© 2018 The Author(s). This open access article is distributed under a Creative Commons Attribution (CC-BY) 3.0 license.
Publisher
UPT Mataram University Press Publisher
UPT Mataram University Press Publisher
UPT Mataram University Press Publisher
UPT Mataram University Press Original Paper
Kontribusi Persepsi Siswa Tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan Cara
Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 1 Hiliserangkai
Aprianus Telaumbanua
11(IKIP Gunungsitoli)
*Corresponding Author: Aprianus Telaumbanua, IKIP Gunungsitoli;
Email:
april_telaumbanua@yahoo.com
Abstract: Berdasarkan hasil studi pendahuluan penulis, ternyata hasil belajar siswa SMKN 1 Hiliserangkai masih rendah. Hasil belajar ditentukan banyak faktor, diantaranya adalah persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar. Penelitian ini betujuan untuk mengungkap kontribusi persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar terhadap hasil belajar siswa SMKN 1 Hiliserangkai. Tiga hipotesis yang diuji dalam penelitian ini, yaitu: (1) persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan berkontribusi terhadap hasil belajar, (2) cara belajar berkontribusi dengan hasil belajar, (3) persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar secara bersama-sama berkontribusi terhadap hasil belajar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMKN 1 Hiliserangkai yang berjumlah 404 orang, dan sampel sebanyak 101 orang diambil dengan menggunakan teknik stratified proposional random sampling. Instrumen yang digunakan untuk pengumpilan data adalah angket model skala Likert yang telah diuji kesahihan dan keandalan. Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan berkontribusi 11,6% signifikan terhadap hasil belajar, (2) cara belajar berkontribusi 12,5% signifikan terhadap hasil belajar, (3) persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar secara bersama-sama berkontribusi 12,3% signifikan terhadap hasil belajar. Berdasarkan temuan ini, dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar adalah dua faktor penting yang berkontribusi terhadap hasil belajar siswa SMKN 1 Hiliserangkai. Oleh karena itu, disarankan kepada pihak-pihak yang terkait untuk dapat memperhatikan kedua faktor ini agar hasil belajar siswa SMKN 1 Hiliserangkai dapat lebih meningkat. Keywords: Persepsi; Cara Belajar; Hasil Belajar
Pendahuluan
Pemerintah menciptakan kebijaksanaan
dalam pendidikan sebagai sarana pengembangan bangsa, meliputi kemanusiaan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan bangsa dan negara di masa yang akan datang, yang mampu mengembangkan segenap potensi siswa sehingga selaras dengan program pembangunan
nasional dalam rangka mencapai tujuan nasional. Pendidikan nasional akan ditingkatkan menuju
pengembangan kualitas dan kesepadanan
kompetensi dasar dan kejuruan dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan di bidang
pendidikan sekaligus mengantisipasi
ketidakmampuan menjawab tantangan zaman. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) salah satu wahana yang tepat sebagai lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga terampil untuk mempersiapkan diri dalam memasuki dunia
kerja dengan pemenuhan kompetensi diberbagai pengembangan. Sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), yaitu meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya (Depdiknas, 2006).
Salah satu masalah yang dihadapi
dalam dunia pendidikan dewasa ini, khususnya
pendidikan kejuruan menyangkut hasil belajar
siswa. Hasil belajar yang dimaksud tentunya
hasil belajar yang benar-benar menunjukkan
kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi
yang diharapkan. Hal ini berkaitan dengan
program studi/jurusan yang ada. Kemampuan
biasanya diukur berdasarkan nilai yang dicapai
siswa melalui penilaian (evaluasi) yang
dilaksanakan guru.
Dikmenjur
(2000)
menyatakan
bahwa
pendidikan umumnya dan pendidikan kejuruan
khususnya menghadapi sejumlah masalah
antara lain masih rendahnya persepsi dan
pemahaman peserta didik akan dunia kerja.
Rendahnya
pemahaman
tersebut
mengakibatkan kurangnya cara belajar peserta
didik dalam belajar, yang dalam hal ini dapat
mengakibatkan rendahnya kualitas hasil belajar
yang dicapai peserta didik.
Studi awal yang dilakukan peneliti di
SMKN 1 Hiliserangkai, menunjukan beberapa
indikasi positif diduga menyebabkan kurang
berkualitasnya hasil belajar, yaitu: (1)
menyangkut persepsi siswa terhadap SMK, (2)
siswa memasuki sekolah tersebut karena
mudah dijangkau, tidak membutuhkan biaya
yang besar, (3) belum optimalnya pembinaan
dan bimbingan karir yang dilakukan, (4) dari
dialog peneliti dengan beberapa orang siswa
menuturkan bahwa cara belajar mereka sangat
variatif dan kurang berpola, (5) motivasi yang
diberikan guru kepada siswa dirasakan belum
memberi semangat maksimal serta kurang
menumbuhkan
kreatifitas-kreatifitas
yang
berguna.
Berdasarkan uraian di atas, untuk
mengkaji lebih jauh masalah ini maka peneliti
mengangkat topik penelitian, yaitu ”Kontribusi
Persepsi Siswa Tentang Sekolah Menengah
Kejuruan Dan Cara Belajar Terhadap Hasil
Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Negeri 1 Hiliserangkai”.
Metode
Penelitian
ini
tergolong
dalam
penelitian kuantitatif dengan jenis ex-post facto
dan menggunakan pendekatan korelatif.
Artinya seluruh data penelitian yang terkait
dengan persepsi siswa tentang Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dan cara belajar
yang
memiliki
hubungan
korelasional.
Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 1
Hiliserangkai,
desa
Hilizia
kecamatan
Hiliserangkai Kabupaten Nias.
Menurut
Sugiono (2006) ”Variabel merupakan gejala
yang menjadi penelitian untuk diamati, variabel
itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau
objek yang mempunyai variabel antara satu
dengan yang lainnya dalam kelompok itu”.
Berdasarkan hal tersebut, maka variabel
penelitian ini mencakup dua variabel
independen, yaitu: persepsi siswa tentang
Sekolah Menengah Kejuruan (X
1) dan cara
belajar siswa (X
2), sedangkan hasil belajar (Y)
merupakan variabel dependen.
Jenis data dalam penelitian adalah data primer
dan data skunder. Data primer diperoleh dari
hasil angket yang diisi oleh responden, yang
mencakup persepsi siswa tentang Sekolah
Menengah Kejuruan dan cara belajar siswa,
sedangkan data skunder diperoleh dari Daftar
Kumpulan Nilai (DKN) siswa SMKN 1
Hiliserangkai.
Instrumen yang digunakan untuk pengumpilan
data adalah angket model skala Likert yang
telah diuji kesahihan dan keandalan.
Hasil dan Pembahasan
Deskripsi Data
Berdasarkan hasil analisis dengan bantuan Program SPSS 17 secara umum dan kedua variabel bebas, yaitu Persepsi Siswa Tentang Sekolah Menengah Kejuruan (X1) dan Cara Belajar (X2)
dengan variabel terikat yaitu Hasil Belajar (Y), maka diperoleh skor dari masing-masing variabel
22
tersebut sebagai kualitatif terhadap instrumen yang telah disebarkan kepada 101 orang responden. Adapun gambaran masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut:
Persepsi Siswa Tentang Sekolah Menengah Kejuruan (X1)
Berdasarkan instrumen persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan (X1) yang
butir-butirnya berjumlah 30 butir, maka secara ideal skor minimal yang dapat dicapai adalah 30 dan maksimal 150.
Untuk lebih jelasnya deskripsi data persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1 Deskripsi Data Frekuensi Persepsi Siswa
tentang SMK (X1)
Persepsi siswa tentang SMK (X1) N Valid 101 Missing 0 Mean 116.16 Median 116.00 Mode 122 Std. Deviation 14.110 Variance 199.095 Minimum 88 Maximum 153 Sum 11732
Tabel 1 memperlihatkan bahwa variabel persepsi siswa tentang SMK (X1), tersebar antara skor
tertinggi pada variabel ini adalah 153 skor terendah adalah 88 dan skor nilai tengah (median) 116; skor rata-rata (mean) 116,16 dan simpangan baku (standar deviasi) adalah 14,110 dan sebaran data sebanyak 101 orang.
Untuk pencapaian skor rata-rata, dimana nilai rata-rata persepsi siswa tentang SMK (X1)
berbanding dengan nilai skor maksimal kemudian dikalikan dengan 100% maka diperoleh nilai adalah 75,92%. Berdasarkan nilai tingkat pencapaian responden ini sejalan dengan pendapat Sudjana (1982) bahwa untuk mengetahui tingkat pencapaian dalam interval 65%-79% adalah kategori cukup.
Cara Belajar (X
2)
Berdasarkan hasil analisis data cara belajar (X2) yang butir-butirnya berjumlah 33 butir, maka
secara ideal skor minimal yang dapat dicapai adalah 33 dan skor maksimal adalah 165. Untuk lebih jelasnya deskripsi data cara belajar dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2 Deskripsi data Frekuensi Cara belajar (X2) Cara Belajar (X2) N Valid 101 Missing 0 Mean 118.15 Median 120.00 Mode 120 Std. Deviation 15.681 Variance 245.908 Minimum 83 Maximum 147 Sum 11933
Tabel 2 memperlihatkan bahwa variabel cara belajar (X2) tersebut antara skor tertinggi pada
variabel ini adalah 147 dan skor terendah adalah 83 dan skor nilai tengah (median) adalah120, skor rata-rata (mean) adalah 118,15 dan simpangan baku (standar deviasi) adalah 15,681 dari sebaran data sebanyak 101 responden.
Untuk mencapaian skor rata-rata, dimana rata-rata cara belajar (X2) dibandingkan dengan
nilai skor maksimal kemudian dikalikan dengan 100% maka diperoleh nilai adalah 80,37%. Berdasarkan nilai tingkat pencapain responden ini sejalan dengan pendapat sudjana (1982), bahwa untuk mengetahui tingkat pencapaian dalam interval 80%-89% adalah kategori baik.
Hasil Belajar (Y)
Berdasarkan hasil analisis data hasil belajar (Y) yang di ambil nilai semester. Untuk lebih jelasnya deskripsi data hasil belajar dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Variabel Hasil Belajar (Y)
Cara Belajar (X2)
Missing 0 Mean 70.63 Median 73.00 Mode 76 Std. Deviation 7.021 Variance 49.294 Minimum 50 Maximum 80 Sum 7134
Tabel 3 memperlihatkan bahwa variabel hasil belajar (Y) tersebut antara skor tertinggi pada variabel ini adalah 81, dan skor terendah adalah 50 dan skor nilai tengah (median) adalah 73,00, skor rata-rata (mean) adalah 70,63 dan simpangan baku (standar diviasi) adalah 7,021 dari sebaran data sebanyak 101 responden.
Untuk pencapaian skor responden dimana nilai rata-rata hasil belajar (Y) berbanding nilai skor maksimal kemudian dikalikan dengan 100% maka diperoleh nilai adalah 87,19% Berdasarkan nilai tingkat pencapaian responden ini sejalan dengan Sudjana (1982) yanag menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat pencapaian dalam interval 80%-89% adalah kategori baik.
Uji Normalitas
Variabel yang akan diuji normalitasnya adalah Persepsi siswa tentang SMK (X1), dan Cara
belajar (X2), dan Hasil belajar (Y). sebagai dasar
normal atau tidak normal suatu distribusi data pada setiap variabel digunakan taraf signifikan 5% (a = 0,05), dengan kriteria jika probabilitas hitung besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal.
Hasil perhitungan Uji Normalitas dapat terlihat rangkumannya pada tabel berikut ini.
Tabel 4 Data Penelitian
Kolmogorov-Smirnov
Variabel K - S HitungProb. Kondisi Keterangan X1 X2 Y 1,065 0,886 1,873 0,207 0,412 0,072 0,207>0,05 0,412>0,05 0,072>0,05 Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
Dari tabel 4 di atas, terlihat bahwa data dari masing-masing variabel penelitian ini ternyata
berdistribusi normal, karena nilai probabilitas hitungan dari masing–masing variabel tersebut besar dari nilai probabilitas yang di pakai yakni 0,05.
Uji Independensi antar Variabel Bebas
Uji independen antara variabel bebas yang menggunakan koefisien korelasi berguna untuk melihat antara variabel bebas, yaitu hubungan antara variabel Persepsi Siswa tentang SMK (X1)
dengan Cara belajar (X2). Uji independen antara
variabel bebas ini harapkan tidak terjadi tumpang tindih antara variabel bebas tersebut.sebagai dasar ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dapat dilihat dari kriteria jika probabilitas hitung <0,05 maka tidak ada hubungan independen, sehingga setiap variabel berdiri sendiri. Hasil perhitungan Uji independen antara variabel bebas terlihat pada rangkuman tabel berikut ini.
Tabel 5 Rangkuman Analisis Uji Independensi Uraian Koefisienkorelasi Prob.hitung Keterangan
X1
dengan X2
0,120 0,229>0,05 independen
Dari tabel di atas, dapat dilihat,bahwa nilai probabilitas pada korelasi yang terjadi antara variabel bebas berada di atas 0,05. Hal ini berarti, bahwa masing–masing variabel bebas berdiri sendiri dan tidak ada hubungan sesama variabel bebas (independen). Dengan demikian seluruh variabel bebas pada penelitian ini adalah independen, sehingga data penelitian ini dapat dianalisis lebih lanjut dengan analisis korelasi.
Pengujian Hipotesis
Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah ”Terdapat korelasi yang positif antara persepsi siswa tentang SMK dengan hasil belajar siswa SMKN 1 Hiliserangkai”.Berdasarkan hasil analisis korelasi dan regresi sederhana antara persepsi siswa tentang SMK (X1) dengan hasil
belajar (Y). dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6 Hasil Analisis Korelasi Sederhana
antara Variabel X1 dengan Y Memakai Model
Model R squareR Adjusted R Square Std. Error of The Estimate 1 .341ª .166 .107 6.633
Dari model Summary di atas, terdapat tingkat hubungan antara persepsi siswa tentang SMK dengan hasil belajar sebesar nilai (R), yaitu merupakan koefisien korelasi sebesar 0,341 sementara besarnya kekuatan hubungan yang ada (R2) atau Koefisien determinan adalah sebesar
0,116. Artinya persepsi siswa tentang SMK hanya mampu menjelaskan hasil belajar sebesar 11,6%.
Pada tabel berikut ini menunjukkan hasil analisis regresi sederhan antara variabel X1 dengan
Y Memakai Tabel Coefficients.
Tabel 7 Hasil Analisis Regresi Sederhan Antara
Variabel X1 dengan Y Memakai Tabel
Coefficients
Model UnstandardizedCoefficients Standardizedcoefficients T Sig B ErrorStd. Beta 1 (constant) 50.914 5.500 9.257 .000 Persepsi Siswa tentang SMK .170 .047 .341 3.611 .000
Dari tabel 7 di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,170, konstanta yang terbentuk sebesar 50,914 sedangkan koefisien persamaan regresi yang terbentuk sebesar 0,170. NiIai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dan nilai signifikansi Alpha sebesar 0,05, maka Ha diterima. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa nilai koefisien persamaan regresi yang diperolëh sebesar 0,170 dapat dijadikan sebagai alat prediksi untuk ikut menentukan setiap gejala yang teijadi pada variabel Persepsi Siswa tentang SMK (X1), baik itu
gejala yang sifatnya korelasi.
Dari penjelasan di atas, diperoleh persamaan regresi sederhana yaitu Ŷ = a + bX1 di
mana a = 50.914 dan b = 0,170 sehingga persamaan regresinya adalah Ŷ = 50.914 + 0,170X1. Persamaan ini menunjukkan bahwa jika nilai X1
naik satu satuan maka akan di ikuti kenaikan nilai Ŷ sebesar 0,170 x 1. Sebagai contoh diambil nilai responden 1 untuk variabel Persepsi siswa tentang SMK (X1) sebesar 117, hasil prediksinya menjadi Ŷ
= 50.914 + (0,170 x 117) = 70,804, maka diperkirakan rata-rata 70,804 peningkatan pada basil belajar untuk setiap kenaikan pada variabel persepsi siswa tentang SMK sebesar 117. Dapat disimpulkan ada korelasi antara X1 dengan Y,
dimana 0,000<0,05 artinya korelasi antara X1 dan Y
signifikan.
Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah ”Terdapat korelasi yang positif antara cara belajar dengan hasil belajar siswa SMKN 1 Hiliserangkai”. Berdasarkan hasil analisis korelasi dan regresi sederhana antara Cara belajar (X2) dengan hasil
belajar (Y).
Tabel 8 Hasil Analisis Korelasi Sederhana
antara Variabel X2 dengan Y
Memakai Model Summary
Model R SquareR Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .259 .125 .104 6.566
Dari model Summary di atas, terdapat tingkat hubungan antara cara belajar dengan hasil belajar siswa SMKN 1 Hiliserangkai sebesar nilai (R), yaitu merupakan koefisien korelasi sebesar 0,259 sementara besarnya kekuatan hubungan yang ada (R2) atau Koefisien determinan adalah sebesar
0,125. Artinya cara belajar hanya mampu menjelaskan hasil belajar sebesar 12,5%.
Pada tabel berikut ini menunjukkan hasil analisis regresi sederhana antara variabel X2 dengan
Y memakai model coefficients.
Tabel 9 Hasil Analisis Regresi Sederhana
Antara Variabel X2 dengan Y
Memakai Model Coefficients
Model Unstandardize d Coefficients Standardized Coefficients I Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 62.199 5.294 11.749 .000 Cara Belajar .071 .044 .259 1.607 .035
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,035, konstanta yang terbentuk sebesar 62.199, sedangkan koefisien persamaan regresi yang terbentuk sebesar 0,071. Nilai signifikansi sebesar 0,035 lebih kecil dan nilai signifikansi Alpha sebesar 0,05, maka Ha diterima. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa niiai koefisien persamaan regresi yang diperoleh sebesar 0,071 dapat dijadikan sebagai alat prediksi untuk ikut menentukan setiap gejala yang terjadi pada varaibel cara belajar, baik itu gejala yang sifatnya korelasi.
Dari penjelasan di atas diperoleh persamaan regresi sederhana yaitu Ŷ = a + bX1 dimana a = 62.199 dan b = 0,071 sehingga persamaan regresinya adalah’ = 62.199 + 0,071X2. Persamaan
mi menunjukkan bahwa jika nilai X2 naik satu
satuan maka akan diikuti kenaikan nilai Ŷ sebasar 0,071 x 1. Sebagai contoh diambil nilai responden 1 untuk variabel cara belajar (X2) sebesar 131, hasil
prediksinya menjadi Ŷ = 62.199 + (0,071 x 131) =
71,50 maka diperkirakan rata-rata 71,50
peningkatan pada hasil belajar siswa SMKN 1 Hiliserangkai untuk setiap kenaikan pada variabel cara belajar sebesar 131. Dapat disimpulkan ada korelasi antara X2 dengan Y dimana 0,035 < 0,05
artinya korelasi antara X2 dan Y signifikan. Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga dalam penelitian mi adalah ”Terdapat korelasi yang positif antara persepsi siswa tentang SMK dan cara belajar secara bersama-sama dengan hasil belajar siswa SMKN 1 Hiliserangkai”.
Tabel 10 Hasil Analisis Korelasi Ganda antara Variabel X1 dan X2 dengan Y Memakai Model Summary
Model R SquareR R SquareAdjusted Std. Error of the Estimate
1 .351 .123 .105 6.641
Dari tabel di atas, terdapat tingkat hubungan variabel independen terhadap variabel dependen sebesar nilai (R), yaitu merupakan koefisien korelasi sebesar 0,351 sementara besarnya kekuatan hubungan yang ada (R2) atau
Koefisien determinan adalah sebesar 0,123. Artinya variabel independen atau persepsi siswa tentang
SMK dan cara belajar hanya mampu menjelaskan variabel hasil belajar siswa SMKN 1 Hiliserangkai yaitu sebesar 12,3% dan masih ada faktor lain yang juga ikut memberikan korelasi dengan perubahan hasil belajar siswa SMKN 1 Hiliserangkai, yang tidak nampak dalam pengujian ini dengan presentase sebesar 12,3%.
Tabel 11 Hasil Analisis Regresi Ganda Antara
Variabel X1 dan X2 dengan Y
Memakai Model Coefficients Model Unstandardized Coefficients Standardize d
Coefficients t Sig. B. Std. Esror Beta 1 (Constant) 47.534 6.718 7.076 . 000 Persepsi Siswa tentang SMK .160 .048 .322 3.308 .001 Cara Belajar .088 .042 .065 .879 .022
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai konstanta yang terbentuk sebesar 47.534, sedangkan koefisien persamaan bidang regresi variabel Persepsi Siswa tentang SMK (X1) sebesar
0,160 dan variabel Cara belajar (X2) sebesar 0,088.
Taraf signifikansi Alpha 0,05 yaitu sebesar 0,001 untuk variabel Persepsi Siswa tentang SMK (X1)
kedua variabel ini terlihat lebih kecil dan taraf signifikansi dan 0,022 untuk variabel Cara belajar (X2) kedua variabel ini terlihat lebih kecil dari taraf
signifikansi, maka Ha ditenima. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa nilai koefisien persamaan bidang regresi yang dibentuk dapat dipakai sebagai alat prediksi untuk ikut menentukan setiap gejala yang terjadi pada variabel Persepsi Siswa tentang SMK (X1) dan pada variabel Cara belajar (X2) tidak
dapat dipakal sebagai alat prediksi untuk ikut menentukan setiap gejala yang terjadi secara bersama-sama dengan hasil belajar siswa SMKN 1 Hiliserangkai.
Dari penjelasan di atas, diperoleh persamaan regresi sederhana yaitu Ŷ = a + b1X, +
b2X2 di mana a = 47.534 dan b1 = 0,160 dan b2 =
0,088, sehingga persamaan regresi ganda adalah Ŷ = 47.534 + O,160X1 + 0,088X,. Persamaan ini
menunjukkan bahwa jika nilai variabel Persepsi Siswa tentang SMK (X1) dan variabel Cara belajar
(X2) naik satu satuan maka akan di ikuti kenaikan
nilai Ŷ sebesar 0,160X1 + 0,088X2. Sebagai contoh
diambil nilai responden 1 untuk variabel Persepsi Siswa tentang SMK (Xi) sebesar 117 dan variabel Cara belajar (X2) sebesar 131, hasil prediksinya
menjadi Ŷ = 47.534 + (0,160 x 117) + (O,088 x 131) = 77,782 maka diperkirakan rata-rata 77,782 peningkatan pada hasil belajar siswa SMKN 1 Hiliserangkai untuk setiap kenaikan pada variabel Persepsi Siswa tentang SMK sebesar 117 dan variabel Cara belajar sebesar 131.
Pembahasan
Kontribusi Persepsi Siswa tentang Sekolah
Menengah Kejuruan (X1) Terhadap Hasil
Belajar Siswa SMKN 1 Hiliserangkai
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh tingkat pencapaian skor variabel Persepsi Siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan termasuk dalam kategori baik, dimana tingkat pencapaian skornya adalah 75,92%, hal ini sejalan dengan
pendapat Sudjana (1982), bahwa tingkat
pencapaian dalam interval 65%-79% adalah kategori cukup.
Hasil analisis yang menjelaskan bahwa hipotesis persepsi siswa tentang Sekolab Menengah Kejuruan berkontribusi terhadap hasil belajar. Dari hasil analisis diperoleh koefisien korelasi antara
persepsi siswa tentang Sekolah Menengah
Kejuruan dengan hasil belajar (rx1y) adalah 0,341
yang berarti semakin tinggi persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan maka semakin tinggi hasil belajar yang diperolehnya. Berdasarkan nilai dari koefisien korelasi yang diperoleh tersebut, maka dapat disimpulkan, bahwa persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan berkontribusi signifikan terhadap hasil belajar siswa. Kemudian kontribusi yang terjadi antara persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dengan basil belajar siswa diperoleh sebesar 11,6%.
Temuan penelitian yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa salah satunya diprediksi berhubungan dengan persepsi siswa didukung oleh berbagai pendapat ahli diantaranya oleh Wortman, (1999), terdefinisikan persepsi sebagai suatu proses di mana otak menginterprestasi sensasi yang diterimanya, memberikan perintah dan makna. Sensasi di sini maksudnya adalah prosés dimana rangsangan dan sel penerima di dalam tubuh mengirim impuls saraf ke otak yang muncul dalam bentuk sentuhan, suara, rasa, percikan, warna, dan
lain-lain. Persepsi yang dirangsang oleh keadaan luar siswa yang baik terhadap pendidikan yang ditempuhnya akan menimbulkan sikap positif yang akan berdampak pada hasil belajar siswa.
Walaupun berdasarkan temuan
menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang
Sekolah Menengah Kejuruan berkontribusi
terhadap hasil belajar. Hal ini terkait pencapaian responden pada variabel ini yang berada pada kategori baik. Artinya pesepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan masih bervariasi. Keadaan ini mungkin disebabkan karena memang Sekolah Menengah Kejuruan masih dipandang sebagai sekolah alternatif. Ada anggapan bahwa siswa yang tidak mampu, baik dalam hal finansial mampu kecerdasannya kurang memilih Sekolah Menengah Kejuruan sekaligus untuk memudahkan mendapat pekerjaan. Anggapan ini menjadi Sekolah Menengah Kejuruan masih dipandang
sebelah mata, sehingga sedikit banyak
mempengaruhi persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan.
Kontribusi Cara Belajar (X2) Terhadap Hasil
Belajar Siswa SMKN 1 Hiliserangkai
Hasil analisis hipotesis kedua, diperoleh bahwa cara belajar berkontribusi terhadap hasil belajar. dimana tingkat pencapaian skornya adalah 80,37% termasuk kategori baik, sehingga diperoleh derajat koefesien korelasi antara cara belalar dengan hasil belajar (rx2y) adalah 0,259 yang
berarti semakin baik cara belajar yang diperoleh siswa maka semakin tinggi hasil belajar siswa tersebut. Dari hasil analisis diperoleh derajat koefisien korelasi antara cara belajar berkontribusi terhadap hasil belajar siswa SMKN 1 Hiliserangkai (rx2y) adalah 0,259. Berdasarkan nilai dan koefisien
korelasi yang diperoleh tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa cara belajar berkontribusi terhadap hasil belalar siswa SMKN 1 Hiliserangkai. Kemudian kontribusi yang terjadi antara cara belajar berkontiibusi terhadap basil belajar siswa SMKN 1 Hiliserangkai diperoleh sebesar 12,5%
Berdasarkan hasil analisis di atas, berarti cara belajar dipengaruhi juga terhadap hasil belajar siswa, karena semakin baik cara belajar yang akan mereka dapatkan maka hasil belajarnya juga akan meningkat. Penelitian ini membuktikan pendapat para ahli bahwa hasil belajar siswa terkait dengan cara belajar mereka sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian seseorang (aspek-aspek internal dan
eksternal) yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada aspek kognitif mencakup pengetahuan dan kemahiran intelektual. Aspek efektif mencakup perasaan, minat, motivasi, sikap, kehendak dan nilai. Sementara aspek pesikomotorik mencakup pengamatan dan gerak-gerak motorik (Winkel, 1996:61).
Cara belajar tidak semata-mata warisan dari dalam diri seseorang, tetapi juga melainkan sangat ditentukan oleh lingkungan, yang dimaksud di sini adalah bagaimana sesorang siswa menyerap informasi dengan mudah lalu mengatur dan mengolah informasi tersebut. Bobbi de Porter, (1999). Langkah penting yang dapat membantu siswa dalam belajar antara lain dengan cara: (1) membaca bahan ajar, (2) membuat catatan, (3) menyelesaikan tugas, (4) antusias dalam belajar. Misalnya untuk dapat nilai yang baik dan tinggi pada pelajaran matematika, cara belajar yang diperlukan adalah dengan selalu melakukan pengulangan dan latihan terhadap materi yang diberikan. Sedangkan menurut Winarno Surakhmad (1980) bahwa seorang siswa sebaiknya perlu mengetahui cara belajar yang efisien seperti mengikuti pelajaran, mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan pelajaran dan memanfaatkan perpustakaan, membuat kesimpulan-kesimpulan serta cara mengahadapi ujian.
Pada bagian lain Porter dan Hernacki (2000) juga mengatakan bahwa cara belajar yang dilakukan seseorang merupakan kombinasi tiga faktor yaitu bagaimana orang tersebut menyerap, lalu mengatur dan mengolah informasi yang diterimanya. Agar seseorang dapat mengoptimalkan ketiga faktor itu, dia harus menyadari betul bagaimana gaya belajar yang dimilikinya, agar dia dapat menyerap informasi belajarnya dengan mudah. Pendapat para ahli ini menunjukan pentingnya memiliki cara belajar yang baik sesuai dengan keadaan siswa masing-masing. Semakin
baik cara belajar yang dimiliki siswa
kecenderungan untuk mendapatkan hasil belajar yang baik menjadi lebih baik.
Kontribusi Persepsi Siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan (X1) dan Cara Belajar (X2) Secara Bersama-sama Terhadap Hasil Belajar Siswa SMKN 1 Hiliserangkai.
Selanjutnya pada hipotesis ketiga persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar secara bersama-sama berkontribusi
terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh tingkat pencapaian skor variabel persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa termasuk dalam kategori baik, dimana tingkat pencapaian skornya sebesar 87,19%.
Hasil analisis hipotesis ketiga ditemukan bahwa derajat koefisien korelasi ganda antara persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar secara bersama-sama terhadap basil belajar siswa (Ryx1.2) sebesar 0,351 yang
berarti semakin baik persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar secara bersama-sama, maka semakin baik pula hasil belajar yang mereka capai. Kemudian kontribusi yang teiadi antara persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar secara bersama-sama berkontribusi terhadap hasil belajar siswa diperoleh sebesar 12,3%.
Berdasarkan nilai dari koefisien korelasi ganda yang dibentuk tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar secara bersama-sama berkorelasi signifikan terhadap basil belajar siswa.
Kesimpulan
Berdasarkan data dari hasil analisis yang telah dipaparkan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kontribusi Persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan terhadap hasil belajar siswa memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan hasil belajar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan maka akan semakin baik hasil belajar siswa. 2. Cara belajar memberi kontribusi terhadap hasil
belajar siswa, faktor cara belajar berkontribusi signifikan terhadap basil belajar. Artinya cara
belajar memberi sumbangan dalam
peningkatan hasil belajar siswa.
3. Persepsi siswa tentang Pendidikan Kejuruan dan cara belajar memberi kontribusi secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa SMKN 1 Hiliserangkai termasuk dalam kategori baik. Ini berarti persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar merupakan prediktor terhadap hasil belajar siswa.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada IKIP Gunungsitoli yang telah memberi dukungan
financial terhadap penelitian ini.
Daftar Pustaka
Bloom, B.S. 1998, Taxonomy of Educational
Objectives, New York, David Mackay, Cochran, W.G. 1997, Sampling Techniques, and
Edition. New York, John Willey, and sons Ine.
Dasrul,2001, “Kontribusi Tentang Persepsi dan Masa Kerja Terhadap Kinerja Guru Madrasyah Tsanawiyah Negeri Kota Padang”. Tesis yang tidak diterbitkan. Davies, Ivor, K, 1991, Pengelolaan Belajar
Mengajar. Jakarta, Rineka Cipta. Depdikbud, 1999, Kurikulum SMK Edisi 1999, Jakarta, Dikmenjur
Depdiknas, 2000, Kerangka Dasar Sistem
Pelaksanaan Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta.
. 2003, Kurikulum LIK 2004, Jakarta, Dikmenjur.
. 2004, Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta, Dikmenjur.
De Porter, Bobbi & Hernacki, Mike, 2000, Quantum Learning, Terjemahan Alwiyah Abdurrahman, Bandung, KAIFA.
. 2000, Quantum Teaching, Terjemahan Ary Nilandari, Bandung, KAIFA.
Gagne, Robert, M Dan Leslie, J Briggs. 1977. Principles of Instructional Design. New York, Holt Rinehart and Winston.
Gay, L. R and Air Asian, 2000. Educational Research, Competencies for analysis & Application, Columbus, Ohio, Charles E. Merril Publishing Company.
H.A.R Tilaar, 1993, Kekuasaan Dan Pendidikan, Suatu Tinjauan dari Perspektif Studi Kultur, Magelang, Indonesia Sejahtera. Hussein, 2000, Pengantar Statistik Pendidikan,
Jakarta, Gramedia.
Indra Jati Sidi. 2003. Kebijakan Pendidikan
Kejuruan di Indonesia Menjelang
Milinium Ketiga. Makalah disampaikan dalm Seminar Nasional dan Temu Karya XI Forum Komunikasi FPTK/JPTK Universitas Se-Indonesia, Jakarta.
Lea bit, Harold, J, 1986, Psikologi Management. (terj. Dra. Mullica Zakardi), Jakarta, Penerbit Erlangga.
Mallows, Abraham, 1970, Motivation and
Personality. New York, Naver and Row. Romizowski, AJ. 1981, Designing International
System., New York, Nicolas Publishing Company.
Sadiman Arief. S, 2005, Media Pendidikan:
Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
Schippers, Uwe dan Djajang MP, 1994, Pendidikan Kejuruan di Indonesia, Bandung, Angkasa. Snelbacker, Glenn E, 1974, Learning Theory,
Instructional Theory and Psycoeducation Design, New York, Mc Graw Hill Book Company.
Surya Brata, 1997, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta.
Suryadi Ace dan Tilaar, 1993, Analisis Kebijakan Pendidikan, Bandung, Remaja Rosda Karya.
Sutrisno Hadi, 1981, MetodologiRiset, Yogyakarta, Andi Offset.
Syaiful Bahri, Djamarah, 2004, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Syamsudin Abin, 1986, Psikologi Pendidikan, Bandung, Publikasi Jurusan PBB FIP IKIP.
Tuckman, BW, 1972, Conducting Educational
Research,New York, Harcourt Braes Jovanovich, In.