu sedang memperagakan seorang wanita dihadapan Dinda dan Titi Kamal

Sumber: Screen capture film Hangout (2018)

Selanjutnya Dina sebagai informan 2 memperlihatkan reaksi tertawa ketika melihat kekerasan seksual yang terkandung dalam film Hangout seperti pada saat adegan pada gambar 4.26 diceritakan Bayu Skak sedang ingin makan ditemani seorang wanita, kemudian Bayu memperagakan tubuh seorang wanita seksi

(31)

66 Universitas Kristen Petra dihadapan Dinda dan Titi Kamal. Melihat adegan tersebut, Dina langsung berkata “jorok pikirannya Bayu Skak.” Perkataan Dina memperlihatkan bahwa dirinya tidak senang terhadap hal yang dilakukan oleh Bayu dengan menganggap Bayu memiliki pikiran yang jorok.

Pada Lina sebagai informan 3 memperlihatkan reaksi tertawa ketika melihat kekerasan seksual yang terkandung dalam film Hangout seperti pada saat adegan saat melihat adegan tersebut Lina menunjukkan ekspresi tersenyum saat melihat Bayu Skak memperagakan tubuh seorang wanita seksi dihadapan Dinda dan Titi Kamal. Tetapi kemudian Lina berkata “ngomong jorok.” Lina menganggap kata-kata yang diucapkan Bayu adalah hal yang jorok yang seharusnya tidak pantas diucapkan.

Gambar 4.25 Soleh yang sedang mengenakan kostum bawang putih Sumber: Screen capture film Hangout (2018)

Pada gambar 4.27 diceritakan bahwa Soleh sedang memerankan tokoh bawang putih tetapi ia dipaksa oleh Surya mengenakan kostum yang dibuat oleh Bayu. Kostum tersebut memperlihatkan perut Soleh yang buncit. Karena tidak nyaman dengan kostum tersebut kemudian Soleh berkata kepada Surya, “bawang putih gak binal sur..gak binal“ sambil memegang perutnya. Lina merespon adegan tersebut dengan tertawa.

Selanjutnya Rama sebagai informan 4 memperlihatkan reaksi tertawa ketika melihat kekerasan seksual yang terkandung dalam film Hangout seperti pada saat adegan Bayu Skak yang sedang bercanda dengan Titi Kamal dan Dinda dengan memperagakan tubuh seorang wanita seksi. Saat di wawanara, Rama menyatakan

(32)

67 Universitas Kristen Petra bahwa tidak ada adegan yang mengandung unsur kekerasan seksual di film Hangout. Reaksi tertawa Rama menunjukkan bahwa Rama menganggap aksi Bayu hanya sebagai gurauan dan bukan sebuah kekerasan seksual.

4.3.4 Penerimaan Informan Terhadap Kekerasan Fungsional: Memaksakan Kehendak

Pada gambar 4.28 Surya memaksa Radit, Soleh, Bayu, dan Gading memainkan drama bawang putih dan bawang merah menggunakan kostum. Reaksi saat melihat adegan tersebut, Deni, Dina, Lina, dan Rama memperlihatkan ekspresi tertawa. Mereka menganggap permintaan Surya adalah hal yang konyol dan lucu.

Gambar 4.26 Surya memaksa Radit, Soleh, Gading dan Bayu untuk memerankan cerita Bawang Putih dan Bawang Merah

Sumber: Screen capture film Hangout (2018)

Deni, Dina, Lina dan Rama saat diwawancara, keempat informan menceritakan pengalamannya terhadap kekerasan fungsional. Pada informan pertama yaitu Deni mengaku bahwa dirinya seringkali dipaksa oleh kakanya melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak Deni inginkan. Deni mengatakan “aku sering disuruh-suruh sama mbak ku padahal aku gak mau tapi dipaksa.” Kemudian Dina juga mengaku bahwa dirinya seringkali memaksa adiknya melakukan sesuatu sesuai keinginannya. Hal tersebut juga terjadi pada Lina dan Rama.

(33)

68 Universitas Kristen Petra 4.4 Analisis dan Interpretasi Data

4.4.1 Penerimaan Kekerasan Bergantung Pada Jenis Kelamin

Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan pengkategorian penerimaan menurut Stuart Hall yang dimana terdapat beberapa kategori, salah satunya adalah dominant code. Menurut Hall (1973), seorang informan dapat masuk ke dalam kategori dominant code jika ia dapat menerima seluruh pesan yang terkandung dalam media secara positif.

Deni dan Rama sebagai informan berjenis kelamin laki-laki memberikan penerimaan yang cenderung dominan terhadap kekerasan yang terdapat melalui adegan yang ditampilkan dalam film Hangout. Pada Rama menunjukkan penerimaan dominan pada aspek kekerasan kekerasan fisik, seksual, dan fungsional. Sedangkan Pada Deni menunjukkan penerimaan dominan pada ketiga aspek kekerasan yakni kekerasan psikologis, seksual, dan fungsional. Penerimaan yang cenderung dominan pada Rama dan Deni terlihat saat mereka menunjukkan ekspresi tertawa pada saat melihat kekerasan yang dimuat dalam adegan di film Hangout.

Sedangkan pada Dina dan Lina sebagai informan berjenis kelamin perempuan cenderung menunjukkan penerimaan negosiasi pada saat melihat beberapa kekerasan yang terkandung melalui adegan yang ditampilkan dalam film Hangout. Menurut Hall, seorang informan dapat masuk dalam kategori negotiated code jika ia menerima beberapa pesan, tetapi ia juga memberikan sebuah penolakan terhadap pesan lain dalam media yang sama. Penerimaan yang negosiasi pada Dina dan Lina terlihat saat mereka menunjukkan ekspresi tertawa pada saat melihat kekerasan yang dimuat dalam adegan di film Hangout. Namun kemudian mereka memberikan komentar yang menunjukkan rasa iba pada korban kekerasan.

Penerimaan informan menunjukkan bahwa laki-laki cenderung dominan pada bentuk-bentuk kekerasan. Laki-laki cenderung bersikap santai ketika melihat kekerasan. Sedangkan informan berjenis kelamin perempuan cenderung menunjukkan penerimaan negosiasi pada saat melihat kekerasan. Karena pada perempuan cenderung menggunakan perasaan emosional. Sehingga kekerasan dipandang secara berbeda tergantung pada jenis kelamin informan.

(34)

69 Universitas Kristen Petra Menurut Sophie Jehel, dalam kekerasan penggunaan kekuatan, manipulasi, fitnah, pemberitaan yang tidak benar, pengkondisian yang merugikan, kata-kata yang memojokkan, dan penghinaan merupakan ungkapan nyata kekerasan. Logika kekerasan merupakan logika kematian karena bisa memakai tubuh, melukai secara psikologis, merugikan dan bisa menjadi ancaman terhadap integritas pribadi (dalam Haryatmoko, 2007, p.120).

4.4.2 Kekerasan Dianggap Sebagai Gurauan yang Wajar

Deni dan Rama menganggap bahwa kekerasan yang ditampilkan dalam film komedi adalah hal yang wajar. Hal ini diperkuat karena Rama merupakan seseorang dengan latar belakang yang humoris dan sering kali membuat video-video dengan konten komedi maka Rama sudah terbiasa dengan bentuk-bentuk candaan. Sedangkan pada Deni yang gemar menonton film bergenre komedi dan action menganggap bahwa kekerasan yang dimuat dalam sebuah film merupakan salah satu bagian dari film tersebut. Kemudian Deni menjelaskan bahwa film komedi adalah film yang bisa menghibur penontonnya, sehingga Deni memaknai adegan kekerasan yang ada sebagai gurauan yang wajar terjadi.

Sedangkan penerimaan Dina dan Lina cenderung negosiasi terhadap kekerasan. Hal ini dilatar belakangi karena Dina dan Lina merupakan anak pertama yang seringkali menggoda adik-adiknya dengan menggunakan kekerasan seperti mencubit, memukul, dan memaksa. Meskipun mereka menganggap hal tersebut sebagai gurauan untuk menggoda adik-adiknya namun seringkali orang tua mereka memarahi mereka ketika mereka melakukan hal tersebut.

Keberadaan teknik humor ini membuat penonton tidak lagi bertanya-tanya mengapa film komedi lucu. Akan tetapi, dengan mengetahui teknik humor, penonton dapat mengetahui mengapa dirinya bisa tertawa saat diterpa humor. (Berger, 2012, p.16).

Kekerasan bagi mereka adalah suatu hal yang wajar mereka lakukan ketika bersama teman-temannya. Deni, Lina, Dina, dan Rama mengungkapkan pengalaman mereka dengan teman-temannya yang sering kali mengejek, merendahkan satu sama lain, dan memukul. Mereka menganggap hal tersebut

(35)

70 Universitas Kristen Petra hanya sebagai suatu gurauan dalam lingkungan mereka. Ketika melakukan hal tersebut, mereka tidak menyadari dampak perbuatan yang mereka lakukan. Pada awalnya mereka hanya menganggap hal tersebut sebagai gurauan tetapi terkadang gurauan tersebut juga kerap membuat mereka marah dan sakit hati. .

Kekerasan yang dijadikan gurauan dalam komedi semacam itu menjadi hal yang wajar ditemui saat ini dalam media massa Indonesia salah satunya dibuktikan dalam adegan kekerasan yang ada dalam film Hangout. Sehingga dalam pemahaman masyarakat model gurauan seperti itu dianggap sebagai hal biasa.

Dalam kehidupan sehari-hari hal tersebut sangat sering dialami seseorang dan dianggap bukanlah suatu kekerasan. Hal ini diperkuat dengan pengalaman Deni, Dina, Lina, dan Rama. Mereka bercerita bahwa seringkali mereka dipaksa oleh orang lain untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak mereka kehendaki. Tetapi terkadang mereka juga yang memaksa orang lain untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya dikehendaki orang tersebut.

Sri Moerdijati (2012) mengatakan setiap manusia memiliki field of experience (bidang pengalaman) artinya segala sesuatu yang dialami sendiri dan frame of reference (kerangka acuan) yaitu segala yang tidak dialami sendiri. Oleh karena itu meskipun pembuat teks telah memproduksi isi media dengan cara tertentu, tetapi pembaca akan memahaminya dengan cara yang berbeda sesuai dengan field of experience dan frame of reference (Sri Moerdijati, 2012, p.43-44).

Kekerasan yang terjadi hanya dianggap sebagai bagian dari komedi yang menimbulkan kelucuan ketika melihatnya dan bukan dianggap sebagai suatu kekerasan. Sehingga, ketika melihat kekerasan dalam film Hangout, mereka memberikan reaksi tertawa. Hal tersebut menunjukkan bahwa kekerasan tidak nampak jika dikemas dalam komedi pada sebuah film.

Teori pembelajaran sosial (social learning theory) yang dikemukakan Albert Bandura menyatakan bahwa terjadi banyak pembelajaran melalui pengamatan pada perilaku orang lain, teori ini terutama berharga dalam menganalisis kemungkinan dampak kekerasan dalam sebuah tayangan media. Teori pembelajaran sosial mengakui bahwa manusia mampu menyadari atau berpikir dan bahwa mereka dapat mengambil manfaat dari pengamatan dan pengalaman. Teori

(36)

71 Universitas Kristen Petra ini mengakui bahwa banyak pembelajaran manusia terjadi dengan menyaksikan orang lain yang menampilkan perilaku yang beragam (Severin, 2009, p.330-331).

Huesmaan dkk menjelaskan mengenai teori Observational Learning yang digagas Albert Bandura, melalui Observational Learning diketahui bahwa anak-anak mempelajari sejumlah perilaku mereka dengan meniru apa yang mereka saksikan sebelumnya. Anak-anak yang memiliki perhatian demikian besar terhadap tayangan kekerasan pada sebuah media, akan termotivasi berperilaku lebih agresif (Subakti, 2008, p.136).

4.5 Triangulasi

4.5.1 Triangulasi Informan 1

Peneliti mewawancarai ayah informan bernama Didi (bukan nama sebenarnya). Didi berusia 45 tahun dan saat ini bekerja sebagai seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil). Didi mengatakan bahwa ia sering menonton film action besama anaknya Deni. Menurutnya film action adalah film yang cocok dengan selera laki-laki karena banyak menampilkan keberanian dalam aksi yang ditampilkan pemainnya. Selain film action, film komedi juga sering ditontonnya bersama dengan Deni.

Menurut Didi film Hangout merupakan film komedi yang menghibur. Kemudian Didi memuji film garapan Raditya Dika tersebut, menurutnya alur cerita yang ada dalam film Hangout sangat bagus. Didi mengatakan bahwa film Hangout tidak termasuk dalam film action meskipun dirinya mengakui bahwa banyak sekali adegan kekerasan yang serupa dengan film action seperti adegan memukul dan membunuh.

Didi mengatakan bahwa film action dan komedi merupakan dua film yang berbeda. Didi berpendapat bahwa film komedi merupakan film yang ditonton sebagai hiburan karena banyak adegan-adegan lucu yang membuat orang tertawa tidak seperti film action.

Didi mengaku bahwa ketika menonton film dengan anaknya dirinya jarang memberi pengarahan kepada anaknya. Dirinya menganggap bahwa anaknya sudah bisa membedakan perilaku mana yang benar dan salah. Selain itu Didi mengatakan

(37)

72 Universitas Kristen Petra jika anaknya sering melakukan kenakalan, menurut Didi hal tersebut merupakan hal yang wajar dilakukan anak-anak. Menurutnya anak-anak wajar jika sering bergurau dana bercanda dengan teman-temannya. Didi juga mengatakan bahwa dirinya akan menegur dan menasehati jika anaknya berbuat kesalahan.

4.5.2 Triangulasi Informan 2

Peneliti mewawancarai ibu informan bernama Indah (bukan nama sebenarnya). Indah berusia 40 tahun dan saat ini bekerja sebagai seorang karyawan swasta. Indah mengatakan bahwa ia jarang menonton film dengan anaknya Dina karena kesibukannya bekerja. Indah mengatakan bahwa anaknya lebih sering menonton film bersama adik atau teman-temannya.

Menurut Indah film Hangout merupakan film komedi yang menghibur dari sisi komedinya. Namun Indah tidak menyukai kekerasan yang ada dalam film tersebut. Indah berpendapat bahwa kekerasan tidak cocok jika dijadikan sebagai komedi. Indah mengatakan jika adegan-adegan kekerasan akan sangat berbahaya jika ditiru oleh orang yang melihatnya.

Indah mengaku bahwa dirinya jarang memberi pengarahan kepada anaknya ketika menonton film. Selain itu Indah mengatakan jika anaknya juga pernah melakukan kenakalan. Indah mengatakan kenakalan yang biasa dilakukan anaknya bukanlah kenakalan yang fatal, hanya sebatas kenakalan biasa yang dilakukan anak-anak seusianya. Indah menyebutkan kenakalan yang paling sering dilakukan anaknya yaitu Dina seringkali menyuruh-nyuruh adiknya. Indah juga mengatakan bahwa ketika anaknya melakukan kenakalan dirinya akan menegur dan menasehatinya meskipun terkadang harus memakai kekerasan fisik seperti mencubit atau memukul. Menurutnya hal tersebut dilakukan agar anaknya mengerti dan tidak mebgulangi kesalahannya.

4.5.3 Triangulasi Informan 3

Peneliti mewawancarai ibu informan bernama Lisa (bukan nama sebenarnya). Lisa berusia 36 tahun dan tidak bekerja. Kesibukannya hanya sebagai ibu rumah tangga. Lisa mengatakan bahwa ia sering menonton film bersama dengan

(38)

73 Universitas Kristen Petra suami dan anak-anaknya. Lisa mengatakan film yang sering ditonton bersama keluarganya adalah film komedi keluarga. Film favorit keluarganya adalah film komedi Warkop DKI.

Menurut Lisa film Hangout merupakan film komedi yang lucu meskipun dirinya setuju bahwa banyak sekali adegan kekerasan didalamnya. Menurut Lisa adegan kekerasan tidak boleh dicontoh oleh anak-anak. Namun, Lisa mengaku bahwa dirinya jarang memberi pengarahan kepada anaknya ketika menonton film.

Kemudian Lisa mengatakan jika anaknya pernah melakukan kenakalan. Lisa mengatakan kenakalan yang biasa dilakukan anaknya yaitu seringkali menggoda adik-adiknya seperti mencubit hingga adiknya menangis. Namun menurut Lisa kenakalan yang dilakukan Lina anaknya merupakan ungkapan rasa gemas Lina terhadap adik-adiknya, bukanlah kekerasan yang sengaja dilakukan Lina. Lina juga mengatakan bahwa ketika anaknya melakukan kenakalan dirinya akan menasehatinya secara baik-baik.

4.5.4 Triangulasi Informan 4

Peneliti mewawancarai ibu informan bernama Yati (bukan nama sebenarnya). Yati berusia 45 tahun dan saat ini kesibukannya adalah bekekrja sebagai pedagang di salah satu Mall di Surabaya. Yati mengatakan bahwa ia tidak pernah sama sekali menonton film bersama dengan anaknya karena setiap hari dirinya harus bekerja dari pagi hingga pulang pada malam hari.

Yati mengatakan bahwa dirinya tidak tahu tentang film Hangout. Dirinya mengatakan bahwa anaknya Rama senang sekali menonton film-film komedi. Namun Yati mengakui bahwa ia tidak pernah sama sekali memberikan pengarahan ketika anaknya menonton film.

Yati mengetahui jika anaknya tersebut seringkali membuat video-video dagelan (komedi) bersama dengan teman-temannya. Kemudian Yati mengatakan jika anaknya sangat sering melakukan kenakalan. Yati menceritakan bahwa anaknya pernah hampir dikeluarkan dari sekolah karena membuat video komedi yang berisi konten dewasa sehingga video tersebut viral dan memiliki banyak penonton.

(39)

74 Universitas Kristen Petra Menurut Yati kenakalan yang anaknya lakukan karena jarang mendapat perhatian dari kedua orangtuanya. Yati mengaku karena kesibukkannya bekerja dirinya jarang berkomunikasi dengan anaknya tersebut. Tetapi Yati mengatakan akan menesehati anaknya jika melakukan kesalahan meskipun tak jarang dirinya menggunakan kekeraan fisik seperti memukul ketika anaknya berbuat kesalahan yang besar.

Gambar

Gambar 4.1 Poster Film Hangout  Sumber: www.google.com (2018)
Gambar 4.5 Surya saputra   Sumber: www.google.com (2018)
Gambar 4.6 Titi Kamal   Sumber: www.google.com (2018)
Gambar 4.11 Radit dan Soleh saling memukul menggunakan peralatan dapur  Sumber: Screen capture film Hangout (2018)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Road Map penelitian yang berjudul “Pembuatan Matriks Hidroksiapatit-Kitosan untuk Bahan Baku Filamen Tulang Buatan dari Limbah Cangkang Rajungan (Portunus Pelagicus) dengan

Penelitian ini memberikan kontribusi dengan mengusulkan pendekatan untuk mengamati pengaruh pola hubungan pengembang terhadap jumlah isu yang berhasil diselesaikan

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sherly Rakhmawati yang berjudul ―pengaruh kepercayaan, persepsi kegunaan, persepsi kemudahan,

Berdasarkan uraian yang telah di paparkan terdahulu maka berikut ini pe- nulis akan menguraikan inti dari bentuk kesimpulan adalah sebagai berikut bahwa dalam penerapan sangsi

ILUSTRASI QFD • Restoran Mareta merupakan restoran masakan padang yang paling 

Seni audio visual tersebut termasuk dalam seni drama, namun keberadaannya tidak hanya terdapat seni pertunjukan semata, seni sastra hadir dalam pengemasan dialog –

Sistem Tender dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pada Unit Perbekalan Universitas Kristen Petra.. Unit Perbekalan Universitas Kristen Petra adalah salah satu

Dengan menggunakan skala likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam hal ini telah