• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL PEKERJA WANITA Kasus Proyek Bangunan Sekitar Kampus UGM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL PEKERJA WANITA Kasus Proyek Bangunan Sekitar Kampus UGM"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Kasus

Proyek

Bangunan

Sekitar Kampus

UGM

Oleh

Ken

Suratiyah*

SuhatminiHardyastuti

1. LatarBelakang

Kesempatan kerja merupakan masalahyang perlu mendapat perhatian

di negara kita ini. Peningkatan penduduk dan peningkatan angkatan kerja berarti pula peningkatan kebutuhan akan sandang, pangan, papan dan halituperlu pula diimbangi dengan kesempatan kerja yang memadai.

Kelebihantenagakerjadi kota-kota besar diakibatkan karena peledakan penduduk di kota itu sendiri serta

migrasi dari desa-desa di sekitarnya akibat tekanan ekonomiyang dirasakan

sangat berat (Mantra, 1980). Mereka

pindah atau mencari pekerjaan di kota-kota besar sebab desanya sudah tidak mungkin memberikan jaminan ekonomi bagi keluarga yang pada umumnya miskin.

Penguasaan lahan yang sempit (59 persen rumahtanggahanya menguasai rata-rata 0,25 hektar) menyebabkan

petani tidak mungkin lagi

menggantungkan hidupnyahanyapada

usahatani.Keadaan inimemaksa rumah

tangga petani di pedesaan mencari

nafkahdiluar usahataninya, sehingga

padaumumnya di

Jawa

rumahtangga

petani mempunyai beragam sumber

penghasilan. Untuk menyambung

hidupnyasemua anggotarumahtangga

yang mampu bekerja harus bekerja, apabila masih ada kemungkinan dan kesempatan mereka akan menambah curahanwaktunya.

Pemerintah telah berusaha untuk menampung kelebihan tenaga kerja

antara lain dengan menggiatkan transmigrasi, industri rumah tangga, usaha padat karya di pedesaan, serta

mendirikan pabrik-pabrik yang menyerap tenaga. Namun demikian, belum semuanya dapat tertampung, sebagai akibatnya masih banyaktenaga kerja yang pada umumnya kurang trampil mau danbersedia bekerja apa saja, asalmendapat upah untuk rumah tangganya.

Sektorinformalmerupakanaltematif yangpalingmudah untuk menampung tenaga kerja, karena sektor ini tidak membutuhkan modal yang besar serta

ketrampilanyangtinggi. Sebagiantenaga kerjaterserapke dalam sektorinformal iniadalahwanita,yangpadatahun

1984

diperkirakan sekitar60jutatenagakerja

wanita (Anonim,1986).

Ikutsertanya wanitake dalamsektor

informal merupakan keadaan yang memaksakarenaharusikutmenanggung beban ekonomi rumah tangga, baik

Ir. KenSuratiyah,MSdan Ir.Suhatmini Hardyastuti,MSadalah staf pengajar Fakultas PertanianUGMdanstafpenelitiPusatPenelitianKependudukan UGM.

(2)

sebagaipenambahpendapatan maupun sebagai pencari nafkahutama.

Pembangunan fisik berupa gedung-gedung sebagai salah satu alternatif temyatabanyak menyeraptenagakerja

wanita, terutama wanita-wanita

pedesaan di sekitar proyek bangunan.

Walaupun mereka bekerja sebagai buruh kasar (laden tukang), namun

pekerjaan itu dapat tetap membantu kelangsungan hidup keluarganya.

Kenyataan tersebut membuktikan bahwawanitaikutterlibat dan berperan aktif dalam urusan mencarinafkah di

sektor informal, namun wanita juga tetap dituntut untuk mengurus rumah tangga,karena tidakseorangwanitapun

dapat melepaskan sama sekali peranannya sebagai ibu rumahtangga

yang mempunyai banyak tugas dan kegiatan.

Hal ini diperkuat oleh Sensus Penduduk 1980 yang menyatakan bahwa 40,8 persen wanita angkatan kerjatetapmengurus rumahtangganya

dan pria hanya 0,1 persensaja.Dengan demikian jelas bahwa peran wanita

dalam rumah tangga masih tetap menjadi urusan wanita sendiri, walaupunurusanmencarinafkah telah mulai banyak ditanggung bersama antarapria danwanita (suamidanistri),

berartiperanganda hanya untukwanita

(Vitalaya, 1980). 2. TujuanPenelitian

Seperti dikota-kotabesar dantempat

lainnya, di Universitas GadjahMadajuga

sedang dilaksanakan pembangunan gedung-gedungbarudiseputarkampus.

Pembangunan tersebut tentu banyak menyerap tenaga, baik pria maupun wanita, yang keadaannya sangat

bervariasi,baik asal, umur, pendidikan, maupun pengalamannya. Peneliti

merasatertarik untuk mengungkapkan

kedaan buruh-buruh wanita yang sebenarnya serta permasalahanyang dihadapi, baik masalah yang dihadapi dalam pekerjaan maupun dalam rumah tangganya.

Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaranyang jelas mengenaikeadaan buruhwanita serta dapat menemukan permasalahan yang berguna bagi peneliti yangakandatang.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukanpadasemua

proyek bangunan gedung yang sedang berjalan di kampusUniversitasGadjah Mada pada tahun 1988. Responden

terdiri dari semua buruhwanita yang

ada, yang sedang bekerja tanpa

membedakan jenis pekerjaan, umur,

asal, waktu kerja,maupunlokasi kerja. Dalam tulisan iniyang dimaksud dengan buruh wanita adalah wanita

yang bekerja untukmemperoleh upah

guna memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Buruh dalam sektor proyek bangunan mempunyai spesifikasi bahwa mereka menerima upahhanya padasaat merekabekerja saja,yaitu padasaat proyek bangunan

itumembutuhkannya.

Pada tahap-tahap tertentu

keberadaan mereka sudah tidak

diperlukanlagi. Olehkarenaitu,mereka tidak diberi upah dan biasanya lalu

mencari pekerjaan di tempat lain. Dengandemikian,tidak adakaitan kerja

samasekalibahkanpada waktu sudah tidak dibutuhkan mereka juga tidak disalurkan atau dicarikan pekerjaan

lanjutan.

Tenaga buruh wanita di proyek bangunan banyak diperlakukan pada

kegiatanawaltempatvolume pekerjaan

tinggi. Padadasarnya, tenaga wanita

(3)

tenaga kerja pria karenaprialah yang

menjadi tukang, baik tukang batu,

tukangkayu, tukangcat,tukang pelitur,

tukang besi, dan lain-lain.

Tenaga kerjawanita mengerjakan pekerjaan yang sifatnya memperlancar pekerjaan si tukang seperti menyediakan air, pasir, batu, bata, semen, mengayak pasir, mencampur laburataumembuat adonanbagi tukang

batu. Seorang tukang batu biasanya dilayani oleh 3 orang wanita dan seorang pria yang bertugas memecah batu- batu besar bahan untuk pembuatan fondasi.

4. Identifikasi

Pada saat penelitian dilakukan di sekitar kampusUniversitasGadjah Mada terdapat 3 kontraktor yng sedang

melakukan pembangunan

gedung-gedung besar yaitu PT. Perwita

Karya, PT.KumitaKarya,dan PT. Muladi. PelaksanaanolehPT.Perwita Karyadan PT. Kumita Karya sudah dalam taraf

penyelesaian, sedangkan PT. Muladi masih dalam taraf awal yang kira-kira masihmemerlukanwaktu5bulan untuk

penyelesaiannya.

Dari ketiga proyek bangunan

gedung-gedung tersebut terdapat 35

orang buruhwanita yang berasal dari sekitar kota Yogyakarta, yaitu dari

Prambanan, Bantul,dan Imogiri. Umur termuda 16tahun dantertua

40 tahun,

sedangkan

umur rata- rata

25,6 tahun. Dengan melihat umur tersebut,maka buruh bangunanwanita

yang termasuk wanita muda tercatat

91,42persenberusia dibawah

35

tahun. Kalau dilihatdaripenampilan danraut

wajahnya, merekatampak lebihtuadari umur yang sebenarnya. Hal ini disebabkan pekerjaan kasar harus mereka lakukan dap hari di bawahsinar

matahari langsung, serta tekanan

ekonomi yang harus dihadapi.

Dari status perkawinannya terlihat bahwa sebagian besar adalahistri(45,7

persen)danjanda (11,4persen).Halini

berarti bahwa di sampingtugasmereka sebagai iburumahtanggadengan segala macam kegiatannya, mereka masih

harus bekerja mencari nafkah untuk menghidupikeluarganya. Sebanyak42,9

persensisanyaadalah gadis yang pada umumnya bekerja dengan tujuan meringankanbeban orangtua.

Dilihat dari tingkat pendidikannya sebagian besar (67,2 persen) hanya pernah mengikuti pendidikan setingkat SekolahDasar (SD)baiktamatatautidak

tamat,bahkanadayangsamasekalitidak pernah menikmati pendidikan di

bangku sekolah (34,3persen).Sebanyak 8,5 persen sisanya pernah mengikuti pendidikan setingkat SMTP walaupun tidaktamatkarena tidak ada biava dan

keburu harus segera bekerja untuk membantu ekonomirumahtangga.Dari

data tersebut terlihatbetapa rendahnya tingkat pendidikan mereka. Pada

umumnya mereka sadar akan latar belakangnya sehingga dalam bekerja mereka hampir tidak mempunyai tuntutanapapun, bahkan upah bukan lagi yang mereka utamakan. Yang penting baginya ialah dapat memperoleh tambahan penghasilan, berapa punbesarnyatidaklahmenjadi

pemikiran.

Rata-ratamereka telahbekerja pada

proyek bangunan yang bersangkutan selama 3,2 bulanberturut-turut, artinya dari awalkerjasampai denganpenelitian ini dilakukan mereka tidak pernah pindah pekerjaan. Palinglamamereka bekerja 9 bulan (2,9persen)danpaling

(4)

5.

Keadaan Waktu Kerja

Buruhwanitapadaumumnyaberasal dari daerah pedesaan di sekitar kota

Yogyakarta, biasanya mereka nglaju (83,3 persen) bersepeda dari rumah,

jarak yang ditempuh selama±_1,44jam atau2,88 jampulangpergi,sedangkan selebihnya (16,7 persen) bermalam di

barak-baraktempatkerjakarena rumah mereka jauh tidak mungkin untuk nglaju

Mereka bekerja di bawah terik

matahari, untuk menutupi badan biasanya mereka mengenakan pakaian

rangkap yaitu pakaian yang telah dikenakan (blus dan rokbawahataurok

terusan) dirangkapi kain kebaya,

sedangkan bagian bawahnya mereka

gunakansepotongkain panjang ijarif)

serta penutup kepala berupa kain

selendangatau

caping/topi.

Merekabekerjaselama 8 jamperhari dengan lama istirahat 30 menit sesuai

denganaturanjam kerjayangberlakudi

proyek yang bersangkutan. Bekerja sebagai tenaga pembantu {peladen)

disandangnya, mereka pada umumnya sebagai peladen tukang barn. Dengan sigap dan telaten mereka mengayak pasir, mencampur pasir, semen dan gamping, kemudian menjinjingnya seember demi seember dan dibawanya ke arahsitukangbatu. Namun demikian adapulayangharus memanjat tangga karena tukangbatuyangharus mereka bantu ada di tingkat atas, sehingga

mereka harusturunnaik seharian.Ada pulayangmengangkat tegel bahkan ada yang mengangkat besi-besi kerangka. Hal ini menunjukkanbahwa apapun pekerjaan yangharusdilakukan,harus dikerjakantergantungjenis tukangyang harus mereka bantu.

Buruh wanita bekerja di bawah pengawasan mandor dan bekerja

bersamaburuhlaki-laki yanglainbaik

sesama pembantu (laden) maupun

tukang-tukang yang ada. Mandor bertanggungjawab atassegalakegiatan yang dilakukan para buruh, tidak ada prioritas bag) buruhwanita.Kewajiban

yang harus dilakukan sama baik oleh peladen priamaupunpeladenwanita.

Kalausitukangbatumerasaterhambat

kegiatannya karena lambatnya

bahan-bahanyang disediakan oleh peladen, maka dia akanmelaporkannya kepadamandor. Mandorlah yang akan menegur si buruh sehingga semua kegiatanberjalan lancar.

Waktu istirahat (jam 12.00-12.30) mereka gunakan untuk makan dan

minumseadanya, baik berupabekaldari rumah maupun dibeli di lokasi pekerjaan. Pada jam istirahat tersebut biasanya datanglah pedagang es dan

nasi bungkus sederhana seharga Rp 150,00per bungkus dan Rp 50,00 per gelas es. Pada umumnya mereka membayar makan secara kredit (61,5

persen) dan dibayar setiap hari Sabtu setelah menerima upah, karena upah diberikan mingguan, sedangkan selebihnya (38,5 persen) membayar dengancaratunai.Hanya20persensaja

yangselalu membawa bekal darirumah denganalasanlebihiritdanlebihmurah. Bagiburuhyang tinggaldibarak,mereka

bekerja sama dan memasak bersama

sehingga bisalebih murah. Tidaksemua

mandormenyediakanminuman (airteh yangdirebus

bersam£sama),

bagiyang

tidak tersediaminumanmerekamembeli

es Rp 50,00 per gelas tersebut dan bahkanadayangminumairmentahyang ada ditempatkerja.

6. Cara Pengupahan dan Besarnya Upah

Upah diperhitungkan harian dan

diberikan setiap hariSabtu siangsetelah jam kerjaselesai. Upah diberikan lepas,

(5)

Tabel 1.

Distribusi berdasarkan Upahyang Diterima danJamKerjaPerHari

No. Upah Persentase Lama kerjaper hari

1. Rp 1.000,00 54,3 8 am 2. Rp 1.100,00 5,7 8 am 3. Rp 1.150,00 2,9 8 am 4. Rp 1.200,00 5,7 8 am 5. Rp 1.250,00 8,6 8 am 6. Rp 1.300,00 14,3 8 am 7. Rp 1.400,00 5,7 8 am 8. Rp 2.000,00 2,9 10 am

artinya tidakada/tanpajaminan makan danminum. Hanyakadang-kadangsaja

ada mandor yang menyediakan

minumanbersamaberupaairteh, siapa punbolehminumtanpadiperhitungkan

dalam pemberian upah.

Besarnya upah ditentukan sendiri oleh si mandor tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada buruh. Mereka tidak tahusebelumnya jumlah upah,dan baru mengetahui setelah seminggu

bekerja, kemudian merekamenerima

upah tersebut. Bahkan, dalam satu

mandor pun mereka tidak saling mengetahui jumlah yang diterima oleh

temansekerjadantidak ada usahauntuk saling mengetahui. Dengan demikian, seolah-olah merekasudah menerimanya

dengan rela apa yang diberikan padanya;apabila dengantemansekerja lain mandor merekalebihtidak saling

mengetahui besarnyaupah.

Hanya seorang buruh saja yang

menerimaupahRp 2.000,00 perhari, dia adalah seorang janda dengan 4 orang anak yang masih berada di bawah umur

(19tahun, 10tahun, 8 tahun,

5

tahun). Dia bekerja karena diajak tetangganya

yang menjadi tukang batu, diabersama tukang batudanpeladen laki-laki yang lain menginap di barak proyek dan

sepakat untuk bekerja mulai lebih

kurang jam

06.30

hingga selesai jam

17.00ataulebih. Dengan demikian, ia dapatmenerimaupahyang tinggisesuai

dengan prestasi dan jam kerja yang

dicurahkan. Di samping itu, ia juga mendapat jatah makan 2 kali sehari.

Besarnya upah yang diterima memang tidak menjadi persoalan bagi buruh, sehingga walaupun ada

perbedaan mereka juga pasif saja.

Bahkan, pada waktu ditanya bila ada proyeklain yang upahnya lebih tinggi, sebagian besar tidak memperdulikan dantetapakanbekerjapadaproyekyang

bersangkutandanbaruakan bekerjalagi

bila dia sudah tidak dibutuhkanlagidi proyek tersebut. Dari tabel 2 terlihat bahwa hanya 11,5 persen saja yang

bersedia pindah untuk memperoleh upah yang lebih tinggi, hal ini menunjukkanbahwa upahyang mereka

terimaitutelah memadaibaginya. Apabila diperhitungkan lebih lanjut, tingkat upah yang mereka terima

rata-rata Rp 1.137,00 per hari; biaya makan siang dan minum di lokasi pekerjaanrata-rataRp200,00perhari, sehingga yang dapat dibawa pulang hanya Rp 937,00 per hari, hal ini diasumsikan bahwa tidak ada

(6)

pengeluarantransportkarena sebagian besar (85,6 persen) nglaju dengan sepeda. Upah yang mereka terima

ternyata tidak jauh berbeda apabila

dibandingkan dengan penghasilan

merekasebelumbekerja diproyekyang

bersangkutan. Sebelum bekerja pada

proyek bangunan di sekitar kampus Universitas Gadjah Madaini,sebagian

besarmerekatelahpernah bekerja baik sebagai bakul, pembantu rumahtangga, pelayanwarung makan, buruh pabrik krupuk, buruh derep, dan bekerja di

proyek-proyeklain.

Tabel 2.

Distribusi Buruh Wanitaberdasarkan Jawabannya, Bila AdaProyek Lain yangUpahnyaLebihTinggi

No. Jawaban Persentase

1. Tetap saja diproyekini 80,0

2. Tetapkarenapercayapada mandor 2,9

3. Tetapsampaiproyekselesai 2,9

4. Setujudenganteman-teman 2,9

5. Pindah 11,5

Tabel 3.

Distribusi BuruhWanita berdasarkan PekerjaanyangSebeiumnyaDiiakukan dan Rata-rata Upah/Penghasilan

No. Jenispekerjaan Persentase Rata-rata upah/pengha-silan per hari

1. Bakulan 22,9 Rp 885,70

2. Pembantu rumahtangga 2,9 Rp 1.000,00

3. Pelayanwaningmakan 5,8 Rp 1.150,00

4. Buruhpabrik krupuk 2,9 Rp 1.000,00

5. Buruhderep 2,9 Rp 500,00

6. Buruhproyekbangunan 31,5 Rp 1.012,50

7. Proyek jalan

/selokan

5,7 Rp 1.175,00

8. Belumpernah bekerja 25,7

-Sebelum bekerja di proyek

bangunan sekitar kampus Universitas Gadjah Mada, umumnya merekapernah bekerja denganmacam pekerjaan dan tingkat upah seperti padatabel3,upah paling tinggi pada proyek jalan dan selokan yaitu Rp 1.675,00 per hari, namun demikian mereka sulit untuk

mendapatkanpekerjaan sepertiitu. 7. Alasan dan Cara Memperoleh

Pekerjaan

Keadaan tekanan ekonomi rumah

tangga merupakan alasan utama sehingga mereka bekerja sebagai buruh

(7)

bangunan. Di samping itu, mereka

merasa bahwa bekerja di proyek

bangunan lebih leluasa karena jam kerjanya telah tertentu ditambah lagi

resiko dari segi finansial tida ada.Lain

halnyabila merekabakulan,makabila ada kerugian harusditanggungdanlama kelamaanmodal habis, baik karena rugi maupun untuk dikonsumsi sehari-hari.

Menjadi buruh bangunan tidak memerlukansyarat-syarattertentu,yang penting ada kemauan bekerja dan bersedia bekerja sesuai dengan jenis

pekerjaan serta jam bekerja yang

berlaku, di samping upah

diperhitungkan atas dasar hari kerja yang benar-benar mereka lakukan. Apapun alasan yang dikemukakan,

namunpada dasarnya mereka berburuh sebagai buruh bangunan karena penghasilan rumah tangga tidak

mencukupi walau untukhidupseminim mungkin.Halinisesuaidengan keadaan wanitapedesaan pada umumnya bahwa partisipasi kerja wanita berhubungan denganstatussosial ekonomi rendah.

Atasdasarseseorangyang mengajak danmemberitahu,makamerekadibagi

menjadi empat golongan yaitu diajak teman, diajak

suami/famili,

diajak

mandor,dancarisendiri.

Sebanyak 8,6 persen karena diajak

suami/famili,

karenasuami atau famili

telah bekerja lebih dahulu dan mengetahui bahwa adalowonganyang bisa diisi. Suamiistriyang bekerjadalam satulokasi akan menghemattransport,

mereka bisa berboncengan di samping

itujuga merasa lebihaman.

Yang memperoleh pekerjaan karena diajak teman 42,9 persen, biasanya teman sepedukuhan atau bahkan

tetangga rumah. Karena tekanan ekonomi rumah tangga maka hal itu

memaksawanitauntuk ikutbekerja,di

manapun dan di bidang apa pun yang

bisa mendatangkan penghasilan. Oleh karena itu, pekerjaan sebagai buruh

bangunanmenjadi terbiasabagiwanita.

Mereka yang telah lebih dulu bekerja

memberi informasi dan mengajak teman-temannya untuk mengikuti jejaknya, sekaligus dapat menjaditeman baik diperjalanan maupun di tempat

kerja. Hal ini bisa dilihat bisa sekitar jam 07.00 di sekitarkampus UGM terdapat buruh-buruh wanita yang datang berbondong-bondong naik sepeda menuju lokasi proyek bangunan

masing-masing.

Selain diajak teman ada pula yang

datang sendiri lalu melamar untuk memperoleh pekerjaan, karena di desanya sudah tidak mungkin lagi merekamencarinafkah.Adapula yang datang berombongan tiga atau empat orang seasal bersama-sama mencari

kerja sehingga mereka tidak merasa

canggung.

8. Tanggapan Terhadap Pekerjaan dan Situasi Kerja.

Semula bekerja sebagai buruh bangunan merupakan pekerjaan laki-laki karenapadaumumnyamerupakan

pekerjaan kasar yang tidakpantasuntuk dilakukan oleh wanita. Tetapi karena peledakan penduduk, menyempitnya penguasaaan lahan, kurang adanya

lapangan kerja di pedesaan menyebabkan desa tidak dapat lagi

memberikan jaminan ekonomi bagi

masyarakat pedesaan. Sebaliknya di kota-kota besar sedang giat diadakan pembangunan fisik yang tentu sangat membutuhkan tenaga kasar. Dari hal itulah maka tidak mengherankan bila terlihat banyak buruh wanita yang bekerja di proyek-proyek bangunan

karena menjadi buruh bangunan sudah menjadi biasa dan dapat diterima.

(8)

Namundemikian, apabila ditelusuri lebih lanjut ternyata menjadi buruh

bangunan bukan merupakan pilihan

yang sesungguhnya. Mereka menjadi buruhbangunankarena terpaksa. Apa yang ingin mereka kerjakan tidak kesampaian karena keterbatasanyang disandangnya. Sebenarnya, sebagian besar merekamenginginkan pekerjaan

bakulan tetapi karenatidakmempunyai cukup modal makaterpaksa mencari pekerjaan lain. Pilihan menjadi bakul

karena dengan bakulan mereka dapat

mandiri,tidak diperintah,tidak diawasi dan tidak terikat jam kerja. Menjadi bakul dapat memperoleh uang tiap hari dan dapat membelanjakannya (kulakan) untuk dijajakan kembali.

Namun demikian, diperlukan modal

yangtidak sedikitsertaresikoyangharus ditanggungnya bila ternyata rugi.

Walaupun menjadi buruh bangunan

bukan menjadi pilihan utama, namun

demikian mereka mengerjakannya juga denganberbagaiperasaan.

Tabel 4.

Distribusi Buruh Wanitaalasdasar Perasaan

padaWaktuKerja

No. Perasaanwaktu kerja Persentase

1. Senang 8,6

2. Biasa 46,4

3. Terpaksa dan berat 45,0

Daritabel 4 terlihat bahwa 46,4

persenmerasabiasasaja bekerjasebagai

buruh bangunan. Mereka dapat menerimahalitusecara wajar,lagipula

pekerjaantersebutdapat mendatangkan nafkah bagi rumahtangganya.Sebanyak

45,0 persenmerasaberat dan terpaksa, merekabekerja sebagai buruh karena tidak ada alternatif lain. Mereka merasakan beratkarenaharus bekerja

denganjam kerja yang ketat,dibawah terik matahari, jauh dari rumah dan

meninggalkan anak-anak, akan terasa

lebih berat lagi bila sedang dalam tahap ngecor mereka harus naik dan panas.

Selebihnya 8,6 persen merasa senang

dapat memperoleh penghasilan untuk

menopang ekonomirumahtangga. Dalam bekerja pada umumnya mereka merasa bahwa tidak ada

perbedaanantaraburuhwanitadengan buruh pria, baik dalam hal pekerjaan maupun upahnya. Dengan demikian, mereka dapat bekerja dengan lega

karenamerasa tidakdisisihkan.

9. Penghasilan dan Pengeluaran RumahTangga.

Pada umumnya buruh bangunan

yang berasal dari pedesaan tersebut masih terikat pada usaha taninya,

betapapun kecilnya penghasilan dari usaha tani tetap masih ada. Karena

sempitnya penguasaan lahan, maka pada umumnya keluarga tani di pedesaan berusaha mencarinafkah di luarusaha taninya sehingga usahatani

bukan lagi menjadisatu-satunyasumber penghasilan keluarga. Sebanyak 37,1 persen rumahtanggasama sekali tidak mempunyaipenghasilan dariusahatani

karena memang tidak menguasai lahan, bahkan pekarangan hanya pas untuk

rumah sehinggatidak menghasilkan apa punjuga. Selebihnya62,9 persenmasih

menggaraplahan walaupun tidak luas. Sebagian besar (lebih kurang 58 persen) memperoleh penghasilandari usaha tani sebesar Rp 10.000,00

-

Rp 30.000,00 per bulan dan lebihkurang85

persen memperoleh penghasilan dari luar usahatanisebesar Rp24.000,00

-

Rp

75-000,00 per bulan. Apabila dilihat lebih lanjut, jelas bahwa penghasilan dari luar usaha tani jauh lebih besar daripadapenghasilanusahataninya. Hal

(9)

inimenunjukkanbahwarumahtangga

petani tidak lagi bergantung dari penghasilan usaha tani karena sempitnya luas tanahyangdimiliki.

Bila diperhitungkan lebih lanjut penghasilan rumah tangga per tahun

rata-rata Rp 879.394,00 dan Rp

73-282,00 per bulan, bila diperhitungkan dengan harga beras pada waktu penelitian ini dilakukan sebesar Rp 450,00 per kg, maka

penghasilan per kapitasebesar 390,84 kgberaspertahunyangmenurutkriteria kemiskinanSajogvo termasuk di bawah garis kemiskinan tingkat pedesaan,

karenapenghasilanper kapitapertahun kurang dari 480 kgnilai tukar berasper

tahun.

Dari segi pengeluaran, khusus untuk konsumsi sehari-hari (makan,laukpauk,

gula, teh, dan bahan bakar, minyak) termasuk sangat sederhana dengan

pengeluaranrata-rataRp 1.280,00per

hari, tidak termasuk biaya makan di tempatkerja.

Tabel 5.

DistribusiRumahTanggaBuruhWanita atasdasar Pengeluaran Untuk Konsumsi

No. Pengeluaranper hari Persentase

1. Rp 1.000,00 59,1

2. Rp 1.400,00 4,8

3- Rp 1.500,00 19,0

4. Rp 2.000,00 19,1

Tabel 5 memperlihatkan bahwa sebagian besar rumah tangga

mengeluarkan Rp 1.000,00 per hari untuk membeli bahan seperti beras,

gula, teh, bumbu dan minyak,

sedangkan sayuran seringkali hanya

dicaridari sekitar halaman rumah saja. Mereka biasa makan dua kali sehari, sedangkan makan pagi hanya

kadangkala saja apabila ada dan

diperlukan.

Pada umumnya mereka membeli pakaian sekaliataudua kali per tahun, biasanya pada waktu menjelang Hari

Raya/IdulFitri danpada waktu tahun

ajaranbarubagianak-anak sekolahyang

memerlukan pakaianseragam.Ada juga yangmembelipakaiantigakalipertahun

yaituburuhwanitayang berstatusgadis. Karena mereka bekerja untuk

membantu orangtua,maka tidak semua

penghasilannya diberikan pada orang

tua tetapi disisihkan sendiri untuk

kependnganmereka.

10. Sumbangan Buruh Wanita

terhadap Penghasilan Rumah

Tangga

Wanita pedesaan bekerja mencari

nafkahkarenamemangtidak ada pilihan lain selain harus bekerja untuk menopang kelangsungan ekonomi rumahtangga. Merekabekerjaapasaja

asalmendapat penghasilandanmemang

karenaketerbatasanyangdisandangnya,

biasanya mereka dalam posisiyang

lemah, tidak dapat memilih pekerjaan. dandnggalmenerima sajaberapa upah yang diterima. Mereka tidak memperhitungkan kelayakan upah tersebut, apakah pekerjaan tersebut beratatautidak.Haliniterutama sangat dirasakan bagi buruh wanita yang

berstatus janda; karena harus menghidupianak-anaknya makamereka tidakmemikirkanlagi macamdan berat ringannya pekerjaan yang harus dilakukan, dialah tiang utama rumah tangga.

Penghasilan di proyek bangunan

bukan merupakan sumbersatu-satunya

penghasilanrumahtanggakarenapada

umumnya rumah tangga dipedesaan

mempunyai berbagai macam sumber

(10)

Namun demikian, temyata sumbangan

penghasilanberbunihproyekbangunan

tidak kecil artinya bagi rumah tangga

pedesaan. Rata-ratasumbanganwanita

dari berburuh di proyek bangunan

terhadap keseluruhan penghasilan

rumahtanggasebesar 45,9persen. Hal

inisejalan denganpenelitian Suratiyah (1983) diKabupaten KulonProgo dan (1988) diperkebunantehPT Pagilaran

Batang.

Peran wanita dalam penghasilan

rumahtangga,akanmeningkatkanpula

peranannya dalam menentukan penggunaan penghasilanrumahtangga dan persoalan-persoalan lain dalam rumahtangga.Dengandemikian,wanita

bukan hanya sekedarpelengkapdalam

rumah tangga tetapi ikut menentukan dan ikut aktif dalam meningkatkan penghasilan.

Tabcl 6.

Distribusi BuruhWanitaalasdasar SumbangannyaterhadapPenghasilan

RumahTangga

No. BesarSumbangan(%) Persentase

1. 14

-

25 14,3 2. 25

-

35 31,4 3. 35

-

50 31,4 4. 50

-

65 5,7 5. 65

-

80 2,9 6. 80 + 14,3

Daritabel6terlihat bahwa sebagian besar (lebihkurang

63

persen) buruh wanita berperanan dalam penghasilan rumah tangga, mereka memberikan sumbangan (25-50persen),sedangkan yang peranannya sebesar 95 persen

hanya 14,3 persenyaituburuhwanita

yang karena suaminya sakit atauyang berstatus janda harus menghidupi

anak-anaknya yang masih kecil-kecil

danbelum dapat membantucarinafkah.

Dengan demikian, wanita tersebut menjadi tiang utama ekonomi rumah

tangga. Dengan ikut sertanya wanita sebagai buruh bangunan sebagian kesulitan rumah tangga yang dialami dapat teratasi; bahkan pendapatan merekamerupakan sumbangan yang

relatif besar bagi penghasilan rumah

tanggayaitu lebihkurang

45

persen. Hal ini sejalan dengan penelitian Istiarti (1983) yang memperoleh data bahwa sumbangan istri (sebagai buruh bangunan) terhadap penghasilanrumah

tangga cukup besar yaitu 50 persen sebanyak 16,7 persen, 50-75 persen

sebanyak 62,0 persen dan 75 persen sebanyak 21,4 persen. Di samping

sebagaiburuh bangunan, mereka masih mempunyai pekerjaan sambilan yang walaupun pendapatannya kecil tetapi

tetap dapat membantu kesulitan ekonomi rumahtangga.

Bekerja di luar usaha tani selain karena keadaan ekonomi sehingga

mengharuskanwanitabekerjamencari

nafkah padasaat ini, juga merupakan persiapanataulatihanbagiwanitayang apabila karenasesuatu sebab terpaksa harus menghidupi keluarganya, sehingga sudah bukan merupakan hal barulagi karena sudah terbiasa bekerja. 11.Kesimpulan

Dari penelitian buruh wanita di

proyek-proyek bangunan sekitar kampus Universitas Gadjah Madadapat disimpulkanhal-halsebagaiberikut.

Menjadi buruh bangunan bukan

merupakan pilihan utama, karena sempitnya lahan pertanian serta tidak adanya jaminan ekonomididesa, maka masyarakat desa harus bekerja keras keluar desa untuk memenuhi

(11)

Pekerjaan berburuh bangunan

merupakan pekerjaan kasar yang tidak memerlukan persyaratan apa pun

kecualikemauan fisik, langsungdapat memberikan penghasilan(upah). Oleh karenaitu, dapat menjadipelarian, di

samping karena memang tidak ada

alternatiflain.

Menjadi buruh bangunan berarti

bersediaditentukan dandiperintah,hal inisangatberlainan dengan keadaannya

di bidang pertanian, mereka terbiasa melakukan usahataninya secaramandiri tanpadiperintah/dicampuriorang lain. Oleh karena itu, diperlukan kesiapan mental dan penyesuaian.

Tidak ada kepastian bagi buruh bangunan baik mengenai waktu, upah dan kontinyuitas kerja sehingga setiap saat mereka perlu kesiapan mencari pekerjaandemikelangsungan ekonomi rumahtangga.

Penghasilan rumah tangga seorang

buruh bangunantemyata hanyalebih kurang60persen dari KFM (kebutuhan

fisikminimal)yangharusdipenuhioleh rumahtangga buruh di

Jawa

Tengah

menurut kriteria BPS tahun 1988. Dengan demikian, jelas bahwa rumah tangga buruh bangunan di sekitar kampus UGM tersebut beradadibawah garis kemiskinan.

Dari berburuh bangunan tersebut

ternyata dapat dihasilkan sumbangan sebesar 45,85 persendari keseluruhan

penghasilan rumah tangga. Hal ini

menunjukkan bahwa peranan buruh

bangunan wanita tidak kecil dalam mempertahankan ekonomi rumah tangga.

Walaupun tidaksecaranyata,masih terdapat perbedaan anggapan,

perlakuan dan tingkat upah antara

buruhwanitadan pria.Halinisebagian besar hanya disebabkan oleh

subyektivitaspribadi yang tidak seirama bila dilihatdari prestasinya.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

HIDAYAT

1986 "Wanitadan sektorinformal:potensi dan masalah." makalahdisampaikanpada Lokakarya Dinamika Wanita yang Berusaha di SektorInformal, Jakarta, 8

Oktobcr.

ISTIARTT, Tinuk

1982 Burubbangunanwanita,kasus diproyek bangunanCVSumadi Pabringan

Catur Tunggal Sleman. Tesis SI Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM,

Yogyakarta.

MANNING, Chris dan Tad)uddinNoerEffendl

1985 Urbanisasi,penganggurandan sektor

informal

dikota.Jakarta,Gramedia.

RAHARDJO,Julfita,etal.

1980 Wanita kotafakarta, kebidupan keluarga dan keluarga berencana.

Yogyakarta,GadjahMada University Press.

SJAHRIR,Kartini

1986 "Sektorinformal:katup pengamanekonomiIndonesia,"makalah disampaikan padaLokakaryaDinamikaWanitayangBerusaha di SektorInformal,Jakarta,

8 Oktober. SURATTYAH, Ken

1983 Perananwanitadalampengbasilan keluargapetani. Tesis S2, FakultasPasca

Sarjana UGM,Yogyakarta.

SURATTYAH, Ken danSuhatminiHardyastuti

1988 Keadaanburub wanita,kasusdiPTPerusabaanPerkebunan,Perindustrian danPerdaganganPagilaran, Batang.Yogyakarta,Fakultas Pertanian UGM. V1TA1AYA, AidaHubeis

1980 "Wanitadansektorinformalditinjaudari aspekperangandawanita",makalah disampaikan pada LokakaryaDinamika Wanita yang Berusaha di Sektor

Informal.

Jakarta,8Oktober.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari.. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya

Kuliah Mata kuliah ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menguasai konsep kesehatan masyarakat, konsep epidemiologi, issue dan program kesehatan terkini terkait

Hasil Ekstraksi dan Kandungan Fenolik Total Hasil ekstraksi; pada penelitian ini ekstrak daun manggis diperoleh dengan menggunakan pelarut air, metanol, etanol, aseton

 Jika mangsa berseorangan tanpa sebarang pembantu, ia boleh menjalankan beberapa kaedah bagi mengeluarkan benda asing yang tersekat dalam saluran pernafasan. Menggunakan

Didepan pintu kelas, setiap orang yang mau masuk kelas harus membayar uang kepada Abduh dan rudi jika mereka tidak ingin mendapat sebuah pukulan dimuka mereka.. Dari kejauhan,

Bersama ini kami mengundang perusahaan yang saudara pimpin untuk mengikuti proses Verifikasi dan Pembuktian Kualifikasi pengadaan Barang/jasa sumber dana DAK Perikanan

Unit Kerja yang membutuhkan modul atau fitur yang belum diakomodir oleh DSI baik dari sisi Aplikasi maupun Database. Apabila Unit Kerja memiliki

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep persiapan kemerdekaan Indonesia melalui pemanfaatan multimedia pada siswa kelas V SD Negeri I