i
© 2009 Indonesian Institute of Sciences (LIPI)
UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali*
Katalog dalam Terbitan
Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global. Prosiding Seminar/Agung Kurniawan, Ni Kadek Erosi Undaharta, I Putu Agus Hendra Wibawa, I Gede Tirta, Wawan Sujarwo (Ed.). – Jakarta: LIPI Press, 2009.
xx + 738 hlm.; 21 x 29,7 cm ISBN 978-979-799-447-1
1. Konservasi 2. Keanekaragaman Hayati 2. Flora Indonesia 4. Pemanasan Global
333.95
Penelaah : Bayu Adjie, Dedy Darnaedi, Sutrisno, Joko R. Witono, Pande Ketut Sutara, Eniek Kriswiyanti, Teguh Triyono, Ida Bagus Ketut Arinasa
Setting dan Layout : I Putu Agus Hendra Wibawa Desain Sampul : Gede Wawan Setiadi
Penerbit : LIPI Press, anggota Ikapi
*UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali – LIPI Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191 Telp. : +62368 21273; Fax.: +62368 22051 E-mail: kebunrayabali.yahoo.com
ii
PROSIDING
Seminar “Peranan Konservasi Flora Indonesia
Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global”
Bali, 14 Juli 2009
ISBN : 978-979-799-447-1
Penelaah :
Bayu Adjie
Dedy Darnaedi
Sutrisno
Joko R. Witono
Pande Ketut Sutara
Enik Kriswiyanti
Teguh Triyono
Ida Bagus Ketut Arinasa
Penyunting :
Agung Kurniawan
Ni Kadek Erosi Undaharta
I Putu Agus Hendra Wibawa
I Gede Tirta
Wawan Sujarwo
Penyelenggara :
UPT BKT Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali - LIPI
bekerja sama dengan
iii
PROSIDING
Seminar “Peranan Konservasi Flora Indonesia
Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global”
Bali, 14 Juli 2009
Tidak dibenarkan mengutip ataupun memperbanyak seluruh maupun sebagian isi buku ini kemudian mendistribusikannya, tanpa ijin tertulis dari penerbit.
Diterbitkan oleh :
UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali – LIPI Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191
website : www.kebunrayabali.com e-mail : kebunrayabali@yahoo.com cetakan 2009©
ISBN : 978-979-799-447-1
Penelaah :
Bayu Adjie, Dedy Darnaedi, Sutrisno, Joko R. Witono, Pande Ketut Sutara, Eniek Kriswiyanti, Teguh Triyono, Ida Bagus Ketut Arinasa
Penyunting :
Agung Kurniawan, Ni Kadek Erosi Undaharta, I Putu Agus Hendra Wibawa, I Gede Tirta, Wawan Sujarwo
Setting & Layout :
I Putu Agus Hendra Wibawa Desain Sampul :
iv
KATA PENGANTAR
Seminar Nasional Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global telah diselenggarakan pada tanggal 14 Juli 2009 di Kebun Raya “Eka Karya” Bali - LIPI. Dipilihnya tema tersebut didasari oleh rasa kepedulian kita terhadap perubahan iklim yang mulai tidak menentu akhir-akhir ini, yang membawa konsekuensi secara global umat manusia di seluruh belahan dunia, terlepas dari apakah daerah tersebut berkontribusi terhadap terjadinya perubahan iklim atau tidak. Indonesia sebagai negara kepulauan yang beriklim tropis membuatnya berada dalam posisi yang sangat rentan terhadap perubahan iklim.
Ide pelaksanaan seminar ini sebenarnya didorong oleh tugas dan rasa tanggung jawab kami sebagai lembaga konservasi ex-situ tumbuhan tropika khususnya pegunungan kawasan timur Indonesia, dan tuntutan peran serta kami untuk turut berpartisipasi dalam mengatasi pemanasan global yang semakin ramai dibicarakan. Seminar ini terlaksana atas kerjasama antara UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” - LIPI dengan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana beserta Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia (PTTI) dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali. Seminar ini diikuti oleh 165 orang, yang mewakili 16 instansi, termasuk lembaga penelitian, universitas dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam seminar ini akan dipaparkan 1 makalah kunci, 4 makalah utama, 5 makalah terpilih, dan diikuti oleh 120 makalah yang tersaji dalam bentuk poster.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada panitia pelaksana dan seluruh pihak yang telah secara langsung maupun tidak langsung membantu terselenggaranya seminar ini. Besar harapan kami bahwa prosiding ini dapat bermanfaat bagi upaya konservasi flora Indonesia dalam mengatasi dampak pemanasan global yang terus berlangsung.
Ir. I Nyoman Lugrayasa Kepala UPT Balai Konservasi Tumbuhan
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iv REKOMENDASI ... xv SAMBUTAN KEPALA UPT BALAI KONSERVASI TUMBUHAN
KEBUN RAYA “EKA KARYA BALI” LIPI ... xvi
SAMBUTAN DEPUTI ILMU PENGETAHUAN HAYATI – LIPI ... xix
MAKALAH KUNCI
Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
Endang Sukara ... 1 MAKALAH UTAMA
Pembangunan Kebun Raya Daerah dan Peran Strategisnya dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim Global
Mustaid Siregar, Hendrian dan Sutrisno ... 7 Kedalaman Informasi dan Kelembagaan Taksonomi Menghadapi Perubahan
Iklim Global
Dedy Darnaedi ... 14 Pemanasan Global Sebagai Akibat Ulah Manusia Diplanet Bumi
I Wayan Kasa ... 15 Bali dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim
Ketut Suryadarmadi ... 22 MAKALAH ORAL
Impact of Climate Change on Distribution of Elatostema (Urticaceae) In Indonesia
Barry J. Conn dan Julisasi T. Hadiah ... 31 Menyusun Prioritas Koleksi Bagi Kebun Raya Baru di Indonesia
Irawati ... 40 Perubahan Iklim dan Pemanasan Global di Indonesia; Dampaknya terhadap
Kondisi Biogeofisik
Rachmat Fajar Lubis dan Robert Delinom ... 45 Peran Hutan Masyarakat Adat dalam Menjaga Stabilitas Iklim Satu Kajian
Perspektif Deep Ecology (Kasus Masyarakat Desa Adat Tenganan, Bali)
I.G.P.Suryadarma ... 50 New cpDNA Sequences Of The Tree Fern Dicksonia From Indonesia
vi
MAKALAH PENUNJANG
Inventarisasi dan Eksplorasi Anggrek di Wamena-Papua
I Gede Tirta dan I Nyoman Peneng ... 61 Keanekaragaman Anggrek di Kawasan Sungai Busang, Kalimantan Tengah
Dwi Murti Puspitaningtyas ... 66 Eksplorasi Flora di Kawasan Hutan Komara oleh Kebun Raya Purwodadi
Esti Endah Ariyanti ... 75 Konservasi Tumbuhan Secara Ex Situ Langkah Awal Domestikasi
Subekti Purwantoro ... 81 Beberapa Jenis Pohon yang Menjadi Inang Anggrek Pteroceras javanicum
(J.J.Sm.) Bakh.F. di Twa Lejja Kab. Soppeng Propinsi Sulawesi Selatan
Suhartono ... 85 Kantong Semar (Nepenthes ampullaria Jack) di Hutan Lindung Sungai Wain
Kabupaten Balikpapan Propinsi Kalimantan Timur
Suhartono ... 88 Peranan Konservasi Tumbuhan Warna Alam di Kab. Gianyar dalam Mengatasi
Dampak Pemanasan Global
Pande Ketut Sutara ... 91 Konservasi Nipah (Nypa fruticans) Sebagai Alternatif Desa Banjarasem dalam
Kaitannya dengan Penekanan Pemanasan Global
I Gusti Ngurah Puger ... 99 Eksplorasi Begonia di Cagar Alam Pulau Batanta Barat, Propinsi Papua Barat
I Made Ardaka, I Wayan Mudarsa dan I Nyoman Sudiatna ... 110 Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Pohon pada Perbedaan Status
Kepemilikan Lahan Garapan di Lampung Barat
Indriani Ekasari ... 119 Anggrek Epifit di Twa Bukit Kelam, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten
Sintang, Propinsi Kalimantan Barat
Pa’i Dan Esti Endah Ariyanti ... 128 Digitalisasi Data Konservasi dan Penelitian Tiga Jenis Anggrek Langka di
Jawa Timur Berbasis Sistem Informasi Geografi
Diah Harnoni Apriyanti dan Nina Dwi Yulia ... 133 Identifikasi Dendrobium Spp Daun Pipih dari Seksi Aporum (Orchidaceae) di
Kebun Raya Purwodadi
vii
Eksplorasi dan Penelitian Tanaman Upacara Agama Hindu di Kecamatan Kintamani, Bangli – Bali
I Made Sudi ... 145 Eksplorasi Flora di Bukit Silangjana Singaraja-Bali
I Made Sudi, I Gusti Putu Wendra dan Ketut Sandi ... 149 Taman Begonia Kebun Raya “Eka Karya” Bali : dalam Tinjauan Analisis
I Made Ardaka dan I Dewa Putu Darma ... 154 Biologi Konservasi Tumbuhan Holoparasit : Percobaan Kultur Invitro Rafflesia
patma dan R. meijerii .
Sofi Mursidawati dan Elizabeth Handini ... 158 Studi Pertumbuhan Anthurium x. ferriense dan Philodendron wendlandii
Schott di Dalam Ruangan pada Intensitas Cahaya yang Berbeda
Siti Fatimah Hanum ... 162 Manipulasi Warna Bunga Hortensia (Hydrangea macrophylla)
dengan Pengaturan pH Tanah
Made Ria Defiani dan Ni Luh Suriani ... 170 Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair dan Jenis Media Terhadap
Pertumbuhan Bibit Anggrek Epidendrum (Epidendrum radicans Pav.)”
Gede Lemes ... 175 Studi Penyimpanan Biji Anggrek Cymbidium finlaysonianum
Elizabeth Handini dan Dwi Murti Puspitaningtyas ... 183 Pelestarian Majegau (Dysoxylum caulostachyum) Flora Identitas Propinsi Bali
Yunita Hardini dan Hartutiningsih M. Siregar ... 191 Masa Berbunga Beberapa Jenis Rhododendron spp. (Sub Sect. Vireya) Koleksi
Kebun Raya ’Eka Karya’ Bali
Dyan Meiningsasi Siswoyo Putri ... 196 Kultur Daun Phalaenopsis sumatrana Korth. & Rchb.f. Asal Kalimantan Barat
Elizabeth Handini dan Yupi Isnaini ... 206 Isolasi Bakteri Dari Bunga Bangkai (Amorphophalus titanium Becc.) di Kebun
Raya Bogor
Sri Hartin Rahaju, Novik Nurhidayat dan Yuzammi ... 211 Isolasi dan Identifikasi Bakteri Kelompok Pseudomonas “Fluoresens” dari
Bunga Bangkai Amorphophalus paeoniifolius
viii
Keanekaragaman Isolat Bakteri dari Bunga Bangkai Amorphophalus titanum Becc. di Kebun Raya Cibodas
Sri Hartin Rahaju dan Novik Nurhidayat ... 220 Perbanyakan Baccaurea dulcis dengan Cara Cangkok dengan Pemberian Zat
Pengatur Tumbuh
Reni Lestari ... 227 Aplikasi Bahan Organik untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman dan
Populasi Cacing Tanah di Sumberjaya Lampung Barat
Agus Karyanto, Sri Murwani, Rusdi Evizal dan Sugiatno ... 232 Perkecambahan Biji Beberapa Jenis Tumbuhan Berpotensi
Tri Handayani dan Melani Kurnia Riswati ... 240 Daya Hidup Biji Majegau (Dysoxylum caulostachyum Miq) dan Rijasa
(Elaeocarpus grandiflorus JE.Smith).
Dewi Lestari ... 244 Kajian Tumbuhan Endemik Kalimantan: Osmoxylon borneense Seem.
Hary Wawangningrum dan Dwi Murti Puspitaningtyas ... 249 Manfaat Aren, Arenga pinnata Wurmb. Merr. dan Potensinya Sebagai
Tanaman Reintroduksi di Daerah Aliran Sungai (DAS)
I Made R. Pendit, Ni Putu Sriasih, dan I Made Sumerta ... 254 Pemanfaatan Gatep (Inocarpus fagiferus (Parkinson) Fosb.) Sebagai
Penghijauan Lahan Marginal
I Made Sumerta, I Made R. Pendit dan I Made Suja ... 258 Averrhoa spp. di Kebun Raya Bogor dan Upaya Konservasinya
Inggit Puji Astuti dan Rugayah ... 261 Keanekaragaman Flora di Kawasan Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar -
Danau Bawah - Jamrud, Riau.
Esti Munawaroh ... 265 Studi Populasi Jenis-Jenis Bambu Alam di Kawasan Hutan Palungan Batu,
Kabupaten Jembrana-Bali.
Ida Bagus Ketut Arinasa ... 271 Reintroduksi Palem Nyabah (Pinanga arinasae J.R. Witono) Jenis Endemik di
Bali
Ida Bagus Ketut Arinasa ... 276 Inventarisasi Tumbuhan di Taman Nasional Kepulauan Togean
ix
Analisa Kromosom dan DNA Serta Diversifikasi Morfologi; Studi Kasus pada Salvia spp. (Lamiaceae)
Sudarmono dan Izu A. Fijridiyanto ... 295 Kumis Kucing (Orthosiphon spp.; Lamiaceae) di Indonesia dan Indikasi Jenis
Baru dari Pulau Waigeo, Papua Barat
Sudarmono dan Izu A. Fijridiyanto ... 303 Studi Pendahuluan Deteksi Keragaman Populasi Jati (Tectona grandis L.)
dengan Marka RAPD
Made Pharmawati ... 307 Taman Panca Yadnya Kebun Raya ”Eka Karya” Bali Suatu Konsep Konservasi
dan Budaya Dalam Harmoni
I Dewa Putu Darma ... 312 50 Tahun Peran Kebun Raya Eka Karya Bali dalam Konservasi Tumbuhan
Siti Fatimah Hanum dan Wenni Setyo Lestari ... 316 Inventarisasi Jenis Tanaman Pekarangan yang Berpotensi Obat di Desa
Sukajadi Kabupaten Bogor
Siti Fatimah Hanum ... 328 Potensi Ficus benjamina L. sebagai Tanaman Konservasi di Bali
I Nyoman Peneng ... 337 Peranan Ecopark dalam Pengembangan dan Pelestarian Jenis-Jenis Tumbuhan
Berpotensi di Indonesia
Tri Handayani, Sugiarti dan Ika Sartika ... 344 Keanekaragaman Jenis Araliaceae di Cagar Alam Sago Malintang, Sumatera
Barat
Hary Wawangningrum ... 353 Kekayaan Sumber Daya Alam di Cagar Alam Dolok Sibual-Buali, Sumatera
Utara
Rismita Sari ... 359 Keanekaragaman Spesies Burung dan Habitatnya di Kebun Raya Eka Karya
Bali
Sudaryanto ... 365 Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Buah di Kalimantan Tengah dan Habitat
Tumbuhnya
Reni Lestari, Rismita Sari, Didit Okta Pribadi dan Andy Bhermana ... 370 Potensi dan Konservasi Genitri (Elaeocarpus sphaericus Schum) di Bali
x
Eksplorasi Tumbuhan di Kawasan Cagar Alam Gunung Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara
Agung Kurniawan dan I Made Raharja Pendit ... 386 Pematahan Dormansi Biji Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.) dengan
Larutan H2SO4
Sri Wahyuni dan Syamsul Hidayat ... 396 Perkecambahan Palem Endemik Sulawesi Pigafetta elata (Giseke) Becc.
Kebun Raya Purwodadi
Rony Irawanto ... 404 Biji dan Perkecambahan Typhonodorum lindleyanum Schott Kebun Raya
Purwodadi
Rony Irawanto dan Abban Putri Fiqa ... 410 Studi Perilaku Perkecambahan Biji Cempedak (Artocarpus integer (Thunb.)
Merr.)
Abban Putri Fiqa dan Dewi Ayu Lestari ... 416 Teknik Perbanyakan Konvensional dengan Spliting Batang pada Beberapa
Media Tanam Anggrek Dendrobium macrophyllum A. RICH.
I Gede Tirta ... 420 Efektivitas Media Tanam dan Perlakuan Pratanam pada Perkecambahan Biji
Tanjung (Mimusops elengi L.) dan Trengguli (Cassia fistula L.) sebagai Tumbuhan Penyerap Karbondioksida
Winda Utami Putri ... 424 Analisis Kandungan Klorofil Caulerpa lentillifera J. Agardh Ditinjau dari
Aspek Fisiologis dan Ekologis
Ni Wayan Sri Ika Yadnyasari dan Ni Putu Adriani Astiti ... 430 Palem Marquesas (Pelagodoxa henryana Becc.;Arecaceae), Salah Satu Koleksi
Kritis di Kebun Raya Bogor dan Perbanyakannya
Sumanto ... 433 Induksi Pembentukan Kantong Tanaman Nepenthes rafflesiana Jack pada
Berbagai Konsentrasi Media dan Ukuran Wadah Kultur
Eka Martha Della Rahayu dan Yupi Isnaini ... 436 Perbanyakan Syzygium cumini dan Syzygium polyanthum di Kebun Raya
Purwodadi
Deden Mudiana ... 442 Kegiatan Perbanyakan Tanaman di Kebun Raya Purwodadi
xi
Variasi Konsentrasi Giberelin (GA3) terhadap Pertumbuhan Planlet Dendrobium conanthum Secara In Vitro
Destario Metusala dan Fajar Nurrachman ... 451 Efektifitas Beberapa Tanaman Penyerap Timbal (Pb) pada Kawasan Pabrik dan
Padat Lalu Lintas di Kawasan Singosari, Kabupaten Malang
Agung Sri Darmayanti dan Siti Sofiah ... 456 Kondisi Fisiologis Daun Puring (Codiaeum variegatum) pada Tingkat Cemaran
Timbal (Pb) yang Berbeda
Agung Sri Darmayanti ... 461 Perkecambahan Biji Kantong Semar (Nepenthes ampullaria Jack.) pada
Berbagai Media In Vitro dan di Rumah Kaca
Yupi Isnaini ... 465 Biologi Konservasi Tumbuhan Holoparasit : Inokulasi Biji Rafflesia patma
Secara In-Vivo
Sofi Mursidawati dan Melani Kurnia Riswati ... 472 Pemekaran Bunga Hibiscus Di Kebun Raya Cibodas
Sumanto ... 476 Sempupu Island Nature Reserve : A Contribution To Small Island’s Plant
Diversity And Karst Ecosystem Conservation As A Potential Investment In Climate Change Mitigation And Adaptation Activity
Rosniati A. Risna and Dwi Narko ... 481 Keberadaan Pulai (Alstonia spp.) di Taman Nasional Ujung Kulon dan Upaya
Perbanyakannya untuk Bahan Baku Kerajinan Maupun Obat Tradisional
Syamsul Hidayat dan Sutrisno ... 491 Kebun Raya “Eka Karya” Bali dan Begonia Sewindu Perjalanan Konservasi,
Penelitian dan Pengembangan Begonia
Hartutiningsih - M. Siregar, I.M. Ardaka, G. W. Setiadi, I.N. Lugrayasa dan
Mustaid Siregar ... 497 Konservasi Tanaman Upacara Agama Hindu Bali dari Kecamatan Bebandem,
Kabupaten Karangasem, Bali
Agung Kurniawan, I Gusti Putu Wendra dan I Ketut Sandi ... 505 Pembuatan Arang Aktif dari Limbah Kulit Suren (Toona sureni Merr.) dalam
Upaya Konservasi Bahan
xii
Karbon Aktif Serbuk Gergaji Kayu Kelapa (Cocos nucifera L.) dalam Memperbaiki Kualitas Air
Wawan Sujarwo ... 517 Potensi Obat Tumbuhan Benalu di Taman Wisata Alam (TWA) Cani Sirenreng
Dusun Maningo Desa Tellu Boccoe Kecamatan Ponre Kabupaten Bone Sulawesi Selatan
Sri Wuryanti dan Deden Mudiana ... 521 Inventarisasi Tumbuhan Obat di Beberapa Daerah di Kabupaten Banyuwangi
Sri Wuryanti dan Esti Endah Ariyanti ... 527 Potensi Baccaurea spp. : Studi Kasus di Kebun Raya Bogor
Popi Aprilianti, Reni Lestari dan Winda Utami Putri ... 534 Pemanfaatan Bahan Tumbuhan dalam Tradisi Nginang Sirih pada Perayaan
Sekaten di Keraton Kasultanan Jogjakarta
Destario Metusala ... 545 Studi Potensi Beberapa Jenis Bulbophyllum (Orchidaceae) di
Kebun Raya Purwodadi sebagai Tumbuhan Epifit Penyerap CO2
Destario Metusala ... 550 Pendugaan Nilai Keindahan Tanaman Palem Koleksi Kebun Raya Purwodadi
Dendik Subekti dan Rony Irawanto ... 554 Etnobotani Sirih ( Piper betle.L.) sebagai Pelengkap Canang untuk Sarana
Upacara Yadnya
Cornelius Sri Murdo dan Pande Kadek Ayu Suarsini ... 557 Skrining Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Pestisida Ramah Lingkungan
Untuk Meminimalisir Penyebab Pemanasan Global
I Putu Agus Hendra Wibawa ... 562 Pemanfaatan Gleditsia assamica Bor. Sebagai Tanaman Reboisasi
I Nyoman Peneng dan Dyan Meiningsasi Siswoyo Putri ... 569 Diversifikasi Pangan Sebagai Salah Satu Alternatif untuk Mengurangi
Pemanasan Global
Joko Ridho Witono dan Yuzammi ... 573 Fenologi Empat Jenis Tumbuhan Akumulator Merkuri
Syamsul Hidayat, Titi Juhaeti dan Nuril Hidayati ... 579 Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Evaluasi Pemilihan Lahan Tanam
xiii
Murraya sp. dari Cyclops : Karakteristik Morfologi dan Persebarannya
I Nyoman Lugrayasa, Inggit Puji Astuti dan Sutrisno ... 590 Beberapa Tanaman Penyerap Polutan di Kebun Raya Purwodadi
Dewi Ayu Lestari dan Siti Sofiah ... 595 Kadar Karbon Pohon Manii (Maesopsis eminii Engl.) di Kecamatan
Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY
Wawan Sujarwo ... 600 Studi Habitat Dan Populasi Ascocentrum Miniatum (Lindl.) Schltr di
Kabupaten Malang
Pa’i, Siti Nurfadilah dan Nina Dwi Yulia ... 603 Ki Calung (Diospyros macrophylla Blume) di Taman Nasional Ujung Kulon
Banten
Dodo ... 608 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan untuk Menciptakan
Kenyamanan Klimatik di Jakarta Pusat
Imawan Wahyu Hidayat ... 612 Estimasi Stok Karbon Tanaman Penyerap Polutan di Kebun Raya Purwodadi
Siti Sofiah dan Dewi Ayu Lestari ... 621 Peran Masyarakat dalam Penurunan Efek Global Warming: Studi Kasus Pada 5
Desa di Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali
Ni Luh Watiniasih, N. L. P. Eswaryanti K., I. A. Astarini, Retno Kawuri dan Ni
Made Suartini ... 626 Analisis Pemanfaatan Digital Library: Hubungannya dengan Konservasi
Tumbuhan dan Isu GlobalWarming
Diah Harnoni Apriyanti, Patmiati ... 630 Digitalisasi Data Keragaman dan Penelitian Tiga Jenis Anggrek Langka di
Jawa Timur Berbasis Sistem Informasi Geografi
Diah Harnoni Apriyanti dan Nina Dwi Yulia ... 634 Keragaman Vegetasi di Plot Permanen Cibogo, Kawasan Hutan Kebun Raya
Cibodas: Studi Awal Dinamika Populasi
Anggun R. Gumilang ... 640 Potensi Hutan Pinus Sebagai Penyimpan Karbon di Kecamatan Ngantang,
Kabupaten Malang
xiv
Estimasi Sumbangan Karbon, Serasah, dan Hubungannya dengan Keberadaan Cacing Tanah pada Sistem Agroforestri
Amir Hamzah dan Rossyda Priyadarshini ... 650 Persebaran dan Pemanfaatan Ketak [Lygodium circinnatum (Burm.f.) Sw.] di
Gunung Pusuk, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
I Dewa Putu Darma dan Ida Bbagus Ketut Arinasa ... 658 Peranan Pertanian Organik dalam Mencegah Pemanasan Global
Solikin ... 664 Sistem Bertanam untuk Meningkatkan Penyerapan CO2 dan Cadangan Karbon
: Kajian Pada Pekarangan
Solikin ... 670 Evaluasi Kualitas Visual Arsitektur Pohon untuk Desain Lansekap
Dwi Setyanti dan Aris Munandar ... 675 Peranan Kawasan Hutan Mangrove Perapat Benoa sebagai Kawasan
Konservasi Flora di Daerah Kota Denpasar
A. A. Ketut Darmadi ... 684 Penurunan Keragaman Pohon dan Nematoda Akibat Alih Guna Hutan Menjadi
Lahan Pertanian Memacu Munculnya Masalah Nematoda
I G. Swibawa, R. Evizal, F.K. Aini, F.X. Susilo, K. Hairiah dan D. Suprayogo ... 688 Could The Antagonistic Plants In Rubber Plantation Save The Natural Carbon
Dioxide Sequestration?
Joko Prasetyo and F.X. Susilo ... 698 Jenis-jenis Lygodium dari Cagar Alam Bukit Bungkuk, Riau dan
Pertumbuhannya di Kebun Raya Bogor
Sri Hartini ... 702 Huperzia squarrosa (G. Forster) Trevisan: Potensi Pemanfaatan, Keberadaan
di Alam dan Konservasinya di Kebun Raya Bogor
Sri Hartini ... 707 Konservasi dan Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Lahan Kering
I Gede Tirta ... 711 Cadangan Karbon pada Sistem Penggunaan Lahan Kopi : Apakah Umur
Tegakan Mempengaruhi Besarnya Karbon Tersimpan?
Rossyda Priyadarshini, Titut Yulistyarini dan Enny Dyah Yuniwati ... 716 Pelestarian Jenis-Jenis Tumbuhan Berguna Melalui Kearifan Lokal Di Desa
Adat Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, Bali
Nyoman Wijana ... 724 DAFTAR PESERTA ... 732
xv
REKOMENDASI
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
Peserta seminar lebih lanjut menyampaikan beberapa rekomendasi sebagai berikut : 1. Konservasi ex situ flora dalam bentuk kebun raya mempunyai peluang untuk
dijadikan model mitigasi dan adaptasi terhadap pemanasan global.
2. Konservasi harus diimbangi dengan kegiatan riset mendasar baik untuk menggali nilai ekonomi tumbuhan maupun untuk mempelajari sifat tumbuhan dalam kaitannya dengan adaptasi dan mitigasi terhadap pemanasan global
3. Penerapan hasil riset diharapkan dapat menekan laju kepunahan jenis akibat dampak pemanasan global sekaligus meningkatkan nilai ekonomi tumbuhan yang bermanfaat bagi masyarakat untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan berbasis sumber daya keanekaragaman hayati.
4. Diperlukan sosialisasi yang lebih intensif untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam mengembangkan, menanam dan memelihara tumbuhan untuk mengatasi pemanasan global tanpa mengabaikan kearifan lokal.
5. Pendirian kebun raya daerah membuka kesempatan pemanfaatan tumbuhan lokal untuk kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, pembangunan ekonomi serta perbaikan lingkungan hidup.
Tim Perumus
Ketua : Ir. Mustaid Siregar, M.Si (Kebun Raya Bogor - LIPI)
Sekretaris : Wawan Sujarwo, M.P (Kebun Raya ”Eka Karya” Bali – LIPI) Anggota : Ir. I Nyoman Lugrayasa (Kebun Raya ”Eka Karya” Bali – LIPI)
: Dr. Irawati (Kebun Raya Bogor - LIPI)
: Prof. Dr. I Wayan Kasa (FMIPA - Universitas Udayana) : Drs. Pande Ketut Sutara, M.Si (FMIPA - Universitas Udayana)
xvi
SAMBUTAN KEPALA UPT BALAI KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA “EKA KARYA” BALI - LIPI
Ir. I Nyoman Lugrayasa
Om Swastiastu
Assalamualaikum Wr. Wb.
Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua
Yth. Bapak Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati - LIPI
Yth. Bapak Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor - LIPI Yth. Para Pemakalah Utama dan seluruh peserta seminar
Serta para undangan yang Saya hormati
Pertama-tama mari kita panjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah dan anugerah - Nya sehingga di pagi ini kita dapat bersama-sama kembali di Gedung Serba Guna “Nayaka Loka” ini untuk mengikuti Seminar Nasional “Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global.”
Para hadirin yang saya hormati,
Ide pelaksanaan seminar ini sebenarnya didorong oleh tugas dan rasa tanggung jawab kami sebagai lembaga konservasi ex-situ tumbuhan tropika khususnya pegunungan kawasan timur Indonesia, dan tuntutan peran serta kami untuk turut berpartisipasi dalam mengatasi pemanasan global yang semakin ramai dibicarakan.
Sebelumnya, tiga seminar dan simposium yang pernah diselenggarakan oleh Kebun Raya “Eka Karya” Bali : yaitu yang pertama di tahun 2004, bekerja sama dengan Universitas Udayana dan Universitas Mahasaraswati, menyelenggarakan seminar khusus tentang “Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu”.
Yang ke dua, di tahun 2005, bekerjasama dengan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Bali, untuk menyelenggarakan Simposium “Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Sumber Daya Air di Kawasan Tri-danau Beratan, Buyan dan Tamblingan.”
Dan yang ke tiga, di tahun 2007 melalui kerja sama dengan Universitas Udayana dan Universitas Hindu Indonesia - Denpasar menyelenggarakan seminar tentang tumbuhan usada dengan tema “Konservasi Tumbuhan Usada Bali dan Peranannya dalam Mendukung Ekowisata”.
Pada tahun 2009 ini Kebun Raya “Eka Karya” Bali menggandeng kembali Universitas Udayana, beserta Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali untuk menyelenggarakan seminar dengan tema “Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global.”
Dipilihnya tema tersebut didasari oleh rasa kepedulian kita terhadap perubahan iklim yang mulai tidak menentu akhir-akhir ini, yang membawa konsekuensi secara global umat manusia di seluruh belahan dunia, terlepas dari apakah daerah tersebut berkontribusi terhadap terjadinya perubahan iklim atau tidak. Indonesia sebagai negara kepulauan yang beriklim tropis membuatnya berada dalam posisi yang sangat rentan
xvii
terhadap perubahan iklim. Naiknya permukaan air laut sebagai salah satu dampak perubahan iklim menyebabkan terancamnya jutaan penduduk yang tinggal di daerah pesisir pantai. Selain itu para petani dan nelayan yang mata pencahariannya sangat bergantung pada cuaca dan musim juga rentan terhadap perubahan iklim. Dampak dari pemanasan global terhadap flora yang ada di dalam kawasan hutan, beberapa juga akan diperkirakan punah karena tidak mampu beradaptasi, sebaliknya spesies yang mampu bertahan akan berkembang tak terkendali. Kebakaran hutan juga punya andil besar terhadap hilangnya berbagai keanekaragaman hayati terutama yang memiliki nilai ekonomis tinggi, dan diperkirakan setiap tahunnya telah terjadi kebakaran hutan di Indonesia seluas 5 juta Ha.
Para hadirin yang saya hormati,
Kita menyadari bahwa mengkonservasi tumbuhan bukanlah pekerjaan mudah, tidak cukup dikerjakan oleh satu instansi dan sekelompok orang. Di sinilah dibutuhkan kesadaran dan kerja sama semua instansi dan lapisan masyarakat harus terlibat aktif berperan. Hal ini tidak mudah kita lakukan apalagi harus mengubah suatu kebiasaan. Ini tantangan untuk kita bersama ke depannya, bagaimana tumbuhan di muka bumi tidak mudah habis akibat penggunaan yang berlebihan dan akibat degradasi habitat. Sebuah sumber yang saya kutip dari hasil Konferensi Kelautan Dunia (WOC) di Manado yang diselenggarakan pada tanggal 11 - 15 Mei 2009, yang mengkaji secara ilmiah tentang potensi laut dalam menyerap dan melepas karbon, turunnya produksi pangan serta meningkatnya banjir dan badai karena perubahan iklim. Iklim sudah mengalami perubahan ekstrim dan jika dibiarkan akan membuat bumi hancur atau bumi tetap ada tetapi manusia tidak ada/punah. Sebuah peringatan bagi perusak lingkungan, usia bumi diramalkan tinggal 100 th lagi terhitung sejak terjadinya pemanasan bumi akibat ulah manusia pada kurun 1990 - 2000 (Sek. Menteri Lingkungan Hidup, Ir. Arief Yuono, M.A, 16/5, dalam seminar Nasional bertajuk “Strategi Adaptasi dan Mitigasi terhadap Perubahan Iklim” yang disampaikan di Universitas Kristen Surabaya).
Bapak Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati - LIPI yang saya hormati,
Pada kesempatan ini dapat kami laporkan bahwa target peserta seminar ini adalah 150 orang. Kini jumlah peserta yang terdaftar di sekretariat adalah 165 orang, yang mewakili 16 instansi, termasuk lembaga penelitian, universitas dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam seminar ini akan dipaparkan 1 makalah kunci, 4 makalah utama, 5 makalah terpilih, dan diikuti oleh 120 makalah yang tersaji dalam bentuk poster.
Kami selaku penyelenggara berharap, semoga seminar ini dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai ajang diskusi dan tukar menukar informasi, mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan pemanasan global, khususnya mengenai peran serta konservasi flora dalam mengatasi dampaknya.
Dalam kesempatan ini pula, kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati - LIPI atas kehadirannya, dan nantinya kami mohonkan pula untuk dapat memberi sambutan sekaligus membuka secara resmi acara seminar ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Dekan Fakultas MIPA Universitas Udayana, Ketua Penggalang Taksonomi Tumbuhan dan Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali atas kerjasamanya. Semoga kerja sama ini dapat terus kita jalin.
xviii
Akhirnya, adalah karena keuletan dan kegigihan dari seluruh panitia, seminar ini dapat terlaksana. Tiada kata yang lebih tepat dalam menggambarkan dedikasi dan jerih payah Saudara. Dari hati yang paling dalam Saya ucapkan terima kasih atas kebersamaannya. Akhirnya, kepada seluruh peserta seminar saya ucapkan selamat datang dan selamat berdiskusi.
Om Shanti Shanti Shanti Om Wassalamualikum Wr. Wb.
xix
SAMBUTAN DEPUTI ILMU PENGETAHUAN HAYATI - LIPI
Prof. Dr. Endang Sukara
Ass. wr. wb. Selamat pagi Salam sejahtera Om swastiastu
Yth. Bapak Prof. Dr. Suparka Yth. Bapak Dr. Deddy Darnaedi Yth. Ibu Dr. Irawati
Yth. Saudara Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor,
Yth. Saudara Kepala UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Ekakarya Bali, Para tamu undangan dan sdr peserta seminar yang berbahagia
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang atas ridhoNYA, kita dapat hadir dalam keadaan sehat walafiat.
Saudara sekalian, kebun raya sebagai mana kita maklumi, memiliki posisi strategis. Kebun raya adalah tempat untuk konservasi tumbuh-tumbuhan. Di Kebu Raya pula, tumbuhan diteliti secara mendasar agar potesi tumbuhan cepat terungkap. Melalui Kebun Raya ini pula pengetahuan tentang tumbuhan ini dapat dikomuniksikan kepada masyarakat. Kebun Raya mempunyai peran sebagai sarana pendidikan. Karena keindahannya, kesejukannya, dan kenyamanannya, kebun raya merupakan tempat rekreasi.
Saudara sekalian yang berbahagia,
Dalam kaitan tema dari seminar ini, peran konservasi flora Indonesia dalam mengatasi dampak pemanasan global, maka yang menjadi isu penting saat ini meningkatnya kesadaran publik tentang arti pentingnya tumbuhan untuk menjaga keutuhan bumi shg dapat dihuni manusia lebih lama lagi.
Saya sangat menghargai usaha yang dilakukan Kebun Raya Bali menggalang kemitraan menyelenggarakan berbagai kegiatan produktif termasuk menyelenggarakan berbagai kegiatan seminar melalui kerjasama strategis dengan berbagai pihak seperti Universitas, pemerintah daerah dan Departemen Sektor.
Aksi nyata untuk merespon isu strategis dapat segera dilakukan dengan penghijauan untuk menekan laju pendangkalan danau, dengan melaksanakan pelestarian adat dan tradisi kedekatan masyarakat dg tumbuhan, pembangunan ekonomi berbasis kekayaan hayati Bali mulai ecotourism industry (keindahan landskap ekosistem dan budaya) sampai ke industri pharmaceutical berbasis usada.
Saya yakin, melalui usaha positif kita untuk melindungi tumbuhan dan memanfaatkan tumbuhan akan memberikan sumbangan terhadap penurunan laju pemanasan global.
xx
Dalam kesempatan, perkenankanlah, saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada panitia yang telah bekerja keras dan tekun sehingga acara ini berlangsung dengan baik. Saudara sekalian, demikian sambutan saya,
Dengan mengucapkan
bimillahirrokhmanirrohim, Seminar Nasional Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global. Dibuka dengan resmi.
Selamat berseminar Ass. wr. wb.
40
ISBN 978-979-799-447-1
Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
MENYUSUN PRIORITAS KOLEKSI BAGI KEBUN RAYA BARU DI INDONESIA
Irawati
PKT Kebun Raya Bogor Jl. Ir H. Juanda 13 Bogor 16003 Tel. 0251 8322187 / 08128053511 Fax. 0251 8322187
ABSTRAK - Sebelum dicanangkannya konvensi keanekaragaman hayati, kebun-kebun raya secara
signifikan telah mengkonservasi tumbuhan liar secara ex situ. Kehadiran kebun raya sebagai laboratorium pendidikan lingkungan secara tidak langsung mempunyai peran penting dalam pembangunan generasi mendatang yang lebih bijak dalam menangani keanekaragaman hayati. Pembangunan kebun raya baru juga membuka peluang yang lebih luas dalam usaha penyelamatan tumbuhan di Indonesia. Dengan thema yang berbeda, setiap kebun raya baru akan mempunyai fokus prioritas koleksinya tanpa meninggalkan tujuan utamanya sebagai lokasi penyelamat vegetasi lokalnya. Kekhasan vegetasi di setiap ekosistim di Indonesia juga perlu menjadi pertimbangan di samping memprioritaskan tumbuhan tumbuhan yang endemik dan langka yang makin banyak jumlahnya. Prioritas tumbuhan yang perlu dikoleksi bagi setiap kebun raya baru diharapkan dapat membantu perencanaan pembangunan kebun raya baru. Indonesia, diperlukan lebih banyak pembangunan kebun raya baru di masa depan.
Kata kunci: Kebun raya baru, koleksi, konservasi tumbuhan
PERKEMBANGAN KEBUN RAYA
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang menyimpan keragaman biotik yang melimpah, mulai dari daerah tropis basah sampai kering dengan keragaman ekologis dari gunung ber es tropis sampai kawasan mangrove. Usaha konservasi tumbuhan secara ex situ dilakukan antara lain dengan mengumpulkan, menanam sekaligus menyimpan koleksi vegetasinya di
botanic garden/kebun raya.
Menurut sejarah, pada awalnya botanical
gardens selalu mempunyai koleksi tumbuhan
obat dan berhubungan dengan institusi medis misalnya Pisa Botanic Gardens, Padua BG, termasuk Leiden, Edinburgh dan lainnya yang kondisi pada saat ini telah dikelilingi bangunan bahkan pencakar langit. Botanic Gardens kemudian juga mengisi koleksinya tidak dengan tumbuhan obat saja, tetapi juga tumbuhan yang menarik dari segi botani, terutama setelah banyak dilakukan ekspedisi botani di seluruh dunia dan
botanic gardens menjadi pusat studi taksonomi. Botanic gardens di negara tropis umumnya
mempunyai pembibitan komersial khusus dan merupakan tempat yang dimanfaatkan untuk mengembangkan flora lokal untuk di reintroduksi ke tempat lain misalnya kelapa sawit, sukun, pala, kapas, kopi, teh, karet tebu, kina, kayu manis, cengkih dan merica yang mempunyai nilai komersial. Era ‘konservasi’ tumbuh sejak dicanangkan oleh International Congresses for Nature Conservation pada th.
1923 kemudian pada th. 1931 yang mencakup kegiatan: 1) konservasi jenis secara ex situ untuk jangka panjang, 2) penelitian perbanyakan dan 3) pendidikan lingkungan dan meningkatkan kesadaran lingkungan. Berbeda dengan sekarang dimana arsitektur lansekap telah berkembang, pada saat itu pembangunan botanical gardens tanpa master plan. Pembuatan master plan merupakan tahap yang penting karena didalamnya akan memuat perencanaan fisik maupun non fisik secara bertahap dan merupakan acuan dalam pembangunan kebun raya. Pada pembangunan kebun raya baru di Indonesia, Pusat Konservasi Kebun Raya Bogor - LIPI bekerja sama dengan Departemen Pekerjaan Umum untuk penyusunan master plan di setiap calon kebun raya.
KONSERVASI BIOTA DI INDONESIA
Usaha konservasi bagi biota Indonesia dilakukan dengan menetapkan kawasan-kawasan prioritas. Beberapa cara untuk menetapkan prioritas konservasi misalnya dengan menetapkan kawasan biogeografi, ecoregion atau kawasan endemik biota tertentu (Jepson & Whittaker, 2002). Cara tersebut kemudian dijadikan acuan untuk menetapkan kawasan-kawasan konservasi in situ. Diharapkan di semua bioregion keanekaragaman hayatinya dapat diselamatkan. Seperti halnya konservasi secara in situ, konservasi tumbuhan secara ex situ di suatu kawasan dalam bentuk kebun raya juga sangat diperlukan, mengingat hilangnya
41
ISBN 978-979-799-447-1
Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
keanekaragaman hayati tumbuhan sangat mengkhawatirkan, tidak terkecuali di kawasan kawasan konservasi in situ.
Karena pada konservasi secara ex situ karena tumbuhan yang dikonservasi dapat dipindahkan dari habitat aslinya, maka kawasan konservasi ex situ umumnya lebih kecil, dan relatif lebih padat, lebih intensif dikelola serta relatif juga terjaga lebih baik. Akan tetapi keleluasaan ini ada batas-batasnya karena pada suatu kawasan yang terbatas dan relatif sempit tidak akan sesuai untuk semua tumbuhan yang berasal dari berbagai habitat.
PEMBANGUNAN KEBUN RAYA BARU
Untuk dapat menyelamatkan keanekaragaman hayati Indonesia yang banyak jumlahnya dan sangat beragam menurut Wisjnuprapto et al (1995) diperlukan pengelolaan yang kompleks, karena keuntungan jangka pendek maupun dananya sangat terbatas, meskipun secara umum diketahui bahwa hal ini penting untuk masa depan.
Beberapa dekade akhir-akhir ini botanic
gardens di dunia mempunyai kecenderungan
menanam tumbuhan asli dari daerahnya (BGCI, 2001). Dua simbol keanekaragaman hayati yang
menarik perhatian adalah ‘kekayaan jenis/species
richness’ dan endemisme, karena dua hal ini
berhubungan langsung dengan kepunahan jenis. Kebun kebun raya di Indonesia didirikan khususnya untuk mengkonservasi tumbuhan Indonesia disamping berfungsi untuk pendidikan penelitian dan wisata.
Pembangunan kebun raya baru di Indonesia antara lain mengacu kesepakatan-kesepakatan internasional dan mempunyai landasan hukum nasional antara lain Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia yang dicanangkan pada th 2003 yaitu dimulai dari penyebarluasan informasi yang dilaksanakan dalam kegiatan-kegiatan sosialisasi, peningkatan kemampuan SDM, keterlibatan pemerintah pusat, daerah dan swasta dalam bentuk kerjasama dalam mengelola keanekaragaman hayati Indonesia (Bappenas, 2003).
Selain empat kebun raya di bawah LIPI, sampai saat ini telah dimulai pembangunan 17 kebun raya baru di Indonesia yang masing-masing dengan thema khusus, kelompok taksonomi tertentu maupun batasan-batasan geografi tertentu, sehingga setiap kebun raya mempunyai fokus koleksinya seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Daftar kebun raya di Indonesia dan tema koleksi, letak biogeografik, serta cakupan koleksinya No. Nama Kebun
Raya
Tema koleksi Biogeografi dan biounit (bagian dari biogeografi)
Cakupan Koleksi
1 Kebun Raya Bogor
Tumbuhan dataran rendah basah
Jawa bagian barat Indonesia
2 Kebun Raya
Cibodas Tumbuhan dataran tinggi basah Jawa bagian barat Indonesia (barat)
3 Kebun Raya
Purwodadi Tumbuhan dataran rendah kering Jawa bagian timur Indonesia
4 Kebun Raya Eka
Karya Bali Tumbuhan dataran tinggi agak kering Pulau Bali Indonesia (timur)
5 Kebun Raya
Bukit Sari, Jambi Tumbuhan dataran rendah Sumatra Sumatera bagian selatan Biogeografi Sumatra
6 Kebun Raya
Baturraden Tumbuhan Jawa Jawa bagian barat Biogeografi Jawa
7 Kebun Raya Balikpapan
Tumbuhan kayu Indonesia Kalimantan bagian timur Indonesia
8 Kebun Raya Enrekang
Tumbuhan Wallacea Sulawesi bagian selatan Biogeografi Sulawesi
9 Kebun Raya
Kuningan
Tumbuhan daerah berbatu dan tumbuhan Gunung Ciremai
Jawa bagian barat Indonesia
10 Kebun Raya
Katingan Tumbuhan buah Indonesia
Kalimantan bagian barat
daya Indonesia
42
ISBN 978-979-799-447-1
Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
Pucak ekonomi
12 Kebun Raya Liwa Tumbuhan hias Indonesia Sumatera bagian selatan Indonesia 13 Kebun Raya
Tomohon
(swasta) Tumbuhan khas Sulawesi
Sulawesi bagian timur
laut Biogeografi Sulawesi
14 Kebun Raya
Lombok Tumbuhan Sunda Kecil
Nusa Tenggara bagian Utara
Biogeografi Sunda Kecil
15 Kebun Raya
Sambas Tumbuhan riparian Kalimantan
Kalimantan bagian barat
laut biogeografi Sebagian Kalimantan
16 Kebun Raya
Batam Tumbuhan pulau-pulau kecil Indonesia Kepulauan Lingga dan sekitarnya Indonesia
17 Kebun Raya Danau Lait Sanggau
Tumbuhan ekuator Kalimantan bagian barat daya Indonesia
18 Kebun Raya
Samosir Tumbuhan khas Samosir dan taman tematik internasional
Sumatera bagian utara Sebagian biogeografi Sumatra & dunia
19 Kebun Raya
Solok Tumbuhan rempah Indonesia Sumatera bagian utara Indonesia
20 Kebun Raya
Kendari Belum ditetapkan Sulawesi bagian tenggara
21 Kebun Raya
Minahasa Belum ditetapkan
Sulawesi bagian timur laut
Gambar 1. Bioregion utama Indonesia dan letak kebun raya baru
Jika letak kebun raya baru di petakan pada bioregion utama di Indonesia (Gambar 1) tampak cukup tersebar baik di bagian barat Indonesia dan hampir tidak ada di Indonesia bagian timur. Akan tetapi jika pembagian yang lebih kecil lagi yaitu ‘subunit’ yang diusulkan oleh MacKinnon and Wind (1981) digambarkan pada peta Indonesia, terlihat penyebaran yang cukup baik, akan tetapi perlu dibuat penyesuaian karena istilah subunit diterapkan untuk endemisitas burung. Pemetaan tersebut di atas mengabaikan
ketinggian tempat yang di dunia tumbuhan sangat jelas kekhasan jenis-jenisnya untuk ketinggian tempat yang berbeda.
MEMBANGUN KOLEKSI DI KEBUN RAYA BARU
Dari evaluasi kebun raya di dunia disimpulkan bahwa koleksi flora dari Amerika Selatan tropis, Asia tenggara, Afrika dan negara-negara lain masih sangat kurang keterwakilannya
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
43
ISBN 978-979-799-447-1
Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
di botanic gardens karena terbatasnya jumlah botanic garden di negara-negara tersebut (BGCI, 2001). Oleh karena itu pembangunan kebun-kebun raya baru di Indonesia merupakan jawaban atas pernyataan tersebut di atas, karena dibandingkan dengan negara lain, jumlah kebun raya di Indonesia sangat sedikit.
Thema koleksi dari setiap kebun raya ditentukan berdasarkan keinginan daerah, saran dari pakar maupun kesesuaian daerahnya. Di dalam ‘master plan’ di setiap kebun raya telah diberikan garis besar kelompok koleksi yang akan ditanam. Penetapan thema suatu kebun raya penting artinya karena memberikan arah dan batas-batas yang tidak kaku pada pengembangan suatu kebun raya. Pada prakteknya pengisian koleksi tidak sekedar menanam apa yang ditemukan pada saat eksplorasi, tetapi ada kelompok tumbuhan prioritas utama dan prioritas lainnya, sehingga pembangunan dapat lebih mudah dilaksanakan.
Penyelamatan flora lokal masing-masing daerah merupakan bagian yang penting dari koleksi kebun raya daerah. Meskipun tidak semua tumbuhan dari suatu daerah yang luas dapat tumbuh baik di satu kebun raya karena terbatasnya kondisi habitat yang tersedia, akan tetapi tumbuhan lokal sesuai tema diharapkan dapat menjadi prioritas utama, khususnya yang endemik.
Prioritas konservasi seringkali dikaitkan dengan status kelangkaan tumbuhan dan ‘red list’ biasanya dijadikan acuan. Endemisme juga merupakan salah satu alasan untuk memprioritaskan tumbuhan yang dikonservasi. Karena terbatasnya informasi lapang berupa peta distribusi, status keragamannya, hot spot dan lainnya maka prioritas koleksi tidak mudah dilakukan.
Dalam menerapkan CBD, negara-negara Uni Eropa telah melakukan identifikasi dan monitoring keanekaragaman hayatinya, serta menetapkan tanggung jawab nasional setiap negara melalui pola distribusi biotanya. Pola distribusi suatu jenis menggambarkan kemampuannya menghadapi ancaman. Sayang data-data lapang di Indonesia tidak mudah diperoleh, sehingga prioritas konservasi suatu jenis di suatu daerah juga tidak dapat ditetapkan (Schmeller, et al, 2008). Keragaman jenis dari 7 keluarga tumbuhan yang terdapat pada 5 hotspots dan 84 ekoregion di kawasan Indo-Pasifik dilakukan oleh Krupnick & Kress (2003). Pola endemisme berbeda di lokasi yang berbeda dan jumlah jenis tertinggi dijumpai di hotspot Sundaland, hutan hujan tropis di Kalimantan, Malaysia dan Sumatra. Kekayaan jenis suatu
keluarga tumbuhan di suatu tempat berbeda dengan keluarga tumbuhan yang lain karena pilihan perbedaan habitat serta perbedaan ketinggian tempat yang ideal berbeda untuk masing-masing jenis. Penelitian tersebut di atas memang di maksudkan untuk konservasi in situ, yang dapat juga dimanfaatkan untuk konservasi
ex situ.
LANGKAH KE DEPAN
Himbauan untuk mendirikan kebun raya di setiap propinsi di Indonesia merupakan saran yang sangat ideal dari segi konservasi, dengan asumsi bahwa jika setiap provinsi menyelamatkan vegetasi lokalnya. Maka tumbuhan di seluruh Indonesia dapat diselamatkan. Akan tetapi tidak semua tumbuhan Indonesia yang dikonservasi akan lengkap jika tidak semua provinsi mendirikan kebun raya. Respons atas himbauan dari pemerintah pusat sebagian besar tidak berasal dari tingkat provinsi, tetapi dari tingkat kota dan kabupaten, sehingga target penyelamatan seluruh tumbuhan Indonesia tidak sepenuhnya dapat dicapai. Dengan menetapkan tema-tema yang berbeda di setiap calon kebun raya (Tabel 1), membuka peluang untuk membuka sekat-sekat batas administratif karena penyebaran tumbuhan tidak dipengaruhi oleh batas administratif.
Untuk melengkapi koleksi flora lokalnya, pendekatan biogeografi atau ecoregion perlu dipertimbangkan, sehingga meskipun tidak semua provinsi mempunyai kebun raya, target penyelamatan tumbuhan Indonesia masih dapat dicapai. Kawasan biogeografik utama di Indonesia yaitu: Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sunda Kecil, Maluku dan Papua. Pembagian biogeografik utama ke dalam biounit yang disarankan oleh MacKinnon dan Wind dalam Jepson & Whittaker (2002) memberi gambaran distribusi serta kekhasan vegetasi di setiap kebun raya baru. Sesuai dengan temanya kebun raya Batam akan mempunyai koleksi yang berasal dari pulau-pulau kecil dari biounit yang tersebar di Indonesia.
Di masa datang, prioritas perlu diberikan pada kawasan timur Indonesia yang belum mempunyai calon kebun raya. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Krupnick & Kress (2003) yang menyimpulkan 13 ecoregion ‘terpanas’ di kawasan Indo-Pasifik antara lain Pegunungan tengah Papua, hutan hujan tropis dataran rendah Kalimantan, Pegunungan Kalimantan dan Papua bagian utara yang ditinjau dari kekayaan jenis maupun endemisme.
45
ISBN 978-979-799-447-1
Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
PEMBAHASAN
Meskipun koleksi suatu kebun raya dapat berasal dari berbagai tempat akan tetapi akan lebih efisien jika tumbuhan yang dikonservasi berasal dari sekitarnya serta akan mempunyai peluang tumbuh yang lebih baik. Bioregion dan
biounit dapat digunakan untuk mengurangi
tumpang tindih letak kebun raya, serta untuk menentukan pengumpulan prioritas koleksinya, akan tetapi faktor ketinggian tempat seringkali tidak dipertimbangkan, padahal zonasi dari vegetasi sangat jelas dijumpai (Sen et al, 2006). Untuk menampung keanekaragaman hayati tumbuhan Indonesia diharapkan di masa datang minimal di setiap provinsi mempunyai satu kebun raya di dataran rendah dan satu di dataran tinggi.
Pengaturan semacam ini tidak mudah dilaksanakan mengingat pendirian kebun raya atas dasar permintaan dari daerah. Akan tetapi pemilihan lokasi tetap memungkinkan. Pembangunan kebun raya adalah program jangka panjang yang harus diantisipasi dari segi pendanaan, pengelolaan serta peraturan daerah yang mendukung. Selain prioritas lokasi, prioritas koleksinya juga penting. Ketersediaan data lapang akan sangat mendukung dalam menentukan prioritas lokasi.
SIMPULAN
Pemilihan koleksi di setiap kebun raya sangat penting, karena hanya koleksi yang baik yang akan menjadi keunggulan suatu kebun raya. Prioritas koleksi bagi setiap kebun raya berbeda sesuai dengan tema, dan penyelamatan tumbuhan lokal merupakan prioritas di semua kebun raya, agar sebanyak mungkin kekayaan tumbuhan Indonesia dapat diselamatkan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
rencana pengisian koleksi di kebun raya baru adalah endemisme, status kelangkaan, ketinggian tempat juga biogeografi maupun biounitnya.
DAFTAR PUSTAKA
BGCI and P.W. Jackson (ed.). 2001. An international review of the ex situ plant collections of the botanic gardens of the world. BGCI News 3(6): 22-33.
Jepson, P. and R.J. Whittaker. 2002. Ecoregions in contex: a critique with special reference to Indonesia. Conservation Biology 16(1): 42-57.
Krupnick, G.A. and W. John Kress. 2003. Hotspots and ecoregions: a test of conservation priorities using taxonomic data. Biodiv. and Conserv. 12: 2237-2253. Schmeller, D.S., B. Gruber. B. Bauch, K.
Lanno,E. Budrys, V. Babij, R. Kislaoatos, Sammul, Z. Varga and K. Henle. 2008. Determination of national conservation responsibilities for species conservation in regions with multiple political jurisdictions.
Biodiver. Conserv. 17: 3607-3622.
Sen, N., Y. Suyoshi, F. Shinji, M. Erizal, A. Hisashi, K. Daisuke, R. Tamin and W. Hiroyuki. 2006. Altitudinal zonation of vegetation in the Padang region, West Sumatra, Indonesia. Tropics 15(2): 137-152.
Wisjnuprapto, A. T. Karossi, E. Sukara, S. Saono and J. Soedarsono. 1995. Biodiversity in Inonesia: Progress made after signing the convention. Paper presented at the 4th ASEAN Science and Technology Week, Bangkok,Thailand 21 August – 1 September 1995. p. 61-77.