• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reproduksi Kelas pada Pilihan Sekolah SD dan Mi di Desa Medalem Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Reproduksi Kelas pada Pilihan Sekolah SD dan Mi di Desa Medalem Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

REPRODUKSI KELAS PADA PILIHAN SEKOLAH SD DAN MI DI DESA MEDALEM

KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN

Putri Ayu Kembangsari Pitaloka DG

Program Studi S1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya pitta.loka@yahoo.co.id

Ari Wahyudi

Program Studi S1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya Ariwahyudi@unesa.ac.id

Abstrak

Penelitian ini melihat Reproduksi Kelas pada orang tua siswa yang ada menyekolahkan anaknya di Desa Medalem Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan. Tujuannya adalah untuk mendeskripskan reproduksi kelas yang dilakukan oleh orang tua murid dalam memilih sekolah untuk anaknya. Metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan reproduksi kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan teknik wawancara. Hasil penelitian menunjukkan banyak sekali bentuk reproduksi kelas yang dilakukan orang tua secara sadar maupun tidak dalam menentukan pilihan sekolah bagi anaknya. Orang tua yang ada di SDN Medalem menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut karena alasan murahnya biaya, pengalaman pribadi keluarga, serta letak sekolah yang berdekatan dengan wilayah basis NU. Hal ini dikarenakan memang orang tua siswa yang ada di SDN Medalem rata-rata memiliki basis organisasi agama NU. Para orang tua siswa yang ada di MI Medalem menyekolahkan anaknya di MI Medalem didasarkan atas pengalaman pribadi keluarga sebelumnya yang sudah pernah menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Alasan lain adalah karena anaknya ingin dibekali dengan ilmu agama sejak kecil bukan hanya ilmu pendidikan formal. Indikator ekonomi tidak menjadi masalah karena status sosial ekonomi mereka yang mampu. Pertimbangan terakhir adalah sekolah MI Medalem memiliki basis organisasi agama Muhammadiyah.

Kata kunci: Reproduksi Kelas, Sekolah, Orang tua. Abstract

This study looks at Class Reproduction in parents of existing students send their children in Medalem Village District Modo Lamongan District. The aim is to describe class reproduction done by parents in choosing a school for their children. Descriptive qualitative research method with class reproduction approach. Data collection was done by observation technique and interview technique. The results show that there are many forms of class reproduction that parents do consciously or unconsciously in determining school choice for their children. The parents at SDN Medalem send their children to the school for reasons of low cost, personal family experience, and the location of schools adjacent to the NU base area. This is because the parents of students in the Primary School Medalem have a base of NU religious organizations. The parents of the students at MI Medalem send their children to MI Medalem based on the personal experience of previous families who have already sent their children to school. Another reason is because his son wanted to be equipped with the science of religion since childhood is not only the science of formal education. Economic indicators do not matter because of their socioeconomic status. The last consideration is MI Medalem school has a Muhammadiyah religious organization base.

Keywords: Reproduction Class, School, Parent.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia demi bersaing dan memperbaiki kualitas dari diri mereka. Seiring berjalannya waktu sekolah yang merupakan lembaga utama pendidikan berkembang dengan variasi sekolah yang beragam. Akibat hal tersebut membuat para orang tua memiliki hak untuk memilih sekolah yang sesuai dengan keinginannya.Sekolah baru yang muncul bukan hanya dinaungi oleh negeri saja melainkan juga ada dari yayasan swasta ataupun agama.Hal tersebut tentu saja

semakin memudahkan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya karena banyaknya sekolah berkualitas dan dapat diplilh sesuai dengan apa yang diinginkannya.Dalam perkembangannya pada saat ini banyak sekolah-sekolah swasta berbasis agama yang muncul dan peminatnya malah semakin banyak jika dibandingkan dengan sekolah- sekolah negeri lainnya.

Terlepas dari itu pertimbangan lain yang muncul dari orang tua terhadap banyaknya pilihan sekolah juga akan di dasarkan pada aspek kultur, rasio, maupun agama.Pada saat ini sekolah negeri yang sangat diminati oleh para orang tua karena di dasari dengan anggapan sekolah

(2)

negeri merupakan sekolah yang bagus dan kompeten.Namun dalam hal ini adanya sekolah-sekolah swasta berbasis agama membuat sekolah negeri yang ada dikalahkan oleh adanya sekolah swasta tersebut.

Salah satu fenomena yang peneliti temukan adalah contoh kasus antara sekolah SDN Medalem dengan MI Medalem.Berdasarakan observasi peneliti ditemukan bahwasannya para warga masyarakat yang ada di wilayah Desa Medalem lebih berminat untuk menyekolahkan anaknya di MI Medalem dari pada di SDN Medalem.Hal tersebut terbukti dari data jumlah siswa yang ada di SDN Medalem dan MI Medalem selama lima tahun terakhir. Berdasarkan data laporan bulan SD Negeri Se-Kecematan Modo jumlah siswa SDN Medalem selama lima tahun terakhir pada tahun 2012 sebesar 41 orang dari kelas 1 sampai kelas 6. Pada tahun 2013-2014 kemudian mengalami penurunan jumlah murid yaitu sebanyak 35 orang.Penurunan murid juga terjadi ditahun berikutnya yaitu pada tahun 2015-2016 yaitu sebesar 31 orang.

Fenomena tersebut berbanding terbalik dengan kondisi jumlah siswa yang ada pada MI Medalem. Pada tahun 2012 jumlah siswa yang ada di MI Medalem dengan kelas 1 sampai 6 sebanyak 88 orang. Pada tahun 2013 sedikit mengalami penurunan sebanyak 77 orang dan turun kembali pada tahun 2014 sebanyak 75 orang. Tahun 2015 jumlah murid di MI Medalem bertambah sebanyak 76 orang dan begitu juga tahun 2016 bertambah satu menjadi 77 orang. Memang jumlah murid di MI Medalem ada penurunan pada tahun 2012 ke 2013 tetapi jika melihat jumlah Siswa yang ada pada SDN Medalem dengan MI Medalem tentu saja terlihat perbedaan signifikan.

Dalam hal ini yang menjadi fokus peneliti adalah bentuk jumlah murid antara SDN Medalem dengan MI Medalem yang tidak mengalami penurunan secara signifikan per tahunnya. Apabila dilihat dengan perspektif sosiologis fenomena itu merupakan bentuk dari adanya reproduksi kelas yang diciptakan oleh para orang tua murid dalam menyekolahkan anaknya pada kedua sekolah tersebut.

Adanya reproduksi kelas sendiri secara sosiologis merupakan konsep yang dikemukakan oleh Pierre Bourdieu. Reproduksi kelas sendiri merupakan perspektif yang muncul berlandaskan asas pemikiran struktural dalam suatu kelas sosial di masyarakat. Dalam konsep reproduksi kelas Bourdieu menjelaskan bahwasannya dibutuhkan adanya pandangan dan konsep yang matang dari aktor yang terlibat. Konsep pandangan keluarga, budaya sehari-hari yang melekat, serta sumber daya dan pengaruh yang dimiliki terhadap struktur sekitar menjadi faktor pembentuk akan adanya kelas dominan.Kaca mata analisis Bourdieu melihat institusi sekolahsebagaia

lembaga yang dapat menjadi wadah bagi para kelas dominan untuk mereproduksi kelas sosial.Hal tersebut dikarenakan sekolah sebagai agen sosial yang setiapa hari bersinggungan dengan masyarakat sehingga akana sangat mudah apabila dijadikan alat para aktor dominan untuk menyalurkan pandangan dari kelas dominan.Melihat perspektif teori Bourdieu tersebut dapat dilihat bahwasannya fenomena yang terjadi antara SDN Medalem dengan MI Medalem sangat cocokapabila dikaji dengan perspektif teori reproduksi kelas.

Fenomena perbedaan murid antara kedua belah sekolah yang berada dalamruang lingkup satu wilayah menjadi representatif munculnya reproduksi kelas yang coba dimunculkan oleh para orang tua murid.Para orang tua yang lebih memilih menyekolahkan anaknya di MI Medalem tentu saja punya pertimbangan sendiri begitu juga dengan SDN Medalem. Oleh karena itu berdasarkan hal tersebut peneliti kemudian tertarik untuk meneliti bagaimana bentuk reproduksi kelas yang dilakukan oleh orang tua murid dalam memilih sekolah antara SDN Medalem dan MI Medalem dengan tujuan mendeskripsikan bagaimana bentuk reproduksi kelas yang dilakukan oleh orang tua murid dalam memilih sekolah untuk anaknya

KAJIAN PUSTAKA

Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin yaitu: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, dimana sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Pada saat ini kata sekolah telah berubah arti menjadi suatu bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.Sekolah dipimpin oleh seorang kepala sekolah serta dibantu oleh wakil kepala sekolah.Jumlah wakil kepala sekolah di setiap sekolah berbeda-beda tergantung dengan kebutuhannya. Bangunan sekolah disusun meninggi untuk memanfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi dengan fasilitas yang lain.

Sekolah merupakan wahana atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sekolah merupakan tempat berlangsungnya pendidikan sekaligus sebagai tempat masyarakat berharap tentang kehidupan yang lebih baik pada masa yang akan datang. Sekolah sebagai pusat lembaga dan lingkungan pendidikan mempunyai tugas dan fungsi untuk menyelenggarkan proses atau kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan secara terencana,

(3)

tertib dan teratur. Adanya sekolah juga pada akhirnya untuk menghasilkan tenaga-tenaga yang terampil serta terdidik dan senantiasa diperlukan bagi pelaksanaan pembangunan hingga dapat benar-benar terwujud.

Pierre Bourdieu merupakan tokoh sosiologi dan terkenal dengan teori reproduksi kelas yang dikemukannya.Bourdieau sendiri mengembangkan pendekatan strukturalisme generatif yang ditawarkannya sebagai kerangka teori dan metode untuk memahami kompleksitas realitas sosial. Lebih lanjut lagi akar pemikiran Bourdieau lebih menekankan pada bagaimana sturktur sosial membentuk adanya perilaku yang mencerminkan suatu kelas tertentu.Berdasarkan survey dan studi kasus dikalangan mahasiswa jurusan seni di Lille dan Paris, yang didukung oleh statistik nasional pendidikan tinggi, the in heritors pada dasarnya suatu studi tentang produksi dan reproduksi privilese budaya.Meskipun mereka besifat pragmentaris-tiga laporan singkat diarena penelitian terpisah dengan kesimpulan yang dibuat pada bagian akhir- banyak argumennya menggambarkan buku Reproduktion dan Teori Kekerasan Simbolis.Pemilihan disiplin dan sikap terhadap pendidikan, misalnya, diproduksi oleh laatar belkaang keluaarga.

Faktor-faktor yang membuat anak-anak/murid itu µPHUDVDQ\DPDQ¶ GLLQVWXVL SHQGLGLNDQ \DQJ PHUXSDNDQ produk pendidikan keluarga menciptkan atau mereproduksi ketimpangan kelas dalam kontek prestasi.Kejelasan reeproduksi privilese adalah salah satu dari tema utama.Bourdieu menyatakan bahwa sistem ini mengonsentrasikan privilese dengan mengabaikannya, dengan memperlakukan semua orang seolah-olah mereka setara, (ketika kenyataannya semua pesaing memulai dengan rintangan yang berbeda berdasarkan dukungan budaya.Privilase menjadi diterjemahkan ke dalam µQLODL¶ %DJL VHPHQWDUD RUDQJ SHQGLGLNDQ WLQJJL DGDODK satu upaya dan satu perjuangan konstan. Bagi orang lain , anggota kelas dominan, ini adalah warisan legitimate mereka. Kita juga terbiasa dengan tema ini sifat bahwa VDGDU SURVHV WHUSLVDK GHQJDQ YHUVL µKDUDSDQ VXEMHNWLI dari probabilitas objektif.

Beban warisan budaya tersebut adalah sebagaimana adanya kemungkinan untuk menguasainya tanpa harus meniadakan orang lain, karena yang berlangsung seolah-olah hanya orang-orang yang terusir yang memisahkan diri mereka sendiri terhadap adanya sistem-sitem sekitar meraka yang dianggap tidak pemnting. Sikap determinissme ini tidak perlu dipersepsikan hanya untuk memaksa subjek mengambil keputusan menurut mereka sendiri, atau dengan kata lain, dalam konteks masa depan objektif karegori sosial.

Lalu, otoritas legitimatif sistem sekolah memperparah ketimpangan sosial karena sebagian besar kelas yang

tidak beruntung terlalu sadar akan nasip mereka dan terlalu tidak sadar akan jalan yang menyebabkan hal itu terjadi, sehingga mereka membantu menerapkan kepada dirinya sendiri. Jadi pada hakikatnya lingkup reproduksi dari dalam inti pemilihan sekolah yang pertama keluarga, yakni Bourdieu menjelaskan reproduksi sosial dalam lembaga sekolah dipengaruhi oleh produk- produk pendidikan yang ada serta latar belakang keluarga. Hal tersebut berkaitan dengan faktor yang membuat anak-anak atau murid itu merasa nyaman di instistusi pendidikan dana merupakan produk pendidikan keluarga, menciptakan atau mereproduksi ketimpangan kelas dalam konteks prestasi.

Reproduksi kelas yang dibangun dalam institusi sekolah juga merupakan hasil dari bentuk previlage budaya atau warisan budaya yang ditanamkan oleh keluarga. Terbentuknya reproduksi kelas tidak terlepas dari privilage atau yang disebut dengan nilai bagi orang lain dan menjadi perjuangan konstan anggota kelas dominan. Ada 2 kali reproduksi budaya dari legitimasi dominasi pertama sebagai suatu proses pendidikan yang sah dan berdasarkan atas pandangan tentang nilai sekolastik, dan kedua sebagai suatu sistem kelas yang sah atau sesuai dengan keinginan kita. Modal kultural yang sebelumnya dimiliki oleh keluarga dapat mempengaruhi sekolah lanjutan baik umum ataupun kejuruan dalam hal ini sekolah memainkan peran vital dalam membangun hubungan antara asal dan tujuan dalam masyarakat kapitalis.

Proses pedagogis legitimasi melalui ketergantungan mutual kepada ideologi kesetaraan kesempatan dan prestasi meritokratis. Tema sentral Bourdieu dalam analisis pendidikannya adalah bahwa, karena apa yang sedang diindoktrinasikan adalah arbitraritas budaya dominan, kehebatan dan prestasi skolastik secara alamiah akan didefinisikan dalam konteks paaradikma kebudayaan yang arbitrer tersebut. Maka hal ini sejalan dengan inde bahwa murid yang sosialisasi keluarganya memberikan dukungan berupa modal kultural yang mencukupi ±baik lebih ataupun SDGD NDGDU µ\DQJ WHSDW¶ ± niscaya secara akademis akan lebih baik dibandingkan dengan mereka yaang hubungannya dengan arbitraritas budaya lebih jauh. Habitus kelas tersubordinat, dalam membangun penerimaan atas legitimasi sistem, akan memaksakan ketidak beruntungan mereka dengan merintangi permintaan atas pendidikan yang lebih tinggi GHQJDQ PHQGHYLQLVLNDQ KDO LQL VHEDJDL µEXNDQ NHVXNDDQ NLWD¶ 3DGD VHWLDS MHQMDQJ SHQGLGLNDQ PHUHND FHQGHUXQJ mengeliminasi dieimereka sendiri. Proses reproduksi budaya mereprosuksi relasi kelas dalam struktur sosial.

Ada dua kali reproduksi budaya dari legitimasi dominasi : pertama, sebagai suatu proses pendidikan yang sah dan berdasarkan atas pandangan tentang nilai

(4)

sekolastik, dan kedua, sebagai sistem posisi kelas yang VDK µNHVXNDDQ NLWD¶ 'DODP VLVWHP WHUVHEXW WHUGDSDW hubungan erat antara keanggotaan elite ekonomi dan budaya. Namun, Bourdieu terus menyatakn bahwa kemiripan yang kurang sempurna antara keanggotaan kedua elite memberuikan kontribusi lebih jauh kepada legitimasi superordinasi mereka. Fakta bahwa sebagian besar anggota elite ekonomi juga merupakan anggota dari elite budaya memungkinkan dominasi mereka dijustifikasi sebagai sesuatu yang juga mencakup kemampuan intelektual superior. Pada sisi lain, fakta bahwa beberapa anggota elite budaya secara ekonomi tidak intimewa, dan sebaliknya ±ini adalah argumen tentang fungsi mobilitas sosial terbatasdilihat sebagai bukti positif bagi keadilan inheren dalam sistem pendidikan meritrokratis, yang dapat dilewati oleh segala teori, tanpa tergantung kepada modal ekonomi mereka. Hal yang sama terjadi juga pada relasi kekuasaan yang ada dalam masyarakat kelas yang direproduksi dalam persinivikasi legitimate sebagai suatu arbitraritas budaya. Jadi dalam hal tersebut dijabarkan dalam garis singkatnya sistem tersebut terdapat hubungan yang erat antara anggota elit ekonomi dan budaya. Fakta bahwa sebagian besar anggota elit ekonomi juga merupakan anggota elit budaya memungkinkan dominasi mereka dijustifikasi sebagai suatu yang juga mencangkup kemampuan intelektual superior.Disisilain fakta bahwa anggota elit budaya secara ekonomi tidak istimewa merupakan bentuk dari fungsi mobilitas sosial yang terbatas.Sebagai bukti posistif bagi keadilan dalam sistem pendidikan meritokratis yang sudah ada konteks institusional dan sosial sekolah menjadi tolak ukur bagi para kelas dominan dalam memilih sekolah lanjutan. Didalamnya sendiri terdapat pertimbangan para aktor yang sama secara status sosial sehingga dapat menimbulkan model kelas dan relasi sossial yang sama dan sepadan.

Secara empiris, model reproduksi modal kultural daalam keluarga dan disekolah bertaarung denang oxford social Mobility Project. Dengan mendasarkan kritik mereka pada data proyek yang berkaitan dengan keberhasilan pendikan teersebut seperti ditunjukkan oleh hasil ujian resmi ± dan kelas sosial, pengarang menyatakan bahwa konsep Bourdieu tentang modal NXOWXUDO VHEDJDL VDWX FDFDW µSURPRUGLDO¶ DWDX FDFDW bawaan tidak memperhitungkan kepentingan mobilitas sosial yang didukung oleh sistem pendidikan negara :

Sekolah kejuruan negeri (lebih banyak dari sekolah swasta) mebnagun lebih banyak ketimbang sekedar µPHUHSURGXNVL¶ PRGDO NXOWXUDO mereka menciptakan hal ini juga. Mereka memberikan pelatihan teknis atau akadamis kepada sejumlah anak laki-laki dari rumah-rumah yang tidak mengenyam pendidikan formal.

Halsey dan kawannya menyimpulkan bahwa meskipun modal kultural penting dan mempengaruhi peemilihan sekolah tingkat lanjut, yang kepentingannya sangat sempit, kelas sosial menjadi sumber paling penting bagi prestasi diferensial dalam pendidikan tingkat lanjut. Keseluruhan isi analisisnya menekankan pada diseminasi (penyebaran) modal kultural, ketimbang pada reproduksi hierarkisnya.

Bourdeiu menjelaskan pengetahuan dan harapan subjektif aktor menjadi bentuk sesuatu yang sah dalam mengenali masa depan yang menghalangi pembentukan proposisi tepat dalam dunia sosial. Hal ini di sebut dengan reproduksi kelas atau kekuasaan, hubungan antara pengetahuan yang saling berlawanan ini sangat problematic dan kontradiktif. Bourdieu menyatakan bahwa kelas proletar harus memahami masakini dan lebih problematik lagi yaitu masa depan dan didalamnya dominasi dibangun secara objektif. Mereka juga salah memahami masa depan dan masa kini sebagai suatu yang sah pada kelas yang sama.

Adanya fenomena pilihan sekolah antara SDN Medalem dengan MI Medalemmerupakan bentuk dari reproduksi kelas yang dilakukan oleh para aktor yang terlibat dalam membentuk sutau tatanan struktur kelas yang hirarki.Perbedaan jumlah siswa antara SDN Medalem dengan MI Medalem pasti di dasari kesamaan kelas yang dimiliki. Dalam hal ini bentuk-bentuk reproduksi kelas yang terbangun bisa saja meliputi aspek keluarga, budaya atau kultur, ekonomi serta kekuasaan yang dimiliki. Oleh karena itu reproduksi kelas ini menarik untuk diteliti utamanya sekarang sudah masuk pada ranah sektor pemdidikan formal sehingga seharusnya bisa menunjukan strata kelas yang sama di dalam praktiknya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berusaha menggali, memahami, dan mencari fenomena sosial yang kemudian menghasilkan data yang mendalam. Penyajian data penelitian menggunakan format deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Sehingga memberikan gambaran yang jelas dan tepat tentang apa yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian tentang Reproduksi Kelas Pada Pilihan Sekolah SD dan MI di Desa Medalem, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan.

Penelitian ini menggunakan perspektif teoritik Pierre Bourdieu pemahaman bahwa bagaimana suatu individu atau kelompok secara sadar maupun tidak sadar mencoba membentuk suatu kelas sosial baru dengan tidak menghilangkan adanya unsur budaya atau keyakinan yang di anut sejak lama.Bourdieu membagi menjadi 4

(5)

unsur didalamnya yakni : Latar Bekalang Keluarga , Warisan Budaya , Ekonomi , dan Penguasaan Pengetahuan menjadi dasar lingkup Reproduksi Kelas Pada Pilihan Sekolah SD dan MI di Desa Medalem, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan.

Penelitian ini dilakukan mulai dengan penyusunan proposal penelitian dan mengumpulkan berbagai data awal baik itu data primer maupun data sekunder. Lokasi penelitian ini adalah Desa Medalem, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan. Alasan memilih lokasi ini karena Desa Medalem terdapat dua sekolah bertaraf negri dan swasta yang saling berdekatan lokasinya, namun dari tahun-ketahun mempunyai siswa yang lebih cenderung memilih sekolah berbasis swasta yang mengeluarkan biaya operasional untuk sekolah dibandingkan dengan sekolah bertaraf negeri yang menawarkan sekolah gratis namun memiliki jumlah siswa yang cenderung sedikit. Penelitian lapangan dilakukan mulai setelah proposal diterima sampai selesai tanpa dibatasi waktu.

Subjek penelitian yang dipilih adalah Sudir, Imaya, Zuriyah, Surodo, Puniah, Amilusholihah, Sukirin, Paiman, warga dari Desa Medalem, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan yang menyekolahkan anaknya di SD dan MI Medalem. Pemilihan subjek dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi mendalam yang dibutuhkan oleh peneliti sesuai dengan fenomena yang terjadi. Peneliti memilih subjek penelitian dengan teknik purposive. Teknik purposive bertujuan untuk menyaring informasi sebanyak mungkin dari berbagai macam sumber dan bangunannya. Pengambilan subjek berdasarkan penilaian yang memenuhi persyaratan untuk dijadikan subjek. Peneliti mempunyai latar belakang pengetahuan tertentu yang diinginkan supaya benar-benar bisa mendapatkan subjek yang sesuai dengan tujuan penelitianya guna memperoleh data yang akurat. Kriteria yang dipergunakan untuk memilih subjek adalah warga yang bertempat tinggal di Desa Medalem, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan. Orang tua yang menyekolahkan anaknya di SDN Medalem, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan. Orang tua yang menyekolahkan anaknya di MI Medalem, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan.

Dalam penelitian ini ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain yakni wawancara mendalam dan observasi non-partisipan. Observasi non-partisipan yaitu peneliti akan melihat langsung bagaimana tingkah laku para partisipan serta lingkungannya. Observasi partisipan ini dilakukan untuk melihat hal-hal yang tidak diungkapkan dalam wawancara seperti melihat kenyataan atau fakta. Digunakan untuk mencari bagaimana Reproduksi Kelas Pada Pilihan Sekolah SD dan MI di Desa Medalem, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan.

Wawancara yaitu suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan antara pewawancara dengan yang diwawancarai dengan mewawancarai informan yakni warga Desa Medalem, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan yang menyekolahkan anaknya di SD dan MI Medalem.

Tahapan analisis data dimulai dari menelaah data hasil wawancara dan hasil pengamatan yang sudah dicatat dalam bentuk fieldnote yang terkumpul. Sehingga dalam proses penyajian data memudahkan peneliti terutama dalam melihat Reproduksi Kelas Pada Pilihan Sekolah SD dan MI di Desa Medalem, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan. Setelah itu dilakukan reduksi data yang bertujuan untuk memilah hal-hal yang dianggap penting dan merupakan informasi kunci. Setelah proses reduksi data selesai maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi dan juga merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan atas apa yang sudah dipahami.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil dari temuan data dapat diperoleh bahwa ada beberapa bentuk reproduksi kelassecara tidak sadar dibangun oleh para orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya di SDN dan MI Medalem. Secara langsung di sini temuan data akan dianalisis menggunakan perspektif teori Bourdieu tentang reproduksi kelas yang di dalamnya terdapatnya pengaruh latar belakang keluarga, budaya, ekonomi, dan kekuasaan sebgai unsur pembentuk.

Fenomena adanya konsep reproduksi kelas dalam hal ini juga muncul pada fenomena pilihan sekolah yang terjadi antara SD dan MI yang ada di Desa Medalem. Hal tersebut terbukti setelah peneliti melakukan penelitian terkait dengan adanya reproduksi kelas yang secara tidak langsung diciptakan oleh para orang tua siswa dalam memilih sekolah antara MI dan SDN Medalem. Lebih lanjut lagi Bourdieu menjelaskan bahwasannya reproduksi kelas dalam lingkungan sekolah bisa saja terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam hal ini setidaknya ada empat indikator yang dapat menjelasakan bagaimana reproduksi kelas dalam kaitannya dengan pilihan sekolah bisa terjadi.Latar belakang keluarga, budaya, ekonomi, serta kekuasaan menjadi hal yang dapat dijadikan kaca mata analisis bagi Bourdieu dalam melihat bentuk reproduksi kelas yang ada dalam pilihan sekolah. Bourdieu menjelaskan reproduksi sosial dalam lembaga sekolah dipengaruhi oleh produk- produk pendidikan yang ada serta latar belakang keluarga. Hal tersebut berkaitan dengan faktor yang membuat anak-anak atau murid itu merasa nyaman di instistusi pendidikan dan merupakan produk

(6)

pendidikan keluarga, menciptakan atau mereproduksi ketimpangan kelas dalam konteks prestasi.

Apabila dikaitkan dengan hasil temuan data yang telah di dapat dari proses penelitian sebelumnya ditemukan beberapa variasi jawaban dan merujuk pada bentuk pengaruh latar belakang keluarga dalam menyekolahkan anaknya di SDN Medalem. Jika melihat pada dari bentuk latar belakang keluarga orang tua siswa dalam memilih sekolah disana mayoritas memiliki jawaban yang sama pada saat proses wawancara. Para orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya rata-rata sebelumnya memang sudah menyekolahkan anaknya di sana. Kemudian orang tua siswa yang sekolah di juga sebelumnya bersekolah di sana juga sehingga anggapan mereka tidak perlu bersekolah di tempat yang lain.Lebih lanjut lagi apabila melihat dari status sosial para orang tua yang menyekolahkan anaknya mempunyai rata-rata berada pada strata sosial bawah.Para orang tua yang meyekolahkan anaknya di sana memang mayoritas bekerja sebagai buruh tani.Bisa dikatakan apa yang dilakukan oleh orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya disekolahan tersebut bisa digolongkan akibat pengaruh dari latar belakang keluarganya

Akibat dengan latar belakang keluarga orang tua siswa di SDN Medalem tersebut tentu saja membuat pemikiran mereka pasti lebih memilih menyekolahkan anaknya di sekolah yang sangat murah.Hal tersebut pun juga didukung dengan hasil temuan data terkait dengan paham para orang tua siswa yang beranggapan bahwa sekolah negeri lebih memiliki kualitas lebih baik jika dibandingkan sekolah swasta dan tentu saja biayanya sangat murahbagi mereka.Apabila berkaca dengan konsep teori Bourdieu maka dalam hal ini dengan murahnya biaya pendidikan yang ada merupakan produk-produk pendidikan sekolah berasal dari institusi pendidikan itu sendiri.Sehingga dalam hal ini membuat para orang tua siswa yang ada di sekolah memiliki hubungan yang saling berketerkaitan antara latar belakang keluarganya mereka dengan produk-produk pendidikan yang ditawarkan.

Indikator kedua yang dijadikan sebagai faktor pembentuk adanya reproduksi kelas dalam pilihan sekolah adalah pengeruh budaya keluarga. Bourdieu menjelaskan bawah reproduksi kelas yang dibangun dalam institusi sekolah juga merupakan hasil dari bentuk previlage budaya atau warisan budaya yang ditanamkan oleh keluarga Modal kultural yang sebelumnya dimiliki oleh keluarga dapat mempengaruhi sekolah lanjutan baik umum ataupun kejuruan. Dalam hal ini sekolah memainkan peran vital dalam membangun hubungan antara asal dan tujuan dalam masyarakat kapitalis.Konsep pengaruh budaya Bourdieu dalam membentuk reproduksi kelas sudah ditunjukan oleh para

orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya di SDN Medalem.Dalam hal ini yang menjadi pengaruh budaya yang secara tidak sadar di ciptakan sendiri oleh para orang tua siswa menyekolahkan anaknya adalah masalah perbedaan agama di wilayahnya.

Berdasarkan hasil dari temuan data menjelasakan bahwasannya para orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya disekolahan tersebut rata-rata memang beragama islam. Hal yang perlu menjadi perhatian adalahagama islam dengan organisasi yang dianut oleh para orang tua siswa di SDN Medalem keseluruhan adalah NU (NahdlatulUlama). Hal tersebut dikarenakan adanya sejarah masa lalu yang ada pada desa Medalem dimana ada dua aliran organisasi islam. Para warga yang ada di wilayah di SDN Medalem mayoritas adalah beraliran NU sehingga secara otomatis yang sekolah di sana adalah orang beraliran NU. Secara tidak langsung memang para orang tua siswa yang ada disana membentuk suatu kelompok kelas baru dengan aliran budaya yang sama.

Dengan adanya sekolah yang berada di wilayah NU membuat juga secara otomatis juga mewariskan budaya mereka sebelumnya agar nantinya tidak disekolahkan di tempat lain. Sehingga bisa dibilang sekolah di sana menjadi wadah bagi para orang tua yang memeluk organisasi islam yang sama untuk menjaga keluarganya secara budaya dan pendidikan yang sama. Oleh karena itu konsep Bourdieu terkait warisan budaya yang membentuk reproduksi kelas sudah terlihat secara semu dalam tindakan yang dilakukan oleh orang tua siswa di SDN Medalem.

Dalam praktiknya adanya fenomena reproduksi kelas dalam lingkungan sekolah di SDN Medalem dipengaruhi akan pengaruh ekonomi dan kekuasaan. Faktor budaya, ekonomi, dan kekuasaan di sini biasanya saling berketerkaitan satu sama lainnya. Menurut Bourdieu di dalam suatu sistem terdapat hubungan yang erat antara anggota elit ekonomi dan budaya. Bourdieu menjelaskan fakta bahwa anggota elit budaya secara ekonomi tidak istimewa merupakan bentuk dari fungsi mobilitas sosial yang terbatas.Dalam hal ini apa yang dimaksudkan Bourdieu tampak pada temuan data yang ada di orang tua siswa.

Orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya dengan status sosialnya yang bekerja sebagai buruh tani tidak bisa leluasa dalam melakukan mobilitas dalam lingkungannya. Dalam hal ini orang tua siswa yang ada jika dilihat dari peranan mereka dalam ruang lingkup lingkungannya tidak memiliki peranan yang siginifikan sama sekali. Hal tersebut dikarenakan sumber daya ekonomi mereka yang kurang memadai sehingga menyebabkan para orang tua siswa disana tidak bisa menujukan eksistensi dan keberadaan mereka secara luas

(7)

dalam wilayah struktur mereka. Pengaruh ekonomi lain yang tampak dalam pilihan menyekolahkan anaknya adalah karena dekatnya jarak sekolah dari rumah tempat tinggal mereka. Hal tersebut tentu saja semakin memangkas biaya transportasi yang bagi anaknya dengan hanya berjalan kaki. Belum lagi memang murahnya biaya pendidikan yang di tawarkan membuat orang tua siswa pasti akan menyekolahkan anaknya disana tanpa harus memilih referensi sekolah lain yang ada didalam satu desa.

Pada dasarnya indikator ekonomi yang menjadi faktor pembentuk reproduksi kelas di SDN Medalem juga ada yang di dasari atas pemkiran yang tidak sadar. Dalam hal ini Bourdieu menjelaskan adanya reproduksi kelas dalam lembaga sekolah bisa saja timbul secara sadar ataupun tidak sadar. Mayoritas orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya di SDN Medalem memang secara sadar memiliki status sosial serta kondisi keluarga mengharuskan mereka untuk menyekolahkan mereka di SDN. Dalam temuan data ternyata ada orang tua secara tidak sadar menyekolahkan anaknya di SDN. Hal tersebut dikarenakan orang tua tersebut tidak tergolong dalan keluarga yang secara struktur memiliki kesamaan kelas untuk menyekolahkan anaknya di SDN. Secara ekonomi orang tua tersbut terbilang mampu untuk mencari sekolah lain yang lebih bagus. Apa yang menjadi pertimbangan orang tua tersbut adalha pengaruh dari orang tua yang menjadi guru di sekolah tersebut sehingga membuat secara tidak sadar menyekolahkan anaknya di SDN Medalem.

Selain permasalahan kondisi ekonomi para orang tua siswa di SDN Medalem, adapula bentuk kekuasaan dalam kaitanya penguasaan ilmu pengetahuan yang kurang oleh mereka.Bourdieu menjelaskan pengetahuan dan harapan subjektif aktor menjadi bentuk sesuatu yang sah dalam mengenali masa depan yang menghalangi pembentukan proposisi tepat dalam dunia sosial. Hal ini di sebut dengan reproduksi kelas atau kekuasaan, hubungan antara pengetahuan yang saling berlawanan ini sangat problematik dan kontradiktif. Bourdieu menyatakan bahwa kelas proletar harus memahami masakini dan lebih problematik lagi yaitu masa depan dan didalamnya dominasi dibangun secara objektif. Mereka juga salah memahami masa depan dan masa kini sebagai suatu yang sah pada kelas yang sama. Ini benar kontradiktif jika yang pertama berakibat pada dominasi yang tak terhindarkan atau alamiah, sementara yang kedua mengandung implikasi orang memilih untuk menduduki posisi ketidakberuntungan sosial mereka,

Dalam hal ini apa yang dimaksud Bourdieu dalam kaitanya dengan orang tua siswa bisa digolongkan sebagai kelas proletar yang harus memahami masa kini sebagai repersenatasi masa depan. Dalam hal ini memang

para orang tua siswa secara ilmu pengetahuan tidak memiliki basik yang tinggi dan hanya rata-rata lulusan SD. Sebagaimana hal tersebut tentu saja beribasa pada adanya bentuk pengaruh kekuasaan dalam bidang ilmu pengetahuan yang rendah dibandingkan dengan orang tua siswa lain yang memiliki jenjang strata pendidikan lebih tinggi. Secara tidak langsung dengan rendahnya ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua siswa. Membuat mereka juga tidak punya pandangan kedepan terkait dengan pemilihan sekolah mana lebih baik ataupun juga bagaimana menentukan sekolah lanjutan bagi anaknya. Para orang tua siswa nantinya juga akan mendidik anaknya untuk menjadi seperti orang tua mereka secara tidak sadar. Hal tersebut juga dapata dilihat dari jenjang pendidikan anak mereka yang sebelumnya sekolah disana sekarang hanya sebatas lulusan smp dan SMA. Dengan demikian pada akhirnya mereka tidak akan bisa memiki mobilisasi status sosial bahkan tidak akan bisa memiliki wewenang kekuasaan dalam hal apapun karena hanya berhenti pada tatanan kondisi yang tidak berubah dari sebelumnya.

Dalam kaitannya dengan konsep teori Bourdieu indikator pertama yang dapat digunakan dalam menggambarkan hasil dari bentuk adanya reproduksi kelas adalah dengan melihat latar belakang keluarga mereka.Lebih lanjut lagi bentuk reproduksi kelas yang ada di MI Medalem dapat dibilang hampir serupa dengan orang tua yang ada di SDN Medalem.Berdasarkan hasil dari wawancara dengan orang tua siswa di MI Medelem menjelasakan bahwa memang mereka menyekolahkan anaknya di MI Medalem berdasarkan atas pengalaman sebelumnya. Dalam hal ini apa yang dimaksudkan pengalaman adalah para orang tua siswa sebelumnya memang sudah pernah ada yang menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Selain itu adapula orang tua dari siswa yang dulunya juga bersekolah di sana.Dalam hal ini jika berkaca pada tindakan yang dilakukan oleh para orang tua siswa bisa dibilang bahwa mereka menyekolahkan anaknya disana juga berdasarkan latar belakang keluarga yang turun menurun. Oleh karena secara tidak sadar mereka hanya akan memilih sekolah yang sesuai dengan pengalaman yang pernah mereka alami sebelumnya.

Bourdieu menjelasakan selain latar belakang keluarga adanya produk-produk pendidikan juga merupakaan hal yang dapat dijadikan tolak ukur bagaimana orang tua siswa bisa menyekolahkan anaknya di suatu lembaga pendidikan tertentu.Apabila melihat dari berbagai macam jawaban dari informan menyatakan bahwa menyekolahkan di MI Medalem mempunyai banyak keunggulan.Hal-hal yang menjadi latarbelakang keunggulan yaitu adanya ekstrakulikuler, pelajaran yang mumpuni dan latar belakang agama disekolahan.

(8)

Mengenai ekstrakulikuler lebih berkembang diantaranya DGDQ\D HNVWUDNXOLNXOHU GUXP EDQG WLODZDWLO 4XU¶DQ pramuka hal ini diimbangi dengan adanya pembelajaran dikelas oleh guru yang mumpuni dan profesional menjdikan anak didik cepat tanggap masalah pelajaran yang diajarkan saat dikelas sehingga anak didik cepat untuk mengembangkan pola fikirnya.

Selain itu juga adanya latar belakang ilmu agama yang kuat yang didasarkan di sekolah ini juga menjadi suatu keunggulan karena dengan adanya ilmu agama menjadi dasar sekolah yang ada menjadikan anak di sekolahkan disana mempunyai akhlak yang baik dan faham akan ilmu agama yang lebih baik sehingga bukan hanya maju dalam hal ekstrakulikuler untuk melatih motorik anak melainkan juga dasar agama yang kuat menjadikan anak atau siwa yang menjadi pribadi yang lebih santun dan berakhlak mulia atas dasar pengajaran ilmu agama yang baik pula disana. Dengan demikian beberapa produk pendidikan diatas yang menjadikan orang tua siswa di MI Medalem lebih memilih menyekolahkan anaknya di sekolahan tersebut.

Analisis Bourdieu yang selanjutnya terkait dengan reproduksi kelas pada pilihan sekolah menyangkut masalah warisan budaya ataupun previlage budaya yang sudah melekat pada orang tua.Dalam hal ini ada persamaan temuan data antara orang tua siswa di SDN Medalem dan di MI Medalem. Berdasarkan hasil temuan data dapat dilihat bahwasanya budaya aliran agama yang dianut oleh orang tua siswa disini hampir semuanya organisasi agama islam muhammadiyah sedangkan organisasi agama yang ada di SDN Medalem mayoritas memeluk agama islam organisasi NU atau Nahdatul Ulama.

Dengan perbedaan aliran tersebut membuat orang tua siswa tentu saja memilih sekolah yang memiliki latar belakang pendidikan berbasis ajaran Muhammadiyah.Oleh karena itu dapat dilihat bahwasanya orang tua siswa lebih memilih menyekolahkan anaknya sekolah ini yang notabenya merupakan sekolah yang memiliki basis ilmu agama organisasi Muhammadiyah. Secara tidak langsung apa yang dilakukan oleh orang tua siswa menjadikan mereka membentuk suatu kelas sosial baru secara tidak sadar. Kelas sosial yang terbentuk tersebut tampak berdasarkan persamaan aliran agama meskipun dalam hal ini tidak disadari secara langsung oleh orang tua murid. Imbasnya orang tua siswa akan tetap terus bisa menjaga warisan budaya mereka terkait dengan faham Muhammadiyah secara turun temurun. Dengan begitu mereka akan terus bisa memiliki ideology dan eksistensi yang kuat dalam struktur tatanan sosial yang telah ada sejak lama.

Analisis selanjutnya terkait dengan reproduksi kelas dalam pilihan sekolah adalah dengan melihat bentuk

ekonomi serta kekuasaan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua siswa.Adanya pengaruh ekonomi serta penguasaan ilmu penguasaan ilmu pengetahuan juga merupakan serangkaian bentuk dari bagaimanakah orang tua siswa bisa membentuk reproduksi kelasa mereka dalam lingkungan sosialnya.Berdasarkan hasil dari temuan data yang diperolah dapat dilihat adanya perbedaan yang timpang antara orang tua yang ada di SDN Medalem dengan yang ada di MI Medalem.Bisa dibilang dengan melihat indikator ekonomi dan kekuasaan sudah dapat mencerminkan kelompok orang tua mana yang tergolong ke dalam kelas sosial dominan dan kelas sosial terendah.

Apabila melihat dari hasil temuan data di MI Medalem dapat dilihat bahwasannya orang tua memiliki tingkat latar belakang ekonomi lebih baik dibandingkan dengan orang tua di SDN Medalem. Rata-rata orang tua bekerja sebagai wirausaha ataupun memiliki ladang pertanian dan pertenakan. Adanya perbedaan tingkat ekonomi tersebut membuat para orang tua siswa pasti tidak mempermasalahkan tentang biaya pendidikan yang harus dibayarkan. Meskipun dalam hal jelas bahawa merupakan sekolah swasta dengan tingkat biaya pendidikan yang lebih mahal. Hal lain yang dapat dijadikan bentuk tindakan terkait dengan status ekonomi orang tua ini adalah mereka tidak mempermasalahkan adanya jarak yang jauh ketika anaknya harus pergi kesekolah. Para orang tua biasanya mengantarkan mereka dengan sepeda motor atau sudah dibelikan sepedah pribadi sendiri.

Mereka pastinya juga memikirkan bagaimana nanti kedepannya kualitas pendidikan yang akan diterima oleh anaknya. Ada salah satu temuan yang menjelaskan bagaimana orang tua bertindak dengan sadar atas bagaimana perilaku yang diterima anaknya di institusi pendidikan sebelumnya.Orang tua yang menyekolahkan anaknya di SDN Medalem sebelumnya merasa kecewa dengan tingkah laku dari anak yang di sekolahkan disana.Hal ini dikarenakan anak dari salah satu informan menjdi korban bullying. Hal tersebut tentu saja membuat orang tua akhirnya memindahkan anaknya kesekolah lain yakni di MI Medalem. Pada akhirnya dapat terlihat bahwasanya orang tua pasti akan memilih pendidikan yang terbaik bagi anaknya. Secara tidak langsung dengan status ekonomi yang dimiliki oleh para orang tua siswa pastinya punya kecenderungan untuk mengajak para orang tua lain yang memiliki status sosial sama dengannya untuk bersekolah di sekolahan tersebut.

Pada dasarnya orang tua di MI Medalem rata-rata memiliki status sosial yang baik namun ada salah satu informan bisa dibilang kekurangan secara perekonomiannya. Dalam hal ini informan tersebut secara sadar menyekolahakan anaknya di MI karena

(9)

beberapa alasan pribadi dan keamanan bagi anaknya. Meskipun pada nantinya informan akan mendapatkan bentuk perilaku yang bisa menyimpang dari sistem tetapi pada kenyataannya bertolak belakang. Para anggota kelas sosial tertinggi di MI Medalem juga memberikan timbal balik yang sesuai dengan maksud dan tujuan dari informan. Sehingga pada akhirnya bentuk reproduksi kelas yang muncul bisa saja terbentuk secara sdara maupun tidak sadar.

Indikator kekuasaan yang coba dijelaskan oleh Bordieu berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan yang akan mempengaruhi bagaimana tindakan yang akan diambil selanjutnya. Para orang tua siswa yang ada di MI Medalem sudah memiliki pengetahuan yang terbuka terkait dengan pendidikan anaknya hingga kemasa yang akan datang. Konsep Bourdieu dalam hal ini mencoba menguraikan bagaimana ilmu pengetahuan menjdi hal yang dijadikan acuan masakini dalam melegitimasikan keadaan dimasa depan. Orang tua mayoritas menyekolahkan anaknya selalu mempertimbangkan terkait dengan kualitas dari tenaga pendidik, fasilitas mamupun terkait dengan prospek kedepan bagaimana anaknya akan melangkah.

Bentuk adanya tindakan representative dari bagaimana orang tua mencoba untuk mensetting agar anaknya mempunyai tingkat pendidikan yang lebih baik terlihat dari salah satu temuan data yang diperoleh.Ada salah satu dari orang tua yang telah menyekolahkan anaknya dahulunya di MI dan sekarang sudah bisa duduk dibangku perguruan tinggi.Adanya hasil temuan tersebut bisa dibilang pola fikir pengetahuan orang tua sudah mulai berubah ke arah yang lebih kedepan. Pemikiran orang tua terkait dengan pendidikan tidak hanya berhenti pada tatanan komunal yang hanya menganggap pendidikan hanya sebagai pelengkap bukan menjadi hal yang sangat penting. Dapat dikatakan para orang tua siswa bisa mengikuti perkembangan zaman yang menuntut adanya tingkat pendidikan tinggi sebagai tolak ukur untuk bertahan dalam sistem kehidupan bermasyarakat.

Pembahasan reproduksi pada pilihan sekolah yang ada di SDN Medalem menunjukkan bahwasannya yang terjadi pada latar belakang keluarga memiliki peranan penting dalam penentuan jalur pendidikan bagi anaknya. Dalam hal ini orang tua menyekolahkan anaknya di sekolahan tersebut berdasarkan latar belakang dulunya anggota keluarganya juga bersekolah di SDN Medalem. Biaya yang murah menjadikan juga salah satu pilihan keluarga yang meneyolahkan anaknya di SDN Medalem hal ini dikarenakan latar belakang keluarga yang menyekolahkan anaknya di SDN Medalem mayoritas mempunyai pekerjaan sebagai buruh tani sebagai penggarap sawah milik orang lain dan memiliki lahan

pertanian sendiri tetapi lahan yang dimiliki hanya sedikit atau sepetak saja.

Dilihat dari segi budaya atau previlage yang dimiliki keluarga yang menyekolahkan anaknya di SDN Medalem kebanyakan memeluk agama islam namun menganut organisasi NU atau Nahdatul Ulama. Selain itu dilihat dari segi budaya yang melekat setiap keluarga yang menyekolahkan anaknya di SDN Medalem yaitu mengenai Paham sekolah negri menjadikan mereka memilih menyekolahkan anaknya di SDN Medalem tersebut.Hal yang ditunjukkan dari reproduksi ekonomi yang ada di SDN Medalem yaitu Efisiensi waktu dengan memanfaatkan jarak yang dekat sehingga menyekolahkan anaknya di SDN medalem, karena adanya jarak yang tidak jauh dari rumah menjadikan orang tua tidak khawatir untuk menyekolahkan anaknya dengan meninggalkannya sendiri untuk dapat belajar disana, mayoritas ekonomi mayoritas kelas bawah memaksa mereka untuk memilih menyekolahkan anaknya di SDN Medalem. Dalam hal ini meskipun ada orang tua di SDN Medalem yang memiliki status sosial lebih tinggi tetapi tetap menyekolahkan anaknya di sana karena faktor jaringan atau pengaruh lainnya.

Hal ini dapat dilihat dari pekerjaan yang dimiliki orang tua murid yang sudah dijelaskan di atas bahwasannya mayoritas adalah buruh tani maupun petani dengan lahan sempit. Selain hal di atas dilihat dari penguasaan pengetahuan yang dimiliki yaitu Pemikiran orang tua di SDN Medalem masih sebatas tradisional tidak mempertimbangkan masa depan dari pendidikan anaknya, dan Rata-rata orang tua di SDN Medalem pada akhirnya tidak bisa memiliki peningkatan status sosial akibat dari minimnya pengetahuan mereka akan kondisi terkini di masyarakat.

Pembahasan reproduksi kelas pada pilihan sekolah yang ada di MI Medalem yaitu latar belakang keluarga juga pernah menyekolahkan di MI Medalem menjadikan tolak ukur untuk tetap menyekolahkan penerusnya di MI Medalem juga. Hal ini sehingga diturunkan oleh orang tua secara turun temurun kepada anggota keluarganya untuk terus menyekolahkan anaknya di MI Medalem. Dilihat dari latar belakang Orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya di MI Medalem mayoritas adalah petani dengan pemilik lahan, wirausaha dan peternak. Sehingga hal ini dapat dilihat dari jenis pekerjaannya orang tua yang menyekolahkan anaknya di MI Medalem mempunyai ekonomi yang mencukupi atau bahkan lebih.

Selain hal diatas ditemukan juga reproduksi budaya yang dimiliki oleh orang tua yang menyekolahkan anaknya di MI Medalem budaya menyangkut agama karena kebanyakan orang tua yang menyekolahkan anaknya di MI Medalem adalah pemeluk agama islam

(10)

Muhammadiyah menjadikan orang tua yang menyekolahkan anaknya di MI Medalem mayoritas adalah agama islam aliran Muhammadiyah, selain itu dalam hal pembelajaran dapat dilihat kultur sekolah negri tidak tertanam dalam pemikiran orang tua siswa di MI Medalem , karena agama tetap menjadi pegangan utaman dalam pembelajaran. Karean agama dan sekolah menjadi satu kesatuan yang diinginakan oleh orang tua siswa di MI Medalem.

Reproduksi ekonomi yang ada di MI Medalem Tidak mempermasalahkan biaya yang ditanggung untuk menyekolahkan di MI Medalem.karena mayoritas adalah kelas atas orang tua siswa di MI Medalem, hal ini dapat dilihat dari penjabaran sebelumnya dikarenakan orang tua yang memiliki mayoritas pekerjaan dengan penghasilan yang cukup atau bahkan lebih menjadikan sekolah yang berbayar bukan sebuah pertimbangan. Tidak adanya pertimbangan untuk mempermasalahkan jarak yang ditempuh untuk menuju kesekolah di MI Medalem.Tidak adanya pertimbangan untuk mempermasalahkan jarak yang ditempuh untuk menuju kesekolah di MI Medalem.walaupun jarak yang ditempuh cukup jauh hal ini tidak menyurutkan minat orang tua tetap terus menyekolahkan anaknya di MI Medalem. Meskipun ada orang tua yang kurang mampu menyekolahakn anaknya di MI Medalem tetapi tidak menjadi hambatan karena pada dasarnya orang tua mereka sudah memiliki pemikiran modern akan pentingnya pendidikan berkualitas bagi anaknya.

Reproduksi kekuasan ilmu pengetahuan dapat dilihat dari temuan yang menyatakan bahwasanya Pola pemikiran dari orang tua siswa di MI Medalem sudah modern terkait dengan masalah pendidikan anaknya. Sehingga pengetahuan akan pentingnya pendidikan bagi anak sudah mulai terlihat hingga bisa menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi. Keinginan yang muncul terus menyekolahkan anaknya sampai dengan perguruan tinggi menjadi pemikiran yang ada pada orang tua yang menyekolahkan anaknya di MI Medalem karena semaikin tinggi pendidikan anaknya akan juga semakin pintar dan akan di segani di masyarakat.

PENUTUP Simpulan

Perspektif Bourdieu menjelaskan bahwasannya kelas sosial bisa saja muncul dari berbagai macam lembaga maupun agen-agen sosial yang sifatnya sudah terlegitimasi. Salah satu lembaga yang menjadi wadah untuk mereproduksi kelas baru adalah sekolah. Sekolah oleh Bourdieu dikategorikan bisa menjadi alternatif atau jalan bagi para kelas yang dominan untuk mereproduksi paham dan kelas sosial baru. Dalam hal ini kelas sosial baru biasanya muncul sebagaimana nilai dari institusi

sekolah dan secara tidak langsung menciptakan paham bagi para aktor dominan untuk menciptakan kelas sosial secara tidak sadar. Dalam hal ini fenomena adanya reproduksi kelas pada institusi sekolah terlihat dalam pilihan sekolah yang dilakukan oleh orang tua di SDN dan MI Medalem Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan.

Pada pilihan sekolah yang ada di SDN dan MI Medalem tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwasannya telah terjadi dua perspektif berbeda oleh orang tua dalam memilih sekolah yang sesuai dengan keinginan mereka. Apabila mengacu pada perspektif teori Bourdieu terkait dengan reproduksi kelas maka dapat dilihat bahawasannya orang tua siswa di SDN Medalem mereproduksi kelas sosial mereka secara tidak sadar berdasarkan beberapa perpektif pandangan yang sama. Dalam hal ini orang tua yang ada di SDN Medalem menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut karena alasan murahnya biaya, pengalaman pribadi keluarga, serta letak sekolah yang berdekatan dengan wilayah basis NU. Hal ini dikarenakna memang orang tua siswa yang ada di SDN Medalem rata-rata beraliran agama NU.

Perpektif muncul dari orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya di SDN Medalem sedikit berbeda dengan orang tua siswa di MI Medalem. Para orang tua siswa yang ada di MI Medalem menyekolahkan anaknya di MI Medalem didasarakan atas beberapa faktor. Alasan pertama adalah pengalaman pribadi keluarga sebelumnya yang sudah pernah menyekolahkan anaknya di sekolah MI Medalem. Alasan lain kenapa menyekolahkan anaknya di MI Medalem adalah karena anaknya ingin dibekali dengan ilmu agama sejak kecil bukan hanya ilmu pendidikan formal. Meskipun dalam hal ini biaya yang harus ditanggung cukup mahal tetapi tidak membuat orang tua keberatan karena status sosial ekonomi mereka yang mampu. Hal terakhir yang menjadi pertimbangan adalah sekolah MI Medalem memiliki paham aliran agama Muhammadiyah karena dapat dibilang orang tua siswa di sekolah MI Medalem mayoritas beraliran agama islam Muhammdiyah.

Dengan adanya perbedaan pendapat tersebut para orang tua siswa yang memilih sekolah di SDN Maupun di MI Medalem secara tidak langsung mereproduksi kela sosial mereka sendiri secara tidak sadar. Dalam hal ini dapat dilihat adanya bentuk mana yang menjadi kelas dominan dan mana yang bukan. Apabila melihat dari fakta temuan tersbut orang tua siswa di MI Medalem bisa tergolong sebagai kelas dominan. Hal ini dikarenakan dengan segala sesuatu sumber daya dimiliki membuat sekolah yang dipilihpun adalah sekolah terbaik di wilayahnya. Hal tersebut bertolak belakang dengan para orang tua siswa di SDN Medalem. Dengan status sosial

(11)

keluarga mereka yang kurang mampu membuat para orang tua di SDN Medalem hanya menyekolahkan anaknya pada sekolah dengan biaya murah. Mereka sendiri tidak memiliki pilihan sendiri dalam menentukan bagaimana nanti kedepannya kualitas pendidikan yang diterima anaknya.

Saran

Saran peneliti dalam hasil penelitisn ini adalah perlu adanya koordinasi dari segala pihak tentang pentingnya pembagian murid dan kerja sama dalam membangun pendidikan bersama oleh sdn dan MI Medalem. Adanya perbedaan jumlah murid antara SDN dan MI secara siginifikan pasti disebabkan oelh pihak sekolah itu sendiri. Dalam hal ini SDN Medalem dengan jumlah siswa lebih sedikit haru membenahi apa yang kurang dalam sistem kelembagaan mereka. Tentu saja hal tersebut juga tidak akan bisa terwujud apabila paham orang tua tentang sekolah khusus NU dan sekolah khusus MI masih saja dipegang. Para orang tua harus memiliki pemikiran terbuka terkait dengan masa depan serta jalan penididikan anaknya kedepan.

DAFTAR PUSTAKA

'LQDV 3HQGLGLNDQ .HFDPDWDQ ³/DSRUDQ %XODQ 6' Negeri Se-Kecamatan MoGR %XODQ -DQXDUL´ Modo: Dinas Pendidikan Kecamatan Modo.

(OO\ ³Arena Pertentangan Dan Perjuangan Kuasa (Serba Sedikit Tentang Pemikiran Pierre %RXUGLHX ´

(Online).(https://ellykudubun.wordpress.com/ta g/pierre-bourdieu/, Diakses tanggal 25 Januari 2017).

Harker, Richard, Cheelen Mahar, dan Chris Wilkes. ³ +DELWXV [ 0RGDO 5DQDK 3UDNWLN Pengantar Paling Komprehensif Dalam 3HPLNLUDQ %RXUGLHDX´ <RJ\DNDUWD -DODVXWUD Anggota IKAPI.

Iskandar.2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitaift). Jakarta :Gaung Persada Press.

-HQNLQV 5LFKDUG ³0HPEDFD Pemikiran Pierre %RXULGLHX´ <RJ\DNDUWD .UHDVL Wacana

.XPDOD 3DWPDVDUL ³3HQJHUWLDQ Sekolah Menurut

3DUD $KOL´ 2QOLQH

(http://www.gudangteori.xyz/2016/10/pengertia n-sekolah-menurut-para-ahli.html, Diakses tanggal 29 November 2016).

0DUWRQR 1DQDQJ ³.HNHUDVDQ Simbolik di Sekolah Sebuah Ide Sosiologi Pendidikan Pierre %RXUGLHX´ -DNDUWD 5DMD *UDILQGR Persada

0HGDOHP 0, ³5HNDSLWXODVL -XPODK 'DWD 6LVZD 0, 0HGDOHP 7DKXQ 7HUDNKLU´ 0HGDOHP 0, Medalem.

0RGR 'LQDV 3HQGLGLNDQ .HFDPDWDQ ³/DSRUDQ Bulan SD Negeri Se-Kecamatan Modo Bulan -DQXDUL´ 0RGR 'LQDV 3HQGLGLNDQ .HFDPDWDQ Modo

Moleong, Lexy.J. 2011. MetodologiPenelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosada karya.

Pengertian, Definisi. 2 ³.RQVHS 6HNRODK 6HEDJDL

/HPEDJD 3HQGLGLNDQ´ 2QOLQH

(http://www.definisi- pengertian.com/2015/04/konsep-sekolah-sebagai-lembaga.html, Diakses tanggal 29 November 2016).

3UL\RQLVPH ³7HRUL 7LQGDNDQ 5DVLRQDO 0D[

:HEHU´ 2QOLQH

(http://priyonisme.blogspot.co.id/2013/08/teori-tindakan-rasionalitas-max-weber.html, Diakses tanggal 29 November 2016).

Referensi

Dokumen terkait

kepada siswa tentang materi yang telah lalu. Cara guru menutup pelajaran dengan mengutarakan apa yang akan dipelajari pada minggu depan dan mengingatkan peralatan apa

organisasi, jika karyawan tidak puas dengan pekerjaan mereka, karyawan cenderung akan meninggalkan organisasi, sebaliknya jika karyawan percaya bahwa mereka diperlakukan

Hasil penelitian didapatkan bahwa nyeri yang dialami pasien kanker yang menjalani kemoterapi adalah nyeri sedang, subjek penelitian berada pada rentang usia 35-45

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah sebagai berikut: (1) Apakah melalui pemanfaatan alat peraga KIT listrik dapat meningkatkan aktivitas belajar

Upaya yang dilakukan pemerintah atau Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo untuk meminimalisir dampak negatif dari pengembangan wisata Goa Seplawan

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen organisasi tidak memiliki pengaruh secara signifikan dan negatif terhadap kinerja karyawan pada PT.. Bank Tabungan

• Administarsi pemerintahan (desa) tidak hanya berhenti terhadap proses kegiatan pencatatan data dan informasi belaka, akan tetapi juga harus sampai pada tatanan penggunaan

Pada bagian akhir dari penelitian yang dilakukan oleh Taisuke, disimpulkan bahwa di Amerika Serikat keterlibatan pengasuhan ayah memiliki efek positif, hal yang sama