• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekonomi Beras

Beras merupakan komoditi strategis di Indonesia. Hal ini terlihat dari cakupan beras dalam kehidupan masyarakat antara lain: (1) merupakan makanan pokok sebagian besar (90%) penduduk Indonesia; (2) dari segi pengeluaran rumah tangga 63% digunakan untuk makanan dan sekitar 17% untuk konsumsi beras; (3) penyumbang kebutuhan kalori sebesar 56% dan protein 49% dan; (4) industri perberasan melibatkan 18 juta petani yang sebagian besar adalah petani kecil, serta tenaga kerja yang terlibat dalam penyediaan input dan faktor produksi, pengolahan maupun pemasaran (Saifullah, 2002 : 125).

Produksi beras selama beberapa tahun terakhir ini memang terus mengalami flkutuasi peningkatan yang cukup tajam. Pada Tahun 2007-2008 produksi beras naik mencapai sekitar 5 persen. Prestasi ini hanya bisa disamai pada saat orde baru rentang 1969-1984. Kenaikan produksi ini tidak bisa terlepaskan dari berhasilnya Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN). Pada Tahun 2007 P2BN memfokuskan pada lima program unggulan yaitu subsidi benih, pengembangan tata mikro air, rehabilitasi jaringan tingkat usaha tani dan jaringan irigasi desa, pencetakan sawah baru dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Juga digulirkan program kredit untuk petani kecil, menghidupkan kembali penyuluh dan adanya efektifitas kebijakan harga yang terjadi.

Tantangan yang dihadapi dari produksi beras ke depannya adalah terus berupaya mempertahankan tingkat kenaikan produksi 4-5 persen dan mampu menjadi negara eksportir beras. Akan tetapi melihat realitas saat ini, hal itu tidak mudah diwujudkan. Pertumbuhan penduduk masih cukup tinggi (1,3% pertahun) ditambah dengan konsumsi beras rata-rata per kapita rakyat Indonesia yang tertinggi di dunia (139 kg/kapita/tahun), merupakan masalah terbesar untuk menjaga ketahanan pangan (Khudori, 2009 : 126). Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia membuat ketergantungan akan impor semakin meningkat karena ketidakmampuan kebutuhan domestik. Impor beras produksi yang tinggi

(2)

5 tidak mampu mencukupi permintaan beras dalam negeri yang tinggi sehingga pada 2010-2011 impor melonjak menjadi 1,33 juta ton. Kondisi ekonomi perberasan baik itu yang menyangkut aspek penawaran, permintaan maupun harga beras terus mengalami gejolak fluktuasi akibat adanya perubahan fenomena yang terjadi (BPS, 2010 : 126 ).

B. Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu perpaduan aktivitas – aktivitas yang saling berhubungan untuk mengetahui kebutuhan konsumen melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran produk dan jasa yang bernilai serta mengembangkan promosi, distribusi, pelayanan dan harga agar kebutuhan konsumen dapat terpuaskan dengan baik pada tingkat keuntungan tertentu (Oentoro, 2010 : 1).

Menurut Radiosunu (1983 : 2), pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan pada usaha memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran. Sedangakan menurut Kartajaya (2002 : 11), pemasaran adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan values dari satu inisiator kepada stakeholders-nya.

Kotler (1997 : 16), mengungkapkan bahwa pemasaran adalah suatu proses dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran adalah salah satu dari kegiatan pokok yang harus dilakukan olh para pengusaha termasuk pengusaha tani dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (Firdaus, 2007 : 7).

Menurut Rahim dan Hastuti (2007 : 108), pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditas yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, tempat, bentuk, yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran dengan melaksanakan salah satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran. Pemasaran pertanian merupakan sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberi kepuasan dari barang dan jasa yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang pertanian, baik input maupun produk pertanian.

(3)

6 Menurut Said dan Intan (2001 : 59) pemasaran pertanian merupakan sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberi kepuasan dari barang dan jasa yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang pertanian, baik input maupun produk pertanian. Selain itu juga pemasaran pertanian bisa dikatakan proses aliran komoditas yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu (time utility), guna tempat (place utility), dan guna bentuk (form utility) yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran dengan melaksanakan salah satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran (Sudiyono,2001:10).

Menurut Stanton (1997 : 7) pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan barang dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun konsumen potensial. Secara sistematis dapat dikatakan bahwa pemasaran mencakup kegiatan untuk mengetahui keinginan konsumen, merencanakan dan mengembangkan produk yang memenuhi keinginan kemudian memutuskan cara terbaik untuk menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan produk.

C. Fungsi Pemasaran

Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983 : 24), fungsi pemasaran merupakan suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat suatu proses pertukaran yang mencakup serangkaian kegiatan yang tertuju untuk memindahkan barang dan jasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi.

Menurut Sudiyono (2004 : 82) fungsi pemasaran terbagi atas tiga yaitu : Fungsi Pertukaran, Fungsi Fisik, dan Fungsi Penyediaan Fasilitas. Fungsi – fungsi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Fungsi Pertukaran

Dalam pemasaran produk – produk pertanian meliputi kegiatan yang menyangkut pengalihan hal pemilikan dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran ini terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian. Dalam melaksanakan fungsi penjualan, maka produsen atau lembaga pemasaran yang berada pada rantai pemasaran sebelumnya harus memperhatikan kualitas, kuantitas, bentuk dan

(4)

7 waktu serta harga yang diinginkan konsumen ataupun lembaga pemasaran yang ada pada rantai pemasaran.

Fungsi pembeli ini diperlukan untuk memiliki komoditi-komoditi pertanian yang akan di komsumsi ataupun di gunakan dalam proses produksi. Dalam melakukan pemindahan hak milik ini, lembaga yang melakukan penjualan maupun pembelian, tidak berharap secara langsung. Lembaga pemasaran yang melakukan proses penjualan biasanya melibatkan makelar penjualan (Selling Broker), sedangkan lembaga pemasaran yang melakukan proses pembelian melibatkan makelar pembelian (Buying Broker).

2. Fungsi Fisik

Meliputi kegiatan – kegiatan yang secara langsung diberlakukan terhadap komoditi pertanian, sehungga komoditi – komoditi pertanian tersebut mengalami tambahan guna tempat dan guna waktu. Berdasarkan definisi fungsi fisik di atas, maka fungsi fisik ini meliputi pengangkutan dan penyimpanan. Fungsi pengangkutan ini meliputi perencanaan, pemilihan, dan pergerakan alat – alat transportasi dalam pemasaran produk – produk pertanian.

Fungsi pengangkutan ini pada prinsipnya adalah memindahkan produk – produk pertanian dari daerah surplus, dimana kegunaan produk pertanian rendah, ke daerah minus atau dari daerah produsen ke daerah konsumen. Untuk meningkatkan efisiensi transportasi, maka harus diperhatikan aspek – aspek : macam alat angkut, resiko kerusakan selama pengangkutan, kapasitas muatan dan keadaan daerah antara produsen dan konsumen. Fungsi fisik lainnya adalah penyimpanan. Fungsi penyimpana ini diperlukan karena produksi komoditi pertanian bersifat musiman, sedangkan pola konsumsi bersifat relatif dari waktu ke waktu. Penyimpanan ini bertujuan untuk mengurangi fluktuasi harga yang berlebihan dan menghindari serangan hama dan penyakit selama proses pemasaran berlangsung.

3. Fungsi Penyediaan Fasilitas

Pada hakekatnya adalah untuk memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi penyediaan fasilitas merupakan usaha – usaha perbaikan sistem

(5)

8 pemasaran untuk meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi penetapan harga. Fungsi penyediaan ini meliputi standarisasi, penggunaan resiko, informasi harga dan penyediaan dana.

Fungsi pemasaran merupakan kegiatan atau tindakan dalam proses pemasaran. Anindita (2004;19) menjelaskan bahwa fungsi pemasaran adalah kegiatan utama yang khusus dilakasanakan untuk menyelesaikan proses pemasaran. Menambahkan bahwa beberapa kegiatan atau fungsi khusus membentuk langkah-langkah yang akan dilakukan namun dalam pelaksanaanya tidak perlu berurutan tetapi mencakup semuanya agar proses pemasaran berhasil dicapai (Downey & Erickson 1992 : 282).

D. Kelembagaan Pemasaran

Bardan dkk (1989 : 23), mengemukakan bahwa kelembagaan (institutions) memiliki dua pengertian, yaitu: kelembagaan sebagai aturan main (rule of the games), dan kelembagaan sebagai suatu organisasi yang berjenjang. Sebagai aturan main, kelembagaan diartikan sebagai sekumpulan aturan, baik formal maupun informal, tertulis maupun tidak tertulis, mengenai tata hubungan manusia dengan lingkungannya yang menyangkut hak-hak dan perlindungan hak-haknya serta tanggung jawabnya. Sedangkan kelembagaan sebagai organisasi yang berjenjang, dalam pengertian ekonomi menggambarkan aktivitas ekonomi yang dikoordinasikan bukan oleh sistem harga tetapi oleh mekanisme administratif atau kewenangan.

Menurut Rahim dan Hastuti (2007 : 112), lembaga pemasaran merupakan badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditas dari produsen kepada konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditas sesuai waktu, tempat, dan bentuk yang di inginkan konsumen. Lembaga pemasaran ingin mendapatkan keuntungan sehingga harga dibayarkan oleh lembaga pemasaran itu juga berbeda. Perbedaan harga di masing-masing lembaga pemasaran sangat bervariasi tergantung besar kecilnya keuntungan yang diambil oleh masing-masing lembaga

(6)

9 pemasaran. Jadi, harga jual ditingkat produsen (petani, ternak, dan nelayan) akan lebih rendah dari pada harga jual di tingkat pedagang perantara.

Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran produk-produk pertanian sangat beragam sekali tergantung dari jenis yang dipasarkan. Ada komoditi yang melibatkan banyak lembaga pemasaran dan ada pula yang melibatkan hanya sedikit lembaga pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran ini lebih lanjut dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1) Tengkulak yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani, tengkulak ini melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai maupun kontrak pembelian. 2) Pedagang pengumpul, jual komoditi yang dibeli tengkulak dari petani biasanya relatif lebih kecil sehingga untuk meningkatkan efisiensi. Jadi pedagang pengumpul ini membeli komoditi pertanian dari tengkulak, 3) Pedagang besar adalah untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran, maka jumlah komoditi yang ada pada pedagang pengumpul ini harus dikonsentrasikan lagi oleh lembaga pemasaran. Pengecer merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan konsumen (Sudiyono, 2004 : 81).

Hanafiah dan Saefudin (2006 : 21), menjelaskan bahwa lembaga pemasaran adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi pemasaran dimana barang bergerak dari produsen sampai ke konsumen. Lembaga pemasaran ini bisa termasuk golongan produsen, pedagang perantara, dan lembaga pemberi jasa. Kotler dan Amstrong (2001 : 7) mengartikan istilah lembaga perantara sebagai pihak yang berperan secara ekonomis dalam mentransformasikan bauran komoditi atau produk yang dibuat oleh produsen ke dalam bauran produk yang dibutuhkan konsumen.

E. Saluran Pemasaran

Sudiro (1995 : 73) mengemukakan bahwa saluran distribusi pemasaran adalah pertama, jalur yang dilalui oleh arus barang dari produsen ke perantara dan sampai pada konsumen/pemakai. Kedua, struktur unit organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri dari agen, pedagang besar, dan

(7)

10 pengecer yang dilalui barang/jasa saat dipasarkan.

Panjang-pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu hasil komoditas pertanian tergantung pada beberapa faktor, antara lain: pertama, jarak antara produsen dan konsumen. Makin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh produk. Kedua, cepat tidaknya produk rusak. Produk yang cepat atau mudah rusak harus segera diterima konsumen dan dengan demikian menghendaki saluran yang pendek dan cepat.

Ketiga, skala produksi. Bila produksi berlangsung dengan ukuran-ukuran kecil, maka jumlah yang dihasilkan berukuran kecil pula, hal ini akan tidak menguntungkan bila produsen langsung menjual ke pasar. Keempat, posisi keuangan pengusaha. Produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung untuk memperpendek saluran pemasaran. Pedagang yang posisi keuangannya (modalnya) kuat akan dapat melakukan fungsi tataniaga lebih banyak dibandingkan pedagang yang posisi modalnya lemah. Dengan kata lain, pedagang yang memiliki modal kuat cenderung memperpendek saluran pemasaran (Hanafiah dan saefuddin, 1986 : 33).

Thamrin dan Francis (2012) mengemukakan saluran pemasaran adalah sekumpulan organisasi yang saling tergantung satu sama lainnya yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk atau pelayanan untuk digunakan atau dikonsumsi. Saluran pemasaran atau saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang terkait dalam semua kegiatan yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status pemilikannya dari produsen ke konsumen. Pengertian ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat menggunakan lembaga atau perantara untuk dapat menyalurkan produknya kepada kosumen akhir (Laksana, 2008 : 123).

Proses penyaluran produk sampai ke tangan konsumen akhir dapat menggunakan saluran panjang ataupun saluran pendek sesuai dengan kebijaksanaan distribusi yang ingin dilaksanakan perusahaan. Dengan demikian, rantai distribusi langsung menurut bentuknya di bagi dua yaitu :

Pertama : saluran distribusi langsung (direct chanenel of distribution) yaitu penyaluran barang – barang atau jasa – jasa dari produsen ke konsumen dengan

(8)

11 tidak melalui perantara, seperti penjualan di tempat produksi, penjualan di took/gerai produsen, penjualan dari pintu ke pintu, penjualan melalui surat.

Kedua : saluran distribusi tak langsung yaitu, bentuk saluan distribusi yang menggunakan jasa kepada para konsumen. Angipora (1999) dalam Rahim dan Hastuti (2007 : 144) mengemukakan pengertian tentang perantara adalah mereka yang membeli dan menjual barang – barang tersebut dan memilikinya. Mereka bergerak di bidang perdagangan besar dan pengecer. Sementara agen adalah orang atau perusahaan yang membeli atau menjual barang untuk perdagangan besar (manufacturer). Panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilaui oleh suatu hasil komoditas pertanian tergantung pada beberapa faktor, antara lain :

1. Jarak antara produsen dan konsumen. Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran yang di tempuh oleh produk. 2. Cepat tidaknya produk rusak, produk yang cepat atau yang mudah rusak

harus segera diterima konsumen dan dengan demikian menghendaki saluran yang pendek dan cepat.

3. Skala produksi, bila produksi berlangsung dengan ukuran – ukuran kecil, maka jumlah yang dihasilkan berukuran kecil pula, hal ini akan mnguntungkan bila produsen langsung menjual ke pasar.

4. Posisi keuangan pengusaha. Produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung untuk memperpendek saluran pemasaran.

Ginting (1992 : 2) mengemukakan bahwa ada dua bentuk saluran pemasaran yaitu saluran pemasaran jangka panjang dan saluran pemasaran jangka pendek. Menurut Mursid (1997 : 2) bahwa saluran pemasaran Channel of distribution

adalah lembaga-lembaga yang mempunyai kegiatan untuk menyalurkan atau menyampaikan barang-barang atau jasa dari produsen ke konsumen.

F. Margin Pemasaran

Margin pemasaran dapat didefinisikan dengan dua cara, yaitu pertama,

marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, kedua, margin pemasaran merupakan biaya dari jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari

(9)

12 jasa-jasa pemasaran. Komponen marjin pemasaran terdiri dari biaya yang dibutuhkan lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran (Sudiyono, 2001 : 95).

Amang et. all (1996: 324), menyatakan bahwa margin pemasaran diartikan sebagai perbedaan antara harga yang dibayarkan oleh konsumen untuk membeli produk dengan harga pabrik yang diterima oleh produsen yang membuat produk tersebut. Marjin pemasaran dapat konstan ataupun bervariasi sesuai dengan kondisi. Besar kecilnya marjin pemasaran dipengaruhi oleh perubahan biaya dan keuntungan perantara serta harga yang dibayarkan konsumen dan harga yang diterima petani produsen.

Menurut Downey dan Erickson (1992 : 504) margin pemasaran (marketing margin), merupakan selisih antara dua pengembalian atau hasil produk pada dua tingkatan dalam saluran pemasaran, misalnya selisih antara harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Sedangkan menurut Crammer dan Jensen (1994 : 320), the difference between the price that consumers pay for the final good and the price received by producers for the raw product represents marketing cost, or the marketing margin. Perbedaan antara harga yang konsumen bayar untuk produk akhir dan harga yang diterima produsen untuk bahan baku yang menggambarkan biaya pemasaran atau margin pemasaran. Dengan menggunakan definisi pertama yang menyebutkan bahwa margin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, maka lebih lanjut dapat dianalisis sebagai berikut. Harga yang dibayarkan konsumen merupakan harga di tingkat pengecer yaitu merupakan perpotongan antara kurva permintaan primer dengan kurva penawaran turunan. Sedangkan harga di tingkat petani merupakan potongan antara kurva permintaan turunan dengan kurva penawaran primer (Sudiyono,2004:96).

Adapun biaya pemasaran terbagi menjadi 2 yaitu biaya pemasaran dalam arti sempit adalah biaya–biaya yang dikeluarkan untuk menjual dan membawa produk ke pasar dan biaya pemasaran dalam arti luas adalah biaya–biaya yang dikeluarkan sejak saat produksi selesai dan disimpan dalam gudang smpai produk

(10)

13 tersebut berubah menjadi uang tunai. Selain itu juga biaya pemasaran merupakan biaya yang digunakan untuk memasarkan produk kepada publik atau masyarakat seperti biaya promosi, distribusi dan lain-lain yang berkaitan dengan pemasaran produk itu sendiri, serta biaya yang dikeluarkan untuk menjual produk atau barang dagangan sampai ke tangan konsumen.

Hanafiah dan Saefuddin (2006 : 99) mendefinisikan margin pemasaran sebagai perbedaan harga yang dibayarkan oleh penjual pertama (produsen) dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. Berdasarkan pengertian tersebut menunjukan selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran yang saling berinteraksi. Margin pemasaran juga dinyatakan sebagai dari jasa - jasa pelaksanaan kegiatan sejak tingkat produsen sampai tingkat konsumen.

Margin pemasaran dapat digambarkan melalui gambar yang dikemukan oleh Limbong dan Sitorus (1985 : 74) yang menunjukan keterkaitan antara permintaan, penawaran dan harga.Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat besarnya nilai margin pemasaran yang merupakan hasil perkalian dari perbedaan harga pada dua tingkat lembaga pemasaran dengan jumlah produk yang dipasarkan.

Limbong dan Sitorus (1985 : 75) menyatakan bahwa margin pemasaran memiliki tiga sifat umum yaitu:

a. Margin pemasaran pada setiap komoditi pertanian adalah berbeda-beda dikarenakan perbedaan jasa yang diberikan.

b. Margin pemasaran produk hasil pertanian cenderung akan naik dalam jangka panjang dengan menurunnya bagian harga yang diterima petani akibat dari efek upah buruh dalam jangka panjang dan bertambah tingginya pendapatan masyarakat karena kemajuan pembangaunan ekonomi.

c. Margin pemasaran relative stabil dalam jangak pendek terutama dalam hubungannya dengan berfluktuasinya harga-harga produk hasil pertanian. Dahland & Hammond (1977 : 10) mendefinisikan margin pemasaran sebagai perbedaan antara harga di tingkat yang berbeda dalam sistem pemasaran. Margin pemasaran adalah perbedaan antara harga di tingkat petani (Pf) dan harga di tingkat pengecer (Pr).

(11)

14 Firdaus (2007 : 171) mengemukakan bahwa biaya pemasaran sering di ukur dengan margin pemasaran, yang sebenarnya hanya menunjukkan bagian dari pembayaran konsumen yang di perlukan untuk menutup biaya yang di keluarkan dalam proses pemasaran. Adapun biaya pemasaran terbagi menjadi 2 yaitu biaya pemasaran dalam arti sempit adalah biaya – biaya yang di keluarkan untuk menjual dan membawa produk ke pasar dan biaya pemasaran dalam arti luas adalah biaya pemasaran meliputi semua biaya yang terjadi sejak saat produk selesai diproduksi dan di simpan dalam gudang sampai dengan produk tersebut diubah kembali dalam bentuk uang tunai. Karena pertambahan jumlah dan proporsi biaya pemasaran terhadap total biaya, maka sangat diperlukan strategi dan kebijakan pengendalian atas biaya pemasaran yang tepat (Mulyadi, 1992 : 2). G. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan margin pemasaran yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nurhapy (2011) dengan judul : Pemasaran Beras IR 64 dari Desa Tes Lebong Selatan Kepasar Tradisional Modern (PTM) Kota Bengkulu. Dengan mengunakan metode survey. Hasil penelitian mengemukakan bahwa biaya pemasarn terbesar dikeluarkan oleh pedagang pengecer saluran II sebesar Rp.475/Kg, dan biaya pemasaran yang terendah pada pedagang pengecer saluran I sebesar Rp.144/K, sedangkan keuntungan terbesar terdapat pada pedagang pengecer saluran Isebesar Rp.1,856/Kg, dan yang terkecil pada pedagang pengumpul saluran I sebesar Rp. 241/Kg, dan margin pemasaran terbesar terdapat pada saluran I sebesar Rp. 3,600/Kg, dan terkecil ada pada saluran II sebesar Rp.3,500/Kg.

Rasuli et. All (2007) dengan judul : Analisis Margin Pemasaran Telur Itik di Kelurahan Borongloe, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa. Metode yang digunakan adalah metode penunjukan langsung. Hasil dan penelitian ini menunjukkan bahwa : Saluran pemasaran telur itik di Kelurahan Borongloe Kecamatan Bontomaraanu Kabupaten Gowa dimana saluran I (produsen langsung ke konsumen) merupakan saluran pemasaran yang paling baik. Hal ini disebabkan oleh pada saluran I tidak ada penambahan biaya pemasaran. Margin pemasaran

(12)

15 yang paling besar diterima lembaga pemasaran yaitu pedagang pengecer sebesar Rp 150. Karena tambahan biaya pemasaran yang dikeluarkan lebih sedikit dibanding dengan pedagang pengumpul yaitu sebesar Rp. 50,- sedangkan pedagang pengumpul sebesar Rp. 75,-

Nurasa dan Darwis (2007), dengan judul : Analisis Usahatani dan Keragaan Margin Pemasaran Bawang Merah Di Kabupaten Brebes. Metode analisis yang digunakan adalah analisis biaya dan pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian harga jual yang diterima pada berbagai kelembagaan pasar mulai dari tingkat petani sampai dengan pasar eceran berkisar antara Rp 3.600,- sampai dengan Rp 6.750,- per kg bawang merah. Harga jual ini terlihat bahwa tingkat harga jual petani paling tinggi perbedaan dengan harga jual supermarket (11.000 kg,-1), selanjutnya dengan pasar induk (5.700 kg,-1) dan dengan eceran ( Rp 5.425 – Rp 6.750 kg,-1

). Perolehan margin pemasaran komoditas bawang merah pada pedagang pengumpul terendah diperoleh untuk tujuan pedagang besar Induk Kramatjati dengan margin yang diperoleh sebesar Rp 77 kg,-1. Namun demikian, volume jual ketujuan ini cukup tinggi dimana Usahatani bawang merah di Brebes-Jawa Tengah, tingkat keuntungan per-hektar adalah sebesar Rp 6,83 juta per tahun.

Handayani dan Nurlaila (2011) dengan judul Analisis Pemasaran Susu Segar di Kabupaten Klaten : Metode yang digunakan adalah metode sample random sampling. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan ada dua pola saluran pemasaran susu segar yaitu, saluran I: peternak → TPS → KUD → IPS, home industry, pedagang pengecer, dan konsumen. Saluran II : peternak → pedagang pengumpul → pedagang luar Kecamatan Jatinom. Pada saluran I total biaya pemasaran adalah Rp. 263,76, keuntungan Rp. 143,26 dan margin pemasaran Rp. 328,26 per liter. Untuk saluran pemasaran II total biaya pemasaran Rp. 52,93, keuntungan Rp. 60,07 dan margin pemasaran Rp. 81,50 per liter. Kedua saluran pemasaran sudah efisien dengan nilai farmer’s share 89,06 % untuk saluran I dan 97,24 % untuk saluran II.

Harifudin et. all (2011) dengan judul : Analisis Margin Dan Efisiensi Pemasaran Rumput Laut Di Desa Mandalle Kecamatan Mandalle, Kabupaten

(13)

16 Pangkep. Metode yang digunakan adalah sample random sampling. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pola distribusinya atau penyalurannya rumput laut di desa mandalle kecamatan mandalle ada dua macam saluran yaitu pertama dari petani ke pedagang pengumpul, kemudian ke pedagang besar dan terakhir ke eksportir. Kedua dari petani ke pedagang pengumpul, dan terakhir ke eksportir; usaha rumput laut yang dilakukan di desa mandalle kecamatan mandalle menunjukkan bahwa margin pada saluran I sama saja dengan margin pada saluran II dan keuntungan yang diperoleh pada saluran I lebih kecil dari pada saluran II;saluran yang pendek (saluran II) lebih efisien daripada saluran yang panjang (saluran I).

(14)

17 H. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka maka dapat dilihat pemikiran teoritis sebagai berikut.

Gambar 1. Kerangka pikir teoritis penelitian “ Analisis Margin Pemasaran Beras di Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango.

Agribisnis Subsistem Pemasaran Subsistem Usahatani Pemasaran Beras Distribusi Pedagang Petani Konsume n Margin pemasaran Subsistem Penunjang Pengolahan Hasil Penyediaan Saprodi

(15)

18 Berdasarkan gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa agribisnis secara umum terdiri dari 2 subsistem yaitu subsistem hulu dan subsistem hilir, dimana ssubsistem hulu terdiri atas subsistem usahatani, penyediaan saprodi dan pengolahan hasil. Subsistem usahatani adalah kegiatan yang menggunakan barang-barang modal dan sumberdaya alam untuk menghasilkan komoditas pertanian primer. Contoh : Usaha tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, tanaman obat, peternakan, perikanan, kehutanan.

Subsistem penyediaan saprodi mencakup semua kegiatan perencanaan, pengelolaan, pengadaan dan penyaluran sarana produksi untuk terlaksananya penerapan suatu teknologi usahatani, serta pemanfaatan sumber daya pertanian secara optimal. Aspek yang ditangani yaitu pupuk, pestisida, obat-obatan, alat-alat/mesin pertanian, benih, bibit, pakan ternak, kredit, dan penyedia informasi pertanian, dan subsistem pengolahan hasil adalah industri yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan berupa produk antara dan produk akhir. Contoh: produk makanan dan minuman, industri serat alam, industri biofarmaka, industri agro-wisata dan estetika.

Subsistem hilir yaitu subsistem pemasaran yang menyangkut pemasaran beras dimana didalamnya terdapat kegiatan distribusi beras.Distribusi merupakan kegiatan penyaluran beras dari tangan petani ke pedagang kemudian dijual ke konsumen dari kegiatan distribusi tersebut maka terbentuklah margin pemasaran. I. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kerangka pikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Diduga distribusi pemasaran beras di Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango adalah lebih dari satu saluran pemasaran.

2. Diduga dengan sistem pemasaran beras akan menimbulkan margin pemasaran.

Gambar

Gambar 1. Kerangka pikir teoritis penelitian “ Analisis Margin Pemasaran Beras  di Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam paragraf tersebut terdapat kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baku. Kalimat yang dimaksud

Diperoleh signifikansi α 0.000<0.055 dan uji -t diperoleh t (hitung) = 5.305 > 2.201 (t 30;0.05 ) sehingga terjadi peningkatan prestasi belajar fisika siswa antara

Peserta didik mengumpulkan jawaban dari tugas rumah yang telah dikerjakan untuk mendapatkan penilaian.. Lembar Kerja Peserta

Peserta didampingi pelatih melakukan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) sebagai langkah awal penyusunan RKJM dengan menggunakan Rapor Mutu 8 SNP Sekolah untuk menganalisis dan

The objective of research is to find out how the sequences of events are realized on the headline news on the fuel price increasing issue which was written in the

Tari tradisional sering digunakan sebagai acara pembuka pada suatu kegiatan ( event ). Hal tersebut termasuk salah satu upaya pelestarian budaya. Namun sangat disayangkan

Seorang perawat tidak mengkomunikasikan kepada ahli gizi tentang obat- obatan yang digunakan pasien sehingga dapat terjadi pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa

Untuk memastikan sekaligus sebagai penanda bahwa bakteri yang akan kita lihat keberadaaan gen-gen virulennya adalah benar dari isolat bakteri yang telah kita