• Tidak ada hasil yang ditemukan

MIMBAR SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MIMBAR SEKOLAH DASAR"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN: 2355-5343

~ Berkala terbit dua kali setahun pada bulan April dan Oktober ~

Ketua Umum Julia, M.Pd Wakil Ketua Indra Safari, M.Pd

Ketua Dewan Editor Diah Gusrayani, M.Pd

Dewan Editor Dr. Tatang Muhtar, M.Si Dr. Ayi Suherman, M.Pd Dr. Prana Dwija Iswara, M.Pd

Dr. Nurdinah Hanifah, M.Pd Atep Sujana, M.Pd

Maulana, M.Pd Ani Nur Aeni, M.Pd

Bendahara

Aah Ahmad Syahid, M.Pd Karmah Setiawati, S.Pd

Publikasi Online Dr. Prana Dwija Iswara, M.Pd

Berkala Mimbar Sekolah Dasar diterbitkan oleh Program Studi PGSD, Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang. Pelindung: Dr. Herman Subarjah, M.Si (Direktur). Pembina: Dr. Nurdinah Hanifah, M.Pd (Wakil Direktur). Penanggung Jawab: Drs. Dadan Djuanda, M.Pd & Dr. Tatang Muhtar, M.Si (Ketua Prodi PGSD Kelas dan PGSD Penjas). Berkala Mimbar Sekolah Dasar terbit pertama kali pada tahun 2014.

Alamat Redaksi:

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang, Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang 45322 Jawa Barat. Telp & Fax (0261) 201244. Email: mimbar.sd@upi.edu.

Alamat Publikasi:

http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar

(2)

Halaman 133 – 246

DAFTAR ISI 1. Pengaruh Penggunaan Metode

Discovery Berbasis Media Realita Terhadap Hasil Belajar Matakuliah Konsep Dasar IPA 1…… hal. 133-142

~ Idam Ragil Widianto Atmojo

2. Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Experiental Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial…… hal. 143-154

~ Jenny Indrastoeti, SP, & Hasan Mahfud

3. Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Prasekolah (TK dan Non TK) …… hal. 155-169

~ Ipah Saripah & Lia Mulyani

4. Pengaruh Model Pembelajaran

Transdisciplinary Terhadap Karakter Siswa Pada Sekolah Dasar Internasional Berbasis International Baccalaureate …… hal. 170-177

~ Cucun Sunaengsih

5. Penerapan Media Monosa (Monopoli Bahasa) Berbasis Kemandirian Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar …… hal. 178-192

~ Sri Suciati, Ika Septiana, dan Mei Fita Asri Untari

6. Pengaruh Bahasa Pertama Terhadap Bahasa Kedua Dalam Karangan Siswa Kelas V SD …… hal. 193-201

~ Hastuti

7. Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Sejarah Lokal Lampung Untuk Sekolah Dasar …… hal. 202-214

~ Yulia Siska

8. Menjadi Guru SD Yang Memiliki Kompetensi Personal-Religius Melalui

Program One Day One Juz (ODOJ)…… hal. 215-225

~ Ani Nur Aeni

9. Persepsi Guru Mengenai Sex Education di Sekolah Dasar Kelas VI …… hal. 226-237

~ Regina Lichteria Panjaitan, Dadan Djuanda, dan Nurdinah Hanifah

10. Pengaruh Pendekatan Open-Ended

Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Sekolah Dasar Kelas V …… hal. 238-246

~ Egi Agustian, Atep Sujana, dan Yedi Kurniadi

Redaksi berkala Mimbar Sekolah Dasar menerima tulisan hasil penelitian, hasil ide/gagasan, atau resensi buku baru, yang merupakan kajian-kajian baik dalam tataran praktek maupun teori pendidikan, dan khusus berkaitan dengan ke-SD-an.

(3)

[155]

PROFIL KETERAMPILAN SOSIAL SISWA SEKOLAH DASAR

BERDASARKAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN PRASEKOLAH

(TK DAN NON TK)

Ipah Saripah & Lia Mulyani

Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UPI Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung

Email: bundaipah@gmail.com

ABSTRACT ABSTRAK

The background of this research is importance of mastering social skills by elementary school students, both of which had entered formal education (kindergarten) or informal education (family). The research objective is obtaining students' social skills profiles based on preschool educational background (kindergarten and non-kindergarten). The study was conducted in elementary schools Cijerokaso 1 and 2 Bandung using a quantitative approach and descriptive study method. The results have shown: (1) profile of social skills of elementary school students with a kindergarten background in general are at high qualifications and social skills profile of elementary school students with a non kindergarten background in general are at high and medium qualifications; (2) There is no difference in term of average social skills between elementary school students with kindergarten background and elementary school students with non kindergarten background, either in general or by each category.

Keywords: social skills, elementary school student,

preschool educational background.

Penelitian dilatarbelakangi oleh pentingnya penguasaan keterampilan sosial oleh siswa Sekolah Dasar, baik yang pernah memasuki jalur pendidikan formal (Taman Kanak-kanak) maupun yang belajar secara informal (keluarga). Tujuan penelitian ialah diperolehnya profil keterampilan sosial siswa berdasarkan latar belakang pendidikan prasekolah (TK dan non TK). Penelitian dilakukan di SD Negeri Cijerokaso 1 dan 2 Bandung dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode studi deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan: (1) profil keterampilan sosial siswa SD berlatar belakang TK secara umum berada pada kualifikasi tinggi, dan profil keterampilan sosial siswa SD berlatar belakang non TK secara umum berada pada kualifikasi tinggi dan sedang; (2) Tidak terdapat perbedaan rata-rata keterampilan sosial antara siswa SD berlatar belakang TK dengan siswa SD berlatar belakang non TK, baik secara umum maupun berdasarkan tiap kategori.

Kata kunci: keterampilan sosial, siswa SD, latar belakang pendidikan prasekolah.

PENDAHULUAN ~ Sebagai jenjang pendidikan formal pertama dan mendasar bagi anak, SD (Sekolah Dasar) memiliki tujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa (peserta didik) untuk mengembangkan kehidupannya secara pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia (PP No. 28 Tahun 1990), serta mempersiapkan peserta didik utuk mengikuti pendidikan menengah (UUSPN No.20 Tahun 2003 Pasal 17).

Saat mengalami peralihan dari kehidupan prasekolah ke kehidupan sekolah, siswa di SD dihadapkan pada berbagai keadaan

yang cenderung berbeda dari

sebelumnya. Siswa dihadapkan pada lingkungan fisik, individu-individu dan aturan baru sehingga memerlukan keterampilan-keterampilan yang mampu membuat anak bertahan dan diterima, yakni keterampilan sosial. Sebelum memasuki SD, siswa memperoleh keterampilan sosial melalui pendidikan prasekolah, baik jalur informal (keluarga

(4)

[156] dan masyarakat), formal (Taman Kanak-kanak/TK dan Raudhatul Athfal/RA), ataupun nonformal (Tempat Penitipan Anak/TPA/Daycare dan Kelompok

Bermain/KB). Pendidikan dari

keluarga/masyarakat, TK/RA, maupun TPA/KB memberi pengaruh terhadap

entering behavior keterampilan sosial siswa ketika hendak memasuki SD.

Kurangnya penguasaan keterampilan sosial dapat menimbulkan potensi permasalahan, sebaliknya dengan memiliki keterampilan sosial siswa mampu mencapai kesuksesan di sekolah dan masyarakat, seperti yang diungkapkan oleh Brigman, et.al (2001 323): ”...social skills (working-playing cooperatively with others and forming and maintaining friendship) are essential for school success.”

Penelitian dan data mengenai keterampilan sosial anak yang berasal dari lingkungan keluarga maupun dari lembaga pendidikan prasekolah seperti Taman Kanak-kanak menunjukkan hasil yang beragam. Hasil penelitian Field & Roopnarine; Doyle, Connoly & Rivest,; Ladd, et al., menunjukkan, keterampilan sosial anak lebih baik jika diajarkan di lingkungan rumah dan keluarga. Di sisi lain, hasil penelitian Mueller & Brenner; serta Howes, memperlihatkan TK dapat meningkatkan interaksi dan keterampilan sosial anak. Berdasarkan kedua hasil penelitian, baik anak yang berasal dari TK maupun non TK (keluarga dan masyarakat) sama-sama menunjukkan keunggulan

dalam keterampilan sosial. Guna memperoleh konfirmasi dan data empiris tentang profil keterampilan sosial siswa SD berdasarkan latar belakang pendidikan prasekolah, maka perlu untuk dikaji lebih lanjut mengenai hal tersebut.

Keterampilan sosial dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain pada konteks sosial dalam cara-cara spesifik yang secara sosial diterima atau bernilai dan dalam waktu yang sama memiliki keuntungan untuk pribadi dan orang lain (Combs & Slaby dalam Cartledge & Milburn, 1986: 7). Lebih lanjut, Stephen (Cartledge & Milburn, 1986: 15) membagi keterampilan sosial dalam empat kategori, yakni: 1) environmental behavior; 2) interpersonal behavior; 3) self-related behavior; dan 4) task-related behavior.

Environmental Behavior (Perilaku terhadap Lingkungan)

Environmentalbehavior (perilaku terhadap lingkungan) merupakan bentuk perilaku yang menunjukkan tingkah laku sosial

individu dalam mengenal dan

memperlakukan lingkungan hidupnya. Lingkup environmental behavior

mencakup: 1) peduli lingkungan; 2) perilaku berkenaan dengan keadaan darurat; 3) perilaku di ruang makan; serta 4) gerak mengitari lingkungan.

Interpersonal Behavior (Perilaku Interpersonal)

(5)

[157]

Interpersonal behavior (perilaku interpersonal) ialah bentuk perilaku yang menunjukkan tingkah laku sosial individu dalam mengenal dan mengadakan hubungan dengan sesama individu lain (dengan teman sebaya atau guru). Bentuk-bentuk interpersonal behavior

meliputi: 1) menerima otoritas; 2) mengatasi konflik; 3) memperoleh/menarik perhatian; 4) memberi salam pada orang lain; 5) membantu orang lain; 6) bercakap-cakap; 7) melakukan permainan; 8) bersikap positif terhadap orang lain; 9) bermain secara informal; serta 10) menjaga milik sendiri dan orang lain.

Self-related Behavior (Perilaku yang berhubungan dengan Diri Sendiri)

Self-related behavior behavior (perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri) yaitu bentuk perilaku yang menunjukkan tingkah laku sosial individu terhadap dirinya sendiri. Self-related behavior tergambar melalui perilaku-perilaku sebagai berikut: 1) menerima konsekuensi; 2) perilaku beretika; 3) mengungkapkan perasaan; 4) sikap positif terhadap diri sendiri; 5) perilaku bertanggungjawab; serta 6) peduli diri.

Task-related Behavior (Perilaku yang berhubungan dengan Tugas)

Task-related behavior (perilaku yang berhubungan dengan tugas) merupakan bentuk perilaku atau respon individu terhadap sejumlah tugas akademis. Wujud-wujud task-related behavior mencakup: 1) mengajukan dan menjawab pertanyaan; 2) perilaku mengikuti pelajaran; 3)

menyelesaikan tugas-tugas; 4) mengikuti arahan; 5) aktivitas kelompok; 6) kerja mandiri; 7) perilaku berdasarkan tugas; 8) tampil sebelum yang lain; serta 9) kualitas kerja.

METODE

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian studi deskriptif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ialah angket dalam bentuk force choice bagi orang tua siswa yang anaknya menjadi sampel penelitian.

Pengolahan data penelitian

menggunakan analisis statistik dengan teknik persentase dilengkapi penafsiran dan pemaknaan sehingga didapatkan gambaran tentang keterampilan sosial siswa SD berlatar belakang pendidikan prasekolah (TK dan non TK).

Populasi penelitian ialah seluruh siswa kelas I SD Negeri Cijerokaso 1 dan 2 Bandung. Penarikan sampel siswa SD berlatar belakang non TK menggunakan teknik

sample jenuh (sensus) sebanyak 15 orang. Pengambilan sampel 15 orang siswa SD berlatar belakang TK menggunakan teknik

simple random sampling dengan jumlah yang sama yakni sebanyak 15 orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Keterampilan Sosial Siswa SD berlatarbelakang TK dan Non TK

Sesuai dengan klasifikasi keterampilan sosial yang telah dibuat, skor yang didapat didistribusikan sehingga menghasilkan profil keterampilan sosial siswa SD Negeri

(6)

[158] Cijerokaso 1 dan 2 Bandung berlatar belakang TK dan non TK seperti pada Grafik 1 berikut.

Grafik 1. Profil Keterampilan Sosial Siswa SD Berlatar belakang TK dan Non TK Pada Grafik 1 terlihat, mayoritas

keterampilan sosial siswa SD yang berasal dari TK berada pada kualifikasi tinggi (40.0%). Menggambarkan, sebagian besar siswa SD yang berasal dari TK, cenderung peduli terhadap lingkungan sekitar, memiliki keterampilan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain melalui cara-cara yang dapat diterima, serta menunjukkan tingkah laku sosial terhadap diri sendiri dan tugas. Siswa SD yang berasal dari non TK, menunjukkan persentase yang sama yakni 33.3% pada keterampilan sosial kualifikasi tinggi dan

sedang. Artinya, selain sebagian besar siswa SD berlatar belakang non TK menguasai keterampilan sosial yang mengarah pada pencapaian optimal, sebagian besar masih memerlukan penguatan untuk dapat menunjukkan perilaku-perilaku keterampilan sosial, baik kepada lingkungan, orang lain, diri sendiri, maupun tugas.

Profil keterampilan sosial siswa SD Negeri Cijerokaso 1 dan 2 Bandung berlatar belakang TK dan non TK tiap kategori disajikan pada Grafik 2 berikut.

0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% 80.0% 90.0% 100.0% TK Non TK Keterampilan Sosial 33.3% 40.0% 33.3% Rendah Sekali Rendah Sedang Tinggi Tinggi Sekali

(7)

[159]

Grafik 2. Profil Keterampilan Sosial Siswa SD Berlatar belakang TK dan Non TK Tiap Kategori Grafik 2 menggambarkan profil

keterampilan sosial siswa SD berlatar belakang TK dan non TK pada tiap kategori, yakni environmental behavior

(perilaku terhadap lingkungan),

interpersonal behavior (perilaku interpersonal), self-related behavior

(perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri), dan task-related behavior (perilaku yang berhubungan dengan tugas).

Tiga kategori keterampilan sosial siswa SD berlatar belakang TK berada pada kualifikasi tinggi, yakni interpersonal behavior (40.0%), self-related behavior

(46.7%), dan task-related behavior (40.0%), serta satu kategori berada pada kualifikasi sedang, yakni kategori environmental behavior (73.3%). Dapat diartikan, secara umum siswa SD berlatar belakang TK cenderung mampu mengenal dan mengadakan hubungan dengan sesama individu lain, mampu menunjukkan tingkah laku sosial terhadap diri sendiri serta tugas,

namun masih memerlukan penguatan

untuk dapat mengenal dan

memperlakukan lingkungan hidupnya. Kategori keterampilan sosial siswa SD berlatar belakang non TK, tiga di antaranya berada pada kualifikasi sedang, yakni environmental behavior (40.0%),

interpersonal behavior (40.0%), self-related behavior (46.7%), serta berada pada kualifikasi sedang dan tinggi sekaligus untuk kategori task-related behavior (33.3%). Artinya, sebagian besar siswa SD yang berasal dari non TK, masih memerlukan contoh untuk mampu mengenal dan memperlakukan lingkungan hidup, sesama individu lain, dan menunjukkan tingkah laku sosial terhadap dirinya sendiri. Pada kemampuan menunjukkan tingkah laku sosial terhadap tugas, siswa SD berlatar belakang non TK selain sebagian besar membutuhkan penguatan, sebagian lain mampu menunjukkan tingkah laku sosialnya terhadap tugas.

0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% 80.0% 90.0% 100.0% TK Non TK TK Non TK TK Non TK TK Non TK Environmental Behavior Interpersonal Behavior Self-Related Behavior Task-Related Behavior 73.3% 40.0% 40.0% 46.7% 33.3% 40.0% 46.7% 40.0% 33.3% Rendah Sekali Rendah Sedang Tinggi Tinggi Sekali

(8)

[160] Perbedaan Keterampilan Sosial antara Siswa SD Berlatar Belakang TK Dan Non TK Perhitungan uji beda dua rata-rata pada penelitian dilakukan untuk melihat perbedaan keterampilan sosial antara

siswa SD berdasarkan latar belakang TK dan non TK. Hasil perhitungan uji beda dua rata-rata menggunakan uji Mann-Whitney U pada SPSS Versi 16.0, diperlihatkan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Hasil Uji Mann-Whitney U Keterampilan Sosial Siswa SD Berlatar Belakang TK dan Non TK.

Env_Behv Int_Behv Self_Behv Task_Behv Soc_Skills

Mann-Whitney U 106 97.5 110.5 101.5 102.5

Wilcoxon W 226 217.5 230.5 221.5 222.5

Z -0.277 -0.624 -0.084 -0.461 -0.415

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.782 0.533 0.933 0.645 0.678

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .806a .539a .935a .653a .683a

Pada Tabel 1 nampak, nilai sig. (Asymtop Signifikansi) keterampilan sosial secara keseluruhan ialah 0,678, nilai sig.

keterampilan sosial kategori environmental behavior ialah 0,782, keterampilan sosial kategori interpersonal behavior memiliki nilai sig. 0,533, keterampilan sosial kategori

self-related behavior bernilai sig. 0.933, dan nilai sig. untuk keterampilan sosial task-related behavior ialah 0,645. Mengacu pada dasar pengambilan keputusan, yakni dengan melihat Asymtop Signifikansi (Jika

sig. > α (0,05), maka H0 diterima dan H1

ditolak. Jika sig. ≤ α (0,05), maka H1 diterima dan H0 ditolak), maka keputusan yang diambil ialah H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak terdapat perbedaan rata-rata keterampilan sosial antara siswa SD berlatar belakang TK dengan siswa SD berlatar belakang non TK.

Selanjutnya, rekapitulasi keterampilan sosial secara umum, kategori dan indikator pada siswa SD Negeri Cijerokaso 1 dan 2 Bandung yang berasal dari TK dan non TK disajikan pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Rekapitulasi Keterampilan Sosial Siswa SD Berlatar Belakang TK dan Non TK secara Umum, Kategori dan Indikator.

Jenis Keterampilan TK Non TK

Kualifikasi % Kualifikasi % Keterampilan Sosial Tinggi 40.0% Tinggi & Sedang 33.3%

Environmental Behavior Sedang 73.3% Sedang 40.0% a. Peduli Lingkungan Tinggi 66.7% Rendah & Tinggi 46.7% b. Berkenaan dengan Keadaan

Darurat Rendah 53.3% Tinggi 66.7%

(9)

[161]

Jenis Keterampilan TK Non TK

Kualifikasi % Kualifikasi %

Interpersonal Behavior Tinggi 40.0% Sedang 40.0%

a. Menerima Otoritas Tinggi 60.0% Tinggi 46.7%

b. Mengatasi Konflik Sedang 46.7% Rendah 40.0%

c. Memperoleh atau menarik

perhatian Sedang 40.0% Tinggi 53.3%

d. Memberi salam pada orang

lain Rendah 40.0% Tinggi 46.7%

e. Membantu orang lain Rendah 40.0% Rendah 53.3%

f. Bercakap-cakap Tinggi 53.3% Tinggi 60.0%

g. Melakukan permainan Tinggi 46.7% Rendah, Sedang

& Tinggi 33.3% h. Bersikap positif terhadap orang

lain Rendah 53.3% Rendah 53.3%

i. Bermain secara informal Tinggi 66.7% Tinggi 53.3%

j. Properti: Milik sendiri dan milik

orang lain Tinggi 80.0% Tinggi 60.0%

Self-related Behavior Tinggi 46.7% Sedang 46.7%

a. Menerima konsekuensi Tinggi 40.0% Tinggi 40.0%

b. Perilaku beretika Tinggi 60.0% Tinggi 60.0%

c. Mengungkapkan perasaan Rendah Sekali 53.3% Rendah Sekali,

Sedang & Tinggi 33.3% d. Sikap positif terhadap diri sendiri Tinggi 40.0% Sedang 40.0%

e. Perilaku bertanggung jawab Sedang 93.3% Sedang 100.0%

f. Peduli Diri Tinggi 60.0% Tinggi 53.3%

Task-related Behavior Tinggi 40.0% Tinggi & Sedang 33.3% a. Mengajukan dan menjawab

pertanyaan Tinggi 53.3% Tinggi 60.0%

b. Perilaku mengikuti pelajaran Tinggi 80.0% Tinggi 46.7%

c. Menyelesaikan tugas-tugas Tinggi 66.7% Tinggi 66.7%

d. Mengikuti arahan Sedang 100.0% Sedang 66.7%

e. Aktivitas kelompok Rendah 60.0% Tinggi 60.0%

f. Kerja mandiri Tinggi 60.0% Tinggi 60.0%

g. Perilaku berdasarkan tugas Sedang 80.0% Sedang 80.0%

h. Tampil sebelum yang lain Tinggi 66.7% Tinggi 53.3%

i. Kualitas kerja Tinggi 66.7% Rendah & Tinggi 40.0%

Salah satu alasan tingginya keterampilan sosial siswa SD berlatar belakang TK, ialah karena siswa SD yang berasal dari TK

mendapatkan stimulus dan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan sosial di rumah maupun di TK sekaligus.

(10)

[162] Montessori (Hurlock dalam Syaodih, 2003: 8) menegaskan, periode anak usia tiga sampai enam tahun merupakan periode sensitif (masa peka), yakni periode suatu fungsi perlu dirangsang sehingga tidak terhambat perkembangannya. Anwar & Ahmad (2009: V) menambahkan, saat anak mencapai usia empat tahun, 80% jaringan otaknya telah tersusun, dan akan berkembang optimal apabila mendapat rangsangan dari luar berupa pengalaman-pengalaman. Stimulus yang diterima siswa SD yang sebelumnya memasuki TK lebih luas mencakup situasi sekolah TK, sehingga keterampilan sosial siswa TK cenderung tinggi. Di TK, anak “mau tidak mau” dituntut mengembangkan keterampilan sosial karena mulai bertemu dengan lingkungan fisik, peran-peran serta aturan baru selain yang ada di keluarganya.

Ragamnya metode pengajaran yang menarik juga merupakan salah satu bentuk

stimulus untuk mengembangkan

keterampilan sosial di TK. Metode pengajaran di TK dan Kelompok Bemain (KB) pada umumnya ialah bercerita, bercakap-cakap, diskusi, tanya jawab, mengucapkan syair, dramatisasi, pemberian tugas, praktik langsung, demonstrasi/percobaan (eksperimen), pantomim, menyanyi, skolastik/calistung dan kinestetik, bermain, wisata bermain, kerja kelompok, gerak dan lagu, senam, menari, serta permainan musik dan atraktif (Hidayat, 2003: 21). Dengan keadaan baru serta metode pengajaran yang dihadapi

anak di TK, anak mulai mengembangkan keterampilan sosial.

Tersebarnya keterampilan sosial siswa SD berlatar belakang non TK pada kualifikasi tinggi dan rendah dengan masing-masing persentase 33.3%, mengisyaratkan anak dapat mengembangkan keterampilan sosialnya di rumah atau keluarga. Seperti yang diungkapkan Soekanto (1990: 23), salah satu peranan keluarga batih (inti) ialah menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan hidup dan sebagai wadah bagi manusia mengalami proses sosialisasi awal, yakni suatu proses mempelajari dan mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Keterampilan sosial yang diajarkan oleh orang tua kepada anak melalui proses sosialisasi diantaranya penguasaan diri, penanaman nilai-nilai, serta pengenalan peran-peran sosial (Hamid, 2011: 7).

Menyebarnya keterampilan sosial siswa SD berlatar belakang non TK pada kualifikasi tinggi dan sedang disebabkan karena kapasitas anggota keluarga sebagai

guru” yang mengembangkan

keterampilan sosial anak di rumah cenderung berbeda-beda. Kapasitas

anggota keluarga dalam

mengembangkan keterampilan sosial anak bergantung pada pola kehidupan keluarga yakni tingkat pendidikan dan pekerjaan, seperti contoh yang diungkapkan Soekanto (1990: 25), pola kehidupan keluarga batih (inti) pegawai

(11)

[163] negeri berbeda dengan keluarga ABRI, dan selanjutnya juga berbeda dengan keluarga swasta.

Pemahaman anggota keluarga dalam mengembangkan keterampilan sosial anak juga berpengaruh. Berbeda antara keluarga yang paham dan mengajarkan kepada anak cara-cara berinteraksi dalam konteks sosial, dengan keluarga yang kurang paham dan menganggap anak akan menguasai keterampilan sosial dengan sendirinya. Kurniati (2006: 113) mengungkapkan, banyak anak tidak pernah belajar tentang sikap yang dapat diterima lingkungannya, barangkali tidak diarahkan baik di rumah maupun di sekolah untuk dapat menguasai perilaku sosial, atau bahkan tidak memiliki model yang dapat dijadikan contoh dalam membina kehidupan sosial, sehingga kerap memunculkan permasalahan dalam bersosialisasi. Artinya, kapasitas anggota keluarga dalam mengajarkan dan menjadi model keterampilan sosial di rumah amat berguna, terlebih Michelson (Ma’ruf, 2010: 1) menegaskan, keterampilan sosial merupakan keterampilan yang tidak dapat diperoleh sendiri melakinkan melalui proses belajar.

Hasil penelitian menunjukkan, tidak

terdapat perbedaan rata-rata

keterampilan sosial antara siswa SD berlatar belakang TK dengan siswa SD berlatar belakang non TK, baik secara umum, maupun tiap kategori. Tidak terdapatnya perbedaan rata-rata keterampilan sosial

antara siswa SD berlatar belakang TK dan non TK secara umum, maupun kategori mengindikasikan tiga hal, sebagai berikut.

Karakteristik Kondisi Siswa Memengaruhi Keterampilan Sosial

Kondisi siswa memiliki perbedaan satu sama lain, baik fisik maupun psikologis. Alasan kondisi fisik mampu memengaruhi keterampilan sosial ialah karena menurut Kartono (1995: 465), keterampilan (skill) merupakan suatu kemampuan bertingkat tinggi yang memungkinkan seseorang melakukan satu perbuatan motorik yang kompleks dengan lancar disertai ketepatan. Artinya, satu keterampilan mengandung unsur motorik, dan untuk dapat melakukan satu perbuatan motorik yang kompleks dengan lancar disertai ketepatan (keterampilan) dibutuhkan kondisi fisik yang memadai. Cattel et al.

(Yusuf & Nurihsan, 2008b: 21) menambahkan, kemampuan belajar dan penyesuaian diri individu dibatasi oleh sifat-sifat inheren pada organisme individu sendiri, contohnya kapasitas fisik (perawakan, energi, kekuatan, dan kemenarikannya), serta kapasitas intelektual (cerdas, normal, atau terbelakang).

Dilihat dari sisi psikologis, kondisi yang memengaruhi keterampilan sosial contohnya ialah emosi dan kemampuan berempati. Penelitian Rubin, Coplan, Fox & Calkins (Rubin, Bukowski & Parker dalam Fajar, 2007: 1) membuktikan, pengaturan emosi sangat membantu, baik bagi anak

(12)

[164] yang mampu bersosialisasi dengan lancar maupun yang tidak. Anak yang mampu bersosialisasi dan mengatur emosi, akan memiliki keterampilan sosial yang baik. Anak yang kurang mampu bersosialisasi namun mampu mengatur emosi, walau jaringan sosialnya tidak luas tetapi mampu bermain secara konstruktif dan mampu bereksplorasi saat bermain sendiri. Anak yang mampu bersosialisasi namun kurang dapat mengontrol emosi, cenderung akan berperilaku agresif dan merusak. Anak yang tidak mampu bersosialisasi dan mengontrol emosi, cenderung lebih

pencemas dan kurang berani

bereksplorasi. Dilihat dari kemampuan berempati, Cartledge & Milburn (1986: 19) menjelaskan, kemampuan berempati juga berperan dalam keterampilan sosial

terutama dalam keterampilan

interpersonal seperti menjalin persahabatan dan mengatasi konflik dengan orang lain.

Kondisi psikologis lain yang memengaruhi keterampilan sosial ialah perkembangan kognitif dan bahasa. Dilihat dari segi kognitif, Robinson & Garber (Fajar, 2007: 1) menyatakan, kemampuan sosial kognitif dapat memengaruhi keterampilan sosial anak, seperti kemampuan melihat dari perspektif orang lain (perspective taking)

dan kemampuan berempati. Pada perkembangan bahasa, Suherman (2008: 185) mengungkapkan, pada masa SD ditandai dengan perbendaharaan kata yang bertambah. Pada awal masa sekolah, anak telah mampu menguasai

sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir sekolah (sekitar usia 11 sampai 12 tahun) anak telah mampu menguasai sekitar 5.000 kata (Makmun, 2001 dan Syaodih, 1990 dalam Yusuf & Sugandhi, 2011: 62). Artinya, dengan bertambahnya perbendaharaan kata dan kemampuan berbahasa, anak mampu memperluas lingkungan sosialnya.

Selain emosi, serta perkembangan kognitif dan bahasa, motivasi serta cara ”coba-coba” (trial and error) juga memengaruhi keterampilan sosial, seperti diungkapkan Daeng (Syaodih & Agustin, 2008: 2.23), terdapat empat faktor yang berpengaruh pada kemampuan bersosialisasi anak, yaitu: 1) kesempatan bergaul dengan orang-orang sekitarnya dari berbagai usia dan latar belakang; 2) minat dan motivasi untuk bergaul; 3) bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang biasanya menjadi ”model” bagi anak; 4) cara

”coba-coba” (trial and error) yang dialami oleh anak; dan 5) kemampuan berkomunikasi yang baik.

Pengaruh Teman Sebaya terhadap Keterampilan Sosial

Teman sebaya dapat memengaruhi keterampilan sosial anak, karena dalam proses saling mengenal dan berhubungan,

anak mulai mempertimbangkan

pandangan serta penerimaan dari teman sebayanya. Respon yang diberikan teman sebaya kepada perilaku sosial anak berupa penguatan positif atau negatif (positively or negatively reinforce), dan penerimaan dari teman sebaya (socially

(13)

[165]

acceptable) menjadi unsur yang

diperhatikan anak dalam

mengembangkan keterampilan sosial, karena selain teman sebaya merupakan teman dengan karakteristik dan irama perkembangan yang sejalan, anak juga tidak ingin apabila sampai dijauhi teman karena perilaku sosialnya tidak dapat diterima. Pentingnya respon positif dan penerimaan yang diberikan teman sebaya juga dijelaskan Syaodih (2004: 8), pengaruh interaksi teman sebaya terhadap perkembangan perilaku sosial anak termasuk tinggi. Besarnya pengaruh interaksi teman sebaya terhadap perkembangan perilaku sosial anak dapat terjadi karena interaksi dengan teman sebaya memberi anak standar perilaku yang disetujui oleh kelompok sosialnya dan memberi anak sumber motivasi untuk mengikuti standar perilaku melalui persetujuan dan ketidaksetujuan sosial. Guna menjalani proses agar dapat sesuai dan mendapatkan persetujuan sosial, anak kemudian saling meniru satu sama lain. Meniru pada anak merupakan proses penting dalam pembentukkan tingkah laku, seperti yang dijelaskan oleh Mulyadi (2008: 3), anak-anak senang meniru, karena salah satu proses pembentukan tingkah laku anak diperoleh dengan cara meniru. Di SD, siswa yang berasal dari TK bertemu dengan anak yang berasal dari non TK. Siswa yang berasal dari TK mengetahui cara mengembangkan keterampilan sosial pada satu indikator, dan siswa yang berasal dari non TK mengetahui cara mengembangkan

keterampilan sosial pada indikator lainnya, siswa kemudian saling meniru dan mengembangkan keterampilan sosial yang mampu mendapatkan penguatan positif (positively or negatively reinforce) dan dapat diterima secara sosial (socially acceptable).

Keterampilan sosial pada akhirnya dipelajari dan dimiliki siswa sehingga antara keterampilan sosial siswa yang berasal dari TK dan non TK tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Kesempatan menjalin hubungan teman sebaya dan saling mempelajari perilaku membawa keuntungan bagi keterampilan sosial, seperti diungkapkan Syaodih (2004: 8), melalui interaksi dengan teman sebaya, anak tidak saja mempunyai kesempatan untuk belajar tentang perilaku-perilaku yang harus ditampakkan, tetapi juga mendapatkan kesempatan untuk orang lain menilai perilaku anak. Hetherington & Parke (Fajar, 2007: 1) menambahkan, pemberian kesempatan pada anak untuk menjalin hubungan dengan teman sebaya merupakan media bagi anak untuk

mencoba dan mengembangkan

keterampilan sosial yang telah didapatnya dari orang tua dan sekolahnya.

Kecenderungan Persiapan Ketercapaian Kemampuan Akademik di TK

Tidak terdapatnya perbedaan rata-rata yang signifikan antara keterampilan sosial siswa SD berlatar belakang TK dan non TK disebabkan karena kecenderungan pembelajaran dan kegiatan yang

(14)

[166] diberikan di TK lebih mengarah pada ketercapaian kemampuan akademik sebagai persiapan masuk SD.

Diungkapkan Semiawan (2003: 18-19), menjadi kenyataan di TK ataupun kelas awal di SD adalah pengajaran pengetahuan yang tidak mantap, artinya bukan terutama untuk memperoleh keterampilan tertentu untuk kemudian dipergunakan pada taraf perkembangan lebih lanjut, melainkan penjajakan pengetahuan untuk dihafalkan, diungkapkan secara berkala dalam ujian tertentu. Kecenderungan menyiapkan anak ke arah ketercapaian kemampuan akademik juga diketahui melalui laporan Mulyana (2004: 46) yang mengutip pengamatan tim APEID dan UNESCO yakni, adanya kecenderungan salah kaprah dalam pendidikan prasekolah (TK) di Indonesia, karena kuatnya tekanan lingkungan (tuntutan orang tua dan masyarakat) dan pandangan pendidik mengenai TK merupakan pendidikan prasekolah (pra-SD), maka fungsi TK lebih mengutamakan penyiapan anak untuk memasuki SD.

Kecenderungan mengarahkan anak pada ketercapaian akademik bukan pada keterampilan sosial, pada dasarnya didukung oleh faktor tuntutan masyarakat serta faktor tenaga kependidikan TK yang masih belum memenuhi kualifikasi. Dari segi faktor tuntutan masyarakat (termasuk orang tua), Anwar & Ahmad (2009: 56) mengemukakan, masih banyak orang tua

belum menyadari perkembangan

kecakapan anak tidaklah hanya pada tiga kemampuan akademis semata, yaitu baca tulis dan hitung (calistung). Pada segi tenaga kependidikan yang masih belum memenuhi kualifikasi dijelaskan Mariyana (2007: 35) yang mengutip Data the

UNESCO/OEDC Early Childhood Policy Review Project, The Background Report of Indonesia yakni, kualifikasi lulusan guru TK yang ada di Indonesia adalah: 51% lulusan SLTA atau SPG dengan spesialisasi pendidikan TK, 10% SLTA atau SPG tanpa pendidikan tambahan spesialisasi TK, 30% berpendidikan empat tahun S1 dari berbagai jurusan, 6% dari program D2 PGTK, dan 4.1% dari program S1 pendidikan. Data menggambarkan kualifikasi guru TK yang memadai dan sesuai dengan bidang pekerjaannya hanya 6% dan hanya kualifikasi lulusan D2. Tidak semua TK hanya berfokus pada ketercapaian akademik. Penelitian yang dilakukan Agustin (2006: 151) di sebuah TK menghasilkan data, dari delapan kecerdasan jamak yang dimiliki anak, pada kecerdasan interpersonal yakni kecerdasan yang berhubungan dengan situasi sosial, anak menunjukkan perilaku: a) senang bersosialisasi dengan teman sebaya; b) memiliki kemampuan menjadi pemimpin; c) memiliki empati kepada teman-temannya; dan d) cenderung memiliki banyak teman. TK yang menerapkan proses belajar mengajar yang

mengacu pada semua tahap

perkembangan anak, mampu

(15)

[167] terhadap perilaku anak di kelas satu, seperti diungkapkan Harts et.al (Santrock, 2004: 254):

“In one study, the children who attended developmentally appropriate kindergartens displayed more appropriate classroom behavior and had better conduct and better work and study habits in the first grade than did the children who attended developmentally inappropriate kindergartens.”

Makna yang terkandung pada ungkapan Harts et.al. ialah, pada sebuah penelitian, anak yang memasuki TK dengan mengacu pada perkembangan yang sesuai memperlihatkan perilaku kelas yang lebih sesuai, kemampuan memimpin, serta kebiasaan belajar dan bekerja yang lebih baik di kelas satu, dibanding siswa yang memasuki TK dengan tidak mengacu pada tahap perkembangan yang sesuai.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Profil keterampilan sosial siswa SD

berlatar belakang TK secara umum berada pada kualifikasi tinggi, secara kategori yaitu: environmental behavior

tergolong sedang, interpersonal behavior termasuk tinggi, self-related behavior tergolong tinggi, dan task-related behavior termasuk tinggi. Profil keterampilan sosial siswa SD berlatar belakang non TK secara umum tinggi dan sedang, secara kategori yaitu:

environmental behavior tergolong sedang, interpersonal behavior

termasuk sedang, self-related behavior

tergolong sedang, dan task-related behavior termasuk sedang dan tinggi.

2. Tidak terdapat perbedaan rata-rata

keterampilan sosial antara siswa SD berlatar belakang TK dengan siswa SD berlatar belakang non TK, baik secara umum, maupun tiap kategori.

REFERENSI

Agustin, Mubiar. (2006). “Profil Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di TK Laboratorium Universitas Pendidikan Indonesia”.

Pedagogia (Jurnal Ilmu Pendidikan). 4, (2) 146-161.

Anwar & Ahmad, Arsyad. (2009).

Pendidikan Anak Usia Dini (Panduan Praktis Bagi Ibu & Calon Ibu). Bandung: Alfabeta.

Brigman, Greg. et al. (2001). ”Teaching Children School Success Skills”. Journal Of Educational Research (Online). 92, (6)

323-329. Tersedia di:

http://www.studentsuccessskills.com/Bri gman,%20Lane,%20Lane.%20Switzer,%2 0and%20Lawrence%2099.pdf (10 Oktober 2010).

Cartledge, Gwendolyn & JoAnne Fellows Milburn. (1986). Teaching Social Skills to Children (Innovative Approaches, 2nd Edition). New York: Pergamon.

Fajar. (2007). Keterampilan Sosial Pada Anak Menengah Akhir (Online). Tersedia di:http://f4jar.multiply.com/journal/item /191/Keterampilan_Sosial_Pada_Anak_ Menengah_Akhir. (05 April 2011).

Hamid, Mustofa Abi. (2010). Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap

(16)

[168]

Kepribadian Anak (Online). Tersedia di: http://www.uns.ac.id/data/sp4.pdfhttp: //mustofaabihamid.blogspot.com/2010 /06/pengaruh-lingkungan-keluarga-terhadap.html. (20 Agustus 2011.

Hidayat, Heri. (2003). Aktivitas Mengajar Anak TK. Bandung: Katarsis.

Kartono, Kartini (Eds). (1995). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kurniati. Euis. (2006). “Program Bimbingan untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional”. Pedagogia (Jurnal Ilmu Pendidikan). 4, (2) 112-128.

Ma’ruf, Hidayah. (2010). Intervensi Perilaku Agresif Siwa Melalui Pembelajaran Keterampilan Sosial dan Emosional

(Online). Tersedia di: http://hidayah- ilayya.blogspot.com/2009/08/intervensi-perilaku-agresif-aggressive_31.html. (05 Oktober 2010).

Mariyana, Rita. (2007). “Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Berbasis Bimbingan di Taman Kanak-kanak.”

Pedagogia (Jurnal Ilmu Pendidikan). 5, (1), 35-46.

Mulyadi, Seto. (2008). “Mengembangkan Kreativitas Anak Sejak Usia Dini” Makalah

pada Seminar Mengembangkan

Kreativitas Anak Sejak Usia Dini BEM KEMA Psikologi UPI. Bandung.

Mulyana, Rohmat (Eds). (2004).

Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

PP No. 28 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Dasar. (Online). Tersedia di:

http://www.mappel.org/download-document?gid=320. (10 Oktober 2010). Santrock, John W. (2004). Life-span

Development (9th Edition). New York:

McGraw-Hill.

Semiawan, Conny. R. (2003).

“Pengembangan Rambu-rambu Belajar Sambil Bermain Pada Pendidikan Anak Usia Dini.” Buletin PADU: Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini (Menu Pembelajaran PADU). 2, (1), 14-19.

Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi Keluarga (Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja, dan Anak). Jakarta: Rineka Cipta.

Suherman (Eds). (2008). Konsep & Aplikasi Bimbingan dan Konseling. Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Pendidikan Indonesia.

Syaodih, Ernawulan & Agustin, Mubiar. (2008). Bimbingan dan Konseling untuk Anak Usia Dini (Modul). Jakarta: Universitas Tebuka.

Syaodih, Ernawulan. (2003). Bimbingan di Taman Kanak-kanak. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Bagian Proyek Peningkatan Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Syaodih, Ernawulan. (2004). Peranan Pengasuhan Orang Tua, Bimbingan Guru, dan Interaksi Teman Sebaya terhadap Perkembangan Perilaku Sosial Anak Taman Kanak-kanak. Semarang: UNNES.

UUSPN No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Online). Tersedia

(17)

[169]

di:

http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf. (10 Oktober 2010).

Yusuf, Syamsu & Nurihsan, A. Juntika. (2008b). Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosadakarya.

Yusuf, Syamsu & Sugandhi, Nani M. (2011).

Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(18)

Maulana, “Interaksi Pbl-Murder, Minat Penjurusan, Dan Kemampuan Dasar Matematis Terhadap Pencapaian Kemampuan Berpikir Dan Disposisi Kritis”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 1-20.

Asiah, “Pendekatan Komunikatif Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Di Kelas IV SD”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 21-36.

Isrok’ Atun, “Menemukan Kembali Rumus Luas Persegi Panjang Dengan Konstruktivisme (Studi Kasus Pada Mahasiswa PGSD)”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 37-47.

Ocih Sukaesih, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Pembelajaran Mengidentifikasi Jenis Makanan Hewan Di SD”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 48-63. Rana Gustian Nugraha, “Meningkatkan Ecoliteracy Siswa SD Melalui Metode Field-Trip

Kegiatan Ekonomi Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 64-76.

Fine Reffiane, Henry Januar Saputra, dan Taufik Hidayat, “Identifikasi Tingkat Kejujuran Siswa Sekolah Dasar Melalui Gerobak Kejujuran Di Kota Semarang”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 77-83.

Rif’at Shafwatul Anam, “Efektivitas Dan Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Pada Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 84-93.

Yena Sumayana, “Penggunaan Metode Index Card Match Pada Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Mengenal Sejarah Uang”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 94-100.

Maylan Sofian, “Siaran Radio Citra 99.4 FM Sebagai Media Pelestarian Tembang Sunda Bagi Siswa Sekolah Dasar”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 101-120.

Diah Gusrayani, “Learning Tasks’ What And How: Perspektif Dosen Dan Mahasiswa Mengenai Tugas Pembelajaran”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 121-132.

Idam Ragil Widianto Atmojo, “Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Berbasis Media Realita Terhadap Hasil Belajar Matakuliah Konsep Dasar IPA 1”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 133-142.

Jenny Indrastoeti, SP, & Hasan Mahfud, “Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Experiental Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 143-154.

Ipah Saripah & Lia Mulyani, “Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Prasekolah (TK dan Non TK)”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 155-169.

Cucun Sunaengsih, “Pengaruh Model Pembelajaran Transdisciplinary Terhadap Karakter Siswa Pada Sekolah Dasar Internasional Berbasis International Baccalaureate”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 170-177.

Sri Suciati, Ika Septiana, dan Mei Fita Asri Untari, “Penerapan Media Monosa (Monopoli Bahasa) Berbasis Kemandirian Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 178-192.

Hastuti, “Pengaruh Bahasa Pertama Terhadap Bahasa Kedua Dalam Karangan Siswa Kelas V SD”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 193-201.

Yulia Siska, “Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Sejarah Lokal Lampung Untuk Sekolah Dasar”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 202-214.

Ani Nur Aeni, “Menjadi Guru SD Yang Memiliki Kompetensi Personal-Religius Melalui Program One Day One Juz (ODOJ)”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 215-225.

Regina Lichteria Panjaitan, Dadan Djuanda, dan Nurdinah Hanifah, “Persepsi Guru Mengenai Sex Education di Sekolah Dasar Kelas VI”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 226-237. Egi Agustian, Atep Sujana, dan Yedi Kurniadi,Pengaruh Pendekatan Open-Ended Terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Sekolah Dasar Kelas V”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 238-246.

(19)

Redaksi berkala Mimbar Sekolah Dasar mengucapkan terima kasih kepada Mitra Bestari yang telah mereview naskah pada terbitan Volume 2 tahun 2015 ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Totok Sumaryanto, M.Pd. (FBS – Universitas Negeri Semarang) 2. Prof. Dr. Dwi Atmono, M.Pd., M.Si.

(FKIP – Universitas Lambung Mangkurat) 3. Dr. Edy Suyanto, M.Pd.

(FKIP – Universitas Lampung) 4. Andika Arisetyawan, M.Pd.

(20)

Penerbit Prodi PGSD UPI Kampus Sumedang http://kd-sumedang.upi.edu/

(Terbit April & Oktober) 1. Jenis Artikel

Artikel dapat berupa kajian hasil penelitian, kajian setara penelitian (ide/gagasan), dan resensi buku baru. Semua jenis artikel belum pernah dimuat di media apapun.

2. Format Tulisan

Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia dalam bentuk ESAI dengan extensi file docx (Microsoft Word) dan menggunakan acuan sebagai berikut:

- Margin : Atas & Bawah (2,5 cm), Kanan & Kiri (2,5 cm) - Ukuran Kertas : A4 (21 cm x 29,7 cm)

- Jenis huruf : Century Gothic - Ukuran Font : 10 pt

- Spasi : 1,5 (kecuali judul, identitas penulis, abstrak dan referensi: 1 spasi)

Penulisan pada judul dan sub-bagian artikel menggunakan aturan sebagai berikut: Tulisan level 1 (Huruf besar semua/UPPERCASE, rata kiri, cetak tebal)

Tulisan level 2 (Huruf besar kecil/Capitalize Each Word, rata kiri, cetak tebal)

Tulisan level 3 (Huruf besar kecil/Capitalize Each Word, rata kiri, cetak tebal & miring) Semua bagian penulisan level 1 dan 2 tidak menggunakan pointer – jika diperlukan keterangan atau penjelasan tambahan pada tubuh artikel gunakan footnote. Untuk keterangan tabel disimpan di atas tabel, untuk keterangan gambar atau diagram disimpan di bawahnya. Ukuran huruf di dalam tabel atau diagram lebih kecil, yakni dari 8-9 pt, spasi 1. Jumlah halaman termasuk tabel, diagram, foto, dan referensi adalah 10-20 halaman.

3. Struktur Artikel

a. Untuk artikel hasil penelitian menggunakan struktur sebagai berikut:

Judul (Tidak lebih dari 15 kata); Identitas Penulis (Baris pertama: nama tanpa gelar. Baris kedua: prodi/jurusan/instansi. Baris ketiga: alamat lengkap instansi. Baris keempat: alamat email dan nmr HP); Abstrak (Dibuat dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, masing-masing maksimal 200 kata, disertai kata kunci masing-masing maksimal lima kata); Pendahuluan (Berisi latarbelakang disertai tinjauan pustaka, tujuan dan urgensi penelitian); Metode (Berisi metode/pendekatan, subjek, waktu dan tempat, teknik pengumpulan data dan analisis data); Hasil; Pembahasan; Simpulan (Sesuai dengan pendahuluan/rumusan masalah); dan Referensi (Memuat referensi yang diacu saja, minimal 80% terbitan 10 tahun terakhir).

b. Untuk artikel setara penelitian (ide/gagasan) menggunakan struktur sebagai berikut: Judul (Tidak lebih dari 15 kata); Identitas Penulis (Baris pertama: nama tanpa gelar. Baris kedua: prodi/jurusan/instansi. Baris ketiga: alamat lengkap instansi. Baris keempat: alamat email dan nmr HP); Abstrak (Dibuat dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, masing-masing maksimal 200 kata; disertai kata kunci masing-masing maksimal lima kata); Pendahuluan (Berisi latarbelakang disertai tinjauan pustaka dan tujuan); Pembahasan (Judul bahasan disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat dibagi ke dalam sub-bagian); Simpulan (Sesuai dengan pendahuluan); dan Referensi (Memuat referensi yang diacu saja, minimal 80% terbitan 10 tahun terakhir).

c. Untuk artikel resensi buku menggunakan struktur sebagai berikut:

Judul (Tidak lebih dari 15 kata); Identitas Penulis (Baris pertama: nama tanpa gelar. Baris kedua: prodi/jurusan/instansi. Baris ketiga: alamat lengkap instansi. Baris keempat: alamat email dan nmr HP); Identitas Buku (Berisi judul buku, penulis, penerbit, tahun terbit, jumlah halaman, ISBN, dan foto cover/sampul depan); Pembahasan (Judul bahasan disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat dibagi ke dalam sub-bagian).

(21)

yang telah diadaptasi sesuai kebutuhan Universitas Pendidikan Indonesia. Contoh dapat melihat pada artikel yang telah dimuat, atau selengkapnya dapat dilihat di akhir pedoman penulisan ini.

5. Penyuntingan

a. Artikel dikirim kepada tim redaksi dengan alamat email: mimbar.sd@upi.edu. Jika diperlukan, tim redaksi akan meminta file dalam CD dan print-out sebanyak tiga eksemplar yang dikirim ke alamat: Redaksi Jurnal Mimbar Sekolah Dasar, Prodi PGSD UPI Kampus Sumedang - Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang Jawa Barat 45322.

b. Artikel yang telah dievaluasi oleh tim penyunting atau reviewer berhak untuk ditolak atau dimuat dengan pemberitahuan secara tertulis, dan apabila diperlukan tim penyunting akan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan revisi sesuai dengan rekomendasi hasil penyuntingan. Untuk keseragaman format, penyunting berhak untuk melakukan pengubahan artikel tanpa mengubah substansi artikel.

c. Semua isi artikel adalah tanggung jawab penulis, dan jika pada masa pracetak ditemukan masalah di dalam artikel yang berkaitan dengan pengutipan atau HAKI, maka artikel yang bersangkutan akan dicancel untuk dimuat. Untuk artikel yang dimuat, penulis akan mendapatkan dua eksemplar berkala sebagai tanda bukti pemuatan serta 10 eksemplar cetak lepas untuk keperluan masing-masing penulis, dan wajib memberikan kontribusi biaya pencetakan sesuai ketentuan tim berkala Mimbar Sekolah Dasar sebesar Rp. 250.000 di luar ongkos kirim.

CONTOH PENULISAN KUTIPAN DAN REFERENSI: JENIS

RUJUKAN DI DALAM TEKS ACUAN/REFERENSI/BIBLIOGRAFI DI DALAM PUSTAKA Seorang

penulis A symbol is connected to its referent in the world by our sense of organs (Pinker, 2009 p.80)

atau

Pinker (2009, p. 80) claimed that a symbol ..

Pinker, S. (2009). How the mind works. New York, NY: W.W. Norton & Company, Inc.

Dua orang

penulis A set of verbs with individually similar meanings can be juxtaposed with a set of nouns with individually similar meanings ... (Hunston & Oakey, 2010)

atau

Hunston dan Oakey (1991) mengklaim bahwa …

Hunston, S. & Oakey, D. (2010). Introducing applied linguistics: Concepts and skills. New York, NY: Routledge.

Tiga s.d. 5

penulis Penjelasan (Coyle, Hood, & Marsh, 2010) menyimpulkan bahwa ...

Kutipan berikutnya dalam teks:

(Coyle et al., 2001)

Coyle, D., Hood, P. And Marsh, D. (2010). CLIL:

Content and language integrated learning.

Cambridge: Cambridge University Press.

Penulis sebagai penerbit

(Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan [Balitbang Depdiknas], 2010) Atau

Badan Penelitian dan Pengembangan,

Badan Penelitian dan Pengembangan [Balitbang]

(2007). The assessment of curriculum policy

of language subjects: Assessment report.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan.

Balitbang. (2008). The assessment of curriculum policies in secondary education: Assessment

(22)

Depdiknas], (2010) menunjukan bahwa .... Kutipan berikutnya:

(Balitbang Depdiknas, 2010) Buku ber

editor (Waugh & Monville-Burston, 1990) Waugh, L.R., & Monville-Burston, M. (eds.). (1990). On language: Roman Jakobson. Cambridge, MA: Harvard University Press.

Beberapa karya dipublikasikan oleh seorang penulis pada tahun yang sama

(Sukyadi, 2011a, 2011b) Sukyadi, D., Setyarini, S. & Junida, A.I. (2011a). A Semiotic Analysis of Cyber Emoticons (A

Case Study of Kaskus Emoticons in The Lounge Forum at Kaskus-the Largest Indonesian Community. K@ta: A Biannual Publication on the Study of Language and Literature, 13(1), pp. 37-50,

Sukyadi, D. & Mardiani, R. (2011b). The Washback Effect of National Examination (ENE) on

English teachers’ Classroom Teaching and Students’ Learning. K@ta: A Biannual Publication on the Study of Language and Literature, 13(1), pp. 96-111,

(susun secara alfabetis berdasarkan judul) Buku yang

disusun oleh sebuah lembaga atau institusi

Badan Standar Nasional Pendidikan (2012)

merekomendasikan bahwa ...

(Badan Standar Nasional Pendidikan, 2012)

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2010).

Pedoman penulisan buku ajar untuk

perguruan tinggi. Jakarta: Badan Standar

Nasional Pendidikan. (Laporan Tahunan

Universitas Pendidikan Indonesia, BHMN, 2009)

Laporan Tahunan Universitas Pendidikan Indonesia, Badan Hukum Milik Negara. (2009).Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia BHMN. Buku

elektronik Most authors begin their articles by explaining what caused them to conduct their

empirical investigations (Huck, 2012)

Huck, S.W. (2012). Reading statistics and research. Boston, MA: Pearson Education, Inc.

Available from NetLibrary database.

Buku

terjemahan (Young & Rang, 2005) Young, Y. S. & Rang, K. I. (2005). jorok ada di sini: Buku pengetahuan paling Semua yang jorok sedunia (M. Ayudiah, Trans.). Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Bab dalam

sebuah buku (Richards, 2002) Gunakan penulis Bab, bukan editor buku tersebut

Richards, J. C. (2002) Theories of Teaching in Language Teaching. In Richards, J.C. and Renandya, W.A. (Eds.). (2002). Methodology in language teaching: An anthology of

current practice. Cambridge: Cambridge

University Press. Kutipan lebih

dari 1 halaman

Kutipan pertama:

(Rush, Waldrop, Mitchell, & Dyches, 2005, pp. 283-284) Kutipan berikutnya dar sumber

yang sama:

(Rush et al., 2005, p. 291)

Rush, K. L., Waldrop, S., Mitchell, C., & Dyches, C. (2005). The RN-BSN distance education

experience: From educational limbo to more than

an elusive degree. Journal of Professional Nursing, 21, 283-292.

Dari

ensiklopedia (Crystal, 1987) Crystal, D. (1987). The Cambridge encyclopedia of language). Cambridge: Cambridge University Press.

(23)

majalah mamala keur dirina. Mangle, 2364, pp.14-15. Dari artikel

koran cetak dengan penulis

(Kunaefi, 2012) Kunaefi, R. Mengidamkan postur polisi ideal. (2012, January 4). The Republika, p. 4. Dokumen

pemerintah Jalal, Samani, Chang, Stevenson, Ragats, and Negara (2009) report that despite the positive contributions of MGMP, there are also ..

Jalal, F., Samani, M., Chang, M. C., Stevenson, R., Ragats, A.B. and Negara, S.D. (2009).

Teacher certification in Indonesia: A strategy

for teacher quality improvement. Jakarta:

Ministry of National Education and World bank. Retrived March 6, 2012, from: http://ddp-ext.worldbank.org/EdStats/ IDNprwp09c.pdf

Undang-undang Law of the Republic of Indonesia Number 2, 1989 on National Education System, Article 5, Verse 1, states that ..

Law of the Republic of Indonesia, Number 2, 1989, on National Education System.

Makalah seminar atau konferensi atau prosiding

(Sukyadi, 2011) Pemakalah, A. A., & Pemakalah, B. B. (tahun). Judul Makalah atau prosiding. Dalam A. Editor (Ed.), Judul simposium atau konferensi pp. x-x). tempat: Penerbit.

Penyaji, A. A. (Tahun, Bulan). Judul Makalah. Makalah disajikan dalam pertemuan nama organisasi, tempat

Sukyadi, D. (2011). The metaphorical use of English

address terms in indonesian blog comments (A pragmatic analysis of Indonesian bloggers). Disajikan pada Conference on English Studies (CONEST) 8, Unika Atma Jaya, Jakart Artikel jurnal dengan satu penulis (Karjo, 201) Atau Karjo (2011) berpendapat bahwa …

Karjo, C.H. (2011). Investigation of scalar implicature of Binus University students.

K@ta: A Biannual Publication on the Study of

Language and Literature, 13(1), pp. 56-75,

Artikel jurnal dengan 3-6 penulis

(Sukyadi, Setyarini, & Junida,

2011) Sukyadi, D., Setyarini, S. & Junida, A.I. (2011). A semiotic analysis of cyber emoticons (A case study of kaskus emoticons in The Lounge Forum at Kaskus-the Largest Indonesian

Community. K@ta: A Biannual Publication on the Study of Language and Literature, 13(1), pp. 37-50,

Berasal dari tesis individu atau institusi

(Amalia, 2012) Amalia, A. (2012). The use of video in teaching writing procedural text: A quasi-experimental study in one of Senior High Schools in

Bandung (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2012, Tidak diterbitkan) Skripsi/tesis/di

sertasi dari database

McNiel (2006)

(MCNiel, 2006) McNiel, D. S. (2006). personal narrative discussing growing up with Meaning through narrative: A

an alcoholic mother. Retrieved from ProQuest

Digital Dissertations. (AAT 1434728) Abstrak dari

basis data (Morrissey, 2004) Morrissey, J. P. (2004). recidivism of mentally ill persons released Medicaid benefits and from jail (NCJ No. 214169) [Abstract].

Retrieved from National Criminal Justice Reference Service abstracts database. Abstrak

seminar atau simposisum

Brier, Pandelaere, Dewitte, &

Warlop (2006) Briers, B., Pandelaere, M., Dewitte, S., & Warlop, L. (2006, June). Hungry for money: The desire for caloric resources increases the desire for

(24)

Human Behavior and Evolution Society. Abstract retrieved from http://www.hbes .com/HBES/abst2006.pdf.

Skripsi/tesis/di sertasi dari Repositori

(Amalia, 2012) Amalia, A. (2012). The use of video in teaching writing procedural text: A quasi-experimental study in one of Senior High Schools in

Bandung (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2012). Retrieved from

http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_s kripsi=11587

Book review

(Telaah Buku) Cramond (2007) Cramond, B. (2007). Enriching the brain? Probably not for psychologists [Review of the book

Enriching the brain: How to maximize every learner’s potential]. PsycCRITIQUES, 52(4), Article 2. Retrieved from

http://www.apa.org/psyccritiques/ Laman web

dengan penulis

(Ljungberg, 2012) Ljungberg, C.( 2012). Shadows, mirrors, and smoke

screens: zooming on iconicity. Retrieved

March 22, 2012, from

http://www.iconicity.ch/en/iconicity/index.php Laman web

tanpa tahun (Sound Symbolism Checksheet, n.d.) Ling 131: Language & Style. (n.d.) symbolism checksheet. Retrieved March 22, Sound 2012, from http://www.lancs.ac.uk/fass/projects/stylistics/ topic5a/7soundchecksheet.htm Bila kutipan dari laman web sebuah institusi (Perpustakaan UPI, 2011) Sebagaimana dikatakan oleh Perpustakaan UPI (2011)

Perpustakaan UPI. (2011). Menyimak fungsi

perpustakaan. Retrieved March 26, 2012,

from

http://perpustakaan.upi.edu/index.php?option =com_content&task=view&id=26&Itemid=1 (Sekolah Pascasarjana UPI,

n.d.) Sekolah Pascasarjana UPI. (n.d.). pada tanggal 26 Maret 2012 dari: Sejarah. Diakses http://sps.upi.edu/tentang-sps/sejarah/

Gambar dari

Web Photo Paris Van JavaBandung-Indonesia (ID: 5081183ID, n.d.)

Paris Van Java-Bandung-Indonesia [Photo] (n.d.). Retrieved March 25, 2012 from

http://www.panoramio.com/photo/5081183

Gambar

Grafik 1. Profil Keterampilan Sosial Siswa SD Berlatar belakang TK dan Non TK
Grafik 2. Profil Keterampilan Sosial Siswa SD Berlatar belakang TK dan Non TK Tiap Kategori
Tabel 2. Rekapitulasi Keterampilan Sosial Siswa SD Berlatar Belakang TK dan Non TK secara Umum,  Kategori dan Indikator
Gambar dari

Referensi

Dokumen terkait

Ulkus diabetik sebagai komplikasi kronik dari diabetes mellitus cenderung timbul sejalan dengan lamanya mengidap diabetes, dengan mekanisme melalui gangguan metabolism

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep dan kompetensi strategis matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kompetensi personal trainer terhadap program latihan dan jasa yang diberikan pada member fitness di

Menerapkan konsep-konsep: sistem bilangan, bilangan kompleks, matriks, diferensial, dan integral (tak tentu dan tertentu) untuk fungsi dengan satu perubah bebas; dalam

Nilai Rata-rata Tingkat Konsumsi Pakan (TKP), Efisiensi Pemanfaatan Pakan (EPP), Protein Efisiensi Rasio (PER), Laju Pertumbuhan Relatif (RGR), dan Kelulushidupan (SR) Ikan Mas (

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru pendidikan jasmani antara lain kemampuan mengelola proses pembelajaran, membangkitkan motivasi dan memberikan

[r]

Menurut Rusman, kenaikan TDL sebesar 15% tersebut berpotensi menaikkan inflasi sebesar 0,36% karena bobot TDL dalam inflasi sebesar 2,4%.Untuk keadaan bulan Maret