1
PENGARUH PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM
DENGAN PERTALITE TERHADAP EMISI GAS BUANG
UNTUK KENDARAAN RODA DUA 100 CC
Ir. Rudi Adolf Hotman Sihombing, M.T
Dosen Tetap Program Studi Teknik Mesin
Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel - Medan
ABSTRAK
Teknologi otomotif khususnya sepeda motor semakin berkembang dengan berbagai inovasi, hal ini menjadi kebutuhan utama masyarakat dalam hal transportasi. Dampak yang muncul adalah kebutuhan bahan bakar yang meningkat demikian juga emisi gas buang. Sehingga perlu bahan bakar yang semakin baik untuk meminimalkan emisi gas buang. Pertilite suatu produk baru yang sudah dipasarkan, namun masyarakat cenderung mencampurkan produk Pertilite dengan Premium.
Penelitian ini menguji dampak pencampuran ini terhadap emii gas buang. Metodologinya adalah dengan penambahan bahan bakar Pertilite ke Premium, 10 % : 90 %, 25 % : 75 % dan 50 % : 50 % untuk putaran mesin 2000 RPM dan 3000 RPM. Pengujian untuk sepedamotor 100 CC.
Hasil penelitian emisi gas buang CO pada putaran 2000 rpm, pencampuran BBM 10%:90% menghasilkan emisi tertinggi 2,04 % sedangkan pada putaran 3000 rpm, pencampuran BBM 10%:90% menghasilkan emisi tertinggi 1,98%. Hasil penelitian emisi gas buang HC pada putaran 2000 rpm, pencampuran BBM 10%:90% menghasilkan emisi tertinggi 93.63ppm, sedangkan pada putaran 3000 rpm, pencampuran BBM 10%:90% menghasilkan emisi tertinggi 86 ppm.
Kata kunci : Pertilite, Premium, emisi, putaran
A. PENDAHULUAN
Minyak bumi merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup saat ini. Minyak bumi didapatkan dari sumber langsung dari bagian kerak bumi dengan proses pertambangan dan pemurnian minyak.. Minyak bumi menjadi kebutuhan penting terutama sebagai bahan bakar, industri, pembangkit, kendaraan bahkan keperluan rumah tangga.
Menurut data bahwa, pertumbuhan kendaraan bermotor terus berkembang pesat yaitu pada tahun 2004 berjumlah 30.541.954 dan pada 2013 sudah mencapai 104.118.969 unit.
[
http://www.bps.go.id /
]
Gambar 1. Grafik pertumbuhan kendaraan bermotor tahun 2004 – 2013
2
Dengan meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor, berdampak pada permintaan akan volume bahan bakar yang berasal dari fosil juga terus meningkat. Seterusnya akan diikuti dengan meningkatnya emisi gas buang yang setiap tahunnya semakin merusak keadaan lingkungan sekitar dan berdampak pada kesehatan manusia.
Proses pembakaran selalu menghasilkan produk pembakaran yaitu emisi gas buang. Emisi gas ini mencemari lingkungan dan memberikan kontribusi terhadap pencemaran udara. Empat produk emisi utama motor pembakaran dalam adalah Hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), Oksida Nitrogen ( ) dan partikulat. [Kristanto.P Wahyudi , J. 2014. Motor Bakar Torak “Teori dan Aplikasinya”. Yogyakarta: ANDI ]
Semua gas buang kendaraan berbahaya. Namun, dari beberapa gas buang di atas hanya akan berfokus pada dua emisi gas buang , yaitu Hidrokarbon (HC) dan karbon monoksida (CO), karena kedua jenis emisi ini adalah yang paling berbahaya dari pada yang lainnya.
Hidrokarbon diketahui bersifat karsinogen yang menyebabkan penyakit kanker. Disamping itu juga dapat menyebabkan iritasi mata dan selaput mukosa pada tenggorokan. Hidrokarbon juga berperan terhadap terbentuknya hujan asam dan juga terbentuknya asbut foto kimia (asbut = asap bercampur kabut).
Karbon monoksida merupakan gas yang tidak
berwarna, tidak berbau dan beracun
ketika dihisap. Jika masuk ke paru-paru, CO
mampu bereaksi dengan hemoglobin dalam
darah, membentuk karbon
sihaemoglobin
(COHb) yang menghalangi darah menyerap
oksigen. Hb sendiri berfungsi sebagai sistem
transport yang membawa oksigen dalam
bentuk
oksihaemoglobine
(
) dari
paru-paru ke sel-sel tubuh. Karbon monoksida
rendah dapat menyebabkan sakit kepala dan
menurunkan aktifitas mental dan fisik,
sedangkan pada konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan pingsan dan kematian.
B. LANDASAN TEORI
1. Motor Bakar Empat Langkah
Motor bakar empat langkah adalah mesin pembakaran dalam, yang dalam satu kali siklus pembakaran akan mengalami empat langkah piston, yang secara keseluruhan memerlukan dua putaran poros engkol per satu siklus pada mesin bensin atau mesin diesel.
Langkah pertama ( langkah Hisap )
Pada gerak hisap, campuran udara dengan bahan bakar dihisap ke dalam silinder. Piston bergerak dari TMA menuju TMB meyebabkan kehampaan di dalam silinder, posisi katup masuk terbuka dan katup keluar tertutup, mengakibatkan udara atau gas terhisap masuk ke dalam ruang bakar.
3 Langkah kedua ( langkah Kompresi )
Piston bergerak dari TMB menuju TMA, posisi katup masuk dan keluar tertutup selama gerakan tekanan dan suhu campuran udara dan bahan bakar ini di tambah lagi, tekanan serta ledakan yang lebih besar lagi dari tenaga yang kuat ini akan mendorong piston ke bawah, mengakibatkan udara dalam ruang bakar terkompresi. piston sudah melakukan dua gerakan atau satu putaran.
Langkah ketiga ( langkah Kerja)
Dalam gerakan ini, campuran udara bensin yang dihisap telah terbakar dan menyebabkan terbakar dan menghasilkan tenaga. Udara yang terbakar dalam ruang bakar akan meningkatkan tekanan dalam ruang bakar, mengakibatkan piston terdorong dari TMA menuju TMB. Selama gerak ini katup hisap dan katup buang masih tertutup. Piston telah melakukan tiga langkah dan poros engkol berputar satu setengah putaran.
Langkah ke empat ( langkah buang)
Piston bergerak dari TMB menuju TMA, posisi katup masuk tertutup dan katup keluar terbuka untuk mendorong gas-gas yang telah terbakar dari silinder. Selama gerak ini katupbuang saja yang terbuka. Bila piston mencapai TMA sesudah melakukan pekerjaan seperti diatas. Piston akan kembali pada keadaan untuk memulai gerak hisap-kompresi-kerja-buang. Poros engkol berputar 2 putaran, dan telah menghasilkan satu
tenaga. [ Kristanto.P Wahyudi , J. 2014. Motor Bakar Torak “Teori dan Aplikasinya”. Yogyakarta: ANDI ]
Gambar 2.1. Prinsip kerja motor empat langkah
2. Premium RON 88
Premium RON 88 merupakan salah satu fraksi dari penyulingan minyak bumi dan masih menggunakan timbal (Pb). Bahan bakar jenis ini berwarna kuning akibat adanya zat pewarna tambahan. Memiliki berat jenis 0,72 kg/L, titik didih C - C. Bahan bakar ini memiliki rasio kompresi dibawah 10,5. Pembakarannya tidak cukup baik bila di bandingkan dengan pertamax. Sifat kinerja yang paling utama dari bahan bakar bensin adalah semakin tinggi angka oktan bahan bakar semakin bertambah tinggi pula daya dan efisiensi yang dapat dirancang untuk menggunakan bahan bakar ini, maka akan semakin baik pembakarannya serta akan menghemat bahan bakar dan rendah emisi.
3. Pertalite
Pertalite adalah bahan bakar minyak atau bensin tanpa timbal dengan kandungan aditif lengkap generasi mutakhir yang akan
4
membersihkan ruang bakar dari carbon deposit dan mempunyai RON 90 dan Pertalite ini di anjurkan untuk kendaraan berbahan bakar bensin. Pertalite merupakan salah satu jenis bahan bakar ramah lingkungan beroktan tinggi, ramah lingkungan dan rendah emisi.
Dalam penelitian kali ini, Peneliti memakai premium dengan RON 88 karena bersifat masih memiliki sejumlah kekurangan dalam proses pembakaran. Sehingga masih menghasilkan emisi gas buang yang rentan membuat penyakit serta merusak lingkungan dan pemakaian konsumsi bahan bakar yang masih terbilang boros. Pertalite mempunyai nilai RON 90, lalu dia juga sudah di campur zat-zat aditif yang berguna untuk mesin mobil. Sebagian kandungan zat aditif pada pertalite diantaranya :
1. Zat anti karat (menghindar munculnya karat), zat anti karat ini bakal bekerja didalam tanki serta ruangan bakar maka komponen mobil yang bersentuhan dengan BBM tipe ini relatif bakal lebih tahan karat dari pada memanfaatkan BBM tanpa ada zat aditif
2. Zat pembersih, zat pembersih ini dapat melunturkan kotoran pada silinder head serta
klep intake.
[ http://www.ristizona.com/2012/10/tips-mengurangi-emisi-gas-buang.html]
Gambar 2. spesifikasi Pertalite 4. Konsumsi Bahan bakar
Konsumsi bahan bakar adalah ukuran banyak atau tidaknya bahan bakar yang digunakan suatu mesin untuk diubah menjadi panas pembakaran dalam jangka waktu tertentu. Campuran bahan bakar yang dihisap masuk ke dalam silinder akan mempengaruhi tenaga yang dihasilkan karena pembakaran yang digunakan untuk mendorong torak pada saat langkah usaha.
Pembakaran sempurna akan menghasilkan tingkat konsumsi bahan bakar yang ekonomis karena pada pemabakarannya sempurna, campuran bahan bakar dan udara dapat terbakar seluruhnya dalam waktu dan kondisi yang tepat sehingga akan dihasilkan tenaga yang maksimal.
5 Gas Buang
Emisi gas buang adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar di dalam ruang bakar dan dikeluarkan melalui sistem pembuangan mesin. Emisi gas buang terjadi jika pembakaran yang berlangsung di ruang bakar tidak sempurna (kondisi oksigen dan campuran udara tidak sesuai).
Dari penggunaan kendaraan bermotor terdapat sisi lain sangat buruk terhadap lingkungan terutama gas buang dari hasil pembakaran yang tidak terurai atu terbakar dengan sempurna. Seperti diketahui proses pembakaran dari motor bakar menghasilkan gas buang yang secara teoritis mengandung unsur CO,
, HC, C, dan . Berikut pada tabel 1. adalah pencemaran yang dihasilkan oleh hasil pembakaran motor bakar.
Bila bensin terbakar, maka akan terjadi reaksi dengan oksigen membentuk karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). Gas bekas umumnya terdiri dari gas yang tidak beracun N2 (Nitrogen), dan H2O (uap air) dan sebagian kecil merupakan gas beracun seperti gas CO2 (gas Carbon), CO, HC, dan Nox (Oksid Nitrogen) yang sekarang sangat populer dalam gas bekas maupun gas buang adalah gas yang beracun.
Tabel 1. Zat Pencemaran Yang Dihasilkan Pembakaran Motor Bakar [Buku informasi memelihara / servis sistem kontrol emisi, OTO KR02.020.01]
Zat Pencemar Sumber Utama di Atmosfir Akibatnya Keterang an CO Mobil 93 % generator daya dan lain – lain 7
%
Mengganggu pertukaran oksigen di dalam darah dan menyebabkan keracunan carbon monoksid (konsentrasi CO pada 30 – 40 PPM (Port Per Million) melumpuhkan syaraf : pada 500 PPM menyebabkan sesak napas dan pusing. Konsentrasi CO yang tinggi dapat menyebabkan kematian.
HC Mobil 57%
Pemurnian minyak bumi,
pemakaian pelarut dan lain
–lain 43%
Organ pernapasan menjadi sakit Akibat dari utama photo chemical smog. Nox Mobil 39 % Pabrik, pembangkit daya peurnian minyak bumi 61 %
- Sakit mata, hidung, tenggorokan, batuk, sakit kepala, paru – paru - No 2 atmosfir pada 3 – 5
PPM menghasilkan bau yang menyakitkan pada 10
- 30 PPM menyebabkan sakit mata dan hidung, pada 30 – 50 PPM menyebabkan batuk, sakit kepala Penyebab utama photo chemical smog
SO2 Mobil (diesel) 1 % Pabrik, pembangkit
daya, pemanasan dan lain – lain 99 %
Gangguan pada selaput, sistem pernapasan, dan menyebabkan peradangan pada saluran tenggorokan
6
Tabel 2. Sifat – sifat Gas Buang Hasil Pembakaran [Buku informasi memelihara / servis
sistem kontrol emisi, OTO KR02.020.01] CO (Carbon Monokside) HC (Hydro
Carbon)
Nox (Oxide Nitrogen)
- Zat gas tidak berwarna dan tidak berbau - Tidak mudah larut
dalam air - Perbandingan berat
terhadap udara (1 Atm0C) 0,967
- Didalam udara bila diberikan api akan terbakar dengan mengeluarkan asap biru dan menjadi CO2
(Carbon diokside)
-Sebelum zat yang merupakan ikatan kimia hanya dari carbon (C) dan Hydrogen (H) saja -Bentuk kimianya dibagi menjadi parafine, naftaline, olefine dan aromatic N2O karena tidak aktif, tidak menjadi persoalan
-Terutama berbentuk NO, NO2, dan N2O.
-NO adalah gas yang tidak berwarna tidak berbau, sukar laut dalam air, di dalam udara karena gesekan akan menjadi NO2. -NO2 adalah zat gas
berwarna agak kemerahan dan sedikit berbau, mudah larut dalam air bereaksi dengan air menjadi asam nitrit atau nitrat.
Emisi Gas Buang
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Lingkungan Hidup dalam peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 05 tahun 2006 mengenai ambang batas aman kadar polusi udara yang dihasilkan oleh kendaraan adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor Kategori Tahun Pembuatan Parameter Metode uji CO(%) HC (ppm) Sepeda motor dua langkah 2010 4,5 1200 Idle Sepeda motor 4 langkah <2010 5,5 2400 Idle Sepeda motor (2 langkah dan 4langkah 2010 4,5 2000 Idle
5.
Hipotesis
Dari landasan teori di atas dibuat hipotesis
penelitian sebagai berikut:
Hipotesis Mayor :
1.
Semakin besar persentase bahan bakar
pertalite dengan premium dan semakin
tinggi putaran mesin akan mengurangi
dampak emisi gas buang pada sepeda
motor .
Hipotesis Minor :
1)
Terdapat pengaruh yang signifikan pada
pemakaian bahan bakar bensin RON 88
dengan bahan bakar pertalite pada
pencampuran 10terhadap emisi gas buang
Carbon Monoksida (CO) pada sepeda
motor 110 CC dengan variasi putaran
2000 dan 3000 rpm.
2)
Terdapat pengaruh yang signifikan pada
pemakaian bahan bakar bensin RON 88
dengan bahan bakar pertalite terhadap
emisi gas buang Hidro Carbon (HC)
pada sepeda motor 110 CC dengan
variasi putaran 2000 dan 3000 rpm.
7
C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Media dan Alat Penelitian
Tabel 4. Media dan Alat penelitian
No Nama
Bahan
Merk Spesifikasi Jumlah
1 Sepeda Motor SEPEDA MOTOR 110 CC, 4 Langkah. 110 CC 1 Unit 2 Engine Gas Analyser Heshbon HG - 250 1 Unit 3 Tacho Meter Solar Cell Tachometer DET -610 1 Unit 4 Gelas Ukur Pyrex 500 ml 1 Unit 5 Premium - RON 88 1 liter 6 Pertalite - RON 90 1 liter 7 Tool Set Krisbow
6mm-24mm 1 Set
Media yang digunakan dalam penelitian adalah sepeda motor jenis 110 CC yang telah di servis sesuai standard
2.
Parameter Penelitian dan Variabel
Bebas
Tabel 5.. Para meter penelitian dan variabel
bebas
No Para meter yang diukur Variabel bebas/ Faktor 1 2 Carbon monoksida,CO (%) Hidro Carbon, HC (%)
Campuran bahan bakar premium dengan pertalite
Pada tiap-tiap parameter kemudian dilakukan pengujian Emisi gas buang.
3.
Batasan dan Lingkup Penelitian
Rancangan eksperimen pada penelitian
ini dibatasi dengan dua level untuk setiap
variabel
bebas
/
faktor.
Tabel
6
menunjukkan batasan dan lingkup penelitian.
Ta
bel 6. Batasan dan lingkup penelitian
Kode Variabel bebas/factor Level 1 Level 2 A Putaran (RPM) 2000 3000 B Campuran BB (%) 10% : 90% 10% : 90% C Campuran BB (%) 25% : 75% 25% : 75% D Campuran BB (%) 50% : 50% 50% : 50%
4. Proses Pelaksanaan Eksperimen
1. Tempatkan kendaraan pada tempat yang datar agar mudah dalam pelaksanaan penelitian. 2. Pemasangan gelas ukur pada selang karburator.
Pastikan letak gelas ukur ditempat yang datar. 3. Pasang gas analyzer kesaluran listrik dan
setting ulang gas analyzer. Sambungkan selang gas analyzer ke dalam knalpot sepeda motor.
4. Menghidupkan dan memanaskan mesin sepeda motor hingga suhu kerja mesin tercapai, kemudian sesuaikan putaran mesin dengan perlakuan Rpm yang telah ditentukan.
8
Premium sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu :
a. Campuran 10 % dengan 90% pada putaran 2000 rpm dan 3000 rpm
b. Campuran 25% dengan 75 % pada putaran 2000 rpm dan 3000 rpm
c. Campuran 50 % dengan 50% pada putaran 2000 rpm dan 3000 rpm
6. Setiap percobaan membutuhkan 2 menit dengan menggunakan stop wacth.
7. Amati gas gelas ukur dan gas analyzer setiap 2 menit.
8. Untuk konsumsi bahan bakar lakukan pengamatan setiap 2 menit dan catat hasil
yang di dapat dari menganalisa gelas ukur.
9
.
Untuk gas analyzer lakukan pengamatan
setiap 2 menit dan print hasil analisa emisi
gas buang setelah 2 menit.
10.
Hasil yang di dapat selama penelitian
dirata-ratakan.
9
D. PENUTUP
1. Hasil Analisa dan Pengujian Tabel 7.. Data Hasil Pengujian HC
No A B HC(ppm)/600 ppm Campuran BBM Putaran (Rpm) Lv 1 Lv 2 Lv 3 Rerata 1 10 % : 90 % 2000 95 90 96 93.67 2 10 % : 90 % 3000 84 83 86 84.33 3 25 % : 75 % 2000 76 74 74 74.67 4 25 % : 75 % 3000 62 60 63 61.67 5 50 % : 50% 2000 60 62 65 62.33 6 50 % : 50% 3000 53 52 51 52
Tabel 8 Data Hasil Pengujian CO
No A B CO (%)/ 4 % Campuran BBM Putaran (Rpm) Lv 1 Lv 2 Lv 3 Rerata 1 10 % : 90 % 2000 2.05 2.03 2.06 2.04 2 10 % : 90 % 3000 1.97 1.99 1.98 1.98 3 25 % : 75 % 2000 1.93 1.64 1.92 1.93 4 25 % : 75 % 3000 1.63 1.95 1.64 1.94 5 50 % : 50% 2000 1.38 1.39 1.39 1.38 6 50 % : 50% 3000 1.06 1.08 1.07 1.07
2. Grafik
Respon Rerata HC dan CO
Dengan
menggunakan
perhitungan
ANAVA (Analisa Variansi) maka didapat
grafik respon rerata HC dan CO.
Grafik Respon Rerata HC.
Gambar 4. Grafik respon rerata emisi gas buang HC (ppm)
Dari gambar 4. grafik hasil penelitian
emisi gas buang HC pada putaran 2000 rpm,
penggunaan
campuran
BBM
10%:90%
menghasilkan emisi tertinggi 93.63ppm
diikuti oleh campuran BBM 25% : 75% 75
ppm dan campuran BBM 50% : 50% 74.67
ppm. pada putaran 3000 rpm, penggunaan
campuran BBM 10%:90% menghasilkan
emisi tertinggi 86 ppm diikuti oleh campuran
BBM 25% : 75% 62.33 ppm dan campuran
BBM 50% : 50% 52 ppm.
10
Grafik Respon Rerata Emisi Gas
Buang CO.
.
Gambar 5. Grafik respon rerata emisi gas
buang CO (%)
Dari gambar 5 grafik hasil penelitian
emisi gas buang CO pada putaran 2000 rpm,
penggunaan
campuran
BBM
10%:90%
menghasilkan emisi tertinggi 2,04 % diikuti
oleh campuran BBM 25% : 75% dengan nilai
1,93 % dan campuran BBM 50% : 50% denga
nilai 1,38 %. pada putaran 3000 rpm,
penggunaan
campuran
BBM
10%:90%
menghasilkan emisi tertinggi 1,98% diikuti
oleh campuran BBM 25% : 75% dengan nilai
1,93% dan campuran BBM 50% : 50% 1,07
%.
3. Uji Hipotesis Pertama
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan pada
campuran bahan bakar pertalite (10%)
dengan bahan bakar premium Ron 88 (90%)
dengan bahan bakar pertalite terhadap emisi
gas buang HC pada putaran 2000 dan 3000
rpm kenderaan roda dua 110 CC.
H0 : Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan
pada campuran bahan bakar pertalite (10%)
dengan bahan bakar premium Ron 88
(90%)dengan terhadap emisi gas buang HC
pada putaran 2000 dan 3000 rpm kenderaan
roda 2 110 CC.
Uji hipotesis dilakukan dari hasil
anava.
Tabel 9. Anava untuk HC
Dependent Variable:Emisi Gas Buang HC (ppm)Source
Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Corrected Model 3681.111a 5 736.222 186.648 .000 Intercept 91877.556 1 91877.556 23292.901 .000 Campuran BBM 3136.778 2 1568.389 397.620 .000 Putaran 533.556 1 533.556 135.268 .000 CampuranB BM * Putaran 10.778 2 5.389 1.366 .000 Error 47.333 12 3.944 Total 95606.000 18 Corrected Total 3728.444 17
11
Hasil analisis menunjukkan bahwa F
untuk Campuran BBM dan putaran adalah
sebesar 1,366 dengan signifikansi 0,000
Dengan
signifikansi
ketetapan
yang
digunakan adalah α = 0,05 Ternyata hasil
analisis menunjukkan bahwa sig F sebesar
0,000 lebih kecil dari 0,05. Maka dengan
demikian H0 ditolak dan H1 diterima.
4. Uji Hipotesis Kedua
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan pada
campuran bahan bakar pertalite (50%) dengan
bahan bakar premium Ron 88 (50%)terhadap
emisi gas buang CO pada putaran 2000 dan 3000
rpm kenderaan roda dua 110 CC.
H0 : Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan
pada campuran bahan bakar premium Ron 88
dengan bahan bakar pertalite terhadap emisi gas
buang CO pada putaran 2000 dan 3000 rpm
kenderaan roda 2 110 CC.
Uji hipotesis dilakukan dari hasil
anava.
Tabel 10 . Anava untuk CO
Dependent Variable:Emisi Gas Buang CO (%)Source
Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Corrected Model 2.126a 5 .425 42.047 .000 Intercept 50.535 1 50.535 4997.943 .000 Campuran BBM 1.956 2 .978 96.749 .000 Putaran .112 1 .112 11.079 .006 CampuranB BM * Putaran .057 2 .029 2.829 .000 Error .121 12 .010 Total 52.782 18 Corrected Total 2.247 17
a. R Squared = ,946 (Adjusted R Squared = ,924)
Hasil analisis menunjukkan bahwa
nilai F untuk jenis busi dan putaran adalah
sebesar 2,829 dengan signifikansi 0,000
Dengan
signifikansi
ketetapan
yang
digunakan adalah α = 0,05 Ternyata hasil
analisis menunjukkan bahwa sig F sebesar
0,000 lebih kecil dari 0,05. Maka dengan
demikian H0 ditolak dan H1 diterima.
12
5.
Pembahasan Hasil PenelitianSetelah dilakukan analisis data hasil eksperimen dapat dikemukakan fakta-fakta sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan pada campuran bahan bakar Pertalite dengan Premium terhadap emisi gas buang HC pada sepeda motor 110 cc dengan variasi putaran 2000 rpm dan 3000 rpm.
Pencampur pada bahan bakar, secara cepat bahan bakar tersebut akan mengalami perubahan RON . Proses ini lah yang menyebabkan kemudahan pada proses pembakaran dalam ruang bakar. Pencampuran bahan bakar Pertalite dengan Premium jika digunakan pada takaran yang tepat akan mengurangi pemakaian konsumsi bahan bakar.
2.
Terdapat pengaruh yang signifikan pada campuran bahan bakar Pertalite dengan Premium terhadap emisi gas buang CO pada sepeda motor 110 ccdengan variasi
putaran 2000 rpm dan 3000 rpm.
Pencampur pada bahan bakar, secara cepat bahan bakar tersebut akan mengalami perubahan RON . Proses ini lah yang menyebabkan kemudahan pada proses pembakaran dalam ruang bakar. Pencampuran bahan bakar Pertalite dengan Premium jika digunakan pada takaran yang tepat akan mengurangi pemakaian konsumsi bahan bakar.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan :
1. Terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan bahan bakar premium RON 88 dengan campuran bahan bakar Pertalite RON 90 terhadap emisi gas buang Karbon Monoksida (CO) pada sepeda motor 110 cc dengan variasi putaran 2000 rpm dan 3000 rpm. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji analisis data yang dilakukakan menyatakan bahwa konsumsi bahan bakar semakin menurun ketika menggunakan bahan bakar premium yang dicampur dengan pertalite dan putaran yang meningkat.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan pada pemakaian bahan bakar premium RON 88 dengan campuran bahan bakar pertalite RON 90 terhadap emisi gas buang HC pada sepeda motor 110 cc dengan variasi putaran 2000 rpm dan 3000 rpm. Hal ini dapat di lihat dari uji analisis data yang dilakukan menyatakan bahwa emisi gas buang HC semakin menurun ketika menggunakan bahan bakar yang dicampur.
13