• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Nilai Agama sebagai Modal Sosial

Kedekatan kepada Tuhan merupakan bentuk realisasi sebagai hamba yang dekat kepadaNya, untuk mewujudkan tindakan tersebut perlu upaya dan pelaksanaan apa yang diajarkan. Salah satu bentuk implementasi sebagai bentuk kecintaan kepada TuhanNya, diri, dan orang lain adalah membantu sesama muslim yang sedang membutuhkan dan orang-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi merupakan kewajiban bagi umat islam untuk saling membantu dalam mengurangi kemiskinan. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran :

Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhoan Allah dan mereka itulah orang-orang beruntung ( Ar-Rum: 38).

Sebagai kewajiban yang wajib (mesti) dilakukan, karena di dalam setiap harta si kaya memang terdapat orang miskin. Kemudian si kaya hendaklah bijak dalam menyalurkan hartanya dan kemudian simiskin dapat diberdayakan untuk bangkit dari kemiskinan bukan mengharapkan belas kasihan saja. Nilai-nilai ini dapat diterapkan dalam kehidupan yang menjadi pedoman bagi umat.

Menurut Gidden (Damsar, 2009 :188-190) dalam masyarakat pramodern ditemukan empat lingkungan yang menumbuh kembangkan kepercayaan dalam sebuah nilai yaitu

1. Hubungan kekerabatan menyediakan suatu mata rantai hubungan sosial yang dapat diandalkan suatu mata rantai hubungan sosial

(2)

yang dapat diandalkan yang secara prinsip dan umum dilakukan, membentuk media pengorganisasian relasi kepercayaan, seperti sistem kekerabatan matrilineal yang bermula dari dari hubungan semade, seperut, senenek, seninik, sekaum dan sesuku telah menjadi perekat hubungan sesama satu kerabat dan sebagai jembatan yang menghubungi dengan kelompok, terutama kelompok luar. Hubungan kekerabatan Minangkabau yang menjadi perekat dan jembatan relasional tersebut, pada giliranya, menerbitkan bibit kepercayaan, baik antara sesama kerabat maupun dengan kelompok luar.

2. Komunitas masyarakat lokal memberikan lingkungan yang baik bagi tumbuh kembangnya kepercayaan dimasyarakat pra-modern. Menurut Gidden komunitas lokal tidak dikaitkan dengan romatisme budaya, tetapi lebih kepada arti penting dari relasi lokal yang diatur dalam konteks tempat, dimana tempat belum ditransformasikan oleh relasi ruang waktu yang berjarak. Oleh kerenanya komunitas lokal sebagai tempat yang menyedikan suatu milieu yang bersahabat. Kembali pada contoh masyarakat pada Minangkabau, salain jaringan kekerabatan matrienial juga jaringan komunitas lokal yang dapat konteks bagi tumbuh kembang kepercayaan seperti jaringan sedusun, sekampung, sejorong, senagari, selunak dan minangkabau merupakan jaringan komunikasi masyarakat lokal yang ditarik dari komunitas terkecil sampai terbesar pada setting masyarakat Minangkabau.

(3)

3. Kosmologi religius merupakan bentuk kepercayaan dan praktik ritual yang menyediakan interpretasi provindential atas kehidupan dan alam. Kosmologi religius menyediakan interpretasi moral dan praktik bagi kehidupan sosial dan kehidupan pribadi dan bagi dunia alam. Yang mengiterpretasikan lingkungan yang aman bagi pemeluknya.

4. Tradisi, juga dapat menjadi lingkungan bagi perkembangan kepercayaan masyarakat. Tradisi merupakan sarana untuk, mangaitkan masa kini dengan masa depan, berorientasi kepada masa lalu dan waktu yang dapat berulang. Tradisi adalah rutinitas, namun dia adalah rutinitas yang penuh makna secara intrinsik, ketimbang hanya sekedar perilaku kosong yang hanya berorientasi kapada kebiasaan semata. Makna aktivitas rutin berada di dalam penghormatan atau pemujaan yang melekat dalam tradisi dan dalam kaitan antara tradisi dan ritual.

2.2. Modal Sosial dalam Perspektif Sosiologi

Modal sosial bisa dikatakan sebagai sumber daya sosial yang dimiliki oleh masyarakat. Sebagai sumberdaya, modal sosial memberi kekuatan atau daya dalam beberapa kondisi-kondisi sosial dalam masyarakat. Sebenarnya dalam kehidupan manusia dikenal beberapa jenis modal, yaitu: natural capital, human capital, physical capital dan financial capital. Modal sosial akan mendorong keempat modal diatas dapat digunakan lebih optimal lagi.

(4)

Konsep modal sosial yang dijadikan fokus kajian, pertama kali dikemukakan oleh Coleman (Portes, 2000 :2) yang mendefenisikan sebagai aspek-aspek dari struktur hubungan antar individu yang memungkinkan mereka menciptakan nilai-nilai baru. Putnam menyebutkan bahwa modal sosial tersebut mengacu pada aspek-aspek utama dari organisasi sosial, seperti kepercayaan (trust), norma-norma (norms) dan jaringan (network) yang dapat meningkatkan efisiensi dalam suatu masyarakat (Lubis, 2001).

Lubis (Badaruddin, 2005 :31) menjelaskan bahwa modal sosial adalah sumber daya yang berintikan elemen-elemen pokok yang mencakup :

1. Saling percaya (trust), adalah kecenderungan untuk menempati yang telah dikatakan baik secara lisan dikatakan baik secara lisan maupun tulisan. Adanya sifat kepercayaan ini merupakan landasan utama bagi seseorang untuk menyerahkan sesuatu kepada orang lain, dengan keyakinan bahwa yang bersangkutan akan menempati janji atau memenuhi kewajiban. Hal ini meliputi adanya kejujuran (honesty), kewajaran (fairness), sikap egaliter (egalitarisme), toleransi (tolerance) dan kemurahan hati (generosity).

Dengan saling mempercayai antara yang menunaikan pembayaran zakat dengan penyelenggara atau badan yang mengurus (dalam hal ini BAZIS), karena dengan disetorkannya zakat berarti kewajiban hukum telah selesai dan tinggal kewajiban BAZIS untuk menyalurkan sesuai dengan sasaran. Untuk elemen Trust bekerja, pihak BAZIS harus berjuang sekuat tenaga melaui prinsip pengelolahan menurut manajemen modern agar lebih berdaya guna.

(5)

2. Jaringan sosial (network), yang meliputi adanya partisipasi (participatoins), pertukaran timbal balik (reciprocity), solidaritas yaitu kesediaan untuk secara ikut menanggung suatu kensekuensi sebagai wujud adanya rasa kebersamaan dalam menghadapi suatu masalah, kerjasama (collaboration) dan keadilan (equity).

Fungsi jembatan yang menghubungkan antara BAZIS dengan stekholder (umat islam) dan pemerintah membentuk kekuatan, potensi dalam upaya mengumpulkan dana. Dan pihak BAZIS juga dapat memahami bagaimana kemampuan didalam peran lembaga, mustahik dan muzakki dalam mengoptimalkan dana yang ada.

3. Pranata (institusion), yang meliputi nilai-nilai yang dimiliki bersama (shared value) toleransi, kesedian untuk memberikan konsensi atau kelonggaran, baik dalam bentuk materi maupun non-materi sepanjang tidak berkenan dengan hal-hal yang bersifat prinsipil, norma-norma dan saksi saksi (norm and sanction ) dan aturan aturan (rules).

Dalam pelaksanaannya bahwa proses pembayaran zakat bukanlah untuk kepentingan badan yang mengurus, baik amil tradisional maupun BAZ. Akan tetapi adalah akibat logis dari keimanan seseorang. Oleh kerena itu program penyuluhan yang dilakukan pengurus BAZ pada dasarnya adalah sebagai suatu upaya meningkatkan kembali akan kesadaran budaya masing-masing.

Alejandro Portes (2000) menyebutkan bahwa modal sosial ini sebenarnya memiliki dan arti yang berbeda, yakni modal sosial dalam arti individu biasa

(6)

memiliki dan modal sosial dalam arti kolektif. Menurutnya seorang individu bisa juga memiliki modal sosial yang berguna bagi aktualisasi dirinya, begitu juga dengan kelompok masyarakat juga memiliki modal sosial yang dapat dipakai dalam mengoptimalkan potensi terbaiknya.

Sama seperti pengertian dari modal fisik dan modal manusia, modal sosial mengacu pada organisasi sosial dengan jaringan sosial, norma-norma, dan kepercayaan sosial yang dapat menjembatani terciptanya kerjasama dalam komunitas sehingga terjalin kerjasama yang saling menguntungkan (Putnam, 1995 :2).

2.2.1. Trust (Kepercayaan) sebagai Modal Sosial

Menurut Fukuyama berpendapat trust (kepercayaan) merupakan dasar dalam sebuah tatanan sosial “komunitas-komunitas tergantung pada kepercayaan timbal balik akan muncul secara spontan”. Trust (kepercayaan) merupakan salah satu unsur dari modal sosial. Trust (kepercayaan) menjadi unsur yang paling penting dalam modal sosial yang merupakan perekat bagi langgengnya hubungan dalam kelompok masyarakat. Dengan menjaga suatu kepercayaan orang-orang bisa bekerjasama secara efektif (Field, 2005 :91).

Defenisi kepercayaan (trust) dalam Oxford English Dictionary dijelaskan sebagai confidence in yang berarti yakin pada dan reliance on yang bermakna percaya atas beberapa kualitas atau atribut sesuatu atau seseorang, kebenaran suatu pernyataan (Damsar, 2009 :185).

Kepercayaan pada dasarnya terikat, bukan kepada resiko, namun kepada berbagai kemungkinan. Kepercayaan selalu mengandung konotasi keyakinan

(7)

ditengah-tengah berbagai akibat yang serba mungkin, apakah dia berhubungan dengan tindakan individu atau dengan beroperasinya sistem. Didefenisikan sebagai keyakinan akan realibilitas seseorang atau sistem, terkait dengan berbagai hasil atau peristiwa, dimana keyakinan itu mengekspresikan suatu iman (faith) terhadap integritas atau cinta kasih orang lain atau terhadap ketetapan prinsip abstrak (pengetahaun tehnis) (Giddens, 2005 :44).

Menurut Zucker (Damsar, 2009 :18) memberikan batasan kepercayaan sebagai perangkat harapan yang di miliki bersama-sama oleh semua yang berada dalam pertukaran. Kepercayaan memperbesar kemampuan manusia untuk bekerjasama. Kerjasama tidak mungkin terjalin kalau didasarkan atas adanya saling percaya diantara sesama pihak yang terlibat. Kepercayaan meningkatkan toleransi terhadap ketidakpastian. Ketika pesanan suatu barang misalnya, belum datang dari mitra dagang, maka kepercayaan yang dimiliki akan menetralisir ketedakpastian tersebut, yang mana pesanan selalu tepat waktu datangnya. Penetralan merupakan suatu bentuk toleransi yang dilakukan ketidakpastian.

Kepercayaan merupakan hubungan antara dua belah pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu belah pihak malalui interaksi social (Lawang, 2004 :36). Selanjutnya Lawang menyimpulkan inti konsep kepercayaan sebagai berikut:

1. Hubungan sosial antara dua orang atau lebih, termasuk dalam hubungan ini adalah institusi, yang dalam pengertian ini diwakili orang.

2. Harapan yang ada akan tergantung dalam hubungan itu, yang kalau direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak

(8)

3. Interaksi yang memungkinkan hubungan dan harapan itu berwujud (Damsar, 2009 :186)

2.2.2. Jaringan Sosial Sebagai Modal Sosial

Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antara banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainya. mengatakan bahwa satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan perhatiannya pada struktur mikro hingga makro. Artinya, bagi teori jaringan, aktor (pelaku) mungkin saja individu tetapi mungkin pula kelompok, perusahaan dan masyarakat. Hubungan dapat terjadi struktur sosial skala luas maupun ditingkat yang lebih mikroskopik (Ritzer, Daugleas. 2004 :383).

Granoveter melukiskan hubungan ditingkat mikro itu seperti tindakan yang “melekat” dalam hubungan pribadi konkrit dan dalam hubungan struktur (jaringan) hubungan itu. Hubungan ini berlandaskan gagasan bahwa setiap aktor (individu atau kolektifitas) mempunyai akses berbeda terhadap sumber daya yang bernilai (kekayaan, kekuasaan, informasi) akibatnya adalah bahwa sistem yang berstruktur cenderung terstratifikasi komponen tertentu dan tergantung pada komponen yang lain. Jaringan sosial dihubungkan dengan bagaimana individu terkait satu dengan yang lainya dan bagaimana ikatan aplikasi melayani baik sebagai pelicin untuk memperoleh sesuatu yang dikerjakan maupun sebagai perekat yang memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosial (Damsar, 2002 :35).

(9)

Kedhusin (Rudito, Famiola, 2008 :147) menjelaskan bahwa ada tiga jaringan sosial adalah

1. Jaringan individu (ego centric) adalah sebuah jaringan yang berhubungan dengan model tunggal atau individu, contohnya teman baik saya. Dalam hal ini ada satu titik Point yang akan menjadi sentral pengamatan.

2. Sedangkan jaringan sosial (social-centric) digambarkan dalam model dan batasan analisisnya, seperti jaringan antar mahasiswa dalam sebuah kelas, jaringan pekerja dan manajemen dalam sebuah pabrik atau tempat kerja. Jadi jaringan dibentuk dengan model jaringan tertutup dan yang paling penting jaringan ini mempelajari dan cari struktur dari jaringan yang ada dalam batasan wilayah yang sudah ditentukan tersebut.

3. Jaringan terbuka (open System) batasan tidak dianggap penting. Sebagai contoh, jaringan elit politik, jaringan antar perusahaan, jaringan antar mahasiswa dan lain-lain.

Ada empat bentuk kekuatan yang dapat dilihat dari suatu jaringan sosial yaitu:

1. Intensity adalah kekuatan hubungan dapat diukur dari derajat atau frekuensi kontak individu dalam kominiti tersebut pada waktu tertentu.

2. Reciprocity adalah derajat individu-individu dalam kominitas tersebut untuk melakukan pertukaran secara timbal balik

(10)

3. Kejelasan terhadap pengharapan dari hubungan yang terjalin antar individu dalam komuniti yang diamati

4. Multiplexity adalah derajat jenis banyak peran yang dilakoni oleh individu dalam komoniti atau pranata (Rudito, Famiola. 2008 :49).

2.2.3. Pranata Sosial sebagai Modal Sosial

Menurut Koenjaraningrat, Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang terpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks- komplek kebutuhan khusus dalam kehidupan bermasyarakat (Soerjono, 1990 :217). Defenisi tersebut menekankan pada sistem tata kelakuan, atau norma-norma untuk memenuhi kebutuhan. Pranata merupakan elemen inti yang tidak bisa dilepaskan dari konsepsi modal sosial. Pranata merupakan pendorong bagi terciptanya hubungan kerjasama yang saling menguntungkan.

Fukuyama menunjuk pada serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok memungkinkan terjalinnya kerjasama diantara mereka (Lawang, 2004 :180). Norma-norma akan berperan dalam mengontrol bentuk hubungan antara individu pada suatu entitas sosial tertentu. Aturan-aturan tersebut biasanya tidak tertulis, namun demikian dipahami oleh setiap individu dalam konteks hubungan sosial ekonomi. Aturan-aturan tersebut misalnya, bagaimana cara menghormati dan manghargai orang lain, norma untuk tidak mencurigai orang lain, norma untuk selalu bekerjasama dengan orang lain, merupakan contoh norma yang ada. Norma dan aturan yang terjaga dengan baik akan berdampak positip bagi kualitas hubungan yang terjalin

(11)

serta merangsang berlangsungnya kohesifitas sosial yang hidup dan kuat (Hasbullah, 2006 :13).

Menurut Summer (Soerjono, 1990 :219) ada tiga fungsi dari pranata, yaitu:

1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat terutama menyangkut kebutuhan.

2. Menjaga kebutuhan masyarakat

3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial

Norma dan nilai-nilai yang ada pada suatu masyarakat merupakan unsur yang terkandung dalam pranata sosial. Norma dan nilai-nilai mempunyai sanksi sosial. Dalam rumusan Robert D. Putnam (1995), modal sosial menunjuk pada ciri-ciri organisasi sosial yang terbentuk jaringan-jaringan horizontal yang didalamnya berisi norma-norma yang memfasilitasi koordinasi, kerjasama dan saling mengendalikan yang manfaatnya bisa dirasakan bersama anggota organisasi.

2.3. Penerapan Modal Sosial dalam Aktivitas Institusi Ekonomi.

James Coleman (Fukuyama, 2002 :12) Mendefenisikan Social capital yakni kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama dalam berbagai kelompok dan organisasi. Teori tentang modal sosial menyatakan bahwa jaringan hubungan merupakan sebuah sumber daya yang dapat digunakan untuk pelaksanaan kegiatan sehari-hari. Para anggota jaringan “modal“, misalnya

(12)

dalam bentuk istimewa yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, akses informasi, ketersedian peluang, dan status sosial.

Kemampuan masyarakat untuk dapat saling bekerjasama tidak terlepas dari adanya peran modal sosial yang mereka miliki. Hakikat modal adalah hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan sehari-hari warga masyarakat. Dengan membangun suatu hubungan satu sama lain, dan memelihara agar terjalin terus, tujuan bersama akan dapat tercapai. Modal sosial bukan milik individual, melainkan sebagai hasil dari hubungan sosial antara individu. Modal sosial menjadi hal yang sangat vital dibutuhkan dalam perkembangan ekonomi. Francis Fukuyama menunjukan hasi-hasil studi di berbagai negara bahwa modal sosial yang kuat akan merangsang pertumbuhan diberbagai sektor ekonomi, karena adanya tingkat rasa percaya yang tinggi dan keeratanya hubungan dalam jaringan yang luas tumbuh antar sesama pelaku ekonomi. Ia mendefenisikan modal sosial adalah segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan dan didalamnya diikat oleh nilai-nilai yang akan manjadi resep kunci bagi keberhasilan pembangunan disegala bidang ekonomi dan demokrasi (Hasbullah, 2006 :8).

Sikap partisipatif, sikap saling memperlihatkan, saling memberi dan menerima saling percaya mempercayai dan diperkuat oleh nilai-nilai dan norma yang mendukungnya merupakan beberapa nilai dan unsur modal sosial. Nilai-nilai sosial yang positif dapat dilihat dari besarnya tingkat kepercayaan dalam masyarakat dan organisasi sosial yang bertahan.

(13)

2.3. Pengentasan Kemiskinan Melalui Program Pemberdayaan

Pemberdayaan yang dalam bahasa Inggris “empowerment” bermakna pemberian kekuasaan karena power bukan sekadar daya, tetapi juga kekuasaan, sehingga kata daya tidak saja bermakna mampu tetapi juga mempunyai kuasa. Pemberdayaan adalah “proses menjadi” bukan sebuah “proses instan”. Sebagai proses, pemberdayaan mempunyai tiga tahapan yaitu penyadaran, pengakapasitasan dan pendayaan. Hikmat menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi rakyat, tetapi juga peningkatan harkat martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya, serta terpeliharanya budaya setempat (Hikmat, 2001).

Suharto berpendapat bahwa pemberdayaan adalah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya (Suharto, 2005).

(14)

2.3.1. Pemberdayaan Masyarakat dan Proses Pembangunan Sektor Informal

Masyarakat harus menjadi pelaku utama dalam pembangunan ini merupakan prinsip pembangunan berpusat pada rakyat. Perlunya restrukturisasi dalam system pembangunan sosial pada tingkat mikro (masyarakat lokal), mikro (kelembagaan) dan makro (kebijakan) untuk mendukung prinsip pembangunan yang berpihak pada rakyat (Adimihardja dan Hikmat, 2003).

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat, agar mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan. Menurut Hikmat, konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang sekarang dalam kondisi tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan ketidak berdayaan (Hikmat, 2001: 3).

Arus migrasi desa-kota yang cukup besar tidak semuanya terserap disektor industri modern dikota, karena keterbatasan sektor industri modern dan tidak semua migran memiliki skill atau kemampuan untuk masuk kesektor industri modern tersebut. Hal ini mengakibatkan para migran yang tidak dapat masuk kesektor industri modern lebih memilih sektor informal yang relatif mudah untuk dimasuki. Agar tetap dapat bertahan hidup (survive), para migran yang tinggal dikota melakukan aktifitas-aktifitas informal (baik yang sah dan tidak sah) sebagai sumber mata pencaharian mereka. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan daripada menjadi pengangguran yang tidak memiliki penghasilan atau memiliki penghasilan tetapi rendah dan tidak tetap.

(15)

Beberapa jenis “pekerjaan” yang termasuk di dalam sektor informal, salah satunya adalah pedagang kaki lima, seperti warung nasi, penjual rokok, penjual Koran dan majalah, penjual makanan kecil dan minuman, dan lain-lainnya. Mereka dapat dijumpai di pinggir-pinggir jalan di pusat-pusat kota yang ramai akan pengunjung. Mereka menyediakan barang-barang kebutuhan bagi golongan ekonomi menengah ke bawah dengan harga yang dijangkau oleh golongan tersebut. Tetapi, tidak jarang mereka yang berasal dari golongan ekonomi atas juga ikut menyerbu sektor informal.

2.4. Pekerjaan Wanita di Bidang nafkah

Adanya norma yang cukup kuat bahwa wanita sebagai istri atau ibu rumah tangga, terlibat pula dalam pekerjaan dibidang nafkah, dengan mempunyai dua peranan itu wanita tidak dapat dipisahkan dari kehidupan rumah tangganya dan kehidupan dalam masyarakat luas. Dengan demikian segala usaha untuk meningkatkan penghasilan wanita, berarti pula usaha itu akan meningkatkan pengahsilan rumahtangganya. Untuk ini perlu diperhatikan beberapa pokok seperti berikut:

1) Mengingat waktu luang yang sangat terbatas bagi wanita kerena beban pekerjaan rumahtangga pendidikan kepada wanita sebaiknya disesuaikan dengan kepentingannya dan memperlihatkan pembagian waktu yang ada (pendidikan fungsional).

2) Pendidikan tersebut memerlukan pemimpin lokal atau kader wanita yang dipilih dari wilayah itu sendiri yaitu wanita yang mempunyai pengalaman atau pendidikan yang agak lebih, tetapi yang paling penting adalah yang

(16)

3) Meningkatkan imbalan kerja wanita dalam kegiatan-kegiatan yang ada. Dalam hal ini, bukan hanya pendidikan dan ketrampilan, tetapi juga faktor kekurangan modal yang perlu diatasi, dan berbagai faktor lainnya, misalnya kesulitan dalam penyimpanan dan pemasran hasil produksi.

4) Dalam membantu meningkatkan imbalan kerja wanita dari rumahtangga pada lapisan yang mampu, sangat diperlukan disamping peningkatan pendidikan wanita tersebut yang lebih beruntung, usaha untuk meningkatkan dirinya dalam manjemen, pemasaran dan membiasakan diri untuk berusaha secara komperatif (Sajogyo 1983 :199)

Dengan demikian, sektor informal memiliki peranan penting dalam memberikan sumbangan bagi pembangunan perkotaan, karena sektor informal mampu menyerap tenaga kerja (terutama masyarakat kelas bawah) yang cukup signifikan sehingga mengurangi problem pengangguran diperkotaan dan meningkatkan penghasilan kaum miskin diperkotaan. Selain itu, sektor informal memberikan kontribusi bagi pendapatan pemerintahan kota. Juga pentingnya hubungan kemitraan dibangun suatu strategis bisnis yang dilakukan oleh duapihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Menurut John L. Mariotti (dalam Hafsah 2000 : 51) dimulai dengan mengenal calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya, memulai membangun strategi, melaksanakan dan terus memonitor dan mengevaluasi samapai target sasaran tercapai. Maka pokok permasalahan dalam pelaksanaan kemitraan adalah upaya pemberdayaan pertisispasi kemitraan yang lemah.

(17)

Dalam program pemberdayaan masyarakat harus melihat aktifitas-aktifitas informal yang tidak hanya terbatas pada pekerjaan-pekerjaan dipinggiran kota-kota besar, tetapi bahkan juga meliputi berbagai macam aktifitas ekonomi. Aktifitas-aktifitas informal tersebut merupakan cara melakukan sesuatu yang ditandai dengan: Mudah untuk dimasuki, Bersandar pada sumber daya lokal, Usaha milik sendiri Operasinya dalam skala kecil, Padat karya dan teknologinya bersifat adaptif, Keterampilan dapat diperoleh diluar sistem sekolah formal, dan Tidak terkena secara langsung oleh Regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif yang didalam mampu memenuhi kebutuhan masyarakat kecil. (www.pondokinfo.com/index.php/pondok-realita/-masyarakat/-sektor-informal-permasalahan-dan-upaya-mengatasinya.html)

Pembangunan sosial merupakan sumber gagasan dari awal konsep pemberdayaan masyarakat, bermaksud membangun keberdayaan yaitu membangun kemampuan manusia dalam mengatasi permasalahan hidupnya. Dalam pembangunan sosial ditekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat sebagai upaya mengentaskan kemiskinan Menurut Hadiman dan Midgley menyatakan bahwa model pembangunan sosial menekankan pentingnya pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan kelompok marginal, yakni peningkatan taraf hidup masyarakat yang kurang memiliki kemampuan ekonomi secara berkelanjutan. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui:

1. Menumbuhkembangkan potensi diri (produktivitas masyarakat) yang lemah secara ekonomi sebagai suatu asset tenaga kerja.

(18)

pelayanan yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan produktivitas dan partisipasi social dalam kehidupan masyarakatnya (Suharto, 2005 :5).

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan promosi kesehatan melalui pemberian leaflet diketahui berdasarkan diagram 8 diketahui bahwa motivasi responden untuk menyusui secara eksklusif

Dalam KMA Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pedoman Diklat PNS di lingkungan Depag disebutkan (pasal 1 ayat 16) disebutkan bahwa “Lembaga Diklat di lingkungan

Di sisi lain, kualitas pelayanan yang diberikan oleh petugas pusat pelayanan pelanggan juga dipengaruhi oleh kualitas internal, sehingga penelitian ini perlu

Kandungan klorofil TBM-2 kelapa sawit menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan pemupukan unsur Ca pada 15– 26 BST, hal ini sesuai dengan

Gambar 1. Kegiatan Koordinasi Tempat, Agenda Kegiatan di Desa Sukajadi.. pendampingan kepada masyarakat desa sumber harum dan desa margarahayu Adapun alur pelaksanaan program

Berdasarkan hasil penelitian ini, metode bradford merupakan metode yang paling baik untuk digunakan dalam analisis gelatin dalam sampel tablet, karena semua sampel

Hukum pidana sebagai salah satu upaya untuk penyelesaian setiap permasalahan yang terjadi di masyarakat baik itu kejahatan maupun pelanggaran sangat diharapkan memberikan solusi

Pada tahun yang sama ditahun 2013 juga ditemukan penelitian mengenai desentralisasi dan otonomi daerah dengan judul “Jalan Damai dari Lembah Yamo” Kajian Akademik: Rencana