• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yulia Permata 3, Muazza 1 dan Fachrudyansah 2 FKIP Universitas Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Yulia Permata 3, Muazza 1 dan Fachrudyansah 2 FKIP Universitas Jambi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN TERPADU MODEL JARING LABA-LABA (Webbed Model’s) TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VII MADRASAH

TSANAWIYAH NEGERI JAMBI LUAR KOTA

Yulia Permata

3

, Muazza

1

dan Fachrudyansah

2

FKIP Universitas Jambi

YuliaPermata777@yahoo.com

ABSTRAK

Penyebab rendahnya hasil belajar IPS Terpadu siswa Karena dalam pelaksanaa pembelajaran penyampaian materi masih dilaksanakan secara terpisa, pada mata pelajaran IPS Terpadu masih terpisah dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar sejarah, geografi, ekonomi ,sosiologi tanpa ada keterpaduannya didalamnya, sehingga salah satu upaya mengaktifkan siswa dalam belajar yaitu dengan penggunaan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba. Perihal pemilihan model ini merupakan hal dasar yang dapat berpengaruh besar terhadap jalannya proses pembelajaran, dan lebih dari itu secara langsung dapat berpengaruh pula terhadap tercapainya tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Jambi Luar kota.

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiah Negeri Jambi Luar Kota. Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen semu dengan bentuk desain control Group pretest-posttest Desigh. Subjek dalam penelitian adalah seluruh kelas VII yang berjumlah 2 kelas dengan total 56 siswa, dimana kelas VII A dijadikan sebagai kelas kontrol dan VII B sebagai kelas eksperimen. Data diperoleh dari nilai Pretest dan post test dan instrument yang digunakan

(2)

dalam pengambilan data penelitian berupa test objektif dengan empat pilihan jawaban berjumlah 26 soal yang disesuaikan dengan materi pokok bahasan pada penelitian.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar kelas kontrol dan diketahui bahwa thitung > ttabel yaitu 4,944 > 2,048. Hal ini menyatakan bahwa H0 ditolak dan Ha

diterima. Sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh Pembelajaran

Terpadu Model Jaring Laba-laba (Webbed Model’l) terhadap hasil belajar

siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII Madrasah Tsanawiah Negeri Jambi Luar Kota.

Kata Kunci : Pembelajaran Terpadu Model Jaring Laba-laba, Hasil Belajar

LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah merupakan mata pelajaran atau bidang kajian yang mendukung konsep dasar berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan pertimbangan psikologis, serta kebermaknaanya bagi siswa dalam kehidupannya mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), dan mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, khususnya dalam bidang ilmu sosial di perguruan tinggi. Pendidikan IPS bukanlah suatu program pendidikan disiplin ilmu tetapi suatu kajian tentang masalah-masalah sosial yang dikemas sedemikian rupa dengan mempertimbangkan faktor psikologis perkembangan peserta didik dan beban waktu kurikuler untuk program pendidikan. (Depdikbud, 1996: 3).

Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses yang dalam pelaksanaan pembelajarannya mempunyai beberapa ciri di antaranya berpusat pada anak (student centered), proses pembelajaran mengutamakan pemberian langsung, pemisah antara bidang studi tidak terlihat jelas, menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu materi pelajaran, menggunakan prinsip belajar sambil

(3)

bermain dan menyenangkan, mengembangkan komunikasi peserta didik, lebih mengembangkan proses dari pada isi. (Syafaruddin, Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat 2012 hlm.153)

Dari hasil observasi awal pada tanggal 27 oktober 2013 dilihat dalam pelaksanaan pembelajaran IPS terpadu di kelas VII penyampaian materinya sebagian besar masih dilaksanakan secara terpisah, pada pembelajaran IPS masih terpisah dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi tanpa ada keterpaduan didalamnya. dan diperoleh informasi dari guru mata pelajaran IPS bahwa latar belakang guru yang mengajar merupakan guru disiplin ilmu tertentu seperti geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, sehingga sulit untuk melakukan pembelajaran yang memadukan antar disiplin ilmu tersebut. Dan dapat dilihat pula dari rendahnya nilai ulangan harian siswa kelas VII pada tahun ajaran 2012/2013 seperti tabel berikut :

KELAS

Nilai ulangan harian Rata-rata ulangan

Harian I

Rata-rata ulangan Harian II

Rata-rata ulangan harian I dan Rata-rata ulangan harian II VII A VII B 65,00 60,28 69,23 60,07 67,11 60,17 Sumber: Guru IPS-terpadu Kelas VII

Dari nilai rata-rata tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai IPS terpadu siswa kelas VII B lebih rendah dari pada kelas VII A, Standar ketuntasan minimum yang diberikan guru mata pelajaran IPS terpadu ialah 70. Dari 28 orang jumlah siswa, terdapat 17 orang siswa yang memperoleh nilai dibawah ketuntasan setara dengan 60,71% dan 11 siswa memperoleh nilai diatas ketuntasan setara dengan 39,29%.

Dilihat dari data diatas, maka diperlukan suatu upaya untuk membuat suatu pembelajaran lebih menarik dan meningkatkan tugas guru yang semula hanya mengajar siswa menjadi membelajarkan siswa, dengan cara menciptakan situasi dan kondisi yang dapat membuat siswa terlibat secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung, dan tugas guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing, dan motivator. Salah satu upaya untuk mengaktifkan siswa dalam proses

(4)

pembelajaran yaitu guru harus dapat menerapkan berbagai model dan pendekatan belajar yang mampu mengaktifkan siswa dalam belajar. salah satu nya dengan cara menerapkan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba ( webbed model’s).

Model jaring laba-laba (Fogarty:1991) adalah pembelajaran yang mengintegrasikan materi pengajaran dan pengalaman belajar melalui keterpaduan tema, tema menjadi pengikat keterkaitan antara satu tema pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Model jaring laba-laba merupakan suatu model yang dalam pembelajarannya mengaitkan beberapa bidang studi mata pelajaran. Siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil pengalaman sendiri, Dalam pelaksanaannya siswa dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama (Sukmadinata, 2002).

Berdasarkan latar belakang masalah yang ditemukan, maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian mengenai model pembelajaran di kelas VII Madrasah Tsanawiah Negeri Jambi Luar Kota, dengan judul “ Pengaruh Pembelajaran Terpadu Model Jaring Laba-laba (Webbed Model’s) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII Madrasah Tsanawiah Negeri Jambi Luar Kota’’.

TUJUAN PENELITIAN

Adapaun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba pada mata pelajaran IPS terpadu kelas VII Madrasah Tsanawiah Negeri Jambi Luar Kota.

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba dan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional ( metode ceramah ) pada mata pelajaran IPS terpadu kelas VII Madrasah Tsanawiah Negeri Jambi Luar Kota.

(5)

KAJIAN PUSTAKA

Hasil Belajar

Pengertian Hasil Belajar

Menurut slameto (2003:2) belajar merupakan usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Setelah siswa mengalami proses belajar tertentu akan diperoleh hasil belajar. Hasil belajar akan mengambarkan tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Sudjana (2001:22) menyatakan hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Tinggi rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa tentu oleh banyaknya faktor yang mempengaruhinya. Menurut Anitah (2008) Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, pertama adalah faktor dari luar individu (ekstern) yang meliputi, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, kedua adalah faktor dari dalam (intern) yang meliputi, motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, Ketiga adalah kondisi fisikologis, keempat adalah faktor instrumental yang meliputi kurikulum, program, sarana, fasilitas, dan guru.

Hasil belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang berprestasi optimal dalam suasana belajar yang baik. Perubahan yang baik dalam prestasi belajar yang diharapkan, prestasi tersebut dapat berupa penguasaan, penggunaan sikap dan keterampilan dalam berbagai bidang menurut Ekaswara (1984:2).

Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk individual yang selalu inggin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik (sudjana,2005;22).

(6)

Menurut Djamarah (2002;142), bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar adalah:

1. Faktor internal lingkungan 2. Faktor Instrumental 3. Faktor fisiologis 4. Faktor psikologis 5. Faktor Internal.

Pengertian Pembelajaran Terpadu Model Jaring Laba-laba

Beberapa pengertian dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh beberapa orang pakar pembelajara terpadu di antaranya: Pertama menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif, yaitu kurikulum terpadu (integrated

curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integerated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai

materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidakla ketat atau boleh dikatakan tidak ada.

Model jaring laba-laba (Fogarty:1991) adalah pembelajaran yang mengintegrasikan materi pengajaran dan pengalaman belajar melalui keterpaduan tema, tema menjadi pengikat keterkaitan antara satu tema pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Model jaring laba-laba merupakan suatu model yang dalam pembelajarannya mengaitkan beberapa bidang studi mata pelajaran. Siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil pengalaman sendiri, Dalam pelaksanaannya siswa dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama (Sukmadinata, 2002).

(7)

Model jaring laba-laba ini menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang berkesan agar belajar siswa lebih bermakna. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Selain itu dengan penerapan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba yang menggunakan pendekatan tematik, akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang masih melihat segala sesuatu dengan satu kesatuan.

Karakteristik Model Jaring Laba-laba

Pembelajaran terpadu memiliki beberapa macam karakteristik, seperti menurut Hilda Karli (2003: 53) mengungkapkan bahwa:

1. Pembalajaran terpusat pada anak

2. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan 3. Belajar melalui proses pengalaman langsung

4. Lebih memperhtikan proses dari pada hasil semata

5. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain yang menyenangkan 6. Mengembangkan Komunikasi Peserta Didik

Karakteristik model jaring laba-laba meliputi, pembelajaran terpusat pada anak, menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, belajar melalui pengalaman langsung, lebih memperhatikan proses dari pada hasil semata,

menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan,

mengembangkan komunikasi peserta didik.

Kelebihan dan kekurangan Model Jaring Laba-laba

Kelebihan dari model jaring laba-laba (Indrawati, 2009) meliputi:

a. Dalam pembelajarannya tema sesuai dengan minat akan memotivasi anak untuk belajar

b. Lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman c. Dapat memotivasi siswa

e. Memberikan kemudahan bagi anak didik dalam kegiatan-kegiatan dan ide-ide berbeda yang terkait.

Pengaruh Pembelajaran Terpadu Model Jaring Laba-laba Terhadap Hasil Belajar Siswa

(8)

Model jaring laba-laba (Fogarty:1991) adalah pembelajaran yang mengintegrasikan materi pengajaran dan pengalaman belajar melalui keterpaduan tema, dalam pelaksanaan pembelajarannya tema menjadi pengikat keterkaitan antara satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Model jaring laba-laba merupakan suatu model yang dalam pembelajarannya mengaitkan beberapa bidang studi mata pelajaran. Siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil pengalaman sendiri, siswa dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama (Sukmadinata, 2002).

Pembelajaran terpadu model jaring laba-laba merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa dan berpusat pada anak, karena pada dasarnya pembelajaran terpadu model jaring laba-laba merupakan suatu pembelajaran yang memberikan keleluasan kepada siswa, baik secara individu maupun kelompok dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya (Fogarty:1991). Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan dalam suatu tema yang subur di jaring laba-laba sehingga peserta didik belajar lebih dari satu mata pelajaran dalam waktu yang sama, maka diharapkan nantinya dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa (Forgarty,1991: 15). Dalam penelitian ini target keberhasilan yang ingin dicapai sebesar 60,7% dengan jumlah 17 orang siswa yang dalam hasil ulangan harian IPS terpadu mendapat nilai dibawah ketuntasan. Berdasarkan uraian diatas terdapat pengaruh pembelajaran terpadu model jaring laba-laba terhadap hasil belajar.

(9)

DESAIN PENELITIAN

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

Nonrandomized Control Pretest-posttes Desigh (Sukardi, 2005 : 186).

Tabel . 3.1 Rancangan Penelitian

Grup Pre-test Variabel Terikat Pos-test

Eksperimen Y1 X Y2

Kontrol Y1 - Y2

.

PEMBAHASAN

Berdasakan hasil penelitian melalui tes akhir pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban (a, b, c, d dan e) dari 30 butir soal yang akan direncanakan, setelah diujicobakan pada kelas X ternyata setelah dianalisis dari 30 soal hanya 26 soal yang dianggap memenuhi kreiteria untuk dijadikan soal pre test dan soal postest yang akan diujikan pada kelas ekperimen dan kelas kontrol.

Berdasarkan data awal penelitian yaitu nilai pre-test, menunjukan bahwa rata-rata kelas eksperimen dan kelas control relative sama. Hal ini ditunjukan dari data pre-test kedua kelas tesebut. Pada kelas eksperimen rata-rata kemampuan awal 35,85, sedangkan pada kelas kontro 36,25, yang arttinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini menunjukan bahwa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kemampuan awal yang relatif sama.

Setelah dilakukan pembelajaran pada kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran terpadu model jaring laba-laba terdapat perbedaan nilai dengan kelas yang diajarkan menggunakan model konvensional. Dari perhitungan statistik dapat dilihat bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu dikelas VII pada kelas eksperimen lebih tinggi (x) = 78,57 simpangan baku (S) = 12,81 dan varians (S2)= 164,14 bila dibandingkan dengan perolehan nilai pada kelas kontrol (X) 60,03, simpangan baku (S)= 11,09 dan varian (S2) = 123,02 Perbedaan ini disebabkan dari perlakuan yang diberikan.

Hasil gambaran ini mengungkapkan gambaran tentang pengaruh penerapan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Jambi Luar

(10)

berdasarkan perhitungan thitung > ttabel (4,37 > 2,048) maka Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga hipotesi (Ha) yang menyatakan terdapat pengaruh penerapan pemebelajaran terpadu model jaring laba-laba terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Jambi Luar Kota diterima pada taraf signifikan 95 %.

Hasil penelitian ini mengungkapkan pada proses pembelajaran terlihat bahwa pada kelas eksperimen suasana belajar lebih hidup karena siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, siswa lebih tertarik karena model pembelajaran ini memberikan kesempatan pada proses pembelajaran yang terjadi dalam kelompok siswa diajak untuk belajar melalui proses pengalaman langsung dan belajar lebih dari satu mata pelajaran dalam waktu yang sama. Sementara pada kelas kontrol siswa kurang aktif dan cenderung hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru dan jarang memberikan pendapan atau komentar sehingga pengetahuannya terbatas. Sehingga penggunaan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba dalam proses belajar mengajar berpengaruh terhadap peningkatan efektivitas pembelajaran dan hasil belajar siswa yang bersangkutan. Semua guru yang menginginkan supaya dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan harapan dan keinginan yang dicapai setelah proses belajar mengajar berakhir. Agar apa yang diharapkan dapat berhasil maka dengan demikian perlu adanya perubahan-perubahan dalam proses pembelajaran.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data serta pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa IPS Terpadu yang diajarkan menggunakan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba dengan yang diajar menggunakan model konvensional. Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil belajar siswa dengan rata-rata 80,77 untuk kelas yang diajarkan dengan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba dan 70,74 untuk kelas yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.

SARAN

Kepada Guru, terutama guru mata pelajaran IPS Terpadu sebaiknya dalam melalukan pengajaran dengan menggunakan model yang bervariasi salah satunya yaitu dengan penggunaan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba jangan

(11)

hanya berbentuk dengan gaya menjelaskan, berceramah dan membaca buku yang secara tidak langsung membuat murid menjadi bosan dengan kegiatan belajar, sehingga pembelajaran IPS Terpadu menjadi pembelajaran membosankan bagi siswa. Banyak cara sederhana yang digunakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam menumbuhkan rasa semangat dan percaya diri pada siswa, salah satunya yaitu dengan menggunakan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba. Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk dapat melaksanakan penelitian pada pokok bahasan yang lain dan dalam ruang lingkup yang lebih luas.

DAFTAR BACAAN

Aunurrahman, 2009.BelajardanPembelajaran.Bandung :Alfabeta

Arikunto, A.2002.Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Yogyakarta :

PT.Rineka Cipta.

Fogarty,Robin. 1991. Constructing knowledge together classroom as center of

inquiry and literacy. Portsmoth. NH : Heineman.

Forgarty R. 1991. The Mindful School: How to Integrate the Currucula. Palatine, lilinois:IRI/Skylight Pusblising. Inc.

Trianto dan Titik Triwulan Tutik. 2006. Tinjauan Yuridis Hak Sera Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Indrawati, 2009. Model Pembelajaran Terpadu, PPPPTK IPS

Nasution, S, M.A Dr, Prof. 1996. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumim Aksara

Nurmawati, Lilik. Penggunaan Model Webbed Dalam Pembelajaran Terpadu

Untuk Meningkatkan Pemahaman Berbagai Kompetensi

http://library.um.ac.id

Slameto.2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 1996. Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S2 jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2002a. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2002a. Pengembangan Silabus Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas

(12)

Depdiknas. 2006b. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta: Depdiknas

http://rbaryans.wordpress.com/2007/04/19/mengapa-memilih-pembelajaran-terpadu/

http://begawanafif.blogspot.com/2009/02/model-webbed.html

Slameto. 2003. BelajardanFaktor-Faktor Yang mempengaruhinya. Jakarta :RinekaCipta.

Sudjana, Nana. 2002. MetodeStatistik. Bandung :Tarsito

Sudjana. 2005.Teknologi Pengajaran.Bandung. Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono.2008. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D.Bandung. Alfabeta.

Sugiyono.2008.Statistic Untuk Penelitian .Bandung:Alfabeta. ---.2006. Statistic Untuk Penelitian .Bandung:Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metote penelitian pendidikan (pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D).Bandung:Alfabeta

Slameto.2003. Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Winataputra,S.Udin. 1993. BelajarMengajar Yang Efektif.Jakarta : PT BinaKarya

Wingkel. 1991. Media Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cifta

http://www.pbs_psma.org/content/blog diakses pada 20 september 2013 http://www.pbs.org/content/blog di akses pada tanggal 30 agustus 2013

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perencanaan dan perancangan “Desain Kantor Majelis Daerah GPdI di Manado”, penulis menggunakan metode pendekatan tipologi bentuk dan fungsi dari kantor dengan tambahan

Harry Widyantoro, M.Si selaku Dosen Wali yang telah memberikan arahan dan saran kepada peneliti selama belajar di STIE.

Sebagai perbandingan saja jika 90% HCl telah bereaksi dengan NaOH maka konsentrasi H + dalam larutan berkisar 5,3.10-3 M dan pHnya adalah 2,3, dan secara gradual pHnya akan

Visual Analogue Scale (VAS) adalah instrumen pengukuran nyeri yang digunakan pada pasien dewasa dan anak-anak yang tidak dapat menjelaskan intensitas nyeri yang dirasakan,

[r]

Bentuk tulang pada manusia bipedal dan primata quadrupedal mirip tetapi terdapat perbedaan pada ukuran dan bentuk dari skeleton appendicularnya yang menyebabkan

1) Data primer, adalah data yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan penelitian yang sedang ditangani (Istijanto 2006). Data ini dikumpulkan secara langsung dari lapangan,

Teknik Analisis Data Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana, analisis regresi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara