• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ida Farida Komala a), Heryanto Adi Nugroho b), Edy Soesanto c)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ida Farida Komala a), Heryanto Adi Nugroho b), Edy Soesanto c)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KESEIMBANGAN TUBUH PADA LANSIA

DI UNIT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PUCANG GADING SEMARANG

Ida Farida Komalaa), Heryanto Adi Nugrohob), Edy Soesantoc)

a) Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang b) Dosen Program Studi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang

c) Dosen Program Studi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRAK

Perubahan pada lansia akan terjadi pada semua sistem fisiologis tubuh. Prevalensi jatuh meningkat sebanding dengan peningkatan umur lansia yang tinggal di institusi (panti) mengalami jatuh lebih sering dari pada yang berada di komunitas. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran keseimbangan tubuh pada lansia. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh lansia yang berada di unit pelayanan lanjut usia Pucang Gading Semarang. Metode sampling yang digunakan adalah total sampling dengan responden yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 32 orang. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer. Hasil pengukuran keseimbangan rata-rata 43 dengan nilai terendah yaitu 32 dan tertinggi 56 dan dikategorikan berdasar Berg balance scale lansia dengan resiko jatuh rendah dan mampu aktifitas secara mandiri tanpa alat bantu jalan 62,5% dan resiko jatuh sedang dan membutuhkan alat bantu jalan kruk/tongkat 37,5% dapat disimpulkan bahwa keseimbangan tubuh lansia di unit pelayanan social lanjut usia Pucang Gading Semarang adalah resiko jatuh rendah dan tidak membutuhkan alat bantu jalan. Hasil penelitian ini diharapkan petugas panti dapat melakukan pengukuran keseimbangan dan latihan kekuatan otot (ROM) terutama pada extremitas bawah dilakukan secara berkala terhadap lansia untuk menghindari resiko jatuh pada lansia.

Kata kunci: keseimbangan tubuh, lanjut usia, Berg balance scale

DESCRIPTIVE OF THE ELDERLY’S BODY BALANCE IN THE ELDERLY SOCIAL UNITS PUCANG GADING SEMARANG

ABSTRACT

Changes in the elderly will happen to all the body's fisiologic systems. The prevalence of falls increases with increasing age of the elderly living in institutions ( homes ) had fallen more often than residing in the community . The aim of this study is known picture of the body's balance in the elderly. The study design used is descriptive quantitative. Population of this research is all elderly people who were in the elderly care unit Pucang Gading Semarang. The sampling method used is total sampling with respondents who met the inclusion criteria amounted to 32 people. The collected data is then processed and analyzed using the computer program. The results of measurements of the average balance of 43 with the lowest score is 32 and the highest 56 and categorized based on the Berg balance scale elderly with low fall risk and capable activity independently without a walker fell 62.5 % and the risk of moderate and needed crutches walker / 37.5 % stick can be concluded that the balance of the body of the elderly in social services unit Pucang elderly Ivory Semarang is a low risk of falling and do not need a walker. The results of this study are expected to nursing personnel to take measurements of balance and muscle strength training , especially in the lower extremities range of motion are periodically made to the elderly to avoid the risk of falls in the elderly .

(2)

PENDAHULUAN

Seiring meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan berpengaruh pada peningkatan UHH. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, Perkembangan lanjut usia di Indonesia dari tahun 2010 berjumlah 23.993 juta (9,77%) dengan UHH 70,6 tahun dan pada tahun 2014 berjumlah 28.823 juta (11,34 % ) dengan UHH 72 tahun (BPS, 2014). Penuaan akan dialami oleh setiap individu yang diiringi dengan perubahan fisik dan psikologis (Miller, 2012). Lansia mengalami proses degenerative (kemunduran) yang akan membawa perubahan menyeluruh pada fisiknya yang berkaitan dengan menurunnya kemampuan jaringan tubuh terutama pada fungsi fisiologi dalam sistem muskuloskeletal dan sistem neurologis (Padila, 2013).

Perubahan fungsi fisiologi diantaranya terjadi perubahan pada sistem neurologi, sensori, dan musculoskeletal (Wallace, 2008). Perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal, kekuatan, ketahanan dan koordinasi otot akan mengalami penurunan seiring bertambahnya usia. Mulai usia 40 tahun, kekuatan otot akan menurun secara bertahap, dan pada usia 80 tahun penurunan kekuatan otot sekitar 30%-50%, terutama terjadi pada ekstremitas bawah (Miller,2012). Perubahan muskuloskeletal pada lansia terjadi penurunan tinggi badan, redistribusi massa otot dan lemak subkutan, atrofi otot, pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan, dan kekakuan sendi-sendi (Stanley & Beare, 2007). Penurunan kekuatan otot ekstrimitas bawah dapat mengakibatkan kelambanan gerak, langkah pendek, kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih gampang goyah, susah atau terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan seperti terpeleset dan tersandung. Beberapa indikator ini dapat meningkatkan risiko jatuh pada lansia (Darmojo, 2009).

Perubahan muskuloskeletal pada lansia terjadi penurunan tinggi badan, redistribusi massa otot dan lemak subkutan, atrofi otot, pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan, dan kekakuan sendi-sendi (Stanley & Beare, 2007). Penurunan kekuatan otot ekstrimitas bawah dapat mengakibatkan kelambanan gerak, langkah pendek, kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih gampang goyah, susah atau terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan seperti terpeleset dan tersandung. Beberapa indikator ini dapat meningkatkan risiko jatuh pada lansia (Darmojo, 2009). Berdasar survey di masyarakat terdapat 30% lansia yang berusia lebih dari 65

(3)

tahun mengalami jatuh setiap tahunnya, separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang. Prevalensi jatuh meningkat sebanding dengan peningkatan umur lansia yang tinggal di institusi (panti) mengalami jatuh lebih sering dari pada yang berada di komunitas (Kane, dkk, 1994 dalam Nugroho, 2012). Gunarto (2005) menyatakan bahwa 31 % - 48 % lansia jatuh karena gangguan keseimbangan.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di unit pelayanan sosial lanjut usia Pucang Gading Semarang didapatkan data dari jumlah lansia 77 orang, sejak 10 bulan terakhir terdapat 30 lansia (37,5%) mengalami jatuh dan 20 lansia (25%) mengalami kejadian jatuh berulang. Kejadian jatuh pada lansia di Pucang Gading paling sering pada saat berjalan, berada di kamar mandi dan tempat tidur. Keseimbangan adalah komplek pertahanan posisi, terhadap gangguan dari luar (Berg, 1989 dalam Maryam 2010). Penilaian klinis keseimbangan yang mudah digunakan dan tidak memerlukan peralatan yang mahal, cepat dalam pelaksanaannya, dan dapat memprediksi resiko jatuh pada lansia menggunakan alat ukur Berg Balance Scale (Berg, 1996 dalam Barnedh 2006). Berg Balance Scale (BBS) adalah tes klinis yang banyak digunakan untuk kemampuan keseimbangan statis dan dinamis. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik utuk meneliti tentang “ Gambaran Keseimbangan Tubuh Pada Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang”

METODE

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran keseimbangan tubuh pada lansia di unit pelayanan social lanjut usia Pucang Gading Semarang. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dengan variabel yaitu keseimbangan tubuh lansia. Tekhnik sample yang digunakan peneliti yaitu total sampling dengan besar sampel yang sesuai kriteria inklusi berjumlah 32 orang. Penelitian dilakukan pada tanggal 05-19 Januari 2016. Data dianalisis secara univariat (distribusi frekuensi) keseimbangan tubuh lansia dengan menggunakan alat ukur Berg balance scale.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menguraikan tentang karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, lama tinggal, riwayat penyakit, keluhan utama, riwayat jatuh dan pengukuran keseimbangan tubuh lansia berdasarkan kategori keseimbangan Berg balance scale.

A.Karakteristik Responden

Responden penelitian berdasarkan umur di unit pelayanan social lanjut usia Pucang Gading Semarang rata-rata umur lansia adalah 70 tahun yang masuk kedalam kelompok elderly. Umur lansia berada diantara usia 62 – 86 tahun. Jenis kelamin laki-laki sebanyak 19 orang dengan presentase 59,4% dan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang dengan presentase 40,6 %. Lama tinggal responden yang tinggal di unit pelayanan social lanjut usia Pucang Gading Semarang rata-rata selama 2 tahun dengan lama tinggal antara 1-19 tahun. Riwayat penyakit responden dengan riwayat penyakit diabetes millitus berjumlah 2 responden (6,3%), katarak berjumlah 1 responden (3,1%), asma berjumlah 2 responden (6,3%), hipertensi berjumlah 5 responden (15,6%), stroke berjumlah 3 responden (9,4%) dan tidak ada riwayat penyakit berjumlah 19 responden (59,4%). Keluhan utama responden yang tidak memiliki keluhan berjumlah 11 responden (34,4%), pusing 5 responden (15,6%), kelemahan 2 responden (6,3%), nyeri sendi 14 responden (43,8%). Riwayat Jatuh responden dengan riwayat jatuh berjumlah 6 responden (18,8%) dan responden yang tidak ada riwayat jatuh berjumlah 26 responden (81,3%).

B.Hasil Penelitian Keseimbangan Tubuh

Hasil penelitian pengukuran keseimbangan tubuh lansia di unit pelayanan social lanjut usia di Pucang Gading Semarang menunjukkan rata-rata jumlah pengukuran keseimbangan tubuh pada lansia yaitu 43 dengan hasil pengukuran terendah yaitu 32 dan nilai tertinggi 56.

Tabel 1

Distribusi hasil pengukuran keseimbangan tubuh lansia di unit pelayanan social lanjut usia Pucang Gading Semarang (n = 32)

Nilai keseimbangan

Median Modus SD Min - Maks

Keseimbangan 43,00 51 7,690 32 - 56

Kategori hasil pengukuran Berg balance scale di unit pelayanan social lanjut usia Pucang Gading Semarang menunjukkan bahwa berdasarkan pengukuran Berg balance scale responden dengan resiko jatuh sedang dan membutuhkan alat bantu berupa kruk berjumlah 12

(5)

responden (37,5%), dan responden dengan resiko jatuh rendah dan tidak membutukan alat bantu jalan berjumlah 20 responden (62,5%).

Tabel 2

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kategori hasil pengukuran

Berg balance scale di unit pelayanan social lanjut usia

Pucang Gading Semarang (n = 32)

Keseimbangan tubuh Frekuensi Persentase (%) Resiko jatuh tinggi/perlu kursi roda

Resiko jatuh sedang/perlu Kruk/tongkat Resiko jatuh rendah/Tanpa alat bantu

0 12 20 0 37.5 62.5 Total 32 100%

Distribusi frekuensi responden berdasarkan nilai pengukuran Berg balance scale menunjukkan bahwa berdasarkan pengukuran Berg balance scale dengan rentang nilai 0 – 4 responden yang mendapat nilai tertinggi 4 yaitu 62,7%, nilai 3 (16,5%), nilai 2 (10,5%), nilai 1 (5,58%) dan nilai pengukuran terendah 0 berjumlah 4,69%. Penurunan keseimbangan lansia berdasar Berg balance scale terdapat penurununan indikator ke 12 (menempatkan kaki secara bergantian), 13 (berdiri dengan satu kaki didepan kaki lainnya) dan 14 (berdiri dengan 1 kaki). Penurunan ini terjadi karena penurunan keseimbangan statis maupun dinamis pada lansia dipengaruhi oleh perubahan fisiologis sistem muskuloskeletal sehingga mengakibatkan perubahan kualitas dan kuantitas otot (Pudjiastuti, 2003).

Lansia mengalami penurunan kekuatan, ketahanan dan koordinasi otot lansia secara bertahap dan pada usia 80 tahun penurunan kekuatan otot sekitar 30%-50%, terutama terjadi pada ekstremitas bawah, penurunan sel otot, dan kontraksi otot (Miller, 2012). Penurunan ini dikarenakan stabilitas tubuh yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu, semakin besar bidang tumpu semakin tinggi stabilitas tubuh (Wen Chang Yi et al, 2009). Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan tubuh lansia baik statis maupun dinamis adalah sistem musculoskeletal dan neurologi. Padila (2013) perubahan pada sistem muskuloskeletal meliputi penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh penurunan massa otot, ukuran otot mengecil dan penurunan massa otot lebih banyak terjadi pada ekstremitas bawah, sel otot yang mati digantikan oleh jaringan ikat dan lemak, kekuatan atau jumlah daya yang dihasilkan oleh otot menurun dengan bertambahnya usia, kekuatan otot ekstremitas bawah berkurang sebesar 40% antara usia 30 – 80 tahun.

(6)

Hasil skor Berg balance scale ini menggambarkan bahwa sebagian besar lansia masih mampu mandiri dan memiliki kontrol keseimbangan yang memadai dibanding dengan 12 responden yang memenuhi kriteria inklusi membutukan kruk/tongkat dan memiliki tingkat resiko jatuh sedang. Jika keseimbangan postural lansia tidak dikontrol maka dapat meningkatkan resiko jatuh pada lansia (Kane 1994 dalam Ediawati 2012). Keseimbangan, kekuatan, dan fleksibilitas diperlukan untuk mempertahankan postur yang baik. Ketiga elemen tersebut merupakan dasar untuk mewujudkan gaya jalan yang baik pada setiap individu (Stockslager & Schaeffer, 2008). Gambaran umum seluruh lansia berdasar yang dilakukan pengukuran keseimbangan tubuh di unit pelayanan sosial lanjut usia Pucang gading Semarang memiliki resiko jatuh rendah dan memiliki keseimbangan yang baik sehingga mampu melaksanakan aktifitas secara mandiri dan tidak membutuhkan alat bantu jalan

PENUTUP

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan tubuh lansia yang berada di unit pelayanan social lanjut usia Pucang Gading Semarang memiliki tingkat keseimbangan rata-rata 43 dengan nilai terendah yaitu 32 dan tertinggi 56. Nilai pengukuran lansia yang mengalami penurunan pada nilai tertinggi terdapat dalam indikator ke 12 terdapat 10 lansia (31,3%), indikator ke 13 terdapat 8 lansia (25%) dan indikator ke 14 terdapat 3 lansia (9,4%) dimana hasil tersebut mempengaruhi penurunan keseimbangan statis dan dinamis. Hasil kategori pengukuran Berg balance scale lansia didapatkan 37,5% lansia yang memiliki resiko jatuh sedang sehingga membutuhkan alat bantu jalan berupa kruk/tongkat dan 62,5% lansia yang memiliki resiko jatuh rendah sehingga tidak membutuhkan alat bantu jalan. Disimpulkan bahwa keseimbangan tubuh lansia di unit pelayanan social lanjut usia Pucang Gading Semarang dalam kondisi baik dan resiko jatuh rendah sehingga tidak membutuhkan alat bantu jalan.

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat agar dapat melakukan pengukuran keseimbangan tubuh pada lansia secara berkala untuk menghindari resiko jatuh pada lansia sehingga dapat diketahui secara dini lansia yang membutuhkan bantuan penggunaan alat bantu jalan berupa kruk/tongkat maupun kursi roda. Bagi petugas sosial di unit pelayanan melakukan pengawasan dan perhatian terhadap lansia yang mempunyai penurunan keseimbangan tubuh dan melakukan latihan kekuatan otot (R0M) secara berkala terutama pada extremitas bawah, lansia yang mandiri dapat

(7)

melakukan ROM secara aktif/mandiri sedang bagi lansia yang membutuhkan bantuan dapat melakukan ROM pasif dibantu dengan petugas.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2014. Badan Pusat Statistik Jakarta Barnedh, I.H. (2006). Penilaian keseimbangan dengan skala Berg pada lansia di Kelompok lansia Puskesmas Tebet. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. 15 November 2015

Darmojo & Martono. (2004). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI. Eka, Ediawati. (2012). Gambaran Tingkat Kemandirian dalam Activity of Daily Living (ADL) dan

Resiko Jatuh Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Wreda Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur. Depok : Fakultas Ilmu Keperawatan

Gunarto, S. (2005). Pengaruh latihan four square step terhadap keseimbangan pada lansia. Jakarta: Program Pendidikan Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik FKUI

Maryam, S.R., Ekasari, F.M., Rosidawati, Jubaedi, A., & Batubara. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Lansia. Jakarta: Salemba Medika

Miller, A.C. (2012). Nursing for wellness in older adults (6th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Nugroho, W. (2012). Manfaat Olahraga bagi Lanjut Usia. Jakarta : EGC Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika

Pujiastuti, Sri Surini dan Utomo, Budi. (2003). Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: EGC

Stanley, Mickey & Patricia Gaunlett Beare. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi Kedua. Jakarta: EGC.

Stockslager, Jaime.(2008). Asuhan Keperawatan Gerontik. Edisi 2, Jakarta : EGC

Wallace, M., & Shelkey, M. (2008) How to try this : Monitoring functional status in hospitalized older adults. AJN, 108(4): 64-71.

Wen Chang, Yi, Hong-Wen Wu, Wei Hung & Yen-Chen Chiu. (2009). Postural Responses in Various Bases of Support and Visual Conditions in the Subjects with Functional Ankle Instability. International Journal of Sport and Exercise Science.

(8)

GAMBARAN KESEIMBANGAN TUBUH PADA LANSIA DI UNIT PELAYANAN SOCIAL LANJUT USIA PUCANG GADING SEMARANG

Manuscript

Oleh

Ida Farida Komala G2A214005

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

(9)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Manuscript dengan judul

GAMBARAN KESEIMBANGAN TUBUH PADA LANSIA DI UNIT PELAYANAN SOCIAL LANJUT USIA PUCANG GADING SEMARANG

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan Semarang, Maret 2016

Pembimbing I

Ns.Heryanto A.N, SKp, M.Kep.Sp.Kom

Pembimbing II

Referensi

Dokumen terkait

Sosiolinguistik adalah ilmu yang membahas fenomena bahasa atau penggunaan bahasa yang berkaitan dengan kelompok atau manusia yang berada di dalam sebuah masyarakat.. Sanada

System Analysis and Design, Activity Diagram, Data Flow Diagram, Entity Relationship Diagram, Use case diagram, and Use case

Daha fazla bilgi için.. Puru 'daki bronz dişliler. Modern dişlilerden farkı yok gibi. Tek farkı çok uzun zaman önce yapılmış olmaları. Bu heykelcik Avrupa 'da bulunan "

3) Keterlibatan pihak non-nelayan seperti Dinas Perikanan dan Kelautan, tokoh nelayan, tokoh agama, juragan dan lain-lain dalam proses penyelesaian konflik

Tebel observasi yang digunakan terdiri dari : Tabel observasi aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung yaitu penggunaan media peta untuk meningkatkan

70 SMP Negeri 1 Tarowang Kabupaten Jeneponto. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sebelum menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok dapat kita lihat

Daya yang terpakai dalam setiap bulan menunjukan bahwa penggunaan pendingin thermoelektrik dengan pendingn AC mampu menekan daya sebesar 895,25 kW untuk 1 AC sedangkan untuk

dan malam hari. c) 3 (tiga) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pada pagi, siang dan malam hari. 4) Minum obat sampai habis, berarti obat harus diminum sampai