PEMODELAN
SPATIAL STRUCTURAL EQUATION
MODELING
PADA RUMAH TANGGA MISKIN DI
KABUPATEN JOMBANG
Mastari Rizki Fadillah
|
1312105031
Dosen Pembimbing :
Dr. Bambang Widjanarko Otok, M.Si
Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Metodelogi Penelitian
Analisis dan Pembahasan
1
2
3
4
Kesimpulan dan Saran
5
Latar Belakang| Rumusan Masalah | Tujuan | Manfaat| Batasan Masalah
LATAR BELAKANG
KEMISKINAN
Suatu keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian,
tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan.
Masyarakat
Miskin
Suatu kondisi dimana fisik masyarakat yang tidak
memiliki akses ke sarana dan prasarana dasar lingkungan
yang memadai dengan kualitas perumahan dan
pemukiman yang jauh di bawah standar kelayakan serta
mata pencaharian yang tidak menentu.
LATAR
BELAKANG
4,77 juta atau 12,55% (BPS, 2013) 21 Kecamatan 306 Desa/ Kelurahan 156 ribu orang / 12,88% (BPS Jatim, 2011)LATAR
BELAKANG
Program I • Program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan sosial Program II • Program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat Program III • Program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan usaha kecil Upaya Penanggulangan Pamungkas (2012)Bertujuan untuk memberikan saran kepada pemerintah Kabupaten Jombang bahwa revitalisasi dalam bidang pertanian perlu dilakukan agar kualitas hidup masyarakat Kabupaten Jombang meningkat apabila
LATAR
BELAKANG
SEM
Ningrum (2012)
Memiliki kemampuan untuk menggambarkan
pola hubungan antara variabel laten dan variabel
indikator Analisis statistika yang
mengkombinasikan analisis regresi berganda
dan analisis faktor
EFEK
SPASIAL
SEM
RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN
•
•
Permasalahan
Bagaimana model bantuan rumah tangga miskin di
Kabupaten Jombang yang didasarkan pada dimensi
ekonomi, kesehatan dan SDM dengan menggunakan
Spatial Structural Equation Modeling
?
Tujuan
Mengetahui model bantuan rumah tangga miskin di
Kabupaten Jombang yang didasarkan pada dimensi
ekonomi, kesehatan dan SDM dengan menggunakan
MANFAAT DAN BATASAN MASALAH
•
•
Manfaat
Penelitian ini diharapkan menjadi
early warning
system
yang dapat mengatasi masalah kemiskinan di
Kabupaten Jombang dan dapat dijadikan sebagai
rujukan bagi Pemerintah Kabupaten Jombang dalam
menentukan kebijakan yang berkaitan dengan
kesejahteraan masyarakat Kabupaten Jombang.
Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah pada
data yang digunakan yaitu data rumah tangga miskin
di Kabupaten Jombang tahun 2010, dengan obyek
penelitian yaitu 306 desa di Kabupaten Jombang.
Structural Equation Modeling| Spatial SEM| Teori Kemiskinan
Structural Equation Modeling
(SEM)
SEM merupakan metode analisis statistika yang mengkombinasikan analisis regresi berganda dan analisis faktor yang dapat digunakan untuk menggambarkan keterkaitan hubungan linier secara simultan antara variabel pengamatan (indikator) dan variabel yang tidak dapat
diukur secara langsung (variabel laten). Variabel laten merupakan variabel yang tidak dapat diukur secara langsung, tetapi dapat mewakili
Confirmatory Factor Analysis
(CFA)
CFA Model Struktural Estimasi Parameter Identifikasi Model Kesesuaian Model Skor FaktorConfirmatory Factor Analysis (CFA) merupakan metode yang digunakan untuk menguji measurement model yang
menggambarkan hubungan antara variabel laten dengan
indikator-indikatornya yang dinyatakan dalam loading factor
(λ).
Loading factor menunjukkan korelasi antara variabel indikator dengan variabel laten.
Persamaan CFA dapat dinotasikan dalam bentuk matriks yang ditunjukkan pada persamaan berikut.
X=ΛX𝛏 + 𝛅
dimana X adalah vektor indikator p×1, Λx adalah matriks lamda
(loading factor) p×m, 𝛏 adalah vektor variabel laten m×1, dan δ
Confirmatory Factor Analysis
(CFA)
CFA Model Struktural Estimasi Parameter Identifikasi Model Kesesuaian Model Skor FaktorSignifikansi indikator-indikator dalam mengukur variabel
laten dapat diketahui dengan menggunakan statistik uji t.
Statistik uji t digunakan karena
loading factor
(λ
i) dalam
CFA menggunakan
standardized estimate
dimana memiliki
kedudukan yang sama dengan besaran regresi (Ferdinand,
2002).
Reliabilitas variabel laten dapat diketahui dengan
menghitung nilai
construct reliability
(
ρ
c) yang ditunjukkan
dalam persamaan berikut.
                           
   p i i p i i p i i c 1 2 1 2 1    Variabel laten dikatakan reliabel jika nilai
Construct
Reliability
yang dihasilkan lebih besar sama dengan 0,5
(Ghozali dan Fuad, 2005).
Persamaan Struktural SEM
CFA Model Struktural Estimasi Parameter Identifikasi Model Kesesuaian Model Skor FaktorStructural model menggambarkan hubungan antara variabel laten independen (eksogen) dengan variabel laten dependen (endogen).
Bollen (1989), model persamaan struktural untuk variabel laten adalah sebagai berikut.
η = Bη + Γ𝛏 + 𝛇
dimana η (eta) adalah vektor variabel random dependen endogen (latent endogenous) dengan ukuran mx1, 𝛏 (xi) adalah vektor variabel random independen eksogen (latent exogenous) dengan ukuran nx1, B (beta) adalah matrik koefisien yang menunjukkan pengaruh variabel laten endogen terhadap variabel lainnya dengan ukuran mxm, Γ adalah koefisien matrik yang menunjukkan hubungan dari 𝛏 terhadap
η dengan ukuran mxn, dan 𝛇 (zeta) adalah vektor random error dengan ukuran mx1, dengan nilai harapan sama dengan nol.
Structural Equation Modeling
(SEM)
CFA Model Struktural Estimasi Parameter Identifikasi Model Kesesuaian Model Skor FaktorMenurut Bollen (1989), estimasi parameter model SEM menggunakan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE).
Fungsi dari metode MLE adalah sebagai berikut.
𝐹
𝑀𝐿= log 𝚺(𝛉) + 𝑡𝑟 𝑺𝚺
−𝟏𝛉 − log 𝑺 − (𝑝 + 𝑞)
dimana:
𝚺(𝛉) = matrik varian kovarian model
𝑺 = matrik varian kovarian data pengamatan
Identifikasi Model
CFA Model Struktural Estimasi Parameter Identifikasi Model Kesesuaian Model Skor FaktorPada identifikasi model terdapat tiga macam kriteria yaitu
(Schumacker dan Lomax, 2004).
1. Under identified
Under identified merupakan keadaan dimana persamaan yang terbentuk lebih sedikit dari parameter yang ditaksir, berarti derajat bebas negatif. Hal ini menunjukkan bahwa analisis model tidak dapat dilakukan.
2. Just identified
Pada keadaan just identified, jumlah persamaan sama dengan parameter yang ditaksir sehingga derajat bebas bernilai nol. Keadaan ini berarti bahwa model yang terbentuk tidak memiliki kemampuan untuk men-generalisasi sehingga analisis tidak dapat dilakukan.
3. Over identified
Model over identified berarti jumlah persamaan lebih besar dari banyaknya parameter yang diestimasi. Hal ini menunjukkan bahwa derajat bebas bernilai positif sehingga beberapa tingkat generalisasi dapat dilakukan untuk mendapatkan model yang paling sesuai.
Identifikasi model dilakukan dengan menggunakan persamaan derajat bebas berikut (Hair, et al, 1998).
𝑑𝑓 =
12
𝑝 + 𝑞 𝑝 + 𝑞 + 1 − 𝑡
dimana:
df = derajat bebas
p = jumlah indikator variabel endogen
q = jumlah indikator variabel eksogen
t = jumlah parameter yang diestimasi
CFA Model Struktural Estimasi Parameter Identifikasi Model Kesesuaian Model Skor Faktor
Kesesuaian Model SEM
CFA Model Struktural Estimasi Parameter Identifikasi Model Kesesuaian Model Skor FaktorMenurut Ghozali dan Fuad (2005), indikator kesesuaian
model SEM dapat dilihat dari beberapa ukuran
diantaranya
Chi-Square Statistic, Goodnest of
Fit
Indices
(GFI)
, Adjusted Goodness of Fit Index
(AGFI)
,
Root
Mean Square Error of Approximation
(RMSEA)
,
dan
Comparative Fit Index
(CFI).
Nilai kritis yang direkomendasikan untuk
indikator-indikator kesesuaian model tersebut adalah.
Indikator Kesesuaian
Model Model Fit Model Dapat Diterima Chi-square P-value 0 ≤ χ 2 ≤ 2df 0,05 ≤ P-value ≤ 1,00 2df < χ 2 ≤ 3df 0,01 < P-value ≤ 0,05 GFI 0,95 ≤ GFI ≤ 1,00 0,90 < GFI ≤ 0,95 AGFI 0,90 ≤ AGFI ≤ 1,00 0,85 < AGFI ≤ 0,90 RMSEA 0 ≤ RMSEA ≤ 0,05 0,05 <RMSEA ≤ 0,08 CFI 0,97 ≤ CFI ≤ 1,00 0,95 < CFI ≤ 0,97
Skor Faktor
Skor faktor merupakan estimasi nilai faktor bersama. Skor faktor digunakan sebagai data yang telah direduksi untuk analisis statistik
lanjutan. Untuk mengestimasinya digunakan metode regresi yaitu.
𝒇
𝑘= 𝑳
′𝑺
−1(𝒙
𝑘− 𝒙 )
untuk
k
= 1,2,...,
n
dimana 𝒇 𝑘 adalah skor faktor ke-k, n adalah banyak observasi, 𝐋
adalah matrik estimasi loading faktor, S adalah matrik kovarian sampel, 𝒙𝑘 adalah vektor observasi ke-k, dan 𝒙 adalah vektor rataan
untuk n observasi. CFA Model Struktural Estimasi Parameter Identifikasi Model Kesesuaian Model Skor Faktor
Spatial Structural Equation Modeling
(SEM Spasial)
Model Spasial Regresi Linear Uji Model Spasial Pembobot Spasial• Aspek spasial pada suatu data dapat dilihat dari pengaruh atau efek spasial.
• Anselin (1988) menjelaskan bahwa terdapat dua efek spasial dalam ekonometrika yaitu efek spatial
dependence dan spatial heterogeneity.
• Spatial dependence menunjukkan adanya keterkaitan antar lokasi obyek penelitian, sedangkan spatial
heterogeneity mengacu pada keragaman parameter pada setiap lokasi.
• Anselin (1988) menjelaskan bahwa uji untuk
mengetahui adanya spatial heterogeneity digunakan statistik uji Breusch-Pagan Test (BP Test) dan Koenker Bassett Test. Sedangkan pengujian adanya spatial
dependence menggunakan metode Moran’s I dan
Lagrange Multiplier. Model GWR
Spatial Structural Equation Modeling
(SEM Spasial)
Model Spasial Regresi Linear Uji Model Spasial Pembobot SpasialPengaruh spasial yang sering terjadi pada model regresi adalah adanya autokorelasi spasial. Adanya unsur autokorelasi spasial ini menyebabkan terbentuknya parameter spasial autoregresif pada proses spasial yang dinyatakan sebagai berikut:
𝒚 = 𝜌𝑾1𝒚 + 𝚾𝜷 + 𝒖
dan
𝒖 = 𝜆𝑾2𝒖 + 𝜺
dimana 𝜺 ~ 0, 𝜍2 dan tidak ada autokorelasi.
Sehingga dapat dibentuk model umum regresi spasial sebagai berikut:
𝒚 = 𝜌𝑾1𝒚 + 𝚾𝜷 + 𝜆𝑾2𝒖 + 𝜺 dimana:
𝒚 :vektor variabel respon 𝚾 : matrik variabel prediktor
𝜌 : koefisien autoregresif spatial lag variabel dependen
𝜷 :vektor koefisien parameter regresi
𝜆 : koefisien autoregresif spatial error
𝒖 : vektor error yang diasumsikan mengandung autokorelasi
𝑾1 : matrik bobot spasial variabel dependen
𝑾2 : matrik bobot spasial error
1.
Spatial Dependence
Model Spasial Regresi Linear Uji Model Spasial Pembobot Spasial Model GWRKebergantungan suatu wilayah dengan suatu lokasi yang berdekatan atau bertetangga di sekitarnya disebut dependensi spasial (spatial dependence). Untuk menguji dependensi spasial menggunakan metode Morans’I dan Lagrange Multiplier Test.
Morans’I didasarkan pada korelasi pearson: 𝜌 = 𝑛𝑖=1 𝑥𝑖−𝑥 𝑦𝑖−𝑦 𝑥𝑖−𝑥 2 𝑛 𝑦𝑖−𝑦 2 𝑖=1 𝑛 𝑖=1 1/2
𝑥 dan 𝑦 adalah sampel means masing-masing variabel. 𝐼 = 𝑛 𝑛𝑖=1 𝑛𝑗=1𝑊𝑊𝑖𝑗 𝑥𝑖−𝑥 𝑥𝑗−𝑥 𝑖𝑗 𝑛𝑖=1 𝑥𝑖−𝑥 2 𝑛 𝑗=1 𝑛 𝑖=1 dimana: n : jumlah pengamatan 𝑥 : rata-rata variabel
𝑥𝑖 : nilai variabel pada lokasi tertentu 𝑥𝑗 : nilai variabel pada lokasi lain
1.
Spatial Dependence
Model Spasial Regresi Linear Uji Model Spasial Pembobot Spasial Model GWRUji Morans’I dapat digunakan untuk melihat pola penyebaran dan menguji spatial autocorrelation (Fotheringham, et al, 2002).
 Pola penyebaran
Pola penyebaran dilihat 𝐼0 = 𝑛−1 −1 , jika nilai 𝐼 > 𝐼0 maka data tersebut autokorelasi positif, 𝐼 < 𝐼0 maka data tersebut autokorelasi negatif, sedangkan jika 𝐼 = 𝐼0 maka penyebaran data tersebut random.  Uji spatial autocorrelation
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : tidak ada spatial autocorrelation 𝐼 = 0 H1 : ada spatial autocorrelation 𝐼 = 0
Statistik uji: 𝑍 𝐼 = 𝐼−𝐼0 𝑉𝑎𝑟 𝐼 dengan 𝑣𝑎𝑟 𝐼 = 𝑛2 𝑛−1 12 𝑛𝑖=𝑗 𝑊𝑖𝑗+𝑊𝑖𝑗 2 − 𝑛 𝑛−1 𝑖=1𝑛 𝑗=1𝑛 𝑊𝑖𝑗+ 𝑛𝑗=1𝑊𝑖𝑗 2 − 2 𝑛𝑖=1 𝑛𝑗=1𝑊𝑖𝑗 2 𝑛+1 𝑛−1 𝑛 𝑊𝑖𝑗 2 𝑗=1 𝑛 𝑖=1
1.
Spatial Dependence
Model Spasial Regresi Linear Uji Model Spasial Pembobot Spasial Model GWRLagrange Multiplier digunakan untuk mengetahui efek spasial pada model spasial autoregressive pada rho (SAR), spasial autoregressive pada error dan SARMA (Anselin, 1988). Berikut hipotesis yang digunakan untuk mengetahui efek spasial pada spasial autoregressive pada rho (SAR) dan spasial autoregressive pada error :
H0 : 𝜌 = 0 (tidak ada dependensi spasial autoregressive
dalam model)
H1 : 𝜌 ≠ 0 (ada dependensi spasial autoregressive dalam model)
Sedangkan untuk menguji adanya efek spasial pada model spasial autoregressive pada error hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H0 : 𝜌 = 0 (tidak ada dependensi error spasial) H1 : 𝜌 ≠ 0 (ada dependensi error spasial)
Model Spasial Regresi Linear
Uji Model Spasial
Pembobot Spasial
Statistik uji dengan menggunakan
Lagrange Multiplier test
:
𝐿𝑀 = 𝐸−1 𝑅
𝑦 2 𝑇22 − 2𝑅𝑦𝑅𝑒𝑇12 + 𝑅𝑒 2 𝐷 + 𝑇11
dengan m = jumlah parameter spasial, untuk spasial autoregressive
pada rho (SAR) =1, spasial autoregressive pada error =1 dan SARMA=2
Nilai statistik uji mengikuti distribusi Chi-Square dengan derajat bebas m. Jika nilai LM > 𝜒(𝛼,𝑚)2 maka H0 akan ditolak. Sehingga
terdapat dependensi spasial.
1.
Spatial Dependence
2.
Spatial Heterogenity
Model Spasial Regresi Linear Uji Model Spasial Pembobot Spasial Model GWRSpatial heterogenity digunakan untuk melihat kecen-derungan pola hubungan atau kestabilan diantara lokasi pengamatan (Anselin, 1988). Spatial heterogenity biasanya terlihat dari hasil masing-masing parameter lokasi yang berbeda atau dengan melihat deskriptif data awal yang ditandai dengan variasi yang cukup besar.
Untuk menguji spatial heterogenity menggunakan uji
Breusch Pagan. Hipotesis yang digunakan adalah: H0 : 𝜍12 = 𝜍22 = ⋯ = 𝜍𝑛2 = 𝜍2
H1 : minimal ada satu 𝜍𝑖2 ≠ 𝜍2
Statistik uji: 𝐵𝑃 = 12 𝒇𝑇𝒁 𝒁𝑇𝒁 −1𝒁𝑇𝒇 ~ 𝜒𝑝2 dengan 𝒇 = 𝑓1, 𝑓2, … , 𝑓𝑛 𝑇 dan 𝑓𝑖 = 𝑒𝑖2
𝜎2 − 1 , 𝑒𝑖 = 𝑦𝑖 − 𝑦 𝑖
adalah residual untuk pengamatan ke-i. Z adalah matrik
n(p+1) yang berisi vektor yang telah dinormalstandarkan dengan p adalah banyak pengamatan. Tolak H0 jika 𝐵𝑃 > 𝜒𝑝2.
2.
Spatial Heterogenity
Model Spasial Regresi Linear Uji Model Spasial Pembobot Spasial Model GWRSelain menggunakan uji
Breusch Pagan
, untuk
menguji
spatial heterogenity
dapat pula menggunakan
uji
Koenker Bassett
.
Uji
Koenker Bassett
sama dengan uji
Breusch Pagan
,
namun uji ini dibuat kuat untuk data
outlier
atau tidak
normal. Jika uji ini signifikan secara statistik, hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara beberapa atau
semua variabel independen dan variabel dependen
tidak stasioner. Salah satu variabel independennya
mungkin menjadi prediktor kuat di beberapa daerah
tetapi lemah di daerah lain.
Sehingga untuk menetukan modelnya dapat
Pembobot Spasial
Model Spasial Regresi Linear Uji Model Spasial Pembobot SpasialMenurut LeSage (1999), metode itu dijelaskan
sebagai berikut:
•
Linear Contiguity
(Persinggungan tepi);
mendefinisikan = 1 untuk region yang berada di
tepi (
edge
) kiri maupun kanan region yang
menjadi perhatian, = 0 untuk region lainnya.
•
Rook Contiguity
(persinggungan sisi);
mendefinisikan = 1 untuk region yang bersisian
(
common side
) dengan region yang menjadi
perhatian, = 0 untuk region
lainnya.
•
Bhisop Contiguity
(Persinggungan sudut);
mendefenisikan =1 untuk region yang titik
sudutnya
(common vertex
) bertemu dengan
sudut
region yang menjadi perhatian, = 0 untuk
region lainnya.
Model GWRModel Spasial Regresi Linear
Uji Model Spasial
Pembobot Spasial
•
Double Linear Contiguity
(Persinggungan dua
tepi); mendefinisikan = 1 untuk dua
entity
yang
berada di sisi (
edge
) kiri dan kanan region yang
menjadi perhatian, = 0 untuk region lainnya.
•
Double Rook Contiguity
(Persinggungan dua
sisi); mendefinisikan
= 1 untuk dua
entity
di kiri,
kanan, utara dan selatan region yang menjadi
perhatian, = 0 untuk region lainnya.
•
Queen Contiguity
(persinggungan sisi-sudut);
mendefinisikan = 1 untuk
entity
yang bersisian
(
common side
) atau titik sudutnya (
common
vertex
) bertemu dengan region
yang menjadi
perhatian, = 0 untuk region lainnya.
Model Spasial Regresi Linear Uji Model Spasial Pembobot Spasial Model GWR
Matrik Pembobot
Contoh matrik pembobot dengan cara queen continguity untuk daerah dengan kondisi sebagai berikut:
diperoleh: 𝑊 = 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 11 0
Model Spasial Regresi Linear Uji Model Spasial Pembobot Spasial Model GWR
Geographically Weighted Regression
(GWR)
Metode GWR adalah suatu teknik yang membawa kerangka dari model regresi sederhana menjadi model regresi terboboti (Fotheringham, et al, 2002). Dalam model GWR, variabel respon
y ditaksir dengan variabel prediktor yang masing-masing koefisien regresinya tergantung pada lokasi dimana data tersebut diamati.
Model GWR dapat ditulis sebagai berikut.
𝑦𝑖 = 𝛽0 𝑢𝑖, 𝑣𝑖 + 𝑝𝑘=1𝛽𝑘 𝑢𝑖, 𝑣𝑖 𝑥𝑖𝑘 + 𝜀𝑖 dimana
𝑦𝑖 : nilai observasi variabel respon ke-i
𝑥𝑖𝑘 : nilai observasi variabel prediktor k pada pengamatan ke-i
𝛽𝑘 : vektor koefisien regresi, k = 0, 1, 2, ..., p
𝑢𝑖, 𝑣𝑖 : menyatakan titik koordinat (longitude, latitude) lokasi ke-i
𝜀𝑖 : error yang diasumsikan identik, independen, dan berdistribusi normal dengan mean nol dan varians konstan 𝜍2.
Model Spasial Regresi Linear Uji Model Spasial Pembobot Spasial Model GWR
Geographically Weighted Regression
(GWR)
Metode penaksiran parameter pada model GWR adalah dengan metode Weighted Least Square (WLS) yaitu dengan memberikan pembobot yang berbeda untuk setiap lokasi dimana data tersebut dikumpulkan. Dengan demikian, bentuk penaksir parameter dari model GWR untuk setiap lokasi (Fotheringham, et al, 2002) adalah sebagai berikut.
𝛃 𝑢𝑖, 𝑣𝑖 = 𝐗𝐓𝐖 𝑢𝑖, 𝑣𝑖 𝐗 −1𝐗𝐓𝐖 𝑢𝑖, 𝑣𝑖 𝒚
Salah satu fungsi pembobot yang biasa digunakan adalah fungsi Kernel Gaussian dengan persamaan sebagai berikut.
𝑊𝑖𝑗 = 𝑒𝑥𝑝 −12 𝑑ℎ𝑖𝑗 2 dimana h adalah parameter non negatif yang diketahui dan biasanya disebut parameter penghalus (bandwith) dan 𝑑𝑖𝑗 merupakan jarak Euclidean antara i dan j dimana
𝑑𝑖𝑗 = 𝑢𝑖 − 𝑢𝑗 2+ 𝑣
Model Spasial Regresi Linear Uji Model Spasial Pembobot Spasial Model GWR
Geographically Weighted Regression
(GWR)
Pengujian kesesuaian model (goodness of fit) dilakukan dengan menguji kesesuaian dari koefisien parameter secara serentak, yaitu dengan mengkombinasikan uji regersi linear dengan model untuk data spasial. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut.
H0 : 𝛽𝑘 𝑢𝑖, 𝑣𝑖 = 𝛽𝑘 ; 𝑘 = 1,2, … , 𝑝 (tidak ada perbedaan yang signifikan antara model regresi linear dengan GWR) H1 : paling sedikit ada satu 𝛽𝑘 𝑢𝑖, 𝑣𝑖 ≠ 𝛽𝑘 (ada perbedaan
yang signifikan antara model regresi linear dengan GWR) Statistik uji: 𝐹ℎ𝑖𝑡 = 𝑆𝑆𝐸 𝐻1 𝛿12 𝛿2 𝑆𝑆𝐸 𝐻0 𝑛−𝑘−1
Jika Fhitung lebih besar dari Ftabel maka dapat diambil keputusan tolak H0 atau dengan kata lain model GWR lebih sesuai digunakan daripada model regresi linear.
Model Spasial Regresi Linear Uji Model Spasial Pembobot Spasial Model GWR
Geographically Weighted Regression
(GWR)
Pengujian parameter model GWR dilakukan untuk mengetahui parameter mana yang signifikan mempengaruhi variabel respon secara parsial. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut.
H0 : 𝛽𝑘 𝑢𝑖, 𝑣𝑖 = 0 ; 𝑘 = 1,2, … , 𝑝 H1 : 𝛽𝑘 𝑢𝑖, 𝑣𝑖 ≠ 0
Estimasi parameter 𝛽 𝑢𝑖, 𝑣𝑖 akan mengikuti distribusi normal dengan rata-rata 𝛽 𝑢𝑖, 𝑣𝑖 dan matrik varian kovarians CCTσ2 dengan C= (XTW 𝑢𝑖, 𝑣𝑖 X)-1XTW 𝑢𝑖, 𝑣𝑖 ,
sehingga di didapatkan βk ui,vi − βk ui,vi𝜎 𝑐
𝑘𝑘 ~𝑁 0,1
dimana Ckk adalah elemen diagonal ke-k dari matrik CCT.
𝑇 = βk ui,vi 𝜍 𝑐𝑘𝑘 Tolak H0 jika nilai 𝑇ℎ𝑖𝑡 > 𝑡𝛼
2
Model Spasial Regresi Linear Uji Model Spasial Pembobot Spasial Model GWR
Geographically Weighted Regression
(GWR)
Ada beberapa metode yang digunakan untuk memilih model terbaik, salah satunya adalah Akaike Information Criterion (AIC) yang didefinisikan sebagai berikut.
AIC = 2𝑛ln 𝜍 + 𝑛ln 2𝜋 + 𝑛 𝑛−2−𝑡𝑟 𝐒 𝑛+𝑡𝑟 𝐒 (33) dengan:
𝜍 : nilai estimator standar deviasi dari error hasil estimasi maksimum likelihood, yaitu 𝜍 = 𝑆𝑆𝐸𝑛
S : matrik proyeksi 𝒚 = 𝐒𝒚
Pemilihan model terbaik dilakukan dengan menentukan model dengan nilai AIC terkecil (Fotheringham, et al, 2002).
TEORI KEMISKINAN
Definisi
Indikator
Kemiskinan
Program
Bantuan
•
Kemiskinan merupakan suatu keadaan
dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan dan kesehatan.
•
Kemiskinan dikelompokkan dalam dua
kategori, yaitu kemiskinan absolute dan
kemiskinan relatif.
•
Bank Dunia mendefinisikan kemiskinan
absolut adalah hidup dengan pendapatan
USD $ 1 / hari. Kemiskinan relatif
merupakan kondisi miskin karena kebijakan
pembangunan yang belum mampu
TEORI KEMISKINAN
Definisi
Indikator
Kemiskinan
Program
Bantuan
BPS (2009) mendefinisikan garis kemiskinan
sebagai nilai rupiah yang harus dikeluarkan
seseorang dalam sebulan agar dapat memenuhi
kebutuhan dasar asupan kalori sebesar 2100
kkal/hari per kapita (garis kemiskinan
makanan) ditambah kebutuhan minimum non
makanan yang merupakan kebutuhan
seseorang, yaitu papan, sandang, sekolah,
transportasi dan kebutuhan individu
rumahtangga dasar lainnya (garis kemiskinan
non makanan).
TEORI KEMISKINAN
Definisi
Indikator
Kemiskinan
Program
Bantuan
BPS (2009) membagi kemiskinan menurut penyebabnya
menjadi dua yaitu:
•
Kemiskinan karena adanya faktor-faktor adat atau
budaya suatu daerah tertentu yang membelenggu
seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu
sehingga membuatnya tetap melekat dengan
kemiskinan.
•
Kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang terjadi
sebagai akibat ketidakberdayaan seseorang atau
sekelompok masyarakat tertentu terhadap sistem
atau tatanan sosial yang tidak adil, karena mereka
berada pada posisi tawar yang sangat lemah dan
tidak memiliki akses untuk mengembangkan dan
membebaskan diri mereka sendiri dari perangkap
kemisikinan.
TEORI KEMISKINAN
Definisi
Indikator
Kemiskinan
Program
Bantuan
Badan Pusat Statistik menggunakan 3 indikator
kemiskinan yaitu.
•
Head Count Index
(HCI-P
0), yaitu persentase
penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan.
•
Indeks Kedalaman Kemiskinan (
Poverty Gap Index
-P
1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan
penyebaran pengeluaran masing-masing penduduk
miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi
nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran
penduduk dari garis kemiskinan.
•
Indeks Keparahan Kemiskinan (
Poverty Severity
Indeks
-P
2) memberikan gambaran mengenai
penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin.
Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi
ketimpangan pengeluaran diantara penduduk
miskin.
TEORI KEMISKINAN
Definisi
Indikator
Kemiskinan
Program
Bantuan
Menurut Badan Pusat Statistik terdapat 14 kriteria
untuk menentukan suatu keluarga dikategorikan
rumah tangga miskin, yaitu:
•
Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m
2per
orang.
•
Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/
bambu/ kayu murahan.
•
Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/
kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa diplester.
•
Tidak memiliki fasilitas buang air besar/
bersama-sama dengan rumah tangga lain.
•
Sumber penerangan rumah tangga tidak
menggunakan listrik.
•
Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air
tidak terlindung/ sungai/ air hujan.
•
Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah
kayu bakar/ arang/ minyak tanah.
TEORI KEMISKINAN
Definisi
Indikator
Kemiskinan
Program
Bantuan
• Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam seminggu
• Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
• Hanya sanggup makan hanya satu/ dua kali dalam sehari.
• Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik.
• Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh
bangunan, buruh perkebunan, dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000,- (Enam Ratus Ribu) per bulan.
• Pendidikan tertinggi kepala keluarga: tidak bersekolah/ tidak tamat SD/ hanya SD.
• Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,- (Lima Rus Ribu Rupiah), seperti sepeda motor kredit/ non-kredit,
TEORI KEMISKINAN
Definisi
Indikator
Kemiskinan
Program
Bantuan
Menurut BPS (2008) secara garis besar, pemerintah
melakukan berbagai langkah untuk menanggulangi
masalah yang diwujudkan dalam tiga paket program
bantuan yaitu.
•
Paket bantuan program I adalah bantuan dan
perlindungan sosial. Paket bantuan ini ditujukan
untuk perlindungan dan pemenuhan hak atas
pendidikan, kesehatan, pangan, sanitasi, dan air
bersih. Paket bantuan ini terwujud dalam bentuk
beras miskin (Raskin), Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas), BOS (Bantuan
Operasional Sekolah), PKH (Program Keluarga
Harapan), dan BLT (Bantuan Langsung Tunai).
TEORI KEMISKINAN
Definisi
Indikator
Kemiskinan
Program
Bantuan
•
Paket bantuan program II adalah pemberdayaan
masyarakat (PNPM Mandiri). Paket bantuan ini
bertujuan untuk memberikan perlindungan dan
pemenuhan hak atas berpartisipasi, kesempatan
kerja dan berusaha, tanah, SDA dan LH, dan
perumahan.
•
Paket bantuan program III adalah pemberdayaan
Usaha Mikro dan Kecil (UMK-KUR) yang bertujuan
untuk perlindungan dan pemenuhan hak atas
PENELITIAN SEBELUMNYA
• Meneliti tentang revitalisasi sektor pertanian untuk menanggulangi masalah kemiskinan di Kabupaten Jombang.
• Revitalisasi sektor pertanian sangat perlu dilakukan dengan harapan sektor ini mampu untuk menjawab permasalahan sosial yang diakibatkan oleh permasalahan ekonomi.
Pamungkas
(2012)
• Mengkaji keterkaitan antar faktor penentuan kemiskinan di Kabupaten Jombang dengan menggunakan Structural Equation Modeling.
• Indikator ekonomi dan SDM berpengaruh positif terhadap kemiskinan dengan asumsi melihat indikator-indikator yang membentuk laten SDM dan ekonomi, sedangkan kesehatan berpengaruh negatif terhadap kemiskinan.
Ningrum (2013)
• Bertujuan untuk mengetahui kebenaran konsep teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat Jawa Timur.
• Dari hasil analisis SEM disimpulkan bahwa lingkungan, pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, dan infrastruktur berpengaruh terhadap derajat kesehatan.
PENELITIAN SEBELUMNYA
• Tentang SEM dengan model struktural berupa regresi spasial yang diterapkan pada data di Propinsi Sumatera Barat untuk melihat penyebaran daerah tertinggalnya. • Pola penyebaran daerah tertinggal di Propinsi Sumatera
Barat tersebar di perbatasan Propinsi dan merupakan daerah hasil pemekaran Kabupaten/ Kota.
Prihandini (2011)
• Tentang pengembangan indikator dan penentuan rumah tangga miskin di Propinsi Jawa Timur menggunakan Spatial Structural Equation Modeling.
• Model pengukuran yang didapatkan adalah kesehatan berpengaruh negatif terhadap ekonomi dan SDM berpengaruh positif terhadap ekonomi. Variabel laten kesehatan berpengaruh positif terhadap SDM dengan koefisien dan SDM berpengaruh negatif terhadap kemiskinan.
Fitriani (2013)
• Menyusun model Spasial SEM Partial Least Square untuk data kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur tahun 2011.
• Pada model kemiskinan diketahui bahwa ekonomi, kesehatan signifikan .
• Untuk model ekonomi diketahui bahwa SDM dan lagged ekonomi signifikan
• Pada model SDM diketahui bahwa kesehatan, lagged kesehatan,
lagged SDM (lamda) signifikan
Sumber Data| Variabel Penelitian| Metode dan Langkah Analisis
SUMBER DATA
•
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
Verifikasi Rumah Tangga Miskin Kabupaten Jombang tahun 2010
yang diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kabupaten Jombang.
•
Data yang dikumpulkan antara lain menyangkut bidang
pendidikan, kesehatan, perumahan, sosial ekonomi, penghasilan
dan aset rumah tangga.
•
Unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh Desa di
Kabupaten Jombang. Berdasarkan data BPS, Kabupaten Jombang
terdiri atas 306 Desa yang tersebar di 21 Kecamatan. Namun
karena terdapat beberapa data
missing
, sehingga unit analisis
yang digunakan adalah 266 Desa.
VARIABEL PENELITIAN
Variabel
Laten Variabel Indikator
Kesehatan
X1.1 Persentase rumah tangga yang jenis dinding bangunan tempat tinggalnya terbuat dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah per Desa
X1.2 Persentase rumah tangga yang luas kavling termasuk bangunan kurang dari 60 m2 per Desa
X1.3 Persentase rumah tangga yang jenis lantai bangunan tempat tinggalnya terbuat dari tanah/ bambu/ kayu berkualitas rendah per Desa
X1.4 Persentase rumah tangga yang tidak memiliki septictank sebagai tempat pembuangan air tinja per Desa
X1.5 Persentase rumah tangga yang sumber air minumnya berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai per Desa
X1.6 Persentase rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar atau bersifat umum per Desa
X1.7 Persentase rumah tangga yang luas bangunan tempat tinggalnya kurang dari 32 m2 per Desa
X1.8 Persentase rumah tangga yang jenis atap bangunan tempat tinggalnya bukan dari genteng per Desa
VARIABEL PENELITIAN
Variabel
Laten Variabel Indikator
Ekonomi
Y1.1 Persentase rumah tangga yang sumber
penerangannya tidak menggunakan listrik per Desa
Y1.2 Persentase rumah tangga yang menggunakan bahan
bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah per Desa
Y1.3 Persentase rumah tangga yang tidak memiliki aset
dengan nilai Rp 500.000 per Desa
Y1.4 Persentase rumah tangga yang hanya
mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu per Desa
Y1.5 Persentase rumah tangga yang status kepemilikan
bangunan tidak milik sendiri per Desa
Y1.6 Persentase rumah tangga yang tidak sanggup
membeli satu set pakaian baru dalam setahun per Desa
Y1.7 Persentase rumah tangga yang hanya sanggup
makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari per Desa
Y1.8 Persentase rumah tangga yang penghasilan kepala
rumah tangga per bulan dibawah Rp. 600.000 per Desa
VARIABEL PENELITIAN
Variabel
Laten Variabel Indikator
SDM Y2.1 Persentase rumah tangga dengan pendidikan
tertinggi kepala kepala rumah tangga, tidak sekolah/ tidak tamat SD/ hanya SD per Desa
Bantuan Rumah Tangga Miskin
Y3.1 Persentase rumah tangga yang memilih paket
bantuan Program I (bantuan perlindungan sosial) per Desa
Y3.2 Persentase rumah tangga yang memilih paket
bantuan Program II (bantuan pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan usaha mikro) per Desa
LANGKAH ANALISIS
a. Mendeskripsikan variabel indikator pada masing-masing variabel laten untuk
mengetahui karakteristik rumah tangga miskin di Kabupaten Jombang serta
melihat persebarannya pada setiap Desa.
b. Melakukan pengujian asumsi normal mutivariat.
c. Melakukan analisis faktor konfirmatori (
Confirmatory Factor Analysis
).
d. Menyusun model konseptual dengan pemilihan variabel indikator untuk
masing-masing variabel laten serta hubungan kausalitasnya. Kemudian
digambarkan dalam bentuk diagram jalur.
LANGKAH ANALISIS
Berdasarkan model konseptual di atas, maka muncul beberapa hipotesis sebagai berikut.
- Kesehatan berpengaruh terhadap bantuan rumah tangga miskin. - Ekonomi berpengaruh terhadap bantuan rumah tangga miskin. - SDM berpengaruh terhadap bantuan rumah tangga miskin. - Kesehatan berpengaruh terhadap ekonomi.
- Kesehatan berpengaruh terhadap SDM. - SDM berpengaruh terhadap ekonomi.
e. Mengkonversi diagram jalurnya ke dalam persamaan struktural. Model 1 : 𝜂1 = 𝛾11Kesehatan + 𝛿1
Model 2 : 𝜂2 = 𝛾21Kesehatan + 𝛽21SDM + 𝛿2
Model 3 : 𝜂3 = 𝛾31Kesehatan + 𝛽31SDM + 𝛽32Ekonomi + 𝛿3
f. Mengidentifikasi model untuk memeriksa model dalam keadaan under identified,
just identified atau over identified.
g. Mengevaluasi kesesuaian model (Goodness of Fit) untuk melihat kebaikan model berdasarkan kriteria yang ada. Sehingga dari kriteria tersebut akan didapatkan model yang sesuai.
LANGKAH ANALISIS
h. Menghitung skor faktor untuk masing-masing variabel laten. Nilai skor
faktor akan digunakan untuk analisis pemodelan regresi spasial dalam
persamaan struktural SEM.
i. Membentuk matrik bobot spasial yang dapat menjelaskan pola hubungan
antara variabel laten dan juga indikatornya dengan melibatkan efek
lokasi. Matrik terboboti untuk wilayah Desa/ Kelurahan di Kabupaten
Jombang dalam penelitian ini didasarkan pada hubungan persinggungan
sisi sudut (
queen continguity
).
j. Melakukan uji efek spasial untuk mengetahui
spatial dependence
atau
spatial hetrogenity
.
k. Memformulasikan model regresi spasial dalam persamaan struktural
SEM.
l. Mendapatkan nilai estimasi parameter spasial dalam persamaan struktural
SEM. Estimasi parameter menggunakan metode
Maximum Likelihood
(MLE).
Karakteristik| Peta Persebaran| Pengujian Asumsi| CFA| SEM| SEM Spasial
Karakteristik Rumah Tangga Miskin di Kabupaten
Jombang Berdasarkan Variabel Indikator
Variabel
Laten Indikator Variabel Min (%) Max (%) Mean (%) Varian (%)
Kesehatan X1.1 0,000 100,000 41,907 702,765 X1.2 4,040 100,000 46,318 397,268 X1.3 0,000 97,758 38,253 664,087 X1.4 4,186 100,000 65,831 555,998 X1.5 0,412 100,000 73,796 551,671 X1.6 16,667 100,000 65,835 314,956 X1.7 1,818 100,000 29,119 352,603 X1.8 0,000 12,245 1,665 3,547 X1.9 0,000 28,387 3,094 19,063 Ekonomi Y1.1 0,000 6,897 1,125 1,438 Y1.2 13,333 100,000 63,803 343,341 Y1.3 28,821 100,000 78,984 163,568 Y1.4 22,581 100,000 91,468 144,974 Y1.5 0,000 62,992 20,381 93,108 Y1.6 1,818 99,552 33,174 389,675 Y1.7 2,486 99,554 19,746 254,796 Y1.8 59,459 100,000 92,025 49,655 SDM Y2.1 42,857 100,000 88,629 45,777 Bantuan Y3.1 0,000 100,000 43,888 732,462 Y3.2 0,000 100,000 54,247 752,344
Persebaran Rumah Tangga yang Tidak Memiliki
Septictank sebagai Tempat Pembuangan Air Tinja
Pucang Simo, Brodot, Brangkal,
Karang Dagangan, Pucangro,
Blimbing, Mentaos, Sukoiber,
Bugasur Kedaleman,
Krembangan, Sepanyul, Godong,
Mejoyolosari, Puton, Jatirejo,
Keras, Watugaluh, Bandung,
Jombok, Genukwatu, Rejoagung,
Kauman, Badang, Kesamben,
Penggaron, Mojowangi,
Persebaran Rumah Tangga yang Sumber Air Minumnya
Berasal dari Sumur/Mata Air Tidak Terlindung/Sungai
Mojokambang, Kayen, Gondang
Manis, Banjar Sari, Tinggar,
Jantiganggong, Kepuhkajang,
Sumberagung, Pagerwojo,
Sembung, Plosogenuk,
Pucangro, Kedungturi, Japanan,
Blimbing, Mentaos, Sukoiber,
Sukopinggir, Bugasur
Kedaleman, Wangkalkepuh,
Pesanggrahan, Krembang-an,
Sepanyul, Godong,
Mejoyolosari, Plumbon
Gambang, Gempol Legundi,
Puton, Bendet, Bulurejo, Grogol,
Jatirejo, Kwaron, dll.
Persebaran Rumah Tangga yang Tidak MemilikiFasilitas Tempat
Buang Air Besar atau Bersifat Umum
Brodot, Brangkal, Karang
Dagangan, Pucangro,
Kedungturi, Japanan, Mentaos,
Bugasur Kedaleman,
Pesanggrahan, Krembangan,
Sepanyul, Gempol Legundi,
Kayangan, Puton, Bendet,
Watugaluh, Jombok, Rejoagung,
Kesamben, Sugihwaras,
Penggaron, Mojojejer, Sidokerto,
Sukomulyo, Catak Gayam,
Wringinpitu, Kebondalem,
Mundusewu, Pakel, Karangan,
Ngampungan, Bareng, Tebel,
Mojotengah, Banjaragung, dll.
Persebaran Rumah Tangga yang Menggunakan Bahan Bakar untuk
Memasak Sehari-hari adalah Kayu Bakar/Arang/Minyak Tanah
Bandar Kedung Mulyo, Kayen,
Gondang Manis, Pucang Simo,
Banjar Sari, Tinggar,
Jatinganggong, Sumberagung,
Pagerwojo, Sembung,
Mejoyolosari, Plumbon
Gambang, Tanggungan, Grogol,
Cukir, Kwaron, Keras, Diwek,
Bandung, Kedawong, Ngudirejo,
Balong Besuk, Badang, Pulorejo,
Gajah, Mojowarno, Jenisgelaran,
dll.
Persebaran Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Aset
dengan Nilai Rp 500.000
Sumberjo, Gebang Bunder, Klitih,
Sukodadi, Pandan Blole, Asem
Gede, Mojodanu, Kedung Bogo,
Keboan, Bendungan, Gumulan,
Jombok, Kedung Mlati, Kedung
Betik, Jati Wates, Bedah Lawak,
Pulorejo, Kedung Otok,
Sudimoro, Dukuh Arum, Pacar
Peluk, Ngogri, Balongsari,
Gongseng, Turi Pinggir, Banjar
Dowo, Ngrandu Lor,
Sumberagung, Sambirejo,
Sukosari, Gedangan, Talun Kidul,
Kendalsari, Mlaras, Seketi,
Persebaran Rumah Tangga yang Hanya Mengkonsumsi
Daging/ susu/ Ayam Satu Kali dalam Seminggu
Tondowulan, Plandaan, Gebang Bunder, Klitih, Sukodadi, Genengan Jasem,
Sumber Gondang, Karang Pakis, Kabuh, Tanjung Wadung, Marmoyo, Pandan Blole, Gedongombo, Tanggung Kramat, Asem Gede, Cupak, Mojodanu,
Manunggal, Kedung Bogo, Bendungan, Kepuhrejo, Bakalan-rayung, Tapen,
Gumulan, Podoroto, Pojok Rejo, Kedung Mlati, Bedah Lawak, Kedung Otok,
Megaluh, Sudimoro, Sumberagung, Dukuh Arum, Pacar Peluk, Sidomulyo, Ngogri, Sumbersari, Balongsari, Gongseng, Turi Pinggir, Banjar Dowo, Ngrandu Lor,
Sambirejo, Sukosari, Bakalan, Talun Kidul, Kendalsari, Budugsidorejo, Mlaras,
Sebani, Seketi, Tanggalrejo, Jarak,
Ngrimbi, Carangwulung, Kedunglumpang, Karangwinongan, Banjaragung, Tebel, Bareng, Karangan, Pakel, Kebondalem, dll.
Persebaran Rumah Tangga yang Penghasilan Kepala
Rumah Tangganya per Bulan Dibawah Rp 600.000
Plumbon Gambang, Grogol,
Kwaron, Keras, Jatipelem,
Brambang, Ceweng, Bandung,
Kedawong, Ngudirejo, Balong
Besuk, Pandanwangi, Ngoro,
Badang, Pulorejo, Sidowarek,
Gajah, Mojowarno, Mojowangi,
Jenisgelaran, Sambirejo,
Wonosalam, Wonokerto, Dukuh
Mojo, Kademangan, Janti, Kauman,
Mojotrisno, Miagan, Nglele,
Trawasan, Segodorejo, Madyo Puro,
Jogoroto, Mayangan, Tambar,
Peterongan, Mancar, Tanjung
Gunung, Bongkot, dll.
Persebaran Rumah Tangga yang Memilih
Paket Bantuan Program I
Mojokambang, Gondang Manis, Suberagung, Pagerwojo, Perak,
Sukopinggir, Wangkalkepuh, Godong, Mejoyolosari, Plumbon Gambang, Grogol, Cukir, Keras, Jatipelem,
Brambang, Pundong, Diwek, Bandung, Kedawong, Ngudirejo, Balong Besuk, Ngoro, Badang, Pulorejo, Sidowarek, Gajah, Selorejo, Jenisgelaran, Sambirejo, Wonosalam, Panglungan, Wonokerto, Mojotrisno, Dukuhdimoro, Mancilan, Murukan, Plosokerep, Segodorejo, Madyo Puro, Jogoroto, Mayangan, Tambar, Mancar, Dukuh Klopo, Tanjung Gunung, Morosunggingan, Plandi,
Tambak Rejo, Carang Rejo, Menturus, Sumberringin, Kertorejo, Galengdowo, Tejo, Sawiji, Pulo Lor, Kedung Rejo, Kesamben, Jati Duwur, dll.
Persebaran Rumah Tangga yang Memilih
Paket Bantuan Program I
Bandar Kedung Mulyo, Kayen,
Kepuhkajang, Sembung, Glagahan, Gadingmangu, Plosogenuk, Sukorejo, Temuwulan, Cangkringrandu, Sukoiber, Tanggungan, Kwaron, Ceweng,
Pandanwangi, Dukuh Mojo,
Kademangan, Gambiran, Kauman, Miagan, Jogoloyo, Nglele, Sumobito, Alang-alang Caruban, Ngumpul, Peterongan, Kebontemu,
Tugusumberjo, Senden, Tunggorono, Jombatan, Kaliwungu, Jelakombo, Kepanjen, Kepatihan, Denanyar,
Pengujian Asumsi Normal Multivariat
Hipotesis yang digunakan untuk pengujian normal multivariat adalah:
H
0: Data mengikuti distribusi normal multivariat
H
1: Data tidak mengikuti distribusi normal multivariat
Pengujian normal multivariat menggunakan plot
χ
2multivariat
dimana bila daerah di bawah kurva
χ
2multivariat lebih dari 50% maka H
0diterima atau data mengikuti distribusi normal multivariat. Dari hasil
pengujian pada data penelitian, diperoleh nilai
χ
2multivariat sebesar
0,6053 (60,53%) yang berarti gagal tolak H
0sehingga dapat dikatakan
bahwa data mengikuti distribusi normal multivariat.
Confirmatory Factor Analysis
(CFA)
CFA pada Variabel Laten Kesehatan
Model CFA Variabel Laten Kesehatan Kesesuaian Model CFA Variabel Laten Kesehatan
Goodness of Fit
Index Model Keterangan
Chi-square 515,493 Model tidak dapat diterima P-value 0,000 Model tidak dapat diterima RMSEA 0,261 Model tidak dapat diterima GFI 0,760 Model tidak dapat diterima AGFI 0,600 Model tidak dapat diterima CFI 0,601 Model tidak dapat diterima
Model CFA Variabel Laten Kesehatan Setelah Modifikasi
Goodness of Fit
Index Model Keterangan
Chi-square 16,016 Model Fit P-value 0,312 Model Fit RMSEA 0,023 Model Fit GFI 0,985 Model Fit AGFI 0,962 Model Fit CFI 0,998 Model Fit
Kesesuaian Model CFA Modifikasi Variabel Laten Kesehatan
Model CFA telah memenuhi kriteria kesesuaian model. Hal ini menunjukkan bahwa indikator-indikator yang digunakan dalam mengukur
variabel laten kesehatan sesuai untuk diterapkan dalam panentuan model bantuan rumah tangga miskin di Kabupaten Jombang.
Indikator Loading Factor Error P-value Keterangan X1.1 0,907 0,177 *** Signifikan X1.2 -0,108 0,988 0,072 Signifikan X1.3 1,019 -0,038 *** Signifikan X1.4 0,561 0,685 *** Signifikan X1.5 -0,292 0,915 *** Signifikan X1.6 0,491 0,759 *** Signifikan X1.8 -0,252 0,936 *** Signifikan X1.9 -0,169 0,971 0,004 Signifikan
Estimasi Parameter CFAVariabel Laten Kesehatan
Berdasarkan nilai loading factor yang telah diperoleh, maka model pengukuran dari variabel laten kesehatan adalah sebagai berikut.
X1.1 = 0,907 Kesehatan X1.5 = -0,292 Kesehatan X1.2 = -0,108 Kesehatan X1.6 = 0,491 Kesehatan X1.3 = 1,019 Kesehatan X1.8 = -0,252 Kesehatan X1.4 = 0,561 Kesehatan X1.9 = -0,169 Kesehatan
Indikator X1.1 dan X1.3 memiliki nilai loading factor terbesar yaitu 0,907 dan 1,019. Hal ini menunjukkan bahwa indikator X1.1 (rumah tangga yang jenis dinding bangunan tempat tinggalnya terbuat dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah) dan X1.3 (rumah tangga yang jenis lantai bangunan tempat tinggalnya terbuat dari tanah/ bambu/ kayu berkualitas rendah) memberikan pengaruh yang paling besar terhadap variabel laten kesehatan.
Selain membentuk model pengukuran, dari Tabel 4.5 juga
dapat diketahui error pengukuran yang menunjukkan kesalahan
pengukuran dari indikator. Besarnya kesalahan pengukuran indikator adalah sebagai berikut.
V (δ1) = 0,177 V (δ5) = 0,915
V (δ2) = 0,988 V (δ6) = 0,759
V (δ3) =-0,038 V (δ8) = 0,936
V (δ4) = 0,685 V (δ9) = 0,971
Kesalahan pengukuran variabel laten kesehatan yang
paling kecil terdapat pada indikator X1.3 yaitu indikator rumah
tangga yang jenis lantai bangunan tempat tinggalnya terbuat dari tanah/ bambu/ kayu berkualitas rendah. Selanjutnya dilakukan pengujian konsistensi dari variabel laten kesehatan menggunakan
nilai construct reliability (CR) dengan perhitungan sebagai
berikut.
𝜌𝑐 = (0,907 + −0,108 + ⋯ + (−0,169) 2
(0,907 + ⋯ + −0,169 )2 + (0,177 + ⋯ + 0,971)
= 0,463≈ 0,5
Nilai CR yang dihasilkan variabel laten kesehatan adalah
0,464 ≈ 0,5 sehingga dapat dikatakan reliabel namun memiliki
CFA Variabel Laten Ekonomi
Model CFA Variabel Laten EkonomiGoodness of
Fit Index Model Keterangan
Chi-square 151,681 Model tidak dapat diterima P-value 0,000 Model tidak dapat diterima RMSEA 0,158 Model tidak dapat diterima GFI 0,884 Model tidak dapat diterima AGFI 0,790 Model tidak dapat diterima CFI 0,596 Model tidak dapat diterima
Model CFA Variabel Laten Ekonomi Setelah Modifikasi
Goodness of
Fit Index Model Keterangan
Chi-square 6,644 Model Fit
P-value 0,467 Model Fit
RMSEA 0,000 Model Fit
GFI 0,992 Model Fit
AGFI 0,976 Model Fit
CFI 1,000 Model Fit
Kesesuaian Model CFA Modifikasi Variabel Laten Ekonomi
Estimasi Parameter CFAVariabel Laten Ekonomi
Indikator Loading Factor Error P-value Keterangan
Y1.3 0,406 0,835 *** Signifikan Y1.4 0,249 0,938 0,006 Signifikan Y1.5 0,184 0,966 0,024 Signifikan Y1.6 0,888 0,211 *** Signifikan Y1.7 0,679 0,539 *** Signifikan Y1.8 0,256 0,934 *** Signifikan
Ket.*** : nilai P-value kurang dari 0,001
Berdasarkan nilai
loading factor
yang telah
diperoleh, maka model pengukuran dari variabel
laten ekonomi adalah sebagai berikut.
Y
1.3= 0,406 Ekonomi Y
1.5= 0,184Ekonomi
Y
1.4= 0,249 Ekonomi Y
1.6= 0,888Ekonomi
Indikator Y
1.6dan Y
1.7memiliki nilai
loading factor
terbesar
yaitu 0,889 dan 0,680. Hal ini menunjukkan bahwa indikator Y
1.6(rumah tangga yang tidak sanggup membeli satu set pakaian baru
dalam setahun) dan Y
1.7(rumah tangga yang hanya sanggup makan
sebanyak satu/dua kali dalam sehari) memberikan pengaruh yang
paling besar terhadap variabel laten ekonomi.
Selanjutnya dilakukan pengujian konsistensi dari variabel
laten ekonomi menggunakan nilai
construct reliability
(CR) dengan
perhitungan sebagai berikut.
𝜌
𝑐=
(0,406 + 0,249 + ⋯ + 0,256)
2(0,406 + ⋯ + 0,256)
2+ (0,835 + ⋯ + 0,934)
= 0,551
Nilai CR yang dihasilkan variabel laten ekonomi adalah
0,551sehingga dapat dikatakan reliabel
Structural Equation Modeling
(SEM)
Setelah diperoleh indikator yang valid dan reliabel melalui confirmatory factor analysis (CFA), selanjutnya adalah membentuk model struktural berdasarkan model
dugaan. Terdapat 3 model dugaan yaitu SDM dipengaruhi oleh kesehatan, ekonomi
dipengaruhi oleh kesehatan dan SDM, dan bantuan dipengaruhi oleh kesehatan, SDM dan ekonomi.
Goodness of Fit
Index Model Keterangan
Chi-square 692,004 Model tidak dapat diterima
P-value 0,000 Model cukup diterima
RMSEA 0,138 Model tidak dapat diterima GFI 0,759 Model tidak dapat diterima AGFI 0,676 Model tidak dapat diterima CFI 0,702 Model tidak dapat diterima
Kesesuaian Model Persamaan Struktural
Persamaan struktural belum memenuhi kriteria kesesuaian model sehingga perlu dilakukan modifikasi untuk memperoleh model yang lebih baik. Sebelum dilakukan modifikasi terlebih dahulu dilihat nilai koefisien jalur untuk mengetahui parameter yang signifikan. Parameter yang tidak signifikan tidak akan diikutkan dalam modifikasi.
Estimasi Parameter Persamaan Struktural
Hubungan Koefisien Jalur P-value Keterangan Y2.1 <--- Kesehatan -0,400 0,006 Signifikan
Ekonomi <--- Kesehatan 0,265 0,042 Signifikan
Ekonomi <--- Y2.1 0,142 0,078 Signifikan
Bantuan <--- Ekonomi 0,097 0,195 Tidak Signifikan
Bantuan <--- Y2.1 0,197 0,004 Signifikan
Bantuan <--- Kesehatan 0,314 0,013 Signifikan
X1.9 <--- Kesehatan 0,182 *** Signifikan X1.8 <--- Kesehatan 0,264 0,013 Signifikan X1.6 <--- Kesehatan -0,523 0,004 Signifikan X1.5 <--- Kesehatan 0,311 0,009 Signifikan X1.4 <--- Kesehatan -0,572 0,004 Signifikan X1.3 <--- Kesehatan -0,986 0,003 Signifikan
X1.2 <--- Kesehatan 0,107 0,134 Tidak Signifikan
X1.1 <--- Kesehatan -0,935 0,003 Signifikan Y1.8 <--- Ekonomi 0,305 *** Signifikan Y1.7 <--- Ekonomi 0,684 *** Signifikan Y1.6 <--- Ekonomi 0,812 *** Signifikan Y1.5 <--- Ekonomi 0,242 0,005 Signifikan Y1.4 <--- Ekonomi 0,273 0,002 Signifikan Y1.3 <--- Ekonomi 0,504 *** Signifikan Y3.1 <--- Bantuan 0,942 *** Signifikan Y3.2 <--- Bantuan -0,909 *** Signifikan
Berdasarkan Tabel diperoleh bahwa variabel laten kesehatan berpengaruh signifikan terhadap SDM, kesehatan berpengaruh signifikan terhadap ekonomi, SDM berpengaruh signifikan terhadap ekonomi, SDM
berpengaruh signifikan ter-hadap bantuan, serta kesehatan berpengaruh signifikan terhadap bantuan.
Sedangkan variabel laten ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap bantuan. Hal ini berarti bahwa bantuan rumah tangga miskin di Kabupaten Jombang dipengaruhi oleh variabel laten SDM dan variabel laten kesehatan.Oleh karena itu pada modifikasi model struktural,hubungan ekonomi terhadap bantuan tidak diikutkan serta indikator X1.2 (rumah tangga yang luas kavling termasuk bangunan kurang dari 60 m2) juga tidak diikutkan dalam
Model Struktural Hasil Modifikasi dan Signifikan
Dari Gambar diperoleh nilai df sebesar 92 yang berarti model struktural hasil modifikasi telah berada dalam keadaan over identified sehingga diperlukan pengujian kesesuaian model (goodness of fit) untuk mengetahui kebaikan model struktural hasil modifikasi.
Kesesuaian Model Persamaan Struktural Hasil Modifikasi
Goodness of
Fit Index Model Keterangan
Chi-square 414,040 Model cukup diterima
P-value 0,000 Model cukup diterima
RMSEA 0,115 Model cukup diterima GFI 0,846 Model cukup diterima AGFI 0,772 Model cukup diterima CFI 0,829 Model cukup diterima
Berdasarkan Tabel diketahui bahwa model struktural hasil modifikasi telah cukup memenuhi kriteria kesesuaian model. Sehingga selanjutnya dilakukan pengujian signifikansi parameter model struktural.
Estimasi Parameter Persamaan Struktural Hasil Modifikasi
Berdasarkan hasil estimasi parameter model struktural hasil modifikasi pada Tabel 4.11diperoleh model sebagai berikut.
SDM = -0,383 Kesehatan
Ekonomi = 0,202 Kesehatan + 0,143 SDM Bantuan = 0,325 Kesehatan + 0,200 SDM
Dari model yang terbentuk dapat diketahui bahwa variabel laten SDM memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel laten kesehatan. Variabel laten kesehatan dan variabel laten SDM memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel laten ekonomi. Sedangkan untuk model bantuan, variabel laten kesehatan dan variabel laten SDM memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel laten bantuan rumah tangga miskin di Kabupaten Jombang.
Hubungan Koefisien Jalur P-value Keterangan
Y2.1 <--- Kesehatan -0,383 0,007 Signifikan
Ekonomi <--- Kesehatan 0,202 0,072 Signifikan Bantuan <--- Y2.1 0,200 0,003 Signifikan
Bantuan <--- Kesehatan 0,325 0,012 Signifikan Ekonomi <--- Y2.1 0,143 0,078 Signifikan
Skor Faktor Masing-masing Variabel Laten
Variabel Kesehatan Bantuan Ekonomi
X1.1 0,006 0,005 0,001 X1.3 -0,036 -0,033 -0,003 X1.4 0,001 0,001 0 X1.5 0 0 0 X1.6 0 0 0 X1.8 -0,001 -0,001 0 X1.9 -0,001 -0,001 0 Y1.3 0 0 0,012 Y1.4 0 0 0,008 Y1.5 0 0 0,003 Y1.6 0 0 0,062 Y1.7 0 0 0,027 Y1.8 0 0 0,008 Y3.1 0 0,578 0 Y3.2 0 -0,362 0
Pemodelan Regresi Spasial untuk Persamaan Struktural
Matrik pembobot queen continguity adalah sebagai berikut.
266 266 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 x                                           
Sedangkan matrik bobot yang terstandardisasi adalah sebagai berikut.
266 266 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0,333 0 0 0 133 , 0,143 0 0,143 0,143 0 0,143 0,143 0 00,25 0,25 0,25 0 0,25 0 0 0 0 0 0 167 , 0 167 , 0 0 167 , 0 0 0 0,333 0,333 0 0 0 0 333 , 0 0 0,25 0 0,25 0,25 0,25 0 0 x                                     
Pengujian Efek Spasial
Efek Spasial Statistik Uji P-value Keterangan
Heterogenity Breusch-Pagan test 0,2402 Tidak Signifikan
Koenker-Bassett test 0,0792 Signifikan
Dependensi
Moran's I (error) 0,3408 Tidak Signifikan Lagrange Multiplier (lag) 0,1386 Tidak Signifikan Lagrange Multiplier (error) 0,4506 Tidak Signifikan Setelah dilakukan pengujian efek spasial, diketahui bahwa model bantuan rumah
tangga miskin di Kabupaten Jombang memiliki efek spasial heterogenity sehingga pendekatan model yang digunakan adalah model regresi spasial GWR.