• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA STRATEGIS TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA STRATEGIS TAHUN"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA STRATEGIS

TAHUN 2015 – 2019

BALAI BESAR TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI (B2TKE)

(2)

KATA PENGANTAR

Balai Besar Teknologi Energi sebagai salah satu satker di bawah Kedeputian Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material (TIEM) – BPPT dalam melaksanakan tugasnya, yaitu melakukan kegiatan inovasi dan layanan teknologi serta pemasyarakatan hasil-hasil teknologi dibidang teknologi Konversi energy dan kelistrikan selalu didasarkan kepada sistem perencanaan program dan kegiatan yang baik dengan cascading dan terstruktur.

Untuk itu, dalam rangka menjalankan tugas pokok tersebut, perlu disusun sebuah rencana strategis (Renstra) yang merujuk pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2015-2019 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025, khususnya Rencana Pembangunan Bidang Iptek serta visi dan misi BPPT, kedeputian TIEM serta B2TKE yang telah ditetapkan.

Renstra B2TKE 2015 – 2019 hasil revisi bulan Maret 2016 disusun untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan program kegiatan B2TKE dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019. Renstra B2TKE ini juga mencakup strategi pelaksanaan yang meliputi sumber daya manusia, perencanaan anggaran maupun sarana dan prasarana. Renstra B2TKE ini juga menjadi bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan mekanisme pelaksanaan tata kelola Unit Kerja B2TKE yang transfaran dan akuntabel.

Semoga dokumen renstra ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana maksud tersebut di atas.

Terimakasih.

Jakarta, Oktober 2016

Kepala Balai Besar Teknologi Energi.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Umum I – 2 1.1.1 Global I – 2 1.1.2 Kondisi Nasional I – 3

1.3.3. Capaian Balai Besar Teknologi

Konversi Energi (B2TKE) 2010 – 2015 I – 4

1.2 Potensi dan Permasalahan I – 9

1.2.1 Potensi I – 9

1.2.2 Permasalahan I – 12

BAB II TUJUAN DAN KEGIATAN

2.1 Visi II – 1

2.2 Misi II – 2

2.3 Tujuan dan Kegiatan B2TKE II – 2

2.4 Sasaran Kegian II – 3

2.5 Indikator Kinerja Kegiatan II – 3

2.6 Layanan Teknologi Energi II – 7

BAB III ARAH KEBIJAKAN STRATEGI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1 Arah Kebijakan Strategi Nasional III – 2

3.2 Arah Kebijakan dan Strategi BPPT III – 3

3.3 Arah dan Strategi B2TKE III – 4

3.4 Struktur Organisasi & Kerangka Kelembagaan III – 5

3.4.1 Fungsi Struktur dan Bagan Organisasi III – 6

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1 Target Kinerja IV – 1

4.2 Kerangka Pendanaan IV – 2

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (RPJPN) 2005 – 2025 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

Dalam RPJPN 2005 – 2025 disebutkan bahwa persaingan yang makin tinggi pada masa yang akan datang menuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan teknologi ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dalam rangka menghadapi perkembangan global menuju ekonomi berbasis pengetahuan. Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan penerapan Iptek nasional, tantangan yang dihadapi adalah perlu adanya peningkatan kontribusi Iptek untuk memenuhi hajat hidup bangsa; menciptakan rasa aman; memenuhi kebutuhan kesehatan dasar, energi, dan pangan; memperkuat sinergi kebijakan Iptek dengan kebijakan sektor lain; mengembangkan budaya Iptek di kalangan masyarakat; meningkatkan komitmen bangsa terhadap pengembangan Iptek; mengatasi degradasi fungsi lingkungan; mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam; serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas sumber daya Iptek, baik SDM, sarana dan prasarana, maupun pembiayaan Iptek.

Kondisi saat ini menunjukkan, bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan dan pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat. Meskipun demikian, kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh masih

(5)

rendahnya sumbangan teknologi terhadap sektor produksi nasional, belum efektifnya mekanisme intermediasi, lemahnya sinergi kebijakan, belum berkembangnya budaya Iptek di masyarakat, dan terbatasnya sumber daya Iptek.

Dengan adanya perkembangan global, regional dan nasional di bidang teknologi dan adanya tuntutan reformasi birokrasi tatakelola pemerintahan maka BPPT telah melakukan reorganisasi/restrukturisasi. Sebagai konsekuensinya maka perlu dilakukan penyesuaian perencanaan strategis.

1.1 Kondisi Umum 1.1.1 Global

Kondisi geoekonomi global saat ini dan ke depan akan merupakan tantangan sekaligus peluang bagi perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan. Tantangan dan peluang terkait dengan peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi antara lain adalah:

a. Pusat ekonomi dunia ke depan diperkirakan akan bergeser terutama dari kawasan Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik.

b. Harga komoditas secara umum diperkirakan menurun, namun harga produk manufaktur dalam tren meningkat.

c. Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 yang dimulai tanggal 31 Desember 2015.

Kebijakan di bidang ekonomi perlu diarahkan untuk meningkatkan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada transformasi industri yang berkelanjutan, sehingga perekonomian Indonesia akan berbasis kepada nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi. Perkiraan pelemahan harga komoditas di pasar internasional menjadi tantangan penting bagi Indonesia untuk segera menggeser struktur ekspor Indonesia ke arah produk manufaktur. Sementara itu, peningkatan jaringan rantai suplai global dan regional pun perlu dimanfaatkan oleh Indonesia melalui kebijakan kondusif, yang dapat membuka peluang yang lebih besar bagi pengusaha domestik termasuk usaha kecil dan menengah untuk berpartisipasi dan menjadi bagian dalam rantai suplai internasional.

Peningkatan daya saing perekonomian Indonesia menjadi hal utama yang perlu menjadi perhatian. Titik berat peningkatan daya saing perekonomian perlu diarahkan pada peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi, peningkatan iklim

(6)

investasi dan iklim usaha, serta tata kelola birokrasi yang lebih efiisien. Peningkatan daya saing perekonomian ini perlu didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang kondusif, yang tidak menciptakan rente ekonomi maupun ekonomi biaya tinggi. Peningkatan infrastruktur akan dititik beratkan pada upaya untuk meningkatkan konektivitas nasional, sehingga integrasi domestik ini akan meningkatkan efisiensi ekonomi dan kelancaran arus barang dan jasa antar wilayah di Indonesia.

1.1.2 Kondisi Nasional

Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan tersebut di atas, Indonesia saat ini masih mengadapi berbagai kendala. Posisi daya saing Indonesia jika diukur dengan indeks daya saing global (Global Competitiveness Index –GCI) berdasarkan laporan World Economic Forum pada tahun 2014-2015 meningkat dari peringkat 54 pada tahun 2009-2010 menjadi peringkat 34 pada tahun 2014-2015. Tetapi peringkat daya saing ini lebih rendah dibandingkan Malaysia (20), Thailand (31), Brunei Darussalam (26) dan lebih tinggi dibandingkan Vietnam (68), Filipina (52), Kamboja (95) dan Timor-Leste (136).

Peningkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja berbagai pilar yang menjadi penopangnya, yang meliputi 12 pilar, yaitu: Institusi, Infrastruktur, Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan Pendidikan Dasar, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan Teknologis, Ukuran Pasar, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi

Diantara pilar-pilar daya saing tersebut, terdapat 3 (tiga) pilar yang berkaitan langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu:

a. Kesiapan Teknologi dengan indikator: Keberadaan Teknologi Terbaru, Tingkat Dayaserap Teknologi Perusahaan, Penanaman Modal Asing (PMA) dan Transfer Teknologi, Pengguna Internet, Pita Lebar Internet, Pelanggan Telpon Gerak/100 Penduduk;

b. Kecanggihan Bisnis dengan indikator: Kuantitas Pemasok Lokal, Kualitas Pemasok Lokal, Pengembangan Klaster Negara, Sifat Keunggulan Kompetitif, Kepanjangan Rantai Nilai, Pengendalian Distribusi Internasional, Kecanggihan Proses Produksi, Keluasan Pemasaran, Kesediaan Untuk Mendelegasikan Wewenang); dan

(7)

c. Inovasi dengan indikator: Kapasitas Inovasi, Kualitas Lembaga Penelitian Ilmiah, Belanja Litbang Perusahaan, Kolaborasi Litbang Universitas-Industri, Pengadaan Pemerintah untuk Produk Teknologi Maju, Ketersediaan Ilmuwan dan Insinyur, Utilitas Paten Per Sejuta Penduduk.

Sedangkan dari 12 pilar daya saing diatas, pilar Kesiapan Teknologi, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja dan pilar Inovasi merupakan pilar dengan nilai terendah (nilai Kesiapan Teknologi 3,6, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 3,8 sedangkan Inovasi 3,9 dari skala 1-7) dibandingkan dengan sembilan pilar lainnya. Hal ini mencerminkan bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing Indonesia. Kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa.Hal ini telah mengakibatkan ongkos untuk menghasilkan suatu produk menjadi mahal, dan kualitas barang serta inovasi produk yang dihasilkan sangat terbatas sehingga daya saing usaha tidak seperti yang diharapkan.

1.1.3 Capaian Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE) 2010 – 2015 B2TKE merupakan hasil kolaborasi antara Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) dan Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi (PTKKE). Selama tahun 2010-2015, B2TE dan PTKKE telah menghasilkan beberapa capaian antara lain sebagai berikut:

a. Inovasi Teknologi Skala Kecil s/d 5 MW

Kegiatan ini difokuskan pada pengembangan PLTP skala kecil hingga kapasitas 3 MW dengan menerapkan teknologi condensing turbine and binary cycle melalui kerjasama dengan industri manufaktur dalam negeri seperti PT. Nusantara Turbin dan Propulsi (manufaktur turbin), PT. Pindad (generator), PT. Boma Bisma Indra (condenser, demister, jet ejector), dan lain-lain dengan target meningkatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) secara maksimal.

Pilot plant PLTP condensing turbine dengan kapasitas 3 MW telah dibangun di lapangan panas bumi Kamojang, Jawa Barat, melalui kerjasama dengan PT. Pertamina Geothermal Energy (suplai uap panas bumi) dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat (menyediakan lahan), serta PT. PLN (penyaluran listrik). Selain PLTP 3 MW, B2TKE juga mengembangkan Pilot plant PLTP binary

(8)

cycle dengan kapasitas 100 kW di lapangan panas bumi Wayang Windu, Jawa Barat melalui kerjasama dengan Star Energy Geothermal Ltd. (menyediakan brine dan lahan).

Pada Tahun 2012 telah diselesaikan Prototipe Komponen Turbin PLTP 3 MW dan juga Pilot Plant PLTP Binary Cycle 100 KW. Sedangkan dalam Tahun 2013 telah dilaksanakan pengujian kinerja PLTP 3 MW, pengujian pilot plant PLTP binary cycle 100 KW, dan pilot plantPLTP binary cycle 500 kW.

b. Inovasi Teknologi Smart Micro Grid.

Menurut Badan Energi Amerika Serikat, “smart grid” merupakan kelas teknologi yang digunakan untuk sistem pengantar listrik di abad 21, menggunakan pengendali berbasis komputer dan mesin. Teknologi ini menghubungkan pembangkit-pembangkit dari berbagai macam kepada konsumen baik rumah atau bisnis. Teknologi berbasis komunikasi dua arah ini sudah dipakai di industri lain, namun baru menjelang abad 21 ini diterapkan di industri perlistrikan.

Indonesia mulai menerapkan teknologi pembangkit smart grid yang merupakan teknologi mengoperasikan sistem tenaga listrik dengan mengkombinasikan teknologi komputer, komunikasi dan jaringan. Untuk Indonesia, teknologi ini pertama kali diterapkan di Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur

Jadi saat ini, smart grid di Indonesia sudah masuk tahap pembuatan kebijakan. Diharapkan ke depannya, Indonesia sudah menjadi salah satu negera yang mengimplementasikan smart grid secara keseluruhan. Contoh penerapan smart grid di Indonesia adalah pembangunan ‘Plant Smart Micro Grid’ di Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur oleh BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) (sumber: teknologi.news.viva.co.id). Smart MicroGrid yang dikembangkan oleh BPPT ini menggabungkan antara dua PLTD dan satu PLTMH dan dikontrol oleh sebuah server pengatur. Ke depannya, Indonesia akan terus mengembangkan smart micro grid dan saling terhubung satu dengan lainnya.

Keuntungan teknologi smart grid tidak hanya di sisi pelanggan saja, tetap juga di pembangkit listrik. Dengan sistem smart grid, kerja pembangkit akan disesuaikan dengan beban puncak listrik dan apabila melebihi kapasitas, pembangkit listrik akan dibantu oleh pembangkit listrik yang lain. Contohnya adalah ketika sedang beban puncak, suatu PLTA yang mengalami kelebihan beban akan dibantu oleh Pembangkit

(9)

Listrik Tenaga Angin. Walaupun turbin angin tidak menghasilkan energi listrik secara terus menerus, tetapi cukup membantu saat kondisi beban puncak. Teknologi ini membantu mengurangi beban produksi pembangkit dalam pemenuhan kebutuhan pasokan listrik konsumen. Selain itu, teknologi smart grid juga menawarkan solusi perawatan yang lebih intensif untuk mesin-mesin turbin pembangkit listrik tanpa harus

terjadinya pemadaman bergilir. Berbicara masalah pemadaman bergilir,

teknologi smart grid mampu mengantisipasi masalah itu dengan pengaturan transmisi listrik yang efisien. Nantinya masalah-masalah yang biasanya diakibatkan dari sisi produsen atau penyedia energi listrik menjadi seminimal mungkin.

Dari sisi pelanggan, teknologi smart grid menawarkan penghematan energi yang dikonsumsi. Contohnya adalah lampu ‘smart’ yang bisa menyesuaikan kebutuhan pencahayaan sesuai dengan kondisi ruangan. Ada juga pengkondisi udara pintar atau Smart Air Conditioner dimana AC ini memiliki sensor yang akan menyesuaikan dengan jumlah orang dalam ruangan. Dengan teknologi ini, jumlah pengeluaran energi di pelanggan dapat ditekan dan tentu saja mengurangi biaya pemaikan energi listrik. Tidak hanya di sektor pelanggan rumahan saja, sekarang dapat kita lihat di pusat-pusat perbelanjaan sudah menggunakan eskalator atau tangga berjalan yang bisa menyesuaikan dengan penggunanya. Ketika tidak ada yang menggunakan, eskalator akan berjalan lambat cenderung mati dan ketika ada yang menggunakan akan berjalan seperti biasa. Jadi, smart grid ini menawarkan penghematan di kedua sisi, yaitu penyedia energi listrik dan pengguna energi listrik.

Mengingat energi yang berasal dari fosil (BBM) akan habis di tahun 2025. Sudah saatnya Indonesia mengembangkan energi terbarukan seperti menggunakan tenaga surya / matahari, air dan angin.

Pada tahun 2010-2014, kegiatan Smart Grid difokuskan pada pembangunan pilot plant smart grid. Pada tahun 2014 telah terbangun pilot plant smart Grid kapasitas 500 kW di Sumba. Pada tahun 2016 hingga tahun 2019, smart grid akan difokuskan pada smart grid for smart city.

c. Inovasi Teknologi Konservasi dan Audit Energi.

Pada kegiatan ini terdapat dua sub kegiatan yaitu perekayasaan peralatan hemat energi dan penerapan manajemen energi. Salah satu output dari kegiatan ini adalah rekomendasi teknologi salah satunya teknologi kogenerasi. Penerapan teknologi kogenerasi yang direkomendasikan oleh Balai Besar Teknologi

(10)

Energi-BPPT telah diterapkan di PT. Semen Padang dimana salah satunya adalah penerapan Waste Heat Recovery Boiler yakni pemanfaatan gas panas buang dari Kiln sebagai pembangkit tenaga listrik. Proyek tersebut pada perkembangannya dilakukan bekerjasama dengan NEDO - Jepang dan selesai pada tahun 2011 yang menghasilkan penghematan di bidang energi listrik sebesar ± Rp. 30 Milyar/ Tahun.

Pada tahun 2014, Penerapan teknologi kogenerasi di Industri difokuskan pada tujuh sub sektor industri padat energi yaitu : Pulp dan Kertas, Tekstil, Semen, Baja, Makanan dan Minuman, Keramik, dan Pupuk. Dari hasil studi didapatkan bahwa potensi kogenerasi total dari sektor industri, pembangkit dan komersial berdasarkan data tahun 2012 adalah sebesar 38.518,25 GWh atau setara dengan penghematan sebesar 40,4 Trilyun Rupiah. Penghematan ini setara dengan pengurangan CO2 sebesar 30,24 Juta ton CO2 per tahun. Untuk mengimplementasikan potensi tersebut, estimasi investasi yang dibutuhkan adalah sebesar 7,35 Milliar US Dollar atau setara dengan 88,27 Trilyun Rupiah.

Pelaksanaan audit energi pada tahun 2012 ditujukan untuk mengetahui kapabilitas teknologi industri manufaktur dalam negeri guna mendukung infrastruktur ketenagalistrikan. Hal-hal teknis yang tercakup dalam kegiatan ini meliputi kemampuan desain, kemampuan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Beberapa industri komponen utama kelistrikan yang diaudit BPPT adalah PT. Pindad memproduksi generator, PT. Nusantara Turbin Propulsi (NTP) memproduksi Turbin, PT. PAL memproduksi balance of plant (komponen atau peralatan pendukung), PT.

Alstom Power ESI memproduksi Heat Recovery System Generator (HRSG). Tahun

2012 telah diselesaikan: Rekomendasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas Litbang untuk mendukung kemandirian industri nasional. Tahun 2013 telah dilaksanakan: Layanan Teknologi Pelaksanaan Audit Teknologi, dan Layanan Teknologi Sistem Manajemen Proses.

Dalam hal penerapan manajemen energi, pada tahun 2014 telah dipasang prototipe Sistem Informasi Managemen Energi (SIME) yang di terapkan di B2TKE, BPPT gedung 620 Kawasan Puspiptek Serpong. Dengan adanya prototipe ini, maka kegiatan ini telah membantu pemerintah dalam program penerapan teknologi efisiensi energi khususnya program konservasi energi.

(11)

d. Pengembangan Kawasan Baron Technopark (BTP)

Pada tahap awal pengembangan“Baron Teknopark”, BPPT mendapatkan dana hibah dari NORAD-Norwegia sebesar USD 1.180.000. Dana tersebut dipergunakan untuk membangun gedung kontrol kelistrikan dan gedung pabrik pengolah minyak nabati. Selain itu, dana tersebut juga digunakan untuk pengadaan peralatan Pembangkit Listrik Tenaga Hybrida (PLTH), yang terdiri atas PLT Surya 36kWp, PLT Bayu (5kW, dan 10 kW) dengan back-up PLT Diesel berbahan bakar biofuel 25kVA dan pabrik pengolah minyak nabati dengan kapasitas 150kg/ batch. Selain itu, BPPT juga telah melengkapi kawasan tersebut dengan peralatan desalinasi air laut kapasitas 10 ton/ hari dan Ice maker serta cold storage dengan kapasitas masing-masing 864 liter/hari dan Kapasitas cold storage : 24 balok dan Shelter Cold storage. di latar belakang gedung pabrik Biofuel

Beberapa aktifitas juga telah dilaksanakan, diantaranya adalah sosialisasi IPTEK untuk anak sekolah dan melakukan kerjasama riset dengan Mitsubishi Research Institute–Jepang (MRI). Dalam kerjasama riset tersebut, MRI telah menghibahkan satu unit turbin angin berkecepatan rendah “Tomono Kaze” 4kW. Baron Technopark juga telah banyak mendapatkan kunjungan diantaranya Departemen Fisika IPB (Bogor), Jurusan Teknik Elektro UNJ (Jakarta), Jurusan T. Elektro Universitas Semarang, Universitas Islam Negeri Malang, SMK Negeri 26 Jakarta, SMP Al Azhar Jogja, Kementerian Transmigrasi, ESDM dan beberapa Pemda, LSM serta Lembaga riset asing.

e. Layanan Jasa Teknologi Energi (PNBP)

Lingkup kegiatan pelayanan jasa teknologi yang dilakukan B2TKE adalah sebagai berikut:

a. Bidang Teknologi Kelistrikan.

1. Pengujian komponen sistem listrik tenaga fotovoltaik. 2. Perencanaan potensi energi dalam wilayah tertentu.

3. Pelatihan dan konsultasi masalah energi baru dan terbarukan. 4. Pengujian pemakaian energi pada peralatan rumah tangga

(12)

b. Bidang Konversi Energi

1. Audit energi di berbagai industri yang sarat pemakaian energi (baja, gula, pupuk, kertas dll).

2. Pelatihan dan konsultasi masalah konservasi energi di industri dan bangunan komersial.

3. Rancang bangun dan pengujian pengering hasil pertanian dan perikanan. 4. Pengujian emisi cerobong industri.

Dari tahun 2010-2015, jumlah penerimaan PNBP disajikan dalam Gambar 1.1. Dari gambar tersebut terlihat bahwa penerimaan PNBP cendereng menurun. Hal ini disebabkan oleh berbagai factor baik factor internal maupun eksternal

Gambar 1.1 Penerimaan PNBP 2010 s/d 2015

1.2 Potensi dan Permasalahan

Analisis potensi dan permasalahan di lingkungan unit kerja B2TKE dilakukan dengan melakukan identifikasi dan analisis lingkungan berpengaruh baik dari lingkungan internal maupun eksternal sebagai dasar untuk melakukan perencanaan strategis.

1.2.1 Potensi a. Potensi Internal

(13)

Sesuai dengan hasil reorganisasi, B2TKE tetap dipimpin oleh Ka. B2TKE setingkat eselon 2, yang berada dan bertanggung jawab langsung kepada Deputi Kepala Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material (TIEM). Struktur organisasi B2TKE yang baru terdiri dari 3 (tiga) bidang dan satu Bagian setingkat eselon -3 yaitu : Bidang Konversi Energi, Bidang Teknologi Kelistrikan, Bidang Layanan Jasa Teknologi dan didukung oleh Bagian Umum. Masing-masing bidang dan bagian tersebut mempunyai tugas, fungsi dan kedudukannya bersinergi menjalankan misi untuk mencapai visi BPPT.

Potensi B2TKE yang meliputi sumberdaya manusia, fasilitas sarana dan prasarana meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. B2TKE memiliki SDM dengan tingkat pendidikan dari berbagai disiplin ilmu dan bidang keahlian. Dari total SDM sebanyak 165 orang, tingkat pendidikan S3 sebesar 20%;S2 sebesar 40%, S1 sebesar 75% dan S0 sebesar 30%.

Gambar 1.2 SDM B2TKE Menurut Tingkat Pendidikan

Disisi lain sebagai satuan kerja yang mempunyai kompetensi dalam bidang litbangyasa teknologi energi, pegawai B2TKE terdistribusi dalam berbagai jenis jabatan fungsional antara lain jabatan fungsional Perekayasa 56% , Peneliti 13%, Teknisi Litkayasa 17%. Selain jabatan fungsional tersebut diatas, terdapat beberapa jabatan fungsional tertentu lainnya seperti Arsiparis 1%, Pranata Humas 1%. Sedangkan untuk jabatan fungsional umum (Non Fungsional Tertentu) sebesar 66%. 30 75 40 20

Pendidikan

Strata 0 Strata 1 Strata 2 Strata 3

(14)

Gambar 1.3 SDM B2TKE Menurut Jabatan Fungsional

b. Kompetensi B2TKE yang spesifik dalam Audit Energi, yaitu kemampuan untuk melakukan evaluasi secara sistematis dan obyektif terhadap penggunaan energi di industri dan bangunan komersial dalam rangka melakukan penghematan energi.

c. B2TKE memiliki infrastruktur berupa laboratorium, workshop dan pilot plant yang lengkap dan maju yang terakreditasi dan tersertifikasi sesuai standar internasional seperti Laboratorium Pengujian Emisi (LPE), Laboratorium Pengujian Komponen dan Sistem Fotovoltaic (LPKSF), Laboratorium Peralatan Listrik Rumah Tangga (PERMATA), Lab. Pengujian Solar Water Heater (SWH), Pilot plant PLTP 3 MW, Pilot Plant PLTP Binary Cycle 500 kW dan Smart Micro Grid Sumba 500 kW.

b. Potensi Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang bisa dianggap menguntungkan dan dapat menjadikan peluang adalah :

 Telah dimulainya upaya-upaya penguasaan dan pengembangan teknologi energi kelistrikan untuk peningkatan kemampuan daya saing industri nasional.

 Adanya komitmen pemerintah untuk melakukan pengembangan energi baru

terbarukan dan program konservasi energi.

 Adanya mandatori presiden dalam upaya memenuhi kebutuhan energi di Indonesia dalam jangka panjang, dengan menetapkan Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, yang berisi mandat pemenuhan

1 66 13 56 1 10 17

Jabatan Fungsional

Arsiparis Fungsional Umum Peneliti Perekayasa Pranata Humas Struktural Teknisi Litkayasa

(15)

kebutuhan energi berdasarkan potensi sumberdaya energi di Indonesia, dengan memberikan target peningkatan penggunaan energi baru (batubara, gas alam) dan energi terbarukan (panas bumi, biofuel/bahan bakar nabati, angin, surya dll) dari 45.6 % (2003) menjadi 80 % ke atas (2025) dan target penurunan minyak bumi 41,7 % (2003) menjadi 20 % ke bawah (2025).

1.2.2 Permasalahan a. Permasalahan Internal

 Belum proporsionalnya insentif bagi pegawai dibanding beban kerjanya.

 Peralatan laboratorium sebagian sudah tua (> 20tahun) sehingga perlu adnya regenerasi dan revitalisasi alat lab.

b. Permasalahan Eksternal

 Akses yang kurang memadai bagi BPPT dan B2TKE yang berlokasi di PUSPIPTEK Serpong untuk berinteraksi dengan pemangku kepentingan di Pusat yang berada di Jakarta.

 Terbatasnya dana pengembangan/ Investasi bagi keperluan pengembangan teknologi baik hardware dan software serta infrastruktur pendukungnya.

 Pada Tahun 2015 penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) nasional yang

masih sangat rendah yaitu sekitar 3 % dari kebutuhan energi final total.

 Penguasaan teknologi EBT yang merupakan hal penting dan menjadi syarat utama dalam rangka peningkatan kemandirian bangsa dan daya saing industri masih rendah.

(16)

BAB II

TUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga pemerintah non kementerian, maka BPPT mempunyai kewenangan penyusunan rencana nasional secara makro yaitu: (1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengkajian dan penerapan teknologi; dan (2) Pemberian rekomendasi penerapan teknologi dan pelaksanaan audit teknologi.

Berdasarkan kondisi umum, potensi dan permasalahan yang akan dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I sebelumnya, maka BPPT telah menetapkan visi dan misi BPPT yang akan dicapai melalui pencapaian tujuan dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan RPJMN 2015-2019.

Penyusunan Restra B2TKE 2015 – 2019 dilakukan dengan

mempertimbangkan lingkungan strategis dan kondisi terkini serta mengacu pada prioritas dan strategi pembangunan yang terdapat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015 – 2019 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 -2025 serta TUPOKSI BPPT. Secara khusus di dalam RPJPN 2005-2025 menyatakan bahwa penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) difokuskan pada 7 (tujuh) bidang prioritas, yaitu : (i) pembangunan ketahanan pangan, (ii) penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan (iii) pembangunan teknologi transportasi, (iv) penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, (v) pengembangan teknologi pertahanan, (vi) pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan, dan (vii) pengembangan teknologi material maju.

2.1 Visi

BPPT telah menetapkan visi dan misi BPPT yang akan dicapai melalui pelaksanaan kegiatan sesuai dengan RPJMN 2015-2019, visi BPPT adalah:

“Pusat Unggulan Teknologi yang Mengutamakan Inovasi Dan Layanan Teknologi untuk Meningkatkan Daya Saing dan

(17)

BAB II- 2 2.2 Misi

Upaya untuk mewujudkan visi BPPT tersebut dilaksanakan melalui enam (6) misi sebagai berikut:

1. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan

inovasi dan layanan teknologi di bidang kebijakan teknologi.

2. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan

inovasi dan layanan teknologi di bidang teknologi pengembangan sumber daya alam.

3. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan

inovasi dan layanan teknologi di bidang teknologi agroindustri dan bioteknologi.

4. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan

inovasi dan layanan teknologi di bidang teknologi informasi, energi, industri kimia, dan material.

5. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan

inovasi dan layanan teknologi di bidang teknologi industri rancang bangun dan rekayasa.

6. Melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik melalui reformasi birokrasi dalam rangka mewujudkan inovasi dan layanan teknologi.

2.3 Tujuan Kegiatan B2TKE

Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi BPPT ke dalam program-program yang mendukung pembangunan nasional dan pembangunan bidang yang akan dilaksanakan, maka tujuan B2TKE tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan inovasi dan layanan teknologi energi dalam mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.

2. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi energi.

Tujuan B2TKE merupakan turunan dari tujuan strategis BPPT khusus untuk bidang Teknologi Energi.

(18)

2.4 Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan B2TKE Tahun 2015-2019 merupakan penjabaran lebih detail dari Tujuan B2TKE dengan indikator dan target yang terukur. Formulasi keterkaitan antara Tujuan dan Sasaran Kegiatan B2TKE 2015-2019 adalah sebagai berikut:

a. Sasaran Kegiatan terkait Tujuan 1 adalah:

Sasaran Kegiatan 1: Terwujudnya inovasi teknologi energi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.

Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan 1 adalah:

i. Jumlah Inovasi Teknologi Energi yang dihasilkan,

ii. Jumlah Rekomendasi Teknologi Energi yang dimanfaatkan.

Sasaran Kegiatan 2: Terwujudnya layanan teknologi energi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.

Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan 2 adalah:

i. Jumlah Layanan Teknologi Energi, ii. Indeks Kepuasan Pelanggan.

b. Sasaran Kegiatan terkait Tujuan 2 adalah:

Sasaran Kegiatan 3: Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi energi.

Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan 3 adalah:

i. Indeks Reformasi Birokrasi,

ii. Nilai evaluasi akuntabilitas kinerja.

2.5 Indikator Kinerja Kegiatan

Di bidang Energi, program pengkajian dan penerapan teknologi didorong untuk mendukung sasaran strategis peningkatan inovasi dan layanan teknologi energi dalam mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.

(19)

BAB II- 4 Gambar 2.1 Cascading B2TKE.

Dalam Piramida di atas, dapat dilihat bahwa sasaran strategis yang menjadi output lembaga dalam hal peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa bidang kelistrikan adalah terkuasainya teknologi PLTP Skala Kecil sebagai subsitusi PLTD. Adapun indikator kegiatan ini adalah dihasilkan satu unit PLTP Skala Kecil kapasitas 3 MW dan satu unit PLTP Binary Cycle kapasitas 500 kW yang beroperasi.

Selain PLTP, output lembaga yang lain adalah terbangunnya dan berfungsinya techno park Energi Terbarukan di daerah pantai Baron, Kab. Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Indikator sasaran strategis tersebut adalah terbinanya 2 buah perusahaan berbadan hukum yang dilayani di Techno Park Kab. Gunung Kidul dan sebanyak 4000 pengunjung eduwisata yang dilayani di Techno Park Kab. Gunung Kidul.

Disamping itu, untuk mendukung sasaran bidang kelistrikan tersebut di atas, dalam jangka menengah juga akan dihasilkan sebuah inovasi dan layanan teknologi smart grid ketenaga-listrikan. Adapun indikator sasaran kegiatan tersebut adalah didapatkannya prototipe dan standar nasional desain Smart Grid System. Disamping

CASCADING IMPACT, OUTCOME DAN OUTPUT BIDANG KELISTRIKAN

12

Sub output, Komponen dan Sub Komponen

Buku 1 dan Buku 2 RPJMN

1 unit PLTP 500 kW Binary Cycle yang beroperasi

3 buah layanan audit energi yang diterapkan di industri dan sektor komersial

Inovasi PLTP Skala kecil Binary Cycle

dan Kondensing Inovasi dan Layanan Teknologi SMART GRID Layanan Teknologi

Konservasi dan Audit Energi

Terwujudnya Layanan Teknologi untuk Peningkatan kualitas kelistrikan energi terbarukan Termanf a atkannya pengguna an energi terbaruka n untuk pembang kit listrik Kawasan Baron Technopark

• 1 unit PLTP skala kecil 3 MW dan 1 unit 500 kW Binary Cycle • 3 buah layanan audit energi yang

diterapkan di industri dan sektor komersial

• 230 layanan pengujian energi terbarukan Terwujudnya pemanfaatan rekomendasi audit energi Termanf aatkannya penggunaan energi terbarukan untuk pembangkit listrik

Peningkatan daya saing industri dan kemandirian bangsa di bidang teknologi inf ormasi, elektronika, energi, industri kimia, dan material

1.Pemanf aatan EBT untuk pembangkit listrik

2. Pemanf aatan Layanan Teknologi untuk Pengujian sistem energi baru terbarukan 3. Peningkatan pemanf aatan

rekomendasi audit energi

Termanfaatka nya layanan audit energi di industri dan bangunan komersial peningkatan efisiensi energi nasional Pengujian Komponen Pembangkit Energi Baru

Terbarukan

Dihasilkannya inovasi dan layanan teknologi energi kelistrikan

(20)

menghasilkan Inovasi teknologi smart grid kelistrikan, dalam jangka menengah ini B2TKE juga merencanakan untuk menghasilkan Inovasi Teknologi Konservasi dan Audit Energi dengan indikator terbangunnya prototipe peralatan heat recovery system dalam sebagai kogenerasi pembangkit listrik, Inovasi boiler vibrograte untuk PLTU Batubara low-rank, dan rekomendasi audit energi untuk sector industri dan pembangkit listrik.

Guna mencapai indikator sasaran strategis sebagaimana tertulis pada sasaran strategis BPPT, maka ditentukan 4 sasaran kegiatan B2TKE, sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut. Di mana 2 sasaran kegiatan merupakan kegiatan yang mendukung sasaran strategis lembaga yang mendukung program nasional, yaitu Inovasi Teknologi PLTP Skala Kecil dan Pengembangan Baron Techno Park. Sedangkan 2 sasaran kegiatan lainnya merupakan sasaran program di tingkat kedeputian TIEM, yaitu terwujudnya Inovasi dan Layanan Teknologi Smart Grid dan Teknologi Konservasi dan Audit Energi

Secara singkat, hubungan antara Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan B2TKE dapat dilihat di Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja B2TKE

TUJUAN SASARAN KEGIATAN (SK) INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

Meningkatkan

inovasi dan layanan

teknologi energi dalam mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa SK1) Terwujudnya inovasi

teknologi energi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa

Jumlah Pilot Plant PLTP Skala Kecil yang beroperasi

Jumlah Pilot project teknologi sistem kelistrikan EBT di Baron Techno Park (BTP)

Jumlah Inovasi Teknologi SMART GRID

(21)

BAB II- 6

TUJUAN SASARAN KEGIATAN (SK) INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

Jumlah Rekomendasi Teknologi Konservasi dan Audit Energi yang diterapkan di Industri

SK2) Terwujudnya layanan

teknologi energi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.

Jumlah Layanan Jasa Teknologi Energi

Indeks Kepuasan Pelanggan

Meningkatkan tata kelola pemerintahan

yang baik untuk

mendukung inovasi

dan layanan

teknologi energi.

SK3) Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi energi

Jumlah Layanan Belanja Pegawai dan Belanja Operasional

Indeks Reformasi Birokrasi

Nilai Evaluasi Akuntabilitas Kinerja

2.6 Layanan Teknologi Energi

Layanan teknologi merupakan jembatan yang baik untuk implementasi hasil inovasi dan perekayasaan teknologi kepada semua pemangku kepentingan baik pemerintah, BUMN, swasta dan masyarakat umum. Demikian pula layanan pengujian melalui berbagai laboratorium uji yang dimiliki juga sangat mendukung penguatan ouctome lembaga.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 buku II, tertulis tentang pentingnya layanan perekayasaan dan teknologi didalam sebuah bisnis. Layanan tersebut bisa berupa jasa-jasa pengujian bahan, jasa perancangan produk dan perekayasaan, problem solving dan juga jasa pelatihan dan pendidikan.

Salah satu strategi yang diterapkan pemerintah untuk mencapai RPJMN tersebut adalah meningkatkan kapasitas dan pelayanan. Untuk itu dilaksanakan peningkatan kapasitas layanan dan revitaslisasi peralatan laboratorium serta

(22)

peningkatan kualitas dan jumlah SDM yang akan di biayai dari dana pemerintah.

Berdasarkan buku RPJMN 2015-2019, B2TKE direncanakan berfungsi sebagai fasilitas untuk karakterisasi pembakaran batubara, pengujian refrigerator, pendingin ruangan (AC), perancangan sistem pembangkit panas surya, laboratorium kalibrasi dan laboratorium modul surya. Untuk itu, peralatan yang telah berumur lebih dari 20 tahun perlu direvitalisasi target beserta biaya yang dibutuhkan untuk revitalisasi peralatan laboratorium di B2TKE yang umurnya sudah melebihi 20 tahun. Disamping peningkatan fasilitas di bidang teknologi energi kelistrikan perlu diadakan kegiatan dibidang layanan teknologi konservasi dan standardisasi efisiensi penyediaan dan penggunaan energy serta Inovasi dan Layanan Teknologi Batere mobil listrik.

Namun demikian sangat sedikit usaha Pemerintah melalui BPPT untuk mempertahankan kualitas dan kekinian Teknologi (technology state of the arts) perlengkapan laboratorium uji tersebut, ditandai dengan telah tuanya berbagai perlatan dan obsoletenay sejumlah perangkat uji yang berumur lebih dari 15 tahun. Untuk itu sangat mendesak untuk dilakukan revitalisasi dan modernisasi laboratorim. Khusus pada Lab Uji Komponen PLTS PV, sudah sangat mendesak untuk memenuhi kebutuhan public agar tersedia Lab Uji untuk pengujian dengan Stadar IEC 61215. Pada Table di bawah ini disajikan target beserta biaya yang dibutuhkan untuk revitalisasi peralatan laboratorium di B2TE yang umurnya sudah melebihi 20 tahun

TABEL 2.2Jenis Jasa Pelayanan Teknologi B2TKE

SASARAN INDIKATOR TARGET(OUTPUT) OUTCOME SATUAN 2016 2017 2018 2019 TERWUJUDNYA LAYANAN TEKNOLOGI ENERGI UNTUK MENDUKUNG PENINGKATAN DAYA SAING DAN

Jumlah Layanan Teknologi Pengujian Energi Baru Terbarukan kontrak 60 62 64 67 Terwujudnya produk-produk kelistrikan tersertifikasi sehingga mampu menciptakan nilai tambah peningkatan aspek keselamatan, penghematan energi Jumlah Layanan Teknologi

Pengujian Peralatan listrik RT

kontrak 10 12 13 15

Jumlah Layanan Teknologi Pengujian Solar thermal

kontrak 1 2 3 3

Jumlah Layanan Teknologi Konsultasi, Kajian Teknologi,

(23)

BAB II- 8

KEMANDIRIAN BANGSA

studi kelayakan, konservasi dan Audit Energi

dan kualitas teknis di masyarakat

(24)

BAB III

ARAH KEBIJAKAN STRATEGI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

Dalam rangka mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, maka dalam RPJMN 2015 -2019 telah dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA. Agenda Prioritas tersebut yang secara langsung dapat didukung oleh BPPT khususnya B2TKE yaitu:

Nawa Cita 2 :

Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

Nawa Cita 5:

Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia. Nawa Cita 6 :

Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

Nawa Cita 7 :

Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor sektor strategis ekonomi domestik.

Berdasarkan sasaran pokok Pembangunan Nasional yang sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan nasional 2015-2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup: 1). Sasaran Makro; 2). Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat: 3). Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan; 4). Sasaran Dimensi Pemerataan; 5). Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah; 6). Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan.

Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai serta mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang akan

(25)

BAB III- 2 dihadapi bangsa Indonesia ke depan, maka arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 adalah:

1. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan.

2. Meningkatkan Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam (SDA) yang Berkelanjutan.

3. Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Pertumbuhan dan

Pemerataan

4. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup, Mitigasi Bencana Alam dan Penanganan Perubahan Iklim

5. Penyiapan Landasan Pembangunan yang Kokoh.

6. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Rakyat Yang Berkeadilan

7. Mengembangkan dan Memeratakan Pembangunan Daerah

Sasaran pembangunan Iptek adalah meningkatnya kapasitas iptek yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Meningkatnya hasil penyelenggaraan penelitian, pengembangan dan penerapan iptek yang mendukung daya saing sektor produksi barang dan jasa;keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya alam; sertapenyiapan masyarakat Indonesia menyongsong kehidupan global.

2. Meningkatnya dukungan bagi kegiatan iptek termasuk penyediaan SDM, sarana prasarana, kelembagaan, jaringan.

3. Terbangunnya 100 Techno Park di kabupaten/kota, dan Science Park di setiap provinsi.

3.1 Arah Kebijakan Strategi Nasional

Arah kebijakan dan strategi nasional khususnya mengenai peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Penyelenggaraan Litbang (Riset):

Pemgembangan dan penerapan energi baru terbarukan untuk menjawab kebutuhan nasional di sektor industri, transportasi dan rumah tangga. Didalamnya termasuk energi dan pembangkitan listrik dari PLTP, PV, angin dan nuklir serta kegiatan konservasi energi.

(26)

b. Layanan Perekayasaan dan Teknologi;

Secara umum strateginya adalah meningkatkan kapasitas dan pelayanan. Untuk itu akan dilaksanakan peningkatan kapasitas layanan dan revitalisasi peralatan laboratorium serta peningkatan kualitas dan jumlah SDM yang akan dibiayai dari dana pemerintah.

c. Layanan Infrastruktur Mutu:

Mencakup standardisasi, metrologi, kalibrasi, dan pengujian mutu, dengan strategi utama meningkatkan pengawasan SNI barang beredar di pasar domestik dan jaminan kualitas barang ekspor. Strategi berikutnya adalah meningkatkan kapasitas dan kemampuan semua jajaran yang tercakup dalam infrastruktur mutu yang tersebar di berbagai kementerian/lembaga pemerintah, lembaga swasta, dan industri.

d. Penguatan Kerjasama Swasta-Pemerintah-Perguruan Tinggi:

Khususnya untuk sektor pertanian dan industri serta pengembangan entrepreneur pemula lewat pembangunan inkubator dan modal ventura.

3.2 Arah Kebijakan dan Strategi BPPT

Dalam upaya mewujudkan visi dan misi serta pencapaian sasaran strategis BPPT untuk mendukung arah kebijakan dan strategi nasional, arah kebijakan BPPT pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengkajian dan penerapan teknologi melalui inovasi dan layanan teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing industri melalui :

1) Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam bidang teknologi: energi, informasi, elektronika, material, transportasi, maritim, hankam, permesinan, industri kimia, pangan dan pertanian, sistim inovasi untuk pembangunan taman tekno dan sains, dan inkubasi teknologi.

2) Melakukan peningkatan dukungan bagi pelaksanaan pengkajian dan penerapan melalui dukungan infrastruktur labratorium

(27)

BAB III- 4 3) Berkontribusi dalam pembangunan dan pengembangan Taman

Tekno dan Taman Sains.

b. Mendukung kemandirian bangsa melalui:

Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam bidang teknologi: obat dan kesehatan, teknologi sumber daya alam dan kelautan, lingkungan dan kebencanaan.

c. Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi

Strategi pelaksanaan dari arah kebijakan tersebut diatas dilakukan melalui:

a. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi melalui 3 (tiga) program utama yaitu:

1) Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT),

2) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya di BPPT,

3) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPPT.

b. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi melalui pembidangan teknologi yang ada di BPPT,

c. Melaksanakan kegiatan dengan pemanfaatan Sistem Inovasi Nasional, d. Melaksanakan kegiatan dengan sistem tata kerja kerekayasaan (STTK).

3.3 Arah dan Strategi B2TKE

Arah penyusunan program tahun 2015-2019 di B2TKE adalah mendukung Sasaran BPPT yang mengacu renstra BPPT yaitu Pengembangan Inovasi dan Layanan Teknologi, peningkatan kemampuan SDM, serta peningkatan fasilitas pendukungnya di bidang energi kelistrikan yang berbasis pada pemanfaatan konversi energi terbarukan, dan konservasi energi yang meliputi :

 Penguasaan Teknologi PLTP Skala Kecil untuk Subtitusi PLTD dan Peningkatan TKDN;

(28)

 Pengembangan Teknologi Smart Grid;

 Pengembangan kawasan Baron Techno Park;

 Layanan Jasa Teknologi berupa pengujian peralatan EBT, kelistrikan, konsultasi dan Studi kelayakan;

 Layanan perkantoran.

Strategi Pelaksanaan Program B2TKE 2015 – 2019 adalah :

 Program merupakan bagian dari program pembangunan nasional yang

dilaksanakan secara sinergi komplementari bersama mitra dalam sistem inovasi nasional.

 Dilaksanakan dengan sistem tatakerja kerekayasaan secara konsisten.

 Melibatkan seluruh potensi sumberdaya di BPPT secara lintas unit dan lintas kedeputian secara matriks.

Berdasarkan kepada strategi diatas, program didefinisikan sebagai kumpulan kegiatan yang terintegrasi serta dilaksanakan secara sinergi, komplementer oleh seluruh potensi seluruh bangsa dalam satu kerangka sistem inovasi Bidang Teknologi Energi Kelistrikan.

Program Lembaga BPPT berupa Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) menghasilkan luaran dalam bentuk impact atau benefit khususnya, tetapi tidak terbatas pada fokus kegiatan yang tencantum dalam buku 1 RPPJMN 2015-2019. Impact/benefit tersebut merupakan hasil dari outcomes kedeputian (program Eselon 1) yang juga merupakan output unit kerja, seperti yang termaktub dalam Buku 1 RPJMN, Buku 2 dan lampirannya.

3.4 Struktur Organisasi dan Kerangka Kelembagaan

Penyesuaian Kerangka kelembagaan BPPT (struktur organisasi,

ketatalaksanaan dan pengelolaan SDM) yang digunakan untuk melaksanakan Rencana Strategis BPPT 2015 – 2019 mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Meningkatkan keterkaitan dan koordinasi pelaksanaan bidang-bidang

pembangunan yang terdapat dalam RPJMN 2015-2019, sesuai dengan fungsi dan visi/misi BPPT;

(29)

BAB III- 6 2) Mempertajam arah kebijakan dan strategi BPPT sesuai dengan kapasitas

organisasi dan dukungan sumber daya BPPT;

3) Membangun struktur organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran, menghindari duplikasi fungsi dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi BPPTdalam melaksanakan program-program pembangunan nasional;

4) Memperjelas ketatalaksanaan dan meningkatkan profesionalitas SDM BPPT.

3.4.1 Fungsi, Struktur dan Bagan Organisasi 1) Pola Perumusan Tugas dan Fungsi

Pola perumusan tugas dan fungsi B2TKE, diatur sebagaimana dalam perka BPPT No. 15 Tahun 2015 sebagai berikut:

Tugas B2TKE:

B2TKE mempunyai tugas melaksanakan kegiatan inovasi dan layanan teknologi konversi energi.

Fungsi B2TKE:

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, B2TKE menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a. pelayanan teknologi di bidang kelistrikan dan konversi energi;

b. pelaksanaan koordinasi dan penyusunan program dan kerjasama teknologi kelistrikan dan konversi energi;

c. pelaksanaan pengujian, penerapan, dan penyebarluasan teknologi kelistrikan dan konversi energi; dan

d. pelaksanaan urusan ketatausahaan, perencanaan, keuangan, sumber daya manusia, rumah tangga, dan pelaporannya serta pengelolaan Techno Park di bidang energi.

2) Struktur Organisasi

Struktur organisasi B2TKE merupakan kerangka dalam pola tetap hubungan diantara fungsi-fungsi, unit-unit, atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam satu organisasi B2TKE. Menurut Perka BPPT No. 12 Tahun 2015, B2TKE terdiri atas:

(30)

a. Bagian Umum;

b. Bidang Layanan Jasa Teknologi; c. Bidang Teknologi Kelistrikan; dan d. Bidang Konversi Energi.

3) Bagan

(31)

BAB III- 8 Diagram struktur Organisasi

(32)

BAB IV- 1

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1 Target Kinerja

Dalam rangka menentukan target kinerja dan kerangka pendanaan kegiatan di B2TKE 2015-2019, ada dokumen utama yang menjadi acuan adalah Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015–2019, Renstra BPPT 2015-2019 dan Renstra Kedeputian TIEM 2015-2019.

Berdasarkan acuan di atas, kemudian dilakukan sinkronisasi dengan kompetensi dan sumber daya di B2TKE yang selanjutnya menghasilkan 4 (empat) kegiatan Inovasi Teknologi Energi, sebuah kegiatan Layanan Jasa Teknologi Energi dan sebuah layanan perkantoran untuk mendukung pelaksanaan inovasi dan layanan teknologi tersebut. Secara singkat, Kegiatan Inovasi dan Layanan Teknologi Energi B2TKE 2015-2019 disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Kegiatan dan Target Kinerja B2TKE 2015-2019

NO KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET

1

Inovasi Teknologi PLTP Skala Kecil

Jumlah PLTP binary cycle 100 kW yang beroperasi

1

Jumlah PLTP binary cycle 500 kW yang beroperasi 2 Jumlah PLTP condensing 3 MW yang beroperasi 1 Jumlah Desain PLTP 5 MW 1

2 Inovasi Teknologi Smart Grid

Jumlah Pilot Plant SCADA Smart Grid for Smart City

2

Jumlah Testing Protocol dan Pengujian Peralatan Listrik

(33)

BAB IV- 2

NO KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET

3 Inovasi Teknologi

Konservasi dan Audit Energi

Jumlah Desain Teknologi Waste Heat Recovery Unit dan boiler yang Efisien

3

Jumlah Rekomendasi Audit

Energi yang diterapkan di industri

2

4 Pengembangan Baron

Techno Park

Jumlah Pilot project teknologi sistem kelistrikan EBT

2

Jumlah Wisatawan Edukasi IPTEK berbasis EBT

4000

Jumlah pelatihan dan diseminasi teknologi

10

5 Layanan Jasa Teknologi

Energi (PNBP)

Jumlah Layanan Layanan Jasa Teknologi Energi

420

Indeks Kepuasan Pelanggan B

6 Layanan Perkantoran

Jumlah Layanan Belanja Pegawai

70

Jumlah Layanan Belanja Operasional

60

Indeks Reformasi Birokrasi B

Nilai evaluasi akuntabilitas kinerja B

4.2 Kerangka Pendanaan

Kerangka pendanaan ditujukan untuk mempertajam alokasi anggaran agar efektif dan efisien. Melalui mekanisme penyusunan kerangka pendanaan yang dilaksanakan yaitu dengan mempertimbangkan kegiatan dan anggaran tahun sebelumnya, yang kemudian direview khususnya pada keberlanjutan program terhadap agenda pembangunan dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada

output/keluaran serta komponen-komponen di bawahnya. Dengan

mempertimbangkan lingkungan strategis dan capaian pada visi dan misi maka dilakukan review baseline yang meliputi alokasi program, kegiatan dan output serta komponen yang berlanjut maupun yang baru; volume target pada masing-masing tingkatan serta evaluasi terhadap output yang sudah tercapai menjadi hasil/outcome.

(34)

Perhitungan pada KPJM (Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah) yang melalui perhitungan khususnya sampai dengan awal 2016 yang sudah dilakukan di awal tahun baik untuk biaya operasional maupun non operasional dengan dasar mempertimbangkan hasil kegiatan dan evaluasinya terhadap capaian kinerja yang sudah ditetapkan. Adapun perhitungannya yaitu dengan mempertimbangkan alokasi dari masing-masing program, yang merupakan kompilasi alokasi per kegiatan sebagai implikasi adanya anggaran di masing-masing output, sedangkan untuk tingkat komponen merupakan hasil perhitungan volume komponen dikalikan dengan satuan biaya dan inflasinya.

Anggaran merupakan bagian terintegrasi dari pendanaan Program dan Kegiatan BPPT pada RPJMN 2015-2019 dalam rangka untuk mewujudkan kemandirian bangsa, peningkatan daya saing dan pelayanan publik. Kerangka pendanaan kegiatan B2TKE 2015-2019 disajikan pada Arsitektur Data dan Informasi Kegiatan (ADIK) B2TKE pada Tabel 4.2.

(35)

BAB IV- 4

RENSTRA B2TKE 2015-2019 REV 1

PROGRAM/ KEGIATAN SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN

KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

TARGET ALOKASI (Rp Milyar)

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

Kegiatan 22 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Konversi Energi (5864) 34,05 32,28 44,94 71,37 78,65

Sasaran Kegiatan 1 Terwujudnya Inovasi Teknologi PLTP Skala Kecil 19,57 6,23 10,00 11,00 30,00

Jumlah PLTP 100 KW yang beroperasi 1 0,60 0,60 - - -

Jumlah PLTP 500 kW yang beroperasi 1 1 1,27 2,63 4,83 - 30,00

Jumlah PLTP 3 MW yang beroperasi 1 17,7 3,00 5,17 1,00 -

Jumlah Desain PLTP 5 MW 1 0,00 - 10,00

Sasaran Kegiatan 2 Terwujudnya Inovasi Teknologi Smart Grid 1,5 0,73 5,00 23,00 5,00

Jumlah Inovasi Teknologi Smart Grid sebagai sistem energi baru terbarukan

1 1 1 1 1 1,5 0,73 5,00 23,00 5,00

Sasaran Kegiatan 3 Terwujudnya Kawasan Techno Park Energi Terbarukan (Baron Techno Park)

12,1 6,19 6,00 5,00 5,00

Jumlah Pilot project teknologi sistem kelistrikan EBT dan Peningkatan jumlah wisatawan ke Baron

1 1 1 1 1 12,1 6,19 6,00 5,00 5,00

Sasaran Kegiatan 4 Terwujudnya Inovasi Teknologi Konservasi dan Audit Energi

0,88 1,46 - 2,00 3,00

Jumlah Desain Teknologi Waste Heat Recovery Unit dan boiler yang Efisien

- 1 - 1 1 0,88 0,67 - 1,00 2,00

Jumlah Rekomendasi Audit dan Managemen Energi - - - 1 1 - 0,79 - 1,00 1,00

Sasaran Kegiatan 5 Layanan Jasa Teknologi Energi (PNBP) 5,16 4,37 5,25 5,51

Jumlah Layanan Jasa Teknologi Energi (PNBP) 90 75 80 85 90 5,16 4,37 5,25 5,51

Sasaran Kegiatan 6 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 0,44 - 0,28 0,33

Jumlah Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 1 - 1 1 0,44 - 0,28 0,33

Sasaran Kegiatan 7 Layanan Perkantoran 12,10 19,57 24,84 29,81

Jumlah Layanan Belanja Pegawai 14 14 14 14 9,09 15,10 15,84 19,01

Jumlah Layanan Belanja Operasional 12 12 12 12 3,01 4,47 9,00 10,80

(36)

BAB V

P E N U T U P

Renstra B2TKE 2015-2019 merupakan acuan dalam menyusun program, kegiatan, anggaran serta indikator kinerja dan target output di lingkungan B2TKE. Renstra ini selanjutnya akan menjadi bahan acuan untuk Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) B2TKE. Renstra ini juga berfungsi sebagai pedoman bagistakeholders dan customers dalam hal perencanaan program, sumberdaya, kelembagaanserta pengendalian dan pengawasan program agar lebih berhasil dan berdaya guna dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi B2TKE.

Rencana strategis B2TKE merupakan cerminan dari program, kegiatan, anggaran, indikator kinerja, dan target yang lebih operasional yang disusun dan ditindaklanjuti dengan penyusunan Rencana Kegiatan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).

Pengukuran kinerja akan dilakukan dengan mengacu pada sistem dan prosedur pengukuran kinerja yang telah ditetapkan oleh pimpinan BPPT dan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dari Pemerintah. Pelaksanaan pengukuruan kinerja dilakukan secara berkala.

Gambar

Gambar 1.1 Penerimaan PNBP 2010 s/d 2015  1.2 Potensi dan Permasalahan
Gambar 1.2 SDM B2TKE Menurut Tingkat Pendidikan
Gambar 1.3 SDM B2TKE Menurut Jabatan Fungsional
Tabel 2.1 Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja B2TKE
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia telah dirumuskan secara formal dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasioanl. Tujuan

Peserta diwajibkan untuk menaati semua perarturan/tata tertib yang telah ditentukan oleh panitia selama lomba ber-

Hal ini sangat berkaitan bagaimana dengan cara anggota HmC membentuk kesamaan persepsi di dalam kelompoknya, image yang ingin dibentuk oleh kelompok ini adalah

Yang dimaskud dengan tata suara secara live adalah suatu penataan atau pengaturan berbagai sumber suara atau bunyi, atmosfir ilustrasi atau gerakan suara yang sesungguhnya,

Simatupang dengan judul Analisa Yuridis Peralihan Tempat Pemeriksaan Imigrasi Bandar Udara Internasional Halim Perdana Kusuma ke dalam Wilayah Kerja Kantor Imigrasi Kelas I

6.Sesudah menerapkan Balanced Scorecard, bagaimana kinerja perusahaan secara keseluruhan dilihat dari keempat perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis

Pattimura No.20 Kabayoran Baru Jakarta Selatan, Indonesia - 12110 KANTOR

Senario isteri yang bekerja dewasa ini bukanlah perkara yang asing (Azhar Abd Aziz et.al , 2015) demi menyumbang ke arah kestabilan ekonomi keluarga dan atas