• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

A. Persediaan

1. Pengertian Persediaan

Adanya persediaan sangat menunjang kelancaran operasional perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus benar-benar teliti dalam menangani persediaan. Menurut Siagian (2007:3), mengemukakan bahwa persediaan adalah “Bahan atau barang yang disimpan untuk tujuan tertentu, antara lain untuk proses produksi, jika berupa bahan mentah maka akan diproses lebih lanjut, jika berupa komponen (Spare part) maka akan dijual kembali menjadi barang dagangan”. Sedangkan menurut Rangkuti (2007:2) menyatakan bahwa persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu. Selain itu, Werren (2008:17) menyatakan bahwa persediaan adalah barang dagangan yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan tersebut. Kemudian Indrajit dan Djokopranoto (2007:5) menyatakan “Barang persediaan adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai dan ditata usahakan dalam buku

(2)

perusahaan.”

Dari beberapa pengertian persediaan tersebut diatas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa persediaan adalah “Faktor utama dari modal kerja perusahaan yang selalu mengalami perputaran dan perubahan sehingga harus dikelola dengan baik.”

2. Jenis-Jenis Persediaan

Setiap jenis persediaan memilki karakteristik tersendiri dan cara pengelolaan yang berbeda. Rangkuti (2007:15) memaparkan persediaan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis :

a. Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-barang berwujud seperti besi, kayu, serta komponen-komponen lain yang digunakan dalam proses produksi.

b. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased part/components) yaitu, persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain yang secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.

c. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi bukan merupakan bagian atau komponen barang jadi.

d. Persediaan barang dalam proses (work in process) yaitu, persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

(3)

e. Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu, persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual atau dikirim kepada pelanggan.

3. Biaya Dalam Persediaan

Salah satu tujuan persediaan adalah mendapatkan biaya yang minimum. Oleh karena itu, menurut Nasution dan Prasetyawan (2008:21) dalam menentukan biaya persediaan perlu diketahui bahwa biaya-biaya yang mencakup dalam persediaan sebagai berikut:

a. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost) yaitu, terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang ternasuk sebagai biaya penyimpanan adalah: 1) Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan

pendingin ruangan dan sebagainya)

2) Biaya modal (opportunity cost of capital) yaitu, alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan

3) Biaya Keuangan

4) Biaya perhitungan fisisk 5) Biaya asuransi persediaan 6) Biaya pajak persediaan

7) Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan 8) Biaya penanganan persediaan dan sebagainya

(4)

Biaya-biaya tersebut diatas merupakan variabel apabila bervariasi dengan tingkat persediaan. Apabila biaya fasilitas penyimpanan (gudang) tidak variabel, tetapi tetap, maka tidak dimasukkan dalam biaya penyimpanan perunit. Biaya penyimpanan persediaan berkisar antara 12 sampai 40 persen dari biaya atau harga barang. Untuk perusahaan manufacturing biasanya, biaya penyimpanan rata-rata secara konsisten sekitar 25 persen.

b. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering cost atau procurement cost). Biaya-biaya ini meliputi :

1) Pemprosesan pesanan dan biaya ekspedisi 2) Upah

3) Biaya telepon

4) Pengeluaran surat menyurat

5) Biaya pengepakan dan penimbangan 6) Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan 7) Biaya pengiriman ke gudang

8) Biaya utang lancar dan sebagainya

Pada umumnya biaya pemesanan (di luar biaya bahan dan potongan kuantitas) tidak naik apabila kuantitas pemesanan bertambah besar. Tetapi, apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun, maka biaya pemesanan total akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan total per periode (tahunan) sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya

(5)

yang dikeluarkan setiap kali pesan.

c. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage cost) adalah biaya yang timbul apabila persiapan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan, antara lain yaitu:

1) Kehilangan penjualan 2) Kehilangan pelanggan 3) Biaya pemesanan khusus 4) Biaya ekspedisi

5) Selisih Harga

6) Terganggunya Operasi

7) Tambahan pengelaran kegiatan manajerial dan sebagainya

Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek, terutama karena kenyataannya biaya ini sering merupakan opportunity cost yang sulit diperkirakan secara objektif.

4. Fungsi Persediaan

Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau mempelancar jalannya operasi perusahaan/pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta menyampaikannya pada para pelanggan atau konsumen.

Menurut Rangkuti (2007:15) mengemukakan bahwa Fungsi-fungsi persediaan oleh suatu perusahaan/pabrik, terdiri dari:

(6)

Pada fungsi Decoupling merupakan persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan proses-proses individual perusahaan terjaga “kebebasannya”. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para pelanggan. Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut fluctuation stock.

b. Fungsi Economic Lot Sizing

Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan sebagainya).

Lot sizing merupakan teknik dalam meminimalkan jumlah barang yang akan dipesan, sehingga dapat meminimalkan total biaya persediaan (Rangkuti, 2007). Objek utama dalam manajemen persediaan adalah untuk menghitung tingkat persediaan yang optimum sesuai dengan jumlah permintaan dan kapasitas dari perusahaan.

(7)

hal yang cukup sulit karena sangat bergantung pada hal-hal seperti berikut: 1) Variansi dari kebutuhan

2) Ukuran periode yang tepat (mingguan, bulanan, atau tahunan) 3) Perbandingan biaya dalam kebutuhan persediaan

Hal inilah yang dapat mempengaruhi keefektifan dan keefesienan antara metode yang satu dengan metode lainnya. Oleh karena itu harus ada perbandingan penggunaan metode untuk melihat metode yang tepat bagi perusahaan. Dalam lot sizing terdapat beberapa metode yang dapat digunakan. Diantaranya metode economic order quantity (EOQ) dan metode period order quantity (POQ).

c. Fungsi Antisipasi

Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yanag dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-ata masa lalu, yaitu permintaan musiman.dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasional inventories).

5. Pengertian Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan (Inventory Control) adalah penentuan suatu kebijakan pemesanan dalam antrian, kapan bahan itu dipesan dan berapa banyak yang dipesan secara optimal untuk dapat memenuhi permintaan, atau dengan kata lain pengendalian persediaan yaitu suatu usaha atau kegiatan untuk menentukan tingkat optimal dengan biaya persediaan yang minimum sehingga perusahaan dapat berjalan lancar.

(8)

penting bagi perusahaan. Karena persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku yang terlalu besar dibandingkan kebutuhan perusahaan akan menambah beban bunga, biaya penyimpanan dan pemeliharaan dalam gudang, serta kemungkinan penyusutan dan kualitas yang tidak bias dipertahankan, sehingga akan mengurang keuntungan perusahaan. Sebaliknya persediaan bahan yang terlalu kecil akan mengakibatkan kemacetan dalam produksi sehingga perusahaan akan mengalami kerugian juga.

Apabila persediaan bahan paling besar atau penentuan tingkat persediaan yang salah dapat berakibat buruk dan menimbulkan perusahaan antara lain disebabkan oleh :

a. Penimbunan persediaan mengakibatkan modal tertanam terlalu besar b. Keputusan memesan atau membeli barang berulang-ulang dalam jumlah

kecil mengakibatkan biaya pemesanan menjadi besar.

c. Kekurangan persediaan yang mengakibatkan terhambatnya kegiatan produksi

Sebaliknya apabila persediaan bahan yang terlalu kecil maka akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan antara lain disebabkan oleh:

a. Kemacetan dalam produksi b. Ongkos pemesanan

c. Ongkos kekurangan persediaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku adalah: a. Perkiraan pemakaiaan

(9)

b. bahan baku

c. Biaya-biaya dari persediaan yang meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan

d. Pemakaian senyatanya, artinya pemakaian yang real yang sesuai dengan data perusahaan

e. Waktu tunggu (lead time), yaitu waktu yang diperlukan untuk memesan barang sampai barang tersebut tiba. Waktu tunggu ini tidak selamanya konstan, cenderung bervariasi karena tergantung dari jumlah barang yang dipesan dan waktu pemesanan.

6. Tujuan Pengendalian Persediaan

Tujuaan pengendalian persediaan adalah memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat dari bahan-bahan atau barang-barang yang tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan biaya-biaya yang minimum untuk keuntungan atau kepentingan perusahaan. Menurut Ginting (2007:125) menjelaskan bahwa tujuan dari pengendalian persediaan adalah:

a. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehingga menginginkan persediaan dalam jumlah yang banyak.

b. Produksi ingin beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order produksi yang tinggi akan menghasilkan persediaan yang besar. Di samping itu juga produksi menginginkan persediaan bahan baku setengah jadi atau komponen yang cukup sehingga proses produksi tidak terganggu karna kekurangan bahan.

(10)

persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan PHK tidak perlu dilakukan.

B. Economic Order Quantity (EOQ)

1. Definisi Economic Order Quantity (EOQ)

Metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah salah satu metode dalam manajemen persediaan yang klasik dan sederhana. Perumusan metode EOQ pertama kali ditemukan oleh FW Harris pada tahun 1915, tetapi metode ini sering disebut EOQ Wilson Karena metode ini dikembangkan oleh seorang peneliti bernama Wilson pada tahun 1934. Metode ini digunakan untuk menghitung minimalisasi total biaya persediaan berdasarkan persamaan tingkat atau titik equlibrium kurva biaya simpan dan biaya pesan (Divianto, 2011).

Menurut Hansen dan Mowen (2005: 473), Economic Order Quantity (EOQ) atau kuantitas pesanan ekonomis adalah sebuah contoh dari system persediaan yang bertujuan menentukan kuantitas pesanan yang akan meminimalkan total biaya.

Metode EOQ mengasumsikan permintaan secara pasti dengan pemesanan yang dibuat secara konstan serta tidak adanya kekurangan persediaan. Hal ini pun dikemukakan oleh Rangkuti (2007) tentang asumsi yang harus dipenuhi dalam metode EOQ, yaitu :

a. Tingkat permintaan datang secara konstan, berulang-ulang dan diketahui. b. Tidak diperbolehkan terjadinya kehabisan persediaan

(11)

d. Biaya pemesanan setiap unit adalah konstan e. Barang yang dipesan tunggal

Tetapi dalam kenyataannya asumsi-asumsi di atas tidak dapat dipenuhi semuanya, karena kondisi dan keadaan yang terkadang bisa terjadi tiba-tiba. Oleh karena itu metode Economic Order Quantity (EOQ) mengalami pengembangan yang disesuaikan dengan kondisi dan keadaan dari perusahaan itu sendiri.

Dari uaraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Economic Order Quantity (EOQ) merupakan suatu metode pembelian dengan meminimalkan biaya persediaan.

2. Kebijakan Economic Order Quantity (EOQ)

Untuk mengoptimalkan pembelian produk yang dapat menekan biaya persediaan sehingga terwujud efisiensi persediaan bahan baku, perusahaan perlu menentukan kebijakan Economic Order Quantity (EOQ), Safety Stock (SO), dan Reorder Point (ROP) sebagai berikut:

a. Menentukan Jumlah Bahan Baku yang Ekonomis (EOQ)

Dalam rangka proses produksi, setiap perusahaan manufaktur akan melakukan pembelian bahan baku. Pembelian bahan baku tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan selama satu periode tertentu dengan biaya minimal agar perusahaan tidak kekurangan bahan baku. Agar pembelian (carrying) dan persediaan bahan baku (ordering cost) optimal, dalam perhitungan biaya dapat digunakan metode Economic Order Quantity (EOQ), yaitu jumlah atau kuantitas bahan

(12)

baku yang dapat diperoleh dengan biaya minimal.

Adapun Economic Order Quantity (EOQ) dipengaruhi oleh beberapa unsur yaitu biaya penyimpanan per unit, biaya pemesanan per pesan, kebutuhan bahan baku untuk satu periode, dan harga pembelian

b. Menentukan Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Dalam perusahaan manufaktur diperlukan ketersediaan bahan baku untuk menjamin kelancaran produksi. Persediaan pengaman adalah persediaan ekstra yang disimpan sebagai jaminan atas fluktuasi permintaan (Hansen dan Mowen, 2005 : 474). Sedangkan menurut Martono dan Harjito (2008: 88) juga berpendapat bahwa persediaan pengaman adalah persediaan minimal yang ada diperusahaan untuk berjaga-jaga apabila perusahaan kekurangan barang atau ada keterlambatan bahan yang dipesan sampai diperusahaan.

Atas dasar beberapa pendapt tersebut dapat disimpulkan bahwa persediaan pengaman merupakan jumlah persediaan bahan baku minimal yang harus ada untuk menjaga kemungkinan keterlambatan bahan baku yang akan dibeli perusahaan, karena pada kenyataannya jumlah bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi tidak selalu tepat seperti direncanakan. Menurut Hansen dan Mowen (2005:475) persediaan pengaman (Safety stock) dapat dihitung melalui perkalian tenggang waktu dengan selisih antara tingkat penggunaan bahan baku maksimal dan tingkat rata-rata penggunaan.

(13)

Perusahaan juga harus menentukan titik pemesanan kembali (Reorder Point) apabila besar persediaan pengaman telah diketahui. Hansen dan Mowen (2005:470), mengatakan bahwa Reorder Point adalah Titik waktu dimana sebuah pesanan baru harus dilakukan (Persiapan dimulai). Pendapat tersebut hamper sama dengan pendapat Martono dan Harjito (2008:88) bahwa Reorder point adalah saat harus diadakan pesanan lagi sehingga penerimaan bahan yang dipesan tepat pada waktu persediaan diatas Safety Stock sama dengan nol. Adapun menurut Carter (2009:319), titik pemesanan kembali yang disebutnya sebagai reorder point adalah saat jumlah persediaan yang tersedia dan jumlah persediaan yang akan diterima sama dengan jumlah persediaan yang akan digunaka selama waktu tunggu dan jumlah persediaan pengaman.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa titik pemesanan kembali atau reorder point adalah saat perusahaan harus mengadakan pemesanan kembali bahan baku sehingga datangnya pesanan tersebut tepat dengan habisnya bahan baku yang ada dalam persediaan pengaman. Titik pemesanan kembali bahan baku perlu ditentukan dengan cermat karena kekeliruan pemesanan bahan baku dapat mengakibatkan proses produksi terganggu.

Menurut Martono dan Harjito (2008:88) dalam menentukan titik pemesanan kembali perlu diperhatikan dua faktor berikut, yaitu :

(14)

Lead Time adalah masa tunggu sejak pesanan bahan dilakukan sampai dengan bahan tersebut tiba diperusahaan. Waktu tunggu berbeda-beda antara barang yang satu dengan yang lainnya. Disamping itu, waktu tunggu juga ditentukan oleh jarak antara perusahaan dan sumber bahan, alat transportasi, dan sebagainya. Selama waktu tunggu, proses produksi diperusahaan tidak boleh terganggu. Oleh karena itu, penggunaan bahan selama waktu tunggu perlu diperhitungkan dengan cermat sehingga perusahaan tidak sampai kekurangan bahan.

2) Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Safety Stock yaitu persediaan minimal yang ada dalam perusahaan untuk berjaga-jaga apabila perusahaan kekurangan barang atau ada keterlambatan bahan yang dipesan sampai diperusahaan.

Menurut Kholmi (2008) faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman adalah :

a) Penggunaan bahan baku rata-rata. b) Faktor waktu/kadaluarsa

c) Biaya-biaya yang dibutuhkan dalam menyediakan bahan baku. Sedangkan hal yang harus dipenuhi dalam menyediakan persediaan pengaman adalah:

a) Persediaan yang minimum b) Besarnya permintaan pesanan

(15)

Besarnya safety stock tergantung pada ketidakpastian pasokan bahan baku maupun permintaan. Pada situasi normal, ketidakpastian pasokan bahan baku diwakili dengan standar deviasi leadtime, yaitu waktu antara perusahaan memesan sampai dengan bahan baku tersebut diterima. Sedangkan ketidakpastian permintaan biasanya diwakili dengan standar deviasi permintaan perperiode. Kalau permintaan perperiode maupun leadtime sama-sama konstan maka tidak diperlukan adanya safety stock karena bahan baku datang pada saat persediaan di gudang sama dengan nol.

Untuk mencegah kekurangan bahan (stock out) selama waktu menunggu pesanan inventory diperlukan persediaan penyelamat. Dengan adanya persediaan penyelamat, maka proses produksi dapat berjalan terus walaupun persediaan bahan baku telah habis. Persediaan penyelamat dalam suatu perusahaan akan menambah besarnya persediaan bahan baku dan dana yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan bahan baku dalam perusahaan yang bersangkutan. Kemungkinan terjadinya stock out disebabkan penggunaan bahan baku yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan.

Besarnya bahan baku dapat ditentukan dari penyimpangan pemakaian persediaan bahan baku pada waktu yang lalu dibandingkan dengan perkiraan pemakaiannnya. Untuk menghindari terjadinya kehabisan persediaan (out of stock) dan untuk

(16)

meminimalkan biaya penyimpanan, pesanan harus dilakukan sehingga tiba pada saat unit terakhir dalam persediaan digunakan. Menurut Hansen dan Mowen (2005:474), menghitung titik pemesanan kembali (Reorder Point) dapat dilakukan dengan mengalikan tingkat penggunaan bahan baku dengan tenggang waktu (lead time)

3. Efisiensi Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Economic Order Quantity (EOQ) merupakan suatu metode pembelian bahan baku yang optimal yang dilakukan pada setiap kali pembelian dengan biaya persediaan. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Harahap dan Indra (2008:4) menyimpulkan bahwa Economic Order Quantity (EOQ) memilki beberapa efisiensi sebagai berikut :

a. Jumlah barang yang dipesan pada setiap pemesanan selalu konstan b. Permintaan konsumen, biaya pemesanan, biaya transportasi, dan waktu

antara pemesanan barang sampai dengan barang tersebut dikirim dapat diketahui secara pasti dan bersifat konstan

c. Harga per unit barang konstan dan tidak memengaruhi jumlah barang yang akan dipesan nantinya.

d. Pada saat pemesanan barang tidak terjadi kehabisan barang atau back order yang menyebabkan perhitungan menjadi tidak tepat

e. Biaya penyimpanan per unit per tahun konstan. 4. Penentuan Economic Order Quantity (EOQ)

(17)

Qopt sering disebut Economic Order Quantity (EOQ), yaitu jumlah unit yang dipesan pada biaya yang paling murah ( ekonomis ) atau optimal. Model ini memakai asumsi sebagai berikut :

a. Permintaan selama satu tahun ( D ) diketahui tetap dan tidak berubah. b. Harga sediaan ( C ) diketahui tetap dan tidak berubah.

c. Sediaan dianggap selalu tersedia sehingga dapat diperoleh setiap dibutuhkan.

d. Biaya sediaan diketahui tetap dan tidak berubah.

Berdasarkan asumsi diatas, maka faktor yang dianggap berubah - rubah ialah kuantitas pemesanan ( Q ), yang tergantung pada nilai faktor : D, C, dan biaya-biaya sediaan.

Menurut Sutrisno (2011:99), “setelah jumlah bahan yang dibeli dengan minimal ditentukan, masalah selanjutnya yang muncul adalah kapan perusahaan harus memesan kembali agar perusahaan tidak sampai kehabisan bahan. Rumus yang digunakan untuk menghitung Economic Order Quantity (EOQ) adalah sebagai berikut : Qopt = √2 𝐷𝑆 𝐻 atau EOQ = √ 2 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑠𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑥 % 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑎𝑛 Dimana :

D = (demand rate) atau kebutuhan sediaan S = (Setup Cost) atau biaya pemesanan H = (Holding Cost) atau biaya penyimpanan

(18)

Untuk menganalis titik pemesanan kembali dengan titik ROP, dengan rumus : ROP = Load Time x Kuantitas pemakaian perhari

C. Jumlah Periode Pemesanan (Periodic Order Quantity) 1. Kegunaan Periodic Order Quantity (POQ)

Periodic Order Quantity (POQ) digunakan untuk menentukan jumlah periode permintaan pemesanan persediaan bahan baku. Periodic Order Quantity (POQ) menggunakan logika yang sama dengan Economic Order Quantity (EOQ), tetapi mengubah jumlah pemesanan dalam unit menjadi jumlah periode pemesanan, yang hasilnya interval pemesanan tetap atau jumlah interval pemesanan tetap dengan bilangan bulat, untuk menentukan jumlah pemesanan system Periodic Order Quantity (POQ) cukup dengan memproyeksi jumlah kebutuhan setiap periode.

Sistem Periodic Order Quantity (POQ) adalah berdasarkan atas tinjauan periodik terhadap posisi persediaan. Penentuan kapan melakukan pemesanan dan berapa banyaknya yang harus dipesan tidak terikat pada permintaan melainkan pada tinjauan secara periodik.

2. Penentuan Periodic Order Quantity (POQ)

Metode Periodic Order Quantity (POQ) digunakan dalam menentukan jumlah pemesanan per periode tertentu. Metode Periodic Order Quantity (POQ) sebenarnya adalah pengembangan dari metode Economic Order Quantity (EOQ). Periodic Order Quantity (POQ) menggunakan logika yang sama dengan Economic Order Quantity (EOQ), tetapi Periodic Order

(19)

Quantity (POQ) mengubah jumlah pemesanan menjadi jumlah periode pemesanan. Hasilnya adalah interval pemesanan tetap dengan bilangan bulat (integer). Untuk menentukan jumlah pemesanan system Periodic Order Quantity (POQ) cukup dengan memproyeksikan jumlah kebutuhan setiap periode. Jika pada metode Economic Order Quantity (EOQ) jumlah barang setiap pemesanan adalah konstan, maka pada metode Periodic Order Quantity (POQ) ini interval periode pemesanan juga konstan.

Metode Periodic Order Quantity (POQ) merupakan salah satu pengembangan dari metode Economic Order Quantity (EOQ), yaitu dengan menstransformasi kuantitas pemesanan menjadi frekuensi pemesanan yang optimal (Divianto, 2011). 1 𝐷̿̅ √ 2. 𝑃. 𝐷̅ 𝑆 Keterangan :

POQ : Frekuensi pemesanan bahan baku

P : Biaya pemasangan bahan baku untuk tiap kali pesan D : Permintaan rata-rata perhorizon waktu perencanaan

D : Permintaan atau pemakaian rata-rata bahan baku perputaran produksi penjualan.

S : Biaya simpan bahan baku / produk

Menurut Rangkuti (2007:54) besarnya Periodic Order Quantity (POQ) dapat ditentukan pada Interval pemesanan ekonomis (Economic Order Interval / EOI) dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:

(20)

EOI = 𝐸𝑂𝑄𝐷 = √ 2 ∗ 𝑆𝐷 ∗ 𝐻

dimana:

EOI = interval pemesanan ekonomis dalam satu periode S = biaya pemesanan setiap kali pesan

H = biaya simpan per unit = I*C D = rata-rata permintaan per periode

Pemesanan optimal untuk Model P ini dapat dilakukan melalui rumus berikut ini: q = d(T+L) + zσT+L - I dimana: q = jumlah pemesanan d = rata-rata permintaan T = waktu tinjauan L = lead time

z = tingkat kepercayaan/probabilitas standar deviasi σT+L = standar deviasi

I = tingkat persediaan sekarang

3. Kelebihan dan kelemahan Periodic Order Quantity (POQ) a. Kelebihan Periodic Order Quantity (POQ)

Kelebihan pada metode Periodic Order Quantity (POQ) ini adalah mengurangi kemungkinan perusahaan kehabisan stock dengan mengambil dasar perhitungan pada metode pemesanan ekonomis maka akan diperoleh besarnya jumlah pesanan yang harus dilakukan.

(21)

Persediaan diawasi dan setiap periode tertentu ditambah agar persediaan tetap berada pada tingkat tertentu seperti yang telah ditagetkan.

b. Kelemahan Periodic Order Quantity (POQ)

Kelemahan Periodic Order Quantity (POQ) adalah penggunaan atau permintaan tahunan diasumsikan konstan atau continue, tetapi dalam prakteknya tidak konstan dan tidak continue. Onkos-ongkos pemesanan dan penyimpanan bahan baku diasumsikan konstan dan diketahui secara akurat, tetapi dalam kenyataannya sulit dipenuhi. Ongkos-ongkos paling sering dinyatakan sebagai total atau rata-rata, bukan ongkos marginal, dalam praktek ongkos marginal lebih penting dalam memberikan informasi bagi pembuatan keputusan manajemen inventory.

Pengisian diasumsikan untuk item tunggal, tetapi dalam kenyataannya banyak item inventory yang perlu diisi kembali. Pengisian kembali inventory diasumsikan terjadi dengan segera, tetapi dalam kenyataannya membutuhkan waktu tunggu yang dapat bervariasi lamanya. Dalam pengendalian persediaan bahan baku dapat diterapkan untuk periode jangka panjang karena fluktuasi harga saham jangka panjang yang tinggi, dimana fluktuasi harga yang tinggi tersebut dapat menyebabkan terjadinya kelangkaan persediaan bahan baku dipasar. E. Penelitian Terdahulu

(22)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Metode

Penelitian Hasil Riset 1 Desi Efrianti, 2014 PENGARUH PENGENDALIAN PERSEDIAAN JUST IN TIME TERHADAP EFISIENSI PENGADAAN BAHAN BAKU (STUDI KASUS PADA CV JAWARA KARSA AGUSTO) Metode komparatif, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk melihat dan membandingkan pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya, dalam hal ini variabel Efisiensi Pengadaan Bahan Baku sebagai variabel Dependen dan variabel J.I.T sebagai variabel Independen

Saat JIT diterapkan total pembelian selama

setahun Rp

2.028.882.720 yang artinya

terdapat efisiensi sebesar Rp 366.245.280 dari total pembelian semula sebesar Rp 2.395.128.000.

Dan pengendalian persediaan JIT yang memberi efisiensi terbesar atas pengadaan bahan baku CV Jawara Karsa Agusto,

yaitu Rp 366.245.280 dalam satu tahun.

2 Gede Agus Darmawan, 2015 PENERAPAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DALAM PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEPUNG

PADA USAHA PIA

ARIAWAN DI DESA BANYUNING Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan perhitungan menggunakan metode economic order quantity (EOQ). Dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) menghasilkan total biaya persediaan bahan baku sebesar Rp 527.266,71, sehingga efisiensi yang dapat diperoleh dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) adalah

(23)

TAHUN 2013 sebesar Rp 531.835,29. 3 Wahyu Tri Pamungkas, 2012 ANALISIS PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE EOQ, STUDI KASUS PADA PT MISAJA MITRA CO.LTD. Penelitian yang diakukan secara intensif, terinci dan mendalam menggunakan data sekunder, yang dihitung dalam satuan kg, pada EOQ, reorder point & Safety Stock.

Hasil yang diperoleh mengenai total biaya persediaan bahan baku menurut EOQ yaitu : penghematan bahan baku pada thn 2008 ( By.1017900435, EOQ : 714.137.415, Hemat : 303.763.020), pada thn 2009 (By.1.298.678.784, EOQ : 905.225.018, Hemat : 776.901.043), pada thn 2010 (By : 1.378.049.664, EOQ : 916.481.916, Hemat : 411.567.748), pada thn 2011 (Biaya : 1.809.501.042, EOQ : 1.175.858.500, Hemat : 633.642.542).

4 Henmaidi,2007 EVALUASI DAN PENENTUAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KANTONG SEMEN TIPE PASTED PADA PT. SEMEN PADANG Perhitungan nilai perputaran persediaan atau Inventory Turn Over (ITO) digunakan untuk mengukur performansi persediaan PT.Semen Padang

Hasil simulasi awal diperoleh ratarata persediaan sebesar 388 ton dengan nilai Rp. 2.500.000.000,-. Hasil eksperimen dengan menggunakan

metode EOQ dan POQ diperoleh rata rata persediaan sebesar 166 dan 204

ton dengan nilai Rp. 1.220.000.000,-

(24)

5 Walter Zinn, 2005 A COMPARISON OF THE ECONOMIC ORDER QUANTITY AND QUICK RESPONSE INVENTORY REPLENISHMENT METHODS (PERBANDINGAN JUMLAH PESANAN EKONOMI DAN CEPAT TANGGAP PADA METODE PERSEDIAAN DEPOSIT) QR method ignores three variables included in the EOQ: the cost of an order, the product's unit value, and the unit cost of holding

inventory Note that there are

EOQ models available that include safety stock in the computation of the EOQ. However, these models are outside the scope of this research in that we consider base stock only. (Menggunakan metode QR dengan 3 variabel (biaya pesanan, nilai unit produk, & biaya satuan persediaan)

The time between deliveries, especially when short, has a significant upward impact on the ordering cost in QR. Therefore, the shorter the time between deliveries, the greater the advantage of adopting the EOQ, although this result is also strongly affected by the cost of an order, as explained earlier. (Waktu antara pengiriman, terutama ketika pendek, memiliki dampak yang signifikan terhadap kenaikan biaya pemesanan dalam QR. Oleh karena itu, semakin pendek waktu antara pengiriman, semakin besar keuntungan dari mengadopsi EOQ, meskipun hasil ini juga sangat dipengaruhi oleh biaya pesanan,)

Sumber : Dari beberapa jurnal yang relevan F. Rerangka Pemikiran

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil riset terdahulu, maka penulis dapat menguraikan rerangka pemikiran, sebagai berikut:

(25)

Penentuan besarnya persediaan sangat penting bagi perusahaan, karena persediaan berdampak langsung terhadap keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam menentukan besarnya persediaan akan menekan keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku yang terlalu besar dibandingkan kebutuhan perusahaan akan menambah biaya untuk persediaan seperti biaya pemesanan (ordering costs) dan biaya penyimpanan (carrying costs), serta kemungkinan terjadinya keusangan dan kualitas yang tidak bisa dipertahankan, sehingga semuanya ini dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Demikian pula sebaliknya, persediaan bahan baku yang terlalu kecil dalam perusahaan akan mengakibatkan kemacetan dalam proses produksi, sehingga perusahaan akan mengalami kerugian juga.

Diantara berbagai metode yang ada, peneliti lebih tertarik pada metode Economic Order Quantity (EOQ) dan Periodic Order Quantity (POQ) karena metode ini lebih popular dan lebih sering diterapkan diberbagai perusahaan. Selain itu, peneliti mengangkat metode Economic Order Quantity (EOQ) dan Periodic Order Quantity (POQ) karena metode ini dapat menjawab pertanyaan mengenai kondisi yang sering terjadi di perusahaan, yakni menentukan besar persediaan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan yakni tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu rendah sehingga dapat menekan kerugian yang terjadi di perusahaan akibat kurang tepatnya perusahaan mengolah persediaan di perusahaan mereka.

Maka melihat hal ini, peneliti bermaksud untuk membandingkan metode Economic Order Quantity (EOQ) dan Periodic Order Quantity (POQ) ini untuk

(26)

mengetahui metode yang terbaik diterapkan pada PT Kawan Lama Internusa. Perbandingan kedua metode ini ditinjau dari beberapa aspek yaitu permintaan kebutuhan produk, jumlah pemesanan produk tahun 2015, efisiensi, pengelolaan persediaan hingga terjadi total cost dalam suatu periode, yang hasilnya dapat dianalisis.

Dari uraian tersebut diatas erangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

PERSEDIAAN BARANG

Permintaan Kebutuhan Produk

POQ

EFISIENSI

Data Penjualan Dalam Unit / Tahun

Pengelolaan Persediaan EOQ Total Cost Periode ANALISIS DATA

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu  No.  Nama Peneliti  Judul  Metode
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN PAKEM MELALUI STRATEGI MASTER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Data hasil pretes dan postes yang telah diperoleh akan dianalisis untuk melihat bagaimana efektivitas model pembelajaran reflektif untuk meningkatkan pemahaman

Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas aman

In measuring phase the sequences (i.e. patterns) of HO and LAU zones can be determined and stored in database on each road. There are operating solutions and IPRs based

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Dosen dapat melihat informasi tentang Analisa dari setiap akademik dan Bank Data yang dapat ditampilkan dalam model analisa berupa bagan (Chart). Analisa

Berdasarkan hasil pembahasan yang dikemukakan dalam laporan akhir ini, kesimpulan yang didapatkan ialah untuk tingkat likuiditas perusahaan dianggap likuid tetapi