• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Autis bukan suatu penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan gejala) dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan berbahasa dan kepedulian terhadap sekitar, sehingga anak autisme seperti hidup dalam dunianya sendiri (Yatim, 2002). Autis biasanya terjadi pada usia yang masih muda sekitar 2-3 tahun dan bisa mengenai siapa saja, baik yang sosio-ekonomi mapan maupun kurang.

Angka penderita autis di Indonesia mencapai angka 7000 orang pada tahun 2004 (Depkes, 2004). Diperkirakan jumlah autis setiap tahunnya akan mengalami peningkatan sebesar 5%. Di Indonesia, pada 2010 jumlah penderita autis diperkirakan mencapai 2,4 juta orang. Hal itu berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (Syahrir, 2012). Dari hasil observasi yang telah dilakukan di SLBN Semarang, didapatkan data siswa dengan gangguan autis sekitar 84 siswa dengan tingkatan kelas yang berbeda. Pada tingkat TK ada 11 siswa, tingkat SD berjumlah 24 siswa, pada tingkat SMP ada 21 siswa, serta 4 siswa di tingkat SMA, ditambah dengan siswa pengembangan (Anonim, 2013).

Menurut Pratiwi (2007), gangguan yang dialami anak autis membuat mereka kesulitan dalam memfokuskan perhatian saat menerima pembelajaran. Mereka pada umumnya tidak mampu mengembangkan permainan yang kreatif dan imajinatif. Karena itu, mereka membutuhkan stimulasi agar bisa mengembangkan kecerdasan emosional imajinasinya untuk bisa bersosialisasi dengan orang lain.

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi gangguan-gangguan pada autis, salah satunya bisa dilakukan terapi. Terapi tersebut seperti terapi okupasi, terapi wicara serta fisioterapi. Salah satu terapi yang sering diterapkan adalah terapi musik. Terapi musik merupakan keahlian menggunakan musik atau elemen musik oleh seorang terapis untuk meningkatkan dan

(2)

mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional dan spiritual (Suryana, 2012). Seperti yang diungkapkan oleh Veskarisyanti (2008) bahwa terapi musik akan membuat suasana menjadi lebih menyenangkan. Jenis-jenis musik sendiri ada beberapa macam seperti musik jazz, musik rock, musik rohani serta musik klasik. Menurut Anthony (1998) dalam Suryana (2012), musik mempunyai manfaat seperti refresing, motivasi, perkembangan kepribadian, terapi, sebagai alat untuk komunikasi.

Musik klasik merupakan suatu nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan irama, lagu dan keharmonisan suatu karya sastra yang bernilai tinggi. Banyak penelitian tentang pengaruh terpi musik klasik terhadap kemampuan berbahsa serta kemampuan kognitif. Pada penelitian ini akan meneliti mengenai pengaruh terapi musik klasik dengan kreativitas anak autis. Musik klasik tidak hanya memberi kenyamanan pada telinga pendengar melainkan pada jiwa pendengar juga. Musik klasik memiliki kemurnian dan kesederhanaan, dimana irama, melodi serta frekuensi-frekuensi tinggi pada musik tersebut mampu merangsang dan memberi daya terhadap daerah-daerah motivatif dan kreatif pada otak (Campbell, 2000).

Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah, yang memberikan individu menciptakan ide-ide asli/adaptif fungsi kegunaannya secara penuh untuk berkembang Widayatun (1989) dalam Sunarya (2002). Ciri-ciri kreativitas menurut Guilford (1982) dalam Munandar (2009) di antaranya ada kelancaran berfikir, keluwesan berfikir, elaborasi, originalitas. Sedangkan faktor-faktor yang mendorong terwujudnya kreativitas menurut Rogers (1987) dalam Munandar (2009) diantaranya karena dorongan dari dalam diri sendiri dan dorongan dari lingkungan.

Pada anak autis kreativitas disalurkan melalui gambar-gambar, lukisan, tari serta musik. Anak-anak penderita autis terklasifikasi dalam 2 kecenderungan yakni pada otak kiri dan otak kanan. Penderita yang cenderung pada otak kiri menunjukkan sikap dan ketertarikan pada kegiatan menghitung, sistematis dan mekanik. Sedangkan penderita autis dengan kecenderungan pada otak kanan menunjukkan sikap dan interes pada hal-hal yang sifatnya ke seni dan audio

(3)

visual misalnya suka menggambar, menonton film atau peka terhadap musik.

(Tabrani, 2006).

Musik masuk melalui telinga dan akan menimbulkan gelombang alfa dan akan terjadi Cortical Evoled Respon. Dimana saat terjadi Cortical Evoled Respon akan menggetarkan gendang telinga dan cairan serta menggetarkan sel-sel barambut dalam koklea dan akan mengenai syaraf koklearis pada sistem otak. Sistem otak yang akan terpengaruh yaitu struktur basal termasuk system limbik. Fungsi system limbik sendiri yaitu untuk mengontrol kemampuan daya ingat, kemampuan merespon segala informasi yang diterima panca indera (Veskarisyanti, 2008).

Anak dengan kebutuhan khusus memerlukan keperawatan yang lebih dibandingan dengan anak yang normal. Keperawatan itu seperti dengan melakukan terapi musik pada anak dengan kebutuhan khusus. Seperti di Sekolah Luar Biasa Negeri Semarang (SLBN) yang mengajar anak dengan kebutuhan khusus yang diantaranya ada anak dengan gangguan autis.

Di SLBN Semarang sudah diterapkan terapi musik yang diberikan untuk para siswa pemula, dimana terapi tersebut seperti pengenalan alat-alat musik, didengarkan melodi-melodi yang ditujukan untuk menstimulasi otak anak serta ditujuakan untuk mengetahui minat yang terpendam pada anak tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang sudah diungkapkan pada latar belakang maka peneliti merumuskan permasalahan penelitian yaitu: apakah ada hubungan antara pemberian terapi musik klasik dengan kreativitas anak autis?

(4)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap kreativitas anak autis.

2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan kreativitas pada anak autis sebelum diberikan terapi musik klasik di SLBN Semarang

b. Mendiskripsikan kreativitas pada anak autis sesudah diberikan terapi musik klasik di SLBN Semarang

c. Menganalisis pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap kreativitas anak autis sebelum dan sesudah diberikan terapi musik di SLBN Semarang

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan masukan tentang metode baru pengajaran bagi anak autis. Serta sebagai masukan bagi ilmu keperawatan khususnya tentang pemberian terapi musik klasik terhadap kreativitas pada anak autis.

2. Bagi Orang Tua dengan Anak Autis

Sebagai masukan bagi orang tua penyandang autis akan manfaat pemberian terapi musik klasik yang dapat digunakan sebagai latihan untuk meningkatkan daya imajinatif anak.

E. Bidang Ilmu

Penelitian ini masuk dalam bidang ilmu keperawatan komunitas anak, khususnya tentang pentingnya pemberian terapi musik klasik terhadap peningkatan kreativitas anak autis.

F. Keaslian Penelitian

Ada beberapa penelitian yang hampir serupa dengan penelitian yang akan diteliti sekarang, di antanya:

(5)

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Judul Nama Tahun dan

tempat penelitian Rancangan penelitian Variabel penelitian Hasil 1 Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Kemampuan Berbahasa Pada Anak Autis di Pusat Terapi Terpadu A Plus jalan Imam Bonjol Batu Inggin Sumekar Tahun penelitian 2007, di pusat terapi terpadu A Plus jalan Imam Bonjol Batu Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kasus tunggal (single case exsperimental design), pengumpulan data dengan observasi. Variabel bebas: terapi musik klasik. Variabel terikat: kemampuan berbahasa. Terapi musik klasik efektif dalam mengoptimalkan kemampuan berbahasa pada anak autis di pusat terapi terpadu A plus di jalan Imam Bonjol-Batu. 2 Perbedaan efektivitas terapi musik klasik dan terapi musik murrotal terhadap perkembanga n kognitif anak di SLB kota Surakarta Nur Afuana Hady, Wahyuni, Wahyu Purwaning sih Penelitian pada tahun 2012, di SLB kota Surakarta Desain penelitian mengguanaka n quasi eksperimen dengan rangcangan control time series design Variabel bebas: terapi musik klasik dan terapi musik murrotal Variabel terikat: perkembangn kognitif. Terapi musik morrotal lebih efektif terhadap perkembangan kognitif anak autis. 3 Efektivitas terapi bermain sosial untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan sosial bagi anak dengan gangguan autism Achmad Chusairi, Hamidah, Tino Leonardi Penelitian pada tahun 2004, di Surabaya penelitian mengguanaka n quasi eksperimen Variabel bebas: terapi bermain sosial. Variabel terikat: kemampuan dan ketrampilan sosial Ada pengaruh yang signifikan dari terapi bermain kelompok terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan sosial bagi anak dengan gangguan autism. 4 Hubungan antara bermain kooperatif dengan kreatifitas verbal anak Tri Handayani Puji Lestari Penelitian pada tahun 2011, di SD Kanisius Jatingaleh Semarang Variabel bebas: bermain kooperatif. Variabel terikat: kreativitas verbal anak. Ada hubungan yang signifikan bermain kooperatif dengan kreativitas verbal anak.

(6)

5 Pengaruh musik klasik (mozart) terhadap daya konsentrasi anak autis di SLB Aisyiyah 08 Mojokerto

Iis Suwanti Penelitian pada tahun 2011, di SLB Aisyiyah 08 Mojokerta Quasy Eksperiment Design bentuk Pre-Post Test Non Randomized Control Group Design. Variabel bebas: musik klasik (mozart). Variabel terikat: daya konsentrasi Ada pengaruh musik klasik (mozart ) terhadap daya konsentrasi anak autis di SLB Asyiyah 08 Mojokerto

Ada beberapa penelitian yang serupa yang didapatkan peneliti seperti Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Kemampuan Berbahasa Pada Anak Autis di Pusat Terapi Terpadu A Plus jalan Imam Bonjol Batu oleh Sumekar (2007). Perbedaan efektivitas terapi musik klasik dan terapi musik murrotal terhadap perkembangan kognitif anak di SLB kota Surakarta oleh (Hady,et all, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Chusairi (2004) tentang Efektivitas terapi bermain sosial untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan sosial bagi anak dengan gangguan autism. Ada juga penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2011) tentang Hubungan antara bermain kooperatif dengan kreatifitas verbal anak serta pengaruh musik klasik (mozart) terhadap daya konsentrasi anak autis di SLB Aisyiyah 08 Mojokerto (Suwanti, 2011).

Peneliti belum pernah membaca atau mendapatkan jurnal yang mempublikasikan tentang pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap kreativitas anak autis. Pada penelitian Sumekar dengan penelitian yang sekarang dibedakan pada bagaimana cara melakukan test pada responden, pada penelitian Sumekar (2007) responden mengikuti apa yang diajarkan oleh peneliti sedangkan untuk penelitian sekarang responden akan diminta bagaimana mereka berfikir untuk menjawab pernyataan dari peneliti.

Gambar

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

(5) Tuntutan pihak lain atas Objek Pengadaan Tanah yang telah diserahkan kepada instansi yang memerlukan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat 2 menjadi tanggung

Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Ada 4 tipe LMA yang biasa digunakan: LMA yang dapat dipakai ulang, LMA yang tidak dapat dipakai ulang, ProSeal LMA yang memiliki lubang untuk memasukkan pipa

Dalam rangka konsolidasi ke dalm untuk komunikasi dengan pihak luar beberapa usaha dan kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi : pembinaan hubungan baik pengembangan jaringan

Dalam merencanakan dan merancang desain produk pembersih dan pelumas rantai yang akan dibuat, diperlukan data yang berhubungan dengan ukuran-ukuran yang nantinya berguna

Penelitian sastra juga memiliki peran penting dalam pemahan sastra karena adanya beberapa kelebihan seperti: pertama pentingnya psikologi untuk mengkaji lebih