• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Remaja

1. Definisi

Remaja menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2002) adalah usia muda atau mulai dewasa, sedangkan remaja menurut William (2002) merupakan masa peralihan dari masa kanak- kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja, berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.

Remaja adalah usia transisi, seorang individu telah meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun masyarakat, semakin maju masyarakat semakin panjang usia remaja karena ia harus mempersiapkan diri untuk menyesuaikan dirinya dengan masyarakat yang banyak dan tuntutannya (Hurlock, 2003).

2. Ciri-ciri remaja

Ciri remaja pada anak wanita biasanya ditandai dengan tubuh yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu sejak lahir. Perubahan yang cukup menyolok terjadi ketika remaja memasuki usia 9-15 tahun, biasanya para remaja tidak hanya tumbuh menjadi tinggi dan besar saja, tetapi terjadi juga perubahan-perubahan didalam tubuh yang memungkinkan untuk bereproduksi atau keturunan. Datangnya menstruasi pertama pada setiap orang tidak sama pada setiap remaja. Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut salah satunya adalah gizi. Biasanya setiap anak dapat menstruasi pada usia 9-15 tahun.

(2)

Biasanya remaja perempuan, sebelum menstruasi akan menjadi sangat sensitif, emosional dan khawatir tanpa alasan yang jelas (Hurlock, 2003).

3. Perkembangan remaja

Remaja menurut Hurlock (2003) dibagi atas 3 kelompok usia tahap perkembangan, yaitu:

a. Early Adolescence (Remaja Awal)

Berada pada rentang usia 12 sampai 15 tahun, merupakan masa negatif, karena pada masa ini terdapat sikap dan sifat negatif yang belum terlihat dalam masa kanak-kanak, individu merasa bingung, cemas, takut dan gelisah. Biasanya pada masa ini terjadi haid untuk pertama kali.

b. Midle Adoelescence (Remaja Pertengahan)

Dengan rentang usia 15 sampai 18 tahun pada masa ini individu menginginkan atau menandakan sesuatu dan mencari-cari sesuatu merasa sunyi dan merasa tidak dapat mengerti dan tidak dimengerti oleh orang lain.

c. Late Adolescence (Remaja Akhir)

Berkisar pada usia 18 sampai 21 tahun. Pada masa ini individu mulai stabil mulai memahami arah hidup dan menyadari dari tujuan hidupnya. Mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas.

Perkembangan yang dialami remaja menurut Hurlock (2003) adalah: a. Perkembangan fisik: perkembangan fisik pada masa remaja,

mengarah pada pencapaian bentuk badan orang dewasa. Perkembangan fisik terlihat jelas dari perubahan tinggi badan, bentuk badan dan perkembangannya otot-otot tubuh.

(3)

b. Perkembangan seksual: perkembangan ditandai dengan munculnya tanda-tanda kelamin primer dan sekunder. Salah satunya ditandai dengan haid untuk pertama kali.

c. Perkembangan heteroseksual: pada masa remaja mulai timbul rasa ketertarikan terhadap lawan jenis.

d. Perkembangan kognitif: pada perkembangan ini terjadi perkembangan pada fungsi otak.

e. Perkembangan identitas diri: proses pembentukan identitas diri telah dimulai sejak kanak-kanak dan mencapai puncak pada masa remaja. Secara umum identitas diri adalah perasaan individualitas yang mantap dimana individu tidak tenggelam dalam peran sosial yang dimainkan tetapi tetap dihayati sebagai pribadi diri sendiri.

B. Payudara

1. Anatomi Payudara

Kelenjar mammae (payudara) dimiliki oleh kedua jenis kelamin. Kelenjar ini menjadi fungsional saat pubertas untuk merespon estrogen pada perempuan dan pada laki-laki biasanya tidak berkembang. Saat kehamilan, kelenjar mammae mencapai perkembangan puncaknya dan berfungsi untuk produksi susu (laktasi) setelah melahirkan bayi.

a. Struktur

Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose yang tertutup kulit pada dinding anterior dada. Payudara terletak diatas otot pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat. Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat dan bukan pada jumlah glandular aktual.

1) Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus dialiri duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus lakteferus (ampula).

(4)

2) Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligamen suspensorium cooper (berkas jaringan ikat fibrosa). 3) Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus,

setiap lobulus kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli sekretori.

4) Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut membentang keluar sekitar 1 cm sampai 2 cm untuk membentuk aerola. b. Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara

1) Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari cabang arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan vena supervisial yang menuju vena kava superior.

2) Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan aerola adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar (Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., 2005). 2. Fisiologi Payudara

Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi oleh hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas sampai menopause. Sejak pubertas, estrogen dan progesteron menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya sinus. Perubahan kedua, sesuai dengan daur haid. Beberapa hari sebelum haid, payudara akan mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri. Oleh karena itu pemeriksaan payudara tidak mungkin dilakukan pada saat ini. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Saat hamil payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru. Adanya sekresi hormon prolaktin memicu terjadinya laktasi, dimana alveolus menghasilkan ASI

(5)

dan disalurkan ke sinus kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu (Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., 2005).

C. Fibroadenoma Mammae 1. Definisi

Fibroadenoma mammae merupakan jenis tumor jinak payudara yang paling banyak ditemukan, dan merupakan tumor primer yang paling banyak ditemukan pada kelompok umur muda.(Yulianto, 2007).

Fibroadenoma adalah tumor jinak yang memperlihatkan bukti-bukti tentang proliferasi jaringan ikat dan epitelium. Ini berasal dari lobus payudara dan dapat dianggap sebagai suatu penyimpangan dari perkembangan lobuler normal bukan tumor yang sesungguhnya. Asal penyakit ini menjelaskan mengapa fibroadenoma sering terjadi pada wanita muda pada masa perkembangan lobuler, dan mengapa ini kadang ditemukan dalam kombinasi dengan karsinoma lobuler (Morris, 2002).

Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang biasanya timbul pada wanita berumur 18-20 tahun, yang biasanya terasa membesar pada saat haid(Oswari, 2003)

Fibroadenoma adalah suatu neoplasma berbatas tegas, padat, berkapsul, dan lesi payudara terlazim dalam wanita berusia dibawah 25 tahun. Sebagian besar (80%) tunggal(Sabiston, 2002).

Hormon juga bisa menyebabkan gangguan abnormal pada payudara wanita. Salah satu akibat negatif dari hormon estrogen adalah dapat menimbulkan terjadinya fibroadenoma mammae yaitu tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada usia reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap esterogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam mammary displasia. Penyakit ini terjadi secara asimptomatik pada 25% wanita dan sering terjadi pada usia awal reproduktif dan puncaknya adalah antara usia 15 sampai 35 tahun (Brave jurnal, 2009).

(6)

Wanita yang menderita atau pernah menderita fibroadenomma memiliki peningkatan risiko untuk mengalami kanker payudara. Peningkatan risiko untuk terkena kanker payudara pada wanita dengan riwayat tumor jinak berhubungan dengan adanya proses proliferasi yang berlebihan. Proses proliferasi jaringan payudara yang berlebihan tanpa adanya pengendalian kematian sel yang terprogram oleh proses apoptosis mengakibatkan timbulnya keganasan karena tidak adanya kemampuan untuk mendeteksi kerusakan pada DNA. Oleh sebab itu perlu di lakukannya deteksi dini fibroadenoma mammae agar tidak terjadi keganasan tersebut (Rini Indrati jurnal, 2007).

2. Morfologi

Fibroadenoma muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal, mudah digerakkan, dan bergaris tengah 1 hingga 10 cm. Walaupun jarang, tumor ini mungkin multipel dan mungkin bergaris tengah lebih dari 10 cm (fibroadenoma raksasa) (Robbins, 2007).

Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang sering terjadi di payudara. Benjolan tersebut berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan jaringan glanduler (epitel) yang berada di payudara, sehingga tumor ini disebut sebagai tumor campur (mix tumor), tumor tersebut dapat berbentuk bulat atau oval, bertekstur kenyal atau padat, dan biasanya nyeri. Fibroadenoma ini dapat kita gerakkan dengan mudah karena pada tumor ini terbentuk kapsul sehingga dapat mobil, sehingga sering disebut sebagai ”breast mouse”. Pada wanita muda, tumor teraba lunak dengan permukaan potongan agak gelatinosa, akibat hilangnya komponen jaringan ikat. Sedangkan pada umur lebih tua, cenderung lebih keras karena jaringan ikat menjadi lebih fibrosa bahkan lebih disertai klasifikasi.

(7)

3. Etiologi dan Epidemiologi

Peningkatan mutlak atau nisbi aktivitas estrogen diperkirakan berperan dalam pembentukan fibroadenoma, dan lesi serupa mungkin muncul bersama dengan perubahan fibrokistik (fibroadenosis). Fibroadenoma biasanya terjadi pada perempuan muda (Morris, 2002)

Fibroadenoma tergantung pada hormon dan bisa berfluktuasi dalam diameter sebanyak 1 cm di bawah pengaruh esterogen haid normal, kehamilan, laktasi, atau penggunaan kontrasepsi oral. Pertumbuhan cepat bisa jelas selama kehamilan atau laktasi (Sabiston, 2002).

4. Gejala Klinik

Kebanyakan fibroadenoma mammae diderita oleh anak perempuan umur 15 sampai 25 tahun. Tetapi digunakan pada pemeriksaan patologi, dalam diagnosa benjolan benjolan payudara pada wanitayang lebih tua. Secara keseluruhan umur median pemeriksaan lebih mendekati 30 tahun. Ini dapat mengurangi insidensi setelah menopause, ketika benjolan mengalami involusi. Selama masa ini benjolan mungkin mengalami klasifikasi dan demikian menjadi terlihat pada mammografi.

Fibroadenoma mammae adalah struktur yang halus, kenyal, rata dan sedikit berlobus-lobus, biasanya berdiameter kira-kira 2-3 cm. Benjolan tersebut tidak menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas) dan tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara atau retraksi puting. Fibroadenoma biasanya dapat digeser-geser. Pada anak perempuan, istilah tikus payudara (breast mouse) cenderung digunakan. Dengan bertambahnya umur, derajat mobilitas tersebut berkurang disebabkan adanya efek penghambat dari involusi jaringan ikat disekitarnya. Pada wanita lanjut usia, ini mungkin masih ada sebagai benjolan kecil keras dan masih sangat mobile.

Sekitar dari 10 persen dari semua penderita mempunyai beberapa fibroadenoma saat pemeriksaan, dan kadang dokter menemukan wanita

(8)

muda yang seluruh payudaranya tampak digantikan oleh jaringan fibroadenotik yang lainnya mempunyai fibroadenoma rekuren.

5. Diagnosis

Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan tiga cara, yaitu dengan pemeriksaan fisik (phisycal examination), dengan mammography atau ultrasound, dengan Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC). Pada pemeriksaan fisik dokter akan memeriksa benjolan yang ada dengan palpasi pada daerah tersebut, dari palpasi itu dapat diketahui apakah mobil atau tidak, kenyal atau keras, dan lain-lain. Mammography digunakan untuk membantu diagnosis, mammography sangat berguna untuk mendiagnosis wanita dengan usia tua sekitar 60 atau 70tahun, sedangkan pada wanita usia muda tidak digunakan mammography, sebagai gantinya digunakan ultrasound, hal ini karena fibroadenoma pada wanita muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik bila menggunakan mammography.

Sampai dengan umur 25 tahun, diagnosa klinis sudah mencukupi. Tetapi usia diatas itu konfirmasi patologi akan diperlukan karena adanya kebutuhan untuk memastikan adanya karsinoma mammae. Sitologi aspirasi jarum kecil merupakan metode diagnosa yang akurat pada wanita yang lebih tua. Walaupun sel epitel hiperplastik mungkin akan disangka sebagai neoplasia. Karena fibroadenoma biasanya ditemukan secara klinis pada wanita usia muda, maka mammografi tidak mempunyai tempat dalam diagnosa rutin. Pada pasien yang lebih tua, fibroadenoma timbul sebagai lesi halus soliter dalam radiografi, dengan densitas yang sama atau agak lebih tinggi daripada jaringan sekitarnya. Dengan bertambahnya usia, klasifikasi yang tidak merata menjadi terlihat (Sabiston, 2002).

Fibroadenoma biasanya tanpa ada gejala dan ditemukan secara kebetulan. Pada 10-15% kasus, fibroadenoma bersifat majemuk. Tumornya bersifat keras, kenyal, tak nyeri tekan, bulat, berbatas tegas,

(9)

dan pada palpasi terkesan bahwa ia mudah „berlari-lari‟. Diperlukan eksisi tumor, atau pemastian diagnosa dengan aspirasi jarum halus. Resiko utama adalah bila fibroadenoma yang tak tereksisi bertumbuh dan menimbulkan rasa nyeri, khususnya selama (Schrock, 2002).

6. Diagnosa Banding

a. Tumor phyloides benigna

Neoplasma yang dicirikan dengan dua lapisan epitel yang terletak di dalam celah yang dikelilingi dengan komponen hiperseluler mesenkima. Sebagian besar dari kasus adalah benigna.

b. Tabular Adenoma

Lesi proliferasi benigna yang terdiri dari tubulus kecil yang uniform serta dilapisi sel epitel dan lapisan tipis dari sel mioepitel.

c. Adenomioepitelioma

Tumor benigna yang berbatas tegas yang terdiri dari proliferasi sel mioepitel di sekeliling lapisan epitel dan merupakan massa yang dapat dipalpasi (Rosai, 2006).

7. Terapi (treatment)

Terapi untuk fibroadenoma tergantuk dari beberapa hal sebagai berikut:

a. Ukuran

b. Terdapat rasa nyeri atau tidak c. Usia pasien

d. Hasil biopsy

Terapi dari fibroadenoma mammae dapat dilakukan dengan operasi pengangkatan tumor tersebut, biasanya dilakukan general anaesthetic pada operasi ini. Operasi ini tidak akan merubah bentuk dari payudara, tetapi hanya akan meninggalkan luka atau jaringan parut yang nanti akan diganti oleh jaringan normal secara perlahan.(Alhadrami, 2007).

(10)

Fibroadenoma yang lebih besar (lebih dari 2 cm) harus diangkat, karena dapat menyebabkan nyeri dan dapat bertambah besar terus (Schrock, 2002).

8. Deteksi Dini Fibroadenoma Mammae a. Defenisi

Deteksi dini fibroadenoma adalah suatu usaha untuk mendeteksi dan menentukan adanya benjolan atau kelainan seawal mungkin pada payudara. Kemungkinan timbulnya benjolan pada payudara sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri (SADARI) (Dalimartha, 2004).

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) adalah suatu cara melakukan pemeriksaan payudara yang dapat dilakukan oleh diri sendiri tanpa bantuan orang lain (Rasjidi, 2010).

b. Tujuan

Tujuan dari SADARI adalah mendeteksi dini apabila terdapat benjolan atau kelainan pada payudara sehingga dapat segera dilakukan tindakan apabila ditemukan kelainan (Putri, 2009).

c. Waktu

Waktu terbaik untuk memeriksa payudara sendiri yaitu setelah periode menstruasi atau pada hari ke 7 – 10 hari setelah menstruasi karena pada saat ini jaringan payudara dalam keadaan lunak karena pengaruh hormonal. Jika pemeriksaan ini dilakukan pada saat jaringan payudara padat, maka seolah-olah akan teraba benjolan dan hasil pemeriksaannya menjadi positif palsu. Dan apabila periode menstruasi tidak teratur atau kadang–kadang dalam sebulan tidak terjadi, dapat dilakukan pada hari yang sama pada setiap bulan. Untuk wanita yang sudah mengalami menopause, SADARI dilakukan secara rutin setiap bulan (Rasjidi, 2010).

(11)

d. Cara Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri 1) Langkah 1

a) Memulainya dengan melihat payudara dicermin b) Posisi pundak tegap

c) Kedua tangan di pinggang Yang harus dilihat adalah : a) Ukuran payudara b) Bentuk payudara c) Warna payudara

Payudara normal adalah payudara dengan bentuk sempurna tanpa perubahan bentuk dan pembengkakan.

Payudara yang bermasalah adalah : a) Kulit mengkerut

b) Terjadi lipatan c) Ada benjolan

d) Puting berubah poisi biasanya seperti tertarik kedalam e) Kemerahan nyeri

f) Ruam-ruam atau bengkak 2) Langkah 2

a) Angkat tangan anda ke atas

b) Amati jika ada perubahan-perubahan payudara

3) Langkah 3

a) Saat bercermin, cermati puting anda

b) Periksalah ada cairan yang keluar dari puting atau tidak (baik itu cairan bening seperti susu, berwarna kuning, atau bercampur darah).

(12)

c) Periksalah puting susu anda, apakah terdapat tanda-tanda yang tidak wajar seperti luka atau koreng.

Puting yang baik adalah :

Jika anda tidak menyusui maka tidak akan keluar cairan apapun. Namun jika anda menyusui akan mengeluarkan ASI tentunya.

Puting susu yang bermasalah adalah :

a) Mengeluarkan cairan yang berwarna kuning dan bercampur darah

b) Puting luka atau mengoreng 4) Langkah 4

a. Langkah 4a

Merasakan payudara dengan cara berbaring

1) Pergunakanlah tangan kanan untuk merasakan payudara kiri, begitu sebaliknya.

2) Pijatlah dengan pelan namun mantaf (tapi bukan keras). Pijatan dapat dilakukan dengan tiga ujung jari anda (telunjuk, tengah, manis).

3) Jaga posisi ujung jari datar terhadap permukaan payudara.

4) Gunakan gerakan memutar, sekali putaran mencakup seperempat bagian payudara.

b. Langkah 4b

Pijatlah payudara dengan cara berbaring :

1) Mulai pijatlah payudara anda dari atas sampai bawah, kiri kanan.

(13)

2) Setelah itu pijatlah juga dari tulang punduk sampai bagian atas perut dan dari ketiak sampai belahan payudara.

3) Buatlah pola memutar untuk memastikan anda sudah memijat seluruh bagian payudara anda.

4) Mulailah dari puting, buat gerakkan memutar, semakin lama semakin membesar sampai anda mencapai bagian tepi payudara.

5) Anda juga dapat membuat gerakan naik turun, gerakan ini bagi sebagian besar wanita dianggap lebih efektif. 6) Pastikan anda merasakan seluruh jaringan payudara

dari depan (puting) sampai bagian belakang payudara. 7) Pakailah pijatan-pijatan yang sesuai dengan anatomi

payudara, yaitu ringan untuk kulit dan jaringan tepat dibawah kulit, pijatan sedang utuk bagian tengah payudara dan pijatan kuat untuk jaringan bagian dalam. 8) Saat anda mencapai jaringan bagian dalam, anda harus

dapat merasakan tulang iga anda.

5) Langkah 5

a) Rasakan payudara anda saat anda berdiri dan duduk

b) Anda dapat merabanya saat anda mandi karena bagi sebagian wanita, mereka merasa jauh lebih mudah memijit saat kulit payudara dalam keadaan basah dan licin.

c) Lakukan dengan gerakkan yang sama dengan langkah nomor 4.

(14)

D. Perilaku Kesehatan 1. Definisi

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon. Skinner membedakan ada dua respons, yaitu:

a. Respondent Respons atau Reflexive Respons

Adalah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan-perangsangan semacam ini disebut eliciting stimuli karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap, misalnya makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Pada umumnya perangsangan-perangsangan yang demikian itu mendahului respons yang ditimbulkan. Respondent espons ini juga mencakup perilaku emosional.

b. Operant Respons atau Instrumental Respons

Adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme.

Dilihat dari 2 bentuk repons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibentuk menjadi 2 :

1) Perilaku Tertutup (Convert Behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

(15)

menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2) Perilaku terbuka (Overt Behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2. Prosedur Pembentukan Perilaku

Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2003) prosedur pembentukan perilaku adalah sebagai berikut :

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.

b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud. c. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu

sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.

d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini sudah terbentuk kemudian dilakukan komponen (perilaku) yang kedua, diberi hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi), demikian berulang-ulang sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.

(16)

3. Domain Perilaku

Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus rangsangan dari luar organisme (orang), dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor–faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor yang membedakan respon dangan stimulus yang berbeda dapat dibedakan menjadi dua yaitu (Notoatmodjo, 2007) : a. Determinan atau faktor internal

Yakni, karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

b. Determinan atau faktor eksternal

Yakni, lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

Green menganalisis perilaku manusia dari tingkan kesehatan. Menurut Green (2002) perilaku dipengaruhi 3 faktor utama yaitu : a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. Untuk berperilaku kesehatan, diperlukan pengetahuan dan kesadaran tentang manfaat perilaku kesehatan tersebut. Disamping itu, kadang kepercayaan akan tradisi masyarakat, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi juga dapat menghambat atau mendorong seseorang untuk berperilaku. Faktorfaktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor ini disebut faktor pemudah.

(17)

b. Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Untuk dapat berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana mendukung atau fasilitas yang memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau pemudah.

c. Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

E. Pengetahuan 1. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang yang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

Dalam pengertian lain pengetahuan adalah sebagai yang ditemui dan diperoleh melalui suatu pengamatan. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal pikirannya untuk mengendalikan benda atau peristiwa tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa seseorang mengambil perilaku yang baru dalam dirinya, orang tersebut melakukan beberapa proses adopsi perilaku yaitu:

a. Kesadaran (Awareness)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi.

(18)

b. Merasa tertarik (Interest)

Seseorang tersebut merasa tertarik terhadap benda atau obyek yang dilihatnya.

c. Menimbang-nimbang (Evaluation)

Menimbang-nimbang terhadap baik buruknya objek atau benda tersebut bagi dirinya.

d. Mencoba (Trial)

Mulai mencoba perilaku yang baru setelah orang tersebut menerimanya.

e. Beradaptasi

Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran terhadap benda atau obyek yang ia terima.

Berdasarkan beberapa definisi diatas bisa diambil kesimpulan bahwa pengetahuan yang luas dapat diperoleh dari aktifitas manusia berupa pengalaman mendengar dan membaca.

2. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang sedangkan perilaku akan bersifat langgeng apabila didasari oleh pengetahuan dan kesadaran. Secara terinci perilaku manusia merupakan refleksi dari gejala kejiwaan yang salah satunya adalah pengetahuan. Menurut Notoatmodjo, 2007 tingkatan pengetahuan dibagi menjadi 6 (enam) yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karnea itu “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur apakah orang tahu tentang apa yang

(19)

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi, harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi atau yang sebenarnya. Aplikasi ini bisa diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjalankan materi obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja. Dapat menggunakan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.

e. Sintesis

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan dan menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formula baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori-teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian terhadap suatu

(20)

evaluasi didasari suatu kinerja yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Indikator Pengetahuan

Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mngetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2007) : a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit meliputi :

1) Penyebab pebyakit

2) Gejala penyakit atau tanda penyakit

3) Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan 4) Bagaimana cara penularannya

5) Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi dan sebagainya.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Sukanto (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah :

a. Faktor Internal 1) Jasmani

Faktor jasmani diantaranya adalah keadaan indra seseorang. 2) Rohani

Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi efektif dan kognitif individu.

b. Faktor Eksternal 1) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh memberi respon yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.

(21)

2) Sosial ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik lebih mudah tercukupi dibandingdengan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder.

3) Paparan Media Massa

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat sebagai seseorang yang lebih sering terpapar oleh media (tv, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi yang dapat menambah pengetahuan mereka.

4) Sosial dan Budaya

Manusia adalah makhluk sosial dimana di dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Indivudu yang dapat berinteraksi secara kontinyu lebih besar terpapar informasi sementara faktor hubungan sosial yang mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media.

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan dipengaruhi oleh pengetahuan.

5) Pengalaman

Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal dapat diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangan. Suatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengalaman dan juga menambah pengetahuan seseorang tersebut.

(22)

5. Sumber pengetahuan

Pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman dari berbagai sumber, misalnya : media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat, dsb. Pengetahuan sangat berhubungan dengan pendidikan, sedangkan pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat dibutuhkan untuk mengembangkan diri. Semakin tinggi pendidikan, semakin mudah menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi (Notoatmodjo, 2007).

6. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau lewat angket yang menanyakan tentang suatu materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden (Arikunto, 2002). Pengukuran dapat di kategorikan menjadi 3 yaitu :

1) Pengetahuan baik > 75%

2) Pengetahuan cukup baik 60 – 75% 3) Pengetahuan kurang baik < 60%

(23)

E. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) Predisposing factors : 1. Sikap 2. Pengetahuan 3. Kepercayaan 4. Keyakinan 5. Nilai-nilai Enabling factors : 1. Lingkungan fisik 2. Fasilitas kesehatan Reinforcing factors: 1. Petugas kesehatan 2. Tokoh masyarakat 3. Tokoh agama

Tindakan Deteksi Dini Fibroadenoma Mammae

(24)

F. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konsep Penelitian

G. Hipotesis

Ada hubungan antara tingkat pengetahuan remaja puteri dengan tindakan deteksi dini fibroadenoma mammae di SMA Negeri 2 Semarang.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu pendidik dalam hal ini Guru dalam kegiatan belajar mengajar juga masih banyak yang tidak menggunakan bahasa Indonesia secara efektif, hal ini juga

Melihat komunikasi yang terjadi pada kedua unsur penyelenggara pemerintahan di daerah yaitu pihak eksekutif (pemerintah daerah) dan pihak legislative (DPRD) dalam

Menurunnya produksi padi di Kalimantan Barat disebabkan adanya penurunan luas panen dan produktivitas pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2014, sementara

Penelitian mengenai siklus belajar 5E dilakukan oleh Sari, dkk., (2013) dinyatakan bahwa penerapan siklus belajar 5E dengan penilaian portofolio (1) dapat meningkatkan

Tujuan yang harus dicapai BPS Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2016 ada 3 (tiga), yaitu (1) Peningkatan Kualitas Data Statistik, (2) Peningkatan pelayanan prima hasil kegiatan

Perguruan Tinggi.. ERROR OF

Bentuk tindakan preventif yang dilakukan orang tua dalam melindungi anak dilakukan dengan cara mengarahkan anak untuk memasuki jenjang pendidikan anak usia dini dan

Pada muffin dengan perlakuan kontrol (100:0:0) terdapat kandungan betakaroten dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan muffin dengan perlakuan kombinasi