• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Produk

Magnum merupakan es krim dengan merek yang dimiliki oleh perusahaan unilever Inggris. Magnum merupakan salah satu merek produk es krim unggulan Wall‟s yang sudah ada sejak dulu. Magnum pertama diluncurkan pada tahun 1987 dengan tema “Classic“ terdiri dari sebuah bar tebal vanili es krim pada tongkat, ditutupi dengan putih atau gelap cokelat, dengan berat 86 gram (120 ml). Dimulai pada tahun 1992 perusahaan menambahkan Magnum Almond, Double Chocolate, dan rasa lainnya. Pada tahun 2002 Magnum melakukan peremajaan produk menjadi yoghurt beku dengan buah raspberry sebagai topping utamanya dibalut kedalaman susu cokelat. Setelah itu diperkenalkan pula es krim dengan karamel, ditambah coklat dan hazelnut, dengan konsep "mini", "renyah" (dengan almond). Akhir tahun 2002 diluncurkan Magnum Intens (sebuah coklat truffle diselimuti es krim dan ditutupi dengan coklat).

Memasuki pasar Indonesia pada tahun 1992, Wall secara konsisten menciptakan inovasi yang hebat sepanjang tahun untuk memenuhi kebutuhan konsumen di semua segmen dengan menggabungkan produk yang baik. Wall selalu mencoba membawa cinta dan menyenangkan bagi semua orang. Dengan 13 merek dan lebih dari 40 varian, Wall kini telah menjadi pilihan es krim pertama untuk konsumen Indonesia. Seiring dengan trend untuk kenikmatan sensorik yang lebih besar, wall memutuskan untuk meluncurkan platform produk baru yang mengantarkan pengalaman kompleks dan berkelas dengan konsep „blow me away’. Ini akan memungkinkan konsumen yang tanggap untuk pindah ke kualitas yang lebih tinggi daripada Magnum standar. Sekarang ini konsumen Indonesia dimanjakan dengan hadirnya Wall‟s Magnum dengan tiga varian yaitu Wall‟s Magnum Classic, Wall‟s Magnum Almond dan Wall‟s Magnum Chocolate Truffle. Dengan hadirnya varian Wall‟s Magnum, konsumen di Indonesia dapat merasakan kenikmatan es krim premium dengan lapisan Belgian chocolate yang tebal dan renyah.

(2)

Lahir dengan platform yang baru magnum memberikan pengalaman berkelas, yaitu pleasure indulgence atau kenikmatan cita rasa tinggi yang dapat terasa pada gigitan pertama lapisan Belgian chocolate, lalu menyatu dengan es krim vanilla yang lembut dan membuat varian baru Wall‟s Magnum ini terasa sangat berbeda. Dengan pilihan kualitas terbaik dari Belgian chocolate, Unilever yakin Wall‟s Magnum mampu memberikan kenikmatan premium.

4.2. Gambaran Umum Iklan Televisi Es Krim Magnum

Wall‟s Magnum meluncurkan Iklan Televisi Es Krim Magnum dengan menampilkan kelezatan cokelat yang sesungguhnya untuk pasar es krim dewasa. Hadir dengan varian baru menawarkan pengalaman intens luar biasa dan memanjakan layaknya seorang putri.

Seorang perempuan dengan rambutnya yang ikal. Mungkin usianya sekitar 40 tahunan. Sang perempuan memang tidak menampakkan kecantikan yang istimewa. Tetapi, tangannya memegang sesuatu yang istimewa, sebuah es krim berlapis coklat. Setiap kali sang perempuan menggigit es krim dengan sensasi bunyi yang sungguh menggugah selera, setiap kali itu pula serombongan prajurit kerajaan menghampirinya. Menyediakan kursi empuk, meniupkan alat musik, dan menjaga sang perempuan untuk terus menikmati keistimewaan es krim istimewa itu. Dari sang perempuan, kita seperti merasakan betapa lezatnya es krim tersebut.

Rangkaian cerita itu adalah sebagian adegan dari iklan magnum yang sering wara-wiri di layar kaca. Kampanye yang sukses mencitrakan dengan baik Belgian chocolate. Coklat yang begitu extraordinary. Begitu pesan yang hendak disampaikan dan berhasil tersampaikan dengan baik kepada para penontonnya. Dengan pilihan kualitas terbaik dari Belgian chocolate, Wall‟s Magnum mampu memberikan kenikmatan premium dimana saja. Wall‟s Magnum memberikan sensasi yang berbeda dimana para konsumen diberi kesempatan untuk memanjakan diri dengan kenikmatan cita rasa spesial secara visual, persepsi, dan indrawi melalui es krim Wall‟s Magnum terbaru. Bagi konsumen yang selalu bergelut dengan

(3)

waktu dan kesibukan kehidupan modern, momen untuk merasakan pleasure indulgence seperti ini sulit untuk direalisasikan.

Kebutuhan memanjakan diri seperti liburan keluar kota, santai di spa, dan sebagainya merupakan kebutuhan pelengkap dan menjadi bagian dari hak pribadi setiap orang. Wall‟s Magnum berperan untuk membantu para konsumen melepaskan diri dari kehidupan modern yang sangat sibuk untuk bisa merasakan kenikmatan luar biasa, intens, dan sensorial seperti dimanjakan layaknya seorang putri. Dengan pemeran utamanya menari-nari kegenitan diiringi oleh soundtrack yang berjudul Sweet Lady by Supercharango menambah menarik iklan tersebut.

4.3. Karakteristik Umum Responden

4.3.1 Jenis Kelamin

Dari 100 orang responden yang berasal dari mahasiswa dan mahasiswi Program Diploma Institut Pertanian Bogor yang telah memenuhi kriteria dalam melihat iklan Wall‟s Magnum di televisi, terdiri dari 55% responden berjenis kelamin perempuan dan 45 % responden berjenis kelamin laki-laki. Terlihat bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak melihat iklan televisi Wall‟s Magnum dibanding jenis kelamin laki-laki. Untuk diagram lingkaran (Pie Chart) yang menggambarkan jumlah responden laki-laki dan perempuan bisa dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Karakteristik Jenis Kelamin Responden 45%

55% Laki-laki

(4)

4.3.2 Pengeluaran Responden

Berdasarkan karakteristik pengeluaran koresponden, pada penelitian ini dibagi menjadi 5 kelas pengeluaran < Rp.500000, Rp.500000 – Rp.1000000, Rp. 1000001 – Rp.1500000, Rp.1500001 – Rp.2000000 dan > Rp. 2000000. Pada penelitian ini mayoritas responden memiliki pengeluaran sebesar Rp. 500000 sampai Rp.1000000 setiap bulannya, sedangkan pengeluaran terkecil berada pada rentang < Rp.500000. Secara lebih rinci informasi mengenai pengeluaran responden bisa dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Karakteristik Pengeluaran Responden 4.3.3 Variasi Rasa Es Krim Wall’s Magnum yang Disuka

Dari hasil penelitian didapat bahwa mahasiswa dan mahasiswi Program Diploma Institut Pertanian Bogor sangat menyukai Wall‟s Magnum dengan rasa almond sebesar 42 persen. Wall‟s Magnum dengan rasa Almond, yang baru diluncurkan di Indonesia benar-benar terasa kacang almond pada setiap gigitan es krim serta rasa Almond yang tidak biasa dan unik, tidak seperti rasa vanilla pada Magnum Classic dan coklat pada Magnum Chocolate Truffle. Gambar varian rasa yang disukai responden dapat dilihat pada Gambar 8. 21% 68% 6% 2% 3% < 500000 500000 - 1000000 1000001 - 1500000 1500001 - 2000000 > 2000000

(5)

Gambar 8. Karakteristik Variasi Rasa Es Krim Wall’s Magnum yang disuka

4.3.4 Tempat Pembelian Es Krim Wall’s Magnum

Tempat membeli es krim Wall‟s Magnum yang dilakukan oleh mahasiswa dan mahasiswi adalah di supermarket yaitu sebanyak 54 persen dan di minimarket 36. Dari data bahwasannya mahasiswa dan mahasiswi sering membeli es krim Magnum di supermarket bersama teman seperti pada saat pulang kuliah. Kemudian, pilihan warung pada mahasiswa dan mahasiswi terlihat110 persen, menunjukkan mereka lebih senang datang ke supermarket dan ketersediaan es krim Wall‟s Magnum lebih banyak dibanding warung. Untuk selengkapnya diagram lingkaran berdasarkan karakteristik tempat pembelian dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 9. Karakteristik Tempat Pembelian Es Krim Wall’s Magnum 37% 42% 21% Classic Almond Chocolate trufle 10% 36% 54% Warung Minimarket Supermarket

(6)

4.3.5 Lama Menonton Televisi

Berdasarkan Gambar 11 menunjukan bahwa 59 persen mahasiswa dan mahasiswi menonton televisi 1 hingga 3 jam dalam sehari, dan 15 persen mahasiswa dan mahasiswi yang menonton televisi lebih dari 6 jam sehari. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas yang banyak sebagai mahasiswa, seperti kuliah, mengerjakan tugas, berorganisasi, dan lain-lain. Secara lebih rinci informasi mengenai lama menonton televisi responden, bisa dilihat pada Gambar 11.

Gambar 10. Karakteristik Lama Menonton Televisi 4.3.6 Frekuensi Menonton Iklan Televisi Magnum dalam Sehari

Berkaitan dengan frekuensi kesempatan menonton iklan televisi Magnum tampak mayoritas sebanyak 44 responden melihat 2 -3 kali iklan Wall‟s Magnum. Selanjutnya sebanyak 34 responden melihat iklan televisi Wall‟ Magnum dalam sehari 4- 5 kali. Lalu sebesar 18 persen responden menonton sebanyak > 5 kali dalam sehari, dan 4 persen responden yang kurang dari 2 kali dalam sehari menonton iklan televisi Wall‟s Magnum, berkaitan dengan lamanya mahasiswa dan mahasiswi menonton televisi yang tampak pada Gambar 11. Mahasiswa dan mahasiswi yang menonton televisi 1 hingga 3 jam paling banyak dilakukan sehingga frekuensi kesempatan melihat iklan Magnum yang semakin sedikit.

59% 26% 15% 1 - 3 jam 4 - 5 jam > 6 jam

(7)

Gambar 11. Karakteristik Frekuensi Menonton Iklan Televisi Magnum dalam Sehari

4.4. Analisis Efektivitas Iklan Televisi Es Krim Wall’s Magnum

Efektivitas iklan yang ditayangkan sangat perlu dikaji, mengingat besarnya biaya iklan yang dikeluarkan. Evaluasi pada sebuah iklan berkaitan dengan kemampuan iklan untuk mendapatkan perhatian, mudah tidaknya iklan itu dibaca secara saksama, mudah tidaknya iklan itu dipahami, kemampuan iklan untuk menggugah perasaan dan kemampuan iklan untuk mempengaruhi perilaku.

Dalam mengukur efektivitas iklan maka digunakan model dengan pertimbangan konsumen yang hidup didalam lingkungan kompleks. Dengan menggunakan model maka dapat dijelaskan secara sederhana perilaku konsumen yang kompleks.

Untuk melakukan pengukuran efektivitas iklan digunakan Consumer Decision Model (CDM) adalah suatu model dengan 6 variabel yang saling berhubungan, yaitu: Pesan Iklan (F, finding information), Pengenalan Merek (B, brand recognition), Kepercayaan Konsumen (C, confidence), sikap Konsumen (A, attitude), Niat Beli (I, intention) dan Pembelian nyata (P, purchase). Untuk mengetahui pengaruh langsung antara variabel laten efektivitas iklan dengan variabel laten lainnya dan variabel laten efektivitas iklan dengan indikatornya maka digunakan model persamaan struktural. 4% 44% 34% 18% < 2 kali 2 -3 kali 4 - 5 kali > 5 kali

(8)

4.5. Hasil Analisis Model Consumer Decision Model (CDM)

Pesan iklan yang ingin disampaikan oleh produsen es krim Wall‟s Magnum melalui iklan televisi yang dilakukan secara berulang-ulang menunjukkan pengaruh terhadap pembelian Magnum oleh konsumen. Berdasarkan hasil CDM pengaruh terhadap pembelian Magnum melalui 2 jalur, dapat dilihat pada Gambar 12. Jalur model pertama yaitu informasi yang dilihat di televisi (F) menjadi lebih efektif mempengaruhi pembelian konsumen melalui variabel pengenalan merek (B) dalam pengenalan atribut merek secara fisik, seperti warna, ukuran, bentuk, hingga kemasan dan desain produk. Pengenalan merek merupakan landasan untuk terciptanya sikap (A) dan kepercayaan konsumen (C). Selanjutnya membangun pembentukan sikap, dimana sikap konsumen (A) dapat memacu keinginan atau niat untuk membeli (I) produk setelah konsumen mengenali suatu merek atau mendengar informasi yang disampaikan produsen. Akhirnya konsumen melakukan pembelian nyata dengan membeli suatu produk.

Sedangkan jalur model yang kedua mulai dari variabel pesan iklan es krim Wall‟s Magnum (F) yang ingin disampaikan oleh produsen kepada konsumen sudah mampu membangun variabel pengenalan merek. Dengan demikian, informasi yang dilihat di televisi dan pengenalan pembeli terhadap merek akan ciri atau keistimewaan produk dapat meningkatkan pembelian es krim Wall‟s Magnum dengan kepercayaan konsumen (C) terhadap suatu merek dalam memuaskan kebutuhannya. Serta dengan kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk maka terbentuklah niat beli konsumen (I) yang didorong dengan pembelian nyata. Pada akhirnya informasi yang dilihat di televisi (F) berhasil meningkatkan pangsa pasarnya es krim Wall‟s Magnum.

(9)

Gambar 12. Hasil Consumer Decision Model (CDM) Es Krim Wall’s Magnum 4.6. Analisis Model Persamaan Struktural

4.6.1 Analisis Model Pengukuran

Model pengukuran dibentuk berdasarkan teori model Consumer Decision Model (CDM) dengan 6 variabel yang saling berhubungan, yaitu: Pesan Iklan (F, finding information), Pengenalan Merek (B, brand recognition), Kepercayaan Konsumen (C, confidence), sikap Konsumen (A, attitude), Niat Beli (I, intention) dan Pembelian nyata (P, purchase). Sesuai dengan hal tersebut, maka model pengukuran dapat mengetahui hubungan-hubungan antara variabel laten dengan indikatornya (variabel manifest), apakah indikator dapat merefleksikan semua variabel atau konstruk yang ada, secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.6.1.1 Analisis Variabel Individual

4.6.1.1.1 Variabel Laten Eksogen (F) Pesan Iklan

Indikator yang diamati untuk mengukur pesan iklan ada lima yaitu pesan modern, pesan kesan, pesan karakter, pesan mudah diingat, dan pesan singkat. Kelima indikator tersebut merefleksikan variabel laten. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Kotler dalam Durianto (2003) pesan iklan yang ideal adalah mampu menarik perhatian (attention), mempertahankan ketertarikan (interest),

-7.83 1.25 -7.82 .17 .52 1.27 7.13 6.93 F B A C I P Berpengaruh Tidak Berpengaruh

(10)

membangkitkan keinginan (desire), dan menggerakan tindakan (action). Dengan hasil nilai yang positif menunjukkan bahwa koefisien indikator teramati tidak ada yang dibuang. Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa indikator yang menyumbangkan kontribusi tertinggi adalah pesan karakter, dengan nilai koefisien estimate sebesar 1.29. Pencitraan yang diberikan oleh produsen terhadap es krim Magnum sangat kuat dalam karakter produk. Produsen menampilkan karakter Magnum yang berkelas, mewah, dan memiliki kenikmatan dan kelezatan yang sesungguhnya dalam mengkonsumsi sebuah es krim premium.Hal ini dapat dikatakan bahwa informasi yang dikemas dengan karakter eksklusif pada iklan Magnum di televisi dapat membangkitkan ketertarikan dan keinginan konsumen akan es krim Wall‟s Magnum.

Tabel 5. Hasil estimasi variabel laten eksogen (F) Pesan Iklan

Indikator Koefisien Estimate

Pesan modern (F1) 1.18

Pesan kesan (F2) 1.25

Pesan karakter (F3) 1.29

Pesan mudah (F4) 0.98

Pesan Singkat (F5) 1.00

Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus 2011

4.6.1.1.2 Variabel Laten Endogen (B) Pengenalan Merek

Indikator yang diamati untuk mengukur pengenalan merek ada lima yaitu kenal modern, kenal kesan, kenal karakter, kenal mudah diingat, dan kenal singkat. Dalam penelitian ini didapat koefisien nilai yang positif, sehingga indikator dapat merefleksikan variabel laten. Dari hasil estimasi yang dilakukan, didapatkan indikator tertinggi yaitu kenal kesan dengan nilai sebesar 1.26. Kesan yang diberikan produsen terhadap Magnum yaitu memiliki kenikmatan es krim dengan cita rasa yang tinggi. Dengan kesan eksklusif yang diberikan produsen sebagai nilai

(11)

tambah dalam produk serta pengenalan merek terhadap ciri-ciri suatu produk semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa produk memiliki keistimewaan dibandingkan produk-produk sejenis lainnya. Dengan pengenalan merek yang baik merupakan landasan terciptanya sikap dan kepercayaan konsumen.

Tabel 6. Hasil estimasi variabel laten endogen (B) Pengenalan Merek

Indikator Koefisien Estimate

Kenal modern (B1) 1.00

Kenal kesan (B2) 1.26

Kenal karakter (B3) 1.15

Kenal mudah (B4) 0.97

Kenal Singkat (B5) 0.86

Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus 2011

4.6.1.1.3 Variabel Laten Endogen (C) Kepercayaan Konsumen

Indikator yang diamati untuk mengukur

kepercayaan konsumen ada lima yaitu percaya modern, percaya kesan, percaya karakter, percaya mudah diingat, dan percaya singkat. Dalam penelitian ini didapat koefisien nilai yang positif, sehingga indikator dapat merefleksikan variabel laten. Indikator percaya karakter merupakan indikator yang memberikan kontribusi yang tertinggi terhadap kepercayaan konsumen dengan nilai 1.18. kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsumen mengenai suatu objek, atributnya dan manfaatnya. Jika dilihat dengan tingginya indikator percaya karakter, bahwa produsen mampu menjelaskan atribut produk es krim wall‟s magnum dibanding produk sejenis lainnya. Dengan karakter yang kuat melalui pesan iklan (informasi) yang ditayangkan di televisi secara berulang-ulang, maka

kepercayaan konsumen dapat terus meningkat.

Kepercayaan konsumen akan produk Magnum dapat terlihat apakah produk tersebut dapat memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen.

(12)

Tabel 7. Hasil estimasi variabel laten endogen (C) Kepercayaan Konsumen

Indikator Koefisien Estimate

Percaya modern (C1) 1.00

Percaya kesan (C2) 1.16

Percaya karakter (C3) 1.18

Percaya mudah (C4) 0.87

Percaya Singkat (C5) 0.88

Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus 2011

4.6.1.1.4 Variabel Laten Endogen (A) Sikap Konsumen

Indikator yang diamati untuk mengukur sikap konsumen ada lima yaitu suka modern, suka kesan, suka karakter, suka mudah diingat, dan suka singkat. Dalam penelitian ini didapat koefisien nilai yang positif, sehingga indikator dapat merefleksikan variabel laten. Indikator suka kesan dan suka karakter dari variabel sikap konsumen dalam penelitian ini mempunyai nilai koefisien yang sama yaitu 1.34. Kedua indikator tersebut dianggap indikator yang terbaik dalam menjelaskan variabel sikap konsumen. Adanya sikap kesan dan sikap karakter terhadap es krim wall‟s magnum yang diberikan produsen terhadap konsumen dapat menyampaikan apa yang diharapkan konsumen, dimana konsumen dapat memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Kemampuan suatu iklan untuk menciptakan sikap yang mendukung terhadap produk tergantung dari sikap konsumen. Dengan sikap konsumen yang positif terhadap produk maka memacu keinginan untuk membeli produk.

Tabel 8. Hasil estimasi variabel laten endogen (A) Sikap

Konsumen

Indikator Koefisien Estimate

Suka modern (A1) 1.09

Suka kesan (A2) 1.34

Suka karakter (A3) 1.34

Suka mudah (A4) 1.06

Suka Singkat (A5) 1.00

(13)

4.6.1.1.5 Variabel Laten Endogen (I) Niat Beli

Indikator yang diamati untuk mengukur niat beli ada lima yaitu niat modern, niat kesan, niat karakter, niat mudah diingat, dan niat singkat. Dalam penelitian ini didapat semua koefisien mempunyai nilai yang positif, sehingga indikator dapat merefleksikan variabel laten. Indikator niat kesan memberikan kontribusi yang tertinggi dalam menjelaskan variabel niat beli dengan nilai koefisien estimate sebesar 1.60. Semakin tingginya kesan konsumen terhadap suatu produk akan menyebabkan meningkatnya niat beli konsumen. Kesan merek yang ditampilkan produsen di televisi sangat kuat. Dengan cita rasa yang tinggi serta kelezatan chocolate belgian akan produk Magnum membuat konsumen semakin terhipnotis dan merangsang untuk membentuk suatu niat beli yang tinggi. Niat beli merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan suatu merek.

Tabel 9. Hasil estimasi variabel laten endogen (I) Niat Beli

Indikator Koefisien Estimate

Niat modern (I1) 1.22

Niat kesan (I2) 1.60

Niat karakter (I3) 1.59

Niat mudah (I4) 1.09

Niat Singkat (I5) 1.00

Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus 2011

4.6.1.1.6 Variabel Laten Endogen (P) Pembelian Nyata

Indikator yang diamati untuk mengukur pembelian nyata ada lima yaitu beli modern, beli kesan, beli karakter, beli mudah diingat, dan beli singkat. Variabel pembelian nyata terkait dengan sudah munculnya niat beli konsumen untuk membeli produk es krim wall‟s magnum. Pembelian nyata merupakan sasaran akhir, baik untuk konsumen yang baru pertama kali membeli ataupun konsumen yang

(14)

melakukan pembelian ulang. Dalam penelitian ini didapat semua koefisien mempunyai nilai yang positif, sehingga indikator dapat merefleksikan variabel laten. Indikator yang memberikan kontribusi tertinggi pada variabel pembelian nyata adalah beli karakter dengan nilai sebesar 1.20.

Tabel 10. Hasil estimasi variabel laten endogen (P)

Pembelian Nyata

Indikator Koefisien Estimate

Beli modern (P1) 1.00

Beli kesan (P2) 1.15

Beli karakter (P3) 1.20

Beli mudah (P4) 0.90

Beli Singkat (P5) 0.93

Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus 2011

4.6.2 Analisis Model Struktural

Model struktural terbentuk dari Consumer Decision Model (CDM) Dari hasil model struktural diagram jalur (Lampiran 2), dapat dilakukan uji kecocokan yang ditujukan untuk mengevaluasi derajat kecocokan atau Goodness Of Fit (GOF) antara data dengan model. Dalam penelitian ini digunakan 12 uji model fit untuk mengetahui tingkat kebaikan model yang dibangun. Pada penelitian ini uji kecocokan model yang digunakan adalah P-chi-square, RMSEA, ECVI, AIC, CAIC, NFI, RFI, IFI, CFI, RMR, GFI, dan AGFI (Lampiran 3). Secara lengkap data mengenai nilai-nilai yang dihasilkan dalam uji kecocokan model dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Uji Kecocokan Model Struktural

Ukuran Target Tingkat Hasil Tingkat

GOF Kecocokan Estimasi Kecocokan

P- Chi- P  0.05 good fit Default model: close fit Square p < 0.05 kurang baik 1336.459 (memenuhi)

Independence model: 2683.762

P-value P = 0.000 signifikan

RMSEA RMSEA  0.08 good fit 0.154 close fit (memenuhi)

(15)

Lanjutan Tabel 11.

ECVI Nilai ECVI lebih kecil Default model: close fit

dari nilai saturated 14.853 (memenuhi)

dan independence Saturated menunjukkan good fit model: 9.394

Independence model: 27.715

AIC Nilai AIC lebih kecil Default model: close fit dari nilai saturated 1470.459 (memenuhi) dan independence Saturated

menunjukkan good fit model: 930.000

Independence

model: 2743.762

CAIC Nilai CAIC lebih kecil Default model: good fit dari nilai saturated 1712.005 (sangat

dan independence Saturated memenuhi)

menunjukkan good fit model: 2606.404 Independence model: 2851.917

NFI Nilai antara 0-1, 0.502 close fit

NFI  0.90 adalah (memenuhi)

good fit

RFI Nilai antara 0-1, 0.456 close fit

NFI  0.90 adalah (memenuhi) good fit

IFI Nilai antara 0-1, 0.589 close fit

NFI  0.90 adalah (memenuhi)

good fit

CFI Nilai antara 0-1, 0.583 close fit

NFI  0.90 adalah (memenuhi)

good fit

RMR RMR  0.05 adalah 0.111 close fit

good fit (memenuhi)

GFI Nilai antara 0-1, GFI  0.432 close fit

0.90 adalah good fit (memenuhi)

AGFI Nilai antara 0-1, AGFI  0.337 close fit

0.90 adalah good fit (memenuhi)

Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus 2011

Dari hasil penelitian berdasarkan pengolahan data, diperoleh P-chi-square1336.459 dengan P-value 0.000 < 0.05. Berdasarkan P-chi-square model menunjukkan kecocokan close fit, dengan p-value kurang dari 0.05. Nilai probabilitas sangat sensitif

(16)

dimana ketidaksesuaian antara data dengan teori (model) sangat dipengaruhi oleh besarnya ukuran sampel (Cohcran, 1952). Untuk menilai model fit hanya dengan menggunakan probabilitas ini kurang dibenarkan (Bentler dan Bonett, 1980). Dengan demikian, diperlukan indikator-indikator lainnya untuk menghasilkan suatu justifikasi yang pasti mengenai model fit.

Nilai RMSEA merupakan indikator yang paling informatif. Pada nilai RMSEA diperoleh 0.154, yang berarti menunjukkan model memiliki kecocokan yang cukup atau closed fit (MacCallum et al, 1996). Semakin kecil nilai ECVI sebuah model semakin baik tingkat kecocokannya. Nilai ECVI dari model penelitian diperoleh sebesar 14.853, sedangkan saturated model dan independence model masing-masings adalah sebesar 9.394 dan 27.715. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model struktural ini adalah close fit.

AIC merupakan ukuran yang berdasarkan atas statistical information theory yang digunakan untuk membandingkan beberapa model dengan jumlah konstruk yang berbeda. AIC tidak berkaitan dengan ukuran sampel (Bozdogan, 1987). Sama dengan ECVI, jika nilai AIC dan CAIC yang diperoleh lebih rendah daripada saturated model dan independence model maka dapat dikatakan model struktural adalah fit. Nilai yang diperoleh AIC dari pengujian model struktural diperoleh nilai sebesar 1470.459 dan saturated model dan independence model,yaitu 930.00 dan 2743.762, dapat disimpulkan model struktural adalah close fit. Sedangkan Nilai yang diperoleh CAIC dari pengujian model struktural diperoleh nilai sebesar 1712.005 dan saturated model dan independence model,yaitu 2606.404 dan 2851.917, yang berarti model good fit.

Model dikatakan fit, apabila NFI  0.90. Model struktural yang di uji pada penelitian ini memiliki nilai NFI 0.502 yang berarti close fit. Untuk nilai CFI, merupakan ukuran dalam menetukan model itu fit atau tidak sebagai revisi dari NFI yang dapat menurunkan fit model pada sampel yang kecil. Pada pengujian

(17)

model struktural didapat nilai CFI sebesar 0.583, berarti model close fit. Untuk model struktural IFI dan RFI, jika keduanya memiliki nilai semakin tinggi maka menunjukkan model fit. Dimana nilai dikatakan fit adalah > 0.90. Pada nilai IFI, menunjukkan nilai 0.502 yang berarti model close fit, begitu juga halnya dengan nilai RFI yaitu sebesar 0.456 dapat disimpulkan model cukup baik (closed fti).

Nilai RMR, semakin kecil akan semakin baik, yang menandakan semakin dekatnya angka pada sampel dengan estimasinya. Hasil RMR yang diperoleh dari pengujian model struktural, yaitu 0.111, mengindikasikan bahwa model adalah close fit. Goodness of Fit Indices (GFI) merupakan suatu ukuran mengenai ketepatan model. Nilai GFI berkisar antara 0 dan 1. Nilai yang lebih besar dari 0.9 menunjukkan suatu model yang fit. Sedangkan AGFI sama dengan GFI, tetapi setelah disesuaikan dengan rasio degree of freedom pada suatu model. Dari pengujian yang dilakukan dihasilkan nilai GFI dan AGFI sebesar 0.432 dan 0.337. Dapat dikatakan bahwa nilai diantara 0 dan 1 tetapi tidak melebihi 0.9 yang berarti model menunjukkan close fit (cukup baik).

4.6.2.1 Analisis Pengaruh Antar Variabel

Untuk menunjukkan hubungan kausal atau pengaruh satu variabel laten dengan variabel laten terhadap variabel laten yang lain, maka perlu dilakukan analisis. Menurut Santoso (2007), beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar pengaruh antar variabel dapat dinyatakan signifikan atau berhubungan positif maka harus memenuhi beberapa syarat. Jika nilai probability > 0.001 maka H0

diterima dan apabila probability < 0.001 maka H0 ditolak. Dimana

hipotesisnya, H0 diterima maka H0 tidak ada hubungan yang nyata

(signifikan). Sedangkan jika H0 ditolak maka H0 ada hubungan yang

nyata (signifikan). AMOS menggunakan kriteria 0.001 dan bukannya 0.05. Namun jika nilai P adalah 0.03, maka tetap dapat disimpulkan H0 ditolak, pada pengujian signifikansi 5% (0.05). Dengan demikian,

(18)

mengacu pada ketentuan AMOS (0.001) atau menggunakan standar 0.05.

Dari hasil output regression weights didapatkan data bahwa, persamaan struktural yang pertama adalah nilai P dalam hubungan antara F dengan B adalah ***, hal ini menunjukkan angka P adalah 0.000 dan dinyatakan H0 ditolak, dapat dikatakan ada hubungan yang

nyata (signifikan) diantara keduanya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pesan iklan (F) es krim Wall‟s Magnum berpengaruh langsung terhadap pengenalan merek (B). Informasi yang didapat langsung menambah perbendaharaan pikiran konsumen dan dievaluasi apakah pengenalan merek (F) tersebut sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.

Untuk persamaan struktural yang kedua yakni hubungan antara F terhadap C dengan nilai P sebesar 0.502 menunjukkan bahwa maka H0 diterima, bahwa sesungguhnya tidak ada hubungan

yang nyata (signifikan) antara variabel F (pesan iklan) dengan C (kepercayaan konsumen). Dapat dikatakan bahwa variabel pesan iklan (F) es krim Wall‟s Magnum tidak berpengaruh langsung terhadap kepercayaan konsumen (C).

Persamaan struktural yang ketiga yaitu F terhadap A, memiliki nilai P sebesar 0.501, yang berarti H0 diterima, atau

sesungguhnya tidak ada hubungan yang nyata (signifikan) antara variabel F (pesan iklan) dengan A (sikap konsumen). Dinyatakan variabel pesan iklan (F) es krim Wall‟s Magnum tidak berpengaruh langsung terhadap sikap konsumen (A). Sehingga, tidak memiliki kontribusi yang signifikan terhadap sikap konsumen (A) untuk membeli es krim Wall‟s Magnum.

Persamaan struktural yang keempat adalah B terhadap C, dengan nilai P 0.442, sehingga H0 diterima dan tidak ada hubungan

yang nyata (signifikan) antara B (pengenalan merek) dengan C (kepercayaan konsumen). Variabel pengenalan merek yang

(19)

ditayangkan di televisi tidak mampu merubah kepercayaan konsumen (C) terhadap produk es krim Wall‟s Magnum.

Persamaan struktural yang kelima yaitu B terhadap A menunjukkan angka P adalah 0.453, dimana H0 diterima, serta tidak

ada hubungan yang nyata (signifikan) antara variabel B (pengenalan merek) terhadap A (sikap konsumen). Variabel pengenalan merek (B) tidak memiliki kontribusi dan tidak dapat merubah perilaku, tindakan, serta sikap konsumen terhadap es krim Magnum. Hubungan persamaan struktural yang keenam yaitu C dengan I, menunjukkan nilai P sebesar 0.392, yang dapat disimpulkan H0

diterima, jadi bisa dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang nyata (signifikan) antara C (kepercayaan konsumen) dengan I (niat beli). Kurang adanya kepercayaan konsumen pada atribut dan manfaat suatu merek membuat kecilnya niat konsumen untuk membeli produk.

Hubungan persamaan struktural yang ketujuh adalah variabel A terhadap variabel I, didapati angka P sebesar 0.033, angka ini dibawah 0.05 dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan dikatakan ada

hubungan yang nyata (signifikan) antara A (sikap konsumen) terhadap I (niat beli). Adanya sikap konsumen yang positif terhadap merek ditunjukkan dengan niat konsumen untuk membeli produk. Untuk persamaan struktural yang kedelapan, menunjukkan variabel I (niat beli) terhadap variabel P (pembelian nyata) dengan nilai probabilitas sebesar *** yang berarti 0.000, maka H0 ditolak,

sehingga terlihat ada hubungan yang nyata (signifikan) antar kedua variabel. Pembelian nyata muncul karena konsumen sudah mempunyai niat untuk membeli suatu produk. Dari hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh antara variabel niat beli (I) dengan pembelian nyata (P). Perhitungan output regression weights dapat dilihat pada Tabel 12.

(20)

Tabel 12. Regression Weights

Estimate S.E C.R. P Label

B <--- F 1.245 0.256 4.853 *** C <--- F -7.834 11.657 -0.672 0.502 A <--- F -7.823 11.627 -0.673 0.501 C <--- B 7.126 9.262 0.769 0.442 A <--- B 6.934 9.237 0.751 0.453 I <--- C 0.174 I <--- C0.204 0.855 0.392 I <--- A 0.525 0.247 2.127 0.033 P <--- I 1.273 0.271 4.699 *** Sumber: Data Sekunder, per bulan Agustus 2011

4.7. Modifikasi Model CDM dengan LISREL

Modifikasi terhadap CDM menunjukkan bahwa model sangat baik. Berdasarkan modifikasi CDM diperoleh hasil bahwa pesan iklan yang disampaikan oleh produsen es krim Wall‟s Magnum melalui iklan televisi menunjukkan pengaruh terhadap pembelian Magnum oleh konsumen. Melalui jalur pesan iklan (F), kepercayaan konsumen (C), niat beli (I), sampai kepada pembelian nyata (P). Hasil modifikasi CDM terhadap pengaruh pembelian Magnum dapat dilihat pada Lampiran 5.

4.7.1 Model Struktural

Pada pengolahan SEM menggunakan LISREL versi 8.3 dilakukan modifikasi model dari CDM. Hasil model struktural menghasilkan beberapa output yang menunjukkan kelayakan model struktural dengan melihat nilai Goodness of Fit Index dan disajikan dalam Tabel 13 sebagai berikut.

Tabel 13. Hasil Pengujian Kelayakan Model Struktural

Goodness of Fit Index Cut of Value Nilai Keterangan

Absolute-Fit Measures

Statistics Chi-Square Nilai kecil 273.75 < 0.05

p-value 0.038 Poor fit

GFI > 0.90 0.98 good fit (sangat memenuhi) RMR < 0.05 0.077 good fit (sangat memenuhi) RMSEA < 0.08 0.041 good fit (sangat memenuhi) ECVI Nilai lebih kecil 7.43 good fit (sangat memenuhi)

(21)

Lanjutan Tabel 13.

dari nilai

saturated model Incremental Fit

Measure

TLI atau NNFI > 0.90 0.99 good fit (sangat memenuhi) NFI > 0.90 0.96 good fit (sangat memenuhi) AGFI > 0.90 0.95 good fit (sangat memenuhi) RFI > 0.90 0.93 good fit (sangat memenuhi) IFI > 0.90 0.99 good fit (sangat memenuhi) CFI > 0.90 0.99 good fit (sangat memenuhi)

Parsimonious Fit

Measures

AIC Nilai lebih kecil 735.75 good fit (sangat memenuhi) dari nilai

saturated model

CAIC Nilai lebih kecil 1568.54 good fit (sangat memenuhi) dari nilai

saturated model

Sumber: Data diolah, per bulan November 2011

Berdasarkan Tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa terdapat nilai dari Goodness of Fit Index yang tidak memenuhi cut of value tapi masih bisa ditolerir dikarenakan perbedaanya tidak terlalu besar dari Goodness of Fit Index. Setelah melihat kombinasi berbagai ukuran kecocokan tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa kecocokan keseluruhan model adalah sangat baik dalam mempresentasikan data terhadap model. Modifikasi dengan model baru dapat menghasilkan nilai yang sangat signifikan dalam kecocokan antara sampel dengan model. Hasil model struktural dengan nilai standardized estimate dan juga nilai t-value dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.

B = , Errorvar.= 1.00, C = 1.00*B + 0.36*F,, R² = 1.00 (0.055) (0.10) 18.11 3.54 A = 0.81*B + 0.13*F, Errorvar.= 0.34, R² = 0.66 (0.060) (0.10) 13.53 1.28

(22)

I = 0.31*C + 0.54*A, Errorvar.= 0.34, R² = 0.66 (0.11) (0.14) 2.74 3.75 P = 1.00*I,, R² = 1.00 (0.078) 12.85

Pada persamaan struktural diatas, terdapat beberapa nilai yang berfungsi menjelaskan hubungan dan pengaruh antara pesan iklan (F), terhadap pengenalan merek (B), kepercayaan konsumen (C), sikap konsumen (A), niat beli (I), dan pembelian nyata (P). Hubungan dan pengaruh tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien persamaan struktural dan juga t-value. Nilai R2 pada persamaan pertama sebesar 0 menunjukkan bahwa sebesar 0 persen variabel endogen pengenalan merek (B) tidak dapat menjelaskan keragaman variabel. Nilai R2 pada persamaan kedua sebesar 1.00 menunjukkan bahwa sebesar 100 persen variabel endogen pengenalan merek (B) dan variabel eksogen pesan iklan (F) telah dapat menjelaskan keragaman variabel endogen kepercayaan konsumen (C). Nilai R2 pada persamaan ketiga sebesar 0.66 menunjukkan bahwa sebesar 66 persen variabel endogen pengenalan merek (B) dan variabel eksogen pesan iklan (F) telah dapat menjelaskan keragaman variabel endogen sikap konsumen (A). Sedangkan variabel sikap konsumen (A) dijelaskan oleh variabel lain di luar model sebesar 34 persen. Nilai R2 pada persamaan keempat sebesar 0.66 menunjukkan bahwa sebesar 66 persen variabel endogen sikap konsumen (A) dan kepercayaan konsumen (C) telah dapat menjelaskan keragaman variabel endogen niat beli (I). Sedangkan variabel niat beli (I) dijelaskan oleh variabel lain di luar model sebesar 34 persen. Nilai R2 pada persamaan kelima sebesar 1.00 menunjukkan bahwa sebesar 100 persen variabel endogen niat beli (I) telah dapat menjelaskan keragaman variabel endogen pembelian nyata (P). Nilai koefisien parameter persamaan struktural dan t-value dapat dilihat pada Tabel 14.

(23)

Tabel 14. Koefisien Parameter dan t-value Model Struktural Hipotesis

Estimates SE t-value Keterangan From To F B 0 0 0 Tidak signifikan B C 1 0.055 18.11 Signifikan F C 0.36 0.1 3.54 Signifikan B A 0.81 0.06 13.53 Signifikan F A 0.13 0.1 1.28 Tidak signifikan C I 0.31 0.11 2.74 Signifikan A I 0.54 0.14 3.75 Signifikan I P 1 0.078 12.85 Signifikan

Sumber: Data diolah, per bulan November 2011

Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat pengaruh antara variabel laten bebas dan variabel laten terikat. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar pengaruh antar variabel dapat dikatakan signifikan/berpengaruh positif maka harus memenuhi beberapa syarat. Diantaranya t-value pada taraf nyata 5% harus > 1,96 (Wijayanto, 2008). Semakin besar t-value maka semakin menunjukkan bahwa pengaruh antar variabel laten semakin signifikan. Untuk persamaan struktural yang pertama bahwa pesan iklan (F) tidak mempengaruhi secara nyata (tidak signifikan) pengenalan merek (B). Hal ini terlihat dari t-value antara kedua variabel tersebut sebesar 0. Dalam pesan iklan yang disampaikan melalui televisi tidak berdampak pada pengenalan merek secara siginifikan. Maka produsen harus menambahkan informasi mengenai atribut serta manfaat dalam produk Magnum. Variabel laten kedua adalah variabel endogen pengenalan merek (B). Berdasarkan output analisis didapat bahwa variabel pengenalan merek (B) mempunyai pengaruh positif (signifikan) terhadap kepercayaan konsumen (C) yang dilihat nilai t-value sebesar 18,11. Hal ini berarti jika kondisi yang mempengaruhi pengenalan merek (B) dinaikkan sebesar 1 satuan dan sedangkan kondisi lain diasumsikan tetap, maka

(24)

akan berakibat pada meningkatnya kepercayaan konsumen sebesar 1 satuan, begitu juga sebaliknya.

Variabel laten ketiga adalah variabel iklan eksogen pesan iklan (F). Berdasarkan output analisis didapat bahwa variabel pesan iklan (F) mempunyai pengaruh nyata (signifikan) terhadap kepercayaan konsumen (C) yang dilihat dari t-value sebesar 3,54. Hal ini berarti jika kondisi yang mempengaruhi pesan iklan (F) dinaikkan sebesar 1 dan sedangkan kondisi lain diasumsikan tetap, maka akan berakibat pada meningkatnya kepercayaan konsumen sebesar 3,54 satuan, begitu juga sebaliknya. Variabel laten keempat adalah variabel endogen pengenalan merek (B). Berdasarkan output analisis didapat bahwa variabel pengenalan merek (B) mempunyai pengaruh nyata (signifikan) terhadap sikap konsumen (A) yang dilihat dari t-value sebesar 13,53. Hal ini berarti jika kondisi yang mempengaruhi pengenalan merek (B) dinaikkan sebesar 1 satuan dan sedangkan kondisi lain diasumsikan tetap, maka akan berakibat pada meningkatnya sikap konsumen sebesar 13,53 satuan, begitu juga sebaliknya.

Variabel laten kelima adalah variabel eksogen pesan iklan (F). Berdasarkan output analisis didapat bahwa variabel pesan iklan (F) tidak mempunyai pengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap sikap konsumen (A) yang dilihat dari t-value sebesar 1,28. Hal ini berarti jika kondisi yang mempengaruhi pesan iklan (F) dinaikkan sebesar 1 satuan dan sedangkan kondisi lain diasumsikan tetap, maka akan berakibat pada meningkatnya kepercayaan konsumen sebesar 1,28 satuan, begitu juga sebaliknya. Variabel laten keenam adalah variabel endogen kepercayaan konsumen (C). Berdasarkan output analisis didapat bahwa variabel kepercayaan konsumen (C) mempunyai pengaruh nyata (signifikan) terhadap niat beli (I) yang dilihat dari t-value sebesar 2,74. Hal ini berarti jika kondisi yang mempengaruhi kepercayaan konsumen (C) dinaikkan sebesar 1 satuan dan sedangkan

(25)

kondisi lain diasumsikan tetap, maka akan berakibat pada meningkatnya niat beli sebesar 2,74 satuan, begitu juga sebaliknya.

Variabel laten ketujuh adalah variabel endogen sikap konsumen (A). Berdasarkan output analisis didapat bahwa variabel sikap konsumen (A) mempunyai pengaruh nyata (signifikan) terhadap niat beli (I) yang dilihat dari t-value sebesar 3,75. Hal ini berarti jika kondisi yang mempengaruhi sikap konsumen (A) dinaikkan sebesar 1 satuan dan sedangkan kondisi lain diasumsikan tetap, maka akan berakibat pada meningkatnya niat beli sebesar 3,75 satuan, begitu juga sebaliknya. Variabel laten kedelapan adalah variabel endogen niat beli (I). Berdasarkan output analisis didapat bahwa variabel niat beli (I) mempunyai pengaruh nyata (signifikan) terhadap pembelian nyata (P) yang dilihat dari t-value sebesar 12,85. Hal ini berarti jika kondisi yang mempengaruhi niat beli (I) dinaikkan sebesar 1 dan sedangkan kondisi lain diasumsikan tetap, maka akan berakibat pada meningkatnya pembelian nyata sebesar 12,85 satuan, begitu juga sebaliknya.

4.7.2 Hubungan Variabel Indikator dengan Variabel Laten

Hubungan variabel indikator dengan variabel latennya dapat diketahui dari nilai loading factor dan nilai t-value yang ada pada model. Semakin besar nilai loading factor maka semakin besar pula pengaruh atau kontribusi suatu variabel indikator dalam merefleksikan variabel latennya. Nilai loading factor dan nilai t-value untuk semua indikator dapat dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan nilai yang dimiliki oleh setiap variabel indikator, dapat dinyatakan bahwa F1 dan F2 merupakan indikator yang paling berpengaruh terhadap variabel laten pesan iklan (F) dengan nilai loading factor sebesar 0,94. Dengan kemampuan iklan Magnum untuk memberikan suatu kesan modern dan cita rasa tinggi terhadap produk yang kuat, dapat membangkitkan keinginan konsumen dan menggerakan tindakan konsumen dalam melakukan pembelian nyata. Informasi yang disampaikan oleh produsen kepada konsumen harus sesuai dengan apa yang pada produk. Serta menampilkan informasi dengan cara yang menarik untuk

(26)

menarik perhatian konsumen. Pada pengenalan merek (B) indikator yang paling berpengaruh adalah kenal karakteer (B3) ditunjukkan dengan loading factor sebesar 0,82. Karakter yang diberikan produsen terhadap Magnum yaitu menampilkan Magnum yang nikmat, berkelas, dan mewah. Dengan karakter eksklusif yang diberikan produsen sebagai nilai tambah dalam produk. Hal ini menunjukkan bahwa produk memiliki keistimewaan dibandingkan produk-produk sejenis lainnya.

Untuk variabel kepercayaan konsumen (C) indikator yang paling berpengaruh adalah percaya kesan (C2) ditunjukkan dengan loading factor sebesar 0,82. Dengan kesan yang kuat melalui pesan iklan (informasi) yang ditayangkan di televisi secara berulang-ulang, membuat kepercayaan konsumen dapat terus meningkat. Kepercayaan konsumen akan produk Magnum dapat terlihat apakah produk tersebut dapat memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen. Pada sikap konsumen (A) indikator yang paling berpengaruh adalah sikap kesan (A2) yang ditunjukkan dengan loading factor sebesar 0,88. Kemampuan suatu iklan untuk menciptakan sikap yang mendukung terhadap produk tergantung dari sikap konsumen. Kesan yang diberikan produsen melalui pesan iklan di televisi harus memberikan daya tarik positif agar membangkitkan keinginan konsumen. Dengan sikap konsumen yang positif terhadap produk maka memacu keinginan untuk membeli produk.

Variabel laten selanjutnya adalah niat beli (I), indikator niat karakter (I3) memiliki pengaruh yang besar terhadap variabel niat beli, ditunjukkan dengan loading factor sebesar 0,83. Dengan karakter Magnum yang berkelas, mewah, dan memiliki kenikmatan chocolate belgian menyebabkan meningkatnya niat beli konsumen. Karakter yang ditampilkan produsen di televisi sangat kuat. Niat beli merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan suatu merek.

(27)

Variabel laten terakhir yang diamati adalah pembelian nyata (P), indikator yang mempunyai pengaruh paling besar adalah beli kesan (P2) dan beli karakter (P3) ditunjukkan dengan loading factor sebesar 0,86. Variabel pembelian nyata terkait dengan sudah munculnya niat beli konsumen untuk membeli produk es krim wall‟s magnum yang didasari dengan karakter dan kesan positif yang diberikan produsen. Pembelian nyata merupakan sasaran akhir, baik untuk konsumen yang baru pertama kali membeli ataupun konsumen yang melakukan pembelian ulang. Dari hasil estimasi yang telah dilakukan nilai t-value pada semua indikator-indikator variabel laten, menunjukkan bahwa t-value > 1,96 yang berarti signifikan/nyata.

4.8. Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil penelitian, PT Unilever dalam melakukan kebijakan pemasaran produk es krim Wall‟s Magnum perlu memperhatikan hal-hal untuk memperkuat variabel efektivitas iklan yang sudah dilaksanakan. Tabel 15 menampilkan implikasi manajerial untuk produk es krim Wall‟s Magnum.

Tabel 15. Implikasi Manajerial

Perencanaan Pelaksanaan Pengendalian a. Mempertimbangkan - Produsen harus 1. Melakukan dari segi Mencantumkan controlling Pengetahuan informasi dan manfaat terhadap tayangan produk, serta bahan- bahan yang iklan televisi

Kepercayaan digunakan dalam produk es krim Wall's Magnum. produk, wiraniaga, es krim Wall's Magnum Sehingga, apabila Manfaat secara merinci pada ada kekurangan dan Mengkonsumsi iklan televisi dan tidak berjalan efektif produk bagi kemasannya, sesuai dalam penerapannya konsumen. dengan apa yang ada akan dilakukan b. Meningkatkan pada produk. Sehingga evaluasi dan Pembelian konsumen yang menonton pihak perusahaan nyata es krim Wall's Iklan televisi Wall's akan mengkaji Magnum pada Magnum menjadi untuk menetapkan Konsumen penasaran dan tertarik kebijakan pemasaran

untuk dapat menikmati yang baru dalam es krim Wall's Magnum mencapai tujuan yang memiliki kenikmatan perusahaan. bagai seorang putri raja.

- Selain itu wiraniaga produk Wall's Magnum yang berada di supermarket dan magnum café dapat menciptakan

(28)

Lanjutan Tabel 15.

citra yang sesuai dengan apa yang disampaikan pada pesan iklan oleh produsen es krim Wall's Magnum. Dimana seorang wiraniaga dapat berpakaian seperti layaknya seorang putri kerajaan dan pangeran.

- Dengan promosi

yang dilakukan melalui iklan televisi, es krim

Wall's Magnum harus

menampilkan sesuatu yang Berbeda dari produk sejenis

lainnya. Sehingga,

sikap dan kepercayaan konsumen dapat meningkat, ditambah dengan produsen

menggunakan brand

ambassador Magnum

Marissa Nasution,

yang dapat menciptakan

kepercayaan lebih

kepada konsumen

terhadap produk.

- Meningkatnya frekuensi iklan es krim Wall's Magnum di televisi dapat menarik perhatian konsumen, sehingga konsumen menjadi ingin mencoba kelezatan Belgian

chocolate yang penuh

dengan sensasi ala kerajaan, oleh karena itu terciptalah pembelian nyata pada es krim

Wall‟s Magnum.

- Produsen Wall‟s Magnum dapat meluncurkan rasa es krim terbaru. Dengan Perubahan akan selera masyarakat dan banyaknya Pesaing diperlukan perubahan

untuk mempertahankan

pelanggan dan menjangkau calon konsumen. Selain

itu untuk mengurangi

Kebosanan terhadap iklan Es krim Wall's Magnum, Produsen Wall's Magnum dapat memberikan tampilan iklan yang lebih menarik

Gambar

Gambar 9. Karakteristik Tempat Pembelian Es Krim Wall’s  Magnum 37% 42% 21%  Classic Almond Chocolate trufle10% 54% 36% Warung Minimarket Supermarket
Tabel 13. Hasil Pengujian Kelayakan Model Struktural
Tabel 14. Koefisien Parameter dan t-value Model Struktural  Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Indonesia didasari dari keinginan pemerintah dalam melakukan regulasi baru dalam hal pengawasan perbankan yang dianggap mulai

Warna dalam berbusa juga dapat dijadikan penanda personalitas seseorang, sebagai contoh, seseorang merasa berani, merah adalah warna yang cenderung akan digunakan dibandingkan

16. Menyiapkan bahan untuk penyajian informasi jabatan dalam rangka mendukung penataan manajemen kepegawaian, kelembagaan dan ketatalaksanaan sesuai data, petunjuk

observasi kegiatan siswa setiap item menghasilkan skor sesuai dengan banyaknya yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran, kemudian dipersentasikan dalam bentuk

Dan yang terakhir pengujian overlap joint strength dilakukan untuk mengetahui kekuatan tarik pada batas sectional cat epoxy field joint coating dengan mainline coating

anak. Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak serta berbagai kepentingan yang

View dari luar ke tapak memiliki satu bagian yang positif yaitu dari arah persimpangan jalan cibaduyut raya dan Jalan Soekarno Hatta, pengendara yang berkendara dari