• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Suharyadi 3. Kusumaedi (Teknik Sipil ITB Angkatan '70) 4. Indratmo (Mahasiswa Teknik Sipil ITB) Prof. Dr. I Dewa Gede Raka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. Suharyadi 3. Kusumaedi (Teknik Sipil ITB Angkatan '70) 4. Indratmo (Mahasiswa Teknik Sipil ITB) Prof. Dr. I Dewa Gede Raka"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1. Filino Harahap

T: Saya kira apa yang dipresentasikan oleh ketiga pembicara ini baik sekali, kalau kita bisa menyambung-nyambungkannya supaya terjadi

pembelajaran. Pak Dillon dan Pak Raka menoleh ke belakang, mau minta tolong ke pak Sukarno, melihat perubahan cara pandang.

dari semua presentasi ini, adalah kemajuan dalam bidang informasi dan transportasi. Masalahnya peran ITB. Sebetulnya kalau kembali kepada hal penting yang perlu dipraktekkan, adalah bukan memperkaya pengetahuan substansial dan memperkaya pengetahuan kontekstual, tetapi bagaimana menyambung apa yang substanstial dengan konteks yang ada. Jadi ketidak mampuan kita untuk menyambung gagasan dengan konteks, diri kita dengan lingkungan kita.

Pembelajaran itu kita harus melihat . Pembicara terakhir membawahkan yang terkait dengan , yaitu

. Kita tidak sembunyi lagi dari . Harusnya ITB melihat kesana. Untuk melihat kesana apakah ada modalnya? Lalu bagaimana kita mau menegakkan konsep yang bombastis. Inilah

bagaimana hal ke depan untuk mengatasi masalah ke depan. Tetapi perang informasi terus mengubah kita di semua aspek kehidupan.

Superimpose

connection

virtual knowledge information

technology information technology

how do we do sense

Pertanyaan - Jawaban

(2)

2. Suharyadi

3. Kusumaedi (Teknik Sipil ITB Angkatan '70)

4. Indratmo (Mahasiswa Teknik Sipil ITB)

Prof. Dr. I Dewa Gede Raka

T: Ketika saya mendengar permulaan, itu semuanya berpulang ke institusi. Sebetulnya ada hal yang penting di ITB yaitu lulusannya. Ini dapat

berdampak besar, kalau kita memberi pendidikan kebangsaan kepada mereka. Perubahan paradigma pendidikan itu yang harus kita lakukan. Kita harus juga membangun leadership. Terimakasih, semoga ini dapat

diterima.

T: Menanggapi dari pak Gde Raka, dan mas Budiono, mengenai ITB sebagai institut dibandingkan dengan universitas. Saya ada usul, selama ini proyek akhir kita selalu terfokus pada bangunan bertingkat. Saya belum cek apakah juga begitu. Pertama, Coba didik satu atau dua proyek akhir yang , dibuat satu proyek penelitian, sebagai proyek akhir masing-masing mahasiswa dan hasilnya disumbangkan ke

pemerintah.

Kedua, mengenai UU no. 74 tentang sumberdaya air, kemudian mengenai PP tentang sistem penyediaan air minum, semua supply air minum harus dapat langsung diminum. Dari 214 PDAM belum ada satupun yang suplai airnya langsung bisa kita minum. Kami lihat paguyuban Alumni 70 sudah mengikuti nilai simposium ini. Alumni 70 membangun instalasi pengelolaan air yang tersebar di seluruh kampus dengan kualitas air langsung bisa diminum. Kami persilakan untuk mencoba di masing-masing departemen.

T: Pertama, elemen terbanyak di ITB adalah mahasiswa, tetapi kenapa yang hadir dari kalangan mahasiswa sedikit. Kedua, sebagai mahasiswa, saya lihat bahwa mahasiswa belum terlalu dirangkul dalam hal riset. Tadi ada statement bahwa harusnya sebagai lembaga pendidikan, yang saya rasa rasakan kami harus mengikuti peraturan dalam pelatihan. Yang saya alami, kita di himpunan rapatnya malam. Jadi diskusi segala macam bisanya baru malam, karena siang kuliah. Buat kedepan,

bisakah digunakan sampai jam 11 malam?

J: Kenapa mahasiswa sedikit. Mungkin ini bedanya mahasiswa dulu dengan mahasiswa sekarang. Tidak tahu apakah undangannya sampai atau tidak. Barangkali zaman juga sudah berubah. Kalau kita berbicara

integrated departement

Campus Center

(3)

pendidikan, yang perlu kita kembangkan adalah suasana. Untuk

merancang suasana kita harus pelajari. Unit kegiatan mahasiswa adalah arena untuk pendidikan. Agenda pendidikan itu sebagian besar berada di tangan mahasiswa sendiri. Institut menyediakan suasananya, fasilitasnya. J: Menanggapi pak Haryadi, saya sepenuhnya mendukung apa yang Bapak sampaikan. Pertama, kita sering sekali lupa peran lulusan kita. Setelah keluar dari ITB, sepertinya hubungannya terputus. Sebab itu saya katakan, kalau kita mau menjalankan misi nilai kebangsaan untuk bangsa ini, kita perlu membangun alumni kita. Alumni kita jumlahnya akan terus bertambah. Bisakah kita bersama-sama menghidupkan kampus dengan alumni. Apalagi dalam BHMN, universitas maju karena dukungan

alumninya. Kedua, pendidikan kita diarahkan untuk membangun karakter. Substansi dapat kita peroleh diluar. Ini perlu kita lihat lagi implementasinya. J: Pak Filino, lulusan belum menjadi asset, tetapi masih potensi.

J: Menanggapi pak Filino, memang ke depan kita harus mengubah sistem. Sebab ke depan pertarungan sudah kepada . tempat tumbuhnya adalah manusia. Oleh karena itu yang perlu kita didik adalah manusianya. Selama ini pembangunan kita ke arah , bukan pada . Bangsa ini kalau manusianya tidak dibereskan, maka tidak akan beres. Ke depan, mengapa saya katakan, negara tidak usah adil pada pendidikan dan hukum. Kita secara politik tidak mempunya keberanian untuk itu. Ke depan kita harus membangun bangsa

ini atas dasar .

J: Pak Haryadi, saya pikir, kita membuat paradigma berpikir yang lebih berkonsentrasi pada isi daripada memperhatikan bungkus. Yang lebih penting adalah apakah isi dari SKS? Isi adalah tujuan utama. Oleh karena itu, di dalam membangun perusahaan, saya tidak mengenal anda alumni mana. Saya tidak peduli mempunyai IP berapa. Yang saya perduli adalah anda bisa jawab, dan anda bisa apa.

J: Pak Edi, mengenai proyek akhir bisa saja. Tetapi Insinyur itu buat saya adalah orang yang lulus dari ujian yang diselenggarakan oleh institut. Yang penting adalah kita ini bisa menggunakan otak akal dalam kehidupan kita. J: Angkatan 70, saya salut. Pak Indratmo, kalau penelitian jangan tunggu inisiatif dosen. Kalau menunggu dosen, dosennya diam saja. Jadi

. Kita harus bermental pemimpin, apapun diri kita. Jabatan boleh Ir. Budiono Kartohadiprodjo

knowledge Knowledge nature resource based human resource based

human resource

take initiative

(4)

karyawan. Karyawan hanya bisa diperintah, tetapi pemimpin yang memberikan perintah. Kalau itu tidak dilakukan, maka kita menjadi orang yang merugi.

J: Institut atau almamater adalah tempat persemaian benih kepeloporan dan kejuangan. Orang disiapkan dan dibantu untuk menghadapi tantangan masa depan. Instrumennya adalah pendidikan, penelitian dan pengabdian. Mulainya dari pengabdian pada masyarakat, penelitian merupakan bagian integral dari itu. Perguruan tinggi tidak ada gunanya, yang dia ajarkan apa yang dia pelajari kemarin. Karena dosen kebanyakan tidak mau belajar lagi.

Yang penting adalah orang disiapkan untuk menjadi orang yang baik. Saya kira kedepan di Indonesia sudah mulai bahwa orang belajar sendiri, dosen adalah fasilitator untuk membantu dia belajar. Kadang-kadang mahasiswa terlalu angkuh. atau , rektor sudah kerjakan. Kita agak lebih baik, kita sudah tingkatkan gaji dosen menurut performance based. Kita tidak bisa lagi pinter goblok pendapatan sama, tidak ada gunanya lagi BHMN kalau seperti itu. Yang paling menarik, saya rasakan di Thailand. Di Sana alumninya datang ke perguruan tingginya untuk mengajar. Kenapa? Mereka itu betul-betul bersyukur dikaruniai ilmu dan merasa bertanggung jawab. Saya kira akhirnya, ini semua terpulang kepada kita. Apalagi sekarang sudah menjadi BHMN, tidak bisa menyalahkan orang lain. Untuk menjadi kaya, tidak usah menjadi dosen atau pegawai negeri.

T: Mengenai kebangsaan, saya kira pada waktunyalah kita mengisi kebangsaan dengan hal yang konkrit. Tidak lagi pada posisi konfrontatif, tetapi pada posisi komparatif. Apakah di ITB kalau membeli suku cadang mesin di Singapura? Begitu tahu untuk Indonesia, harganya menjadi lain. Apakah ITB menyadari kita ini sekarang diembargo, akibatnya kita membeli bahan tembaga saja sulit, karena itu bisa dijadikan bahan peluru. Saya kira kita harus membuat embargo tidak resmi ini, kita harus memakai hal ini menjadi menyebabkan kita kompetitif. Tetapi ITB tidak menjawab, pertanyaan saya, apa sebetulnya apa jawaban ITB terhadap situasi rill seperti itu. Saya usul, ITB itu mensponsori adanya suatu sistematerial katalog untuk Indonesia. Kalau kita berhubungan dengan mesin memang kita sukar menggunakan komponen sendiri, karena asuransi tidak percaya. Dr. HS Dilon

1. Iman Santoso (Alumni Teknik Mesin) Asset liabilites

(5)

Ini harus diatasi, saya kira yang bisa mengatasi adalah institusi seperti ITB. Ini bukan ide aneh karena kalau kita lihat Australia mempunyai

. Jadi saya disini mengusulkan bahwa ITB menjawab tantangan sesuai bidangnya.

T: Ke depan kita memegang teknologi informasi, kalau kita mau maju harus sesuai dengan kompentensi kita. Begitu halnya dengan Indonesia dan ITB. Mungkin dalam persaingan global Amerika lebih hebat dalam teknologi informasi. Tetapi apakah yang menjadi kompetensi kita, daya saing kita. Apakah informasi perlu menjadi kita. Mengenai nilai kemandirian, memang mungkin penting, akan tetapi kongkritnya

pelaksanaannya bagaimana? Ada usul atau tidak, seharusnya seperti apa? Selama di ITB, yang tidak saya dapatkan adalah . Kebijakan kedepan tentang bagaimana nilai-nilai nasionalisme dan kemandirian yang saya dapatkan dari luar bisa diberikan oleh ITB.

Misalnya dengan mengundang alumni untuk pengalaman hidupnya bersama mahasiswa di . Bantuan dari alumni sendiri, mohon bantuannya untuk .

T: Saya cukup agak bingung dengan perkembangan mahasiswa ITB. Sebenarnya mana yang kita utamakan, dalam hal untuk Tuhan, bangsa dan almamater. Nilai kebangsaan di ITB sudah dikotori oleh isu-isu masalah keagamaan. Yang jelas, saya tidak merasa dengan keberadaan KM sekarang tidak ada nilai-nilai kebangsaan. Karena ketika ada

permasalahan agama, kita turun demo. Apakah itu ada kaitannya dengan slogan untuk Tuhan, bangsa dan almamater.

T: Ada beberapa hal yang ingin kita sampaikan kepada Pak Dillon dan Pak Rektor. Sangat tertarik pada ucapan pak Dillon, apa peran ITB, menjadi warga ITB adalah berkah dan amanah. Amanah dalam mahasiswa, jadilah mahasiswa yang terbaik. Kalau jadi dosen, dengan amanah jadilah dosen yang paling baik. Sehingga konotasi Pak Dillon, bahwa dari bangsa dan negara pada lulusan ITB adalah mesin pencetak sarjana yang terbaik, dalam jangka waktu dekat ITB akan menjadi yang terbaik di Indonesia. Pemanfaatan alumni, suka atau tidak suka, mereka ditempa oleh kehidupan. Sehingga marilah kita pengalaman alumni kepada ITB. Sehingga kalau seluruh alumni kita berdayakan membangun mesin

Australian Supply Language

core competency

how do the writing

sharing Campus Center

share

adjustment

share 2. Juanda (Mahasiswa ITB tingkat akhir)

3. Anonim (Mahasiswa Teknik Industri ITB)

(6)

ITB. Mudah-mudahan ini menjadi program yang sudah dicanangkan pak Rektor.

T: Berbicara masalah kebangsaan, coba kita pinjam dimana hidupku lebih baik disitulah tanah airku. Kalau ini dasarnya, atas dasar itu sebenarnya kalau kita membangkitkan kebangsaan ITB, hegemoninya adalah keilmuan dan profesionalisme. Masalahnya bagaimana kita menyusun metoda untuk mencapai ke arah sana. Jadi, sebenarnya, menggarisbawahi soal

kebangkitan nilai kebangsaan itu sebenarnya kita harus mengikis nilai-nilai yang artinya menghilangkan kedaulatan seseorang menjadi warga negara Indonesia.

J: Pak Juanda, bukan kita menjadi pada informasi teknologi. Oleh karena itu bergeserlah kita pada kondisi, akan kamu apakan informasi itu. Kebangsaan itu adalah perasaan kebangsaan. Rasa, maka pembentukannya itu harus melalui contoh dan perbuatan. Itu tidak mungkin diajarkan di kelas.

J: Pak Imam, saya juga bertanya apakah Indonesia itu gudangnya maling? dalam keadaan diembargo, justru penemuan baru tidak jalan di Indonesia. Kalau boleh menyalahkan, saya sendiri juga salah. Lucunya, dalam keadaan ekonomi yang susah, barang mewah paling laku. Saya tidak tahu ilmu apa itu.

J: Apa yang disampaikan Pak Iman, masalahnya adalah Hubungan ITB dengan alumni dan dunia luar kurang begitu bagus. Sampai saat ini kita belum berhasil membangun Kedua, pertanyaan sdr. Juanda, tataran praktisnya bagaimana? Ada satu yang perlu kita hindari adalah menghindari eksklusivitas. Bagaimana praktiknya di ITB, perbanyaklah semua kegiatan yang sifatnya inkusif. Itu salah satu wujud kongkritnya. 5. Syaiful Bahri Harahap

Ir. Budiono Kartohadiprodjo

Prof. Dr. I Dewa Gede Raka

Terimakasih.

Jawaban sesi-2

core competency

linkage. linkage.

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan Gubemur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Bantuan Keuangan dan Tata Cara Bagi

Penilaian tersebut meliputi berapa jumlah tenaga kader aktif mengikuti kegiatan, berapa peserta yang datang berkunjung teratur setiap bulannya, berapa kali olahraga

Terdapat perbedaan yang signifikan dari return on equity PT Bank OCBC NISP Tbk, dapat dilihat dari hasil rekapitulasi pada tabel 12 yang menunjukkan bahwa

Gunakan bahan yang tidak mudah terbakar seperti vermikulit, pasir atau tanah untuk menyerap produk ini dan.. tempatkan dalam kontainer untuk

Pada proyek akhir ini merupakan salah satu cara untuk menambah layanan suatu jaringan lokal intranet di PCR yang berbasis digital dan sebagai media pendistribusian content TV

Video juga merupakan komponen penting dalam distance learning, suatu metode pengajaran yang tidak lagi terikat oleh ruang.Dalam upaya memenuhi kebutuhan peralatan

3. Ditandatangani oleh Direktur Utama/Direktur/Kepala Cabang/Pimpinan Perusahaan dan ditulis nama lengkap/jelas dibubuhi cap perusahaan.. NO JENIS/MEREK/TYPE KAPASITAS SEKARANG

KABUPATEN KEPUI,AUAN SANGIHE TENTANG IJIN OPERASIONAI LBMBAGA PENDIDiKAN ANAK USIA DINI NON FORMAL DAN INFORMAL (PAUDNI) DILINGKUNGAN DINAS PENDIDII(AN PEMUDA DAN