7
RENCANA STRATEGIS
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
TAHUN 2007 - 2010
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KABUPATEN GUNUNGKIDUL8 KEPUTUSAN
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
NOMOR 188/56/XII/2007
TENTANG
RENCANA STRATEGIS
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
TAHUN 2007 – 2010
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Mengingat : a. bahwa Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2006 – 2010 BAPPEDA Kabupaten Gunungkidul telah ditetapkan dengan Keputusan Kepala BAPPEDA Kabupaten Gunungkidul;
b. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 12 Tahun 2006 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, maka terhadap Renstra BAPPEDA Kabupaten Gunungkidul dimaksud perlu diadakan revisi guna menyesuaikan peraturan perundang-undangan yang baru;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, dipandang perlu menetapkan Keputusan Kepala BAPPEDA Kabupaten Gunungkidul tentang Rencana Strategis BAPPEDA Kabupaten Gunungkidul Tahun 2007 – 2010.
Menimbang : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3. Undang-Undang Nomor Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2006 tentang Rencana Kerja Pemerintah 2007;
5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004 – 2009;
6. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 1 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Gununghkidul Tahun 2005 – 2010;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 12 Tahun 2006 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah;
9 8. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 29 Tahun 2006 tentang Uraian
Tugas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2007 - 2010.
Pasal 1.
Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2007 – 2010, yang selanjutnya disebut RENSTRA BAPPEDA adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 4 (empat) tahun sejak Tahun 2007 sampai dengan 2010.
Pasal 2.
Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2007 – 2010 adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ini.
Pasal 3.
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Wonosari pada tanggal, 2007 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN GUNUNGKIDUL, H. EKO SUBIANTORO, S.H. NIP. 490 027 281
10 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu yang paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Tuntutan gencar yang dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah untuk penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan masyarakat, disamping adanya globalisasi. Pola-pola lama dalam penyelenggaraaan pemerintahan telah tidak sesuai lagi bagi tatanan masyarakat yang saat ini berubah. Oleh karenanya, tuntutan itu merupakan hal yang wajar dan telah seharusnya direspon oleh Pemerintah dengan melakukan perubahan yang terarah, pada terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintahan Daerah maka daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Konsekuensi dari pelaksanaan Undang-Undang tersebut adalah bahwa Pemerintah Daerah harus dapat lebih meningkatkan kinerjanya dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat.
Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang baik tercermin dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban instansi untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (LAKIP). Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu instansi pemerintah daerah sesuai dengan bidang tugasnya membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintah di bidang perencanaan pembangunan, berkewajiban juga menyusun rencana strategis. Dengan demikian diharapkan agar dapat menentukan arah perkembangan dalam meningkatkan kinerjanya, yang mampu menjawab tuntutan perkembangan lingkungan strategis baik lokal regional, nasional, maupun global.
11 Rencana strategis yang disusun oleh Bappeda merupakan langkah awal untuk
melaksanakan mandat tersebut di atas, yang dalam penyusunannya perlu melaksanakan analisis terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal yang merupakan langkah yang penting dengan memperhitungan kekuatan (strenghts), kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan tantangan (threats) yang ada. Rencana ini merupakan suatu proses yang berorientasi pada proses dan hasil yang ingin dicapai dalam kurun waktu lima tahun, dengan tetap memperhatikan potensi yang ada baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam, kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang dihadapi. Rencana strategis disusun untuk jangka waktu empat tahun, dan diimplementasikan ke dalam rencana kerja (Renja) tahunan.
Dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 12 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, dan Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 29 Tahun 2006 tentang Uraian Tugas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul, maka Rencana Strategis Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Gunungkidul perlu direvisi sesuai dengan perkembangan kebutuhan.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud penyusunan Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul adalah :
1. Memberikan arah dan pedoman bagi semua personil dalam melaksanakan tugasnya untuk menentukan prioritas-prioritas di bidang perencanaan pembangunan, sehingga tujuan program dan sasaran kegiatan yang telah ditetapkan dalam kurun waktu 2007 - 2010 dapat tercapai.
2. Mempermudah pengendalian kegiatan serta pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait, monitoring, analisis, evaluasi kegiatan baik secara internal maupun eksternal. 3. Memberikan informasi kepada pemangku kepentingan (stakeholders) tentang rencana
pembangunan tahunan.
4. Menjadi kerangka dasar bagi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dalam upaya meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan.
12 Tujuan penyusunan dari Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
adalah :
1. Merencanakan perubahan dalam lingkungan yang semakin kompleks. 2. Mengelola keberhasilan organisasi secara sistemik.
3. Memanfaatkan perangkat manajerial dalam pengelolaan pemerintahan dan pembangunan.
4. Mengembangkan pemikiran, sikap dan tindakan yang berorientasi pada masa depan. 5. Memudahkan para pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menghadapi masa
depan.
6. Meningkatkan pelayanan masyarakat secara prima.
7. Meningkatkan komunikasi antar pemangku kepentingan (stakeholders).
C. Landasan Hukum
Landasan hukum penyusunan Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah :
1. Landasan Idiil : Pancasila
2. Landasan Konstitusional : UUD 1945
3. Ketetapan MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaran Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara
8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
10. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
13 11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom
12. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
13. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan Penyelenggaran Pemerintah Daerah
14. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2006 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2007
15. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 - 2009
16. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)
17. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 1 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005 – 2010
18. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 12 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah
19. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 29 Tahun tentang Uraian Tugas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul
D. Hubungan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
Hubungan dokumen Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2007 - 2010 dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005 – 2010 adalah bahwa Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan salah satu dokumen teknis operasional dan merupakan penjabaran teknis dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2005 – 2010 yang memuat visi, misi, tujuan , sasaran, strategi, kebijakan, dan indikasi rencana program lima tahunan meliputi program internal maupun eksternal, yaitu yang merupakan program SKPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, program lintas SKPD, dan program lintas wilayah.
14 E. Sistematika Penulisan
Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2007 – 2010 disusun menurut sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Landasan Hukum
D. Hubungan Renstra Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dengan Dokumen Lainnya
E. Sistematika Penulisan
BAB II : TUGAS DAN FUNGSI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
A. Struktur Organisasi
B. Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan C. Tugas dan Fungsi
D. Hal-hal Lain yang Dianggap Penting
BAB III : GAMBARAN UMUM KONDISI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
A. Kondisi Umum Perencanaan Saat Ini
B. Kondisi yang Diinginkan dan Proyeksi ke Depan C. Indikator dan Target
BAB IV : VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN
A. Visi dan Misi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul
B. Tujuan C. Sasaran D. Strategi E. Kebijakan
15 BAB V : PROGRAM DAN KEGIATAN
A. Program SKPD B. Program Lintas SKPD C. Program Lintas Wilayah
BAB VI LAMPIRAN : PENUTUP
16 BAB II
TUGAS DAN FUNGSI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
A. Struktur Organisasi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah terdiri dari : 1. Unsur Pimpinan yaitu : Kepala Badan
2. Unsur Pembantu Pimpinan yaitu : Bagian Tata Usaha yang terdiri dari Sub Bagian Umum dan Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian
3. Unsur Pelaksana yaitu :
a. Bidang Pemerintahan, Sosial dan Budaya yang terdiri dari, Sub Bidang Pemerintahan, Sub Bidang Pendidikan, Kebudayaan, dan Ketenagakerjaan, dan Sub Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
b. Bidang Perekonomian yang terdiri dari, Sub Bidang Industri dan Jasa, dan Sub Bidang Pertanian dan Kelautan
c. Bidang Fisik dan Prasarana yang terdiri dari, Sub Bidang Prasarana dan Tata Ruang, dan Sub Bidang Permukiman dan Lingkungan Hidup
d. Bidang Pengendalian yang terdiri dari, Sub Bidang Data dan Laporan, dan Sub Bidang Monitoring dan Evaluasi
4. Unit Pelaksana Teknis
5. Kelompok Jabatan Fungsional
Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul dapat dilihat pada gambar berikut :
8
Gambar 1.
Bagan Struktur Organisasi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul
KEPALA KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL BAGIAN TAT USAHA Sub Bagian Umum Sub Bagian Keu. dan Kepegawaian
BIDANG PEMERINTAHAN, SOSIAL DAN BUDAYA
BIDANG PEREKONOMIAN BIDANG FISIK DAN
PRASARANA
BIDANG PENGENDALIAN
Sub Bidang Pemerintahan
Sub Bidang Pendidikan Kebudayaan, dan
Ketenagakerjaan
Sub Bidang Industri dan Jasa
Sub Bidang Pertanian dan Kelautan
Sub Bidang Prasarana dan Tata Ruang
Sub Bidang Permukiman dan Lingkungan Hidup
Sub Bidang Data dan Pelaporan
Sub Bidang Monitoring dan Evaluasi
Unit Pelaksana Teknis Sub Bidang Kesehatan dan
B-1 B. Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan
Susunan Kepegawaian
1. Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 1. Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah
1. Strata 2 (S-2) 13 2. Strata 1 (S-1) 21 3. Sarjana Muda / D3 3 4. SLTA/SMK/KPAA 16 5. SLTP - 6. SD 1 Jumlah 54
2. Jumlah Pegawai yang Telah Mengikuti Pelatihan Penjenjangan
Tabel 2. Jumlah Pegawai yang Telah Mengikuti Pelatihan Penjenjangan
No. Nama Pelatihan Penjenjangan Jumlah
1. ADUM/ADUMLA/DIKLATPIM IV 21
2. SPAMA/ DIKLATPIM III 5
3. SPAMEN 1
B-2 3. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan
Tabel 3. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan
No. Golongan Jumlah
1. I -
2. II 10
3. III 40
4. IV 4
Jumlah 54
4. Jumlah Pegawai yang Menduduki Eselon dan Staf
Tabel 4. Jumlah Pegawai Yang Menduduki Eselon dan Staf
No. Jabatan Jumlah (Org)
1. Eselon II 1 2. Eselon III 5 3. Eselon IV 11 4. Fungsional 1 5. Staf 36 Jumlah 54
B-3 Perlengkapan
Perlengkapan yang dimiliki untuk mendukung pelaksanaan tugas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5. Perlengkapan Bappeda Kabupaten Gunungkidul
No. Nama Barang Jumlah ( Unit)
1. Mobil Kijang 3 2. Sepeda Motor 12 3. Almari Kayu 12 4. Almari Besi 21 5 Rak Kayu 13 6 Rak Besi 5 7 Meja Kayu 109 8 Meja Besi 27 9 Kursi Kayu 117 10 Meja Tamu 6 11 Meja Gambar 3 12 Filing Cabinet 39 13 Mesin Ketik 12 14 Komputer 16 15 Laptop 4 16 Kamera 6 17 OHP 3 18 Kipas Angin 14 19 AC 5 20 Mesin Roneo 2 21 Sound System 4 22 Brankas 2 23 Vacum Cleaner 1
D-4 C. Tugas Pokok dan Fungsi
1. Tugas
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas melaksanakan urusan rumah tangga Pemerintah Daerah dan tugas pembantuan di bidang perencanaan pembangunan.
2. Fungsi
Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai fungsi :
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang perencanaan pembangunan; b. perumusan kebijakan teknis di bidang perencanaan pembangunan;
c. penelitian dan pengembangan di bidang pembangunan daerah;
d. penyiapan bahan dan penyusunan perencanaan umum di bidang pembangunan;
e. penyiapan bahan dan penyusunan rencana teknis di bidang perencanaan pembangunan;
f. penyusunan program pembangunan daerah; g. penyusunan rencana strategis daerah;
h. penyusunan rencana pembangunan tahunan daerah; i. pelaksanaan koordinasi perencanaan pembangunan; j. penyusunan perencanaan kerjasama daerah;
k. pembinaan teknis perencanaan partisipatif;
l. pelaksanaan evaluasi perencanaan pembangunan daerah; dan m. pengelolaan ketatausahaan badan.
D. Hal-hal Lain yang Dianggap Penting
Kedudukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah unsur pendukung tugas Kepala Daerah di bidang perencanaan pembangunan.
D-5 BAB III
GAMBARAN UMUM KONDISI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, mekanisme perencanaan pembangunan daerah ke depan dituntut untuk semakin mengedepankan pendekatan perencanaan pembangunan partisipatif (participatory planning).
Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, sistem Perencanaan Pembangunan mencakup lima pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu :
1. politik; 2. teknokratik; 3. partisipatif;
4. atas-bawah (top-down); dan 5. bawah atas (bottom-up).
Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Kepala Daerah adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Kepada Daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan
bawah-D-6 atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat kabupaten/kota, kecamatan, dan desa.
Perencanaan pembanguann terdiri dari empat (4) tahapan yakni; 1) penyusunan rencana;
2) penetapan rencana;
3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan 4) evaluasi pelaksanaan rencana;
keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh.
Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap satu rencana untuk ditetapkan yang terdiri dari empat (4) langkah. Langkah pertama adalah penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur. Langkah kedua, masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan. Langkah berikutnya adalah melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah berikutnya adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
Tahap berikutnya adalah penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengikat semua pihak untuk melaksanakannya. Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, sedangkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah,
Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh pimpinan Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah. Selanjutnya Menteri/Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan Lembaga/satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
D-7 Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan, dan kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja mencakup masukan (input), keluaran (output), hasil (result), manfaat (benefit), dan dampak (impact). Dalam rangka perencanaan pembangunan, setiap Perangkat Daerah berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan yang merupakan dan atau terkait dengan fungsi dan tanggungjawabnya. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja kegiatan pembangunan, Perangkat Daerah mengikuti pedoman dan petunjuk pelaksanaan evaluasi kinerja untuk menjamin keseragaman metode, materi, dan ukuran yang sesuai untuk masing-masing jangka waktu sebuah rencana.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah disusun dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah. Perencanaan pembangunan daerah dimaksud disusun oleh pemerintahan daerah sesuai dengan kewenangannya yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Penyusunan perencanaan pembangunan daerah juga dimaksudkan untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
A. Kondisi Umum Perencanaan Saat Ini
Lima tahun terakhir, pada umumnya, kualitas penyelenggaraan perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Gunungkidul terus menerus mengalami peningkatan. Beberapa indikatoryang menyebabkan adanya peningkatan kualitas penyelenggaraan perencanaan tersebut meliputi :
1. Meningkatnya intensitas keterlibatan berbagai unsur pemangku kepentingan pembangunan antara lain : DPRD, LSM, Lembaga masyarakat tingkat desa, organisasi profesi, perguruan tinggi, dan sektor swasta;
2. Meningkatnya kualitas sistem perencanaan dengan terselenggaranya mekanisme perencanaan partisipatif;
D-8 4. Meningkatnya konsistensi antara dokumen perencanaan dengan mekanisme
penyusunan anggaran;
5. Meningkatnya intensitas pendampingan perencanaan di tingkat kecamatan oleh Bappeda dan SKPD terkait.
Peningkatan kualitas penyelenggaraan perencanaan tidak lepas dari meningkatnya kapasitas kelembagaan BAPPEDA meliputi kapasitas SDM, sarana dan prasarana serta sistem perencanaan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, meliputi: 1. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pendidikan formal dan diklat
fungsional;
2. Tersedianya hasil-hasil kajian perencanaan, meliputi : master plan, grand design, RDTRK, RTRW, data base, dan kajian sektor lainnya sebagai pendukung perencanaan;
3. Fasilitasi berbagai forum multistakeholders di bidang perencanaan dan perumusan kebijakan pembangunan lainnya;
4. Meningkatnya koordinasi perencanaan intern yang mantap, sinergis, dan terpadu antara lain melalui focused group discussion (FGD);
5. Pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan data dan informasi.
Namun disayangkan, peningkatan kualitas penyelenggaraan ini belum secara signifikan diikuti oleh peningkatan kualitas produk perencanaan. Hal ini disebabkan adanya beberapa tantangan dan permasalahan pokok antara lain:
1. Perubahan peraturan perundangan dan pedoman yang mengatur mekanisme perencanaan;
2. Masih adanya persepsi yang salah terhadap posisi Bappeda sebagai lembaga perencanaan;
3. Belum mantapnya mekanisme perencanaan antara Bappeda dengan SKPD dan antar SKPD;
4. Mengendurnya semangat masyarakat akibat dari menurunnya kepercayaan terhadap jaminan kepastian akan direalisasikannya rencana;
5. Lemahnya kapasitas kelembagaan perencanaan di tingkat basis yang menyebabkan kurang efektifnya proses perencanaan dan berakibat pada tumbuhnya perilaku nerabas (shortcutting);
D-9 6. Internal birokrasi: lemahnya koordinasi dan masih adanya ego sektoral antar SKPD, SKPD dengan Desa; rendahnya kapasitas dan komitmen SKPD pada proses perencanaan; rendahnya kapasitas fiskal pemerintah daerah yang berakibat pada lebarnya celah fiskal (fiscal gap);
7. Internal BAPPEDA: belum mampu menyediakan standard operating procedure (SOP) perencanaan, alat-alat praktis analisis kelayakan kegiatan yang kredibel; belum meratanya kapasitas analitik SDM perencanaan; belum optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan data, teknologi informasi dan komunikasi, penelitian dan pengembangan, serta pengendalian perencanaan pembangunan.
B. Kondisi yang Diinginkan dan Proyeksi ke Depan
Dalam kurun waktu empat tahun kedepan, dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi yang dimiliki, BAPPEDA diharapkan responsif, kreatif dan inovatif agar mampu menjawab perubahan lingkungan dan tantangan untuk mewujudkan perencanaan berkualitas dengan mengedepankan pendekatan perencanaan partisipatif diawali dengan meningkatkan kualitas perencanaan teknokratik melalui peningkatan kapasitas dan komitmen SDM perencanaan, memantapkan kelembagaan perencanaan di tingkat basis, serta koordinasi dan komunikasi antar pemangku kepentingan. Untuk mewujudkan harapan diatas, beberapa kondisi yang harus disiapkan antara lain sebagai berikut:
1. Dengan diberlakukannya UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, diharapkan empat tahun ke depan tidak lagi sering terjadi perubahan peraturan / pedoman penyelenggaraan perencanaan pembangunan, namun karena peraturan dibawah UU dimaksud belum terbit, maka perlu disikapi secara arif dan cerdas agar pelaksanaan perencanaan pembangunan tidak menyimpang dari peraturan yang akan diterbitkan.
2. Meningkatnya koordinasi antara institusi perencana dengan pemegang otoritas penganggaran, untuk menjaga konsistensi antara perencanaan dan penganggaran, dengan menyikapi secara arif dan cerdas pemberlakuan peraturan perundangan tentang perencanaan dan keuangan negara.
3. Meningkatnya kepercayaan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya terhadap mekanisme perencanaan dan kredibilitas institusi perencana.
D-10 4. Meningkatnya kapasitas SDM dan kelembagaan di tingkat basis dengan harapan
dapat meningkatkan efektivitas proses perencanaan.
5. Mantapnya koordinasi perencanaan pembangunan antar SKPD, SKPD dengan Desa guna mendukung terwujudnya perencanaan yang terintegrasi dan sinergis.
6. Meningkatnya kapasitas SDM dan unit perencanaan pada SKPD.
7. Meningkatnya kualitas kebijakan fiskal dalam menyikapi celah fiskal yang ada sehingga secara optimal dapat memanfaatkan kapasitas fiskal untuk mencapai tujuan pembangunan.
8. Tersusunnya standard operating procedure (SOP) perencanaan.
9. Tersedianya alat dan metode penilaian kelayakan dan penetapan skala prioritas kegiatan.
10. Meningkatnya kualitas SDM perencana terhadap penguasaan keahlian (skill) fungsional perencanaan yang sesuai tugas pokok dan fungsi BAPPEDA.
11. Terbukanya peluang mengikuti program beasiswa pendidikan formal.
12. Mantapnya pengelolaan dan pemanfaatan data, penguasaan teknologi informasi dan komunikasi, penelitian dan pengembangan, serta pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan.
C. Indikator
1. Tersedianya jasa surat menyurat dalam pelaksanaan agenda surat, pengarsipan, distribusi internal serta penyusunan surat keluar, dan distribusi eksternal.
2. Tersedianya jasa telepon, air, listrik, dan internet untuk memenuhi kebutuhan kantor. 3. Terselenggarakannya administrasi keuangan secara baik, lancar, dan benar.
4. Tersedianya alat dan bahan pembersih untuk mendukung pemeliharaan kantor. 5. Tersedianya jasa perbaikan peralatan kerja untuk mendukung pemeliharaan
peralatan kerja agar berfungsi lebih lama.
6. Tersedianya alat tulis kantor untuk memenuhi kebutuhan dalam operasional kantor. 7. Tersedianya jasa cetak dokumen, blangko, arsip, atau file penting lainnya.
8. Tersedianya komponen instalasi listrik untuk kebutuhan penerangan gedung kantor. 9. Tersedianya peralatan dan perlengkapan kantor untuk mendukung kelancaran
D-11 10. Tersedianya buku literatur perencanaan pembangunan dan peraturan
perundang-undangan untuk bahan referensi bagi perencana.
11. Tersedianya makanan dan minuman untuk keperluan lembur, rapat-rapat, dan menjamu tamu.
12. Tersedianya biaya koordinasi dan konsultasi ke luar daerah dalam rangka penyusunan rencana pembangunan.
13. Tersedianya jasa tenaga administrasi/teknik (tenaga kontrak) yang memadahi.
14. Terpeliharanya gedung kantor secara rutin/berkala untuk mendukung kenyamanan aparat dalam bekerja serta mantapnya pengamanan bagi aset yang ada.
15. Terpeliharanya kendaraan dinas secara rutin/berkala, roda dua dan roda empat. 16. Tersusunnya Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja.
17. Tersusunnya pelaporan keuangan semesteran.
18. Tersusunnya pelaporan prognosis realisasi anggaran. 19. Tersusunnya pelaporan keuangan akhir tahun.
20. Tersusunnya Rencana Kerja sebagai pedoman dalam pelaksanaan program/kegiatan.
21. Terselenggaranya koordinasi perencanaan bidang pengendalian yang lebih mantap dan sinergis.
22. Tersusunnya data pokok pembangunan sebagai bahan perencanaan pembangunan daerah.
23. Terfasilitasinya kegiatan penelitian, pemanfaatan bahan baku lokal, kreativitas dan inovasi masyarakat dalam Iptek melalui jaringan penelitian.
24. Tersusunnya Profil Daerah Kabupaten Gunungkidul.
25. Terlaksananya koordinasi perencanaan bidang fisik dan prasarana. 26. Tersusunnya buku promosi ekonomi daerah.
27. Terlaksananya koordinasi dan penyusunan rencana program dan anggaran Program Pembangunan Daerah Tertinggal.
28. Terlaksananya koordinasi dan fasilitasi kegiatan Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi DaerahTertinggal (P2KP-DT).
29. Terlaksananya koordinasi dan fasilitasi program/kegiatan di kawasan agropolitan dan hinterlandnya.
30. Terlaksananya koordinasi Program Grand Aid JICA dan Pengembangan Turbin Mikrohidro.
D-12 31. Tersusunnya dokumen Perencanaan Tata Kelola Limbah Rumah Tangga dan Limbah
Industri Perkotaan.
32. Meningkatnya kemampuan teknis aparat perencana.
33. Tersusunnya draft Raperda Perencanaan Transparansi dan Partisipasi Masyarakat dalam Kebijakan Publik.
34. Tersosialisasikannya Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah.
35. Terlaksananya orientasi pengembangan perencanaan pembangunan daerah.
36. Terlaksananya bimbingan teknis tentang Perencanaan Pembangunan Daerah, khususnya dalam Perencanaan Sosial dan Pro Gender Budgeting bagi aparatur perencana.
37. Terlaksananya bimbingan teknis pengendalian pembangunan. 38. Terlaksananya kegiatan jaringan penelitian pendidikan
39. Tersusunnya dokumen hasil Musrenbang Desa dan Musrenbang Kecamatan.
40. Tersusunnya rancangan RPJPD, Musrenbang RPJPD, dan Perda RPJPD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005 – 2025.
41. Tersusunnya rancangan RKPD, terselenggaranya Musrenbang RKPD dan Perda RKPD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010.
42. Tersusunnya rancangan RPJMDesa.
43. Tersusunnya dokumen Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi.
44. Terlaksananya kegiatan monitoring, evaluasi, pengendalian, dan pelaporan pelaksanaan rencana pembangunan daerah.
45. Terlaksananya koordinasi, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan pembangunan DAK dan tugas pembantuan (Non APBD).
46. Tersusunnya Master Plan Pembangunan Ekonomi Daerah Kabupaten Gunungkidul. 47. Terlaksananya kegiatan akselerasi program pengembangan Kawasan Sentra
Produksi.
48. Terselenggaranya koordinasi perencanaan pembangunan bidang ekonomi. 49. Tersusunnya Master Plan Pembangunan Pertambangan.
50. Terlaksananya sosialisasi dan orientasi kawasan karst serta daerah rawan bencana. 51. Tersusunnya Master Plan Pembangunan Pariwisata.
52. Tersusunnya Master Plan Pembangunan Pertanian Kabupaten Gunungkidul. 53. Terlaksananya koordinasi dan fasilitasi Baron Techno Park.
D-13 54. Terlaksananya koordinasi pengembangan potensi ekonomi dan teridentifikasinya
produk-produk unggulan daerah.
55. Terselenggaranya koordinasi penyusunan Master Plan Kesehatan.
56. Terlaksananya koordinasi perencanaan bidang pemerintahan, sosial dan budaya. 57. Terlaksananya koordinasi, monitoring dan evaluasi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) dan Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET) melalui P2KP.
58. Terkoordinasikannya pelaksanaan program-program subsidi pemerintah pusat. 59. Tersusunnya Dokumen Rencana Aksi Daerah Pembangunan Manusia.
60. Terkoordinasikannya perencanaan penanggulangan kemiskinan.
61. Terkoordinasikannya perencanaan pembangunan yang responsif gender.
62. Tersusunnya Master Plan Pengendalian Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. 63. Terlaksananya fasilitasi pendampingan Program WISMP dan koordinasi pengelolaan
irigasi.
64. Terlaksananya survey dan evaluasi pengembangan infrastruktur Kabupaten Gunungkidul.
65. Tersusunnya dokumen Kebijakan Rencana Aksi Daerah Pengurangan Resiko Bencana.
66. Terlaksananya koordinasi pembangunan daerah rawan bencana.
67. Tersusunnya studi potensi dan rencana penyediaan air baku serta data base air baku sistem perpipaan.
68. Terlaksananya fasilitasi BKPRD Kabupaten Gunungkidul.
69. Tersusunnya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gunungkidul. 70. Terlaksananya Review RDTRK Kecamatan-kecamatan.
71. Tersosialisasikannya kebijakan, norma, standar, prosedur dan manual pemanfaatan ruang.
72. Tersedianya data dan peta struktur geologi Kabupaten Gunungkidul.
73. Terselenggaranya kegiatan pendataan Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Gunungkidul.
74. Tersusunnya dokumen data statistik daerah sebagai bahan untuk perencanaan pembangunan.
D-14 BAB IV
VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN
A. Visi dan Misi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul
Visi BAPPEDA dirumuskan dengan memperhatikan visi Kepala Daerah yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJMD ) Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005 – 2010 yaitu Menjadi Pemerintah Daerah yang baik dan bersih, responsif, untuk mendukung terwujudnya masyarakat mandiri dan kompetitif.
Berdasarkan pada visi Kabupaten Gunungkidul diatas, visi BAPPEDA ditetapkan sebagai berikut :
“TERWUJUDNYA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH YANG
BERKUALITAS, TRANSPARAN, PARTISIPATIF, DAN AKUNTABEL”.
Perencanaan Pembangunan Daerah yang berkualitas :
Perencanaan pembangunan daerah dapat dikatakan berkualitas apabila memenuhi beberapa kriteria, dalam kerangka visi tersebut di atas ditetapkan tiga kriteria sebagai berikut :
- Berbasis kondisi lokal :
Perencanaan pembangunan didasarkan pada potensi lokal dan bertujuan untuk menjawab dan menyelesaikan permasalahan dan kebutuhan lokal. Hal ini dimaksudkan agar perencanaan pembangunan daerah akomodatif terhadap dinamika dan aspirasi masyarakat, sehingga secara efektif dan efisien dapat mewujudkan visi daerah yaitu mewujudkan masyarakat mandiri dan kompetitif.
- Mendukung perencanaan pembangunan nasional :
Perencanaan pembangunan daerah harus tetap pada kerangka dan arah perencanaan pembangunan nasional guna mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional.
D-15 Perencanaan pembangunan daerah dilandaskan pada kerangka berpikir global dan bertindak untuk kepentingan lokal (think globally act locally). Hal ini dimaksudkan bahwa perencanaan pembangunan daerah dapat memberikan arah yang tepat bagi proses pembangunan daerah sehingga mampu meningkatkan kapasitas daerah dan masyarakat menghadapi arus globalisasi.
Perencanaan Pembangunan Daerah yang Transparan :
Proses perencanaan dilaksanakan menganut prinsip keterbukaan dan menerapkan prinsip keadilan. Dapat pula diartikan pelaksanaan proses perencanaan pembangunan harus dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi-informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik dapat secara langsung diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.
Perencanaan Pembangunan Daerah yang Partisipatif :
Proses perencanaan pembangunan harus mampu mengakomodir secara obyektif berbagai kebutuhan dan aspirasi masyarakat agar dapat menghasilkan konsensus bersama menuju perubahan yang lebih baik dan diterima oleh semua pihak. Oleh karena itu dalam setiap pengambilan keputusan memerlukan keterlibatan masyarakat. Partisipasi aktif tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak positif terhadap perencanaan pembangunan. Sebaliknya apabila partisipasi masyarakat diabaikan sedangkan mobilisasi masyarakat yang dikembangkan, proses pembangunan akan terhambat bahkan akan mengalami kegagalan, karena masyarakat kurang merasa memiliki hasil-hasil pembangunan.
Perencanaan Pembanguan Daerah yang Akuntabel :
Dalam melaksanakan proses perencana dilakukan dengan terukur, baik secara kuantitas maupun kualitas, sehingga memudahkan dalam pengendalian. Akuntabillitas juga berarti menyelenggarakan perhitungan ( account ) terhadap sumber daya yang
D-16 digunakan dan adanya konsistensi terhadap hasil-hasil perencanaan yang sudah disepakati dengan pelaksanaan bersama harus dijaga dan dipelihara.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional maka perencanaan pembangunan daerah harus bersifat menyeluruh, sehingga mampu membangun sistem perencanaan pembangunan dengan pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, dan top down-bottom up.
Pendekatan Politik:
Pendekatan ini memandang bahwa proses penyusunan rencana erat kaitannya dengan proses politik. Perencanaan yang dilakukan pemerintah akan berisi rencana strategis pemerintahan yang akan berlangsung selama masa kerjanya. Dengan demikian rencana yang dibuat sifatnya menjadi sebuah dokumen politis yang akan menjadi bahan evaluasi kinerja pemerintah bersangkutan.
Pendekatan Teknokratik:
Perencanaan dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu.
Pendekatan Partisipatif:
Perencanaan dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Dengan demikian pendekatan partisipatif mensyaratkan adanya partisipasi aktif dari masyarakat untuk turut serta menentukan perencanaan pembangunan dalam sebuah hubungan yang didasarkan pada bentuk-bentuk kemitraan dengan pemerintah. Melibatkan masyarakat secara langsung akan membawa kontribusi positif dalam proses perencanaan pembangunan itu sendiri, sehingga terhindar dari peluang terjadinya manipulasi karena akan memperjelas apa yang sebetulnya dikehendaki oleh masyarakat, memberi nilai tambah pada legitimasi perumusan perencanaan dan meningkatkan kesadaran masyarakat.
D-17 Pendekatan Top Down-Bottom Up :
Perencanaan dilakukan menurut jenjang pemerintahan. Perencanaan dari bawah ke atas ( bottom up ) dianggap sebagai pendekatan perencanaan yang seharusnya diikuti karena dipandang sebagai kebutuhan nyata. Perencanaan dari atas ke bawah ( top down ) adalah pendekatan perencanaan yang menerapkan cara penjabaran rencana induk ke dalam rencana rinci. Rencana rinci yang berada “ di bawah “ adalah penjabaran rencana induk yang berada “ di atas “. Proses berjenjang diharapkan dapat mempertajam analisis diberbagai tingkat musyawarah perencanaan pembangunan. Dengan demikian, perencanaan dari “ atas ke bawah “ yang memberikan gambaran tentang perkiraan-perkiraan dan kemungkinan-kemungkinan yang ada diinformasikan secara berjenjang sehingga proses perencanaan “ dari bawah ke atas “ diharapkan sejalan dengan “ dari atas ke bawah “, begitu pula sebaliknya, perencanaan “ dari atas ke bawah “ juga harus memperhatikan perencanaan “ dari bawah ke atas “ yang merupakan identifikasi kebutuhan riil masyarakat.
Bappeda sebagai institusi perencana berperan sebagai pelaksana fungsi manajemen di bidang perencanaan dan bertanggungjawab atas hasil perencanaan sebagai wujud manifestasi dan pelaksanaan manajemen pembangunan. Institusi perencana harus mampu mengkoordinasikan proses perencanaan pembangunan secara intensif dan menyeluruh serta senantiasa melakukan kajian dan analisis dalam rangka mengevaluasi hasil perencanaan yang telah dirumuskan. Dalam hal ini lembaga perencana tidak hanya bertindak sebagai “penampung” berbagai usulan rencana dari SKPD lainnya, tetapi harus mampu bertindak tegas sebagai “motor penggerak” yang dapat mengakomodasi, menganalisis, dan menjabarkan permasalahan pembangunan. Oleh karena itu BAPPEDA juga memiliki 2 (dua) pendekatan perencanaan sesuai dengan instrumen pembangunan yaitu aspek keuangan (kewilayahan) dan non keruangan (bidang/sektor pembangunan), dimana orientasinya akan menekankan pada suatu perpaduan dan keseimbangan kedua pendekatan yaitu pendekatan spatial/kewilayahan dan pendekatan bidang/sektor pembangunan.
D-18 Visi dijabarkan lebih lanjut ke dalam misi yang akan menjadi tanggung jawab Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul. Dengan pernyataan misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak yang berkepentingan dapat mengetahui dan mengenal keberadaan serta peran instansi pemerintah dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan. Oleh karena itu misi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul dirumuskan sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumberdaya manusia (SDM) perencana pembangunan.
2. Memantapkan sistem perencanaan pembangunan daerah. 3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan perencana pembangunan. 4. Meningkatkan kualitas pelayanan.
Penjelasan masing-masing misi :
Misi Kesatu :
Sebagai “motor” penggerak perencanaan, SDM perencana pembangunan menjadi sangat penting, dan menjadi kunci keberhasilan proses perencanaan pembangunan. Kualitas perencanaan sangat tergantung pada kemampuan dan keahlian para perencana secara teknis maupun kemampuan lain yang bersifat intersektoral, multidisipliner, dan berpikir komprehensif. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia merupakan peningkatan kapasitas individu dalam mengemban beban tugas masing-masing dalam organisasi. Peningkatan profesionalisme merupakan upaya peningkatan kinerja berkait dengan kesetiaan, logika dan etika.
Misi Kedua :
Perencanaan pembangunan daerah merupakan sub sistem dari sistem perencanaan pembangunan nasional. Sistem perencanaan pembangunan mengedepankan pada pendekatan perencanaan partisipatif yang berlandaskan pada prinsip keterbukaan dan partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dengan menerapkan prinsip kesetaraan dan keadilan. Pemantapan sistem perencanaan pembangunan daerah ditempuh dengan mengedepankan partisipasi aktif stakeholders agar mampu menghasilkan perencanaan pembangunan yang bersifat komprehensif, dan holistik
D-19 atau menyeluruh, sehingga mampu memberikan arah kebijaksanaan pembangunan dan menciptakan iklim kondusif bagi keterlibatan aktif stakeholders dalam keseluruhan proses pembangunan daerah.
Misi Ketiga:
Institusi perencana harus berperan sebagai pelaksana fungsi manajemen dalam bidang perencanaan. Institusi perencanaan pembangunan harus mampu mengkoordinasikan proses perencanaan pembangunan daerah secara intensif dan menyeluruh serta melakukan kajian/analisis dalam rangka pengendalian perencanaan yang telah dirumuskan.
Misi Keempat:
Peningkatan pelayanan merupakan upaya terwujudnya pelayanan prima. Oleh karena itu, institusi perencana pembangunan harus dapat meningkatkan kemampuan menyediakan data atau informasi pembangunan dengan cepat, tepat dan akurat.
B. Tujuan
Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi dan tujuan sebagai hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 4 (empat) tahun. Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi sehingga rumusannya harus dapat menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai di masa mendatang. Untuk itu tujuan disusun guna memperjelas pencapaian sasaran yang ingin diraih dari masing-masing misi.
D-20 Tabel 6.
MISI – TUJUAN
No Misi Tujuan
1 2 3
1. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme SDM perencana pembangunan
a. Meningkatkan kualitas SDM perencana pembangunan
b. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja SDM perencana pembangunan
2. Memantapkan sistem perencanaan pembangunan daerah
a. Menyusun sistem perencanaan yang sesuai dengan kondisi lokal
b. Memantapkan implementasi sistem perencanaan pembangunan daerah
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan perencana pembangunan
a. Meningkatkan fungsi perencanaan pembangunan
4. Meningkatkan kualitas pelayanan
a. Mewujudkan pelayanan prima
C. Sasaran
Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai dalam rumusan yang spesifik, terukur, dalam kurun waktu tertentu secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan.
D-21 Tabel 7. TUJUAN – SASARAN Sasaran No Tujuan Uraian Indikator 1 2 3 4 1. 2. 1. 2. MISI KESATU Meningkatkan kualitas SDM perencanaan pembangunan Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja SDM perencana pembangunan MISI KEDUA Menyusun sistem perencanaan yang sesuai dengan kondisi lokal Memantapkan iimplementasi sistem perencanaan pem-bangunan daerah a. Meningkatkan kualitas SDM perencana pem-bangunan melalui pendidikan formal dan teknis fungsional a. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan di Bappeda b. Meningkatkan koordinasi internal a. Menyusun rancangan produk hukum daerah yang mengatur peren- canaan pembangunan daerah
a. Melaksanakan sosiali- sasi Sistem Perenca-naan Pembangunan Daerah serta Prosentase meningkatnya SDM perencana pembangunan Meningkatnya efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan di Bappeda Meningkatnya koordinasi internal Tersusunnya rancangan produk hukum daerah yang mengatur perencanaan
pembangunan daerah
1.Terlaksananya sosiali-sasi Sistem Perenca-naan Pembangunan Daerah di tingkat
D-22 1. MISI KETIGA Meningkatkan fungsi perencanaan pembangunan melaksanakan pendampingan Musrenbang
kecamatan dan desa
b.Melaksanakan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah c.Meningkatkan konsistensi antara perencanaan dan penganggaran serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan a.Meningkatkan sosialisasi produk-produk perencanaan pembangunan b.Meningkatkan kualitas penelitian dan kajian
c.Meningkatkan koordi-nasi, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan pembangunan
kecamatan dan desa 2.Terlaksananya
asistensi Musrenbang kecamatan dan desa
Terlaksananya penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah Meningkatnya konsistensi antara perencanaan dan penganggaran serta meningkatnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan 1. Meningkatnya sosialisasi produk-produk perencanaan pembangunan 2. Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian
Meningkatnya koordinasi monitoring, dan evaluasi pelaksanaan
D-23 1. MISI KEEMPAT Mewujudkan pelayanan prima a.Meningkatkan sarana dan prasarana serta fasilitasi perencanaan pembangunan dengan stakeholders b.Meningkatkan fasilitas pendukung data perencana pembangunan Meningkatnya sarana dan prasarana serta fasilitasi perencanaan pembangunan dengan stakeholders Meningkatnya fasilitas pendukung data perencana pembangunan D. Strategi
Strategi adalah keseluruhan cara atau langkah dengan penghitungan yang pasti untuk mencapai tujuan atau mengatasi persoalan. Cara atau langkah dirumuskan lebih bersifat makro dibandingkan dengan “teknik“ yang lebih sempit, dan merupakan rangkaian kebijakan. Sehingga strategi merupakan cara mencapai tujuan dan sasaran yang dijabarkan ke dalam kebijakan-kebijakan dan program-program.
Tabel 8. TUJUAN – STRATEGI No Tujuan Strategi 1 2 3 1. MISI KESATU Meningkatkan kualitas SDM perencanaan pembangunan
a. Meningkatkan kegiatan orientasi keperencanaan dan memperluas wawasan dalam perencanaan pembangunan
b. Melaksanakan Capacity Building SDM perencanaan pembangunan
D-24 2. Meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kinerja SDM perencana pembangunan
a. Meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan
b. Meningkatkan kinerja perencana pembangunan
1.
MISI KEDUA Menyusun sistem
perencanaan yang sesuai dengan kondisi lokal
a. Meningkatkan efektivitas koordinasi perencanaan pembangunan
1.
MISI KETIGA
Meningkatkan fungsi
perencanaan pembangunan
a. Meningkatkan peran sebagai fungsi manajemen dalam bidang
perencanaan dan bertanggungjawab atas hasilnya sebagai bagian dari manajemen pembangunan
b. Meningkatkan kualitas perencanaan guna meningkatkan kapasitas daerah dan masyarakat menghadapi era globalisasi
c. Meningkatkan fungsi penelitian dan pengembangan guna meningkatkan kualitas produk perencanaan
1.
MISI KEEMPAT
Mewujudkan pelayanan prima a. Meningkatkan kualitas fasilitasi perencanaan dengan stakeholders
E. Kebijakan
Kebijakan adalah suatu arah tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dan digunakan untuk mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu. Oleh karena itu, kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan untuk dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk
D-25 dalam pengembangan ataupun pelaksanaan program/kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam perwujudan sasaran, tujuan serta visi dan misi satuan kerja perangkat daerah.
Tabel 9.
STRATEGI – KEBIJAKAN
No. Strategi Kebijakan
1 2 3
1.
MISI KESATU
Meningkatkan kegiatan orientasi keperencanaan dan memperluas wawasan dalam perencanaan pembangunan
Melaksanakan fasilitasi pendidikan dan pelatihan fungsional perencanaan
2. Melaksanakan Capacity Building SDM perencana pembangunan
Melaksanakan Capacity Building bagi perencana pembangunan di SKPD
3. Meningkatkan kualitas
pengelolaan keuangan, sarana dan prasarana
a. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan
b. Melaksanakan disiplin anggaran
4. Meningkatkan kinerja perencana pembangunan
a. Meningkatkan sinkronisasi dan koordinasi kegiatan
b. Meningkatkan kualitas konsep perencanaan pembangunan 1. MISI KEDUA Meningkatkan efektivitas koordinasi perencanaan pembangunan daerah
a. Melaksanakan sosialisasi desain perencanaan pembangunan daerah b. Melaksanakan fasilitasi perencanaan
pembangunan di tingkat kecamatan dan desa
D-26 2. 1. 2. 3. 1. Meningkatkan sinergi perencanaan pembangunan melalui pendekatan top down – bottom up planning
MISI KETIGA
Meningkatkan peran sebagai fungsi manajemen dalam bidang perencanaan dan bertanggungjawab atas hasilnya sebagai bagian dari manajemen pembangunan
Meningkatkan kualitas perencanaan guna meningkatkan kapasitas daerah dan masyarakat menghadapi globalisasi
Meningkatkan fungsi penelitian dan pengembangan guna meningkatkan kualitas produk perencanaan
MISI KEEMPAT
Meningkatkan kualitas fasilitasi perencanaan dengan
stakeholders
Melaksanakan dan memfasilitasi penyusunan dokumen perencanaan pembangunan sesuai mekanisme perencanaan pembangunan
a.Melaksanakan pengendalian pembangunan daerah
b.Menyusun rekomendasi atas hasil-hasil penelitian dan kajian
Mengembangkan jejaring (net working) antar pelaku pembangunan
Melaksanakan penelitian dan kajian yang aplikatif dan kontributif terhadap
perencanaan pembangunan
Menyempurnakan perpustakaan institusi perencana
D-27 BAB V
PROGRAM DAN KEGIATAN
Sebagai perwujudan dari beberapa kebijakan dan strategi dalam rangka mencapai setiap tujuan strategisnya, maka langkah operasionalnya harus dituangkan ke dalam program dan kegiatan indikatif yang mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan memperhatikan dan mempertimbangkan tugas dan fungsi Bappeda Kabupaten Gunungkidul.
Program terdiri dari beberapa kegiatan yang berupa:
1. Kerangka regulasi yang bertujuan untuk memfasilitasi, mendorong, maupun mengatur kegiatan pembangunan yang dilaksanakan sendiri oleh masyarakat. 2. Kerangka anggaran yang bertujuan untuk menyediakan barang dan jasa publik
yang diperlukan masyarakat.
Sedangkan rincian kegiatan-kegiatan yang merupakan implementasi program baik program SKPD, program lintas SKPD, maupun program lintas wilayah dapat dilihat pada tabel 10.
A. Program SKPD
Program SKPD meliputi:
1. Pelayanan Administrasi Perkantoran
2. Peningkatan Sasana dan Prasarana Aparatur
3. Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan.
B. Program Lintas SKPD
1. Perencanaan Tata Ruang 2. Pemanfaatan Ruang
3. Pengendalian Pemanfaatan Ruang 4. Pengembangan Data/Informasi
D-28 6. Perencanaan Kota-kota Menengah dan Besar
7. Perencanaan Pembangunan Daerah 8. Perencanaan Pembangunan Ekonomi 9. Perencanaan Sosial dan Budaya
10. Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumberdaya Alam 11. Perencanaan Pembangunan Daerah Rawan Bencana 12. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
13. Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah 14. Kerjasama Pembangunan
15. Perencanaan Pembangunan Daerah
C. Program Lintas Wilayah 1. Kerjasama Pembangunan
2. Pengembangan Wilayah Perbatasan
3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Daerah
Sebagai bagian dari upaya mewujudkan transpararansi dan akuntabilitas, Bappeda akan membuat laporan kinerja atas pelaksanaan rencana kerja dan anggaran berupa keluaran kegiatan dan indikator kinerja masing-masing kegiatan. Indikator kinerja dapat diartikan sebagai suatu ukuran kuantitatif dan atau ukuran kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang ditetapkan.
Indikator kinerja dapat juga berfungsi :
1. Sebagai dasar untuk menilai tingkat kinerja dalam tahap perencanaan (ex- ante), tahap pelaksanaan (on - going) atau setelah tahap kegiatan selesai dan berfungsi (ex - post).
2. Sebagai ukuran yang digunakan untuk menunjukkan kemajuan yang dicapai dalam perwujudan dari tujuan sasaran yang ditentukan.
Secara operasional, umumnya pada sektor publik, evaluasi dapat dilakukan terhadap kegiatan, program, dan kebijakan. Terkait dengan program ada beberapa indikator kinerja yang sering dipakai, yaitu:
D-29 1. Indikator masukan (inputs) adalah suatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran, baik berupa dana, sumberdaya alam, sumber daya manusia, teknologi, dan informasi.
2. Indikator keluaran (outputs) adalah suatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan baik berupa fisik dan non fisik.
3. Indikator hasil (outcomes) adalah suatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran pada jangka menengah.
4. Indikator manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.
5. Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik potisif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.
D-30 BAB VI
PENUTUP
Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2007 – 2010 berfungsi sebagai pedoman, penentu arah, sasaran dan tujuan bagi aparatur Bappeda dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan pelaksanaan pelayanan kepada stakeholders yang ada. Rencana Strategis ini merupakan penjabaran dari visi dan misi Bappeda yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Gunungkidul.
Dengan melaksanakan Rencana Strategis ini sangat diperlukan partisipasi, semangat, dan komitmen dari seluruh aparatur Bappeda, karena akan menentukan keberhasilan program dan kegiatan yang telah disusun. Dengan demikian Rencana Strategis ini nantinya bukan hanya sebagai dokumen administrasi saja, karena secara substansial merupakan pencerminan tuntutan pembangunan yang memang dibutuhkan oleh stakeholders sesuai dengan visi dan misi daerah yang ingin dicapai.
Akhir kata semoga Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul ini dapat diimplementasikan dengan baik sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah ditetapkan secara konsisten dalam rangka mendukung terwujudnya good governance.