• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Nama : Mentari Ambardewi NIM : Judul : Pengaruh Perceived Quality H&M terhadap Keputusan Pembelian Jumlah halaman : 12 Halaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. Nama : Mentari Ambardewi NIM : Judul : Pengaruh Perceived Quality H&M terhadap Keputusan Pembelian Jumlah halaman : 12 Halaman"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 ABSTRAK

Universitas Paramadina Program Studi Ilmu Komunikasi 2010

Nama : Mentari Ambardewi NIM : 210000178

Judul : Pengaruh Perceived Quality H&M terhadap Keputusan Pembelian Jumlah halaman : 12 Halaman

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh perceived quality H&M terhadap keputusan pembelian.

Metode Penelitian : Menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode survei. Populasi penelitian terdiri dari 2000 rata-rata pengunjung H&M Gandaria City perhari dengan jumlah sampel sebanyak 95 responden sebagai pembeli produk H&M. . Teknik sampel yang digunakan adalah purpossive sampling. Data yang diperoleh dari kuesioner diproses menggunakan uji korelasi Pearson dan uji regresi sederhana menggunakan program SPSS versi 20.0 for Windows.

Hasil Penelitian : Hasil penelitian yang diperoleh untuk perceived quality didapat persentase mengenai sejauhmana perceived quality yang diturunkan melalui tujuh dimensi didalam pengukuran konsep perceived quality, yakni sebagai berikut: pada dimensi kinerja (performance quality) mencapai 100%, dimensi pelayanan (serviceability) mencapai 74,7%, dimensi ketahanan (durability) mencapai 73,7%, dimensi keandalan (reliability) mencapai 76,8%, dimensi karakteristik produk (features) mencapai 66,3%, dimensi kesesuaian spesifikasi (conformance quality) mencapai 89,5%, dan dimensi hasil (result) mencapai 84,2%. Sedangkan hasil perolehan persentase yang didapat dari faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian, yakni sebagai berikut: pada faktor kebudayaan mencapai 51,6%, faktor sosial mencapai 81,1%, faktor pribadi mencapai 76,8%, dan faktor psikologis mencapai 55,8%.

Sementara itu perolehan persentase untuk masing-masing variabel yaitu variabel X (perceived quality) dan variabel Y (keputusan pembelian) didapati masing masing persentase, yakni variabel X (perceived quality) mencapai 62,1% dan variabel Y (keputusan pembelian) mencapai 53,7%.

Kesimpulan : Perceived quality (variabel X) dari H&M dalam mempengaruhi keputusan pembelian (variabel Y) adalah 21,8%. Sedangkan terdapat 78,2% faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian tetapi tidak diteliti dalam penelitian ini

.

Kata Kunci : Perceived Quality, H&M, Keputusan Pembelian Jumlah Literatur : 4 buku (2003-2006), 2 situs website

(2)

2 PENDAHULUAN

Perubahan zaman yang semakin berkembang, menjadikan fashion salah satu hal yang selalu berkembang dan diminati oleh masyarakat dari berbagai macam kalangan baik wanita maupun pria, tua maupun muda. Fashion dapat dijadikan pengekspresian diri seseorang, karena biasanya orang akan melihat kriteria diri dari bagaimana cara mereka berpakaian. Fashion dapat juga membuat seseorang lebih percaya diri ketika menggunakan pakaian yang sesuai dengan trend.

Salah satu merek yang bergerak bidang fashion yaitu H&M yang menjunjung tinggi kualitas dari produknya ini didirikan pada tahun 1947 di Swedia. H&M menyediakan berbagai macam fashion items untuk laki-laki, wanita dan anak-anak. Konsep bisnis yang dimiliki oleh merek ini yaitu menawarkan fashion dengan kualitas dan harga terbaik.

Merek ini juga berkembang menjadi the world’s leading fashion companies. Selain itu, H&M selalu menawarkan yang terbaik bagi konsumennya, hal ini membuat H&M berusaha untuk semakin mengerti tentang fashion di dunia. H&M memiliki beberapa kompetitor antara lain yaitu, ZARA, Forever21, Topshop, GAP, Pull & Bear.

(sumber: www.about.hm.com, diakses pada 28 November 2013, pukul 00.25 WIB)

H&M sudah memiliki 2.300 gerai di 41 negara berbeda, dan tahun 2011 setelah tercatat telah memperkerjakan sekitar 87.000 orang. Memiliki 800 pabrik di Eropa dan Asia. Di Eropa pertama kali dibuka di Norwegia tahun 1964. Melihat kesukesesan yang diraih maka H&M melebarkan sayap ke Jerman, Denmark, Swiss, dan UK. Untuk di Asia sendiri, dibuka pertama kali di Dubai, Arab pada tahun 2006, lalu disusul dengan Kuwait. Di Hong Kong akhirnya di buka pada bulan Maret 2007. Baru-baru ini H&M membuka toko pertamanya di Indonesia tepatnya di Gandaria City pada tanggal 5 Oktober 2013.

(sumber: http://www.dskon.com/hm/, diakses pada tanggal 29 Oktober 2013, pukul 23.39 WIB)

Menurut American Marketing Association (AMA), merek didefinisikan sebagai nama, istilah, simbol, tanda, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut.

Brand as “A name, term, symbol, or design, or combination of them, intended to identify the goods or services of one seller or group of seller and to differentiate them from those competitors” A brand is thus a product or services that adds dimesions that differentiate it in some way from other products or services designed to satisfy the same need (Kotler and Keller, 2006:256).

Peneliti mengartikan “Merek sebagai "nama, istilah, simbol, atau desain, atau kombinasi dari semuanya, dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari satu penjual atau kelompok penjual dan untuk membedakan dari pesaingnya" Sebuah merek demikian suatu produk atau jasa yang menambahkan dimensi dengan membedakan dalam beberapa cara dari produk lain atau layanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang sama.

(3)

3

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa merek digunakan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan untuk membedakannya dengan produk pesaing, dengan membedakan dalam beberapa cara dari produk lain atau layanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang sama.

Suatu merek dapat bersaing di pasaran jika memiliki brand equity yang kuat, Semakin kuatnya brand equity suatu produk, semakin kuat pula daya tariknya dimata konsumen untuk menggunakan produk tersebut yang selanjutnya dapat menggiring konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.

Brand equity adalah seperangkat asset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, symbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa lain pada perusahaan maupun pada pelanggan. Meskipun merek dapat dijadikan sebagai atribut kompetitif, namun bukan berarti semua merek dapat melakukannya. Hanya merek-merek tangguh dan yang mempunyai brand value tinggi saja yang dapat melakukannya. (Durianto, 2004: 4)

Menurut A. Aaker dalam Durianto, et al (2004: 4), brand equity dapat dikelompokan kedalam 5 elemen, yaitu brand awareness (kesadaran Merek), brand association (asosiasi merek), perceived quality (persepsi kualitas), brand loyalty (loyalitas merek), dan assets lainnya.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin memfokuskan pembahasan pada salah satu dimensi dalam brand equity yaitu perceived quality. Pengertian perceived quality menurut Aaker dalam buku The Power of Brand (Rangkuti, 2004: 41) adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud yang diharapkan.

Sesuai dengan pendapat A. Aaker dalam Durianto (2004: 98-99) mengatakan bahwa dimensi perceived quality dibagi menjadi tujuh, yaitu:

1. Kinerja

Melibatkan berbagai karakteristik operasional utama 2. Pelayanan

Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan kepada produk tersebut. 3. Ketahanan

Mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut. 4. Keandalan

Konsistensi suatu produk dalam memberikan kualitas yang sama pada setiap pembelian yang dilakukan konsumennya.

5. Karakteristik Produk

Bagian-bagian tambah dari produk. Bagian-bagian tambah ini memberikan penekanan bahwa perusahaan memahami kebutuhan pelanggannya yang dinamis

(4)

4 sesuai perkembangan.

6. Kesesuaian dengan spesifikasi

Merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufaktur (tidak cacat produk) sesuai dengan spesifikasi yang telah teruji.

7. Hasil

Mengarah kepada kualitas yang dirasakan melibatkan enam dimensi sebelumnya. Jika perusahaan tidak mendapatkan hasil akhir produk yang baik maka kemungkinan produk tersebut tidak akan mempunyai atribut kualitas lain yang penting.

Berdasarkan Rangkuti (2004: 42) Perceived quality memberikan nilai dalam beberapa bentuk, seperti alasan untuk membeli, diferensiasi/posisi, harga optimum, minat saluran distribusi dan perluasan brand. Dalam banyak konteks, perceived quality sebuah merek dapat menjadi alasan utama bagi konsumen ketika mempertimbangkan dan memutuskan merek mana yang akan dibeli. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui lebih dalam mengenai nilai dalam perceived quality yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian pada konsumen.

Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana seorang konsumen menilai suatu produk berdasarkan pengaruh persepsi kualitas (perceived quality) merek H&M terhadap keputusan pembelian produk H&M. Peneliti memfokuskan penelitian ini tentang apa saja faktor-faktor penentu bagi konsumen untuk membeli produk H&M berdasarkan persepsi kualitas (perceived quality) dan mengetahui adakah pengaruh persepsi kualitas (perceived quality) H&M terhadap keputusan pembelian konsumen. Dengan demikian, apakah konsumen H&M membeli produk tersebut berdasarkan manfaat dari segi fungsional, atau secara emosional untuk mengedepankan image yang dicitrakan oleh produk H&M.

Keputusan pembelian dari konsumen menurut Setiadi (2003:11) sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

 Faktor kebudayaan, meliputi kebudayaan, sub budaya, dan kelas sosial.

 Faktor sosial, meliputi kelompok referensi, keluarga, peran dan status yang menunjukkan interaksi sosial antara sesama konsumen.

 Faktor pribadi, meliputi umur dan tahapan dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan\ ekonomi, gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri.

 Faktor psikologis yang mempengaruhi konsumen untuk membeli, meliputi motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap.

Faktor-faktor diatas erat kaitannya dengan penelitian ini, dimana proses keputusan pembelian konsumen dalam membeli produk H&M secara langsung akan dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.

(5)

5

H&M’s target market is people aged between 15 and 40 years of age, who are interested in fashion, beauty and spending money on trendy clothes. The company recognises though, that the most profitable and popular segment within its market lies in females aged between 15 and 25. (sumber: http://www.studymode.com/essays/h-m-Company-Analysis-1197850.html, diakses pada tanggal 12 Februari 2014, pukul 21.19 WIB)

Peneliti mengartikan pemaparan diatas sebagai berikut: target market dari H&M berusia antara 15 sampai dengan 40 tahun yang minat akan fashion, keindahan, dan mau menyisihkan duitnya untuk membeli pakaian yang sedang trend. Namun perusahaan mengakui, bahwa segmen yang paling menguntungkan dan populer dalam pasar terletak pada wanita berusia antara 15 dan 25.

Berdasarkan target market H&M diatas, maka peneliti melakukan penelitian terhadap pengunjung toko H&M Gandaria City, hal ini dikarenakan Gandaria City merupakan toko pertama H&M dan salah satu toko H&M yang terbesar di Jakarta selain itu pula selalu terlihat ramai pengunjung

Peneliti ingin menilai bagaimana pembeli H&M memilih untuk membeli sebuah produk H&M berdasarkan persepsi kualitas (perceived quality). Apakah ada pengaruhnya antara persepsi kualitas (perceived quality) H&M terhadap keputusan pembelian produknya, dengan melihat faktor-faktor (dimensi perceived quality) apa sajakah yang menurut mereka penting dalam memilih merek H&M untuk mendapatkan manfaat secara fungsional ataupun secara emosional.

PERMASALAHAN

Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah disebutkan diatas, maka masalah yang akan diuji adalah “Sejauhmana Pengaruh Perceived quality H&M terhadap Keputusan Pembelian?”

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Sejauhmana pengaruh kinerja (performance quality) dari dimensi perceived quality terhadap keputusan pembelian.

2. Sejauhmana pengaruh pelayanan (serviceability) dari dimensi perceived quality terhadap keputusan pembelian.

3. Sejauhmana pengaruh ketahanan (durability) dari dimensi perceived quality terhadap keputusan pembelian.

4. Sejauhmana pengaruh keandalan (reliability) dari dimensi perceived quality terhadap keputusan pembelian.

(6)

6

5. Sejauhmana pengaruh karakteristik produk (features) dari dimensi perceived quality terhadap keputusan pembelian.

6. Sejauhmana pengaruh kesesuaian spesifikasi (conformance quality) dari dimensi perceived quality terhadap keputusan pembelian.

7. Sejauhmana pengaruh hasil (result) dari dimensi perceived quality terhadap keputusan pembelian.

8. Sejauhmana pengaruh antara perceived quality H&M terhadap keputusan pembelian

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metodologi kuantitatif dengan metode survey, metode pengumpulan data dengan cara menyebarkan kuesioner kepada pembeli produk H&M di Gandaria City, Jakarta. Peneliti memilih toko H&M Gandaria City karena ini merupakan toko pertama H&M di Indonesia dan dikunjungi banyak konsumen . Dengan jumlah sampel sebanyak 95 responden dan menggunakan teknik sampling purpossive sampling.

HASIL PENELITIAN

Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil pada variabel perceived quality (X) sebagai berikut:

1. Dimensi Kinerja

Dimensi ini merupakan karakteristik utama sebagai pertimbangan konsumen dalam membeli produk, hal ini berdasarkan aspek fungsional suatu produk. Kesimpulan dari pernyataan-pernyataan dalam dimensi kinerja menunjukksn bahwa 95 responden dengan nilai persentase 100% sangat setuju bahwa produk yang dikeluarkan oleh H&M selalu up to date dan mengikuti trend yang ada. Hal tersebut dikarenakan H&M dapat melibatkan karakteristik utama dari produknya sebagai merek yang mengeluarkan produk up to date dan sedang trend sehingga diminati oleh konsumennya.

2. Dimensi Pelayanan

Dimensi ini berkaitan dengan pelayanan suatu produk. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui sebanyak 71 responden dinyatakan tinggi dengan nilai presentase 74,7%. Hasil dari jawaban resonden menyatakan bahwa H&M memiliki pelayanan yang baik terhadap konsumennya. Hal ini dapat dilihat dari pramuniaga yang mengetahui product knowledge H&M dengan baik, cashier yang melayani konsumen dengan teliti dan ketersediaan

(7)

7

counter khusus penukaran barang. Jika dikaitkan dengan teori pada Bab II, H&M mampu memberikan pelayanan kepada produknya.

3. Dimensi Ketahanan

Dimensi ini berkaitan dengan keawetan suatu produk. Produk dapat dikatakan awet atau tahan lama jika sudah digunakan dalam jangka waktu lama tetapi masih bisa digunakan dengan baik. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui sebanyak 70 responden dengan nilai persentase 73,7% masuk kedalam kategori tinggi (6-8). Responden setuju dengan ketahanan yang diberikan H&M dalam produknya, baik dari segi kualitas bahan ataupun ketahanan jahitan. Hal ini dikarenakan H&M selalu ingin membelikan kualitas terbaiknya kepada konsumen sesuai dengan konsep bisnis dari H&M.

4. Dimensi Keandalan

Dimensi ini berkaitan dengan konsistensi suatu produk untuk memberikan kualitas yang sama pada setiap pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Berdasarkan hasil pernyataan pada dimensi ini, diketahui bahwa mayoritas responden dengan total persentase 76,8% masuk kedalam kategori tinggi (9-12) yang menyatakan bahwa H&M dapat diandalkan dalam konsistensinya memberikan kualitas yang sama pada setiap pembelian yang dilakukan konsumennya di setiap produk yang mereka pasarkan. Hal ini sesuai dengan teori pada Bab II tentang dimensi yang ada pada perceived quality. Selain itu, produsen perlu mempertahankan kualitas produknya, agar konsumen tidak merasa kecewa jika melakukan pembelian ulang.

5. Dimensi Karakteristik Produk (Features)

Dimensi ini menjelaskan tentang sifat fisik produk yang digunakan untuk menyempurnakan serta menambah ketertarikan konsumen terhadap produk. Menurut A. Aaker dalam Durianto (2004: 98), penambahan karakteristik ini digunakan sebagai pembeda yang penting ketika dua merek produk hampir sama. Berdasarkan hasil dari pada dimensi features, diketahui bahwa 66,3% responden masuk kedalam kategori tinggi (9-12) hal ini menyatakan bahwa H&M memiliki karakteristik produk yang dapat menyempurnakan produknya sehingga menambah ketertarikan konsumen terhadap produk H&M.

6. Dimensi Kesesuaian dengan Spesifikasi (Conformance quality)

Berdasarkan hasil jawaban responden pada dimensi kesesuaian spesifikasi, diketahui 89,5% responden masuk kedalam kategori tinggi (9-12) Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden setuju dengan pernyataan-pernyataan pada dimensi kesesuaian

(8)

8

dengan spesifikasi yaitu produk yang responden dapat sesuai dengan display, bahan yang digunakkan sesuai dengan keterangan pada label dan H&M memberikan keterangan yang jelas pada setiap produknya. Hal tersebut juga menjelaskan jika konsumen merasa bahwa H&M memberikan informasi yang sesuai dengan keadaan produknya. Hal ini sesuai dengan teori pada bab 2 yang menyatakan bahwa dimensi ini adalah pandangan mengenai kualitas proses manufaktur (tidak ada cacat produk) sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji.

7. Dimensi Hasil (Result)

Dimensi ini merupakan hasil akhir dari ke enam dimensi lainnya. Dimensi hasil, melibatkan perasaaan konsumen ketika menggunakan suatu produk. Berdasarkan hasil dari pernyataan-pernyataan pada dimensi ini, diketahui bahwa 80 responden dengan nilai persentase 84,2% masuk kedalam kategori tinggi (9-12), menunjukkan bahwa mayoritas responden setuju terhadap pernyataan-pernyataan pada dimensi result. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan jika responden memiliki rasa senang dan puas setelah menggunakan produk H&M. Hal ini dikarenakan H&M selalu memberikan yang terbaik bagi konsumennya dari segi kualitas, model dan pelayanan.

Selanjutnya dalam penelitian ini peneliti ingin membahas hasil penelitian dari variabel Y (keputusan pembelian), sebagai berikut:

1. Dimensi Faktor Kebudayaan

Dimensi pertama pada variabel Y ini menjelaskan bahwa ada pengaruh budaya pada perilaku konsumen. Produk dan jasa memainkan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi budayal, karena produk mampu membawa pesan makna budaya. Berdasaekan hasil perhitungan, 51,6% responden masuk kedalam kategori sedang dan 48,4% responden masuk kedalam kategori tinggi. Hal ini dikarenakan, kebudayaan mereka yang berada di kota Jakarta, dengan ciri-ciri masyarakat yang konsumtif sehingga membeli H&M merupakan sesuatu keperluan untuk memenuhi diri mereka. 2. Dimensi Faktor Sosial

Berdasarkan hasil perhitungan pada variabel ini, mayoritas responden berada pada kategori tinggi dengan nilai persentase 81,1% dinyatakan tinggi (12-16). Hal ini menyatakan bahwa kelompok referensi, keluarga, peran dan status dapat mempengaruhi respondenn dalam mengambil keputusan pembelian produk H&M. Sesuai dengan teori pada bab 2 bahwa para konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor sosial dalam lingkungan mereka dalam melakukan pembelian, hal ini dikarenakan konsumen

(9)

9

melakukan pertimbangan sebelum membeli sesuatu dan masukkan dari lingkungan sosial sangat berpengaruh

3. Dimensi Faktor Pribadi

Berdasarkan beberapa hasil penilaian dari pernyataan-pernyataan pada dimensi faktor pribadi diketahui mayoritas responden berada pada kategori tinggi (18-24) Dari skor dimensi dengan nilai persentase 76,8%), hal tersebut dikarenakan responden merasa produk H&M sesuai dengan usia, keadaan ekonomi, gaya hidup dan kepribadian mereka. Pemasar harus mampu mengidentifikasi faktor pribadi apa saja yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian, karena pribadi konsumen berbeda-beda.

4. Dimensi Faktor Psikologis

Berdasarkan pada teori pada bab 2 dimensi ini menjelaskan tentang beberapa hal yang mempengaruhi konsumen untuk memilih produk seperti motivasi dari dirinya dan persepsi yang diberikan terhadap produk tersebut. Hasil penilaian pada pernyataan-pernyataan dimensi faktor psikologis pada penelitian ini terdapat 60 responden dengan nilai persentase 55,8% dinyatakan tinggi (9-12). Menurut peneliti, hal ini dikarenakan responden mempersepsikan H&M sebagai produk dengan kualitas yang baik, sehingga memotivasi mereka untuk melakukan pembelian.

KESIMPULAN DAN SARAN

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perceived quality H&M terhadap keputusan pembelian dikalangan konsumen H&M Gandaria City. Peneliti menggunakan metodologi kuantitatif dengan metode survei, peneliti menyebarkan kuesioner kepada 95 respondenn yang berdasarkan rumus slovin dengan menggunakan 10% dalam kelonggaran ketidaktelitian permasalahan ini dari populasi 2000 orang. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling.

Penelitian ini menggunakan analisa korelasi Pearson Product Moment dan regresi linear sederhana untuk mengetahui pengaruh perceived quality H&M terhadap keputusan pembelian dikalangan konsumen H&M Gandaria City, dengan korelasi sebesar 0,423. Nilai ini menunjukkan adanya korelasi yang sedang karena berada pada interval 0,40 – 0,599.

Sedangkan berdasarkan analisa pengaruh menggunakan regresi linear sederhana menunjukkan bahwa R = 0,423 dan nilai R² ( R square) dari tabel Model Summary sebesar 0,218. Angka ini menunjukkan hanya 21,8% yang dapat memberikan pengaruh terhadap

(10)

10

keputusan pembelian pada konsumen. Jadi, terdapat 78,2% faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian pada penelitian ini

Berdasarkan penelitian ini, peneliti mempunyai kesimpulan bahwa perceived quality mempunyai pengaruh yang sedang terhadap keputusan pembelian. Hal ini dibuktikan 59 jawaban respondenn masuk kedalam frekuensi tinggi dengan nilai persentase 62,1%. Responden memberikan penilaian terhadap perceived quality dari H&M untuk melihat pengaruh perceived quality H&M terhadap keputusan pembelian konsumen mayoritas berasa di kategori tinggi. Sedangkan 53,7% responden dalam keputusan pembelian masuk kedalam tingkat tinggi tingkat. Ini membuktikan bahwa respondenn memutuskan untuk membeli produk H&M ketika sudah mempersepsikan produk tersebut.

Peneliti ingin memberikan saran bahwa penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang mempunyai tema sama seperti penelitian ini, terutama penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif lebih spesifik dan lebih jelas karena terdiri dari angka-angka yang akurat dan penelitian ini lebih spesifik mengulas faktor yang berhubungan dengan perceived quality dan keputusan pembelian.

Didalam penelitian ini diperoleh hasil 21,8% yang dapat memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian pada konsumen. Jadi, terdapat 78,2% faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian pada penelitian ini, disarankan agar penelitian selanjutnya dapat mengungkap 78,2% faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian

Adapun saran bagi siapa saja yang melakukan penelitian serupa, peneliti menyarankan pada proses pengetahuan khalayak terhadap perceived quality dan pengaruhnya kepada keputusan pembelian. Peneliti mengharapkan pula dapat ditelaah lebih dalam dan lebih lengkap, karena masih banyak yang harus diperjelas agar lebih sempurna.

(11)

11

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Durianto, Darmadi, Sugiarto dan lie Joko Budiman. 2004. Brand Equity Ten: Stategi memimpin Pasar. PT Gramedia Pustaka Utama

Kotler, Philip & Kevin Lane Keller (2006). Marketing Management. Twelfth Edition, Pearson

Rangkuti, Freddy (2004). The Power of Brands: Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek (Plus Analisis Kasus dengan SPSS). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Setiadi, Nugroho J. (2003). Perilaku Konsumen. Jakarta: Kencana.

Website:

www.about.hm.com

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, peneliti akan mengadakan penelitian mengenai faktor- faktor yang membentuk kontrak psikologis dalam organisasi mahasiswa BPMU Universitas Katolik

Hasil analisa IFE, EFE dan analisa IE dijadikan input dalam analisa matriks QSPM untuk memilih strategi mana yang akan diterapkan. Dari Tabel 12 terlihat strategi penerapan

Setiap memasuki awal semester baru, mahasiswa diwajibkan melakukan registrasi mata kuliah yang akan diambil dalam satu semester kedepan. Registrasi dilakukan di

Tetapi jumlah penerima pesan terbatas hanya 20 nomor untuk 1 kali kirim belum lagi anggota dewan yang memiliki lebih dari satu nomor telepon sehingga humas mengirim pesan

kecuali kedudukan hukum bagi orang-orang Kristen Pribumi yang harus diatur dengan ordonansi, ialah semua orang yang termasuk penduduk asli Hindia Belanda dan tidak pindah ke

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN (Studi Analisis Terhadap Tahap Implementasi Kebijakan Charles O. Jones Dengan Faktor Pendukung George E. Edward III).. Diterbitkan pertama kali

Setelah dilakukan perbaikan pada VN line 5, dari data line layout produk type VN Line 5 pada lampiran 5, hal : 112 dapat dilihat terjadi perubahan jumlah operator yang digunakan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh