• Tidak ada hasil yang ditemukan

Allah Menciptakan Manusia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Allah Menciptakan Manusia"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MENGAPA ALLAH

MENGAPA ALLAH

MENCIPTAKAN MANUSIA ?

MENCIPTAKAN MANUSIA ?

 Esra Alfred So

 Esra Alfred Soru*

ru*

Kitab Kejadian pasal 1-2 dengan jelas menceritakan penciptaan Kitab Kejadian pasal 1-2 dengan jelas menceritakan penciptaan manusia oleh Allah. Manusia ada karena ada yang mengadakannya. manusia oleh Allah. Manusia ada karena ada yang mengadakannya. Demikianlah kesaksian Alkitab. Pertanyaan yang perlu dipikirkan dari Demikianlah kesaksian Alkitab. Pertanyaan yang perlu dipikirkan dari fakta ini adalah alasan penciptaan manusia itu oleh Allah. Mengapa Allah fakta ini adalah alasan penciptaan manusia itu oleh Allah. Mengapa Allah menciptakan manusia? Inilah pertanyaan pertama yang harus ditanyakan menciptakan manusia? Inilah pertanyaan pertama yang harus ditanyakan  jika

 jika orang orang ingin ingin belajar belajar tentang tentang penciptaan penciptaan manusia manusia itu. itu. Francis Francis NawaNawa Hoke mengatakan bahwa pertanyaan ini merupakan salah satu pertanyaan Hoke mengatakan bahwa pertanyaan ini merupakan salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan. (

yang sering ditanyakan. ( Doktrin  Doktrin Manusia;Manusia; 1995 : 3). Mengapa Allah1995 : 3). Mengapa Allah menciptakan manusia? Maksud dari pertanyaan ini berhubungan dengan 2 menciptakan manusia? Maksud dari pertanyaan ini berhubungan dengan 2 hal yakni adakah sesuatu yang menyebabkan atau memaksa Allah untuk  hal yakni adakah sesuatu yang menyebabkan atau memaksa Allah untuk  melakukan tindakan penciptaan manusia? Ataukah adakah suatu melakukan tindakan penciptaan manusia? Ataukah adakah suatu kebutuhan dalam diri Allah yang tak akan terpenuhi sebelum Ia kebutuhan dalam diri Allah yang tak akan terpenuhi sebelum Ia menciptakan manusia?

menciptakan manusia?

Supaya ada “obyek” kasih?

Supaya ada “obyek” kasih?

Jawaban yang paling sering diberikan terhadap pertanyaan ini Jawaban yang paling sering diberikan terhadap pertanyaan ini dikaitkan dengan sifat Allah yang maha kasih. Allah adalah kasih maka dikaitkan dengan sifat Allah yang maha kasih. Allah adalah kasih maka kasih-Nya membutuhkan obyek untuk dikasihi. Hal inilah yang kasih-Nya membutuhkan obyek untuk dikasihi. Hal inilah yang menyebabkan Allah perlu dan harus menciptakan manusia agar manusia menyebabkan Allah perlu dan harus menciptakan manusia agar manusia

1

1

(2)

berkata :

berkata : “Kita mengerti bahwa kasih merupakan hakikat dasariah Allah.“Kita mengerti bahwa kasih merupakan hakikat dasariah Allah. Karena kasih sifatnya relasional maka kasih baru mungkin ada kalah ada Karena kasih sifatnya relasional maka kasih baru mungkin ada kalah ada  yang

 yang dikasihi dikasihi (obyek (obyek kasih). kasih). Itulah Itulah sebabnya sebabnya Allah Allah menciptakan menciptakan manusiamanusia agar dapat menyalurkan dan mengekspresikan kasih-Nya itu. Tanpa itu agar dapat menyalurkan dan mengekspresikan kasih-Nya itu. Tanpa itu kasih Allah tidak dapat menjadi kasih yang sesungguhnya”.

kasih Allah tidak dapat menjadi kasih yang sesungguhnya”. (( Manusia  Manusia didi  Mata

 Mata Allah;Allah; hal. 13).hal. 13). Kelihatannya jawaban semacam ini masuk akalKelihatannya jawaban semacam ini masuk akal tetapi sesungguhnya tidaklah Alkitabiah. Jika kita berkata bahwa Allah tetapi sesungguhnya tidaklah Alkitabiah. Jika kita berkata bahwa Allah adalah kasih dan oleh karena kasih-Nya membutuhkan obyek untuk  adalah kasih dan oleh karena kasih-Nya membutuhkan obyek untuk  dikasihi dan karenanya Ia perlu dan harus menciptakan manusia, maka itu dikasihi dan karenanya Ia perlu dan harus menciptakan manusia, maka itu berarti tanpa manusia, kasih Allah adalah kasih yang “mengambang” dan berarti tanpa manusia, kasih Allah adalah kasih yang “mengambang” dan tak bersasaran atau tak berobyek. Perhatikan kalimat terakhir dari Uling di tak bersasaran atau tak berobyek. Perhatikan kalimat terakhir dari Uling di atas :

atas : “Tanpa itu (penciptaan manusia) kasih Allah tidak dapat menjadi“Tanpa itu (penciptaan manusia) kasih Allah tidak dapat menjadi kasih yang sesungguhnya”.

kasih yang sesungguhnya”. Jelas pandangan ini keliru sebab bagaimanaJelas pandangan ini keliru sebab bagaimana mungkin di dalam kekekalan sebelum Allah menciptakan manusia mungkin di dalam kekekalan sebelum Allah menciptakan manusia kasih-Nya tak berfungsi, tak berobyek dan pasif? Alkitab dengan jelas Nya tak berfungsi, tak berobyek dan pasif? Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa sebelum Allah menciptakan manusia, kasih Allah mengatakan bahwa sebelum Allah menciptakan manusia, kasih Allah adalah kasih yang aktif, kasih yang bersasaran dan kasih yang berobyek. adalah kasih yang aktif, kasih yang bersasaran dan kasih yang berobyek. Yoh 15:9 berkata :

Yoh 15:9 berkata : “Seperti Bapa mengasihi Aku…”“Seperti Bapa mengasihi Aku…” dan selanjutnya ayatdan selanjutnya ayat 10 berkata :

10 berkata : “…dan tinggal di dalam kasih-Nya”.“…dan tinggal di dalam kasih-Nya”. Bukankah Bukankah doktrindoktrin Tritunggal menyatakan bahwa ada tiga pribadi dalam satu esensi/hakikat Tritunggal menyatakan bahwa ada tiga pribadi dalam satu esensi/hakikat Allah yaitu Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus? Ketiga-Nya Allah yaitu Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus? Ketiga-Nya itu esa dan kekal. Jadi menurut ayat-ayat di atas dapatlah dipahami bahwa itu esa dan kekal. Jadi menurut ayat-ayat di atas dapatlah dipahami bahwa  jauh

 jauh di di dalam dalam kekekalan kekekalan di di mana mana Allah Allah Tritunggal Tritunggal berada berada telah telah terjalinterjalin hubungan kasih yang mesra di antara ketiga pribadi Allah ini. Sekalipun hubungan kasih yang mesra di antara ketiga pribadi Allah ini. Sekalipun ayat-ayat di atas tidak menyebutkan pribadi Roh Kudus, tetapi dapat ayat-ayat di atas tidak menyebutkan pribadi Roh Kudus, tetapi dapat dipercaya bahwa ketiga-Nya terlibat dalam tindakan dan relasi kasih ilahi dipercaya bahwa ketiga-Nya terlibat dalam tindakan dan relasi kasih ilahi yang suci dan murni (

yang suci dan murni ( Devine  Devine LoveLove) di mana Bapa mengasihi Anak dan) di mana Bapa mengasihi Anak dan Roh Kudus, Anak

Roh Kudus, Anak mengasihi Bapa dan Roh mengasihi Bapa dan Roh Kudus, Kudus, Roh Kudus mengasihiRoh Kudus mengasihi Bapa dan Anak. Kasih ilahi yang suci dan murni inilah yang akhirnya Bapa dan Anak. Kasih ilahi yang suci dan murni inilah yang akhirnya direfleksikan dalam tindakan penciptaan manusia. Dengan demikian tidak  direfleksikan dalam tindakan penciptaan manusia. Dengan demikian tidak  dapat dan tidak boleh dipikirkan bahwa Allah berada dalam keadaan dapat dan tidak boleh dipikirkan bahwa Allah berada dalam keadaan kesepian tanpa kehadiran manusia. Louis Berkhof berpendapat : kesepian tanpa kehadiran manusia. Louis Berkhof berpendapat :

“Walaupun tidak diragukan lagi Allah menyatakan kebaikan diri-Nya “Walaupun tidak diragukan lagi Allah menyatakan kebaikan diri-Nya dalam penciptaan, tidaklah tepat jika kita mengatakan bahwa kebaikan dalam penciptaan, tidaklah tepat jika kita mengatakan bahwa kebaikan atau kasih-Nya tidak dapat menyatakannya sendiri, jika seandainya tidak  atau kasih-Nya tidak dapat menyatakannya sendiri, jika seandainya tidak  ada dunia. Hubungan-hubungan pribadi dalam Allah Tritunggal ada dunia. Hubungan-hubungan pribadi dalam Allah Tritunggal memenuhi semua yang perlu bagi hidup yang penuh dan kekal

(3)

((Teologi Sistematika-Doktrin Allah;Teologi Sistematika-Doktrin Allah; 1993 : 252) Simak juga pendapat1993 : 252) Simak juga pendapat William W. Menzies dan Stanley M. Horton :

William W. Menzies dan Stanley M. Horton : “Kepribadian juga“Kepribadian juga memerlukan persahabatan atau persekutuan. Tetapi, sebelum alam memerlukan persahabatan atau persekutuan. Tetapi, sebelum alam semesta diciptakan, di mana ada kemungkinan untuk bersahabat? semesta diciptakan, di mana ada kemungkinan untuk bersahabat?  Jawabannya

 Jawabannya terletak terletak pada pada susunan susunan yang yang kompleks kompleks dalam dalam keallahan.keallahan. Kesatuan keallahan tidak mengesampingkan kepribadian majemuk. Ada Kesatuan keallahan tidak mengesampingkan kepribadian majemuk. Ada tiga kepribadian yang jelas berbeda, masing-masing sepenuhnya ilahi, tiga kepribadian yang jelas berbeda, masing-masing sepenuhnya ilahi, akan tetapi hubungan timbal baliknya begitu rukun sehingga mereka akan tetapi hubungan timbal baliknya begitu rukun sehingga mereka merupakan satu hakikat”

merupakan satu hakikat” (( Doktrin  Doktrin Alkitab;Alkitab; 1998 : 54).1998 : 54). Selanjutnya :Selanjutnya :

“Trinitas ini merupakan suatu persekutuan yang harmonis dalam “Trinitas ini merupakan suatu persekutuan yang harmonis dalam keallahan. Persekutuan ini juga adalah persekutuan kasih, karena Allah keallahan. Persekutuan ini juga adalah persekutuan kasih, karena Allah adalah kasih. Tetapi kasih-Nya adalah kasih yang ramah, bukan kasih adalah kasih. Tetapi kasih-Nya adalah kasih yang ramah, bukan kasih  yang berpusat

 yang berpusat pada dir pada dir sendiri. Ksendiri. Kasih seperti asih seperti ini ini membutuhkan lebih membutuhkan lebih daridari satu Oknum dalam keallahan

satu Oknum dalam keallahan (ibid (ibid : : 55). 55). Jadi Jadi jelaslah jelaslah bahwa bahwa sebelumsebelum Allah menciptakan manusia, kasih-Nya telah aktif, bersasaran dan Allah menciptakan manusia, kasih-Nya telah aktif, bersasaran dan berobyek dan itu ditemukan dalam kenyataan ketritunggalan Allah. berobyek dan itu ditemukan dalam kenyataan ketritunggalan Allah. Dengan demikian jelaslah bahwa jawaban pertama ini

Dengan demikian jelaslah bahwa jawaban pertama ini tidaklah tepat.tidaklah tepat.

Supaya dapat memuliakan-Nya?

Supaya dapat memuliakan-Nya?

Selain jawaban di atas, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa Selain jawaban di atas, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia demi kemuliaan-Nya. Dengan kata lain Allah Allah menciptakan manusia demi kemuliaan-Nya. Dengan kata lain Allah menciptakan manusia agar manusia dapat memuliakan Allah. Jawaban menciptakan manusia agar manusia dapat memuliakan Allah. Jawaban semacam ini biasanya didasarkan pada ayat-ayat Alkitab seperti Yes 43:7 : semacam ini biasanya didasarkan pada ayat-ayat Alkitab seperti Yes 43:7 :

“… yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku...”

“… yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku...”; Yes 60:21 :; Yes 60:21 : “…sebagai“…sebagai cangkokan yang Kutanam sendiri untuk memperlihatkan keagungan-Ku”, cangkokan yang Kutanam sendiri untuk memperlihatkan keagungan-Ku”,

Yes 61:3 :

Yes 61:3 : “…supaya orang menyebutkan mereka "pohon tarbantin“…supaya orang menyebutkan mereka "pohon tarbantin kebenaran", "tanaman TUHAN" untuk memperlihatkan keagungan-Nya.” kebenaran", "tanaman TUHAN" untuk memperlihatkan keagungan-Nya.”

dan beberapa ayat lainnya. Dengan melihat ayat-ayat di atas John Wesley dan beberapa ayat lainnya. Dengan melihat ayat-ayat di atas John Wesley Brill menyimpulkan bahwa :

Brill menyimpulkan bahwa : ‘Keinginan besar Tuhan Allah dalam‘Keinginan besar Tuhan Allah dalam menciptakan alam ini adalah semata-mata untuk diri-Nya sendiri, dan menciptakan alam ini adalah semata-mata untuk diri-Nya sendiri, dan untuk kemuliaan-Nya sendiri, dan untuk menyatakan dalam makhluk-Nya untuk kemuliaan-Nya sendiri, dan untuk menyatakan dalam makhluk-Nya kesempurnaan diri-Nya sendiri’.

(4)

Pendapat ini tentunya menarik tapi biarlah kita memikirkannya Pendapat ini tentunya menarik tapi biarlah kita memikirkannya dengan lebih serius. Allah menciptakan manusia demi kemuliaan-Nya. dengan lebih serius. Allah menciptakan manusia demi kemuliaan-Nya. Atau Allah menciptakan manusia agar manusia dapat memuliakan Dia. Atau Allah menciptakan manusia agar manusia dapat memuliakan Dia. Pertanyaan pertama yang perlu kita ajukan adalah

Pertanyaan pertama yang perlu kita ajukan adalah “apakah Allah kurang“apakah Allah kurang mulia sehingga Ia perlu menciptakan manusia agar dapat menambah mulia sehingga Ia perlu menciptakan manusia agar dapat menambah kemuliaan-Nya?”

kemuliaan-Nya?” “Apakah Allah kurang mulia sehingga membutuhkan“Apakah Allah kurang mulia sehingga membutuhkan tambahan kemuliaan dari manusia?”

tambahan kemuliaan dari manusia?” Bukankah Allah itu mulia bahkanBukankah Allah itu mulia bahkan maha mulia?

maha mulia? Kalau Allah mKalau Allah maha mulia maha mulia mengapa Ia perlu engapa Ia perlu dimuliakan ataudimuliakan atau melakukan sesuatu untuk dimuliakan? Sebelum menjawab semua melakukan sesuatu untuk dimuliakan? Sebelum menjawab semua pertanyaan ini kita perlu sadar bahwa jika Allah maha mulia maka ketika pertanyaan ini kita perlu sadar bahwa jika Allah maha mulia maka ketika manusia tidak memuliakan Allah, itu tidak akan mengurangi sedikit pun manusia tidak memuliakan Allah, itu tidak akan mengurangi sedikit pun kemuliaan-Nya dan walaupun manusia memuliakan Allah, itu tidak  kemuliaan-Nya dan walaupun manusia memuliakan Allah, itu tidak  menambah apa-apa pada kemuliaan-Nya. Jadi Allah tidak bertambah menambah apa-apa pada kemuliaan-Nya. Jadi Allah tidak bertambah mulia jika manusia memuliakan-Nya atau kurang mulia karena manusia mulia jika manusia memuliakan-Nya atau kurang mulia karena manusia tidak memuliakan-Nya. Allah tidak bertambah tinggi karena manusia tidak memuliakan-Nya. Allah tidak bertambah tinggi karena manusia meninggikan-Nya atau menjadi kurang tinggi karena manusia tidak  meninggikan-Nya atau menjadi kurang tinggi karena manusia tidak  meninggikan-Nya. Tony Evans berkata :

meninggikan-Nya. Tony Evans berkata : “Anda tidak bisa memberikan“Anda tidak bisa memberikan sesuatu yang dapat mempertinggi tingkatan Allah, atau mengambil sesuatu yang dapat mempertinggi tingkatan Allah, atau mengambil sesuatu dari-Nya yang dapat mengurangi tingkatan-Nya. Allah memang sesuatu dari-Nya yang dapat mengurangi tingkatan-Nya. Allah memang demikian karena Ia sepenuhnya Allah”.

demikian karena Ia sepenuhnya Allah”. (( Allah Kita  Allah Kita Maha Agung;Maha Agung; 1999 :1999 : 73). Semuanya ini berhubungan dengan konsep kesempurnaan Allah di 73). Semuanya ini berhubungan dengan konsep kesempurnaan Allah di mana Ia tidak mungkin menjadi lebih….. dan menjadi kurang…… Ia tidak  mana Ia tidak mungkin menjadi lebih….. dan menjadi kurang…… Ia tidak  dapat menjadi lebih besar atau menjadi kurang besar. Ia tidak dapat dapat menjadi lebih besar atau menjadi kurang besar. Ia tidak dapat menjadi lebih baik atau menjadi kurang baik. Ia tidak dapat menjadi lebih menjadi lebih baik atau menjadi kurang baik. Ia tidak dapat menjadi lebih setia atau menjadi kurang setia. Perhatikan pendapat A.W. Tozer :

setia atau menjadi kurang setia. Perhatikan pendapat A.W. Tozer : ‘Oleh‘Oleh karena Ia adalah Allah yang di atas segala sesuatu, maka Ia tidak dapat  karena Ia adalah Allah yang di atas segala sesuatu, maka Ia tidak dapat  ditinggikan lagi. Tidak ada sesuatu pun yang lebih tinggi daripada Allah, ditinggikan lagi. Tidak ada sesuatu pun yang lebih tinggi daripada Allah, dan tidak ada sesuatu yang di luar jangkauan-Nya...Oleh karena tidak  dan tidak ada sesuatu yang di luar jangkauan-Nya...Oleh karena tidak  ada seorang pun yang dapat lebih meninggikan Dia, maka tidak ada ada seorang pun yang dapat lebih meninggikan Dia, maka tidak ada seorang pun yang dapat merendahkan Dia. Di dalam Alkitab dituliskan seorang pun yang dapat merendahkan Dia. Di dalam Alkitab dituliskan bahwa Ia menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh bahwa Ia menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan

kekuasaan (Ibrani (Ibrani 1 1 :3), :3), Bagaimana Bagaimana mungkin mungkin Ia Ia ditinggikan ditinggikan atauatau didukung oleh

didukung oleh sesuatu sesuatu yang yang ditopang-Nya ditopang-Nya ?? (( Mengenal  Mengenal Yang Yang MahaMaha  Kudus

 Kudus : 51). Jika Allah bisa: 51). Jika Allah bisa bertambah begini dan begitubertambah begini dan begitu maka dapatmaka dapat dipikirkan suatu keadaan (bahkan suatu oknum) yang

dipikirkan suatu keadaan (bahkan suatu oknum) yang lebih begini danlebih begini dan begitu

begitu daripada Allah dan seharusnya oknum itulah Allah. Jika Allah bisadaripada Allah dan seharusnya oknum itulah Allah. Jika Allah bisa

kurang begini dan begitu

(5)

suatu oknum) yang

suatu oknum) yang tidak bisa kurang begini dan begitutidak bisa kurang begini dan begitu seperti Allah danseperti Allah dan oknum itulah yang seharusnya menjadi Allah. Jadi semua sifat Allah itu oknum itulah yang seharusnya menjadi Allah. Jadi semua sifat Allah itu

‘permanen’.

‘permanen’. Demikian juga dengan kemuliaan Allah. Allah tidak dapatDemikian juga dengan kemuliaan Allah. Allah tidak dapat menjadi bertambah mulia atau menjadi kurang mulia. Kemuliaan-Nya itu menjadi bertambah mulia atau menjadi kurang mulia. Kemuliaan-Nya itu bersifat

bersifat “permanen”.“permanen”. Simaklah kata-kata Tony Evans ketika membahasSimaklah kata-kata Tony Evans ketika membahas sifat kemahasempurnaan Allah :

sifat kemahasempurnaan Allah : ‘Arti sifat Allah ini ialah bahwa Allah itu‘Arti sifat Allah ini ialah bahwa Allah itu lengkap secara penuh dan absolut. Tak ada sesuatu pun yang bisa lengkap secara penuh dan absolut. Tak ada sesuatu pun yang bisa ditambahkan kepada-Nya atau diambil daripada-Nya....ini menjelaskan ditambahkan kepada-Nya atau diambil daripada-Nya....ini menjelaskan mengapa Alkitab mengatakan, tidak ada yang dapat dibandingkan dengan mengapa Alkitab mengatakan, tidak ada yang dapat dibandingkan dengan  Allah’

 Allah’ (Tony Evans (Tony Evans : 67). : 67). Dengan demikian Dengan demikian untuk menemukan auntuk menemukan alasanlasan penciptaan manusia oleh Allah

penciptaan manusia oleh Allah "haruslah dihindari bayangan bahwa Allah"haruslah dihindari bayangan bahwa Allah adalah semacam pribadi yang haus pujian, penghormatan dan adalah semacam pribadi yang haus pujian, penghormatan dan  pemujaan”

 pemujaan”. (Louis Leahy;. (Louis Leahy; Filsafat Ketuhanan Kontempo Filsafat Ketuhanan Kontemporerrer;; 1993 : 233).1993 : 233). Leahy melanjutkan :

Leahy melanjutkan : “dari ajaran mengenai kesempurnaan Allah sendiri,“dari ajaran mengenai kesempurnaan Allah sendiri, dapatlah dikatakan bahwa Allah dengan mencipta sama sekali tidak  dapatlah dikatakan bahwa Allah dengan mencipta sama sekali tidak  mungkin mencari kebaikan-Nya sendiri, baik untuk mendapatkannya mungkin mencari kebaikan-Nya sendiri, baik untuk mendapatkannya maupun untuk menjaga dan

maupun untuk menjaga dan menambahkannya.”menambahkannya.” (Ibid).(Ibid). Kalau demikian

Kalau demikian "mengapa Allah menciptakan manusia?”"mengapa Allah menciptakan manusia?” AtauAtau “apa“apa tujuan Allah menciptakan manusia?”

tujuan Allah menciptakan manusia?” Lalu bagaimana dengan ayat-ayatLalu bagaimana dengan ayat-ayat seperti Yesaya 43:7; 60:21 ; 61:3 yang dikutip di atas? Pertama-tama seperti Yesaya 43:7; 60:21 ; 61:3 yang dikutip di atas? Pertama-tama haruslah

haruslah disadari disadari bahwa bahwa konsep konsep kesempurnaan kesempurnaan Allah Allah tidak tidak  memperbolehkan kita untuk memikirkan alasan bagi setiap tindakan Allah memperbolehkan kita untuk memikirkan alasan bagi setiap tindakan Allah berdasarkan dorongan internal ataupun tekanan eksternal. Jadi sewaktu berdasarkan dorongan internal ataupun tekanan eksternal. Jadi sewaktu Allah menciptakan manusia, itu sama sekali tidak disebabkan oleh Allah menciptakan manusia, itu sama sekali tidak disebabkan oleh dorongan internal maupun tekanan eksternal.

dorongan internal maupun tekanan eksternal. Tidak disebabkan olehTidak disebabkan oleh dorongan internal

dorongan internal maksudnya adalah bahwa tidak ada suatu punmaksudnya adalah bahwa tidak ada suatu pun kekurangan dalam diri Allah yang menyebabkan Ia perlu dan harus kekurangan dalam diri Allah yang menyebabkan Ia perlu dan harus mencipta untuk menutupi atau mengisi kekurangan-Nya itu. Tony Evans mencipta untuk menutupi atau mengisi kekurangan-Nya itu. Tony Evans kembali

kembali berkata berkata :: ‘...Allah ini ’independen’ dari ciptaan-Nya. Dengan‘...Allah ini ’independen’ dari ciptaan-Nya. Dengan ‘independen’ saya maksudkan, Allah itu tidak membutuhkan apa ‘independen’ saya maksudkan, Allah itu tidak membutuhkan apa  pun….agar Ia dapat

 pun….agar Ia dapat tetap menjadi tetap menjadi Allah.Allah. (Tony Evans : 72). Allah adalah(Tony Evans : 72). Allah adalah Ia yang cukup bagi diri-Nya sendiri. Simak juga kata-kata A.W. Tozer : Ia yang cukup bagi diri-Nya sendiri. Simak juga kata-kata A.W. Tozer :

“Dengan mengakui bahwa di dalam Allah ada kebutuhan, maka itu “Dengan mengakui bahwa di dalam Allah ada kebutuhan, maka itu berarti mengakui bahwa pada diri Allah terdapat suatu kekurangan. berarti mengakui bahwa pada diri Allah terdapat suatu kekurangan. “Perlu” merupakan kata bagi makhluk ciptaan dan tidak

“Perlu” merupakan kata bagi makhluk ciptaan dan tidak dapat diterapkandapat diterapkan kepada Sang Pencipta”.

(6)

tidak akan menjadi lebih besar karena kita ada dan juga tidak akan tidak akan menjadi lebih besar karena kita ada dan juga tidak akan menjadi lebih kecil jika kita ini tidak ada”.

menjadi lebih kecil jika kita ini tidak ada”. (ibid : 52).(ibid : 52). Tidak disebabkanTidak disebabkan oleh tekanan eksternal

oleh tekanan eksternal maksudnya bahwa tidak ada suatu apapun ataumaksudnya bahwa tidak ada suatu apapun atau siapapun yang memaksa Allah melakukan tindakan penciptaan manusia. Ia siapapun yang memaksa Allah melakukan tindakan penciptaan manusia. Ia tidak menciptakan manusia karena suatu tekanan dari luar diri-Nya. Ia tidak menciptakan manusia karena suatu tekanan dari luar diri-Nya. Ia tidak perlu taat atau merasa diteror oleh apapun atau siapapun. Ia tidak  tidak perlu taat atau merasa diteror oleh apapun atau siapapun. Ia tidak  melakukan sesuatu atas pesanan atau ultimatum apapun atau siapapun. melakukan sesuatu atas pesanan atau ultimatum apapun atau siapapun. Evans mengomentari hal ini dengan berkata :

Evans mengomentari hal ini dengan berkata : ‘Tidak ada satu pengaruh‘Tidak ada satu pengaruh  pun

 pun yang yang telah telah menjadikan menjadikan Allah Allah sebagaimana sebagaimana ada-Nya ada-Nya sekarang. sekarang. AllahAllah  yang sekarang

 yang sekarang adalah sepenuhnya sama adalah sepenuhnya sama dengan Allah yang dengan Allah yang dahulu. Allahdahulu. Allah  yang sekarang dan Allah yang dah

 yang sekarang dan Allah yang dahulu adalah sepenuhnya Alulu adalah sepenuhnya Allah yang akanlah yang akan datang”

datang” (Tony Evans : 73). Jika Allah menciptakan manusia maka itu(Tony Evans : 73). Jika Allah menciptakan manusia maka itu harus dipahami semata-mata karena tindakan bebas-Nya atau dengan kata harus dipahami semata-mata karena tindakan bebas-Nya atau dengan kata lain karena Ia mau mencipta. Penciptaan manusia adalah

lain karena Ia mau mencipta. Penciptaan manusia adalah tindakan bebastindakan bebas

dari Allah dan

dari Allah dan bukan tindakan pentingbukan tindakan penting dari Alldari Allah. ah. Evans kEvans kembali embali berkata :berkata :

“Allah tidak menjalankan fungsi-Nya karena suatu keharusan”.

“Allah tidak menjalankan fungsi-Nya karena suatu keharusan”. (ibid :(ibid : 72). Ia melanjutkan :

72). Ia melanjutkan : “..Allah berhubungan dengan segala sesuatu karena“..Allah berhubungan dengan segala sesuatu karena kerelaan-Nya, Ia tidak wajib berhubungan dengan apa pun. Dengan kata kerelaan-Nya, Ia tidak wajib berhubungan dengan apa pun. Dengan kata lain, Allah berkontak dengan ciptaan-Nya karena Ia

lain, Allah berkontak dengan ciptaan-Nya karena Ia menghendakinya, danmenghendakinya, dan bukan karena Ia membutuhkan-Nya”.

bukan karena Ia membutuhkan-Nya”. (ibid : 73).(ibid : 73). A.W. Tozer jugaA.W. Tozer juga berkomentar :

berkomentar : “Allah memiliki suatu hubungan sukarela dengan segala“Allah memiliki suatu hubungan sukarela dengan segala sesuatu yang dijadikan-Nya, tetapi Ia tidak membutuhkan hubungan apa sesuatu yang dijadikan-Nya, tetapi Ia tidak membutuhkan hubungan apa  pun dengan sesuatu di luar

 pun dengan sesuatu di luar diri-Nya sendiri. Minat-Nya terhadap makhluk diri-Nya sendiri. Minat-Nya terhadap makhluk  ciptaan-Nya timbul dari kesenangan-Nya yang agung dan bukan karena ciptaan-Nya timbul dari kesenangan-Nya yang agung dan bukan karena suatu kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh makhluk-makhluk itu dan juga suatu kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh makhluk-makhluk itu dan juga bukan supaya makhluk-makhluk itu menyempurnakan diri-Nya, karena bukan supaya makhluk-makhluk itu menyempurnakan diri-Nya, karena diri-Nya sendiri sudah sempurna”.

diri-Nya sendiri sudah sempurna”. (A.W. Tozer : 50). Tozer melanjutkan :(A.W. Tozer : 50). Tozer melanjutkan :

“Bahwa kita ini ada itu sama sekali merupakan keputusan Allah yang “Bahwa kita ini ada itu sama sekali merupakan keputusan Allah yang ditentukan atas kemauan-Nya sendiri, sama sekali bukan karena kita layak  ditentukan atas kemauan-Nya sendiri, sama sekali bukan karena kita layak  atau karena Allah membutuhkan kita”.

atau karena Allah membutuhkan kita”. (ibid : 52).(ibid : 52).

Dalam kaitannya dengan masalah kemuliaan yang telah disinggung Dalam kaitannya dengan masalah kemuliaan yang telah disinggung di atas, sebenarnya penciptaan manusia oleh Allah bukanlah dimaksudkan di atas, sebenarnya penciptaan manusia oleh Allah bukanlah dimaksudkan untuk memperoleh kemuliaan, melainkan sebaliknya yaitu untuk  untuk memperoleh kemuliaan, melainkan sebaliknya yaitu untuk  menyatakan kemuliaan-Nya kepada manusia. Berkhof kembali berkata : menyatakan kemuliaan-Nya kepada manusia. Berkhof kembali berkata :

‘Allah

‘Allah menciptakan menciptakan bukanlah bukanlah pertama-tama pertama-tama untuk untuk memperolehmemperoleh kemuliaan, tetapi untuk menyatakan keluar segala kemuliaan-Nya’. kemuliaan, tetapi untuk menyatakan keluar segala kemuliaan-Nya’.

(7)

(Berkhof : 253). Berkhof melanjutkan :

(Berkhof : 253). Berkhof melanjutkan : ‘Tujuan paling utama yang dilihat-‘Tujuan paling utama yang dilihat- Nya

 Nya bukanlah bukanlah untuk untuk memperoleh memperoleh kemuliaan, kemuliaan, tetapi tetapi untuk untuk  memanifestasikan kemuliaan-Nya dalam buah pekerjaan-Nya

memanifestasikan kemuliaan-Nya dalam buah pekerjaan-Nya (ibid : 256).(ibid : 256). Perhatikan juga sebuah kalimat dalam buku

Perhatikan juga sebuah kalimat dalam buku Kepercayaan dan  Kepercayaan dan KehidupanKehidupan  Kristen

 Kristen hal. 131 :hal. 131 : “Manusia diciptakan oleh Allah...dengan maksud agar “Manusia diciptakan oleh Allah...dengan maksud agar  manusia dapat bersekutu dengan Allah dan mencerminkan kemuliaan-Nya manusia dapat bersekutu dengan Allah dan mencerminkan kemuliaan-Nya di dunia’.

di dunia’. Bandingkan ini dengan pendapat Henry C. Thiessen:Bandingkan ini dengan pendapat Henry C. Thiessen: ‘Pertama‘Pertama dan terutama, Ia menciptakan alam semesta ini untuk mempertunjukkan dan terutama, Ia menciptakan alam semesta ini untuk mempertunjukkan kemuliaan-Nya.’

kemuliaan-Nya.’ ((Teologi Teologi Sistematika Sistematika ;; 2000 2000 : : 181). 181). Dengan Dengan kata kata lainlain penciptaan itu merupakan tindakan Allah merealisasikan dan penciptaan itu merupakan tindakan Allah merealisasikan dan mengkomunikasikan kemuliaan-Nya. Leahy kembali berkata bahwa : mengkomunikasikan kemuliaan-Nya. Leahy kembali berkata bahwa :

“Kemuliaan Allah terletak dalam komunikasi kebaikan-Nya kepada “Kemuliaan Allah terletak dalam komunikasi kebaikan-Nya kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu sendiri. Kemuliaan Allah adalah manusia yang ciptaan-ciptaan-Nya itu sendiri. Kemuliaan Allah adalah manusia yang hidup”

hidup”. (Leahy : 234). Leahy juga membagi kemuliaan Allah menjadi dua. (Leahy : 234). Leahy juga membagi kemuliaan Allah menjadi dua bagian yaitu

bagian yaitu (1) Kemuliaan Allah obyektif (1) Kemuliaan Allah obyektif yakni kemuliaan Allah yangyakni kemuliaan Allah yang “permanen” dan sempurna dalam diri-Nya (seperti yang telah dijelaskan di “permanen” dan sempurna dalam diri-Nya (seperti yang telah dijelaskan di atas) dan

atas) dan (2) Kemuliaan Allah formal(2) Kemuliaan Allah formal yang berisi pengakuan komunikasiyang berisi pengakuan komunikasi itu oleh pihak manusia. (ibid) sebagaimana kata Berkhof :

itu oleh pihak manusia. (ibid) sebagaimana kata Berkhof : “…pujian“…pujian kepada sang pencipta tidaklah menambahkan apa-apa kepada kepada sang pencipta tidaklah menambahkan apa-apa kepada kesempurnaan keberadaan-Nya, tetapi hanyalah mengakui kebesaran-Nya kesempurnaan keberadaan-Nya, tetapi hanyalah mengakui kebesaran-Nya dan memberikan kepada-Nya kemuliaan bagi-Nya”.

dan memberikan kepada-Nya kemuliaan bagi-Nya”. (Berkhof : 257).(Berkhof : 257). Dengan pengertian semacam ini maka sesungguhnya ketika manusia Dengan pengertian semacam ini maka sesungguhnya ketika manusia “memuliakan” dan mengagungkan Tuhan, itu bukan berarti manusia “memuliakan” dan mengagungkan Tuhan, itu bukan berarti manusia memberikan tambahan kemuliaan kepada-Nya, melainkan manusia memberikan tambahan kemuliaan kepada-Nya, melainkan manusia mengakui kemuliaan-Nya yang telah dinyatakan dan dikomunikasikan mengakui kemuliaan-Nya yang telah dinyatakan dan dikomunikasikan kepada, melalui dan di dalam manusia itu. Inilah kemuliaan Allah formal, kepada, melalui dan di dalam manusia itu. Inilah kemuliaan Allah formal, dan di sini pula terletak arti dari penciptaan manusia. Berkhof berkata : dan di sini pula terletak arti dari penciptaan manusia. Berkhof berkata :

‘Tujuan tertinggi Allah dalam penciptaan, manifestasi kemuliaan-Nya, ‘Tujuan tertinggi Allah dalam penciptaan, manifestasi kemuliaan-Nya, mencakup juga kebahagiaan dan keselamatan bagi makhluk-Nya, dan mencakup juga kebahagiaan dan keselamatan bagi makhluk-Nya, dan  penerimaan

 penerimaan pujian dari pujian dari hati hati yang yang bersyukur bersyukur dan dan mau mau menyembah’menyembah’ (ibid :(ibid : 253) dan Stephen Tong menulis :

253) dan Stephen Tong menulis : “Prinsip memuji Tuhan adalah manusia“Prinsip memuji Tuhan adalah manusia mengembalikan kemuliaan kepada Allah dalam statusnya sebagai mengembalikan kemuliaan kepada Allah dalam statusnya sebagai manusia”.

manusia”. (( Roh  Roh Kudus, Kudus, Doa Doa dan dan KebangunanKebangunan; 1995:62). Thiessen; 1995:62). Thiessen merangkum kedua kemuliaan ini (kemuliaan Allah obyektif dan kemuliaan merangkum kedua kemuliaan ini (kemuliaan Allah obyektif dan kemuliaan Allah formal) dengan berkata :

Allah formal) dengan berkata : ‘Alam semesta merupakan hasil karya‘Alam semesta merupakan hasil karya  Allah

 Allah yang yang diciptakan diciptakan dengan dengan tujuan tujuan untuk untuk memperlihatkan memperlihatkan kemuliaan- kemuliaan- Nya.

(8)

menyaksikan kemuliaan Allah. Selain itu, adalah wajar bagi kita untuk  menyaksikan kemuliaan Allah. Selain itu, adalah wajar bagi kita untuk  berusaha sekuat-kuatnya untuk memuliakan Dia’.

berusaha sekuat-kuatnya untuk memuliakan Dia’. (Thiessen : 182). Adalah(Thiessen : 182). Adalah tak mungkin seorang gubernur memberikan tanda penghargaan kepada tak mungkin seorang gubernur memberikan tanda penghargaan kepada seorang presiden. Kalaupun ada itu adalah penghargaan yang tak berarti. seorang presiden. Kalaupun ada itu adalah penghargaan yang tak berarti. Tetapi sangatlah berarti jika seorang presiden memberikan penghargaan Tetapi sangatlah berarti jika seorang presiden memberikan penghargaan kepada seorang gubernur. Dan lebih berarti lagi jika gubernur yang telah kepada seorang gubernur. Dan lebih berarti lagi jika gubernur yang telah menerima tanda penghargaan itu menghargai sang presiden (penghargaan menerima tanda penghargaan itu menghargai sang presiden (penghargaan formal). Dalam konteks inilah ayat-ayat seperti Yesaya 43:7; 60:21; 61:3; formal). Dalam konteks inilah ayat-ayat seperti Yesaya 43:7; 60:21; 61:3; harus ditafsirkan. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa alasan harus ditafsirkan. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa alasan atau tujuan Allah menciptakan manusia bukanlah untuk mencari atau tujuan Allah menciptakan manusia bukanlah untuk mencari keuntungan atau kemuliaan bagi diri-Nya sendiri. Tindakan penciptaan itu keuntungan atau kemuliaan bagi diri-Nya sendiri. Tindakan penciptaan itu bebas dari dorongan internal maupun tekanan eksternal. Ia menciptakan bebas dari dorongan internal maupun tekanan eksternal. Ia menciptakan alam semesta termasuk manusia di dalamnya semata-mata karena Ia mau alam semesta termasuk manusia di dalamnya semata-mata karena Ia mau mencipta dan Ia berkehendak untuk merefleksikan, merealisasikan, mencipta dan Ia berkehendak untuk merefleksikan, merealisasikan, menyatakan dan mengkomunikasikan kasih dan kemuliaan-Nya kepada, menyatakan dan mengkomunikasikan kasih dan kemuliaan-Nya kepada, melalui dan di dalam manusia. A.W. Tozer menulis :

melalui dan di dalam manusia. A.W. Tozer menulis : ‘Persoalan mengapa‘Persoalan mengapa  Allah menciptakan alam semesta ini masih merupa

 Allah menciptakan alam semesta ini masih merupakan persoalan para ahlikan persoalan para ahli  pikir ; tetapi

 pikir ; tetapi jika kita jika kita tidak dapat mengetahui mengapa, paling tidak dapat mengetahui mengapa, paling sedikit kitasedikit kita mengetahui bahwa Ia tidak menjadikan dunia ini untuk memenuhi mengetahui bahwa Ia tidak menjadikan dunia ini untuk memenuhi kebutuhan diri-Nya sendiri, seperti seorang yang membangun sebuah kebutuhan diri-Nya sendiri, seperti seorang yang membangun sebuah rumah untuk melindungi dirinya dari hujan dan panas atau menanam rumah untuk melindungi dirinya dari hujan dan panas atau menanam  jagung di

 jagung di ladang untuk ladang untuk memperoleh memperoleh makanan. Bagi makanan. Bagi Allah kata Allah kata ‘perlu’ itu‘perlu’ itu sama sekali asing’.

sama sekali asing’. (Tozer (Tozer : : 51).51). TERPUJILAH ALLAH YANGTERPUJILAH ALLAH YANG TIDAK MEMBUTUHKAN APA-APA, TERMASUK TIDAK TIDAK MEMBUTUHKAN APA-APA, TERMASUK TIDAK MEMBUTUHKAN AKU DAN KAU.

(9)

MENGAPA ALLAH MENCIPTAKAN

MENGAPA ALLAH MENCIPTAKAN

MANUSIA MENURUT “GAMBAR”

MANUSIA MENURUT “GAMBAR”

DAN “RUPA”-NYA?

DAN “RUPA”-NYA?

 Esra Alfred S

 Esra Alfred Soru*

oru*

Manusia diciptakan Allah sebagai ciptaan yang termulia, mahkota Manusia diciptakan Allah sebagai ciptaan yang termulia, mahkota dari seluruh ciptaan Allah. Ia berbeda dari makhluk yang lain sebab ia dari seluruh ciptaan Allah. Ia berbeda dari makhluk yang lain sebab ia diciptakan sesuai dengan atau menurut “gambar” dan “rupa” Allah. diciptakan sesuai dengan atau menurut “gambar” dan “rupa” Allah. (Kejadian 1:26). Ungkapan “gambar” dan “rupa” Allah (Inggris:

(Kejadian 1:26). Ungkapan “gambar” dan “rupa” Allah (Inggris: TheThe  Image

 Image of of God;God; Yunani :Yunani : Morphe Tou  Morphe Tou TheonTheon; Latin:; Latin: Imago dan  Imago dan SimilitudoSimilitudo  Dei

 Dei; Ibrani:; Ibrani: Tselem dan DemuthTselem dan Demuth) ini muncul tiga kali dalam Perjanjian) ini muncul tiga kali dalam Perjanjian Lama yaitu dalam Kejadian 1:26-27; 5:1-3; 9:5-6.

Lama yaitu dalam Kejadian 1:26-27; 5:1-3; 9:5-6.

Pertanyaan yang perlu dipikirkan sekarang adalah

Pertanyaan yang perlu dipikirkan sekarang adalah “mengapa Allah“mengapa Allah menciptakan manusia menurut “gambar” dan ”rupa”-Nya?”

menciptakan manusia menurut “gambar” dan ”rupa”-Nya?” SebelumSebelum menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu kita perlu memahami apakah menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu kita perlu memahami apakah yang dimaksud dengan “gambar” dan “rupa” Allah itu dan apakah yang yang dimaksud dengan “gambar” dan “rupa” Allah itu dan apakah yang dimaksudkan dengan manusia diciptakan menurut “gambar” dan “rupa” dimaksudkan dengan manusia diciptakan menurut “gambar” dan “rupa” Allah, dan melalui pengertian inilah kita mencoba untuk menjawab Allah, dan melalui pengertian inilah kita mencoba untuk menjawab pertanyaan di atas.

pertanyaan di atas.

2

2

(10)

“Gambar” dan “rupa”(Allah)

“Gambar” dan “rupa”(Allah)

Apakah yang dimaksudkan dengan “gambar” dan “rupa” Allah? Apakah yang dimaksudkan dengan “gambar” dan “rupa” Allah? Apakah “gambar” Allah berbeda dari “rupa” Allah dan dengan demikian Apakah “gambar” Allah berbeda dari “rupa” Allah dan dengan demikian ada 2 hal yang berbeda di sini? Ataukah 2 kata ini menunjuk kepada satu ada 2 hal yang berbeda di sini? Ataukah 2 kata ini menunjuk kepada satu hal saja? Sudah cukup banyak pandangan yang membedakan kedua kata hal saja? Sudah cukup banyak pandangan yang membedakan kedua kata ini. Misalnya Irenaeus dan Tertullian mengatakan bahwa “gambar” itu ini. Misalnya Irenaeus dan Tertullian mengatakan bahwa “gambar” itu berhubungan dengan tubuh sedangkan “rupa” berhubungan dengan natur berhubungan dengan tubuh sedangkan “rupa” berhubungan dengan natur spiritual. Aliran Skolastik beranggapan bahwa “gambar” mencakup spiritual. Aliran Skolastik beranggapan bahwa “gambar” mencakup kekuatan intelektual untuk berpikir dan kebebasan, sedangkan “rupa” kekuatan intelektual untuk berpikir dan kebebasan, sedangkan “rupa” dianggap sebagai kebenaran asali. Selain itu, “gambar” dilihat sebagai dianggap sebagai kebenaran asali. Selain itu, “gambar” dilihat sebagai karunia natural bagi manusia (sesuatu yang menjadi milik manusia sebagai karunia natural bagi manusia (sesuatu yang menjadi milik manusia sebagai manusia), sedangkan “rupa” dilihat sebagai kebenaran asali, karunia supra manusia), sedangkan “rupa” dilihat sebagai kebenaran asali, karunia supra natural sebagai sebuah cek bagi natur manusia. Namun demikian, natural sebagai sebuah cek bagi natur manusia. Namun demikian, nampaknya tidak ada perbedaan berarti antara “gambar” dan “rupa” nampaknya tidak ada perbedaan berarti antara “gambar” dan “rupa” sehingga kita tidak perlu mencari-cari perbedaan itu. Alkitab sehingga kita tidak perlu mencari-cari perbedaan itu. Alkitab memperlihatkan bahwa kedua kata ini dipakai secara sinonim dan saling memperlihatkan bahwa kedua kata ini dipakai secara sinonim dan saling bergantian dalam berbagai konteks. Dalam Kej 1:26, kedua kata ini bergantian dalam berbagai konteks. Dalam Kej 1:26, kedua kata ini muncul bersama-sama :

muncul bersama-sama : “Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan“Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut 

manusia menurut  gambar  gambar dan dan ruparupa Kita, supaya mereka berkuasa atasKita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi"  seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi" 

tetapi dalam Kej 1:27 hanya “gambar” yang muncul :

tetapi dalam Kej 1:27 hanya “gambar” yang muncul : “Maka Allah“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut 

menciptakan manusia itu menurut  gambar gambar-Nya, menurut -Nya, menurut  gambar gambar AllahAllah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”. diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”.

Selanjutnya dalam Kej 5:1 hanya digunakan kata “rupa” :

Selanjutnya dalam Kej 5:1 hanya digunakan kata “rupa” : “… Pada waktu“… Pada waktu manusia itu diciptakan oleh Allah,

manusia itu diciptakan oleh Allah, dibuat-Nyalah dia menurut dibuat-Nyalah dia menurut  rupa rupa Allah”Allah”

sedangkan dalam Kej 5:3 kedua kata ini muncul bersama-sama :

sedangkan dalam Kej 5:3 kedua kata ini muncul bersama-sama : “Setelah“Setelah  Adam hidup seratus tiga puluh tahun

 Adam hidup seratus tiga puluh tahun, ia memperanakkan seorang laki-laki, ia memperanakkan seorang laki-laki menurut 

menurut  rupa rupa dandan gambar gambarnya, lalu memberi nama Set kepadanya”.nya, lalu memberi nama Set kepadanya”. KejKej 9:6 hanya memunculkan kata “gambar” :

9:6 hanya memunculkan kata “gambar” : “Siapa yang menumpahkan“Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut 

membuat manusia itu menurut  gambar gambar-Nya sendiri”.-Nya sendiri”. Di dalam PB kitaDi dalam PB kita  juga

 juga menemukan hal menemukan hal yang yang sama. sama. 1 1 Kor Kor 11:7 11:7 mencatat mencatat kata kata “gambar” “gambar” dandan “kemuliaan”, Kol 3:10 hanya menggunakan kata “gambar” dan Yak 3:9 “kemuliaan”, Kol 3:10 hanya menggunakan kata “gambar” dan Yak 3:9 hanya menggunakan kata “rupa”. Dari semua data Alkitab ini kita harus hanya menggunakan kata “rupa”. Dari semua data Alkitab ini kita harus

(11)

berkesimpulan bahwa kedua kata ini (“gambar” dan “rupa”) sesungguhnya berkesimpulan bahwa kedua kata ini (“gambar” dan “rupa”) sesungguhnya menunjuk pada hal yang sama.

menunjuk pada hal yang sama.

 Diciptakan m

 Diciptakan menurut “gam

enurut “gambar” dan “rup

bar” dan “rupa” Allah

a” Allah

Kita sudah memahami makna kata “gambar” dan “rupa”. Kalau Kita sudah memahami makna kata “gambar” dan “rupa”. Kalau begitu apakah yang dimaksudkan ketika Alkitab berkata bahwa manusia begitu apakah yang dimaksudkan ketika Alkitab berkata bahwa manusia diciptakan menurut “gambar” dan “rupa” Allah? Ada banyak pendapat diciptakan menurut “gambar” dan “rupa” Allah? Ada banyak pendapat yang berbeda-beda tentang makna “gambar” dan “rupa” Allah ini dalam yang berbeda-beda tentang makna “gambar” dan “rupa” Allah ini dalam diri manusia. Ada yang mengatakan bahwa “gambar” dan “rupa” Allah ini diri manusia. Ada yang mengatakan bahwa “gambar” dan “rupa” Allah ini menunjuk kepada hal yang bersifat jasmani saja. Mereka berkata bahwa menunjuk kepada hal yang bersifat jasmani saja. Mereka berkata bahwa andaikata Allah datang di tengah-tengah kita, dalam dunia materi ini, Ia andaikata Allah datang di tengah-tengah kita, dalam dunia materi ini, Ia akan menjadi manusia. (David Atkinson;

akan menjadi manusia. (David Atkinson; Kejadian 1-11 Kejadian 1-11 : 41). Sebaliknya,: 41). Sebaliknya, ada pula yang melihatnya sebagai hal yang menunjuk kepada segi ada pula yang melihatnya sebagai hal yang menunjuk kepada segi kerohanian saja dengan alasan bahwa Allah adalah Roh (tidak bertubuh) kerohanian saja dengan alasan bahwa Allah adalah Roh (tidak bertubuh) seperti pandangan Louis Berkhof yang mengatakan

seperti pandangan Louis Berkhof yang mengatakan ‘…Allah adalah Roh,‘…Allah adalah Roh, maka wajar jika kita beranggapan bahwa elemen kerohanian ada juga maka wajar jika kita beranggapan bahwa elemen kerohanian ada juga dalam diri manusia sebagai gambar dan rupa Allah’

dalam diri manusia sebagai gambar dan rupa Allah’ ((Teologi SistematikaTeologi Sistematika (Doktrin Manusia)

(Doktrin Manusia);; 1995 : 51). Ada pula yang mengatakan bahwa1995 : 51). Ada pula yang mengatakan bahwa “gambar” dan “rupa” Allah ini menunjuk kepada 2 hal sekaligus, jasmani “gambar” dan “rupa” Allah ini menunjuk kepada 2 hal sekaligus, jasmani dan rohani seperti pandangan Walter Lempp :

dan rohani seperti pandangan Walter Lempp : “Diciptakannya manusia“Diciptakannya manusia menurut gambar dan rupa Allah itu tidak boleh dimengerti hanya menurut gambar dan rupa Allah itu tidak boleh dimengerti hanya mengenai hal kerohanian saja, melainkan harus dimengerti secara mengenai hal kerohanian saja, melainkan harus dimengerti secara kejasmanian. Manusia selengkapnya lahiriah dan batiniah diciptakan kejasmanian. Manusia selengkapnya lahiriah dan batiniah diciptakan secara Allah, menurut Allah, seakhlak, sebakat, setabiat dengan Allah. secara Allah, menurut Allah, seakhlak, sebakat, setabiat dengan Allah.

((Tafsiran Kitab Kejadian 1:1-4:6 (Cetakan Ketiga)Tafsiran Kitab Kejadian 1:1-4:6 (Cetakan Ketiga);; 1974 : 37), tetapi ada1974 : 37), tetapi ada  juga

 juga yang yang menolak menolak bahwa bahwa “gambar” “gambar” dan dan “rupa” “rupa” Allah Allah menunjuk menunjuk kepadakepada hal yang bersifat jasmani maupun rohani. Salah satunya adalah Cristoph hal yang bersifat jasmani maupun rohani. Salah satunya adalah Cristoph Barth yang berpendapat bahwa :

Barth yang berpendapat bahwa : “Jika gambar dan rupa Allah ini“Jika gambar dan rupa Allah ini dihubungkan dengan kejasmanian, maka Allah terpaksa dibayangkan dihubungkan dengan kejasmanian, maka Allah terpaksa dibayangkan sebagai “manusia raksasa” dan sebaliknya manusia sebagai “tiruan sebagai “manusia raksasa” dan sebaliknya manusia sebagai “tiruan  Allah” dalam bentuk yang lebih kecil. Tetapi jika dihubungkan dengan hal  Allah” dalam bentuk yang lebih kecil. Tetapi jika dihubungkan dengan hal  yang

 yang bersifat bersifat rohani rohani maka maka kita kita tidak tidak luput luput dari dari kesulitan kesulitan bahwa bahwa SangSang Khalik terlalu didekatkan dengan makhluk-Nya.

(12)

 Lama

 Lama;; 1991 : 61). Bagi Barth, gambar dan rupa Allah hanya menunjuk 1991 : 61). Bagi Barth, gambar dan rupa Allah hanya menunjuk  kepada cara hidup dan bertindak.

kepada cara hidup dan bertindak.

Secara pribadi saya lebih condong melihat “gambar” dan “rupa” Secara pribadi saya lebih condong melihat “gambar” dan “rupa” Allah dalam diri manusia ini dalam hubungan dengan aspek-aspek non Allah dalam diri manusia ini dalam hubungan dengan aspek-aspek non fisik (rohani) di mana hal ini diperoleh sebagai refleksi dari keadaan fisik (rohani) di mana hal ini diperoleh sebagai refleksi dari keadaan rohani yang sempurna yang dimiliki oleh Allah. Allah adalah roh dan tidak  rohani yang sempurna yang dimiliki oleh Allah. Allah adalah roh dan tidak  bertubuh karenanya “gambar” dan “rupa” Allah tidak boleh bertubuh karenanya “gambar” dan “rupa” Allah tidak boleh diarahkan/dihubungkan dengan aspek fisik. Alkitab memang berkali-kali diarahkan/dihubungkan dengan aspek fisik. Alkitab memang berkali-kali mengindikasikan bahwa Allah mempunyai tubuh (seperti : tangan Tuhan, mengindikasikan bahwa Allah mempunyai tubuh (seperti : tangan Tuhan, mata Tuhan, kaki Tuhan, dll) namun semuanya ini adalah bahasa mata Tuhan, kaki Tuhan, dll) namun semuanya ini adalah bahasa

anthropomorfisme

anthropomorfisme yaitu penggambaran Allah seolah-olah manusia. Iniyaitu penggambaran Allah seolah-olah manusia. Ini harus dipahami dari segi gaya bahasa dan sastra Alkitab. Dengan demikian harus dipahami dari segi gaya bahasa dan sastra Alkitab. Dengan demikian arti dari manusia diciptakan menurut “gambar” dan “rupa” Allah adalah arti dari manusia diciptakan menurut “gambar” dan “rupa” Allah adalah sebagai berikut :

sebagai berikut : (1) Manusia diciptakan dengan sifat rohani.(1) Manusia diciptakan dengan sifat rohani. SifatSifat rohani dalam diri manusia ini nampak dari adanya jiwa atau roh yang rohani dalam diri manusia ini nampak dari adanya jiwa atau roh yang sebenarnya adalah refleksi dari keberadaan Allah yang adalah Roh. Aspek  sebenarnya adalah refleksi dari keberadaan Allah yang adalah Roh. Aspek  rohani ini hanya ada pada manusia saja, sebab hanya manusia sajalah yang rohani ini hanya ada pada manusia saja, sebab hanya manusia sajalah yang diciptakan menurut “gambar” dan “rupa” Allah. Berkhof berkata :

diciptakan menurut “gambar” dan “rupa” Allah. Berkhof berkata : “Allah“Allah adalah Roh, maka wajar jika kita beranggapan bahwa elemen kerohanian adalah Roh, maka wajar jika kita beranggapan bahwa elemen kerohanian ada juga di dalam diri manusia sebagai gambar dan rupa Allah”. ada juga di dalam diri manusia sebagai gambar dan rupa Allah”.

(Berkhof : 51).

(Berkhof : 51). (2) Manusia diciptakan dengan sifat moral.(2) Manusia diciptakan dengan sifat moral. ManusiaManusia diciptakan dengan sifat moral artinya manusia diberikan kemampuan diciptakan dengan sifat moral artinya manusia diberikan kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang jahat. Atas dasar kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang jahat. Atas dasar kemampuan membedakan yang baik dan yang jahat inilah manusia selalu membedakan yang baik dan yang jahat inilah manusia selalu diperhadapkan dengan pilihan moral antara yang baik dan yang jahat. Sifat diperhadapkan dengan pilihan moral antara yang baik dan yang jahat. Sifat moral ini adalah refleksi dari kesucian Allah. Atau dengan kata lain sifat moral ini adalah refleksi dari kesucian Allah. Atau dengan kata lain sifat kesucian Allah ini ditransferkan dalam diri manusia berupa atau sebagai kesucian Allah ini ditransferkan dalam diri manusia berupa atau sebagai sifat moral.

sifat moral. (3) Manusia diciptakan dengan sifat rasional.(3) Manusia diciptakan dengan sifat rasional. Allah adalahAllah adalah kebenaran. Kebenaran Allah ini terefleksi dalam diri manusia berupa sifat kebenaran. Kebenaran Allah ini terefleksi dalam diri manusia berupa sifat rasional. Sifat inilah yang membuat manusia dapat berpikir, berencana, rasional. Sifat inilah yang membuat manusia dapat berpikir, berencana, berargumentasi, dll.

berargumentasi, dll. (4) Manusia diciptakan dengan sifat kekal.(4) Manusia diciptakan dengan sifat kekal. AllahAllah itu kekal adanya. Ketika Allah menciptakan manusia menurut “gambar” itu kekal adanya. Ketika Allah menciptakan manusia menurut “gambar” dan “rupa”-Nya, maka kekekalan-Nya itu ada dalam diri manusia dan “rupa”-Nya, maka kekekalan-Nya itu ada dalam diri manusia walaupun dalam kualitas yang lebih rendah. Kekekalan Allah adalah walaupun dalam kualitas yang lebih rendah. Kekekalan Allah adalah kekekalan yang tak berawal dan tak berakhir, sedangkan kekekalan kekekalan yang tak berawal dan tak berakhir, sedangkan kekekalan manusia adalah kekekalan yang berawal dan tak berakhir. Berkhof  manusia adalah kekekalan yang berawal dan tak berakhir. Berkhof 

(13)

membedakan kekekalan Allah dan kekekalan manusia ini sebagai berikut : membedakan kekekalan Allah dan kekekalan manusia ini sebagai berikut :

“…hanya Allah sajalah yang memiliki kekekalan sebagai kualitas “…hanya Allah sajalah yang memiliki kekekalan sebagai kualitas esensial, yang memilikinya di dalam dan hanya dari diri-Nya sendiri, esensial, yang memilikinya di dalam dan hanya dari diri-Nya sendiri, sedangkan kekekalan manusia adalah pemberian yang diperoleh dari sedangkan kekekalan manusia adalah pemberian yang diperoleh dari  Allah.

 Allah. (Berkhof : 52). Demikian juga Stephen Tong yang (Berkhof : 52). Demikian juga Stephen Tong yang membedakan artimembedakan arti kata

kata “eternal”“eternal” dan katadan kata “immortal”“immortal” :: ‘Kata eternal “eternal” itu berarti‘Kata eternal “eternal” itu berarti kekal, sedangkan kata “immortal” lebih berarti tidak rusak. Hanya kekal, sedangkan kata “immortal” lebih berarti tidak rusak. Hanya Allah-lah satu-satunya “Ada” yang tak akan mengalami kerusakan. lah satu-satunya “Ada” yang tak akan mengalami kerusakan. Ketidakrusakan Allah ini diberikan kepada manusia dalam bentuk sifat  Ketidakrusakan Allah ini diberikan kepada manusia dalam bentuk sifat  kekal’.

kekal’. (( Majalah  Majalah “MOMENTUM” “MOMENTUM”  No. 8 Bulan Juni, 1990: 5)No. 8 Bulan Juni, 1990: 5) (5)(5) Manusia diciptakan dengan sifat kreatif.

Manusia diciptakan dengan sifat kreatif. Sifat kreatif (daya cipta) iniSifat kreatif (daya cipta) ini diperoleh dari Allah yang adalah Sang Pencipta (

diperoleh dari Allah yang adalah Sang Pencipta (Creator Creator ). Sewaktu Sang). Sewaktu Sang Pencipta mencipta manusia, ia memasukkan ke dalam diri manusia itu sifat Pencipta mencipta manusia, ia memasukkan ke dalam diri manusia itu sifat yang sama yang ada pada diri-Nya dalam kualitas yang lebih rendah yang sama yang ada pada diri-Nya dalam kualitas yang lebih rendah sehingga manusia itu mempunyai daya cipta dan akhirnya menjadi sehingga manusia itu mempunyai daya cipta dan akhirnya menjadi “pencipta-pencipta” kecil yang adalah gambaran Sang Pencipta sendiri. “pencipta-pencipta” kecil yang adalah gambaran Sang Pencipta sendiri. Allah adalah pencipta awal (dari ketiadaan menjadi ada) atau penyebab Allah adalah pencipta awal (dari ketiadaan menjadi ada) atau penyebab awal (

awal (Causa PrimaCausa Prima). Manusia adalah ciptaan yang mempunyai). Manusia adalah ciptaan yang mempunyai kemampuan untuk “mencipta” (karena diberi daya cipta). Jadi dapat kemampuan untuk “mencipta” (karena diberi daya cipta). Jadi dapat dikatakan bahwa manusia adalah penyebab kedua (

dikatakan bahwa manusia adalah penyebab kedua (Causa Sekundar Causa Sekundar ). Sang). Sang Pencipta menciptakan kita sebagai ciptaan dengan daya cipta sehingga kita Pencipta menciptakan kita sebagai ciptaan dengan daya cipta sehingga kita  juga dapat

 juga dapat menjadi “pencipta” menjadi “pencipta” dari apa dari apa yang kita yang kita “ciptakan”.“ciptakan”. (6)(6) ManusiaManusia diciptakan dengan sifat sosial.

diciptakan dengan sifat sosial. Setelah menciptakan Adam maka AllahSetelah menciptakan Adam maka Allah melihat bahwa

melihat bahwa “tidak baik kalau manusia itu seorang diri”“tidak baik kalau manusia itu seorang diri” itulahitulah sebabnya Ia menciptakan Hawa sebagai sahabat manusia itu (Adam) sebabnya Ia menciptakan Hawa sebagai sahabat manusia itu (Adam) sehingga Adam dapat berhubungan, berkomunikasi, berbicara dan sehingga Adam dapat berhubungan, berkomunikasi, berbicara dan berinteraksi dengan Hawa, demikian pula sebaliknya. Manusia tidak  berinteraksi dengan Hawa, demikian pula sebaliknya. Manusia tidak  dibiarkan sendiri dan kesepian. Jadi manusia diciptakan sebagai suatu dibiarkan sendiri dan kesepian. Jadi manusia diciptakan sebagai suatu makhluk sosial. Manusia diciptakan untuk hidup bersama. Sesungguhnya makhluk sosial. Manusia diciptakan untuk hidup bersama. Sesungguhnya hal semacam ini bersumber dari sifat sosial Allah. Allah bukanlah Allah hal semacam ini bersumber dari sifat sosial Allah. Allah bukanlah Allah yang “seorang diri” atau sendirian dan kesepian. Kenyataan ketritunggalan yang “seorang diri” atau sendirian dan kesepian. Kenyataan ketritunggalan Allah mengajarkan kepada kita bahwa pribadi-pribadi itu (Bapa, Anak dan Allah mengajarkan kepada kita bahwa pribadi-pribadi itu (Bapa, Anak dan Roh Kudus) saling berhubungan, berkomunikasi, berbicara satu sama Roh Kudus) saling berhubungan, berkomunikasi, berbicara satu sama lain-Nya pada masa

Nya pada masa pra created  pra created (sebelum penciptaan). Allah kita adalah Allah(sebelum penciptaan). Allah kita adalah Allah sosial. Sifat sosial Allah inilah yang ditularkan kepada manusia. Itulah sosial. Sifat sosial Allah inilah yang ditularkan kepada manusia. Itulah “gambar dan “rupa” Allah

“gambar dan “rupa” Allah dalam diri mandalam diri manusia. usia. Selain 6 hal dSelain 6 hal di atas, masihi atas, masih  juga

(14)

kesempurnaan, sifat pengharapan, dll. (Baca lengkap sifat-sifat ini dalam kesempurnaan, sifat pengharapan, dll. (Baca lengkap sifat-sifat ini dalam buku Stephen Tong;

buku Stephen Tong; Peta dan Teladan Alla Peta dan Teladan Allahh; 1990: 55-57).; 1990: 55-57).

 Mengapa De

 Mengapa Demikian?

mikian?

Setelah kita melihat pengertian di atas, marilah kita membahas Setelah kita melihat pengertian di atas, marilah kita membahas pertanyaan intinya yaitu

pertanyaan intinya yaitu “mengapa Allah menciptakan manusia menurut “mengapa Allah menciptakan manusia menurut  gambar dan rupa-Nya?”

gambar dan rupa-Nya?” Pertama-tama marilah kita lihat bahwa manusiaPertama-tama marilah kita lihat bahwa manusia diciptakan Allah dan diberi tanggung jawab sebagai wakil Allah untuk  diciptakan Allah dan diberi tanggung jawab sebagai wakil Allah untuk  menaklukkan, menguasai dan mengatur ciptaan-ciptaan Allah yang lain. menaklukkan, menguasai dan mengatur ciptaan-ciptaan Allah yang lain. Inilah yang kita kenal sebagai mandat kebudayaan (Kejadian 1:28). Hal ini Inilah yang kita kenal sebagai mandat kebudayaan (Kejadian 1:28). Hal ini berarti bahwa manusia memiliki dua status :

berarti bahwa manusia memiliki dua status : (1) Manusia sebagai wakil(1) Manusia sebagai wakil Allah di bumi

Allah di bumi (2) Manusia sebagai penguasa/pengatur ciptaan-ciptaan(2) Manusia sebagai penguasa/pengatur ciptaan-ciptaan yang lain.

yang lain. Jika kita bandingkan kedua status ini, maka status pertama lebihJika kita bandingkan kedua status ini, maka status pertama lebih penting dan dominan dalam diri manusia daripada status kedua. penting dan dominan dalam diri manusia daripada status kedua. Maksudnya adalah kualitas sebagai wakil Allah lebih besar atau lebih Maksudnya adalah kualitas sebagai wakil Allah lebih besar atau lebih tinggi daripada kualitas sebagai penguasa ciptaan yang lain. Dengan kata tinggi daripada kualitas sebagai penguasa ciptaan yang lain. Dengan kata lain manusia lebih dekat dengan Allah sebagai Tuhannya, daripada dengan lain manusia lebih dekat dengan Allah sebagai Tuhannya, daripada dengan ciptaan lain sebagai “hambanya”. Oleh sebab itu sebagai wujud dari status ciptaan lain sebagai “hambanya”. Oleh sebab itu sebagai wujud dari status pertama ini, manusia perlu dilengkapi dengan “gambar” dan “rupa” Allah. pertama ini, manusia perlu dilengkapi dengan “gambar” dan “rupa” Allah. Jadi “mengapa Allah menciptakan manusia menurut “gambar” dan Jadi “mengapa Allah menciptakan manusia menurut “gambar” dan “rupa”-Nya?” Di satu sisi Allah ingin menyatakan bahwa manusia lebih dekat Nya?” Di satu sisi Allah ingin menyatakan bahwa manusia lebih dekat dengan Allah sebagai pencipta dan Tuhannya daripada dengan ciptaan dengan Allah sebagai pencipta dan Tuhannya daripada dengan ciptaan yang lain sebagai “hambanya”, dan di sisi lain Allah ingin membedakan yang lain sebagai “hambanya”, dan di sisi lain Allah ingin membedakan manusia dengan ciptaan lain. Dapat juga dikatakan bahwa “gambar” dan manusia dengan ciptaan lain. Dapat juga dikatakan bahwa “gambar” dan “rupa” Allah dalam diri manusia dimaksudkan untuk “mendekatkan jarak” “rupa” Allah dalam diri manusia dimaksudkan untuk “mendekatkan jarak” antara manusia dengan Allah dan “menjauhkan jarak” antara manusia antara manusia dengan Allah dan “menjauhkan jarak” antara manusia dengan ciptaan yang lain (binatang). Dengan demikian manusia sama dengan ciptaan yang lain (binatang). Dengan demikian manusia sama seperti Allah (tetapi bukan Allah, dan berbeda dengan binatang). Selain itu seperti Allah (tetapi bukan Allah, dan berbeda dengan binatang). Selain itu dalam hubungan dengan status keduanya sebagai penguasa atau pengatur dalam hubungan dengan status keduanya sebagai penguasa atau pengatur ciptaan-ciptaan Allah yang lain maka manusia perlu dilengkapi untuk  ciptaan-ciptaan Allah yang lain maka manusia perlu dilengkapi untuk  melaksanakan tugasnya itu. Tugas yang berat itu tidak akan mungkin melaksanakan tugasnya itu. Tugas yang berat itu tidak akan mungkin dilakukan tanpa sesuatu dari Allah. Itulah sebabnya manusia diciptakan dilakukan tanpa sesuatu dari Allah. Itulah sebabnya manusia diciptakan menurut “gambar” dan “rupa” Allah. “Gambar” dan “rupa” Allah inilah menurut “gambar” dan “rupa” Allah. “Gambar” dan “rupa” Allah inilah

(15)

yang merupakan potensi, kekuatan dan modal bagi manusia untuk  yang merupakan potensi, kekuatan dan modal bagi manusia untuk  melaksanakan tugasnya itu. Charles Hodge berkata :

melaksanakan tugasnya itu. Charles Hodge berkata : “Manusia adalah“Manusia adalah gambar Allah, sehingga membawa dan mencerminkan kesamaan ilahi di gambar Allah, sehingga membawa dan mencerminkan kesamaan ilahi di antara penghuni-penghuni lain di bumi, karena manusia itu roh, unsur  antara penghuni-penghuni lain di bumi, karena manusia itu roh, unsur   yang

 yang cerdas cerdas dan dan berkehendak berkehendak bebas; bebas; dan dan oleh oleh karena karena itu itu sudahsudah sepantasnya manusia ditetapkan untuk menguasai bumi’.

sepantasnya manusia ditetapkan untuk menguasai bumi’. ((SystematicSystematic Theology

Theology : 99).: 99).

Dalam bagian pertama tulisan ini (

Dalam bagian pertama tulisan ini (Mengapa Allah MenciptakanMengapa Allah Menciptakan Manusia?

Manusia?) telah dijelaskan bahwa penciptaan manusia oleh Allah dengan) telah dijelaskan bahwa penciptaan manusia oleh Allah dengan tujuan untuk menyatakan kemuliaan Allah dalam manusia. Kemuliaan tujuan untuk menyatakan kemuliaan Allah dalam manusia. Kemuliaan Allah yang telah ada dalam manusia ini perlu dinyatakan melalui hidup Allah yang telah ada dalam manusia ini perlu dinyatakan melalui hidup manusia sehingga melalui itu terjadi pengakuan terhadap kemuliaan Allah manusia sehingga melalui itu terjadi pengakuan terhadap kemuliaan Allah yang telah dinyatakan (Kemuliaan Allah formal). Louis Leahy mengatakan yang telah dinyatakan (Kemuliaan Allah formal). Louis Leahy mengatakan bahwa :

bahwa : ‘kemuliaan Allah adalah manusia yang hidup’‘kemuliaan Allah adalah manusia yang hidup’ (Louis Leahy;(Louis Leahy; 1993 : 234). Sekarang persoalannya adalah bagaimana caranya agar 1993 : 234). Sekarang persoalannya adalah bagaimana caranya agar kemuliaan Allah dapat dipancarkan melalui kehidupan manusia? Caranya kemuliaan Allah dapat dipancarkan melalui kehidupan manusia? Caranya adalah manusia diciptakan menurut “gambar” dan “rupa” Allah, sehingga adalah manusia diciptakan menurut “gambar” dan “rupa” Allah, sehingga dengan mengamati manusia, pikiran kita langsung terarah kepada pencipta dengan mengamati manusia, pikiran kita langsung terarah kepada pencipta manusia itu yaitu Allah. Jika kita melihat bahwa manusia itu adalah manusia itu yaitu Allah. Jika kita melihat bahwa manusia itu adalah makhluk rohani, maka kita langsung berpikir tentang Allah yang Roh makhluk rohani, maka kita langsung berpikir tentang Allah yang Roh adanya. Jika kita melihat bahwa manusia bermoral, maka pikiran kita adanya. Jika kita melihat bahwa manusia bermoral, maka pikiran kita langsung terarah kepada Allah yang suci. Jika kita melihat bahwa manusia langsung terarah kepada Allah yang suci. Jika kita melihat bahwa manusia berrasio, maka pikiran kita langsung terarah kepada Allah yang adalah berrasio, maka pikiran kita langsung terarah kepada Allah yang adalah Kebenaran. Jika kita melihat bahwa manusia itu adalah makhluk yang Kebenaran. Jika kita melihat bahwa manusia itu adalah makhluk yang kekal, maka pikiran kita langsung terarah kepada Allah yang kekal

kekal, maka pikiran kita langsung terarah kepada Allah yang kekal adanya.adanya. Jika kita melihat adanya daya cipta (kreatifitas) dalam diri manusia, maka Jika kita melihat adanya daya cipta (kreatifitas) dalam diri manusia, maka pikiran kita akan terarah kepada Allah sebagai Pencipta segala sesuatu. pikiran kita akan terarah kepada Allah sebagai Pencipta segala sesuatu. Dan jika kita melihat manusia sebagai makhluk sosial maka kita dapat Dan jika kita melihat manusia sebagai makhluk sosial maka kita dapat memahami Allah sebagai Allah sosial dalam ketritunggalan yang kudus. memahami Allah sebagai Allah sosial dalam ketritunggalan yang kudus. Singkatnya “gambar” dan “rupa” Allah dalam diri manusia menuntun kita Singkatnya “gambar” dan “rupa” Allah dalam diri manusia menuntun kita kepada Allah sebagai wujud asli dari “gambar” dan “rupa” itu.

kepada Allah sebagai wujud asli dari “gambar” dan “rupa” itu.

Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, maka gambar dan rupa Allah Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, maka gambar dan rupa Allah yang ada padanya mengalami kerusakan (distorsi, sehingga kadang yang ada padanya mengalami kerusakan (distorsi, sehingga kadang kemuliaan Allah tak nampak/terpencar dari kehidupan manusia, malah kemuliaan Allah tak nampak/terpencar dari kehidupan manusia, malah sebaliknya manusia melawan dan menentang Allah. Suatu contoh, manusia sebaliknya manusia melawan dan menentang Allah. Suatu contoh, manusia

(16)

yang seharusnya dengan rasionya mempermuliakan Allah justru yang seharusnya dengan rasionya mempermuliakan Allah justru memperilah rasionya dan menentang Allah. Segala sesuatu (termasuk  memperilah rasionya dan menentang Allah. Segala sesuatu (termasuk  Allah) harus diukur dengan rasio (

Allah) harus diukur dengan rasio ( Rasiosentris Rasiosentris). Yang masuk akal dapat). Yang masuk akal dapat diterima dan yang tak masuk akal ditolak. Inilah krisis rasio dalam diri diterima dan yang tak masuk akal ditolak. Inilah krisis rasio dalam diri manusia. Sekalipun demikian, kita patut bersyukur sebab “gambar” dan manusia. Sekalipun demikian, kita patut bersyukur sebab “gambar” dan “rupa” Allah dalam diri manusia itu telah diperbaharui di dalam manusia “rupa” Allah dalam diri manusia itu telah diperbaharui di dalam manusia Yesus Kristus. Ia adalah manusia pertama pasca kejatuhan yang memiliki Yesus Kristus. Ia adalah manusia pertama pasca kejatuhan yang memiliki “gambar” dan “rupa” Allah yang sempurna (tidak distortif) dalam “gambar” dan “rupa” Allah yang sempurna (tidak distortif) dalam diri-Nya, dan melalui hidup-Nya selama di dunia kemuliaan Allah dinyatakan Nya, dan melalui hidup-Nya selama di dunia kemuliaan Allah dinyatakan dan terpencar dengan sempurna. Itulah sebabnya Ia dapat berkata dan terpencar dengan sempurna. Itulah sebabnya Ia dapat berkata

“Barangsiapa telah melihat Aku, ia

“Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa-Ku”.telah melihat Bapa-Ku”.

Tujuan lain dari pemberian gambar dan rupa Allah dalam diri Tujuan lain dari pemberian gambar dan rupa Allah dalam diri manusia adalah sebagai pemberian atau penyediaan sarana persekutuan manusia adalah sebagai pemberian atau penyediaan sarana persekutuan demi terjalinnya hubungan atau persekutuan secara pribadi antara manusia demi terjalinnya hubungan atau persekutuan secara pribadi antara manusia dengan Allah. Dengan adanya “gambar” dan “rupa” Allah dalam diri dengan Allah. Dengan adanya “gambar” dan “rupa” Allah dalam diri manusia, memungkinkan manusia untuk berrelasi dengan Allah. Stephen manusia, memungkinkan manusia untuk berrelasi dengan Allah. Stephen Tong berkata bahwa :

Tong berkata bahwa : “Manusia adalah makhluk rohani sehingga manusia“Manusia adalah makhluk rohani sehingga manusia bisa berkomunikasi dengan dunia yang tak kelihatan”.

bisa berkomunikasi dengan dunia yang tak kelihatan”. (Stephen Tong :(Stephen Tong : 57) Louis

57) Louis Berkhof Berkhof melihat “gambar” melihat “gambar” dan “rupa” Allah dan “rupa” Allah sebagai :sebagai : ‘kualitas‘kualitas  yang menjadikan manu

 yang menjadikan manusia istimewa dalam hubunsia istimewa dalam hubungan dengan Allah’gan dengan Allah’ (Louis(Louis Berkhof;

Berkhof; Teologi Sistematika (Doktrin Allah)Teologi Sistematika (Doktrin Allah);; 1993 : 53), bahkan Robert1993 : 53), bahkan Robert Davidson mengatakan bahwa :

Davidson mengatakan bahwa : “Manusia diciptakan untuk hidup dalam“Manusia diciptakan untuk hidup dalam hubungan pribadi yang mesra dengan Allah’.

hubungan pribadi yang mesra dengan Allah’. (Robert Davidson;  Alkitab(Robert Davidson; Alkitab  Berbicara

 Berbicara;; 1986 : 14-15). Semuanya itu memberikan jawaban bagi kita1986 : 14-15). Semuanya itu memberikan jawaban bagi kita bahwa hubungan pribadi dengan Allah hanya dimungkinkan dengan bahwa hubungan pribadi dengan Allah hanya dimungkinkan dengan adanya “gambar” dan “rupa” Allah dalam diri manusia. Binatang dan adanya “gambar” dan “rupa” Allah dalam diri manusia. Binatang dan ciptaan yang lain tak dapat berhubungan secara pribadi dengan Allah, ciptaan yang lain tak dapat berhubungan secara pribadi dengan Allah, sebab “gambar” dan “rupa” Allah tidak ada dalam mereka. Binatang dan sebab “gambar” dan “rupa” Allah tidak ada dalam mereka. Binatang dan ciptaan yang lain bisa taat pada perintah Allah seperti bintang yang ciptaan yang lain bisa taat pada perintah Allah seperti bintang yang menuntun para Majus mencari Yesus, seperti gagak yang mengantarkan menuntun para Majus mencari Yesus, seperti gagak yang mengantarkan makanan bagi Elia, seperti ikan yang menelan Yunus namun mereka tidak  makanan bagi Elia, seperti ikan yang menelan Yunus namun mereka tidak  bisa berkomunikasi, tidak bisa berdialog atau tidak bisa memberi jawab bisa berkomunikasi, tidak bisa berdialog atau tidak bisa memberi jawab kepada Allah. Bandingkan kenyataan ini dengan manusia yang diciptakan kepada Allah. Bandingkan kenyataan ini dengan manusia yang diciptakan menurut “gambar” dan “rupa” Allah. Kej 3:9-10 :

menurut “gambar” dan “rupa” Allah. Kej 3:9-10 : “Tetapi Tuhan Allah“Tetapi Tuhan Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya “Di manakah engkau?” memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya “Di manakah engkau?”

 Ia

Referensi

Dokumen terkait

Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan,.. Maha suci Allah dari apa

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah : 'Yang dimaksud dengan 'Halim dan Ghofur' (Maha Penyantun lagi Pengampun) ialah bahwasannya Allah Subhanahu wa

Untuk menjawab pertanyaan itu, saya membaginya ke dalam empat bagian yakni mengakui Allah memberlakukan kekerasan sembari menolak Allah Kitab Suci Ibrani, menerima Allah

Nah, untuk mengetahui ujian Allah, maka manusia harus mengerti tentang energi Allah dan ”...roh Ku...(Shaad : 38: 72) yang ada didalam seluruh tubuh manusia... Padahal setiap

Atau dengan kata lain, Allah menciptakan manusia dari atom karbon, atom nitrogen, atom hidrogen dan atom oksigen dalam bentuk Deoxyribonucleic acid (DNA), dimana manusia adalah

Setelah anak-anak berdoa memuji Allah, maka guru menutup- nya dengan berterima kasih kepada Allah untuk tempat tinggal yang indah yang telah Dia jadikan untuk semua ciptaan dan rumah

 Pemahaman Intelektual Memahami manusia juga perlu bagi kita saat ini, meskipun kita sebagai manusia yang diciptakan, sangat perlu sekali bagi kita untuk mengetahui dari mana asal

Allah Yang Maha