• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN GUBERNUR NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN GUBERNUR NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN GUBERNUR

NOMOR 30 TAHUN 2014

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN

GUBERNUR JAWA TENGAH

NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH

PROVINSI JAWA TENGAH

TAHUN 2014

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

TAHUN 2014

(2)

i

DAFTAR ISI

Daftar Isi ... i Daftar Tabel ... ii BAB I PENDAHULUAN ... I-1

1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Maksud dan Tujuan ... I-2 1.3 Dasar Pertimbangan Perubahan RKPD Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2014 yang disertai Gambaran Perubahan Kerangka

Ekonomi Daerah ... I-2 1.4 Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun 2013 ... I-9 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN

CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH ... II-1 2.1 Gambaran Kondisi Umum Daerah... II-1 2.1.1 Aspek Geografi ... II-1 2.1.2 Aspek Demografi ... II-3 2.2 Evaluasi Kinerja Pembangunan ... II-5 2.2.1 Evaluasi Agregatif Pembangunan Jawa Tengah ... II-5 2.2.2 Evaluasi Kinerja Berdasrkan Prioritas Dan Fokus

Pembangunan Daerah ... II-11 BAB III RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH ... III-1 3.1 Rekapitulasi Perubahan Anggaran Tahun 2013 per SKPD ... III-2 3.2 Alokasi Anggaran Perubahan RKPD Tahun 2013 per Prioritas

Pembangunan Daerah Mendasarkan Belanja Langsung ... III-6 BAB IV PENUTUP ... IV-1

(3)

ii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Capaian Indikator Makro Ekonomi Jawa Tengah Tahun 2012 - 2013 dan Target Tahun 2014 ... I-5 Tabel 2.1 Penggunaan Lahan di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2008-2010 ... II - 2 Tabel 2.2 Frekuensi Kejadian Bencana di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2010-2012 ... II - 2 Tabel 2.3 Proyeksi Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Tengah Menurut

Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Tahun 2011-2012 ... II - 3 Tabel 2.4 Proyeksi Kepadatan Penduduk Provinsi Jawa Tengah Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2012 ... II - 4 Tabel 2.5 Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Provinsi se Jawa – Bali

Tahun 2011-2012 (%) ... II - 7 Tabel 2.6 Inflasi Nasional dan Provinsi se Jawa – Bali

Tahun 2011-2012 (%) ... II – 7 Tabel 2.7 Nilai Tukar Petani (NTP) se Pulau Jawa – Bali dan Nasional

Tahun 2010 – 2013 ... II - 8 Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2008-2012 ... II - 8 Tabel 2.9 Kemiskinan Nasional dan Provinsi se Jawa – Bali

Tahun 2011 – 2012 ... II - 9 Tabel 2.10 Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja, TPAK dan TPT

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2013 ... II - 9 Tabel 2.11 Indeks IPG se Pulau Jawa – Bali dan Nasional

Tahun 2011 – 2012 ... II - 10 Tabel 2.12 Indeks IDG se Pulau Jawa – Bali dan Nasional

Tahun 2010 – 2011 ... II - 10 Tabel 2.13 Pencapaian Prioritas 1. Penanggulangan Kemiskinan dan

Pengangguran RKPD Tahun 2014 Sampai dengan Triwulan I ... II - 11 Tabel 2.14 Pencapaian Prioritas 2. Daya Saing Ekonomi Daerah RKPD

Tahun 2014 Sampai dengan Triwulan I ... II - 16 Tabel 2.15 Pencapaian Prioritas 3. Kualitas Sumber Daya Manusia RKPD

Tahun 2014 Sampai dengan Triwulan I ... II - 21 Tabel 2.16 Pencapaian Prioritas 4. Infrastruktur dan Pengembangan

Wilayah RKPD Tahun 2014 Sampai dengan Triwulan I ... II - 32 Tabel 2.17 Pencapaian Prioritas 5. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan

Lingkungan Hidup Serta Pengurangan Risiko Bencana RKPD

Tahun 2014 Sampai dengan Triwulan I ... II - 35 Tabel 2.18 Pencapaian Prioritas 6. Tata Kelola Pemerintahan RKPD

Tahun 2014 Sampai dengan Triwulan I ... II - 37 Tabel 2.19 Pencapaian Prioritas 7. Demokratisasi dan Kondusivitas

Daerah RKPD Tahun 2014 Sampai dengan Triwulan I ... II - 39 Tabel 3.1 Rekapitulasi Perubahan Anggaran Tahun 2014 per SKPD ... III-2 Tabel 3.2 Alokasi Anggaran Perubahan RKPD Tahun 2013 per Prioritas

(4)

-1-

GUBERNUR JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 30 TAHUN 2014

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 25 TAHUN 2013

TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah ditetapkan Peraturan Gubernur Nomor 25 Tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014;

b. bahwa sehubungan dengan perubahan asumsi kerangka ekonomi daerah dan kerangka pendanaan serta rencana program dan kegiatan prioritas daerah, Peraturan Gubernur Nomor 25 Tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 286 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nomor 25 Tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Provinsi Jawa Tengah (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950 Halaman 86-92);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

(5)

-2-

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahu 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Indonesia 4844); 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

(6)

-3-

12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan Dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4698);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5107);

(7)

-4-

20. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006 Nomor 8 Seri E Nomor 1);

22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 1 Seri E Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7);

23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9);

24. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 4 Seri E Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10);

25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 21);

26. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28);

27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir de ngan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);

(8)
(9)

I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perencanaan pembangunan daerah merupakan upaya terencana untuk memberdayakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat dan potensi yang dimiliki daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perencanaan pembangunan dilakukan sebagai wujud dan bentuk kepastian bahwa sumber daya yang dipergunakan optimal dalam mewujudkan cita-cita pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Perubahan RKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 sebagai dokumen perencanaan tahunan, disusun guna menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan serta sebagai landasan penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014.

Perubahan RKPD Sebagaimana ketentuan Pasal 285 ayat (1) dan (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, dapat diubah apabila tidak sesuai dengan keadaan dalam tahun berjalan yang disebabkan karena perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi daerah dan kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan, serta rencana program dan kegiatan prioritas daerah.

Mendasarkan kondisi hasil evaluasi kinerja pembangunan sampai dengan triwulan I Tahun 2014, serangkaian kejadian bencana alam pada akhir Tahun 2013 dan awal Tahun 2014 yang berakibat adanya kerugian/kerusakan yang cukup besar terhadap 5 sektor dan 15 sub sektor pembangunan utamanya prasarana jalan dan sumber daya air serta upaya penerapan penyesuaian capaian target sasaran Tahun I RPJMD 2013-2018 dimana RKPD Tahun 2014 berada pada masa transisi pergantian Kepala Daerah, menyebabkan diperlukanya perubahan/penyesuaian Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi

LAMPIRAN

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 30 TAHUN 2014

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2014

(10)

I - 2

Jawa Tengah Tahun 2014 agar target dan sasaran pembangunan tetap dapat dicapai demi untuk meningkatan kesejahteraan dan kemajuan Provinsi Jawa Tengah.

1.2. Maksud dan Tujuan

(a) Maksud dari perubahan RKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 adalah:

Sebagai pedoman penyusunan Kebijakan Umum Perubahan Anggaran dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan serta Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2014.

(b) Tujuan dari perubahan RKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 adalah:

1. Sinkronisasi dan sinergitas kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang belum terakomodir pada APBD Induk Tahun Anggaran 2014;

2. Mengalokasikan kegiatan-kegiatan yang bersifat sangat prioritas/mendesak dan menampung kegiatan yang mengalami pergeseran anggaran termasuk prioritas Gubernur Jawa Tengah Tahun 2013 – 2018 meliputi upaya pengurangan kemiskinan dan pengangguran, pembangunan infrastruktur, perwujudan kedaulatan pangan serta kedaulatan energi;

3. Pemanfaatan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) atas realisasi pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2013 sesuai dengan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2013;

4. Menyesuaikan perubahan proyeksi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah; 5. Sebagai landasan penyusunan Kebijakan Umum Perubahan

Anggaran serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara dan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014.

1.3. Dasar Pertimbangan Perubahan RKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 yang disertai Gambaran Perubahan Kerangka Ekonomi Daerah

Perubahan RKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014, dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan tahun berjalan yang menunjukkan adanya ketidaksesuaian dengan perkembangan meliputi :

1. Ketidaksesuaian dengan asumsi kerangka ekonomi daerah dan kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan, rencana program dan kegiatan prioritas daerah;

2. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun anggaran sebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan; dan/atau

(11)

I - 3

3. Keadaan darurat dan keadaan luar biasa sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;

4. Pergeseran anggaran, penghapusan kegiatan, penambahan kegiatan baru/kegiatan alternatif, perubahan target kinerja dan pagu kegiatan, serta lokasi dan kelompok sasaran kegiatan.

Perubahan beberapa kerangka ekonomi dan kebijakan keuangan daerah adalah sebagai berikut:

1. Perubahan Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

Perekonomian Jawa Tengah Tahun 2014 masih menghadapi tantangan tekanan inflasi yang dipengaruhi antara lain oleh kebijakan Pemerintah untuk menaikkan Tarif Tenaga Listrik dan Upah Minimum kabupaten/kota. Selain itu, kejadian bencana banjir yang melanda Jawa Tengah di awal Tahun 2014 juga diprediksi akan mempengaruhi perekonomian terutama di sektor pertanian. Sehubungan dengan hal tersebut, perubahan Kebijakan umum pembangunan disesuaikan dengan beberapa indikator makro perekonomian antara lain :

a. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

Selama kurun waktu tahun 2012 – 2013, nilai PDRB Jawa Tengah mengalami peningkatan cukup baik. Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2012 sebesar Rp.556,479 Trilyun meningkat menjadi Rp.623,749 Trilyun pada Tahun 2013. Demikian pula, nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan meningkat dari Rp.210,848 Trilyun menjadi Rp.223,099 Trilyun. Kontribusi terbesar pada sektor industri pengolahan sebesar 32,56%; sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 20,73%; serta sektor pertanian sebesar 18,30%. Sampai dengan Triwulan I Tahun 2014, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku mencapai Rp.170,468

Trilyun, sedangkan Atas Dasar Harga Konstan sebesar Rp. 58,132 Trilyun. Tahun 2014 PDRB Atas Harga Berlaku

ditargetkan mencapai Rp.603,317 Trilyun dan Atas Harga Konstan sebesar Rp.221,005 Trilyun.

b. Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Jawa Tengah Tahun 2013 tumbuh sebesar 5,81% lebih rendah dibanding Tahun 2012 sebesar 6,34%, namun telah mencapai target kisaran 5,8-6,2% dan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,78%. Sampai dengan Triwulan I Tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mencapai 5,4%. Melambatnya pertumbuhan ekonomi disebabkan bencana banjir pada awal tahun sehingga mempengaruhi produksi sektor pertanian dan kerusakan infrastruktur. Kinerja perekonomian pada Triwulan II Tahun 2014 diperkirakan meningkat dari sisi konsumsi rumah tangga utamanya konsumsi swasta nirlaba sebagai dampak penyelenggaraan Pemilu Legislatif dan menyongsong pelaksanaan Pemilihan Presiden Tahun 2014,

(12)

I - 4

meningkatnya aktivitas perdagangan dalam menghadapi hari raya dan liburan sekolah. Dari sisi sektoral, peningkatan pertumbuhan ekonomi didukung oleh perbaikan sektor industri pengolahan, naiknya kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sampai dengan akhir Tahun 2014 pertumbuhan ekonomi ditargetkan sebesar 6,3-6,7%.

c. Inflasi

Inflasi Jawa Tengah Tahun 2012 sebesar 4,24%, meningkat menjadi 7,99% pada Tahun 2013, namum masih berada pada angka perkiraan sebesar 8,9-9,4% dan lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 8,38%. Kenaikan harga BBM menjadi penyebab utama kenaikan inflasi diikuti dengan perayaan Hari Natal dan Tahun Baru 2013 yang mendorong kenaikan harga pada hampir seluruh kelompok barang dan jasa. Laju inflasi tahun kalender April 2014 sebesar 1,46% dan laju inflasi year on year (April 2014 terhadap April 2013 ) sebesar 7,15%, sedangkan inflasi Tahun 2014 diperkirakan akan berada pada kisaran 5 ±1%. Masih tingginya angka inflasi tersebut antara lain disebabkan oleh kenaikan harga pada beberapa kelompok bahan makanan akibat bencana banjir, kenaikan harga elpiji 12 kg pada awal tahun, dan kenaikan tarif transportasi.

d. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

TPT di Jawa Tengah Tahun 2013 sejumlah 1,02 juta orang (6,02%), mengalami peningkatan dibanding Tahun 2012 sejumlah 0,962 juta orang (5,63%). Peningkatan TPT ini utamanya disebabkan oleh penduduk usia sekolah masuk dalam angkatan kerja, dampak meningkatnya harga BBM serta melambatnya pertumbuhan ekonomi pada Triwulan III Tahun 2013 yang berdampak pada penurunan penyerapan tenaga kerja pada berbagai sektor. Sedangkan TPT bulan Februari Tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 0,97 juta jiwa (5,45%) dan ditargetkan turun menjadi 5,31-4,77% pada akhir Tahun 2014. e. Kemiskinan

Penduduk miskin di Jawa Tengah Tahun 2013 sejumlah 4,705 juta jiwa (14,44%), mengalami penurunan dibandingkan Tahun 2012 sebesar 4,863 juta jiwa (14,98%). Meskipun telah menurun, jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah masih cukup banyak dan progres penurunannya cenderung melambat. Untuk itu upaya penanggulangan kemiskinan perlu dipacu melalui peningkatan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terutama pangan, pendidikan, kesehatan, air minum, sanitasi dan perumahan, pemberdayaan ekonomi masyarakat, pengembangan jejaring kemitraan, serta peningkatan kemampuan dan ketrampilan agar penduduk miskin mampu keluar dari lingkaran

(13)

I - 5

kemiskinan secara mandiri. Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2014 ditargetkan dapat diturunkan menjadi 11,58-11,37%.

f. Nilai Tukar Petani (NTP)

NTP Tahun 2013 sebesar 101,66, sampai dengan Bulan April 2014 NTP mencapai 99,98. Sub sektor yang mengalami kenaikan indeks adalah tanaman perkebunan rakyat, peternakan dan perikanan, sedangkan yang mengalami penurunan indeks adalah sub sektor tanaman pangan dan hortikultura. Target NTP sampai dengan akhir Tahun 2014, sebesar 102,14. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui fasilitasi sarana produksi, peningkatan kemampuan dan ketrampilan petani serta fasilitasi akses pemasaran.

Secara umum pencapaian indikator-indikator makro ekonomi regional Tahun 2012-2013 serta target Tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1.

Capaian Indikator Makro Ekonomi Jawa Tengah Tahun 2012 - 2013 dan Target Tahun 2014

No Indikator 2012 2013 2014*)

1. PDRB :

Atas dasar harga berlaku (trilyun rupiah)

Atas dasar harga konstan (trilyun rupiah) 556,479 210,848 623,749 223,099 603,317 221,005

2. Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,34 5,81 5,9 – 6,4

3. Inflasi (%) 4,24 7,99 5 ± 1

4. Tingkat Pengangguran Terbuka

(%) 5,63 6,02 5,31-4,77

5. Penduduk Miskin (%) 14,98 14,44 11,58-11,37

6. Nilai Tukar Petani (NTP) 106,37 101,66 102,14

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Keterangan : *) Angka target

2. Perubahan Asumsi Pendapatan Daerah

Proyeksi Pendapatan Daerah pada Perubahan APBD Tahun Anggaran 2014, diperkirakan sejumlah Rp.14,099 trilyun, naik sejumlah Rp.361,91 milyar atau 2,63% dari Pendapatan Daerah pada APBD Induk Tahun Anggaran 2014 sejumlah Rp.13,737 trilyun. Pendapatan tersebut diasumsikan berasal dari :

1. Pendapatan Asli Daerah naik sejumlah Rp.351,21 milyar atau 4,21% sehingga menjadi Rp.8,699 trilyun antara lain Pajak Daerah naik sejumlah Rp.323,15 milyar atau 4,55% sehingga menjadi Rp.7,420 trilyun, Retribusi Daerah naik sejumlah Rp.2,61 milyar atau 3,35% sehingga menjadi Rp.80,64 milyar, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan naik

(14)

I - 6

sejumlah Rp.9,39 milyar atau 3,36% sehingga menjadi Rp.288,83 milyar dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah naik sejumlah Rp.16,05 milyar atau 1,80% sehingga menjadi Rp.909,36 milyar.

2. Dana Perimbangan naik sejumlah Rp.10,70 milyar atau 0,41% dari bagi hasil pajak/bukan pajak naik sejumlah Rp.10,70 milyar atau 1,48% menjadi Rp.734,50 milyar.

3. Lain-lain pendapatan daerah sejumlah Rp.2,782 trilyun atau tidak mengalami kenaikan.

4. Hal-hal yang mempengaruhi dalam perencanaan pendapatan pada Perubahan APBD TA.2014 adalah adanya penerimaan pajak rokok dari Pemerintah Pusat yang dihitung berdasarkan realisasi triwulan I sebesar Rp.74 milyar, sehingga pada perubahan APBD TA.2014 diasumsikan akan terealisasi untuk 3 (tiga) triwulan atau sebesar Rp.222 milyar. Disamping itu terdapat perubahan tarif Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 menjadi Peraturan Daerah 10 Tahun 2014 tentang Retribusi Daerah yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur Nomor 24 Tahun 2014 terdapat kenaikan sebesar Rp.2,61 milyar.

Untuk mencapai target yang telah direncanakan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengarahkan kebijakan Perubahan Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2014, melalui:

1. Peningkatan penerimaan pajak daerah, optimalisasi retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah;

2. Optimalisasi pemanfaatan pengelolaan aset daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;

3. Peningkatan kontribusi BUMD terhadap Pendapatan Asli Daerah dengan mengoptimalkan pengelolaan BUMD;

4. Peningkatan dana perimbangan dari bagi hasil pajak, bukan pajak dan pembaharuan data;

5. Mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia yang ada guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah;

6. Mengakomodir penerimaan pajak rokok berdasarkan realisasi transfer dari Pemerintah Pusat ke Kas Daerah Provinsi.

Upaya yang ditempuh dalam melaksanakan kebijakan Perubahan Pendapatan Daerah sebagai berikut :

1. Meningkatkan penerimaan pendapatan daerah melalui penajaman potensi riil sumber-sumber pendapatan, konsistensi penerapan sistem dan prosedur pungutan dan peningkatan kualitas pelayanan publik secara akuntabel;

2. Mengevaluasi peraturan/ketentuan dan prosedur/mekanisme pemungutan serta membuat kebijakan terobosan dan upaya peningkatan pendapatan asli daerah sesuai dengan aspirasi yang berkembang;

(15)

I - 7

3. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dan pihak-pihak terkait lainnya untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah;

4. Menginventarisir serta mengoptimalkan pendayagunaan aset-aset daerah yang tersebar pada SKPD untuk peningkatan Pendapatan Daerah;

5. Meningkatkan pelayanan perpajakan, retribusi daerah dan pendapatan lain-lain dengan membangun sarana, prasarana dan sistem serta prosedur/ mekanisme administrasi pelayanan.

3. Perubahan Asumsi Belanja Daerah

Proyeksi total belanja daerah pada perubahan RKPD Tahun 2014, diperkirakan sejumlah Rp.15,711 trilyun, naik sejumlah Rp.1,714 trilyun atau 12,25% dari Belanja Daerah pada APBD Induk Tahun Anggaran 2014 sejumlah Rp.13,997 trilyun. Kenaikan tersebut berasal dari Belanja Tidak Langsung naik sejumlah Rp.1,272 trilyun atau 12,93% menjadi sejumlah Rp.11,109 trilyun dan Belanja Langsung naik sejumlah Rp.442,32 milyar atau 10,63% menjadi sejumlah Rp.4,601 trilyun. Perubahan kebijakan belanja daerah Tahun Anggaran 2014 meliputi asumsi Belanja Tidak Langsung dan asumsi Belanja Langsung dengan penjabaran sebagai berikut:

a. Asumsi Belanja Tidak Langsung

Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan:

1) Asumsi perubahan dalam penyusunan Belanja Pegawai yang disebabkan:

a. Penyesuaian Gaji berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2013 tentang Perubahan Kelima Belas Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil;

b. Tunjangan Beras dihitung berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-33/PB/2013 dengan perincian realisasi bulan Januari s/d Mei 2014 ditambah dengan data jiwa bulan Mei 2014 kali 7 bulan, adanya mutasi/tambahan pegawai, dan ditambah acress 2,5% serta rapel yang belum dibayarkan bulan Januari-Desember 2013;

c. Penyesuaian Belanja Penerimaan Lainnya untuk Gubernur/Wakil Gubernur berupa Penunjang operasional Gubernur/Wakil Gubernur dianggarkan pada Belanja KDH/WKDH dihitung maksimal sebesar 0,15% dari PAD Perubahan APBD Tahun Anggaran 2014;

d. Insentif pemungutan Pajak daerah dan Retribusi Daerah disesuaikan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 2010 tentang tatacara pemberian insentif

(16)

I - 8

sebagai kewajiban atas kenaikan pendapatan pada Perubahan APBD Tahun Anggaran 2014;

e. Rencana penyesuaian TPP berdasarkan beban kerja bagi PNS dilingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 2) Penyesuaian Belanja Hibah;

3) Tambahan Belanja Bantuan Sosial guna peningkatan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat;

4) Tambahan Belanja Bagi Hasil Pajak;

5) Tambahan Belanja Bantuan Keuangan kepada Kabupaten/ Kota dan Pemerintah Desa.

f. Asumsi Belanja Langsung

Perubahan asumsi Belanja Langsung pelaksanaannya diutamakan untuk :

1) Mendorong capaian target sasaran RPJMD Tahun 2008-2013 yang belum tercapai;

2) Upaya percepatan pencapaian target MDG’s Tahun 2015; 3) Upaya untuk pencapaian target sasaran RPJMD Tahun

2013-2018 Tahun ke II serta kontribusi terhadap pencapaian target sasaran pembangunan dan komitmen nasional;

4) Rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana yang melanda Jawa Tengah awal Tahun 2014 serta upaya penanggulangan, peningkatan kesiap-siagaan dan tanggap darurat bencana; 5) Fokus pada peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

masyarakat;

6) Konsisten dengan perencanaan pembangunan yang telah ditetapkan dalam dokumen RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018;

7) Melakukan pergeseran anggaran yang telah mendapat persetujuan dari Sekretaris Daerah dan PPKD;

8) Penyesuaian kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan atau terdapat kendala pada anggaran induk baik berupa optimalisasi dana maupun penyesuaian sasaran dan lokasi kegiatan;

9) Mempertimbangkan waktu pelaksanaan kegiatan;

10) Mengakomodir kegiatan yang dilaksanakan mendahului penetapan Perda Perubahan APBD TA.2014.

4. Perubahan Asumsi Pembiayaan Daerah

Pembiayaan merupakan transaksi keuangan daerah yang digunakan untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah yang terdiri atas :

a. Asumsi penerimaan pembiayaan

Kebijakan penerimaan pembiayaan pada Perubahan APBD Tahun Anggaran 2014 diarahkan untuk penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SiLPA) yang

(17)

I - 9

merupakan penyesuaian dari Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2013.

b. Asumsi pengeluaran pembiayaan

Pengeluaran Pembiayaan pada Perubahan APBD Tahun Anggaran 2014 diarahkan untuk penyertaan modal pada BUMD, utamanya untuk pemenuhan penyertaan setoran modal sebagai pendiri PT. Jamkrida Jawa Tengah dan penyertaan modal kepada PT.SPJT.

1.4. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun 2014

Prioritas dan fokus sasaran pembangunan perubahan RKPD 2013, meliputi :

1. Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran, dengan fokus pada:

a. Peningkatan pemenuhan kebutuhan dasar meliputi pangan, layanan pendidikan, kesehatan, air minum, sanitasi, dan kualitas perumahan permukiman (Rumah Layak Huni);

b. Peningkatan kualitas dan keterampilan serta perluasan kesempatan kerja dan berusaha;

c. Pembangunan prasarana dan sarana serta pemberdayaan ekonomi masyarakat guna pengembangan usaha dan peningkatan akses sumber daya ekonomi produktif;

d. Penguatan kelembagaan dan pendayagunaan sumber daya potensial untuk penanggulangan kemiskinan.

e. Peningkatan ketahanan pangan khususnya untuk peningkatan kemandirian dan kerentanan pangan di masyarakat;

f. Pengembangan diversifikasi dan pola konsumsi pangan, khususnya untuk optimalisasi pemanfaatan pekarangan dan pengembangan pangan alternatif.

2. Peningkatan daya saing ekonomi daerah, dengan fokus pada: a. Peningkatan produksi dan produktivitas pertanian tanaman

pangan dan hortikultura, perkebunan dan peternakan guna pemantapan pencapaian kontribusi surplus beras nasional 10 juta ton dan swasembada gula nasional serta swasembada daging tahun 2014; peningkatan produksi perikanan tangkap dan budidaya, ekspor produk perikanan, konsumsi makan ikan; serta penguatan sistem penyuluhan;

b. Peningkatan kualitas, kapasitas dan pengelolaan sarana prasarana jaringan irigasi serta peningkatan ketersediaan air baku;

c. Penguatan kapasitas dan kelembagaan masyarakat dalam rangka pengembangan hasil hutan rakyat;

d. Peningkatan daya saing Koperasi, UMKM dan IKM dengan perluasan akses pasar dan permodalan; peningkatan diversifikasi produk dan sarana produksi; penguatan peran

(18)

I - 10

kelembagaan; serta perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan;

e. Peningkatan investasi dengan pengembangan iklim investasi yang kondusif; promosi potensi dan peluang investasi secara selektif dan terpadu; serta peningkatan infrastruktur pendukung investasi;

f. Peningkatan potensi dan daya tarik wisata dengan pengembangan destinasi wisata, promosi, dukungan prasarana dan sarana pariwisata yang memadai.

3. Kualitas sumber daya manusia, dengan fokus pada :

a. Peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan dengan tetap memperhatikan aspek ketersediaan, keterjangkauan, keseta-raan serta kepastian dalam penyelenggakeseta-raan pendidikan, melalui peningkatan kualitas sarana prasarana pendidikan dan kompetensi/kualifikasi tenaga pendidik; optimalisasi Bantuan Operasional Sekolah dan Beasiswa bagi keluarga kurang mampu serta pengembangan provinsi vokasi dan desa vokasi; b. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan pemerataan

dan peningkatan mutu layanan kesehatan dalam rangka penurunan AKI, AKB, peningkatan gizi masyarakat, pencegahan, pengendalian dan penanggulangan penyakit menular dan tidak menular, peningkatan kualitas prasarana sarana kesehatan dan kompetensi sumber daya kesehatan; c. Pengendalian laju pertumbuhan penduduk dengan peningkatan

dan perluasan cakupan layanan KB serta fasilitasi pelaksanaan transmigrasi untuk pemerataan penduduk;

d. Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan terhadap perempuan dan anak dengan pemenuhan pelayanan kebutuhan dasar; serta penanganan korban kekerasan berbasis gender, anak dan trafficking;

e. Peningkatan penanganan PMKS dengan rehabilitasi, pemberdayaan sosial, pemberian jaminan, perlindungan sosial dan pemberdayaan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS);

f. Peningkatan kualitas dan kompetensi tenaga kerja serta perluasan kesempatan kerja dan berusaha dengan pengem-bangan kewirausahaan, peningkatan profesionalisme tenaga pelatih dan instruktur BLK serta peningkatan kualitas dan relevansi pelatihan dengan kebutuhan pasar kerja;

g. Peningkatan penerapan hasil penelitian dan pengembangan iptek serta inovasi di berbagai bidang dengan pemasyarakatan teknologi terapan;

h. Pelestarian dan pengembangan nilai-nilai kekayaan budaya daerah dengan pengembangan kualitas kesenian budaya daerah, permuseuman, kepurbakalaan dan pelestarian benda cagar budaya;

(19)

I - 11

i. Peningkatan kualitas dan kapasitas kepemudaan dengan pengembangan kelembagaan dan kewirausahaan pemuda serta optimalisasi penyelenggaraan pusat pendidikan dan latihan pelajar dalam rangka peningkatan pembinaan keolahragaan; j. Pengembangan budaya baca masyarakat dengan optimalisasi

pendayagunaan perpustakaan keliling, perpustakaan desa dan daerah; serta penyediaan mobil pintar.

4. Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, dengan fokus pada : a. Peningkatan sistem pengelolaan penataan ruang wilayah

dengan percepatan penyusunan RDTR Kabupaten/Kota, peningkatan pengendalian pemanfaatan ruang daerah serta kinerja BKPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota;

b. Peningkatan penanganan jalan, jembatan, peningkatan sarana dan prasarana keselamatan, pelayanan serta pengembangan transportasi massal;

c. Peningkatan penanganan aksesibilitas Pantura-Pansela, perba-tasan antar provinsi dan antar Kabupaten/Kota, menuju kawasan pengembangan perekonomian wilayah, Perkotaan Pusat Kegiatan Nasional/Wilayah/Lokal, kawasan pariwisata, wilayah terisolir, dan wilayah rawan bencana;

d. Dukungan penanganan dan penyelesaian infrastruktur strategis utamanya pembangunan Jalan Tol Trans Jawa (Bawen-Solo, Solo-Mantingan dan Pantura), pengembangan Bandara A. Yani Semarang, pengembangan Bandara Dewadaru Jepara, pembangunan double track, reaktifasi jalur KA Kedungjati-Tuntang, pembangunan Pelabuhan Tanjung Emas dengan Pelabuhan penyeberangan Kendal, serta pembangunan Waduk Jatibarang, Matenggeng, Kuningan, Pidekso, Gondang dan Logung;

e. Pengembangan energi baru terbarukan dan konservasi energi, dengan pengembangan dan pembangunan PLTS, PLTMH dan PLTPB;

f. Peningkatan Rasio Elektrifikasi melalui Jaringan Listrik Pedesaan.

5. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta pengurangan risiko bencana, dengan fokus pada :

a. Pengendalian alih fungsi hutan dan lahan produktif menjadi lahan budidaya lainnya untuk mendukung perwujudan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan menjamin kelestarian lingkungan hidup;

b. Rehabilitasi hutan dan lahan serta konservasi DAS, pesisir dan laut, dengan pengembangan hutan rakyat, penanganan lahan kritis, penanaman mangrove, pembangunan sabuk pantai, transplantasi karang dan terumbu buatan, serta penguatan

(20)

I - 12

kapasitas dan kelembagaan masyarakat sekitar hutan dan pesisir;

c. Peningkatan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH), dengan peningkatan sebaran dan proporsi luasan RTH; d. Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan

teresterial maupun pesisir, dengan pengembangan teknologi ramah lingkungan, serta peningkatan pengawasan, penegakan hukum lingkungan;

e. Peningkatan pengelolaan keanekaragaman hayati berbasis masyarakat dengan penanganan kawasan lindung di luar kawasan hutan dan pengembangan plasma nutfah;

f. Peningkatan upaya penanggulangan bencana dalam rangka pengurangan risiko dan pemulihan dampak bencana, dengan perencanaan penanggulangan bencana, peningkatan kesiap-siagaan dan tanggap darurat serta rehabilitasi – rekonstruksi pasca bencana termasuk peningkatan pengendalian banjir dan pengamanan pantai, dengan perbaikan dan pembangunan prasarana dan sarana pengendalian banjir dan pengamanan pantai.

6. Tata kelola pemerintahan, dengan fokus pada:

a. Peningkatan akuntabilitas, transparansi berbasis teknologi informasi, partisipasi masyarakat serta peningkatan kompetensi dan profesionalisme aparatur dalam penyelenggaraan pemerin-tahan;

b. Aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi sesuai kewenangan pemerintah daerah sebagai upaya pencegahan korupsi;

c. Peningkatan pengelolaan administrasi kependudukan dan catatan sipil;

d. Peningkatan kualitas pelayanan publik berdasarkan SPM;

e. Peningkatan pengelolaan dan pendayagunaan aset daerah untuk mendukung peningkatan PAD.

7. Demokratisasi dan kondusivitas daerah, dengan fokus pada : a. Peningkatan demokratisasi dan pendidikan politik masyarakat,

penegakan hukum dan penghormatan HAM;

b. Peningkatan peran serta seluruh komponen masyarakat untuk mewujudkan ketentraman dan ketertiban dalam mendukung kondusivitas daerah termasuk pelaksanaan Pemilu Tahun 2014;

c. Rencana Aksi Terpadu Gangguan Kamtramtibum sebagai upaya pencegahan konflik sosial.

(21)

II-1

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014

DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN DAERAH

2.1. Gambaran Kondisi Umum Daerah

2.1.1. Aspek Geografi

Secara geografis wilayah Provinsi Jawa Tengah terletak pada 5040’ - 8030’ Lintang Selatan dan 108030’ - 111030’ Bujur Timur. Wilayah Provinsi Jawa Tengah secara administratif berbatasan dengan Samudera Hindia dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan; Provinsi Jawa Barat di sebelah barat; Provinsi Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota, dan terdiri dari 573 Kecamatan yang meliputi 7.809 Desa dan 769 Kelurahan dengan luas wilayah sebesar 3.254.412 Ha atau 25,04% dari luas Pulau Jawa.

Topografi wilayah Jawa Tengah memiliki relief yang beraneka ragam, meliputi daerah pegunungan dan dataran tinggi yang membujur sejajar dengan panjang pulau Jawa di bagian tengah; dataran rendah yang hampir tersebar di seluruh Jawa Tengah; dan pantai yaitu Pantai Utara dan Selatan. Kemiringan lahan di Jawa Tengah bervariasi, meliputi lahan dengan kemiringan 0-2% sebesar 38%; lahan dengan kemiringan 2-15% sebesar 31%; lahan dengan kemiringan 15-40% sebesar 19%; dan lahan dengan kemiringan lebih dari 40% sebesar 12%.

Selain itu, keadaan iklim di Jawa Tengah termasuk dalam kategori iklim tropis basah. Menurut Stasiun Klimatologi Klas I Semarang pada tahun 2012, suhu udara di Jawa Tengah berkisar antara 250C - 280C, dan kelembaban udara berada pada kisaran antara 75% - 83%. Curah hujan tertinggi sebesar 4.972 mm (tercatat di Stasiun Meteorologi Bojongsari) dan hari hujan terbanyak 203 hari (tercatat di Stasiun Meteorologi Cilacap).

Penggunaan lahan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 meliputi lahan sawah seluas 991.524 Ha (30,47%) dan bukan lahan sawah seluas 2.262.888 Ha (69,53%). Jika dibandingkan dengan tahun 2009, maka kondisi ini menunjukkan adanya penurunan luas lahan sawah yang beralih menjadi bukan lahan sawah sebesar 128 Ha (0,013%). Penggunaan lahan di Provinsi Jawa Tengah selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut :

(22)

II-2

Tabel 2.1

Penggunaan Lahan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 – 2010

Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) %

1 Lahan Sawah 990.652 30,44 991.652 30,47 991.524 30,47 a Pengairan Teknis 382.643 38,63 383.262 38,65 386.953 39,03 b Pengairan 1/2 Teknis 129.630 13,09 133.769 13,49 131.687 13,28 c Pengairan Sederhana 136.796 13,81 136.635 13,78 140.423 14,16 d Pengairan Desa/Non PU 57.032 5,76 52.596 5,30 57.731 5,82 e Tadah Hujan 281.919 28,46 282.521 28,49 272.364 27,47 f Pasang Surut 1.561 0,16 1.613 0,16 1.661 0,17

g Lebak, Polder, Lainnya 1.071 0,11 1.256 0,13 705 0,07

2 Bukan Lahan Sawah 2.263.760 69,56 2.262.760 69,53 2.262.888 69,53

a Bangunan/ Pekarangan 524.465 16,12 503.923 15,48 537.288 16,51 b Tegal/Kebun 732.853 22,52 730.370 22,44 723.056 22,22 c Ladang/Huma 13.346 0,41 13.413 0,41 11.664 0,36 d Padang Rumput 1.231 0,04 1.184 0,04 1.745 0,05 e Hutan Rakyat 95.550 2,94 103.402 3,18 103.004 3,17 f Hutan Negara 568.572 17,47 578.107 17,76 567.449 17,44 g Perkebunan Negara 71.868 2,21 69.345 2,13 71.337 2,19 h Rawa 9.027 0,28 9.035 0,28 9.021 0,28 i Tambak 34.972 1,07 39.810 1,22 37.574 1,15 j Kolam/Empang 3.719 0,11 8.259 0,25 3.046 0,09 k Sementara tidak diusahakan 1.772 0,05 1.628 0,05 1.429 0,04 l Lain-lain 206.385 6,34 204.284 6,28 196.275 6,03 Jumlah (Ha) 3.254.412 100,00 3.254.412 100,00 3.254.412 100,00 Tahun 2010

No. Penggunaan Lahan Tahun 2008 Tahun 2009

Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2013

Adanya indikasi perubahan fungsi lahan di Provinsi Jawa Tengah, dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya bencana banjir dan tanah longsor. Hal ini ditunjukkan dengan frekuensi kejadian bencana di Jawa Tengah dari tahun ke tahun yang cenderung mengalami peningkatan. Kondisi kebencanaan di Jawa Tengah dilihat dari frekuensi kejadiannya dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini :

Tabel 2.2

Frekuensi Kejadian Bencana di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2012 No Jenis Bencana 2008 2009 2010 2011 2012 1 2 3 4 5 6 7 1 Banjir 7 54 115 85 160 2 Tanah Longsor 21 126 141 202 201 3 Angin Topan 2 100 122 104 312 4 Kekeringan 10 - - 15 17 6 Kebakaran 30 128 73 268 305

Sumber : Sekretariat BPBD Prov. Jateng, 2013

Frekuensi kejadian bencana banjir mempunyai kecenderungan meningkat. Pada tahun 2008 tercatat hanya 7 kejadian, cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun dan pada tahun 2012 tercatat 160 kejadian. Hal ini mengindikasikan adanya permasalahan dalam upaya pelestarian lingkungan, pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), dan

(23)

II-3

masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungannya.

2.1.2. Aspek Demografi

Jumlah penduduk Jawa Tengah tahun 2012 diproyeksikan sebanyak 33.270.207 jiwa atau 13,52% dari jumlah penduduk Indonesia, terdiri dari laki-laki sebanyak 16.495.705 Jiwa (49,58%) dan perempuan sebanyak 16.774.502 Jiwa (50,42%), sehingga besar rasio jenis kelamin (RJK) adalah sebesar 99,42. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kabupaten Brebes (1.770.480 jiwa), sedangkan paling sedikit berada di Kota Magelang (120.447 jiwa).

Kepadatan penduduk Jawa Tengah tahun 2012 diproyeksikan sebesar 1.022 Jiwa/Km2, meningkat dibandingkan kondisi tahun 2011 sebesar 1.003 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tahun 2012 tertinggi di Kota Surakarta (11.573 jiwa/km2) dan terendah di Kabupaten Blora (472 jiwa/km2). Selengkapnya jumlah penduduk, rasio jenis kelamin dan kepadatan penduduk pada masing-masing Kabupaten/Kota di Jawa Tengah disajikan dalam Tabel 2.3 dan Tabel 2.4.

Tabel 2.3

Proyeksi Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Tengah Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Tahun 2012

No. Kabupaten/Kota

Jumlah Penduduk Tahun 2012*)

Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin 1. Kab. Cilacap 841.392 838.472 1.679.864 101,48 2. Kab. Banyumas 800.728 802.309 1.603.037 100,93 3. Kab. Purbalingga 433.425 444.064 877.489 98,71 4. Kab. Banjarnegara 446.245 444.717 890.962 101,48 5. Kab. Kebumen 588.284 593.394 1.181.678 100,05 6. Kab. Purworejo 349.321 359.162 708.483 98,36 7. Kab. Wonosobo 390.970 380.477 771.447 103,92 8. Kab. Magelang 611.711 607.660 1.219.371 101,80 9. Kab. Boyolali 469.242 484.075 953.317 98,03 10. Kab. Klaten 565.750 587.297 1.153.047 97,42 11. Kab. Sukoharjo 420.398 428.320 848.718 99,26 12. Kab. Wonogiri 459.859 486.514 946.373 95,59 13. Kab. Karanganyar 414.715 424.047 838.762 98,90 14. Kab. Sragen 428.761 446.522 875.283 97,11 15. Kab. Grobogan 662.215 676.912 1.339.127 98,93 16. Kab. Blora 416.823 430.302 847.125 97,96 17. Kab. Rembang 303.183 305.365 608.548 99,93 18. Kab. Pati 590.871 629.122 1.219.993 94,98 19. Kab. Kudus 397.211 409.794 807.005 98,02 20. Kab. Jepara 570.684 574.232 1.144.916 99,96 21. Kab. Demak 540.561 550.818 1.091.379 99,25

(24)

II-4 No. Kabupaten/Kota

Jumlah Penduduk Tahun 2012*)

Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin 22. Kab. Semarang 475.682 492.701 968.383 97,64 23. Kab. Temanggung 366.155 364.565 730.720 101,57 24. Kab. Kendal 469.461 456.864 926.325 103,92 25. Kab. Batang 363.720 364.858 728.578 100,81 26. Kab. Pekalongan 427.785 433.581 861.366 99,78 27. Kab. Pemalang 635.899 649.125 1.285.024 99,07 28. Kab. Tegal 706.171 714.830 1.421.001 99,91 29. Kab. Brebes 889.428 881.052 1.770.480 102,09 30. Kota Magelang 59.274 61.173 120.447 97,99 31. Kota Surakarta 247.728 261.848 509.576 95,68 32. Kota Salatiga 86.788 90.692 177.480 96,78 33. Kota Semarang 799.034 830.890 1.629.924 97,25 34. Kota Pekalongan 145.130 145.217 290.347 101,07 35. Kota Tegal 121.101 123.531 244.632 99,14 Jumlah 2012*) 16.495.705 16.774.502 33.270.207 99,42 2011*) 16.273.976 16.369.636 32.643.612 98,77

Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2013 Keterangan : *) Angka Sementara Proyeksi SP 2010

Tabel 2.4

Proyeksi Kepadatan Penduduk Provinsi Jawa Tengah Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012

2.1.3.

No. Kabupaten/Kota Luas Wilayah (ha) Jumlah Penduduk (jiwa)

Kepadatan Penduduk (per km2) 1. Kab. Cilacap 213.851 1.679.864 786 2. Kab. Banyumas 132.759 1.603.037 1.207 3. Kab. Purbalingga 77.765 877.489 1.128 4. Kab. Banjarnegara 106.974 890.962 833 5. Kab. Kebumen 128.274 1.181.678 921 6. Kab. Purworejo 103.482 708.483 685 7. Kab. Wonosobo 98.468 771.447 783 8. Kab. Magelang 108.573 1.219.371 1.123 9. Kab. Boyolali 101.507 953.317 939 10. Kab. Klaten 65.556 1.153.047 1.759 11. Kab. Sukoharjo 46.666 848.718 1.819 12. Kab. Wonogiri 182.237 946.373 519 13. Kab. Karanganyar 77.220 838.762 1.086 14. Kab. Sragen 94.649 875.283 925 15. Kab. Grobogan 197.585 1.339.127 678 16. Kab. Blora 179.440 847.125 472 17. Kab. Rembang 101.410 608.548 600 18. Kab. Pati 149.120 1.219.993 818

(25)

II-5

No. Kabupaten/Kota Luas Wilayah (ha) Jumlah Penduduk (jiwa)

Kepadatan Penduduk (per km2) 19. Kab. Kudus 42.517 807.005 1.898 20. Kab. Jepara 100.416 1.144.916 1.140 21. Kab. Demak 89.743 1.091.379 1.216 22. Kab. Semarang 94.686 968.383 1.023 23. Kab. Temanggung 87.023 730.720 840 24. Kab. Kendal 100.227 926.325 924 25. Kab. Batang 78.895 728.578 923 26. Kab. Pekalongan 83.613 861.366 1.030 27. Kab. Pemalang 101.190 1.285.024 1.270 28. Kab. Tegal 87.970 1.421.001 1.615 29. Kab. Brebes 165.773 1.770.480 1.068 30. Kota Magelang 1.812 120.447 6.647 31. Kota Surakarta 4.403 509.576 11.573 32. Kota Salatiga 5.296 177.480 3.351 33. Kota Semarang 37.367 1.629.924 4.362 34. Kota Pekalongan 4.496 290.347 6.458 35. Kota Tegal 3.449 244.632 7.092 Jumlah 2012*) 3.254.412 33.270.207 1.022 2011*) 3.254.412 32.643.612 1.003

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2012

Keterangan : *) Angka Sementara Proyeksi SP 2010

2.2. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah

2.2.1. Evaluasi Agregatif Pembangunan Jawa Tengah

Evaluasi terhadap capaian kinerja pembangunan secara makro ditunjukkan dengan capaian indikator agregat meliputi :

a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator kinerja pembangunan untuk mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar penduduk, yaitu angka Usia Harapan Hidup (UHH) yang mengukur peluang hidup, capaian tingkat pendidikan (rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf), serta pengeluaran rill per kapita guna mengukur akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak.

Perkembangan IPM Provinsi Jawa Tengah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2011 sebesar 72,94, meningkat menjadi 73,36 pada tahun 2012, secara rinci dapat dilihat pada Gambar (2.1).

(26)

II-6

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013

Gambar (2.1)

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 – 2011

IPM Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 73,36 di atas rata-rata IPM Nasional sebesar 73,29 dan apabila di bandingkan dengan Provinsi se Jawa – Bali berada pada posisi ke 3 (tiga) di bawah Provinsi DKI dan DIY, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012

Gambar (2.2)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi se Jawa – Bali dan Nasional Tahun 2011 b. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 5,81% (year on year/yoy), lebih rendah dibandingkan capaian tahun 2012, yaitu sebesar 6,34%. Namun telah mencapai target kisaran 5,8-6,2% dan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,78%. Sampai dengan Triwulan I Tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mencapai 5,4%. Target pertumbuhan ekonomi Tahun 2014 sebesar 6,3-6,7%

Apabila dibandingkan dengan Provinsi lain di wilayah Jawa – Bali, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tahun 2013 berada pada

(27)

II-7

posisi ke 6 (enam), namun lebih baik dari angka pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,78%. Pertumbuhan ekonomi Nasional dan Provinsi lain di wilayah Jawa – Bali dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5

Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Provinsi se Jawa – Bali Tahun 2011 – 2012 (%) No Provinsi/Nasional 2012 2013 1 Jawa Timur 7,27 6,55 2 Bali 6,65 6,05 3 DKI Jakarta 6,5 6,11 4 Jawa Tengah 6,34 5,81 5 Jawa Barat 6,21 6,06 6 Banten 5,87 5,86 7 D.I. Yogyakarta 5,32 5,40 Nasional 6,23 5,78

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012 dan 2013

c. Inflasi

Perkembangan inflasi Jawa Tengah selama kurun waktu 5 (lima) tahun dari tahun 2008 – 2012 sangat fluktuatif, tetapi cenderung menurun. Inflasi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 7,99%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 sebesar 4,24%,. Sedangkan sampai dengan bulan April 2014 mencapai sebesar 7,15%. Kenaikan inflasi tahun 2013 disebabkan karena adanya kenaikan BBM dan adanya perayaan Natal dan Tahun Baru yang mendorong kenaikan harga pada hampir seluruh kelompok barang dan jasa.

Tabel 2.6

Inflasi Nasional dan Provinsi se Jawa – Bali Tahun 2012-2013 (%) No Provinsi/Nasional 2012 2013 1 Jawa Barat 3,86 9,15 2 Jawa Tengah 4,24 7,99 3 D.I. Yogyakarta 4,31 7,32 4 Banten 4,37 9,65 5 Jawa Timur 4,50 7,59 6 DKI Jakarta 4,52 8,00 7 Bali 4,71 7,97 Nasional 4,34 4,34

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012 dan 2013

Sampai dengan bulan april 2014

d. Indeks Gini dan Indeks Williamson

Indeks Gini merupakan satu ukuran untuk melihat ketimpangan pendapatan masyarakat. Indeks Gini tahun 2009 sebesar 0,283 meningkat menjadi 0,355 pada tahun 2012, angka ini menunjukkan ketimpangan pendapatan masyarakat meningkat.

Sementara tingkat kesenjangan pembangunan antar wilayah di Provinsi Jawa Tengah dilihat dengan Indeks Williamson, pada tahun 2009 sebesar 0,7035, menjadi 0,7042 pada tahun 2011. Namun, Indeks Williamson Jawa Tengah masih di atas angka 0,5 yang menunjukkan bahwa kesenjangan pembangunan di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah masih cukup tinggi.

(28)

II-8 e. Nilai Tukar Petani (NTP)

Kemampuan tukar barang-barang produk pertanian yang dihasilkan petani dengan barang/jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam memproduksi produk pertanian ditunjukkan dengan NTP. Pada bulan Juli 2013, NTP Jawa Tengah sebesar 105,62 lebih baik dibandingkan NTP Nasional sebesar 104,58.

Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya se Pulau Jawa – Bali, NTP Jawa Tengah bulan Juli tahun 2013 berada di peringkat keempat. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.7 berikut :

Tabel 2.7

Nilai Tukar Petani (NTP) se Pulau Jawa – Bali dan Nasional Tahun 2010 – 2013 No Provinsi / Nasional 2010 2011 2012 2013* 1 Jawa Tengah 103,12 106,62 106,37 105,62 2 Jawa Barat 101,46 108,17 111,55 109,25 3 Jawa Timur 98,87 102,62 103,28 103,01 4 Banten 103,71 106,54 117,07 109,33 5 DIY 113,70 116,61 117,59 117,21 6 Bali 104,20 108,00 108,39 103,37 Nasional 102,75 105,75 105,87 104,58

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 2013 *) angka bulan juli 2013

f. Penduduk Miskin dan Pengangguran

Persentase penduduk miskin di Jawa Tengah selama kurun waktu tahun 2008 hingga tahun 2013 cenderung menurun. Jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah pada tahun 2013 sebanyak 4,70 juta jiwa (14,44%) lebih rendah dibandingkan tahun 2012 sebanyak 4,86 juta jiwa (14,98%), namun masih di atas rata – rata angka nasional sebesar 11,47%. Penduduk miskin di Jawa Tengah sebagian besar berada di wilayah perdesaan, yaitu sebesar 60,24%, sementara yang berada di wilayah perkotaan sebesar 39,76%. Walaupun penduduk miskin telah mengalami penurunan, jumlah tersebut masih cukup tinggi sehingga masih perlu upaya lebih keras untuk menurunkannya.

Perbandingan jumlah dan persentase penduduk miskin di wilayah perkotaan dan perdesaan di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.8 berikut :

Tabel 2.8

Jumlah Penduduk Miskin

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2013

No Tahun / Bulan Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) Persentase (%)

Kota Desa Total Kota Desa Total

1 2008/Maret 2.556,50 3.633,10 6.189,60 16,34 21,96 19,23 2 2009/Maret 2.420,90 3.304,80 5.725,70 15,41 19,89 17,72

(29)

II-9

No Tahun / Bulan Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) Persentase (%)

Kota Desa Total Kota Desa Total

3 2010/Maret 2.258,94 3.110,22 5.369,16 14,33 18,66 16,56 4 2011/Maret 2.092,51 3.014,85 5.107,36 14,12 17,14 15,76 5 2011/Sept 2.175,82 3.080,17 5.255,99 14,67 17,50 16,21 6 2012/Maret 2.001,12 2.976,25 4.977,36 13,49 16,89 15,34 7 2012/Sept 1.946,51 2.916,90 4.863,41 13,11 16,55 14,98 8 2013/maret 1.911,21 2.821,74 4.732,95 12,87 15,99 14,56 9 2013/ Sept 1.870,73 2.834,14 4.704,87 12,53 16,05 14,44

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2008-2013

Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya se Pulau Jawa – Bali, persentase penduduk miskin Jawa Tengah, dapat dilihat dari Tabel 2.9 berikut :

Tabel 2.9

Kemiskinan Nasional dan Provinsi se Jawa – Bali Tahun 2012-2013

No Provinsi/ Nasional

2012 2013

(ribu jiwa) (%) (ribu jiwa) (%)

1. DKI Jakarta 366,77 3,70 375,7 3,72 2. Bali 160,95 3,95 186,53 4,49 3. Banten 648,25 5,71 682,71 5,89 4. Jawa Barat 4.421,48 9,89 4.382,65 9,61 5. Jawa Timur 4.960,54 13,08 4.865,82 12,73 6. Jawa Tengah 4.863,41 14,98 4.704,87 14,44 7. D.I. Yogyakarta 562,11 15,88 535,18 15,03 Nasional 28.594,64 11,66 28.553,93 11,47

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013 *) angka bulan September 2013

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Tengah menun-jukkan kecenderungan menurun. TPT pada tahun 2013 sebesar 6,01% (1,02 juta jiwa) naik dibandingkan tahun 2012 sebesar 5,63% (962 ribu jiwa). Hal ini utamanya disebabkan oleh penduduk usia sekolah masuk dalam angkatan kerja dan dampak meningkatnya harga BBM serta melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan II tahun 2013 yang berdampak pada penurunan penyerapan tenaga kerja pada berbagai sektor. Disisi lain Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi Jawa Tengah masih belum optimal, walaupun cenderung semakin meningkat dari tahun 2009 – 2013.

Tabel 2.10

Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja, TPAK dan TPT Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2013

No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013

1 Angkatan Kerja (jiwa) 17.087.649 16.856.330 16.918.797 17.090.000 17.520.000

- Bekerja 15,835.382 15.809.447 15.916.135 16.130.000 16.470.000

(30)

II-10 No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2 Tingkat Partisipasi AK (%) 69,27 70,60 70,77 71,43 70,43 3 Tingkat Pengangguran Terbuka/TPT (%) 7,33 6,21 5,93 5,63 6,01 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2012

*) angka bulan Pebruari 2013

g. Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)

Indeks Pembangunan Gender (IPG) Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 66,80 meningkat dari tahun 2011 sebesar 66,45. Kondisi ini menggambarkan meningkatnya peran serta perempuan dalam pembangunan daerah. Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya se Pulau Jawa – Bali, dapat dilihat pada Tabel 2.12 berikut :

Tabel 2.11

Indeks IPG se Pulau Jawa – Bali dan Nasional Tahun 2011 – 2012 No Provinsi/ Nasional Tahun 2011 Tahun 2012 Indeks Indeks 1 Jawa Tengah 66,45 66,80 2 Jawa Barat 63,25 63,68 3 Jawa Timur 65,61 66,56 4 Banten 63,35 63,93 5 DKI 74,01 74,66 6 DIY 73,07 74,11 7 Bali 68,24 69,02 Nasional 67,80 67,20

Sumber : Kementerian PP & PA; Badan Pusat Statistik (BPS), 2012

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Jawa Tengah pada tahun 2012 mencapai 70,66 meningkat dari tahun 2010 sebesar 67,96, tetapi masih lebih rendah dibandingkan angka nasional sebesar 69,14. Peningkatan IDG menunjukkan bahwa tingkat keberdayaan perempuan di Jawa Tengah semakin baik. Dapat dilihat pada Tabel 2.13 berikut :

Tabel 2.12

Indeks IDG se Pulau Jawa – Bali dan Nasional Tahun 2011 – 2012 No Provinsi/ Nasional Tahun 2011 Tahun 2012 Indeks Indeks 1 Jawa Tengah 68,99 70,66 2 Jawa Barat 68,08 68,62 3 Jawa Timur 68,62 69,29 4 Banten 66,58 65,53 5 DKI 74,70 74,70

(31)

II-11 No Provinsi/ Nasional Tahun 2011 Tahun 2012 Indeks Indeks 6 DIY 77,70 76,14 7 Bali 58,53 58,49 Nasional 68,52 70,07

Sumber : Kementerian PP & PA; Badan Pusat Statistik (BPS), 2013

2.2.2. Evaluasi Kinerja Berdasarkan Prioritas dan Fokus Pembangunan Daerah

Berdasarkan Prioritas dan fokus Pembangunan daerah 2014, maka upaya untuk pencapainnya dijabarkan secara lebih sistematis melalui perumusan Program Prioritas Daerah Tahun 2014 yang bersifat strategis, berdampak luas pada pencapaian sasaran, dapat dirasakan langsung oleh masyarakat serta lintas sektor dan lintas wilayah.

Strategi pembangunan daerah dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan daerah dan mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional, dijabarkan dalam prioritas dan fokus pembangunan Jawa Tengah Tahun 2014 sebagai berikut :

1. Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran ; 2. Peningkatan daya saing Ekonomi Daerah;

3. Kualitas Sumberdaya Manusia;

4. Infrstruktur dan pengembangan wilayah;

5. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan; 6. Tata Kelola pemerintahan;

7. Demokratisasi dan kondusivitas Daerah.

Prioritas 1. Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran

Pencapaian prioritas penanggulangan kemiskinan dan pengangguran ditunjukkan dengan 22 indikator/target kinerja. Dari indikator kinerja yang tercantum dalam RKPD tahun 2014, sampai dengan triwulan I sebanyak 11 indikator telah mencapai target RKPD, sejumlah 3 indikator memiliki capaian kinerja namun belum sesuai dengan target RKPD (25% s/d <100%), dan sejumlah 7 indikator capaiannya rendah (<25%), dan 1 indikator belum diketahui capaian kinerjanya. Daftar Indikator yang capaiannya masih rendah yaitu sebagai berikut:

1. Jumlah siswa Sd/MI penerima pendampingan dana BOS; 2. Jumlah masyarakat pengguna Teknologi Tepat Guna (TTG) 3. Penguatan kelembagaan UED-SP, Pasar Desa dan CPPD

(32)

II-12 5. Penguatan kelembagaan PNPM-MD

6. Jumlah penerima modal dan ketrampilan pengelola UP2K-PKK 7. Jumlah anak penerima Penerima makanan tambahan

Secara rinci Pencapaian prioritas penanggulangan kemiskinan dan pengangguran RKPD tahun 2014 sampai dengan Triwulan I adalah sebagai berikut:

Tabel 2.13

Pencapaian Prioritas 1. Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran RKPD Tahun 2014 Sampai dengan Triwulan I

Prioritas dan Fokus Pembangunan

Daerah

Indikator Target RKPD 2014

Realisasi

Capaian Ketera ngan

Target RPJMD pada tahun 2014 % SKPD 1. Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran,

dengan fokus pada: a. Peningkatan pemenuhan kebutuhan dasar meliputi pangan, akses pendidikan, kesehatan, air minum dan sanitasi serta kualitas perumahan permukiman (Rumah Layak Huni); b. Peningkatan kualitas dan keterampilan serta perluasan kesempatan kerja dan berusaha; c. Pembangunan prasarana dan sarana serta pemberdayaan ekonomi masyarakat guna pengembangan usaha dan peningkatan akses sumber daya ekonomi produktif; d. Penguatan kelembagaan dan pendayagunaan sumber daya potensial untuk penanggulangan kemiskinan. e. Peningkatan ketahanan Peningkatan Pemerataan Pendidikan Dasar 1. Jumlah Siswa SD/MI penerima pendampingan dana BOS 3.700.000 siswa SD/MI 569.649 dari 3.573.820 SD/MI 13,63% Dinas Pendidik an 2. Jumlah Siswa SMP/MTs penerima pendampingan dana BOS 1.600.000 siswa SMP/MTs 218.186 dari 1.627.455 SMP/MTs 107,71 Dinas Pendidi-kan Peningkatan Pemerataan Pendidikan Menengah : Jumlah siswa SMA/MA/SMK penerima BOS Dikmen/ Beasiswa Siswa dari Keluarga Tidak Mampu 15.441 siswa SMA/MA/S MK 351.732 BOS SMA; 16054 siswa krng mampu Pencairan anggaran dalam proses 103,96 Dinas Pendidi-kan Peningkatan Kesetaraan dan Kewirausahaan Masyarakat: Pengembangan dan penguatan Desa Vokasi 35 desa;

200 desa 35 desa; 200 desa Pencairan anggaran

dalam proses 35 desa 100 Dinas Pendidi-kan Pembiayaan Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin 35 Kabupaten / Kota 35 Kabupaten / Kota 35 Kabupaten / Kota 100 Dinas Keseha-tan Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni

4.220 unit 3.590 unit 720 unit

berikutnya masih menunggu SK Gubernur Penerima Hibah Rasio Rumah Layak Huni : 76,73 85,07 Dincip kataru Peningkatan cakupan prasarana dan sarana air bersih dan sanitasi Air bersih perkot 67%; Air bersih perkot 63,99%; Menunggu SK Gubernur Penerima Hibah Air bersih perkot 67%; 112,26 Dincip kataru

(33)

II-13 Prioritas dan Fokus

Pembangunan Daerah

Indikator Target RKPD 2014

Realisasi

Capaian Ketera ngan

Target RPJMD pada tahun 2014 % SKPD pangan khususnya untuk peningkatan kemandirian dan kerentanan pangan di masyarakat; f. Pengembangan diversifikasi dan pola konsumsi pangan, khusunya untuk optimalisasi pemanfaatan pekarangan dan pengembangan pangan alternatif. perdes 45,5%; perdes 49,13%; perdes 50,50%; 107,98 Sanitasi 69% Sanitasi 64,50% Sanitasi 69% 93,48 Pengurangan jumlah pengangguran terbuka di Jawa Tengah 5,6 – 5,5% 5,31 - 4,77% NA Dinna kertrans duk; Jumlah Kabupaten lokasi penerima bantuan PNPM 29

Kabupaten 29 Kabupaten 100 Baper masdes

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penanggu-langan kemiskinan 35 Kabupaten /Kota 35 Kabupaten /Kota 100 Baper masdes Jumlah masyarakat pengguna Teknologi Tepat Guna (TTG) 30 lokasi, 72 orang, 1000 eksemplar majalah, 50 orang pengelola pokyantekd es 0 0 Baper masdes Penguatan kelembagaan UED-SP, Pasar Desa dan CPPD 35 Kelompok, 29 unit, 29 unit, 58 orang, 70 orang, 58 orang 0 SK gubernur tentang penetapan lokasi dan alokasi belum disahkan 0 Baper masdes Peningkatan kemandirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) 34 unit 0 SK gubernur tentang penetapan lokasi dan alokasi belum disahkan 0 Baper masdes Penguatan kelembagaan PNPM-MD 290 orang 0 SK gubernur tentang penetapan lokasi dan alokasi belum disahkan 0 Baper masdes Jumlah penerima modal dan ketrampilan pengelola UP2K-PKK 70 kelompok, 140 org 0 SK gubernur tentang penetapan lokasi dan alokasi belum disahkan 0 Baper masdes Jumlah anak penerima Penerima makanan tambahan 2.500 anak, 70 orang, 350 orang. 300 orang Baru akan dilaksana kan setelah memasuki tahun ajaran baru (bulan Agustus (Data di BKP : 1.500 anak) 0 BKP

Referensi

Dokumen terkait

Pembahasan dalam karya ilmiah ini lebih ditekankan pada upaya untuk mencari solusi yang tepat terhadap berbagai masalah yang dihadapi masyarakat-khususnya umat Islam- di

Interaksi genetik x lingkungan dapat digunakan untuk mendapatkan lingkungan yang cocok dalam seleksi ketahanan terhadap antraknosa pada cabai.. Penelitian ini bertujuan

Pertemuan Ke Mahasiswa mampu menguraikan metode pengujian ketahanan tanaman terhadap patogen Indikator Bahan Kajian/ Materi Pembelajaran Pendekat an/ Model/ Strategi

Berbeda dengan konsep penerangan alami secara tradisional, fi ber optic mampu memasukkan cahaya matahari ke dalam bangunan dengan konsep penghantaran cahaya melalui media kabel

When someone says I´ll think it over, do you become the nice customer service type that says ˆfine, call me when you´re ready˜ or do you go for the throat and say ˆwhat is there

Your local pharmacy board should have a list of the different Internet pharmacies that have met the state’s local standards and have been certified.. You should also be able to

Selanjutnya untuk pernyataan ke tiga yakni” Dengan pendalaman Taswauf yang diberikan menjadikan saya lebih baik dalam memahami kehidupan yang lebih baik.” diketahui dari sebanyak