• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT

A. Kegiatan Belajar - Konsep Future Value - Konsep Present Value

- Metode Nilai Bersih Sekarang

- Metode IRR (Internal Rate Of Return) - Metode Rasio Manfaat Biaya

- Langkah-Langkah Dalam Evaluasi Suatu Proyek/Kegiatan - Analisis Biaya Dan Manfaat Proyek Pemerintah

B. Capaian Pembelajaran

Setelah menyelesaikan seluruh kegiatan belajar pada modul ini mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep future value, konsep present value, metode nilai bersih sekarang, metode IRR (internal rate of return), metode rasio manfaat biaya serta langkah-langkah dalam evaluasi suatu proyek/kegiatan

Untuk membantu saudara dalam melakukan pembelajaran, maka dalam modul ini disiapkan soal latihan baik dalam bentuk essay maupun pilihan ganda. Saudara dapat mengerjakan soal-soal tersebut guna mengetahui kemampuan saudara dalam penguasaan materi dalam modul ini.

C. Proses Pembelajaran

Analisis manfaat dan biaya digunakan untuk mengevaluasi penggunaan sumber-sumber ekonomi agar sumber-sumber yang langka tersebut dapat digunakan secara efisien. Pemerintah mempunyai banyak program atau proyek yang harus dilaksanakan sedangkan biaya yang tersedia sangat terbatas. Dengan analisis ini pemerintah menjamin penggunaan sumber-sumber ekonomi yang efisien dengan memilih program-program yang memenuhi kriteria efisiensi. Analisis manfaat dan biaya merupakan alat bantu untuk

(2)

membuat keputusan publik dengan mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat. Ada dua pihak yang menaruh perhatian pada analisis ini, yaitu pertama, para praktisi teknis dan ekonom yang berperan dalam mengembangkan metode analisis, pengumpulan data, dan membuat analisis serta rekomendasi. Kedua, pemegang kekuasaan eksekutif yang berwenang untuk membuat peraturan dan prosedur untuk melaksanakan keputusan publik.

Analisis manfaat dan biaya ini hanya menitikberatkan pada efisiensi penggunaan faktor produksi tanpa mempertimbangkan masalah lain seperti distribusi, stabilisasi ekonomi dan sebagainya. Analisis ini hanya menentukan program dari segi efisiensi sedangkan pemilihan pelaksanaan program berada di tangan pemegang kekuasaan eksekutif yang dalam memilih juga mempertimbangkan faktor lain. Suatu program yang efisien mungkin tidak akan dilaksanakan karena menimbulkan distribusi pendapatan yang semakin lebar. Sebaliknya program yang menimbulkan distribusi pendapatan yang semakin baik akan dipilih meskipun program tersebut tidak terlalu efisien ditinjau dari hasil analisis manfaat dan biaya.

Saat ini analisis manfaat dan biaya merupakan alat utama dalam membuat evaluasi program atau proyek untuk kepentingan publik atau pemerintah. Biaya dan manfaat dari suatu program/proyek pemerintah daerah akhir-akhir ini menjadi issu yang popular karena dituntut secara massal dan kontinue oleh para politisi, LSM dan masyarakat. Para politisi biasanya mendasarkan biaya maupun manfaat cenderung memihak kepada kepentingannya. Dalam bab ini akan kita bahas mengenai pemilihan program/kegiatan pemerintah dengan menggunakan analisis manfaat dan biaya tanpa memandang kepentingan politik. Analisis manfaat dan biaya digunakan untuk mengadakan evaluasi mengenai penggunaan sumber-sumber ekonomi agar penggunaan sumber-sumber ekonomi yang langka dapat dilakukan secara efisien. Pemerintah mempunyai banyak program/kegiatan yang harus dilaksanakan, tetapi di lain pihak biaya atau dana yang tersedia sangat terbatas.

Dengan analisis ini pemerintah menjamin penggunaan sumber-sumber ekonomi yang efisien dengan memilih program-program yang memenuhi kriteria efisiensi. Jadi evaluasi pengeluaran pemerintah untuk melaksanakan suatu program/kegiatan dengan menggunakan analisis manfaat dan biaya yang hanya menitikberatkan pada efisiensi

(3)

penggunaan faktor produksi tanpa mempertimbangkan masalah lain seperti distribusi, stabilisasi ekonomi dan sebagainya. Analisis ini hanya menentukan program/kegiatan dari segi efisiensi sedangkan pemilihan pelaksanaan program berada di tangan pemegang kekuasaan eksekutif maupun legislatif yang dalam memilih juga mempertimbangkan faktor lain, misalnya, faktor kegunaan proyek tersebut terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Suatu program/kegiatan yang efisien mungkin tidak akan dilaksanakan karena menimbulkan distribusi pendapatan yang semakin timpang. Sebaliknya program/kegiatan yang dapat menimbulkan distribusi pendapatan yang semakin baik akan dipilih walaupun program/kegiatan tersebut tidak terlalu efisien ditinjau dari keuntungannya (manfaat dikurangi dengan biaya). Pada dasarnya evaluasi dari suatu proyek dilaksanakan dengan menimbang manfaat dan biaya dari proyek tersebut. Apabila manfaat (benefit) proyek lebih besar daripada biaya (cost) yang diperlukan maka proyek tersebut dipandang sebagai efisien, sebaliknya apabila manfaat proyek tersebut lebih kecil dibandingkan biayanya maka proyek tersebut dipandang sebagai tidak efisien.

Sebagai contoh, misalkan ada 6 proyek yang mempunyai struktur manfaat dan biaya seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 13

Biaya dan Manfaat dari Suatu Program/Kegiatan Pemerintah

Proyek Manfaat Biaya Manfaat Bersih

(M-B) Biaya (M/B) Manfaat Urutan-urutan (M/B)

A 15 35 - 20 VI B 40 30 10 III C 300 200 100 II D 150 75 75 2 I E 450 400 50 IV F 175 150 25 V 7 3 3 1 1 2 1 1 8 1 1 6 1 1

(4)

Apabila dana pemerintah tidak terbatas atau karena semua proyek adalah proyek yang penting, maka pemerintah harus melaksanakan semua proyek yang memberikan manfaat lebih besar dari pada biaya yang diperlukan. Alasannya adalah karena proyek pemerintah dibiayai oleh dana yang diambil dari masyarakat (misalnya dari hasil pajak), sehingga masyarakat tidak dapat menggunakan uang tersebut untuk membeli barang-barang yang dihasilkan oleh sektor swasta. Selanjutnya, dana dari pajak tersebut dapat digunakan oleh masyarakat untuk tujuan investasi. Oleh karena itu biaya dari proyek pemerintah merupakan kerugian bagi sektor swasta sehingga harus ditimbang dengan manfaat dari program/kegiatan pemerintah yang akan dibangun.

Apabila evaluasi proyek dilakukan dengan kriteria manfaat bersih (net benefits) maka semua proyek kecuali proyek A akan dilaksanakan karena proyek B, C, D, E dan F memberikan manfaat bersih yang positif. Proyek A tidak dilaksanakan karena memberikan manfaat bersih negatif yang berarti biaya proyek tersebut lebih besar dari pada manfaatnya. Apabila pemerintah hanya memiliki dana sebesar Rp.300 juta maka proyek yang dipilih adalah proyek-proyek yang memberikan manfaat yang terbesar. Jadi dalam hal ini proyek yang dipilih adalah proyek D dan C sebab proyek-proyek tersebut memberikan manfaat bersih sebesar Rp.175 juta dengan biaya total sebesar Rp.275 juta. Cara lain dalam evaluasi proyek adalah dengan menggunakan kriteria perbandingan manfaat dan biaya (M/B). Dengan kriteria ini maka proyek yang dilaksanakan adalah proyek-proyek yang mempunyai angka perbandingan lebih besar dari satu. Urut-urutan dari proyek yang dilaksanakan dengan kriteria ini adalah seperti yang dapat dilihat pada kolom terakhir tabel di atas yaitu proyek: D, C, B, E dan F. Apabila pemerintah mempunyai dana sebesar Rp.300 juta maka proyek yang dipilih adalah proyek D, C dengan total biaya sebesar Rp.275 juta dan penerimaan bersih sebesar Rp.175 juta.

Dalam perhitungan di atas, manfaat dan biaya suatu proyek seolah-olah terjadi dalam tahun yang sama. Kenyataannya, hampir semua proyek pemerintah mempunyai umur yang lebih panjang dari satu tahun (misalnya 50 tahun), dan manfaat proyek tersebut tidak diterima seluruhnya pada suatu saat, tetapi mempunya tenggang waktu (time-lag). Biaya proyek juga dikeluarkan dalam waktu yang berbeda-beda selama umur proyek yang bersangkutan. Karena itu timbul masalah dalam hal menilai manfaat atau biaya yang akan diterima pada suatu waktu yang akan datang. Ini disebabkan karena manfaat sebesar

(5)

Rp.50 juta yang diterima sekarang, nilainya berbeda dengan manfaat sebesar Rp.50 juta yang diterima 30 tahun yang akan datang. Perbedaan tersebut disebabkan karena dua faktor, yaitu adanya ketidakpastian (uncertainty) dan faktor perubahan nilai mata uang.

Faktor ketidakpastian disebabkan karena setiap manusia tidak tahu secara pasti apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang sedangkan ia tahu dengan pasti saat sekarang. Olehnya dikatakan bahwa manusia mempunyai sifat keragu-raguan, sehingga mereka beranggapan lebih baik sesuatu yang pasti sekarang dari pada sesuatu yang belum pasti pada saat yang akan datang. Faktor yang kedua adalah adanya bunga yang dapat dijelaskan dengan konsep nilai yang akan datang future value dan nilai sekarang present

value.

6.1. Konsep Future Value

Apabila kita mempunyai uang sebesar Rp.X yang kita bungakan terus menerus dengan tingkat bunga sebesar 10 persen setahun, maka hasil setiap tahun adalah seperti yang dapat dilihat pada di bawah ini dengan asumsi bunga yang diterima pada suatu saat dipinjamkan kembali (sistem bunga berbunga).

Tabel 14

Perhitungan Sistem Bunga-berbunga

Akhir Tahun Jumlah

0 X 1 X + X * 10% = (1+0,1)X 2 X (1+0,1) * 10% + X (1+0,1) = X(1+0,1)2 3 X (1+0,1)2 + X (1+0,1)2 * 10% = X(1+0,1)3 .. … .. … N X (1+0,1)n-1 + X (1+0,1)n-1 * 10% = X(1+0,1)n

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa uang sebesar Rp.X,- pada tahun ke-n akan bernilai sebesar X(1+0,1)n. Dengan analisis serupa maka kita tahu bahwa apabila kita mempunyai uang sebesar Rp.10 juta, yang kita bunga akan terus menerus selama 30

(6)

tahun, pada akhir tahun ke-30 akan bernilai 10 (1/10)30 atau sebesar Rp.174 juta. Rumus umum penghitungan nilai akan datang (Future Value):

Pn = P0 (1+i)n Di mana:

Pn = jumlah uang di masa datang; P0 = jumlah uang sekarang; i = tingkat bunga;

n = tahun.

6.2. Konsep Present Value

Masyarakat hidup selalu diliputi dengan keraguan. Karena itu maka uang yang akan kita terima beberapa tahun yang akan datang nilainya tidak sama dengan jumlah uang tersebut pada saat ini. Berapa nilainya sekarang dapat dihitung dengan menggunakan konsep present value. Apabila kita menerima uang sebesar Rp.X,- yang diterima pada n tahun yang akan datang, maka penghitungan nilainya sekarang (P0) dari uang tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Dimana:

X = jumlah uang yang akan diterima 30 tahun yang akan datang;

i = tingkat bunga;

n = tahun;

P0 sekarang = jumlah sekarang.

Sebagai contoh, apabila kita akan menerima uang sebesar Rp.10 juta pada lima tahun yang akan datang maka nilai uang tersebut sekarang tidaklah sebesar Rp.10 juta, akan tetapi sebesar Rp.10 juta/(1+ 0,10)5 atau hanya sebesar Rp.6,20 juta. Dari analisis di atas dapatlah kita ketahui bahwa dalam melaksanakan evaluasi atas suatu

n i X P ) 1 ( 0= +

(7)

program/proyek pemerintah, terutama pada jenis proyek yang mempunyai umur ekonomis yang relatif panjang dan memberikan manfaat serta menimbulkan biaya pada saat yang berbeda-beda, maka dalam mengevaluasinya kita harus mempertimbangkan faktor-faktor di atas, yaitu kita menghitung seluruh manfaat dan biaya dari suatu proyek/kegiatan selama umur proyek/kegiatan yang bersangkutan dan kita hitung nilainya sekarang. Pada prinsipnya untuk mengevaluasi efisiensi suatu proyek langkah-langkah yang harus diambil adalah sebagai berikut:

1). Menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang akan dilaksanakan. 2). Menghitung manfaat dan biaya dalam satuan mata uang.

3). Menghitung nilai bersih sekarang (NBS).

Walaupun ketiga hal di atas tampaknya sederhana, akan tetapi pada praktiknya evaluasi dari suatu rencana proyek/kegaiatan pemerintah tidaklah semudah dalam teori. Ada beberapa metode pemilihan suatu proyek yaitu Nilai Bersih Sekarang (NPB = net

present benefits), Internal Rate of Return (IRR) dan Ratio Manfaat Biaya (BCR = benefits-cost ratio). Semua metode di atas akan di bahas satu demi satu.

6.3. Metode Nilai Bersih Sekarang

Manfaat netto suatu proyek merupakan nilai dari suatu proyek dikurangkan seluruh biaya pada suatu tahun tertentu dari keuntungan manfaat yang diterima pada tahun yang bersangkutan dan didiskontokan (discounted) dengan tingkat bunga yang berlaku. Rumus penghitungan NBS adalah sebagai berikut:

atau dimana: n n n

t

C

M

t

C

M

t

C

M

t

C

M

t

C

M

t

C

M

C

M

NPB

)

1

(

...

)

1

(

)

1

(

)

1

(

)

1

(

)

1

(

5 5 5 5 4 4 3 3 3 2 2 2 0 0

+

-+

+

+

-+

+

-+

+

-+

+

-+

+

-+

-=

n n n n n t B M NPB ) 1 ( 1 + -=

å

=

(8)

NPB = Nilai bersih yaitu manfaat yang dikurangkan dengan biaya pada tahun ke-n

i = Tingkat bunga

M = Manfaat

C = Biaya

Berdasarkan cara tersebut di atas, proyek/kegiatan yang mempunyai NPB tertinggi adalah proyek/kegiatan yang akan mendapat prioritas untuk dilaksanakan. Sebagai contoh pemerintah sedang mempertimbangkan akan membangun satu proyek dari dua jenis proyek yang dipilih, yaitu proyek pembangunan pabrik tepung terigu dan proyek pembangunan pabrik gula. Kedua pabrik tersebut dimisalkan mempunyai umur ekonomis selama 3 tahun dan pembangunan kedua pabrik tersebut memerlukan dana sebesar Rp.2,0 miliar. Hasil bersih kedua pabrik tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 15 Pabrik Gula

Tahun

Proyek Pabrik Tepung Terigu

(Dalam Juataan Rupiah)

Pabrik Gula (Dalam Juataan Rupiah)

0 -2.000,00 -2.000,00

1 1200,00 0,00

2 0,00 0,00

(9)

Tabel 16

Nilai Sekarang Pabrik Tepung Terigu dan Pabrik Gula

I

(tingkat bunga)

Nilai sekarang (Dalam jutaan Rp) Pabrik Tepung Terigu Pabrik Gula

0 300,00 400,00

,01 256,00 330,00

,03 172,00 196,00

,05 92,00 74,00

,07 20,00 -42,00

Pabrik tepung terigu menghasilkan Rp.1.2 miliar pada akhir tahun pertama dan Rp.1,1 milyar pada akhir tahun ketiga. Pabrik gula baru dapat menghasilkan pada akhir tahun ketiga sebesar Rp.2,5 miliar. Proyek mana yang akan dibangun pemerintah sangat tergantung dari tingkat buga yang dipilih sebagaimana dapat dilihat pada tabel di atas. Apabila tingkat bunga yang dipilih lebih rendah dari 3% maka pabrik gula memberikan nilai bersih sekarang yang lebih besar daripada pabrik tepung terigu, sehingga pabrik gulalah yang akan dibangun.

Sebaliknya, apabila tingkat bunga yang dipilih lebih besar dari 3 persen maka pabrik tepung terigu memberikan nilai bersih sekarang yang lebih besar dari pada pembangunan pabrik gula, sehingga pabrik tepung terigu yang mendapat prioritas untuk dibangun. Mengingat pentingnya penentuan tingkat bunga dalam penghitungan nilai bersih sekarang suatu proyek, maka pemilihan tingkat bunga yang dipakai dalam metode NBS ini haruslah mencerminkan biaya oportunitas penggunaan dana. Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan menyebabkan NPB menjadi rendah untuk proyek-proyek yang berorientasi pada proyek-proyek yang cepat memberikan hasil.

6.4. Metode IRR (Internal Rate Of Return)

Metode lain yang dapat digunakan untuk evaluasi proyek/kegiatan pemerintah adalah dengan cara menghitung internal rate of return yaitu tingkat diskonto (r) yang menghasilkan nilai sekarang suatu proyek/kegiatan sama dengan nol. Rumus umum

(10)

metode IRR adalah sebagai berikut:

Pada metode ini kita harus mencari tingkat diskonto (r) yang menyamakan seluruh biaya (yang dihitung dengan nilai sekarang) dan manfaat (yang juga dihitung dengan nilai sekarang). Sebagai contoh, misalkan suatu perusahaan merencanakan untuk mengeluarkan biaya promosi melalui radio sebesar Rp.2,- miliar tahun ini dan pada tahun depan diperkirakan penerimaan perusahaan tersebut akan meningkat sebesar Rp.2,08,- miliar. Apabila perusahaan tersebut membiayai promosi dengan cara membiayai satu balap mobil, maka biaya promosi diperkirakan sebesar Rp.4,- miliar dan perkiraan penerimaan akan meningkat sebesar Rp.2,2 miliar pada tahun depan dan Rp.2,2,- miliar untuk tahun berikutnya. Pada bentuk promosi manakah perusahaan tersebut akan melakukannya? Pada promosi melalui radio tingkat pengembalian (rate of return) biaya promosi tersebut sebesar 4 persen, yang dapat dihitung dari formula IRR:

2.080 = 2,000 (1+r) 80r = 2000

r =

Pada promosi melalui balap mobil maka IRR-nya sebesar:

Dari penyelesaian persamaan di atas diperoleh dua nilai r, yaitu r1 = -2,15 dan r2 = 0,065. r1 tandanya negatif jadi diabaikan sehingga nilai r sebesar 6,5%. Karena nilai IRR pada promosi melalui balap mobil lebih tinggi dari pada promosi melalui radio, maka

0 ) 1 ( ... ) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( 5 5 5 4 4 4 3 3 3 2 2 2 1 1 0 0 + = -+ + + -+ + -+ + -+ + -+ + -+ - n nn r C B r C B r C B r C B r C B r C B C B

0

)

1

(

00

,

000

.

000

.

080

.

2

.

00

,

000

.

000

.

000

.

2

.

=

+

+

-r

Rp

Rp

% 4 1004 =

0

)

1

(

2

,

2

)

1

(

2

,

2

4

2

=

+

+

+

+

-

D

r

D

r

(11)

promosi dengan mensponsori balap mobil yang sebaiknya diambil. Walaupun demikian, pertimbangan untuk melaksanakan suatu proyek/kegiatan tidak cukup dengan hanya mengetahui IRR-nya saja, tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa pemilihan suatu proyek/kegiatan yang didasarkan pada kriteria IRR adalah untuk melaksanakan proyek/kegiatan yang tingkat pengembaliannya (r = rate of return) lebih besar dari pada biaya oportunitas penggunaan dana. Contohnya, apabila seseorang mempunyai sejumlah dana yang akan digunakan untuk melakukan suatu kegiatan promosi maka kegiatan yang mempunyai IRR sebesar 6,5 persen akan dilaksanakan kalau tingkat bunga yang berlaku di pasar sebesar 6%. Proyek/kegiatan promosi melalui radio yang menghabiskan dana sebesar Rp.2,- miliar mempunyai tingkat pengembalian sebesar Rp.40 juta (IRR = 4%), sedangkan apabila dana tersebut dimasukkan dalam bank maka uang tersebut akan menghasilkan bunga sebesar Rp.120 juta.

Apabila pengusaha tersebut tidak mempunyai dana sendiri, maka promosi dengan cara mensponsori kegiatan balap mobil dengan meminjam uang (yang merupakan biaya modal) sebesar 6% dan melakukan promosi dengan tingkat pengembalian sebesar 6,5% sehingga ia memperoleh keuntungan sebesar 0,5%. Jadi, suatu proyek/kegiatan akan dilaksanakan dengan mempertimbangkan tingkat pengembalian (r) dan tingkat bunga (i). Tingkat bunga disebut juga sebagai external rate of return, merupakan biaya pinjaman modal yang harus diperhitungkan dengan tingkat pengembalian investasi. Investor akan melaksanakan semua proyek/kegiatan yang mempunyai r > i dan tidak akan melaksanakan proyek/kegiatan investasi apabila r < i.

6.5. Metode Rasio Manfaat Biaya

Metode rasio manfaat-Biaya (B - C ratio) adalah suatu cara evaluasi suatu proyek/kegiatan dengan membandingkan nilai sekarang seluruh hasil diperoleh dari proyek/kegiatan tersebut dengan nilai sekarang seluruh biaya proyek/kegiatan tersebut. Formula RMB atau B - C rasio adalah sebagai berikut:

n n

i

M

i

M

i

M

i

M

i

M

i

M

M

M

)

1

(

...

)

1

(

)

1

(

)

1

(

)

1

(

)

1

(

5 5 4 4 3 3 2 2 1 0

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

=

(12)

Berdasarkan metode ini, suatu proyek/kegiatan akan dilaksanakan apabila (M/C) > 1. Metode B - C rasio akan memberikan hasil yang konsisten dengan metode NBS apabila B/C >1 berarti pula B>0. Walaupun demikian, metode B-C rasio mempunyai kelemahan dalam hal membandingkan dua buah proyek/kegiatan karena tidak ada pedoman yang jelas mengenai hal-hal yang masuk sebagai perhitungan biaya atau manfaat. Untuk suatu hal, dapat dimasukkan sebagai biaya, tetapi dapat juga dimasukkan sebagai manfaat sehingga kemungkinan terjadinya manipulasi evaluasi.

Sebagai contoh, misalkan ada dua proyek/kegiatan yang dalam pertimbangan untuk dilaksanakan oleh pemerintah. Proyek/kegiatan pertama merupakan proyek/kegiatan pembuangan sampah di sawah yang memberikan manfaat sebesar Rp.250 juta dengan biaya sebesar Rp.100 juta. Jadi B/C rasio proyek/kegiatan pertama sebesar 2,5. Proyek/kegiatan kedua adalah proyek/kegiatan pembuangan sampah ke angkasa luar yang memberikan manfaat sebesar Rp.200 juta dan memerlukan biaya sebesar Rp.100 juta. Jadi B/C rasio proyek/kegiatan kedua sebesar 2.0. Berdasarkan nilai B/C ratsio tersebut, maka proyek/kegiatan pembuangan sampah di sawah memberikan B/C rasio yang lebih besar sehingga proyek/kegiatan tersebut yang akan dilaksanakan.

Lebih lanjut kita misalkan bahwa orang yang melakukan evaluasi tidak memperhitungkan kerusakan tanaman petani yang besarnya Rp.40 juta pada proyek/kegiatan pertama. Apabila kerusakan tanaman tersebut kemudian diperhitungkan sebagai pengurangan manfaat pada proyek/kegiatan pertama, maka B/C rasionya akan menjadi (Rp.250 – Rp.40)/Rp.100 = 2,1, sedangkan apabila kerusakan tesebut dianggap sebagai biaya maka B/C rasionya menjadi 250/(100+40)=1,75. Jadi kita mendapat dua nilai B/C rasio yang berbeda tergantung apakah nilai kerusakan sawah tersebut dianggap sebagai pengurangan manfaat atau dianggap sebagai tambahan biaya. B/C rasio sebesar 2,1 berarti pembuangan sampah di sawah lebih menguntungkan dibandingkan dengan proyek/kegiatan dari pada pembuangan sampah di angkasa luar, sebaliknya B/C rasio sebesar 1,5 menunjukkan proyek/kegiatan pembuangan sampah di sawah kurang menguntungkan dibandingkan pembuangan sampah di angkasa.

n n

t

C

t

C

t

C

t

C

t

C

t

C

C

C

)

1

(

...

)

1

(

)

1

(

)

1

(

)

1

(

)

1

(

5 5 4 4 3 3 2 2 1 0

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

=

(13)

6.6. Langkah-Langkah Dalam Evaluasi Suatu Proyek/Kegiatan 1. Identifikasi Masalah dan Biaya Proyek/Kegiatan

Dalam melaksanakan melaksanakan evaluasi suatu proyek/kegiatan pemerintah maka langkah pertama yang seharusnya dilakukan adalah menentukan semua manfaat dan biaya yang ditimbulkan oleh proyek/kegiatan tersebut. Manfaat dari suatu proyek/kegiatan dapat dibedakan antara manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung adalah manfaat yang ditimbulkan karena meningkatnya hasil atau produktivitas dengan adanya proyek/kegiatan tersebut. Misalnya proyek/kegiatan pembangunan irigasi untuk mengairi sawah. Manfaat langsung pembangunan irigasi tersebut adalah kenaikan hasil produksi sawah karena kenaikan produktivitas tanah sebagai akibat dari bertambah baiknya pengairan sawah dengan adanya irigasi tersebut. Dalam penentuan manfaat akan timbul masalah apabila suatu proyek/kegiatan memberikan manfaat kepada dua jenis proyek/kegiatan lain. Sebagai contoh, misalnya sebuah jalan yang dibangun untuk proyek/kegiatan irigasi dan proyek/kegiatan tenaga listrik. Penghitungan manfaat dari jalan tersebut harus dibagi antara kedua proyek/kegiatan tersebut.

Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang tidak secara langsung disebabkan karena adanya proyek/kegiatan yang akan dibangun. Dalam kasus pembangunan irigasi di atas, manfaat tidak langsung adalah kenaikan produktifitas tanah di luar area pengairan dari irigasi tersebut. Manfaat tidak langsung ini dapat menjadi luas sekali, tergantung sejauh mana kita akan memasukkan manfaat tidak langsung ke dalam analisis. Jadi selain produktivitas tanah di luar area pengairan, adanya irigasi dapat pula memberikan manfaat lain, seperti tempat rekreasi, pusat tenaga listrik, untuk penghijauan dan sebagainya. Semua manfaat tidak langsung tersebut dapat dimasukkan ke dalam penghitungan manfaat dari proyek/kegiatan irigasi yang akan dibangun pemerintah.

Suatu hal yang perlu dicatat, dalam menentukan manfaat suatu proyek/kegiatan, hanya kenaikan hasil atau kesejahteraan yang diperhitungkan sedangkan kenaikan nilai dari suatu kekayaan karena adanya proyek/kegiatan tidak diperhitungkan. Misalnya pada proyek/kegiatan pembangunan irigasi, kenaikan harga tanah di sekitar irigasi tersebut tidak dimasukkan dalam manfaat dari proyek/kegiatan tersebut. Hal ini disebabkan karena penghitungan kenaikan produktivitas tanah dan kenaikan harga tanah

(14)

menyebabkan penghitungan ganda dari manfaat adanya proyek/kegiatan tersebut. Seperti halnya dalam penghitungan manfaat, penghitungan biaya dari suatu proyek/kegiatan harus dilakukan dengan memperhitungkan biaya alternatif dari penggunaan sumber ekonomi, yang selain merupakan biaya langsung yaitu biaya yang langsung berhubungan dengan proyek/kegiatan tersebut, juga biaya tidak langsung harus dimasukkan dalam penghitungan biaya. Misalnya suatu proyek/kegiatan pengairan di suatu area yang menyebabkan berkurangnya pengairan di area yang lain. Dalam membuat evaluasi proyek/kegiatan harus memasukkan penurunan produksi tanah dari area lain yang terpengaruh ke dalam biaya proyek/kegiatan tersebut sebagai biaya proyek/kegiatan yang akan dibangun pemerintah.

Penghitungan biaya tak langsung dapat menjadi besar atau kecil tergantung seberapa jauh biaya tak langsung tersebut akan dimasukkan ke dalam perhitungan biaya. Masalah lain adalah penggunaan fasilitas yang sudah ada untuk pembangunan proyek/kegiatan. Misalnya dalam membangun irigasi, truk-truk untuk pembangunan proyek/kegiatan tersebut menggunakan jalan-jalan yang sudah ada. Apakah ini juga dimasukkan dalam biaya? Dalam hal ini penggunaan jalan untuk pembangunan irigasi tidak dimasukkan dalam biaya apabila tidak mengganggu arus lalu lintas. Tetapi jika penggunaan jalan tersebut mengganggu arus lalu lintas, hal ini harus dimasukkan sebagai biaya dalam evaluasi proyek/kegiatan, sehingga sangat sulit melakukan evalusi proyek/kegiatan pemerintah yang sifatnya komprehensif.

2. Penentuan Kelayakan Suatu Proyek/Kegiatan Pemerintah

Setelah semua manfaat dan biaya dapat teridentifikasi maka langkah selanjutnya adalah menghitung semua manfaat dan biaya dalam nilai rupiah. Masalah yang timbul adalah apabila hasil dari suatu proyek/kegiatan tidak dapat diukur dalam bentuk rupiah karena hasil dari proyek/kegiatan tersebut tidak dijual. Misalnya saja, proyek/kegiatan pembangunan taman, proyek/kegiatan pembelian pesawat tempur, proyek/kegiatan penerangan jalan, dan sebagainya. Dalam hal ini yang dilakukan adalah menghitung nilai dari manfaat proyek/kegiatan tersebut dalam nilai rupiah. Misalnya program; kesehatan pemerintah dengan memberikan bantuan kesehatan kepada anggota masyarakat. Bagaimanakah kita akan menghitung manfaat proyek/kegiatan tersebut? Suatu proyek/kegiatan pemerintah misalnya dalam bidang kesehatan sangat sulit untuk

(15)

menghitung manfaat yang diterima dari biaya yang sudah dikeluarkan. Biasanya penentuan manfaat (benefit) yang diterima dengan adanya proyek/kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai macam tehnik.

6.7. Analisis Biaya Dan Manfaat Proyek Pemerintah

Perhitungan manfaat dan biaya pada proyek swasta sangat berbeda dengan proyek pemerintah. Manfaat pada proyek swasta diukur dengan mengalikan jumlah barang yang dihasilkan dengan harga barang. Biayanya dihitung berdasarkan biaya yang digunakan dalam pembuatan barang tersebut. Dalam hal proyek pemerintah seperti pembangunan Irigasi Gumbasa. Jika tenaga kerja yang dipakai adalah tenaga kerja yang menganggur, maka harga atau upah buruh yang dibayarkan bukanlah harga yang berlaku dipasar tenaga kerja tetapi upah bayangan. Jadi dalam proyek pemerintah, menghitung manfaat dan biaya hanya dilambangkan oleh biaya oportunitas hasil proyek tersebut. Penyebab tidak terdapatnya harga sebagaimana dalam kasus pasar persaingan sempurna adalah:

1. Adanya Monopoli

Jika dalam proyek pemerintah seperti jalan menggunakan aspal, berapakah harga aspal tersebut? Pada pasar persaingan sempurna, nilai aspal tersebut adalah sama dengan biaya marginal. Biasanya aspal di beli oleh pemerintah di pasar persaingan tidak sempurna sehingga harganya lebih tinggi dari harga marginalnya

2. Adanya Pajak

Jika proyek pemerintah yang dievaluasi membeli suatu barang yang dikenakan pajak penjualan, maka pertanyaan yang timbul adalah harga manakah yang akan dipakai sebagai harga input? Kasusnya akan sama dengan pasar monopoli yaitu jika produksi meningkat maka yang diapakai adalah harga yang diterima produsen, tetpi jika jumlah outupnya tidak meningkat, maka harga pasar yang akan digunakan.

3. Pengangguran

Analisis manfaat dan biaya biasanya diasumsilkan bahwa factor produksi yang digunkan dalam kondisi full employment. Karena tenaga kerja yang sedang menganggur tidak menyebabkan berkurangnya produksi barang dan jasa lain dalam sutu negara, maka

(16)

upah yang mereka terima tidak mencerminkan biaya oportunitas penggunaan tenaga kerja yang nilainya lebih rendah daripada upah yang diterima apabila terdapat pengangguran tak dikehendaki.

4. Surplus Konsumen

Pada proyek pemerintah dengan skala besar, tambahan output akan menurunkan harga suatu barang dan ini menimbulkan masalah dalam penghitungan manfaat dari proyek pemerintah. Sebagai contoh pembangunan Irigasi Gumbasa akan menurunkan harga beras dari H0 ke H1, karena adanya tambahan produksi dari OQ0 ke OQ1.

Gambar 44

Permintaan dan Penawaran Padi

Manfaat yang bisa dilihat dalam kasus tersebut diatas adalah adanya tambahan surplus konsumen sebesar H0H1DG. Oleh sebab itu manfaat dalam proyek di atas harus dilihat dari besaran surplus konsumen.

(17)

5. Penentuan Tingkat Bunga

Analisis tingkat bunga sanngat penting artinya dalam menghitung biaya suatu proyek. Dalam kenyatannya di masyarakat tingkat bunga cukup beragam seperti deposito, tabanas serta pinjaman bank. Pertanyaanya tentu adalah tingkat bunga yang manakah yang akan dipakai.

LATIHAN

1. Jelaskan secara singkat tehnik penghitungan evaluasi proyek berdasarkan metode rasio manfaat biaya.

2. Apa saja langkah-langkah dalam evaluasi suatu proyek/kegiatan. 3. Kendala analisis biaya dan manfaat proyek pemerintah.

EVALUASI

1. Akibat yang ditimbulkan jika proyek pemerintah tidak dilakukan dengan cermat adalah

a. Sumber daya akan semakin efisien b. Pemborosan sumber daya

c. Pelasanaan proyek tepat waktu

d. Manfaat yang diperoleh dari proyek akan besar

2. Salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanan suatu proyek adalah aspek social yaitu

a. Yang berhubungan dengan penyediaan input b. Pola budaya masyarakat setempat

c. Dampak social dan lingkungan d. Pengaruh finansial proyek

3. Umur yang ditetapkan berdasarkan jangka waktu yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari asset terbesar di proyek tersebut adalah

(18)

b. Umur tehnis c. Umur asset d. Preferensi waktu

4. Jika investor harus memilih salah satu dari dua proyek yaitu proyek I yang memberikan hasil sebesar Rp. 90 Juta yang diterima sekaligus atau proyek II yang memberikan hasil Rp.100 juta dua tahun setelah proyek tersebut selesai, dengan pilihan tingkat bunga 0%, 5 % dan 10 % proyek manakah yang akan dipilih investor? a. Proyek I, jika tingkat bunga yang dipilih 5 %

b. Proyek II, jika tingkat bunga yang dipilih 10 % c. Proyek II, jika tingkat bunga yang dipilih 0% dan 5 % d. Proyek I, jika tingkat bunga yang dipilih 0% dan 5 %

5. Tingkat diskonto social mempertimbangkan: a. Tingkat inflasi, suku bunga, resiko, harga b. Suku bunga, harga, risiko, pajak

c. Tingkat inflasi, pajak, resiko, tabungan d. Suku bunga, pajak, harga, tingkat inflasi

REFERENSI

Aronson J. R., Public Finance McGraw-Hill, Inc. Printed in the United of America, 1985 Bohnet, A., Finanzwissenschaft: Grundlagen staatlicher Verteilungspolitik, 2. Auflage,

M

ü

nchen: Wien : Oldenbourg1999

Herber B. P., Modern Public Finance, The Irwin Series in Economics, Fourth Edition Consulting Editor Lloyd G. Reynolds, The University of Arizona 1979

Mangkoesoebroto G., Ekonomi Publik, Edisi 3, BPFE Yogyakarta 1993

Musgrave, A. R., Musgrave B., Public Finance in Theory and Practice (Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek), Alih Bahasa Alfonsus Sirait, Erlangga 1991

(19)

Simarmata DJ. A., Analisa Proyek Publik dan Pemerataan, FE-UI 1993 Tope, P., Ekonomi Publik, Universitas Tadulako Press, Palu 2004

Zimmermann, H., Henke, K-D., Finanzwissenschaft, Eine Einf

ü

hrung in die Lehre von der offenlichen Finanzwissenschaft, 7. Auflage, M

ü

nchen 1994

Gambar

Tabel 15  Pabrik Gula

Referensi

Dokumen terkait

Sumber primer yang digunakan ialah Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 03 Tahun 2009 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Bekasi, Kepala Seksi Pengendalian

Oleh karena itu, penelitian mengenai penentuan umur masak optimal tandan buah kelapa sawit untuk memperoleh benih bervigor tinggi (mutu maksimal) sangat

Akibat Dari Sebuah Pilihan Kalau anda saat ini mendapatkan uang sebesar _____ juta maka uang tersebut akan anda gunakan untuk

Dalam kegiatan tersebut pula memberikan bantuan uang sebesar Rp 10 juta rupiah serta bingkisan kepada pengurus panti asuhan yatim piatu yayasan Darul Yatama, Vila

Jika ada luka terbuka pada abdomen bagian bawah atau lipat paha, memakai sarung sepasang sarung tangan periksa yang baru atau sarung tangan bedh yang telah

Proses penyembuhan luka yang sempurna akan melalui 4 tahap fase penyembuhan luka yaitu fase hemostatis, fase inflamasi, fase poliferasi, dan fase maturasi(Orsted et

personel pelayanan informasi aeronautika yang tidak melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan lisensi dan/atau rating yang dimilikinya;a. personel pelayanan informasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa tingkat efektivitas dari pajak hotel dan restoran sudah efektif, tetapi kontribusi yang diberikan pajak hotel dan restoran