• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kinerja Pelayanan Angkutan Penyebrangan Perintis di Danau Toba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Kinerja Pelayanan Angkutan Penyebrangan Perintis di Danau Toba"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN

PENYEBRANGAN PERINTIS di DANAU TOBA

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Menempuh Ujian

Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh: Daniel A. Panjaitan

03 0404 010

DOSEN PEMBIMBING:

Ir. Jeluddin Daud, M.Eng. Nip. 19511103 198003 1 002

SUB JURUSAN TRANSPORTASI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang sebesar – besarnya penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas

Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, dengan judul :

Evaluasi Kinerja Pelayanan Angkutan Penyebrangan Perintis di Danau Toba”.

Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana

pada Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Jeluddin Daud, M.Eng, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi

arahan, masukan, serta bimbingan sehingga Tugas Akhir ini selesai dengan baik.

2. Bapak Prof. DR. Ing. Johannnes Tarigan, selaku ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Teruna Jaya, M.Sc, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak – bapak penguji yang telah memberi masukan dan waktu dalam penyelesaian

Tugas Akhir saya ini.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Sipil Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara.

6. Khususnya buat Ibunda dan yang telah memberikan dukungan moril maupun materil

serta apa yang terbaik bagi penulis dengan segala kesabaran jiwa, serta memberikan

(3)

7. Kakak dan abang saya yang tercinta, kak Siska dan bang Piter yang selalu

memperhatikan saya dalam perkuliahan.

8. Seluruh teman – temanku stambuk ’03, serta adik – adik kelasku stambuk 06 dan 05, dan

khususnya Feby, terima kasih atas bantuan dan dukungannya dalam penyusunan Tugas

Akhir ini.

Dengan rendah hati penulis menyadari banyak terdapat kekurangan baik dari segi

penulisan maupun pembahasan, karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan referensi

yang dimiliki.

Sebagai penutup, diharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar kiranya kelak

tulisan ini lebih baik dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2009

Penulis

(4)

ABSTRAK

Danau Toba adalah danau yang terluas di Indonesia. Danau ini terletak di propinsi Sumatera Utara dan terletak pada wilayah Kabupaten Samosir, Kabupaten Tobasa dan sekitarnya. Selain keindahan Danau Toba, perairan Danau Toba juga berfungsi sebagai prasarana transportasi air yang menghubungkan antar daerah, khususnya menghubungkan antara Pulau Samosir dengan daerah sepanjang pesisir Danau Toba. Angkutan transportasi danau ini tentu saja sangat diperlukan oleh masyarakat sekitar Danau Toba untuk dapat melakukan aktifitasnya sehari – hari. Beberapa daerah di sekitar pesisir Danau Toba tersebut masih tergolong kawasan yang terpencil yang belum memiliki aksesibilitas darat yang baik, sehingga angkutan penyebrangan danau adalah satu –satunya transportasi untuk dapat menghubungkan daerah atau desa ke pusat kota. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang angkutan penyebrangan perintis di Danau Toba.

Jalur – jalur angkutan yang ada di Danau Toba berjumlah 63 rute penyebrangan, baik yang terjadwal maupun tidak terjadwal. Untuk penelitian ini penulis membatasi lokasi dermaga yang diteliti sebanyak 10 dermaga yang tersebar pada 8 kecamatan yang ada di sekitar pinggiran Danau Toba. Untuk mengetahui tingkat keperintisan, rute – rute penyebrangan, dan persepsi masyaraka terhadap pelayanan dari 10 jalur penyebrangan yang ditinjau, peneliti melakukan analisa data dari survey dan kuesioner terhadap penumpang dan pengelola kapal yang didukung dengan data dari dinas terkait.

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR PUSTAKA ……… ix

LAMPIRAN ……… x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum ... 1

1.2 Latar Belakang Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 5

1.4 Ruang Lingkup Pembahasan ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Metodelogi Penelitian ... 8

1.7 Sistematika Penulisan ………... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Transportasi Air ……….. 11

II.2 Sarana Pada Sistem Transportasi Air……… 11

II.3 Moda Angkutan Air ………. 12

II.4 Pelabuhan ………. 12

II.5 Kapasitas dan Tarif Angkutan……….. 14

(6)

II.7 Faktor Pemilihan Moda………. 16

II.8 Keselamatan Kapal……… 17

II.9 Karakterisitik Pergerakan Non Spasial……… 17

II.10 Karakteristik Pergerakan Spasial……… 20

II.11 Analisa Aliran Barang………. 21

II.12 Angkutan Sungai Danau dan Penyebrangan……… 22

BAB III DESKRIPSI WILAYAH STUDI III.1 Danau Toba……….……… 27

III.2 Letak Geografis dan Kondisi Wilayah………... 28

III.3 Data kependudukan dan Luas Wilayah……... 30

III.4 Sejarah Pertumbuhan Kapal di Samosir….……… 30

III.5 Pemanfaatan Moda Transportasi Air………. 31

III.6 Rute Angkutan Danau Kapal Penumpang………. 32

BAB IV METODELOGI PENELITIAN IV.1 Umum………….……….. 36

IV.2 Pengambilan Data……..……….. 37

IV.3 Pembuatan Data Kuesioner………. 38

IV.4 Teknik Pengambilan Sampel………. 38

IV.5 Penentuan Jumlah Sampel Untuk Persepsi Masyarakat ………... 39

(7)

BAB V ANALISA DATA

V.1 Uraian Umum ……….. 46

V.2 Metode Analisa Data ………. 46

V.3 Analisa Data ……….. 47

V.4 Analisa Data Kuesioner ………... 59

V.5 Analisa Data SPSS ……….. 65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan ……….. 67

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Bobot Untuk Setiap Parameter ……….. 9

Tabel 1.2 Hubungan Bobot dengan Nilai Keperintisan…..……… 9

Tabel 2.1 Klasifikasi Pergerakan Orang Perkotaan………. 18

Tabel 3.1 Lokasi Penelitian……….. 27

Tabel 3.3 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan………. 30

Tabel 3.6 Rute Angkutan Danau………. 32

Tabel 4.5.1 Jumlah Penduduk Menurut Lokasi Dermaga………...………… 39

Tabel 5.3.1a Trayek Angkutan Danau Perintis Yang Disurvey………. 48

Tabel 5.3.1b Faktor Beban……….. 49

Tabel 5.3.1c Perhitungan Bobot Faktor Beban………...……… 50

Tabel 5.3.2a Kepadatan Penduduk……….………… 51

Tabel 5.3.2b Bobot Kepadatan Penduduk……….………. 52

Tabel 5.3.3 Tingkat Pendapatan Masyarakat………..….. 53

Tabel 5.4.1a Bobot Terhadap Fasilitas Pendukung……….………... 54

Tabel 5.5 Prasarana Dermaga……….……… 55

Tabel 5.6 Moda Angkutan Lain………. 56

Tabel 5.7 Kriteria Keperintisan.………. 58

Tabel 5.4a1 Tanggapan Mengenai Tarif Angkut……….……….. 59

(9)

Tabel 5.4a3 Tanggapan Mengenai keadaan jaringan jalan

Menuju dermaga………... 60

Tabel 5.4a4 Tanggapan Mengenai Fasilitas……….……….. 61

Tabel 5.4a5 Tanggapan Mengenai Keamanan……….……... 61

Tabel 5.4a6 Tanggapan Mengenai Keselamatan……….…… 62

Tabel 5.4a7 Tanggapan Mengenai Kenyamanan……….…… 62

Tabel 5.4a Keselamatan Kapal……….……….. 63

(10)

ABSTRAK

Danau Toba adalah danau yang terluas di Indonesia. Danau ini terletak di propinsi Sumatera Utara dan terletak pada wilayah Kabupaten Samosir, Kabupaten Tobasa dan sekitarnya. Selain keindahan Danau Toba, perairan Danau Toba juga berfungsi sebagai prasarana transportasi air yang menghubungkan antar daerah, khususnya menghubungkan antara Pulau Samosir dengan daerah sepanjang pesisir Danau Toba. Angkutan transportasi danau ini tentu saja sangat diperlukan oleh masyarakat sekitar Danau Toba untuk dapat melakukan aktifitasnya sehari – hari. Beberapa daerah di sekitar pesisir Danau Toba tersebut masih tergolong kawasan yang terpencil yang belum memiliki aksesibilitas darat yang baik, sehingga angkutan penyebrangan danau adalah satu –satunya transportasi untuk dapat menghubungkan daerah atau desa ke pusat kota. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang angkutan penyebrangan perintis di Danau Toba.

Jalur – jalur angkutan yang ada di Danau Toba berjumlah 63 rute penyebrangan, baik yang terjadwal maupun tidak terjadwal. Untuk penelitian ini penulis membatasi lokasi dermaga yang diteliti sebanyak 10 dermaga yang tersebar pada 8 kecamatan yang ada di sekitar pinggiran Danau Toba. Untuk mengetahui tingkat keperintisan, rute – rute penyebrangan, dan persepsi masyaraka terhadap pelayanan dari 10 jalur penyebrangan yang ditinjau, peneliti melakukan analisa data dari survey dan kuesioner terhadap penumpang dan pengelola kapal yang didukung dengan data dari dinas terkait.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Umum

Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan

ekonomi di suatu wilayah.Transportasi merupakan suatu sarana yang berkorelasi positif terhadap

pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, dimana semakin baik sarana dan prasarana transportasi

maka akan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, memperkuat persatuan dan

kesatuan serta mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan. Peranan transportasi sangat

penting dalam pembangunan, baik sebagai unsur perangsang maupun sebagai penunjang.

Maka dalam rangka menyeimbangkan perkembangan daerah, pembangunan jaringan

transportasi juga diarahkan untuk mendukung daerah-daerah yang perlu dipacu

perkembangannya, dan membuka isolasi daerah-daerah potensial, miskin, dan wilayah

perbatasan.Dalam perannya sebagai unsur penunjang, yaitu melalui kedudukannya dalam

pelayanan jasa distribusi, transportasi perlu ditingkatkan untuk menjamin tersalurkannya

produk-produk wilayah yang dilayani ke luar wilayah melalui simpul jasa distribusi utama.

Transportasi darat yang efisien dan efektif akan menghubungkan daerah-daerah sumber

daya alam di pedalaman dan kota-kota dengan pelabuhan-pelabuhan di daerah pantai, sedang

jaringan transportasi laut akan menghunbungkan pelabuhan-pelabuhan dari satu pulau dengan

pulau lainnya. Sehingga sistem transportasi yang efisien dan efektif sangat berperan penting

untuk wilayah negara kepulauan Indonesia.

Pada daerah yang banyak dialiri sungai, laut , maupun danau yang mempunyai

pulau-pulau yang dipisahkan oleh air, transportasi air merupakan suatu alternatif yang sangat dominan

(12)

Propinsi Sumatera Utara salah satu propinsi terbesar di Indonesia merupakan daerah

yang cukup dikenal di nusantara bahkan di dunia, dimana keindahan alam Danau Toba menjadi

salah satu faktor pemikat yang paling besar bagi masyarakat yang didukung dengan adanya

sebuah pulau di tengah Danau Toba yaitu Pulau Samosir. Dengan adanya pulau samosir, maka

ada juga kegiatan sosial ekonomi yang terjadi disana, bahkan pulau ini menjadi tujuan utama

para pengunjung Danau Toba yang menyebabkan mobilitas penduduk cukup tinggi. Untuk

memenuhi semua kebutuhan itu perlu adanya transportasi yang akan menghubungkan Pulau

Samosir dengan daerah di sekitar Danau Toba. Transportasi Air menjadi salah satu transportasi

yang digunakan di perairan Danau Toba. Pangururan sebagai ibukota Kabupaten Samosir adalah

salah satu daerah yang menjadi tujuan kegiatan sosial ekonomi bagi daerah-daerah yang

berbatasan dengannya, jadi transportasi air sangat penting peranannya dalam perkembangan

daerah dan mobilisasi penduduk. Adapun sarana transportasi air yang digunakan adalah kapal

motor, baik untuk pengangkutan penumpang maupun barang.

Guna mengetahui kinerja angkutan perintis kapal penumpang di Danau Toba yang

mengelilingi wilayah Kabupaten Samosir , perlu diadakan suatu penelitian dengan meneliti

sejauh mana kinerja angkutan danau dalam melayani pengangkutan penumpang yang keluar

masuk Pulau Samosir yang menggunakan jasa angkutan kapal penumpang seperti pada judul

Tugas Akhir ini.

Dari hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya kita dapat memberikan hipotesa bahwa

angkutan kapal penumpang perintis di danau Toba masih banyak kekurangan dalam

pelaksanaannya. Dalam rapat koordinasi bidang perhubungan di kawasan Danau Toba ( 2008 )

menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan angkutan kapal penumpang di Danau Toba masih

(13)

berjudul Dunia Angkutan Sungai Danau dan Penyebrangan Drs. Ali Mursal ( 2008 )

menyatakan bahwa potensi angkutan danau pada saat ini belum tereksporasi dengan baik,

padahal prospek angkutan ini cukup cerah seiring keunggulan karakterisiknya yang mampu

mengangkut jumlah banyak muatan, hemat energi dan polusi rendah, dampak pengrusakan

lingkungan kecil dan prasarana telah disediakan oleh alam berupa sungai dan danau.

Keadaan angkutan danau yang ada di sekitar kawasan Danau Toba khususnya daerah

Kabupaten Samosir sekarang ini masih belum memberikan pelayanan yang maksimal. Hal ini

dapat kita lihat pada kondisi di lapangan yang masih banyak mengalami kekurangan dalam

kegiatannya. Dari segi keamanan dan keselamatan contohnya kita dapat melihat kapal – kapal

yang ada masih banyak yang belum memiliki alat pelampung yang memadai, pemadam

kebakaran tidak ada dan rambu – rambu danau tidak ada. Fasilitas yang ada pada juga masih

banyak kekurangan seperti tidak adanya tempat pembuangan sampah pada kapal dan lokasi

dermaga, tidak adanya ruang tunggu penumpang, tidak adanya tanda – tanda pemberitahuan di

kawasan dermaga seperti pengumuman harga tiket, jadwal kedatangan dan keberangkatan kapal,

tanda larangan untuk tidak ke pinggir danau untuk keselamatan penumpang, tidak tersedia kotak

saran.

Maka dalam pengerjaan tugas akhir ini kita harus dapat mengevaluasi ulang hal-hal yang

membuat pelayanan dari kapal penumpang di Danau Toba masih rendah. Sehingga hasil dari

penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang baik untuk dapat menunjang

kemajuan pelayanan kinerja kapal penumpang di Danau Toba.

Pada penelitian ini kita akan membahas tentang pengangkutan yang hanya mengangkut

penumpang saja. Pengangkutan jenis ini menggunakan kapal bermotor yang berkapasitas

(14)

yang teratur dan ada juga yang tidak teratur serta belum terjadwal. Dari pengamatan awal untuk

angkutan kapal penumpang perintis di Danau Toba khususnya sekitar Kabupaten Samosir perlu

peningkatan ke depan.Hal ini dikarenakan potensi pengembangan wilayah Kabupaten Samosir

yang mengalami peningkatan arus penumpang.

I.2 Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan pemekaran wilayah yang terjadi pada tahun 2003 pada wilayah Danau

Toba yaitu Kabupaten Samosir khususnya, tentu perlu peningkatan dan perkembangan untuk

menjadi Kabupaten yang lebih maju dan sejajar dengan Kabupaten lain yang ada di Sumatera

Utara ini . Pertumbuhan dan perkembangan ini salah satunya didukung oleh transportasi.

Sebagai suatu pulau yang dikelilingi oleh air di Danau Toba, pastinya transportasi yang

terutama adalah tranportasi air dengan menggunakan kapal bermotor yang tentunya sudah

mempunyai jalur akses penyebrangan tertentu. Di pesisir Danau Toba masih ada juga daerah –

daerah yang belum berkembang yang masih memerlukan peningkatan ekonomi bagi

masyarakatnya.

Tentu saja dalam hal ini diperlukan transportasi yang baik untuk dapat meningkatkan

perkembangan masyarakat melalui perkembangan ekonomi. Angkutan perintis adalah jalan

keluar bagu penduduk daerah tertinggal untuk dapat mengalami peningkatan kesejahteraan.

Sehingga pelayanan angkutan penyebrangan perintis di Danau Toba perlu memberikan

pelayanan yang baik untuk dapat meningkatkan mobilisasi penduduk daerah tertinggal menuju

masyrakat yang sejahtera.

(15)

1.3 Tujuan

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi dan mengetahui sejauh mana

pelaksanaan kegiatan pelayanan angkutan penyebrangan perintis yang ada di Danau Toba.

Sehingga kita mendapatkan rincian tentang :

 Klasifikasi keperintisan lintas penyebrangan angkutan danau perintis

 Mengetahui persepsi masyarakat terhadap pelayanan kegiatan angkutan danau

perintis yang ada

 Identifikasi rute penyebrangan kapal yang ada di Danau Toba

1.4 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis membatasi pokok permasalahan pada 8

kecamatan yang terdiri dari 10 lokasi dermaga dan penyelesaiannya dengan mengarahkan

penulisan ini pada pokok pembahasan yang relevan dengan judul tugas akhir ini. Dalam

penelitian ini, penulis harus melakukan survey guna mendapatkan data-data yang akan dijadikan

gambaran dalam merencanakan daerah tujuan wisata yang memiliki aksesibilitas yang tinggi.

Survey yang dilaksanakan adalah survey parameter yang akan dijadikan acuan dalam

menentukan klasifikasi keperintisan dari daerah yang ditinjau. Adapun parameter yang akan

dikaji, antara lain:

1. Faktor beban ( load faktor )

Faktor beban adalah jumlah penumpang dan barang yang diangkut oleh kapal

dibandingkan dengan kapasitas yang tersedia. Dalam hal ini faktor beban yang kita

(16)

Dasar pertimbangan untuk menentukan bobot faktor beban adalah dari segi utility kapal

yang digunakan. Misalnya, berdasarkan kemampuan teknis dan nautis kapal dapat

mengangkut 200 orang dalam 1 trip dan dapat beroperasi 6 trip dalam 1 hari.

Realisasinya, hanya dapat mengangkut 50 penumpang dalam 1 trip sehingga hanya dapat

diselenggarakan 2 trip dalam 1 hari. Dalam hal ini terjadi under utilities, kalaupun

dilakukan 2 trip atau lebih faktor beban akan menjadi sangat rendah. Faktor beban

diberikan bobot tertinggi 50 dari jumlah penilaian.

2. Tingkat pendapatan masyarakat

Rendahnya pendapatan masyarakat menjadi cermin rendahnya mobilitas penduduk atau

aktivitas perekonomian satu daerah. Hasrat untuk bepergian sangat tergantung dari

tersedianya biaya perjalanan. Biaya bepergian yang cukup tinggi, menunjukkan

menunjukkan rendahnya kemampuan daya beli masyarakat.

Azas keterjangkauan daya beli masyarakat dapat dijadikan dasar dalam menentukan

keperintisan. Untuk ini pendapatan yang tinggi diberikan bobot 10 dan semakin rendah

pendapatan masyarakat maka bobotnya makin kecil.

3. Kepadatan penduduk

Lintas penyebrangan yang ada maupun yang direncanakan sebagian besar

menghubungkan ibukota propinsi, kotamadya, atau Kabupaten / Dati II yang padat

penduduk dengan kota kecil yang berpenduduk kurang padat.

Pada umumnya bagi kota dan sekitarnya yang padat penduduknya tidak banyak

melakukan perjalanan ke daerah yang kurang padat, sebaliknya orang – orang dari daerah

(17)

Oleh sebab itu kepadatan penduduk tertinggi diberikan bobot 10. Salah satu unsur, ramai

, padat atau tidaknya suatu wilayah berperan cukup tinggi bagi lalu lintas penyeberangan

( densitiy population ).

4. Prasarana jalan dan angkutan umum

Salah satu faktor yang mendukung berkembangnya lalu lintas angkutan penyeberangan

danau dan sungai adalah kondisi jalan dan angkutan umum ke daerah pedalaman yang

menghubungkan pelabuhan penyeberangan dengan pusat – pusat pemukiman penduduk

atau kota – kota kecamatan / kotamadya. Kondisi prasarana jalan yang baik dan angkutan

ke daerah pedalaman yang teratur ikut mendorong pertumbuhan lalu lintas angkutan

penyeberangan.

Daerah yang memiliki sarana dan prasarana angkutan yang cukup baik diberi bobot 10

dan yang kurang memadai bobotnya makin kecil.

5. Prasarana dermaga

Tersedianya dermaga pelabuhan bagi kapal,menjadi unsur yang penting bagi keselamatan

dan kelancaran operasional. Keberadaaan dan kondisi dermaga merupakan salah satu

faktor bagi keselamatan dan kelancaran operasional. Bagi dermaga pelabuhan yang sudah

permanen dan sesuai dengan kapal yang ada maka diberikan bobot 10, sedangkan yang

masih belum ada dan kurang fasilitasnya diberikan bobot semakin kecil.

6. Moda angkutan lain

Penyelenggaraan angkutan penyeberangan oleh swasta yang menggunakan motor boat,

speed boat menunjukkan pada lintas tersebut bahwa telah ada permintaan dan ini

(18)

karena rendahnya permintaan dan pecahnya permintaan angkutan. Namun demikian, bila

ada angkutan penyeberangan yang dilayani oleh swasta maka bobotnya adalah 10.

I.5 Manfaat Penelitian

a. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian mengenai tingkat

pelayanan pengangkutan khususnya mengenai angkutan kapal penumpang danau perintis dalam

ruang lingkup Ilmu Transportasi .

b. Secara Praktis

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemilik dan pengusaha kapal penumpang

di Danau Toba serta bagi Departemen Perhubungan untuk meningkatkan prasarana transportasi

perdagangan yang menghubungkan Kabupaten Samosir dengan kabupaten lain yang ada di

sekitar Danau Toba. Selain itu bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir adalah daerah yang

sangat potensial sebagai kawasan pariwisata sehingga membantu di dalam merumuskan

kebijakan-kebijakan untuk dapat meningkatkan pelayanan angkutan kapal penumpang di Danau

(19)

I.6 Metodologi Penelitian

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder.

 Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan melakukan survey langsung ke lapangan,

yaitu pendataan aspek-aspek yang terkait dengan masalah aksesibilitas pada daerah

tujuan wisata serta pembagian kuesioner.

 Data sekunder, yaitu data yang bersumber dari instansi terkait, yaitu Dinas Pariwisata

Kabupaten Samosir, Dinas Perhubungan Kabupaten Samosir dan Badan Pusat Statistik

Kabupaten Samosir.

Setelah didapatnya data primer dan sekunder maka dilanjutkan dengan pengolahan data

berdasarkan nilai aksesibilitas yang telah diasumsikan besarnya bobot KPI untuk setiap

parameter yang ada dalam mengetahui tingkat aksesibilitas di lokasi tujuan wisata di Kabupaten

Samosir dan dapat kita lihat pada tabel 1.1 serta pada tabel 1.2 berikut ini.

Tabel 1.1 Bobot KPI untuk setiap parameter

No Faktor Bobot

Prasarana jalan dan angkutan umum

(20)

Tabel 1.2 Hubungan Bobot KPI dengan nilai Aksesibilitas

No Kriteria Keperintisan Bobot

1

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk mencapai tujuan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yang dianggap perlu.

Metode dan prosedur pelaksanaannya secara garis besar adalah sebagai berikut:

BAB.I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, tujuan, manfaat penelitian ini, ruang lingkup

pembahasan dan sistematika penulisan.

BAB.II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini meliputi pengambilan teori dari beberapa sumber bacaan yang mendukung

analisa permasalahan yang berkaitan dengan tugas akhir ini.

BAB.III DESKRIPSI WILAYAH

Bab ini akan membahas tentang pendiskripsian wilayah dan langkah-langkah kerja yang

akan dilakukan dengan cara memperoleh data –data yang relevan dengan penelitian ini. Adapun

(21)

BAB.IV METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini kita akan mengumpulkan data-data yg kita peroleh dari yang kita amati dan kita

survei kemudian data ini selanjutnya kita olah sehingga kita nantinya mendapat beberapa

kesimpulan.

BAB. V ANALISA DATA

Bab ini kita akan menganalisa data-data yang sudah kita olah untuk menjadi data yang

relevan dan berisi tata cara penyusunan data.

BAB.VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan logis berdasarkan analisa data, temuan dan bukti yang

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA II.1. Transportasi Air

Disamping transportasi darat, transportasi air adalah jenis transportasi yang termasuk tua.

Barang kali hampir sama tuanya karena air sebagai jalan atau prasarana angkutan sudah

digunakan sejak jaman purba. Pada saat itu tenaga penggerak yang digunakan adalah tenaga

manusia, yaitu dengan mendayung. Langkah yang lebih maju dari penggunaan tenaga manusia

adalah pemamfaatan tenaga angin dengan memasang layar. Mungkin berawal dari sinilah

lahirnya istilah pelayaran bagi kegiatan transportasi air (terutama laut) meskipun kapal yang

digunakan tidak menggunakan layar, melainkan menggunakan tenaga mesin. Sampai sekarang

kapal banyak digunakan untuk mengangkut penumpang, barang, menangkap ikan, atau kegiatan

olah raga (Tommy H. Purwaka, 1993)

Bagi Indonesia, peranan transportasi air khususnya di daerah studi sangat penting karena

daerah yang dipisahkan oleh danau, untuk menghubungkan penduduk antara satu pulau dengan

pulau yang lain dengan menggunakan angkutan air.

II.2. Sarana Pada Sistem Transportasi Air

Jalan bagi transportasi air umumnya bersifat alami (laut, sungai, danau), namun dapat

pula buatan manusia (kanal, danau buatan). Selain itu ada juga yang sengaja ditatar agar

memenuhi syarat pelayaran (diperlebar, dikeruk).

Seperti kita ketahui bahwa sarana pada sistem transportasi perlu dipelihara dengan cermat

secara berkala dan berkesinambungan. Semua itu akibat dari terganggunya keseimbangan alam

oleh ulah manusia, sehingga di masa sekarang ini diperlukan pemeliharaan yang dimaksudkan

(23)

II.3. Moda Angkutan Air

Bentuk maupun ukuran kendaraan air cukup beragam, mulai dari perahu dayung yang

sangat sederhana, rakit, sampai kapal raksasa dengan daya angkut yang sangat besar. Berbagai

kapal juga dirancang untuk berbagai keperluan, seperti kapal perang, tanker pengangkut minyak,

kapal penumpang, serta kapal pesiar yang mewah.

Bagi pengangkutan barang, transportasi air masih memegang peranan penting. Daya

angkut kapal yang yang sangat besar, sehingga dapat menekan biaya satuan, merupakan daya

tarik tersendiri bagi dunia perdagangan. Apalagi memang sering kali tidak ada alternatif lain

kecuali menggunakan kapal. Karena angkutan melalui air lambat maka sering kali angkutan ini

hanya sesuai utuk mengangkut barang yang yang tidak cepat rusak.

Pengangkutan melalui air khususnya cocok dan efisien bagi lalu lintas hubungan antar

tempat (misalnya pemukiman) yang tidak dihubungkan oleh sistem jaringan darat, sebaiknya

menggunakan sistem angkutan dengan moda kapal untuk membongkar-muat barang, dan lalu

lintas penyeberangan antar pulau.

II.4 Pelabuhan

Pelabuhan adalah tempat berlabuh atau tempat bertambatnya kapal laut atau kendaraan

air lainnya untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, bongkar muat barang, serta

merupakan daerah lingkungan kerja kegiatan ekonomi.

Pelabuhan juga berfungsi sebagai indikator untuk merangsang pertumbuhan industri di

(24)

 Melayani kebutuhan perdagangan baik perdagangan regional dan nasional (antar pulau)

maupun internasional (Impor dan Ekspor).

 Menunjang pertumbuhan industri dan perputaran roda perdagangan.

 Menyediakan fasilitas transit.

 Menunjang perkembangan industri di daerah lingkungan kerja pelabuhan.

 Menambah pendapatan asli daerah.

II.4.1. Fasilitas Pelabuhan

Fasilitas pelabuhan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian fasilitas pelabuhan dan

bagian sarana kapal. Antara sarana kapal dan fasilitas pelabuhan memiliki kaitan yang sangat

erat.

Fasilitas pelabuhan secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 bagian,

yaitu :

 Infrastruktur : adalah fasilitas dasar untuk kapal seperti : alat bantu navigasi,

breakwater, pelayanan pandu, pelayanan tunda dan lainnya.

 Struktural : adalah fasilitas yang disediakan diatas tanah seperti : gudang, lapangan

penumpukan serta peralatan bingkar muat.

Pelabuhan juga didefenisikan sebagai salah satu terminal transportasi, yang berfungsi secara

umum sebagai barikut :

 Tempat untuk membongkar memuat barang yang diekspor maupun impor.

(25)

II.4.2. Dermaga

Dermaga adalah tempat kapal sandar untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang

atau naik turun penumpang. Dermaga dapat diklasifikasikan menurut jenis muatan atau jenis

kapal :

a. Dermaga konvensional adalah dermaga/tambatan yang digunakan untuk merapat/sandar

kapal konvesinal.

b. Dermaga peti kemas adalah dermaga/tambatan yang digunakan untuk merapat/sandar

khusus kapal-kapal peti kemas.

c. Dermaga curah kering adalah dermaga/tambatan yang digunakan untuk merapat/sandar

kapal-kapal yang khusus melakukan bongkar muat barang curah kering.

d. Dermaga curah cair adalah dermaga/tambatan yang digunakan untuk merapat kapal-kapal

yang khusus melakukan bongkar muat barang curah cair.

II.5. Kapasitas dan Tarif Angkutan II.5.1. Kapasitas Angkutan

Kapasitas angkutan adalah kemampuan sesuatu alat angkutan untuk memindahkan

muatan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dalam waktu tertentu. Unsur-unsur kapasitas

angkutan terdiri dari :

 Berat muatan

 Jarak yang ditempuh

(26)

II.5.2. Tarif Angkutan

Jasa yang diberikan dari perusahaan angkutan dihitung menurut ton-km atau ton-mil dan

biasa disebut tarif angkutan.

Sifat utama dari tarif angkutan yang didasarkan pada faktor jarak tersebut adalah :

 Tarif angkutan tidak dimulai dengan nol atau tanpa pembebanan tarif karena adanya

ongkos terminal, ongkos tetap dan sebagainya yang perlu dibebankan kepada muatan

barang yang diangkut.

 Tarif angkutan tidak dipungut untuk tiap mil/km, tetapi dengan cara sekumpulan mil

(block of mil). Misalnya untuk jarak 1-4 mil dengan tarif tertentu, sedangkan jarak untuk

4-8 mil tertentu lainnya.

Ditinjau dalam hubungan dengan tarif angkutan dan sifat pelayanan jasanya, usaha angkutan

dibagi dalam dua golongan besar, yaitu :

a. Common carrier, adalah usaha angkutan umum yang menentukan tarif angkutan dengan

suatu daftar tarif tertentu, beroperasi atau melayani pemakainya pada waktu-waktu

tertentu dan pada trayek yang telah ditetapkan. Jadi common carrier merupakan usaha

angkutan umum.

b. Contract carrier, adalah usaha angkutan yang memberikan jasa jika diperlukan, dengan

tarif yang telah biasa dipakai pada rute yang bersangkutan atau dengan tambahan biaya

tertentu, usaha angkutan ini merupakan usaha angkutan carteran, yang biaya dan resiko

(27)

III.6. Teori Terjadinya Perjalanan

Perjalanan terjadi karena adanya aktifitas pergerakan yang dilakukan seseorang bukan di

tempat kediamannya. Perjalanan merupakan pergerakan orang dan barang antara dua tempat

kegiatan yang terpisah karena dirasakan perlu mempertemukan kegiatan perorangan atau

kelompok dalam masyarakat.

Dalam melakukan perjalanan seseorang memerlukan sarana transportasi atau tidak

tergantung kepada jarak dan waktu yang diperlukan untuk melakukan perjalanan. Makin dekat

jarak tempuh, pada umumnya orang cenderung memilih moda yang paling praktis bahkan

mungkin memilih jalan kaki. Sedangkan bila orang melakukan perjalanan untuk cepat sampai ke

tempat tujuannya dikarenakan keterbatasan waktu, maka orang akan memilih moda yang

pergerakannya lebih cepat.

II.7. Faktor Pemilihan Moda

Faktor pemilihan moda bukan merupakan suatu proses acak, melainkan dipengaruhi oleh

faktor :

 kecepatan  jarak perjalanan  kenyamanan  biaya

 ketersediaan moda  usia

(28)

Semua faktor ini dapat berdiri sendiri-sendiri atau saling bergabung. Hal tersebut bukan saja

dapat terjadi di Transportasi Darat tetapi sama juga halnya dengan Transportasi Air.

Keterbatasan sarana dan prasarana juga mengakibatkan terbatasnya pemilihan moda yang

tersedia. Oleh sebab itu perlulah kiranya memperbaiki sarana dan prasarana transportasi yang

tersedia.

II.8. Keselamatan Kapal

Teknologi pembuatan kapal khususnya kapal pelayanan rakyat masih sangat sederhana,

pembuatan tidak dilakukan di galangan-galangan kapal khusus,melainkan dilaksanakan secara

berpindah-pindah sesuai dimana bahan baku (kayu) diperoleh, yang dilakukan secara tradisional

oleh tenaga-tenaga berpengalaman yang diwarisi secara turun temurun. Oleh sebab itu perlu

kiranya pengawasan bagi keselamatan pelayaran khusus penumpang.

Perlengkapan keselamatan pelayaran yang dapat diprgunakan adalah :

a. Jerigen plastik yang diikat dengan kayu, berfungsi sebagai pengapung beberapa

orang, tetapi tidak dapat ditumpangi seperti sekoci.

b. Rakit-rakit, berfungsi sebagai pengapung beberapa orang, dapat ditumpangi

(sekoci).

c. Alat-alat penolong sebanyak ABK misalnya ban dalam terpompa, berfungsi

sebagai pengapung secara individu.

d. Perlengkapan PPPk.

e. Radio SSB, berfungsi sebagai alat komunikasi dengan lingkungan luar perahu.

f. Bendera-bendera, sebagai alat penyampai isyarat

(29)

h. Pemadam kebakaran.

II.9. Karakteristik Pergerakan Non-Spasial

Karakteristik pergerakan ini menyangkut pertanyaan-pertanyaan mengapa orang

melakukan perajalan, kapan orang melakukan perjalan dan menggunakan sarana angkutan jenis

apa. Beberapa karakteristik dasar dari pergerakan yang dapat kita sebut dengan istilah

non-spasial (tanpa batas ruang) mengemukakan bahwa pergerakan yang terjadi berkaitan dengan :

II.9.1. Sebab Terjadinya Pergerakan

Biasanya maksud perjalanan dikelompokkan sesuai dengan ciri dasarnya, yaitu yang

berkaitan dengan ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan agama. Jika ditinjau lagi akan

dijumpai kenyataan lebih dari 90% perjalanan berbasis tempat tinggal: artinya mereka memulai

perjalanan dari tempat tinggal dan berakhir kembali ke tempat tinggal (rumah). Pada kenyataan

ini pula ditambahkan kategori keenam tujuan perjalanan adalah pulang ke rumah.

Tabel 2.1. Klasifikasi pergerakan orang perkotaan

Aktifitas Klasifikasi Perjalanan

I. Ekonomi

a. Mencari nafkah

b. Mendapatkan barang dan

pelayanan

1. Ke dan dari tempat kerja yang

berkaitan dengan kerja

2. Ke dan dari toko dan keluar untuk

keperluan pribadi yang berkaitan

dengan belanja dan bisnis pribadi

II. Sosial

Menciptakan dan menjaga hubungan

pribadi

1. Ke dan dari rumah teman

(30)

III.Pendidikan Ke dan dari sekolah, kampus dan

lain-lain

IV.Rekreasi dan hiburan 1. Ke dan dari tempat rekreasi

2. Yang berkaitan dengan perjalanan

dan berkendaraan untuk rekreasi

V.Kebudayaan 1. Ke dan dari tempat ibadah

2. Perjalanan bukan hiburan ke dan

dari daerah budaya serta

pertemuan poltik

Sumber : Perencanaan & Pemodelan Transportasi

II.9.2. Waktu Terjadinya Pergerakan

Waktu terjadinya pergerakan sangat tergantung pada kapan seseorang melakukan

aktifitasnya sehari-hari. Dengan demikian, waktu perjalanan sangat tergantung pada maksud

perjalanan. Perjalanan ke tempat kerja atau perjalanan dengan maksud bekerja biasa merupakan

parjalanan yang dominan, dan karena sangat penting diamati secara cermat. Karena pola kerja

biasanya dimulai pukul 600 – 800 dan berakhir pada pukul 1600 – 1800, maka perjalanan untuk

(31)

II.9.3. Jenis Sarana Angkutan Yang Digunakan

Studi-studi transportasi yang digunakan biasanya mengkaji perjalanan dalam bentuk jenis

transportasi yang dipergunakan atau apa saja yang disebut sebagai “pembagian moda atau model

split”. Dengan membagi data perjalanan kedalam moda-moda yang berbeda, para perencana dan

perekayasa angkutan dapat menaksir kebutuhan jasa angkut untuk masing –masing moda dan

merencanakannya sesuai permintaan tersebut.

Dalam melakukan perjalanan, orang biasanya dihadapkan pada pilihan jenis angkutan

yakni berjalan kaki, menggunakan angkutan pribadi, ataupun menggunakan angkutan umum.

Dalam menentukan pilihan jenis angkutan orang mempertimbangkan berbagai faktor yaitu

maksud perjalanan, jarak tempuh, biaya perjalanan, tingkat kenyamanan, ketersediaan moda,

status sosial ekonomi, dll.

Gagasan bahwa pemilihan moda transportasi adalah berhubungan dengan jarak

perjalanan dan bahwa maksud perjalanan yang berbeda mempunyai jarak perjalanan yang telah

menunjukan bahwa suatu komponen spasial-lah (komponen dengan batas ruang) yang

digunakan. Maksud-maksud perjalanan yang berbeda tampaknya akan memiliki

karakteristik-karakteristik spasial berbeda.

II.10. Karakteristik Pergerakan Spasial

Konsep yang paling mendasar dari studi-studi transportasi adalah berupa hubungan

antara distribusi ruang (spasial) dari perjalanan dan distribusi spasial dari tata guna lahan yang

terdapat dalam suatu daerah perkotaan. Perjalanan-perjalanan dilakukan unutk melakukan suatu

kegiatan tertentu, sedangkan lokasi kegiatan tersebut ditentukan oleh pola tata guna lahan kota

(32)

II.10.1. Pola Tata Guna Lahan Perkotaan

Defenisi umum dari tata guna lahan perkotaan adalah sebaran ruang untuk pola geografis

dari fungsi suatu kota, seperti misalnya daerah hunian, perniagaan, perkotaan, pemerintahan, dan

lain sebagainya. Defenisi lain menyatakan bahwa tata guna lahan melibatkan dua bagian yaitu

pertama dalam bentuk pemanfaatan ruang akibat pola aktifitas manusia, perusahaan, dan institusi

dan kedua dalam bentuk fisik dari struktur atau prasarana yang dibuat untuk mengakomodasikan

pola dan fungsi pada bentuk pertama di atas (perencanaan transportasi perkotaan).

Telah umum diketahui bahwa lahan yang terdapat di pusat kota adalah lebih mahal

dibandingkan dengan lahan yang terdapat di luar kota. Untuk sebagian besar orang, tinggal pada

tempat yang berdekatan dengan pusat kota akan ditentukan oleh kemampuannya membayar

biaya lahan perumahan.

Alasan utama mengapa nilai lahan menjadi lebih tinggi di daerah pusat-pusat kota dalah karena

daerah dipusat kota mempunyai suatu tingkat aksesibilitas (kemudahan hubungan) yang tinggi

untuk mencapai beragam aktifitas yang terpusat di dalam suatu daerah yang relatif kecil. Hal ini

sangat berguna bagi suatu aktifitas perdagangan yang membutuhkan aksesibilitas yang tinggi

seperti misalnya toko-toko eceran atau perusahaan-perusahaan perdagangan lainnya. Suatu lokasi

di pusat kota akan menempatkan usaha-usaha perdagangan tersebut di dalam daerah yang

memiliki kemudahan akses bagi sebagian pembeli-pembeli potensial yang tinggal di dalam kota

dan dekat dengan fasilitas penunjang yang terkonsentrasi di pusat kota. Untuk beberapa usaha

tertentu, lokasi di pusat kota adalah sangat penting dan usaha-usaha ini bersedia membayar

biaya-biaya yang sangat tinggi agar dapat berada di lokasi pusat.

(33)

II.10.2. Pola Perjalanan Orang

Dari penelitian di london memperlihatkan bahwa pusat kesempatan kerja tertinggi di

pusat kota dan di sepanjang koridor-koridor jalan utama yang mengarah ke pusat perdagangan.

Di sekeliling daerah yang tinggi jumlah kesempatan kerja ini adalah berupa daerah-daerah

perumahan utama kota yang tingkat kesempatan kerjanya jauh lebih rendah.

II.11. Analisa Aliran Barang

Salah satu perwujudan hubungan antar daerah ialah adanya pertukaran antar daerah yang

dapat berwujud barang, uang, maupun jasa. Karena itu analisa aliran barang dapat digunakan

sebagai salah satu ukuran intensitas hubungan suatu daerah dengan daerah lainnya. Lebih dari

itu, dapat pula diketahui tingkat ketergantungan daerah yang diselidiki pada daerah lain, atau

peranan daerah yang diselidiki pada daerah lain yang lebih luas.

Disamping itu, khususnya bagi daerah yang semula tidak mempunyai atau sangat kurang

perhubungannya, dengan pembukaan atau pengadaan prasarana baru selain akan mampu

memanfaatkan potensi yang tersedia dapat pula membuka prespektif baru yang tadinya belum

diketahui. Analisa aliran barang mempunyai nilai yang jelas karena memperlihatkan hubungan

antara produksi industri/hasil alam, tenaga kerja, dan penduduk dalam kegiatan perekonomian

II.12. Angkutan Sungai Danau dan Penyebrangan

ASDP adalah singkatan dari Angkutan Sungai Danau dan Penyebrangan merupakan

istilah yang terdiri dari 2 aspek yaitu Angkutan Sungai dan Danau atau ASD dan Angkutan

Penyebrangan.Istilah ASDP ini merujuk pada sebuah jenis “moda” atau “ jenis angkutan “

(34)

moda angkutan darat (jalan raya), moda angkutan udara, moda angkutan kereta api, moda

angkutan pipa (yang mungkin belum dikenal luas), moda angkutan laut dan moda ASDP.

Angkutan Perairan Daratan atau angkutan perairan pedalaman merupakan istilah lain

dari Angkutan Sungai dan Danau (ASD). Jenis angkutan ini telah lama dikenal oleh manusia

bahkan terbilang tradisional. Sebelum menggunakan angkutan jalan dengan mengendarai hewan

seperti kuda dan sapi, manusia telah memanfaatkan sungai untuk menempuh perjalanan jarak

jauh. Demikian juga di Indonesia, sungai merupakan wilayah favorit sehingga banyak sekali

pusat pemukiman, ekonomi, budaya maupun kota-kota besar yang berada di tepian sungai seperti

Palembang.

Angkutan Perairan Daratan merupakan sebuah istilah yang diserap dari bahasa

Inggris yaitu Inland Waterwaysatau juga dalam bahasa Perancis yaitu Navigation

d’Interieureatau juga voies navigablesyang memiliki makna yang sama yaitu pelayaran atau

aktivitas angkutan yang berlangsung di perairan yang berada di kawasan daratan seperti

sungai, danau dan kanal.Sementara itu, angkutan penyeberangan adalah angkutan yang

berfungsi sebagai jembatan bergerak yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan

kereta api yang terputus karena adanya perairan. Dalam bahasa Inggris, moda ini dikenal

dengan istilah ferry transport. Lintas penyeberangan Merak - Bakauheni dan Palembang -

Bangka bahkan juga Inggris - Perancis adalah beberapa contoh yang sudah dikenal

masyarakat.

Sebagai suatu jenis moda angkutan dalam suatu sistem transportasi, Angkutan

Perairan Daratan memiliki karakater yang khas yang berbeda dengan moda angkutan

(35)

angkutan danau (termasuk juga rawa, waduk dan situ), karakter yang dimilikinya pun relatif

cukup unik.

Angkutan sungai memilki karakter yang hampir mirip dengan angkutan jalan

(highways) atau angkutan kereta api (railways) karena hanya dapat melayani pengguna jasa

pada daerah cakupan (catchment area) di sepanjang aliran sungai itu saja. Pada angkutan

sungai terkadang terdapat adanya lintas penyeberangan di sungai yang rutin dimana hal ini

tidak terdapat pada angkutan jalan. Sementara itu, angkutan danau cenderung memiliki

daerah pelayanan yang lebih terbatas karena hanya dapat melayani pengguna jasa di sekitar

danau saja dan lebih bersifat sebagai angkutan penyeberangan di kawasan danau tersebut.

Angkutan perairan daratan umumnya memiliki rute yang tidak tetap dan jadwal

yang tidak teratur meskipun juga pada tingkatan yang lebih berkembang juga terdapat

angkutan dengan rute yang tetap dan dengan jadwal yang teratur maupun tidak teratur.

Angkutan perairan daratan umumnya menggunakan kapal perairan daratan berkonstruksi

(36)

II.12.1. ASDP secara nasional

Indonesia adalah negara maritim yang terdiri atas 17.508 pulau merupakan negara

kepulauan terbesar di dunia.Beranjak dari kondisi geografis Indonesia tersebut di atas, maka

peranan transportasi laut dan penyebrangan sangat dominan dalam memperlancar arus

barang dan manusia. Mengingat pentingnya transportasi laut dan penyebrangan, maka

penyediaan sarana dan prasarana transportasi laut dan penyebrangan harus dapat memenuhi

kebutuhan permintaan akan jasa transportasi laut dan penyebrangan secara efisien dan dan

efektif. Dengan makin tingginya arus barang dan manusia melalui laut dan penyebrangan

sebagai akibat dari laju pembangunan nasional dan pemerataan hasil- hasil pembangunan ke

seluruh pelosok tanah air maka kebutuhan lintasan penyebrangan semakin meningkat pula.

Pada Repelita VI diadakan penambahan lintasan penyebrangan baru melalui

pembangunan jeringan penyebrangan nasional secara bertahap dengan mengembangkan

jeringan lintasan utara dari Sabang le Jayapura melalui Pontianak, Nunukan, Manado,

Ternate, dan Biak. Jeringan lintasan tengah dari Palembang ke Jayapura melalui

Banjarmasin, Ujungpandang, Kendari, Ambon, Sorong, dan Biak, dan jeringan lintas selatan

dari Lampung ke Merauke melalui Jakarta, Bali, Bima, Kupang, Dilli, dan Tual.

Angkutan penyebrangan sebagai sistem transportasi darat ( KA, ja;an raya ) dalam

kerangka tatanan transportasi nasional yang berfungsi untuk menyatukan wilayah nusantara

yang terdiri atas ribuan pulau sebagai satu kesatuan wawasan nusantara, memegang perana

(37)

alteranatif jeringan jalan yang dipisahkan oleh perairan merupakan wujud pelaksanaan

kebijakan pemerintah di bidang transportasi.

Sungai, danau, dan selat adalah prasarana yang penting bagi lalu lintas dan

perkembangan angkutan di Indonesia dimana selama beberapa ratus tahun yang lalu tumbuh

dan berkembang secara alamiah tanpa dibina.Jasa angkutan ini terutama dapat dijumpai pada

daerah- daerah tertentu, dimana prasarana jalan raya Belem berkembang dengan baik, maka

jasa angkutan sungai dan danau ini memiliki peranan yang sangat penting.

Pada umumya ASDP digunakan untuk melayani mobilitas barang dan penumpang

baik di sepanjang sungai atau danau dan di sepanjang lintas penyebrangan sungai dan

danau.Transportasi sungai dan danau relatif murah. Namunpemanfaatannya masih kurang

terutama pada wilayah yang sudah dibangun prasarana jalan dan jembatan.

Penyelenggaraannya lebih banyak oleh masyarakat dan peran pemerintah dalam

investasi terutama dalam pembanguna prasarana dermaga penyebrangan sungai dan danau

relatif sedikit jumlahnya.Keunggulan komperatif angkutan perairan daratan yang mampu

menjangkau ke wilayah yang terpencil dijadikan jalan untuk membuka daerah yang

terisolasi dan apabila dipadukan dengan moda lain maka akan terbentuk suatu jeringan multi-

moda yang transportasi yang efisien.

Jeringan infrastruktur yang terpadu dan menjangkau kawasan yang lebih luas akan

mendorong percepatan pembangunan ekonomi dan mempermudah eksploitasi segala sumber

daya yang ada pada daerah tersebut.Jaringan alur pelayaran perairan daratan di Indonesia

(38)

lebih dari 31346 km dan 24 danau yang memiliki jumlah luas sekitar 2279 km².Oleh karna

itu ASDP merupakan sektor transportasi yang sangat penting dalam menghubungkan wilayah

kesatuan nusantara Indonesia sebagai bagian dari sistem transportasi nasional.

II.12.2.Angkutan Danau di Danau Toba

Danau Toba adalah danau yang terluas di Indonesia. Danau ini terletak di propinsi

Sumatera Utara dan terletak pada wilayah kabupaten Samosir, kabupaten Toba dan

sekitarnya.Selain keindahan Danau Toba, perairan Danau Toba juga berfungsi sebagai

prasarana transportasi air yang menghubungkan antar daerah, khususnya menghubungkan

antara Pulau Samosir dengan daerah Toba. Jumlah kunjungan kapal, penumpang dan barang

pada angkutan danau di Kabupaten Toba Samosir tahun 2006 dari 3 dermaga masing-masing

6.086 kunjungan kapal; 179.961 penumpang dan 5.947,1 ton barang. Dermaga Ajibata

merupakan dermaga yang paling sibuk. Jumlah kunjungan kapal, penumpang dan barang di

dermaga tersebut tahun 2006 masing-masing 3.773 kunjungan kapal, 143.895 penumpang

dan 4.509 ton barang.

Sebagai daerah yang sangat potensial sebagai kawasan pariwisata, sarana

transportasi air tentu sangat mendukung. Selain berfungsi sebagai sarana wisata, perairan

Danau Toba juga berfungsi sebagai prasarana transportasi perdagangan yang

menghubungkan Samosir dengan Kabupaten Tobasa dan Parapat, Simalungun. Jumlah

kunjungan kapal penumpang dan barang pada angkutan danau di Samosir, dari lima dermaga

(39)

Oleh karna itu angkutan danau di danau Toba ini perlu diberikan perhatian yang

lebih, sehingga pelayanan angkutan danau ini daapt menjadi lebih baik dan memberikan

banyak keuntungan bagi perekonomian masyarakat di sekitar danau Toba. Dan yang paling

dapat kita harapkan adalah untuk dapat memajukan sektor pariwisata danau Toba melalui

(40)

BAB III

DESKRIPSI WILAYAH

IV.1 Kabupaten Samosir

Kabupaten Samosir dibentuk berdasarkan Undang-Undang No 36 Tahun 2003 yang

berasal dari pemekaran Kabupaten Toba Samosir. Setelah terjadi pemekaran tersebut maka

jumlah wilayah administrasi Kabupaten Samosir pada tahun 2004 terdiri dari 9 Kecamatan yang

terdiri atas Kecamatan Sianjur Mula- mula, Kecamatan Harian, Kecamatan Sitio- tio, Kecamtan

Onan Runggu, Kecamatan Nainggolan, Kecamatan Palipi, Kecamatan Pangururan, Kecamatan

Ronggur Nihuta,dan Kecamatan Simanindo dengan ibukota Kabupaten adalah Kota Pangururan.

Tabel 4.1 Kondisi Eksisting Kabupaten Samosir

Provinsi Sumatera Utara

Ibukota Pangururan

Luas 1.444,25 km² darat & 624,8 km² perairan Danau Toba

Kecamatan 9

Desa/Kelurahan 111/ 6

Jumlah penduduk 131.549

Dasar Hukum/

tanggal

UU NO 36 Tahun 2003/ 18 Desember 2003

Bupati Ir. Mangindar Simbolon

(41)

IV.1.1 Letak Geografis dan Kondisi Wilayah

Kabupaten Samosir berada pada 2˚24’ - 2˚45’ Lintang Utara dan 98˚21’ - 99˚55 Bujur

Timur. Kabupaten Samosir memiliki luas daerah 1.444,25 km2 dan luas perairan Danau Toba

624,80 km2.

Kabupaten Samosir diapit tujuh kabupaten yaitu :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Karo  Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang

Hasundutan

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak

Kabupaten Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi dengan ketinggian antara 904 -

2157 meter diatas permukaan laut, dengan topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam,

yaitu datar, landai, miring, dan terjal. Struktur tanahnya labil dan berada pada wilayah gempa

tektonik dan vulkanik.

Sesuai dengan letaknya yang berada di garis khatulistiwa, Kabupaten Samosir tergolong

ke dalam daerah beriklim tropis basah dengan suhu berkisar antara 17º C – 29º Cdan rata – rata

kelembapan udara 85,04 persen. Rata – rata tinggi curah hujan yang terjadi di Kabupaten

Samosir per bulan tahun 2006 sebesar 1.921 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 21 hari.

Curah hujan tertinggi pada bulan Oktober dengan 3.521 mm dengan jumlah hari hujan

sebanyak 25 hari. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Februari yaitu sekitar 785

(42)

IV.1.2Data Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Samosir sebanyak 131.549 jiwa, yang terdiri dari 64.766

orang laki – laki (49,23 %) dan 66.783 orang perempuan (50,77%). Jumlah kepadatan penduduk

sebesar 91,08 jiwa/km².

Tabel 4.2 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

No Kecamatan Luas Wilayah

( km² )

Penduduk

( jiwa )

Kepadatan

( jiwa/km² )

1 Harian 560,45 6.835 12,20

2 Sianjur Mula - mula 140,24 11.098 79,14

3 Sitio - tio 50,76 8.749 172,36

4 Nainggolan 87,86 13.302 151,40

5 Onan - runggu 60,89 12.722 208,93

6 Palipi 129,55 18.895 145,85

7 Pangururan 121,43 30.069 247,62

8 Ronggur Nihuta 94,87 9.967 105,06

9 Simanindo 198,20 19.912 100,46

Jumlah/Total 1.444,25 131.549 91,08

(43)

Tabel 4.3 Data Kependudukan Menurut Kelompok Usia

Kelompok Umur Laki – laki Perempuan Laki – laki + Perempuan

0 - 4 5,360 5,274 10,634

5 – 9 7,300 7,195 14,495

10 - 14 7,766 7,323 15,089

15 - 19 8,293 8,074 16,367

20 -24 6,878 6,193 13,071

25 - 29 5,451 4,942 10,393

30 - 34 3,993 3,716 7,709

35 - 39 3,519 3,451 6,970

40 - 44 3,215 3,444 6,659

45 - 49 3,135 3,554 6,689

50 - 54 2,690 3,403 6,093

55 - 59 2,282 2,716 4,998

60 - 64 1,614 2,303 3,917

65 - 69 1,387 2,107 3,494

70 - 74 773 1,155 1,928

75 + 1,110 1,933 3,043

(44)

IV.2. Deskripsi Wilayah Jangkauan Kapal Penumpang IV.2.1 Kecamatan Pangururan

Pangururan adalah sebuah kecamatan sekaligus ibukota Kabupaten Samosir. Pangururan

terdiri atas 25 desa dan 3 kelurahan dengan jumlah penduduk 30.069 jiwa. Luas kecamatan

Pangururan 121,43 km². Pangururan memiliki 4 dermaga danau yang ada di Hutanamora,

Pardomuan, Pasar Pangururan, dan Parsaoran 1.

IV.2.2 Kecamatan Palipi

Kecamatan Palipi memiliki luas wilayah 129,55 km² dengan jumlah penduduk 18.895

jiwa. Ibukota kecamatan Palipi adalah Mogang. Kecamatan Palipi merupakan wilayah yang

memiliki luas areal persawahan 1.248 ha sehingga masyarakat di daerah ini menggantungkan

hidupnya pada pertanian. Dermaga yang ada di Kecamatan Palipi ada 11 yaitu di Urat Timur,

Parsaoran Urat, Urat 1, Palipi, Hatoguan, Simbolon Purba, Sigaol Simbolon, Suhut Nihuta

Pardomuan dan Gorat Parlombuan masing – masing ada 2 dermaga.

IV.2.3 Kecamatan Onan Runggu

Kecamatan Onan Runggu memiliki luas wilayah 60,89 km² dengan jumlah penduduk

12.722 jiwa. Onan Runggu memiliki 12 desa dan memiliki 4 dermaga danau yang ada di

Sitinjak, Onan Runggu, Sitamiang, dan Tambun Sungkean.

IV.2.4 Kecamatan Nainggolan

Kecamatan Nainggolan juga termasuk dalam Kabupaten Samosir dengan ibukota

kecamatan adalah Nainggolan. Kecamatan ini terdiri dari 10 desa dan 2 kelurahan. Kecamatan

(45)

memiliki 5 dermaga yang ada di Pasaran Parsaoran, Pasaran 1, Sinaga Uruk Pandiangan,

Nainggolan, dan Pangaloan.

IV.2.5 Kecamatan Ronggur Nihuta

Kecamatan Ronggur Nihuta memiliki luas wilayah 94,87 km² dan jumlah penduduk

9.967 jiwa. Kecamatan ini memiliki 8 desa. Kecamatan Ronggur Nihuta berada di tengah Pulau

Samosir dan tidak memiliki dermaga kapal danau.

IV.2.6 Kecamatan Simanindo

Kecamatan Simanindo memiliki luas wilayah 94,87 km² dan jumlah penduduk 19.912

jiwa. Kecamatan ini terdiri dari 15 desa dan 1 kelurahan. Kecamatan Simanindo memiliki 3

dermaga danau yang berada di desa Tomok. Dan pada desa Tomok ini adalah yang paling padat

dalam menggunakan angkutan kapal danau karna merupakan jalur penghubung yang utama

menuju Pulau Samosir.

IV.2.7 Kecamatan Harian

Kecamatan Harian memiliki luas wilayah 560,45 km² dan jumlah penduduk 560,45 jiwa.

Kecamatan ini terdiri atas 11 desa dan berada di sebelah barat Pulau Samosir. Kecamatan Harian

memiliki tidak memiliki dermaga kapal danau.

IV.2.8 Kecamatan Sianjur Mula – mula

Kecamatan Sianjur Mula-mula memiliki luas wilayah 140,24 km² dan jumlah penduduk

11.098 jiwa. Kecamatan ini terdiri atas 11 desa. Pada kecamatan ini memiliki 1 dermaga kapal

(46)

IV.2.9 Kecamatan Sitio – tio

Kecamatan Sitio – tio memiliki luas wilayah 50,76 km² dan jumlah penduduk 8.749 jiwa.

Kecamatan ini memiliki 6 desa. Kecamatan ini memiliki 4 dermaga yang ada di Sabulan,

Holbung, Janji Raja dan Cinta Maju.

IV.3.Sejarah Pertumbuhan Kapal dan Dermaga di Samosir

Angkutan air pertama kali yang digunakan masyarakat Samosir adalah sampan kecil.

Angkutan ini digunakan oleh masyarakat hanyalah untuk menangkap ikan di danau sejak zaman

dahulu hingga tahun 1955. Adanya kegiatan pertukaran hasil bumi antar daerah yang berada di

kawasan Danau Toba mengakibatkan kebutuhan akan angkutan air meningkat, sehingga

samapan kecil berganti menjadi samapan yang lebih besar dan mampu memuat sekitar 8 orang

penumpang. Namun begitu sampan kecil tetap digunakan masyarakat Samosir hingga saat ini.

Sekitar tahun 1960 sampan besar tersebut berganti dengan perahu layar yang mampu memuat

barang dan penumpang dalam jumlah yang besar ( ton ). Pada mulanya kapal motor yang ada di

Danau Toba hanya ada 1 pada tahun 1962 dan itupun hanya mengangkut batu dari daerah Sigaol

ke Balige.

Kegiatan pemasaran hasil bumi dari Kabupaten Toba Samosir paling banyak

didistribusikan ke Kabupaten Samosir, Kabupaten Humbahas, Kabupaten Tapanuli yang

perjalanannya menggunakan angkutan danau. Semakin berkembangnya Danau Toba dan Pulau

Samosir maka kebutuhan akan transportasi air semakin meningkat, maka bertolak dari itu maka

(47)

Apabila ingin keluar masuk ke Pulau Samosir haruslah melalui Danau Toba selain itu

jalan Tele satu-satunya jalur darat yang menghubungkan Pulau Samosir dengan daratan

Sumatera. Dimana letaknya sangat jauh dan situasi medan yang sangat berat karena harus

melewati daerah perbukitan yang terjal. Sehingga banyak masyarakat yang memilih

menggunakan kapal motor. Seiring dengan perkembangan kapal motor yang semakin meningkat

maka didirikanlah dermaga yang dulunya terbuat dari kayu. Kemudian pada tahun 1997

Pemerintah Daerah Kabupaten Toba Samosir (yang dulunya masih dipegang oleh Kabupaten

Tapanuli Utara) mengganti dermaga kayu itu menjadi dermaga yang terbuat dari beton.

IV.4. Pemanfaatan Moda Transportasi Air ( Kapal Motor )

Sebagai daerah yang dipisahakan oleh danau, maka moda angkutan air berperan penting

dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup. Adapun peranan angkutan danau sangat penting

dalam sarana untuk pemasaran hasil bumi, material bangunan dan untuk kegiatan sosial

pendidikan masyarakat yang ada di Kabupaten Samosir. Namun perkembangan angkutan kapal

danau ini semakin hari semakin berkurang. Hal ini diakibatkan karena adanya jalan darat yang

(48)

IV.5. Rute Angkutan Danau Kapal Penumpang

Rute – rute kapal angkutan penyeberangan penumpang yang ada di Danau Toba

berjumlah 63 rute penyebrangan danau , baik itu antar kabupaten ataupun dalam kabupaten.

Adapun rute – rute penyebrangan angkutan danau tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel IV.5Rute Angkutan Danau

(49)

Janji Raja

Sabulan Holbung

Lagundi Onan Runggu

Kabupaten Toba Samosir

Tigaraja Sipolha - Panahatan

2. Antar Kabupaten

Kabupaten Samosir Kabupaten Toba Samosir

(50)

Tomok

Nainggolan

Ajibata

Kabupaten Samosir Kabupaten Simalungun

Tuk – tuk Parapat

Haranggaol Simanindo

Tiga Ras

Tomok Tiga Raja

Kabupaten Samosir Kabupaten Tapanuli Utara

Nainggolan

Holbung

Pangururan

Onan Runggu

Muara

Muara

Kabupaten Samosir Kabupaten Dairi

Binangara Pangururan

Silalahi

Kabupaten Simalungun Kabupaten Karo

(51)

Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Humbang Hasundutan

Bakkara Balige

Tipang

Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Tapanuli Utara

Sigaol

Papande Balige

Sitanggor

Ajibata Muara

Kabupaten Simalungun Kabupaten Toba Samosir

Panahatan Ajibata

Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Humbang Hasundutan

Tipang Muara

Bakkara

(52)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4. 1 Umum

Dalam penelitian ini untuk mencapai tujuan dari analisa pada daerah studi, dilakukan

beberapa tahapan yang dianggap perlu, yang mana prosedur pelaksanaannya secara garis besar

adalah sebagai berikut:

1. Tahap pertama adalah melakukan studi literatur dalam usaha memperoleh teori-teori

yang berhubungan dengan penyelesaian tugas akhir.

2. Tahap kedua adalah menemukan jumlah dan distribusi sampel yang sesuai dengan

daerah penelitian. Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang

mewakili suatu populasi. Pendugaan taksiran atau populasi tersebut dilakukan melalui

sampel. Keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga mendorong seorang peneliti untuk

menggunakan sampel dalam penelitiannya.

3. Tahap ketiga adalah pengambilan data lapangan.

4. Tahap keempat adalah pengorganisasian data yang dibutuhkan. Metode pengumpulan

data diperoleh dari survei. Berdasarkan sumbernya data dapat digolongkan menjadi

data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

responden atau objek yang diteliti. Data primer sangat berperan dalam mendukung

tujuan penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data yang lebih dahulu

dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi terkait. Dalam penelitian ini

(53)

5. Tahap akhir adalah analisa data dari hasil survei untuk mengambil kesimpulan dari

tujuan ini.

4.2 Pengambilan Data

4.2.1 Pengambilan Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

1. Data trayek angkutan danau, data ini diperlukan untuk mengetahui

rute - rute angkutan penyebrangan di Danau Toba.

2. Data kapal dan jadwal pergerakan kapal untuk mengetahui faktor beban dari kapal

yang ada.

3. Data penduduk, data ini diperlukan untuk mengetahui kepadatan penduduk pada

wilayah studi.

4. Data dermaga kapal, data ini diperlukan untuk identifikasi dermaga kapal yang

akan dikaji dalam studi ini.

4.2.2 Pengambilan Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan survei langsung ke lapangan atau ke lokasi

penelitian antara lain:

1. Mengajukan pertanyaan (kuesioner), adapun data yang akan diambil meliputi data:

persepsi masyarakat terhadap angkutan danau sehingga dapat diketahui pendapat

masyarakat terhadap angkutan penyebrangan danau pada masing-masing kecamatan yang

menjadi tempat survey.

(54)

4.3 Pembuatan Data Kuesioner

Daftar yang akan digunakan dalam penelitian ini dibuat sedemikian rupa sehingga

memudahkan pewawancara dalam melakukan pendataan dan mempermudah tiap masyarakat

dalam pengisian tabel kuesioner. Daftar yang dibuat berdasarkan variabel-variabel yang terdiri

dari:

a. Daftar karakteristik responden yang menggunakan angkutan kapal danau

penyebrangan yang berisi:

1. Nama

2. Pekerjaan

b. Daftar variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat keperintisan lintas penyebrangan

yang disurvey, yang ditinjau dari segi faktor beban, kepadatan penduduk, pendapatan

masyarakat, prasarana jalan dan angkutan umum, prasarana dermaga, dan moda

angkutan lain .

4.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang dipergunakan adalah Stratified Random Sampling

(sampel acak berstrata).

Sampel acak berstrata adalah cara pengambilan sampel dengan terlebih dahulu membuat

penggolongan populasi menurut ciri geografi tertentu dan setelah digolongkan kemudian

ditentukan jumlah sampel dengan pemilihan secara acak. Maka pengambilan sampel dalam

(55)

4.5 Penentuan Jumlah Sampel Untuk Persepsi Mayarakat

Dari data sekunder banyaknya penduduk tiap desa di daerah lokasi dermaga yang diteliti

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5.1 Jumlah penduduk menurut lokasi dermaga

No. Nama dermaga Desa

Jumlah Penduduk (jiwa)

1. Sihotang Sihotang 308

2. Binangara Binangara 4607

3. Bonan Dolok Bonan Dolok 917

4. Tamba Tamba 1003

5. Sabulan Sabulan 2299

6. Tipang Tipang 1329

7. Panamean Panamean 745

8. Janji Raja Janji Raja 1396

9. Sibandang Sibandang 867

10. Panahatan Panahatan 1727

Jumlah 15198

Untuk mengetahui besarnya sampel yang diambil dan dapat mewakili suatu populasi,

(56)

2

Z = convidence level (tingkat kepercayaan) 1,96 V = variabilitas yang dapat diperoleh dengan rumus

 (100

V

ρ = Persentase karakteristik sampel yang dianggap benar

C = confidence limit (%)

Untuk itu dianggap bahwa confidence level (Z) adalah 95% dan limit (C) 10%, sedangkan persentase karakteristik (ρ) anggota keluarga yang menggunakan transportasi angkutan umum

diperkirakan 50%, maka jumlah sampel yang dapat dihitung adalah sebagai berikut:

(57)

N

Jadi jumlah sampel yang diambil di Kabupaten Samosir adalah 95 sampel. Adapun

jumlah sampel tiap – tiap daerah tujuan wisata di Kabupaten Samosir yang telah ditentukan

adalah sebagai berikut :

a. Dermaga Sihotang

Jumlah penduduk di Desa Sihotang adalah 308 jiwa, maka jumlah sampel dapat diketahui

melalui rumus sebagai berikut:

95

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Desa Sihotang adalah sebanyak 2 sampel.

b. Dermaga Binangara

Jumlah penduduk di Desa Binangara adalah 4.607 jiwa, maka jumlah sampel dapat

diketahui melalui rumus sebagai berikut:

95

(58)

c. Dermaga Bonan Dolok

Jumlah penduduk di Desa Bonan Dolok adalah 917 jiwa, maka jumlah sampel dapat

diketahui melalui rumus sebagai berikut:

95

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Desa Bonan Dolok adalah 6 sampel.

d. Dermaga Tamba

Jumlah penduduk di Desa Simanindo Sangkal adalah 1.003 jiwa, maka jumlah sampel

dapat diketahui melalui rumus sebagai berikut:

95

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Desa Tamba adalah 6 sampel.

e. Dermaga Sabulan

Jumlah penduduk di Desa Sabulan adalah 2.299 jiwa, maka jumlah sampel dapat

diketahui melalui rumus sebagai berikut:

95

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Desa Sabulan adalah 14 sampel.

f. Dermaga Tipang

Jumlah penduduk di Desa Tipang adalah 1.329 jiwa, maka jumlah sampel dapat diketahui

(59)

95

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Desa Tipang adalah 8 sampel.

g. Dermaga Panamean

Jumlah penduduk di Desa Panamean adalah 745 jiwa, maka jumlah sampel dapat

diketahui melalui rumus sebagai berikut:

95

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Desa Panamean adalah 5 sampel.

h. Dermaga Janji Raja

Jumlah penduduk di Desa Janji Raja adalah 1.396 jiwa, maka jumlah sampel dapat

diketahui melalui rumus sebagai berikut:

95

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Desa Janji Raja adalah 9 sampel.

i. Dermaga Sibandang

Jumlah penduduk di Desa Sibandang adalah 867 jiwa, maka jumlah sampel dapat

diketahui melalui rumus sebagai berikut:

Gambar

Tabel 4.1 Kondisi Eksisting Kabupaten Samosir
Tabel 4.2 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
Tabel 4.3  Data Kependudukan Menurut Kelompok Usia
Tabel IV.5 Rute Angkutan Danau
+7

Referensi

Dokumen terkait

adalah “Struktur Komunitas Plankton di Sekitar Keramba Jaring Apung Danau Toba Kecamatan Haranggaol, Kabupaten Simalungun, Sumatera

(4) menyusun strategi pengembangan pariwisata agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah daerah di sekitar obyek wisata Danau Toba. Metode penelitian yang

Nilai adjusted R square diperoleh 0.140 yang berarti bahwa 14,00% kepuasan wisatawan pada Danau Toba dipengaruhi oleh faktor-faktor kualitas pelayanan, sedangkan

yang diterima oleh lingkungan perairan Danau Toba tersebut..

yang terdiri dari : bukti fisik, keandalan, daya tanggap dan empati berpengaruh. terhadap kepuasan wisatawan di Danau

Sementara itu, penyebab utama kebakaran hutan di sekitar DTA Danau Toba adalah: lahan marga yang tidak dikelola dengan baik, insentif/disinsentif ekonomi, pengetahuan pertanian dan

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Radjagukguk (2014) di Daerah Sekitar Danau Toba Bawang Toba bawang merah varietas Lokal Samosir dapat dibudidayakan sampai

Banyak pendapat yang mengemuka di masyarakat terkait kepeduliannya terhadap lingkungan Danau Toba, mereka mengatakan bahwa keberadaan KJA yang dikelola oleh perusahaan juga