• Tidak ada hasil yang ditemukan

MORS VINCIT OMNIA. Dadang Sudrajat, S.Sn., M.Sn. Abstrak. Abstract. 1. Pendahuluan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MORS VINCIT OMNIA. Dadang Sudrajat, S.Sn., M.Sn. Abstrak. Abstract. 1. Pendahuluan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa

MORS VINCIT OMNIA

Ghina Fianny

Dadang Sudrajat, S.Sn., M.Sn.

Program Studi Sarjana Seni Rupa Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB

Email: ghinafianny@yahoo.com

Kata Kunci: abstrak, foto rontgen, kematian, memento mori, rasa takut

Abstrak

Rasa takut adalah sebuah emosi yang ditimbulkan oleh ancaman, baik secara fisik maupun psikis, yang membuat manusia secara instingtif menghindar dan bersembunyi dari ancaman tersebut. Salah satu ketakutan terbesar yang dialami manusia adalah kematian, di mana tidak ada seorangpun yang mengetahui detailnya serta adanya kesedihan mendalam bagi yang ditinggalkan. Hal ini menimbulkan sebuah kebutuhan adanya proses mengatasi rasa takut terhadap kematian, yang direpresentasikan ke dalam bentuk karya seni lukis abstrak dengan media cat akrilik di atas fo to rontgen. Representasi terhadap kematian dan pemaknaan untuk mengatasinya dituangkan dalam media cat akrilik di atas foto rontgen.

Abstract

Fear is an emotion induced by a perceived threat which causes entities to quickly pull far away from it and usually hide. One of the biggest fears that people experience is death, where no one knows the details as well as the deep sorrow felt for the deceased. This gives a need for a process to overcome the fear of death, which is represented in the form of abstract art painting with acrylic paint media on the x-rays. Representation of death and the needs to handle it is represented in acrylic paint smeared on the top of x-rays.

1.

Pendahuluan

Rasa takut adalah sebuah emosi yang ditimbulkan oleh ancaman, baik secara fisik maupun psikis, yang membuat manusia secara instingtif menghindar dan bersembunyi dari ancaman tersebut. Emosi ini sangat lumrah dialami oleh manusia. Biasanya rasa takut erat berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan masa depan, di mana situasi tidak dapat diprediksi dengan pasti dan tidak dapat sepenuhnya dikontrol oleh sang individu. Namun, rasa takut juga merupakan reaksi spontan atas hal-hal yang terjadi di masa kini, karena setiap manusia memiliki insting/mekanisme perlindungan otomatis kepada hal-hal yang dirasa mengancam sebagai mekanisme pertahanan dasar. Peristiwa yang menimbulkan rasa takut yang dialami manusia dapat menimbulkan rasa cemas bahkan trauma.

Selain rasa takut terhadap hal-hal yang sifatnya fisik, manusia juga dapat merasakan rasa takut pada hal-hal yang belum diketahui. Fear of the unknown ini memiliki cakupan luas, seperti misalnya apa yang akan terjadi di masa depan, ketidakpastian, atau hal-hal yang asing. Di dalam kehidupan sehari-hari, penulis merasakan berbagai macam perasaan takut yang memengaruhi penulis secara personal. Hal yang sama juga penulis amati pada tiap-tiap individu lain di sekitar penulis. Di usia yang merupakan peralihan menuju kedewasaan—di mana penulis mulai dituntut untuk bertanggung jawab lebih pada kehidupannya sendiri dan mulai mengambil keputusan-keputusan penting secara mandiri—penulis memiliki ketakutan dan kekhawatiran tersendiri akan masa depan. Penulis juga mengamati ketakutan yang sama pada masa depan, seperti yang dialami oleh teman-teman seusia penulis. Fear of the unknown tersebut umumnya dialami oleh individu-individu yang beranjak dewasa, di mana kehidupan yang terbentang di depan sangat penuh ketidakpastian yang mengkhawatirkan.

Salah satu ketakutan terbesar yang dialami manusia adalah kematian, yang juga merupakan kombinasi dengan permasalahan fear of the unknown. Kematian adalah sesuatu yang pasti, namun detailnya tidak seorangpun tahu. Ketidaktahuan ini menimbulkan perasaan takut yang berlipat ganda dan kengerian yang lebih pada kematian.

(2)

Jurmal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 2 Persoalan kematian telah menjadi salah satu beban pemikiran penulis semenjak usia yang sangat muda, yaitu pada masa taman kanak-kanak di mana penulis menyaksikan hari raya Idul Adha. Pada hari raya tersebut, umat Islam membeli sapi atau kambing sebagai hewan kurban untuk disembelih. Peristiwa sepele seperti menyaksikan prosesi kurban membangkitkan kesadaran penulis tentang kematian di usia yang sangat muda. Kematian menanamkan makna yang menyedihkan dan penuh kehilangan bagi penulis. Sejak saat itu, penulis mulai menyadari adanya kematian dan terkadang berpikir tentangnya.

Beranjak dewasa, penulis tentu saja mulai sadar akan persoalan ini, terlebih lagi semenjak kakek penulis meninggal saat penulis remaja. Mengalami kehilangan seseorang yang dekat dengan penulis serta menyaksikan prosesi pemakaman secara langsung untuk pertama kalinya membuat penulis merasakan kegundahan pada kematian. Meski usia penulis terhitung muda, penulis telah menyadari bahwa kematian adalah hal yang dekat dan bukan hanya milik orang-orang yang telah berumur. Ketakutan akan kehilangan orang-orang terdekat dan bahkan kematian diri sendiri membuat penulis merasa takut serta khawatir.

Pemikiran tentang persoalan rasa takut ini, khususnya tentang rasa takut terhadap kematian sebagai ketakutan terbesar manusia dan penulis secara personal, menimbulkan ketertarikan penulis untuk mengangkatnya ke dalam karya Tugas Akhir, sebagai sebuah bentuk usaha penulis untuk memaknai pentingnya sebuah proses untuk mengatasi ketakutan-ketakutan yang melanda.

Karya tugas akhir ini mengangkat tentang pemaknaan sebuah proses mengatasi rasa takut terhadap kematian dan representasinya dalam bentuk karya seni lukis abstrak dengan medium cat akrilik di atas foto rontgen bekas pakai. Tujuan karya ini adalah sebagai media perenungan penulis terhadap rasa takut dan kebutuhan adanya sebuah proses sebagai usaha untuk mencoba mengatasinya. Melalui karya ini, penulis berharap audiens dapat memaknai tentang kematian, kemudian mencoba untuk mengatasinya dengan cara masing-masing individu.

2.

Proses Studi Kreatif

Jejak awal dari karya Tugas Akhir ini muncul sejak penciptaan karya Pra-Tugas Akhir penulis, di mana penulis mulai menggunakan teknik abstrak yang digabung dengan bentuk-bentuk geometris dalam pengerjaan karya-karya formalisnya ini. Pada karya Pra-Tugas Akhir ini, penulis mengangkat pola dan warna yang muncul akibat percampuran warna di atas kanvas dengan kekentalan cat yang berbeda-beda, sehingga ketika warna-warna diaplikasikan akan membentuk pola tersendiri yang bersifat mengalir dan ringan yang juga dipengaruhi unsur ketidaksengajaan. Kemudian, di atas warna tersebut diaplikasikan pola-pola geometris sesuai pertimbangan formal.

Karya ini kemudian mulai menimbulkan ketertarikan penulis terhadap teknik ini.

(3)

Ghina Fianny Berangkat dari ketetarikan di atas, penulis kembali mengeksplorasi teknik ini setelah masa Pra-Tugas Akhir berakhir. Penulis membuat serangkaian karya yang dikerjakan dengan teknik menuangkan cat dengan aneka warna dan kekentalan yang berbeda pula, sehingga menghasilkan pola yang acak namun padu. Kemudian, penulis ingin menghadirkan tekstur ke dalam karya eksplorasi ini dengan cara menempelkan plastik mika bening ke atas cat yang masih basah. Perlakuan ini menimbulkan tekstur guratan di atas kanvas.

Kemudian penulis mengamati bahwa cat yang tertempel di atas plastik mika bening lebih menarik dan memiliki potensi untuk dieksplorasi, karena sifatnya yang transparan memiliki kualitas visual yang lebih menjanjikan, apalagi ketika terpapar oleh cahaya. Berangkat dari penemuan ini, penulis mencari media lain yang memiliki kualitas serupa dengan mika dan kemudian menemukan media foto rontgen tersebut.

Dalam karya Tugas Akhir ini, medium yang digunakan oleh penulis adalah cat akrilik di atas film foto rontgen bekas pakai. Penulis menggunakan foto rontgen sebagai medium dua dimensional pengganti kanvas, maka pada sifat-sifat foto rontgen yang transparan dan tembus cahaya sangat esensial dalam konsep dan visualisasi akhir karya.

Penulis ingin menghasilkan sebuah karya yang merepresentasikan sebuah bentuk visual dari ketakutan terhadap kematian dan sebuah bagian dari proses untuk menghadapinya. Rasa takut adalah sebuah emosi yang muncul ketika dihadapkan pada sesuatu yang berbahaya atau mengancam, sebagai bentuk mekanisme pertahanan manusia. Ketakutan-ketakutan yang timbul tersebut dapat menghantui dan menguasai seseorang, bahkan dalam tahap yang berlebihan atau tidak wajar. Maka, penulis merasa adanya kebutuhan untuk mengatasi rasa takut tersebut.

Ketika mendefinisikan rasa takut dan ketakutan, penulis berangkat dari pengalaman serta pengamatan-pengamatan semasa hidupnya, baik secara personal maupun dari pengalaman kehidupan orang-orang di sekitarnya. Pengalaman dan pengamatan tersebut membentuk parameter dan penilaian yang spesifik tentang rasa takut dan ketakutan, bahwa kedua hal tersebut adalah sesuatu yang mati, gelap, muram, ketidakpastian, dan ketidakberdayaan. Nuansa dan rasa ini menjadi penting karena menciptakan persepsi tentang rasa takut yang menjadi tolak ukur dalam karya ini, yang mengacu pada perasaan personal penulis. Penggunaan medium kanvas dirasa penulis tidak mampu mendukung dan mengakomodasi visualisasi rasa yang ingin penulis sampaikan, maka penulis menggunakan medium lain di luar kanvas, namun tetap berpegang pada teknik seni lukis.

Salah satu ketakutan terbesar setiap manusia adalah kematian. Penulis mengamati bahwa kebanyakan rasa takut bermuara pada takut akan kematian, karena kematian adalah sebuah hal yang tidak dapat dihindari. Seperti yang bisa disimpulkan dari kutipan Louise Burgeois di atas, dalam menaklukkan rasa takut seseorang membutuhkan serangkaian proses yang panjang. Dalam karya ini, penulis tidak hanya ingin menampilkan representasi rasa takut terhadap kematian, melainkan juga representasi dalam memaknai mengatasi rasa takut tersebut dengan melonggarkan jarak ketegangan yang ada.

(4)

Jurmal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 4

3.

Hasil Studi dan Pembahasan

Gambar 2 Eksekusi karya Mors Vincit Omnia

Saat memaknai tentang ketakutan terhadap kematian, penulis memutuskan untuk kembali pada persepsi ketakutan yang berangkat dari pengamatan terhadap orang-orang di sekitar penulis dan persepsi personal penulis terhadap hal tersebut. Pada akhirnya, penulis memutuskan untuk berangkat dari hal-hal yang mati, gelap, muram, penuh ketidakpastian, dan ketidakberdayaan. Dalam karya ini, kesan-kesan dan rasa tersebut memegang peranan penting untuk membangun visual pada karya. Untuk mengakomodir kebutuhan tersebut, maka penulis mencari media selain kanvas, karena penulis menganggap media kanvas tidak dapat menghantarkan rasa tersebut dengan baik. Penulis ingin menghadirkan rasa takut tersebut ke dalam karya dengan menggunakan citraan yang seakurat mungkin dan sedekat mungkin dengan hidup manusia, untuk menegaskan bahwa ketakutan itu nyata.

Penulis kemudian memilih media foto rontgen yang telah dipakai, sebagai media dua dimensional pengganti kanvas. Foto rontgen menggunakan teknik fotografi yang berbeda dengan foto biasa, yaitu dengan bantuan sinar x yang ditembakkan pada tubuh. Teknik fotografi adalah suatu teknik reproduksi yang telah memungkinkan tercapainya reproduksi sempurna dari sesuatu. Seperti yang dikemukakan oleh Walter Benjamin (dalam Posrealitas, 2004), melalui teknik fotografi, realitas dapat disalin ke dalam citraan yang kualitas kesempurnaannya jauh lebih sempurna daripada media gambar atau lukisan yang dikerjakan tangan, bahkan dengan teknik realis sekalipun.

Radiograf adalah sebuah citraan yang diambil dengan menggunakan sinar x dan lumrah digunakan dalam bidang kedokteran untuk mendiagnosa masalah, penyakit, atau kelainan yang terjadi di dalam tubuh pasien. Selain radiograf, penggunaan sinar x dalam bidang kedokteran meliputi computed tomography (CT Scan), fluoroskopi, dan radioterapi. Pada proses ini, sinar x yang ditembakkan pada tubuh pasien akan mampu menampilkan bagian dalam tubuh manusia dan organ-organnya, namun sinar ini tidak dapat menembus tulang karena kandungan kalsiumnya, sehingga membuat

(5)

tulang-belulang manusia terpeta dengan jelas. Sejauh ini, teknologi pencitraan bagian dalam tubuh manusia lewat sinar x masih dianggap sebagai cara yang paling akurat untuk dapat melihat keadaan tubuh manusia dari dalam dan mengetahui apa yang terjadi melampaui mata telanjang.

Sebagaimana diketahui, foto rontgen sangat erat kaitannya dengan dunia medis dan memunculkan kesan yang kental tentang penyakit atau kelainan dalam tubuh seseorang. Ketika seseorang melakukan pemeriksaan dengan foto rontgen, ada kebutuhan untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di dalam dirinya untuk mengetahui penyakit atau kelainan yang dideritanya. Hal ini kemudian menimbulkan kengerian tertentu ketika menerima hasil foto rontgen tersebut, saat permasalahan dalam tubuh dikemukanan dan sifatnya mungkin saja fatal.

Pemilihan medium foto rontgen tersebut didasari oleh kebutuhan karya untuk menghadirkan kesan yang mati, gelap, muram, penuh ketidakpastian, dan ketidakberdayaan. Selain dapat menghadirkan kesan tersebut, foto rontgen juga memiliki visual yang ghost-like lewat citraan tulang-belulang dan kualitasnya yang tembus cahaya. Rasa dan visualisasi yang ditimbulkan dari media foto rontgen dianggap penulis mampu merepresentasikan ketakutan akan kematian yang ingin penulis angkat dalam karya ini.

Penulis kemudian merespon foto-foto rontgen ini dengan sapuan warna yang kontras dengan warna foto rontgen yang monokrom serta tekstur, untuk menghadirkan kesan yang kontras dan hidup, sebagai sebuah pemaknaan dalam mengatasi rasa takut tersebut lewat upaya untuk “menghadapinya”. Setiap warna yang penulis aplikasikan pada karya adalah warna-warna yang membuat penulis senang dan nyaman.

Pada karya seni lukis konvensional, permainan cahaya dilakukan pada bidang gambar dengan cara memainkan gelap atau terang warna dari cat. Pada karya ini, pemberian cahaya menjadi krusial, merujuk pada sifat foto rontgen itu sendiri yang baru akan terlihat ketika diletakkan di atas sumber cahaya. Secara teknis, untuk melihat foto rontgen ini, lembaran rontgen harus diletakkan di atas kotak berisi lampu untuk melihatnya dengan jelas. Karena medium karya ini berupa foto rontgen, karya ini tidak akan terlihat dengan jelas ketika dilihat tanpa bantuan cahaya. Oleh karena itu, dalam proses display karya, karya diletakkan di atas lempeng akrilik yang di bawahnya diberi dua buah lampu neon yang letaknya bisa disesuaikan dengan kebutuhan karya akan pencahayaan, sebagai alat bantu dalam melihat karya. Pada dinding, semua karya akan dipasang berjajar secara horizontal. Garis horizontal memiliki kesan santai dan sedang beristirahat dengan damai.

Bidang yang diberi warna diletakkan pada sisi bawah karya, sehingga kualitas citraan foto rontgen tetap terlihat dengan jelas. Hal ini merepresentasikan upaya penulis dalam mengatasi ketakutan akan kematian tersebut, namun pada akhirnya, kematian adalah hal yang tidak terelakkan. Pemaknaan mengatasi ketakutan terhadap kematian yang dilakukan penulis lewat karya ini bukan ditujukan untuk menang terhadapnya, namun lebih kepada membuka opsi untuk menyapa kematian layaknya kawan lama.

4.

Penutup / Kesimpulan

Kematian adalah sebuah hal yang tidak dapat dihindari. Sebagai akibat dari hal tersebut, ketakutan terhadap kematian sebenarnya adalah hal yang lumrah namun perlu diatasi agar tidak menjadi berlebihan dan menekan. Karya ini berangkat dari perasaan dan pengalaman personal penulis, yang kemudian dalam proses visualisasinya turut memasukkan unsur pengamatan tentang ketakutan akan kematian yang penulis amati dari orang-orang di sekeliling penulis.

Tema yang penulis angkat ini divisualisasikan dalam bentuk lukisan abstrak di atas foto rontgen yang telah dipakai. Warna-warna yang penulis pilih dalam karya ini adalah warna yang kontras dengan hitam dan putih sebagai warna dasar rontgen, serta penulis hanya menggunakan warna-warna yang penulis sukai dan membuat penulis merasa nyaman setiap melihatnya, sebagai pemaknaan pribadi dalam mengatasi rasa takut tersebut. Penulis mengharapkan karya ini mampu memberikan kesan seram yang mengingatkan audiens pada kematian, yang menggiring audiens menuju pemaknaanya sendiri terhadap ketakutan pada kematian dan cara mengatasinya.

Pada akhirnya, karya ini hendak mengingatkan bahwa kematian tidak dapat dihindari, namun bukan berarti persoalan ini harus dihadapi dengan ketakutan berlebih, oleh karena itu harus dicoba untuk diatasi. Pemaknaan yang penulis lakukan tentang upaya mengatasi rasa takut ini tidak bertujuan untuk menang terhadap kematian, namun lebih kepada membuka opsi untuk melihatnya sebagai sesuatu yang lebih natural dan manusiawi, meskipun tidak dapat dipungkiri kematian bukanlah hal yang bisa dikalahkan oleh manusia.

(6)

Jurmal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 6

Ucapan Terima Kasih

Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Seni Rupa FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Dadang Sudrajat, S.Sn, M.Sn.

Daftar Pustaka

Farameh, Patrice. (2011). Skull Style: Skulls in Contemporary Art and Design. New York: Farameh Books. Feldman, Edmund Burke. (1967). Art as Image and Idea. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Harrison & Wood. (2003). Art in Theory 1900-2000. London: Blackwell Publishing. Rowling, J.K. (2008). The Tales of Beedle the Bard. London: Bloomsbury Publishing. Ruhrberg, Karl. (2005). Art of the 20th Century. Koln: Taschen.

Svendsen, Lars. (2008). A Philosophy of Fear. London: Reaktion Books Ltd.

Westermayr, Arthur. (1915). Psychology of Fear. <http://opensiuc.lib.siu.edu/>. (Diakses tanggal 14-6-2013, pukul 14:32 WIB)

Gambar

Gambar 1 Karya Pra-Tugas Akhir penulis
Gambar 2 Eksekusi karya Mors Vincit Omnia

Referensi

Dokumen terkait

mengkoordinasikan penyusunan program Dinas Kesejahteraan Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan memberikan arahan kepada Kepala Bidang dan Sekretaris mengacu pada RPJPD,

Guru yang menyatakan My Atom tidak dapat digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis pada indikator menjawab pertanyaan tentang elektron, menganalisis

Sebagian besar kasus penyakit yang disebabkan oleh pangan adalah karena.. penanganan yang tidak tepat, sehingga sangat penting untuk memahami cara menjaga produk hasil laut

PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA ASPEK READING DI KELAS INKLUSIF.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

[r]

[r]

Jika kapal selam akan muncul ke permukaan dari keadaan tenggelam, air dalam rongga dipompa keluar sehingga rongga hanya terisi udara.. Dengan demikian, kapal selam mengalami

Ministry of Public Works is delivering rental walk up flat ( rumah susun sederhana sewa / rusunawa ) and aiming low-income people in general (but particularly related