Vol. 13 No. 2: 173-174
Oktober 2020 Peer-Reviewed
URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/
DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.173-174
Ikan Sapu-Sapu (
Pterygoplichthys pardalis
) Di Kabupaten Wajo
Propinsi Sulawesi Selatan: Kandungan Logam Berat Timbal (Pb),
Merkuri (Hg) dan Arsen (As)
(
Suckermouth Catfish (Pterygoplichthys pardalis) In Wajo Regency,
South Sulawesi Province: The Heavy Metal Content of Lead (Pb),
Mercury (Hg) and Arsenic (As)
)
Nursinah Amir1, Syahrul1, dan Nursyamsi Djamaluddin2
1 Dosen pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Kampus Universitas Hasanuddin Tamalanrea, Makassar 90245, Makassar, Indonesia
2 Dosen pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Kampus Universitas Hasanuddin Tamalanrea, Makassar 90245, Makassar, Indonesia
Info Artikel: Diterima: 01 Sept. 2020 Disetujui: 11 Okt. 2020 Dipublikasi: 11 Okt. 2020
Research Article Keyword:Ikan sapu-sapu, Wajo, logam berat, Timbal, Merkuri, Arsen
Korespondensi: Nursinah Amir Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia Email : ina_thp@yahoo.co.id Copyright© Oktober 2020 AGRIKAN
Abstrak. Ikan Sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) merupakan jenis ikan asing (Amerika Selatan) yang dilarang pemasukannya ke Indonesia karena dapat membahayakan ekosistem dan lingkungan perairan dengan sifatnya yang invasive. Keberadaan ikan sapu-sapu mengancam keberlanjutan ikan endemik Danau Tempe Kabupaten Wajo. Sampai saat ini belum ada kajian terkait mutu dan keamanan untuk pemanfaatan ikan sapu-sapu di kabupaten tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan logam berat Timbal (Pb), Merkuri (Hg) dan Arsen (As) ikan sapu-sapu di Kabupaten Wajo. Sampel ikan sapu-sapu diambil dari tiga kecamatan di Kabupaten Wajo menggunakan teknik purpossive sampling. Analisis logam Pb, Hg dan As pada daging, sisik/kulit, dan tulang/sirip ikansapu-sapu, mengacu pada SNI 2354.5:2011, SNI 2354.6-2016 dan SNI 01-4866-1998. Hasil menunjukkan bahwa ikan sapu-sapu dari tiga kecamatan tidak mengandung Pb tetapi mengandung Hg dan As yang tidak melewati persyaratan batas kandungan cemaran logam berdasarkan SNI 2729:2013 tentang persyaratan mutu dan keamanan ikan segar.
Abstract. Suckermouth catfish (Pterygoplichthys pardalis) is a type of foreign fish (South America) which is prohibited from entering Indonesia because it can endanger ecosystems and the aquatic environment by its invasive nature. The existence of janitor fish threatens the sustainability of the endemic fish of Tempe Lake in Wajo Regency. Until now, there has been no study regarding the quality and food safety for the use of suckermouth catfish in the regency. This study aims to analyzed the heavy metal content of lead (Pb), mercury (Hg) and arsenic (As) of janitor fish in Wajo Regency. Samples of janitor fish were taken from three districts in Wajo Regency used a purpossive sampling technique. Analysis of Pb, Hg and As metals on meat, scales/skin, and bones/fins of suckermouth catfish, refers to SNI 2354.5: 2011, SNI 2354.6-2016 and SNI 01-4866-1998. The results show that suckermouth catfish from the three districts are not contains Pb but contains Hg and As which do not exceed the requirements for metal contamination content limits based on SNI 2729: 2013 concerning requirements for quality and safety of fresh fish.
I. PENDAHULUAN
Kabupaten Wajo merupakan salah satu kabupaten yang berada dalam ruang lingkup daerah Provinsi Sulawesi Selatan, dengan ibu kotanya Sengkang. Pada bagian barat kabupaten, terdapat Danau Tempe yang merupakan salah satu danau yang terkenal di Sulawesi Selatan dan menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Wajo. Danau Tempe yang luasnya sekitar 13.000 hektare ini memiliki spesies ikan air tawar yang jarang ditemui di tempat lain. Sebanyak 19 jenis
ikan perairan Danau Tempe yaitu Trichopodus
trichopterus, T. pectoralis, Pangasianodon
hypopthalmus, Monopterus albus, Barbonymus gonionotus, Channa striata, Anabas testudineus,
Clarias batrachus, Glossogobius giuris, G. aureus, Osteochilus vittatus, Oreochromis niloticus, Oxyeleotris marmorata, Stenogobius gymnopomus, Stenogobius sp., Megalops cyprinoides, Caranx sexfasciatus, Anguilla marmorata dan Liposarcus pardalis. Selain itu juga ditemukan ikan asing di Danau Tempe yaitu ikan sapu-sapu (Dina, dkk., 2019).
Ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis), merupakan ikan asing (Amerika Selatan dan
Amerika Tengah) (Armbruster 2004) dalam
(Aksari, dkk., 2015), secara morfologi memiliki tubuh yang ditutupi dengan sisik keras yang fleksibel, bagian abdomen memiliki pola titik-titik
169
(Elfidasari, dkk, 2016). Ikan sapu-sapu mampu
hidup di perairan kotor dan berlumpur
(Munandar, 2016). Mempunyai kemampuan hidup di dalam kolam, parit, got dan bahkan lingkungan yang sudah tercemar dengan limbah (Dhika, 2013) dalam Munandar dan Eurika, 2016).
Keberadaan ikan sapu-sapu di Danau Tempe Kabupaten Wajo, selama ini tidak termanfaatkan bahkan dianggap sebagai penyebab hilangnya sebagian spesies ikan di danau tersebut. Hal ini disebabkan karena dampak yang ditimbulkan oleh ikan sapu-sapu meliputi
perubahan struktur lingkungan perairan,
gangguan rantai makanan, persaingan dengan spesies endemik dalam hal pemanfaatan sumber daya seperti makanan dan ruang hidup, perubahan komunitas tumbuhan air dan kerusakan pada alat tangkap ikan. Jika tertangkap, ikan ini dibuang begitu saja atau atau dimusnahkan. Kalau dikonsumsi, belum ada kajian terkait kandungan gizi dan bahan cemaran didalamnya. Sebagian besar beranggapan bahwa ikan sapu-sapu tidak untuk dikonsumsi, melihat morfologi dan tempat hidup dari ikan tersebut.
Kajian tentang cemaran ikan sapu-sapu ditemukan telah dilakukan di daerah lain seperti kajian tentang kandungan Timbal pada ikan sapu-sapu yang diambil dr Majalaya dan Sapan (Budiman, dkk., 2012), konsentrasi logam berat Kadmium, Merkuri dan Timbal pada daging ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung (Ernawati, 2014), kandungan logam berat (Cd, Hg, dan Pb) pada
ikan sapu-sapu, Pterygoplichthys pardalis
(Castelnau, 1855) di Sungai Ciliwung (Aksari, dkk. 2015), kandungan logam berat Pb dan Cd pada ikan sapu-sapu yang tertangkap di Sungai Bedadung Kabupaten Jember (Munandar, 2016), kandungan 10 Jenis logam berat pada daging ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) asal Sungai Ciliwung Wilayah Jakarta (Ismi, dkk., 2019). Dalam artikel ini, disajikan hasil kajian tentang kandungan logam berat pada ikan sapu-sapu yang ada di Danau Tempe Kabupaten Wajo.
II. METODE PENELITIAN
Sampel ikan sapu-sapu diambil dari Danau Tempe mewakili tiga kecamatan di Kabupaten
Wajo, yaitu Kecamatan Tempe (kawasan
pemukiman), Kecamatan Tanasitolo (kawasan industri), dan Kecamatan Sabbangparu (kawasan pertanian). Pengambilan sampel dilakukan pada
Bulan Juni 2020 menggunakan metode purpossive
sampling. Analisis logam berat Timbal (Pb),
Merkuri (Hg) dan Arsen (As) dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar. Analisis logam berat dilakukan terhadap sisik/sirip, daging dan tulang ikan sapu-sapu.
Analisis logam berat Timbal (Pb) dilakukan mengacu pada SNI 2354.5:2011 (Badan Standarisasi Nasional, 2011), dengan prosedur:
Mencuci dan menghaluskan sampel
menggunakan blender/homogenizer sampai homogen. Sampel ditempatkan dalam wadah polystyrene yang bersih dan bertutup. Jika tidak langsung dianalisis, sampel disimpan dalam refrigerator atau freezer
Menimbang sampel basah sebanyak 2 g dalam
tabung sampel (vessel) kemudian dicatat beratnya (W)
Untuk kontrol positif (spiked 0,1 mg/kg),
ditambahkan masing-masing 0,2 ml larutan standar Pb 1 mg/l atau larutan standar Pb 200 µg/l sebanyak 1 ml ke dalam sampel kemudian di vortex
Menambahkan 5 ml – 10 ml HNO3 65% dan 2
ml H2O2 secara berurutan ke dalam sampel
Mendestruksi larutan dengan mengatur
program microwave
Memindahkan hasil destruksi ke dalam labu
takar 50 ml dan menambahkan larutan matrik modifier, sampai tanda batas dengan air deionisasi
Menyiapkan larutan standar kerja Pb
masing-masing minimal 5 titik konsentrasi
Membaca larutan standar kerja, sampel dan
spiked pada alat spektrofotometer serapan
atom graphite fumace pada panjang
gelombang 283,3 nm
Menghitung Kadar Pb (µg/g) dengan rumus:
Pb = (D - E) x Fp x V W
Keterangan: D adalah konsentrasi sampel (µg/l) dari hasil pembacaan SSA; E adalah konsentrasi blanko sampel (µg/l) dari hasil
pembacaan SSA; Fp adalah faktor
pengenceran; V adalah volume akhir larutan sampel yang disiapkan (ml), harus diubah ke dalam satuan liter; W adalah berat sampel (g).
Analisis logam berat Merkuri (Hg)
dilakukan mengacu pada SNI 2354.6:2016 (Badan Standarisasi Nasional, 2016), dengan prosedur:
Mencuci dan menghaluskan sampel sampai
homogen dan menempatkan homogenate dalam wadah polystyrene yang bersih dan
170
bertutup. Jika contoh tidak langsung diuji, sampel disimpan dalam freezer
Menimbang sampel basah sebanyak 1 g ke
dalam tabung sampel (vessel) kemudian mencatat beratnya (W)
Menambahkan 0,5 mL larutan standar Hg 1
mg/L ke dalam sampel untuk kontrol positif (spiked 0,5 mg/kg), kemudian divortex selama 1 menit
Menambahkan volume larutan standar sesuai
dengan konsentrasi yang diinginkan untuk control positif dengan konsentrasi spiked yang berbeda
Menambahkan 5 mL HNO3 65%
Melakukan destruksi dengan menggunakan
program microwave yang sesuai dengan sampel yang digunakan
Memindahkan hasil destruksi ke labu takar 50
mL dan ditepatkan sampai tanda batas dengan larutan pengencer HNO3-H2SO4
Menyiapkan larutan standar minimal dengan
lima titik kadar 1 μg/L, 5 μg/L, 10 μg/L, 15 μg/L
dan 20 μg/L
Sampel, spiked dan larutan standar kemudian
dibaca pada panjang gelombang (λ) 253,7 nm
Menentukan kadar sampel berdasarkan kurva
kalibrasi
Menghitung kadar Hg (µg/g), menggunakan
rumus:
Hg = (D – E) x Fp x V x (L/1000 mL)
W
Keterangan: D adalah kadar sampel μg/L) dari
hasil pembacaan SSA; E adalah kadar blanko
sampel μg/L) dari hasil pembacaan SSA; W adalah
berat contoh (g); V adalah volume akhir larutan sampel yang disiapkan (mL); Fp adalah faktor pengenceran.
Analisis logam berat Arsen (As) dilakukan
mengacu pada SNI 01-4866-1998 (Badan
Standarisasi Nasional, 1998), dengan prosedur sebagai berikut:
Menimbang 10 g sampel, dan dimasukkan ke
dalam gelas kimia 100 mL ditambahkan 15 mL larutan HNO3 dan dipanaskan di atas hot plate
pada suhu 2500C selama 16 jam. Diencerkan
dengan air suling hingga 50 mL ke dalam labu takar kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman
Membuat larutan standar As 10 ppm
dengan cara memipet 5 mL larutan standar 1000 ppm, diencerkan dengan HNO3
hingga 50 mL (100 ppm). Kemudian dipipet 10 mL larutan standar 100 ppm, di encerkan dengan HNO3 hingga 100 mL (10 ppm)
Larutan standar 5, 10, 15 dan 20 ppm
Dipipet masing – masing 25, 50, 75 dan 100
mL larutan standar 10 ppm, diencerkan dengan HNO3 P hingga 50 mL, sehingga diperoleh konsentrasi 5, 10, 15 dan 20 ppm
Konsentrasi logam Arsen dihitung pada
panjang gelombang 193,7 nm.
Hasil analisis kandungan logam berat pada sisik/sirip, daging dan tulang ikan sapu-sapu disajikan dalam bentuk tabel dan dideskripsikan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb)
Hasil analisis kandungan logam berat Timbal ikan sapu-sapu di Kabupaten Wajo, dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata Kandungan Logam Berat
Timbal (Pb) pada Ikan Sapu-Sapu di Kab. Wajo Lokasi Sampling Sisik/Sirip (µg/g) Daging (µg/g) Tulang (µg/g) Tempe 0.0000 0.0000 0.0000 Tanasitolo 0.0000 0.0000 0.0000 Sabbangparu 0.0000 0.0000 0.0000
Timbal (Pb) merupakan logam berat yang sangat beracun dan tidak dibutuhkan oleh manusia. Tubuh akan mengeluarkannya jika manusia mengkonsumsi makanan yang tercemar oleh logam tersebut (Hardiani, dkk. 2011).
Widowati, dkk (2008) dalam Arsad, dkk (2012)
menjelaskan bahwa sebagian kecil logam Pb dieksresikan lewat urin atau feses dan sebagian terikat oleh protein, serta terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut.
Logam berat Pb apabila terakumulasi pada
biota-biota laut termasuk ikan dapat
menimbulkan masalah bagi keamanan pangan. Hal ini disebabkan ikan merupakan sumber makanan yang banyak dikonsumsi manusia. Apabila ikan telah tercemar Pb, maka dapat menjadi sumber kontaminan dan berakumulasi pada tubuh manusia (Diana, dkk., 2017).
Hasil analisis ikan sapu-sapu yang diambil dari Danau tempe Kabupaten Wajo menunjukkan bahwa sisik/sirip, daging dan tulang ikan sapu-sapu tidak mengandung Timbal. Hal ini
171
menunjukkan bahwa ikan sapu-sapu di
Kabupaten Wajo bisa dimanfaatkan sebagai salah satu sumber protein. Aksari, dkk (2015) menemukan bahwa rata-rata konsentrasi Pb pada insang, hati, dan otot ikan sapu-sapu di Sungai
Ciliwung berturut-turut 0,002571 μg/g, 0,005467
μg/g dan 0,001609 μg/g atau berada di bawah batas yang dipersyaratkan SNI. Temuan ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Ismi, dkk. (2019) yang menemukan bahwa ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung wilayah Jakarta tidak layak dikonsumsi karena mengandung logam Pb melebihi batas yang dipersyaratkan. Batas kandungan Timbal pada ikan sesuai persyaratan mutu dan kemanan ikan segar berdasarkan SNI 2729:2013 (Badan Standarisasi Nasional, 2013) adalah maksimum 0.3 mg/kg (μg/g).
Diana, dkk. (2017) yang menganalisis
kandungan Timbal pada ikan cendro
memperlihatkan nilai konsentrasi Pb masih tergolong rendah dan masih jauh di bawah nilai batas ambang baku. konsentrasi Pb ikan cendro yang terdapat di wilayah Pesisir Krueng Raya tergolong rendah, sehingga ikan Cendro ini aman
dikonsumsi. Hutagalung (2001) dalam Saenab
dkk. (2014) menjelaskan bahwa kecilnya kadar Pb
yang terakumulasi dalam insang ikan
dimungkinkan karena waktu pengambilan sampel ikan dilakukan pada musim hujan. Penjelasan ini dianggap sesuai dengan keadaan yang terjadi pada saat pengambilan sampel ikan sapu-sapu di Kabupaten Wajo, yang dilakukan saat musim hujan dan Danau tempe sedang meluap. Kondisi ini yang dianggap sebagai salah satu alasan tidak adanya Timbal pada ikan sapu-sapu di Kabupaten Wajo. Adanya hujan turut berpengaruh terhadap konsentrasi, dimana pada musim penghujan konsentrasi logam berat cenderung lebih rendah karena terencerkan oleh air hujan. Selain itu tinggi
rendahnya konsentrasi logam berat juga
disebabkan oleh jumlah masukan limbah logam berat ke perairan. Semakin besar limbah yang masuk ke dalam suatu perairan, semakin besar konsentrasi logam berat di perairan.
3.2. Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg)
Hasil analisis kandungan logam berat Merkuri ikan sapu-sapu di Kabupaten Wajo, dapat dilihat pada Tabel 2.
Merkuri (Hg) adalah salah satu jenis logam
berat yang sangat beracun dan sangat
bioakumulatif (Chen, et.al., 2012), tersebar luas di alam dan kebanyakan membahayakan manusia
karena konsumsi ikan. Peristiwa keracunan karena konsumsi ikan yang mengandung Merkuri terjadi di Minamata Jepang dan Irak (Bernhoft, 2012). Manusia dapat terpapar merkuri melalui konsumsi makanan yang tercemar, ikan dan kerrang (Narasiang, dkk., 2015).
Tabel 2. Rata-rata Kandungan Logam Berat
Merkuri (Hg) pada Ikan Sapu-Sapu di Kab. Wajo Lokasi Sampling Sisik/Sirip (µg/g) Daging (µg/g) Tulang (µg/g) Tempe 0.0276 0.0000 0.0132 Tanasitolo 0.0622 0.0513 0.0346 Sabbangparu 0.0095 0.0243 0.0298
Logam Hg ini dapat terserap ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan kulit. Di dalam tubuh manusia, Merkuri dapat menyebabkan hilangnya kemampuan enzim untuk bertindak sebagai katalisator. Karena sifat beracun dan cukup volatil, maka uap merkuri sangat berbahaya jika terhisap, meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Merkuri bersifat racun yang komulatif, dalam arti sejumlah kecil merkuri yang terserap dalam tubuh dalam jangka waktu lama akan menimbulkan bahaya. Bahaya penyakit yang ditimbulkan oleh senyawa merkuri diantaranya adalah kerusakan rambut dan gigi, hilang daya ingat dan terganggunya sistem syaraf (Setiabudi, 2005) dalam Mirdad (2013).
Hasil analisis Merkuri (Hg) terhadap sisik/sirip, daging dan tulang ikan sapu-sapu di Kabupaten Wajo menunjukkan bahwa ikan sapu-sapu mengandung Merkuri dengan kadar tertinggi pada ikan sapu-sapu yang diambil dari Kecamatan Tanasitolo, berturut-turut Kecamatan Sabbangparu dan Kecamatan Tempe. Kecamatan Tanasitolo
merupakan sentra industri sarung sutradi
Kabupaten Wajo. Riani (2010), menuliskan bahwa kegiatan yang terdapat di daratan berupa industri akan menyumbangkan bahan pencemar terutama logam berat. Selin (2009) dan Sinderman (2006) dalam Purbonegoro (2014) menjelaskan bahwa kejadian keracunan Merkuri yang dikenal luas sebagai tragedi Minamata di Jepang pada tahun 1950an, disebabkan oleh limbah yang dikeluarkan oleh perusahaan penghasil bahan kimia yang mencemari Teluk Minamata termasuk populasi ikan dan kerrang-kerangan yang ada di dalamnya.
Kandungan Merkuri pada ikan sapu-sapu di Kabupaten Wajo masih berada di bawah nilai ambang batas SNI 2729:2013 (Badan Standarisasi
172
Nasional, 2013) yaitu maksimum 0.5 mg/kg (μg/g).
sehingga menurut peraturan, ikan sapu-sapu di kabupaten tersebut aman untuk dikonsumsi. Aksari, dkk (2015) menuliskan bahwa Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan FAO menetapkan batas aman pemasukan Hg per minggu adalah sebanyak 200 µg per 70 kg berat badan. Berbeda dengan hasil penelitian Ismi, dkk (2019) yang menemukan bahwa logam Hg pada daging ikan
sapu-sapu di Sungai Ciliwung memiliki
konsentrasi sebesar 0,3±0,3 mg/kg melebihi nilai ambang batas (NAB).
3.3. Kandungan Logam Berat Arsen (As)
Hasil analisis kandungan logam berat Arsen ikan sapu-sapu di Kabupaten Wajo, dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Kandungan Logam Berat Arsen (As) pada Ikan Sapu-Sapu di Kab. Wajo Lokasi Sampling Sisik/Sirip (µg/g) Daging (µg/g) Tulang (µg/g) Tempe 0.0627 0.0000 0.0807 Tanasitolo 0.0454 0.0000 0.0143 Sabbangparu 0.0404 0.0089 0.0121
Arsen (As) merupakan salah satu elemen yang paling toksik dan merupakan racun akumulatif. Arsen anorganik sangat beracun, dibandingkan arsen organic (Rumampuk dan Warouw, 2015). Arsen dalam lingkungan akuatik
akibat aktivitas antropogenik menyebabkan
konsentrasi arsenik yang tinggi dalam sedimen, air, dan invertebrata bentik (Culioli, et. Al., 2009). Arsen yang merupakan unsur metaloid tersebar luas di lingkungan perairan karena proses alam
dan antropogenik. Menjadi kontaminan
lingkungan yang penting, yang dapat
menyebabkan risiko keracunan pada manusia. Arsen (As) ditemukan di perairan seperti air laut, air tanah, sungai, dan danau. Penggunaan
pestisida, aktivitas industri, dan operasi
penambangan yang tidak dibatasi dapat
menyebabkan terjadinya akumulasi As pada lingkungan (Kumari, et. Al., 2016).
Hasil analisis kandungan Arsen pada sisik/sirip, daging dan tulang, menunjukkan bahwa ikan sapu-sapu di Kabupaten Wajo mengandung Arsen dengan kadar tertinggi pada ikan sapu-sapu yang diambil dari Kecamatan
Tempe, berturut-turut dari Kecamatan
Sabbangparu dan Tanasitolo. Kecamatan Tempe sebagai tempat sampling yang mewakili Kawasan pemukiman penduduk. Tingginya kandungan Arsen ikan sapu-sapu di Kecamatan Tempe diduga diakibatkan oleh aktivitas penduduk yang menggunakan logam berat dalam berbagai keperluan sehari-hari dan secara langsung
maupun tidak langsung dapat mencemari
lingkungan. Kusumawarni, dkk (2020)
menuliskan bahwa kepadatan penduduk
mengakibatkan terjadinya peningkatan buangan logam berat Arsen (As) ke pantai yang dapat mengontaminasi ikan dan kerang, akan berbahaya apabila dikonsumsi dalam konsentrasi tinggi.
Kandungan Arsen pada ikan sapu-sapu di
Kabupaten Wajo berada di bawah batas
maksimum kandungan Arsen pada ikan segar sesuai SNI 2729:2013 (Badan Standarisasi Nasional,
2013) yaitu maksimum 1.0 mg/kg (μg/g). Nilai ini
menunjukkan bahwa ikan sapu-sapu di
Kabupaten Wajo aman untuk dikonsumsi. Berbeda dengan hasil penelitian Ismi, dkk. (2019) yang menemukan bahwa ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung mengandung Arsen yang melebihi batas persyaratan keamanan ikan segar.
IV. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, ikan sapu-sapu dari tiga kecamatan tidak mengandung Pb tetapi mengandung Hg dan As yang tidak melewati persyaratan batas kandungan cemaran logam berdasarkan SNI 2729:2013 tentang persyaratan mutu dan keamanan ikan segar.
REFERENSI
Aksari, Y. D., Dyah. Perwitasari, dan N. A. Butet. Kandungan Logam Berat (Cd, Hg, dan Pb) pada Ikan
Sapu-Sapu, Pterygoplichthys pardalis (Castelnau, 1855) di Sungai Ciliwung. Jurnal Iktiologi
Indonesia 15(3): 257-266
Arsad, M., I. Said dan Suherman. 2012. Akumulasi Logam Timbal (Pb) dalam Ikan Belanak (Liza melinoptera) yang Hidup Di Perairan Muara Poboya. Jurnal Akademika Kimia 1(4): 187-192
173
Badan Standarisasi Nasional. 1998. SNI 01-4866-1998 Cara Uji Cemaran Arsen Dalam Makanan. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta
Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 2354.5:2011 Cara Uji Kimia Bagian 5: Penentuan Kadar Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Produk Perikanan. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta
Badan Standarisasi Nasional. 2013. SNI 2729:2013 Ikan Segar. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta Badan Standarisasi Nasional. 2016. SNI 2354.6:2016 Cara Uji Kimia Bagian 6: Penentuan Kadar Logam
Berat Merkuri (Hg) pada Produk Perikanan. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta
Bernhoft, R. A. 2012. Mercury Toxicity and Treatment: A Review of the Literature. Journal of Environmental and Public Health: 1-10
Budiman, B. T. P., Y. Dhahiyat dan H. Hamdani. 2012. Bioakumulasi Logam Berat Pb (Timbal) dan Cd (Kadmium) pada Daging Ikan yang Tertangkap Di Sungai Citarum Hulu. Jurnal Perikanan dan Kelautan 3(4): 261-270
Chen, C. W., C. F. Chen, and C. D. Dong. 2010. Contamination and potential ecological of mercury in sediments of Kaohsiung river mouth, Taiwan. International Journal of Environmental Science and Development 3(1): 66-71
Culioli, J. L., S. Calendini, C. Mori and A. Orsini. 2009. Arsenic Accumulation in A Freshwater fish
Living in A Contaminated River of Corsica, France. Ecotoxicology and Environmental Safety 72:1440-1445
Diana, Rinidar, dan T. R. Armansyah. 2017. Cemaran Logam Berat Timbal (Pb) Pada Insang Ikan Cendro (Tylosurus crocodilus) Di Pesisir Krueng Raya Kabupaten Aceh Besar. JIMVET 01(3): 258-264 Dina, R., Lukman, G. Wahyudewantoro. 2019. Status jenis iktiofauna Danau Tempe, Sulawesi Selatan.
Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversiti Indonesia 5(2): 251-255.
Elfidasari, D., F. D. Qoyyimah, M. R. Fahmi, dan R. L. Puspitasari. 2016. Variasi Ikan Sapu-Sapu (Loricariidae) Berdasarkan Karakter Morfologi Di Perairan Ciliwung. Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI 3(4): 221-225
Ernawati, Y. 2014. The analysis of the concentration of heavy metals cadmium, mercury and lead in the flesh of suckermouth catfish (Pterygoplichthys pardalis) in Ciliwung River, Indonesia. Aquaculture, Aquarium, Conservation & Legislation International Journal of the Bioflux Society 7(1): 33-42
Hardiani, H., T. Kardiansyah dan S. Sugesty. 2011. Bioremediasi logam timbal (Pb) Dalam Tanah Terkontaminasi Limbah Sludge Industri Kertas Proses Deinking. Jurnal Selulosa,1(1): 31-41 Ismi, L. N., D. Elfidasari, R. L. Puspitasari, dan I. Sugoro. 2019. Kandungan 10 Jenis Logam Berat pada
Daging Ikan Sapu-Sapu (Pterygoplichthys pardalis) Asal Sungai Ciliwung Wilayah Jakarta.
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI 5(2): 56-59
Kumari, B., V. Kumar, A. K. Sinha, J. Ahsan, A. K. Ghosh, H. Wang and G. DeBoeck. 2016. Toxicology of Arsenic in Fish and Aquatic Systems. Environmental Chemistry Letters 14(55): 1-22
174
Kusumawarni, M., A. Daud, dan E. Ibrahim. 2020. Analisis Risiko Arsen (As) dalam Ikan
Kembung
dan
Kerang
Darah
Di
Wilayah
Pesisir
Makassar.
Online
(
https://core.ac.uk/download/pdf/25495855.pdf
) Tanggal 31 Agustus 2020
Mirdat, Y. S. Patadungan, dan Isrun. 2013. Status Logam Berat Merkuri (Hg) dalam Tanah pada Kawasan Pengolahan Tambang Emas Di Kelurahan Poboya, Kota Palu. e-J. Agrotekbis 1(2): 127-134 Munandar, K. 2016. Kandungan Logam Berat Pb dan Cd Pada Ikan Sapu-Sapu Yang Tertangkap Di
Sungai Bedadung Kabupaten Jember. Prosiding Seminar Nasional II Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang: 85-93
Munandar, K. dan N. Eurika. 2016. Keanekaragaman Ikan yang Bernilai Ekonomi dan Kandungan Logam Berat Pb dan Cd pada Ikan Sapu-Sapu di Sungai Bedadung Jember. Proceeding Biology Education Conference 13(1): 717-722
Narasiang, A. A., M. T. Lasut, dan N. J. Kawung. 2015. Akumulasi Merkuri (Hg) pada Ikan di Teluk Manado. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis 1(1): 8-14
Purbonegoro, T. 2014. Bioakumulasi dan Toksisitas Merkuri (Hg) pada Ikan. Oseana 39(4): 23-28
Riani, E. 2010. Kontaminasi Merkuri (Hg) dalam Organ Tubuh Ikan Petek (Leiognathus equulus) Di
Perairan Ancol, Teluk Jakarta. Jurnal Teknik. Lingkungan 11(2): 313-322
Rumampuk, N. D. C dan V. Warouw. 2015. Bioakumulasi Total Merkuri, Arsen, Kromium, Cadmium, Timbal Di Teluk Totok dan Teluk Buyat, Sulawesi Utara. Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi 2(2): 49-59
Saenab, S., Nurhaedah dan C. Muthiadin. 2014. Studi Kandungan Logam Berat Timbal pada Langkitang (Faunus ater) Di Perairan Desa Maroneng Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan. Jurnal Bionature 15(1): 29-34