• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan oleh guru untuk membuat siswa belajar. dialami individu berdasarkan hasil dari pengalamannya itu sendiri.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan oleh guru untuk membuat siswa belajar. dialami individu berdasarkan hasil dari pengalamannya itu sendiri."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran di dalam kelas, siswa tidak lepas dari yang namanya belajar karena pembelajaran merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh guru untuk membuat siswa belajar.

Maolani (2017:14) menyatakan bahwa “belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.” Jadi belajar adalah perubahan yang dialami individu berdasarkan hasil dari pengalamannya itu sendiri. Perubahan yang diperoleh tersebut bukan hanya tingkah laku saja, tetapi bisa berupa pengetahuan, keterampilan sikap ataupun kebiasaan siswa itu sendiri.

Corey (Sagala, 2009:61) menyatakan bahwa “pembelajaran merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus, atau menghasilkan respon tertentu.” Sedangkan menurut Dimyati (2014:29) “pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar aktif.”

Surya (2014:7) mendefinisikan “pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku

(2)

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang dialami siswa untuk menghasilkan suatu perubahan baik itu pengetahuan, sikap, keterampilan sebagai hasil dari pengalaman yang dilalui oleh siswa. Dalam prosesnya guru akan membuat siswa untuk belajar secara aktif di kelas.

2. Model Pembelajaran

Model Pembelajaran yaitu pola pembelajaran yang telah disiapkan oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran kelas dimulai. Model pembelajaran haruslah ditentukan dan disiapkan oleh guru sebelum mengajar di kelas agar pelaksanaan pembelajaran terkonsep dengan benar. Model pembelajaran merupakan konsep yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan belajar tertentu.

Model Pembelajaran dipilih sesuai dengan materi yang akan diajarkan, dan selain dalam penyampaian materi, model pembelajaran juga dipilih untuk menyesuaikan dengan kondisi kelas pelaksanaan pembelajaran dan dipilih untuk menyampaikan evaluasi yang akan dilaksanakan oleh guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Menurut Bruce Joyce dan Marsa Weil 1980 dalam Maolani (2017:53), yang dimaksud model pembelajaran adalah:

(3)

“A Model of teaching is a plan or pattern that can be used to save curriculum (long term courses of studies), to design instructional materials, and to guide instruction in the classroom and other setting”. („Suatu model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mangatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran maupun setting lainnya‟).

Setting yang dimaksud di atas yaitu hal-hal lain yang menunjang seperti tahap-tahap pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas seperti hal nya materi pelajaran, jam pelajaran, tingkat perkembangan kognitif peserta didik, fasilitas penunjang yang tersedia sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai.

Dengan begitu, model pembelajaran harus dipilih dan disiapkan dengan baik sebelum pembelajaran dimulai agar tercipta kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan menarik minat peserta didik dalam belajar sehingga tujuan-tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik dan prestasi belajar peserta didik menjadi lebih baik.

3. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan suatu model pembelajaran yang mana dalam proses pembelajarannya peserta didik dibagi menjadi kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda.

(4)

Menurut Mandal 2009 dalam Sriyati (2014) bahwa:

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi sukses dalam mengajar dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan kemampuan siswa yang berbeda, menggunakan aktivitas belajar yang beraneka ragam dalam meningkatkan pemahaman terhadap konsep yang dipelajari.

Model pembelajaran kooperatif dapat memperbaiki prestasi belajar siswa di kelas. Dikatakan dapat memperbaiki prestasi siswa karena dalam proses pembelajaran siswa akan merasa tertantang untuk memperdalam materi dan jika dalam pembelajaran siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, siswa yang tidak paham akan mendapat bantuan dari siswa lain yang sudah mengerti dan mengajarkannya sehingga yang asalnya sering tidak paham, jika dengan berkelompok prestasi siswa akan menjadi lebih baik.

Slavin dalam Nurani (2013) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan suatu teknik yang melibatkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok heterogen.” Dalam pelaksanaannya peserta didik akan dibagi menjadi beberapa kelompok yang heterogen dan akan mendapatkan tugas dari kelompoknya yang harus dikerjakan oleh peserta didik tersebut.

Dalan pelaksanaannya siswa akan saling bekerja sama dalam mengerjakan tugasnya. Sejalan dengan itu, Menurut Shoimin (2017:45) “model pembelajaran kooperatif (Cooperative Lerning) adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling

(5)

Dalam pelaksanannya peserta didik akan saling membantu dengan anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru. Tetapi meski peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok kecil dan berdiskusi dengan anggota kelompok lain, peserta didik tetap bertanggungjawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang yang dihadapkan pada mereka.

Dalam pembelajaran di kelas, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota yang bersifat heterogen. Tetapi meski siswa berada dalam kelompok, tidak membuat siswa menjadi tidak memiliki tanggungjawab untuk mencari informasi, justru dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa yang ada dalam kelompok tetap memiliki tugas dan tanggungjawab individu dalam menjawab pertanyaan atau dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Pembelajaran kooperatif baik untuk dilaksanakan di kelas karena mampu membuat pembelajaran tidak jenuh karena peserta didik aktif dalam proses pembelajaran, dan peserta didik dapat bersosialisasi dengan peserta didik lain yang ada di kelompok, peserta didik akan belajar menerima dan memberi pendapat, belajar untuk mengungkapkan ide gagasan kepada anggota yang lain sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Pembelajaran kooperatif membuat siswa untuk belajar bekerja sama dan saling membantu dengan anggota kelompok yang lain.

(6)

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dalam pelaksanaannya peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang beranggotakan empat sampai enam orang yang diberi tugas terstruktur untuk diselesaikan oleh setiap anggota kelompok. Peserta didik yang terlibat dalam proses pembelajaran kooperatif akan belajar untuk bersosialisasi dan saling membantu apabila ada anggota kelompok yang tidak bisa.

Dalam pembelajaran kooperatif, guru tidak akan mendominasi pembelajaran, karena peserta didik yang tidak mengerti terlebih dahulu akan bertanya pada anggota yang lain sebelum bertanya pada guru. Selain saling membantu, peserta didik akan belajar memberikan kritik atau saran terhadap ide atau gagasan yang diberikan oleh anggota yang lain.

Capaian pembelajaran jika melaksanakan pembelajran kooperatif bukan hanya pada akademik saja, tetapi juga pada aspek sosial peserta didik karena dalam proses pembelajarannya peserta didik akan belajar untuk berinteraksi dan bersosialisai dalam anggota kelompoknya. Oleh karena itu, pembelajaran kooperatif baik dilaksanakan karena bukan prestasi belajar secara akademik saja, tetapi keterampilan sosial siswa dilatih dalam kelompok agar bisa menjalin interaksi dengan baik dengan anggota kelompok.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa unsur pembelajaran yang harus ada dalam setiap pembelajaran kooperatif.

(7)

Menurut Taniredja (2013:57), unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif adalah:

a. Peserta didik dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.

Untuk meningkatkan semangat siswa dalam belajar bekerjasama dan saling membantu dengan anggota kelompok, hal yang pertama harus diingatkan kepada peserta didik adalah agar peserta didik memiliki pemikiran dan beranggapan bahwa mereka dengan anggota kelompok yang lain sedang sehidup dan sepenanggungan bersama. b. Peserta didik bertanggungjwab atas segala sesuatu di dalam

kelompoknya.

Anggota kelompok yang baik adalah yang menganggap bahwa semua anggota kelompok memiliki tanggungjawab yang sama dalam kelompok. Segala sesuatu yang terjadi di dalam kelompok menjadi tanggungjawab semua anggota kelompok.

c. Peserta didik haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

Peserta didik yang memiliki anggapan bahwa semua anggota kelompok memiliki tujuan yang sama, yaitu berdiskusi untuk mencari ide gagasan untuk menjawab atau mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.

(8)

d. Peserta didik haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif harus membuat peserta didik belajar membagi tugas dengan anggota kelompoknya. Tugas dan tanggungjawab yang dimiliki oleh setiap anggota kelompok adalah sama yaitu dengan membagi tugas dengan adil.

e. Peserta didik akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

Penghargaan ataupun evaluasi yang diberikan oleh guru yang berada dalam pembelajaran kooperatif akan bersifat kelompok bukan individu. Hal ini dilakukan agar semua siswa yang ada dalam anggoata kelompok semangat untuk saling bekerja sama dengan anggota kelompok yang lain.

f. Peserta didik berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

Pembelajaran kooperatif membuat siswa belajar untuk melatih keterampilan sosial mereka dalam hal keterampilan bekerja sama dengan anggota kelompoknya.

g. Peserta didik akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Meski siswa dalam proses pembelajaran bekerja secara kelompok, namun di akhir pembelajaran semua peserta didik yang ada

(9)

mereka tangani atau kerjakan dalam kelompok. Hal ini membuat siswa tetap berpikir dan tidak mengandalkan anggota kelompok yang lain.

Unsur-unsur diatas haruslah ada agar peserta didik dalam pembelajaran mampu berdiskusi dan berinteraksi secara aktif dengan anggota kelompoknya dan memiliki semangat untuk bekerja sama dan saling membantu dalam melaksanakan atau mengerjakan tugas dari guru.

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif memiliki tujuan yang hendak dicapai yaitu menurut Slavin “tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu atau anggota kelompok, ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok peserta didik tersebut.” (Taniredja, 2013:60).

Keberhasilan individu dalam pembelajaran ditentukan dan dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok agar siswa memiliki motivasi untuk semangat dalam bekerjasama atau dalam mengerjakan tugas yang siswa peroleh dari kelompoknya. Selain itu hal ini juga dikarenakan agar siswa memiliki rasa bertanggungjawab terhadap kelompoknya dan siswa bisa saling membantu satu sama lain dalam menyelesaikan masalah atau tugas yang ada dalam kelompok.

Pembelajaran kooperatif yang baik akan menjadikan individu berperan aktif dalam kelompok karena keberhasilan individu dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok.. Tujuan pembelajaran kooperatif mencakup

(10)

tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

Dalam pelaksanaannya untuk mencapai tujuan hasil belajar peserta didik, diperoleh dengan cara peserta didik akan saling membantu jika ada anggota kelompok yang tidak mengerti. Yaitu peserta didik yang mengerti atau mampu melaksanakan tugas akan membantu menjelaskan materi kepada peserta didik yang lainnya. Peserta didik yang mengerti akan menjadi narasumber untuk teman-temanya di kelompok. Tujuan penerimaan terhadap keragaman akan diperoleh melalui peserta didik yang mampu menerima perbedaan latar belakang anggota kelompoknya yang lain karena dalam pembagian anggota kelompok, anggota kelompok diusahakan untuk berbeda mulai dari kemampuan, jenis kelamin dan perbedaan tingkat sosialnya. Keterampilan sosial peserta didik akan diperoleh melalui interaksi sosial yang dilakukan dalam proses kerjasama kelompok dengan peserta didik lain, belajar saling menghargai pendapat, dan belajar untuk menjalankan tanggungjawab dengan baik.

4. Model Pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)

Model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) merupakan model pembelajaran yang termasuk kedalam jenis model cooperative learning karena dalam pelaksanaan pembelajaran peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang diberi tugas

(11)

oleh guru dan harus dikerjakan secara bersama oleh semua anggota kelompok peserta didik tersebut.

Shoimin (2017:52) menyatakan bahwa :

Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting.

Model pembelajaran CIRC mampu digunakan untuk mempengaruhi nilai prestasi belajar peserta didik pada materi Ciri-Ciri Khusus Hewan karena peserta didik langsung menggali bacaan dan mencari hal-hal yang penting dari bacaan oleh dirinya sendiri dengan bantuan teman kelompoknya dengan guru hanya sebagai fasilitator saja. Hasil yang diperoleh jika peserta didik melakukan sendiri akan berbeda dengan jika guru yang memberitahu peserta didik secara langsung.

Model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) merupakan model pembelajaran yang menyatukan dan mengharuskan siswa untuk bisa membaca dan menulis. Pada model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition), guru menggunakan bahan bacaan yang berisi latihan soal dan cerita tentang ciri-ciri khusus hewan.

Dalam pelaksanaan model pembelajaran CIRC, para peserta didik ditugaskan untuk berpasangan dalam tim mereka untuk belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif, termasuk membacakan cerita satu sama lain, membuat prediksi mengenai bagaimana akhir dari sebuah cerita, saling merangkum, cerita satu sama lain, menulis tanggapan

(12)

terhadap cerita, dan melatih pengucapan, penerimaan, dan kosa kata. Para peserta didik juga belajar dalam timnya untuk menguasai gagasan utama dan kemampuan komprehensif lainnya. Dalam kelompoknya, peserta didik akan belajar untuk berdiskusi dan berpikir untuk memahami cerita dan menuliskan tanggapan dari cerita. Peserta didik akan berdiskusi dan berpikir untuk menentukan ciri-ciri khusus hewan dari bacaan yang telah disajikan oleh guru, dan menguasi isi dari cerita ciri-ciri khusus hewan yang ada dalam bacaan tersebut.

Proses pembelajaran yang mengguakana model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini dapat dikategorikan sebagai proses pembelajaran terpadu, karena pada dasarnya model pembelajaran kooperatif tipe CIRC mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama secara teratur.

Dalam pembelajaran di kelas, proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran CIRC akan berusaha membuat siswa memiliki perilaku dan sikap yang mau bekerja sama dan saling membantu dengan anggota kelompok yang lain. Siswa akan bekerja sama dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, dan saling membantu dengan teman satu kelompok jika ada anggota lain yang tidak mengerti atau memahami tugasnya dalam kelompok dan tidak mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru atau tugas yang diterimanya dalam kelompok.

(13)

Pembelajaran CIRC merupakan model pembelajaran yang baik digunakan karena membuat peserta didik paham terhadap materi yang diajarkan. Menurut Slavin dalam Salantina:

Model pembelajaran cooperative tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) amat tepat untuk meningkatkan pemahaman peserta didik pada materi pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru.

Model pembelajaran CIRC menitik beratkan agar siswa mampu untuk belajar membaca dan menulis agar siswa mampu memahami materi pembelajaran. Menurut Slavin dalam Ilham (2017:122), “model pembelajaran CIRC merupakan program pembelajaran komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan pada sekolah menegah.” Membaca disini bukan hanya ketika peserta didik dengan lantangnya membaca bacaan, tetapi adanya kemampuan siswa dalam menyerap dan memperoleh informasi dari suatu bacaan.

Jika siswa sudah mampu membaca dan menemukan ide atau gagasan dari suatu bacaan, berarti siswa sudah siap untuk ke tahap selanjutnya yaitu menulis. Menulis dalam pembelajaran CIRC bukanlah hanya menulis bacaan yang telah ada, tetapi menulis dalam pembelajaran CIRC adalah menuliskan ide atau gagasan yang diperoleh dari bacaan yang telah disediakan. Jika peserta didik sudah mampu membaca, peserta didik akan mengetahui isi gagasan bacaan dalam cerita ciri-ciri khusus makhluk hidup dan menuliskan ide pokok atau gagasan bacaan dengan sendirinya.

(14)

Proses pembelajaran selalu dilakukan dengan beberapa fase pelaksanaan agar terlaksana pembelajaran yang terstruktur dan terarah. Agar pembelajaran di kelas terlaksana dan terarah, dalam pelaksanannya model pembelajaran CIRC melalui beberapa proses atau langkah pelaksanaan. Shoimin (2017:53) menyebutkan bahwa fase dalam model pembelajaran CIRC terdapat 5 Fase, yaitu:

a. Fase pertama yaitu orientasi.

Pada fase ini guru melakukan apersepsi dan pengetahuan awal peserta didik tentang materi yang akan diberikan. Selain itu, juga memaparkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kepada peserta didik.

Pada fase ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa mengetahui tujuan yang harus dicapai siswa setelah pembelajaran. Penyajian pengetahuan oleh guru dapat dilakukan dengan melakukan tanya jawab dengan siswa. Hal yang dijadikan pertanyaan berkaitan dengan materi yang akan dibahas saat pembelajaran, yaitu tentang ciri-ciri khusus hewan.

b. Fase kedua, yaitu organisasi.

Pada fase ini guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok, dengan memerhatikan keheterogenan akademik. Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas kepada peserta didik. Selain itu, menjelaskan mekanisme diskusi kelompok

(15)

dan tugas yang harus diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Fase ketiga, yaitu pengenalan konsep.

Fase ini dilakukan dengan cara mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. d. Fase keempat, yaitu fase publikasi.

Peserta didik mengkomunikasikan hasil temuannya, membuktikan, memeragakan tentang materi yang dibahas, baik dalam kelompok maupun di depan kelas. Publikasi ini dapat dilakukan dengan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.

Contohnya yaitu kelompok satu mempresentasikan ciri khusus kelelawar, begitupun kelompok lainnya. Materi yang dipresentasikan setiap kelompok berbeda yaitu satu kelompok mempresentasikan ciri-ciri khusus 1 hewan yang berbeda dengan kelompok lain.

e. Fase kelima, yaitu fase penguatan dan refleksi.

Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya peserta didik pun diberi kesempatan untuk merefleksikan dan mengevaluasi hasil pembelajarannya. Pada fase ini guru dan siswa menarik kesimpulan hasil pembelajaran hari tersebut.

(16)

Proses pembelajaran model CIRC adalah pembelajaran yang bersifat kelompok atau Cooperatif Learning, sehingga diawal pembelajaran, guru harus membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok dengan pemilihan anggota kelompok secara acak agar tercipta kelompok yang baik. Dalam menentukan anggota kelompok, guru dapat membagi peserta didik dengan langsung acak.

Dalam bukunya, Shoimin (2017:52) menjelaskan cara untuk menentukan anggota kelompoknya, yaitu:

a. Menentukan peringkat peserta didik

Dengan cara mencari informasi tentang skor rata-rata nilai peserta didik pada tes sebelumnya atau nilai rapor. Kemudian, diurutkan dengan cara menyusun peringkat dari yang berkemampuan akademik tinggi sampai rendah. Hal ini bertujuan agar adanya kemerataan dalam setiap kelompok.

Selain itu, hal ini juga bertujuan agar siswa dengan kemampuan atau prestasi rendah bisa satu kelompok dengan yang prestasinya baik agar ketika dalam proses kerja kelompok bisa saling membantu jika ada yang tidak mengerti.

b. Menentukan jumlah kelompok

Jumlah kelompok ditentukan dengan memerhatikan banyak anggota setiap kelompok dan jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut. Dalam pembagian jumlah siswa dalam satu kelompok

(17)

Jumlah anggota kelompok diusahakan untuk rata yaitu semua kelompok memiliki anggota yang sama dengan kelompok lainnya. Hal ini untuk menghindari adanya penumpukan peserta didik dalam satu kelompok.

c. Penyusunan anggota kelompok

Pengelompokan ditentukan atas dasar susunan peringkat peserta didik yang telah dibuat. Setiap kelompok diusahakan beranggotakan peserta didik yang mempunyai kemampuan beragam sehingga mempunyai kemampuan beragam rata-rata yang seimbang.

Dari penjelasan di atas, dapat diperoleh bahwa dalam proses pembelajarannya model pembelajaran CIRC memiliki beberapa unsur pembelajaran yang harus ada dalam setiap pelaksanaannya. Unsur utama CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) antara lain kelompok membaca, tim, kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan cerita, pemeriksaan oleh pasangan, tes, pengajaran langsung dalam memahami bacaan, dan seni berbahasa dan menulis integrasi.

Kelompok membaca diperoleh dari pembagian kelompok oleh guru. Dinamakan kelompok membaca karena dalam model pembelajaran CIRC peserta didik langsung membaca sendiri bacaan tanpa dipandu oleh guru. Adapun peserta didik yang mengalami kesulitan diusahakan untuk bertanya terlebih dahulu kepada teman anggota kelompoknya.

(18)

Pemeriksaan oleh pasangan dapat dilakukan dengan adanya pemeriksaan oleh anggota kelompok yang lain apakah teman satu kelompoknya sudah mengerti semua atau belum. Jika belum maka tugas anggota kelompok yang sudah mengerti harus mau menjadi narasumber dan menjawab atau menjelaskan materi yang belum dimengerti oleh peserta didik yang lain.

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran di kelas, model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) melalui beberapa langkah pembelajaran. Menurut Shoimin (2017:52-53), langkah-langkah pembelajaran CIRC adalah:

a. Membentuk kelompok yang terdiri empat sampai enam orang peserta didik secara heterogen.

Dalam pembagiannya guru harus memilih secara heterogen dengan memerhatikan tingkat pengetahuan siswa, jenis kelamin, dan tempat duduk siswa.

b. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran. Setelah membagi siswa menjadi bebrapa kelompok, guru kemudian membagikan bahan bacaan yang berisi bacaan ciri-ciri khusus hewan.

c. Peserta didik bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.

(19)

Kelompok yang telah menerima bacaan dari guru kemudian langsung saling membacakan dan saling bekerjasama untuk menemukan ide pokok atau gagasan materi yang ada dalam bacaan.

Setelah semua anggota kelompok menemukan ide pokok atau materi yang ada dalam bacaan, dilanjutkan dengan menuliskan ide pokok atau meteri tersebut kedalam kertas yang telah disediakan. Materi tersebut ditulis dengan baik agar semua peserta didik yang ada dapat mengerti dan memahami tulisan tersebut.

d. Mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok.

Kelompok dengan anggota yang telah menyelesaikan tugas dapat melapor kepada guru. Hal ini dilakukan untuk memberikan reward kepada kelompok. Setelah selesai, siswa kemudian mempresentasikan hasil kerjasama dalam kelompok dihadapan teman-teman sekelasnya.

Presentasi dilakukan oleh semua anggota kelompok agar anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk bisa menyampaikan dan menjelaskan materi yang diperoleh dari bacaan yang diberikan oleh guru.

e. Guru membuat kesimpulan bersama peserta didik.

Jika semua kelompok sudah mempresentasikan hasil diskusinya, maka giliran guru untuk menarik kesimpulan dari semuanya. Menarik kesimpulan yang baik adalah dengan melibatkan

(20)

siswa dalam penarikan kesimpulan. Jika sudah disimpulkan guru menguatkan kesimpulan tersebut.

f. Penutup

Di akhir pembelajaran guru memberi reward untuk kelompok yang berdiskusi dan mempresentasikan hasil diskusi dengan baik. Dan menutup pembelajaran.

Model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) baik untuk dilaksanakan dalam proses pembelajaran di kelas karena selain peserta didik aktif ketika proses pembelajaran, pembelajaran CIRC juga memiliki kelebihan. Menurut Shoimin (2017:52-53), kelebihan model pembelajaran CIRC adalah:

a. CIRC sangat tepat untuk meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah.

Model pembelajaran mampu meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan masalah karena peserta didik dilatih dan memiliki rasa tanggungjawab dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah. Peserta didik akan dengan sungguh-sungguh dalam menyelesaikan soal karena prinsip hasil pembelajaran individu akan ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok.

b. Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang.

(21)

sebagai sumber pengetahuan utama akan berubah menjadi hanya sebagai fasilitator saja.

Dominasi berkurang juga karena siswa yang tidak memahami tugas atau soal yang dikerjakannya terlebih dahulu akan bertanya pada teman satu kelompok sebelum bertanya langsung pada guru. c. Peserta didik termotivasi pada hasil secara teliti karena bekerja

dalam kelompok.

Peserta didik yang berada dalam pembelajaran CIRC akan termotivasi pada hasil karena siswa akan memiliki tanggungjawab terhadap kelompoknya.

d. Para peserta didik dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya.

Peserta didik akan saling mengecek dengan anggota kelompoknya karena keberhasilan satu anggota kelompok tergantung pada keberhasilan semua anggota kelompoknya.

e. Membantu peserta didik yang lemah.

Pembelajaran dengan model pembelajaran CIRC dapat membantu peserta didik yang lemah karena dalam proses pembelajaran siswa akan saling membantu antara anggota kelompok yaitu siswa yang memiliki pengetahuan yang baik akan membantu anggota kelompoknya yang memiliki pengetahuan yang sedikit atau lemah.

(22)

f. Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah.

Model pembelajaran CIRC memang baik untuk digunakan ketika proses pembelajaran di kelas. Tetapi meski demikian, Model pembelajaran CIRC memiliki kelemahan atau kekurangan. kekurangan model CIRC adalah:

a. Dalam diskusi, adakalanya hanya dikerjakan oleh beberapa peserta didik saja, sementara yang lainnya hanya sekedar pelengkap saja. b. Dalam presentasi sering kurang efektif karena memakan waktu yang

cukup lama sehingga tidak semua kelompok dapat mempresentasikan.

5. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar berasal dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Sejalan dengan itu, Djamarah (2017:19) menuturkan bahwa antara kata “prestasi” dan “belajar” mepunyai arti yang berbeda. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan diterima oleh peserta didik jika peserta didik tidak melakukan suatu aktivitas atau kegiatan yang telah ditugaskan kepadanya. Sedangkan “belajar” adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah di pelajari.

(23)

Prestasi belajar dapat diperoleh siswa setelah melalui proses pembelajaran. Djamarah (2017:23) menyatakan bahwa “prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.” Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan.

Menurut Widyastuti & Kuswardani dalam Rosida (2011:92), “prestasi belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau indeks prestasi yang diperoleh dari hasil pengukuran prestasi belajar.” Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar siswa hanya berkaitan dengan nilai pengetahuan saja, bukan juga mencakup pada hasil karakter siswa.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar siswa dalam kurun waktu tertentu. Dalam pencapaian prestasi belajar siswa dipengaruhi beberapa faktor. Menurut Darmadi (2010:188-190), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:

1) Faktor eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat digolongkan ke dalam faktor sosial dan non-sosial. Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial yaitu keluarga, sekolah, teman dan

(24)

masyarakat. Sedangkan faktor non-sosial mencakup lingkungan alam dan lingkungan fisik.

2) Faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa meliputi intelegensi siswa, minat, sikap dan motivasi. Selain itu, waktu dan kesempatan juga mempengaruhi prestasi belajar siswa karena setiap orang memiliki waktu dan kesempatan yang berbeda sehingga akan berpengaruh pada kemampuan siswa.

6. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

IPA seringkali disebut dengan sains, artinya yaitu ilmu yang mempelajari alam semesta. Tetapi selain itu, IPA bukan hanya untuk sekedar pengetahuan saja, tetapi menurut Susanto (2013:165), ilmu pengetahuan alam dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu ilmu pengetahuan sebagai produk, proses dan sikap.

1) Ilmu pengetahuan sebagai produk

Ilmu pengetahuan alam sebagai produk adalah ilmu pengetahuan sebagai kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuan lakukan. Bentuk IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) sebagai produk adalah fakta-fakta, prinsip, hukum dan teori-teori IPA.

(25)

Ilmu pengetahuan alam sebagai proses yaitu IPA selalu memerlukan proses dalam setiap penelitian untuk menemukan fakta dan teori-teori IPA.

3) Ilmu Pengetahuan alam sebagai sikap

Ilmu pengetahuan alam sebagai sikap yaitu sikap ilmiah selalu dimiliki oleh seorang ilmuan dalam melakukan penelitian dan mengkomunikasikan penelitiannya.

IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari oleh setiap peserta didik disetiap sekolah dasar. IPA termasuk mata pelajaran wajib yang perlu dipelajari disetiap sekolah. Mempelajari IPA di sekolah dasar dapat membantu siswa untuk mempelajari alam sekitar.

Sejalan dengan itu, Abdullah (2009:18) mengatakan bahwa: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) harus di pelajari di Sekolah Dasar agar siswa mempunyai pengetahuan tentang lingkungan sekitarnya. Dasarnya jika peserta didik sudah mengetahui tentang lingkungan sekitar, siswa akan berusaha untuk menjaga lingkungan tersebut atau berusaha untuk mencari tahu dan memahami lebih lanjut tentang lingkungan sekitar baik itu lingkungannya atau makhluk hidup yang ada di lingkungannya.

(26)

Mempelajari IPA di sekolah pastilah memiliki tujuan tertentu. Selain tujuan yang tertera diatas, Iskandar (2012:77) menjelaskan tujuan pembelajaran di SD adalah agar siswa:

1) Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat.

2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari.

4) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari.

5) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain.

6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan. b. Materi Ciri-Ciri Khusus Hewan

Setiap hewan pastilah memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dari hewan lain, baik itu berguna untuk beradaptasi maupun untuk bertahan hidup. Materi ciri-ciri khusus hewan merupakan materi yang diajarkan di kelas enam sekolah dasar. Ciri-ciri khusus hewan tersebut yaitu:

(27)

1) Alat pendeteksi benda pada kelelawar

Gambar 1. Gambar Kelelawar

(Sumber: smart.pustaka.blogspot.com, 2018)

Kelelawar merupakan satu-satunya mamalia yang bisa terbang. Sayapnya terbuat dari kulit tipis. Kulit tipis membentang antara tulang-tulang jari dan tulang lengannya. Pada bagian atas tiap-tiap sayap terdapat cakar yang digunakan untuk melekat pada batuan saat merangkak dalam gua tempat tinggalnya.

Kelelawar mencari makan pada malam hari. Hewan ini tidur pada siang hari. Kebanyakan kelelawar memakan serangga. Beberapa kelelawar memakan buah-buahan, madu, ikan, mamalia kecil, dan reptil. Untuk mencari jalan dan makanan dalam kegelapan malam, kelelawar memiliki sistem deteksi di dalam tubuhnya.

Kelelawar memancarkan bunyi berfrekuensi tinggi melalui mulutnya. Bunyi tersebut akan dipantulkan oleh benda-benda disekitarnya seperti cabang pohon dan serangga. Dengan mendengar bunyi pantulnya, kelelawar dapat memperkirakan jarak

(28)

rintangan atau makanan. Kemampuan kelelawar tersebut dinamakan ekolokasi.

2) Kaki Lengket pada Cicak dan Tokek

Gambar 2. Gambar Cicak

(Sumber: sains.compas.com )

Cicak dan Tokek senang merayap di dinding-dinding rumah. Makanan cicak dan tokek berupa serangga serangga kecil seperti nyamuk, lalat, dan laron. Serangga-serangga tersebut dapat terbang. Untuk menangkap serangga, cicak atau tokek harus merayap di dinding atau langit rumah, cicak atau tokek memiliki perekat di telapak kakinya.

Dengan bantuan mikroskop, kita dapat melihat dengan lebih jelas permukaan telapak kaki tokek. Pada telapak kaki tokek dan cicak terdapat berupa struktur seperti rambut yang lengket. Lapisan yang lengket ini memungkinkan cicak dan tokek memanjat dinding yang tegak lurus atau berjalan terbalik di atas langit-langit rumah.

(29)

3) Lidah yang panjang pada Bunglon dan Landak Semut

Gambar 3. Gambar Bunglon

(Sumber: www.kembangpete.com)

Bunglon merupakan hewan yang gerakannya lambat. Makanan bunglon berupa serangga-serangga kecil, seperti belalang, capung, dan jangkrik. Serangga-serangga tersebut bergerak amat cepat.

Bunglon dapat merubah kulit tubuhnya menyamai sekelilingnya sehingga sukar dikenali dinamakan dengan kemampuan khusus mimikri. Selain itu, tiap matanya dapat melihat pada arah yang berbeda. Jika salah satu mata melihat seekor serangga, bunglon mrngendap endap menuju mangsanya. Dengan menggunakan matanya, bunglon mengukur jarak mangsanya. Jika mangsa dapat dicapainya, bunglon akan melontarkan lidahnya yang lengket. Lidah yang panjangnya hampir setubuhnya itu akan menarik serangga tersebut kedalam mulutnya.

(30)

Landak semut juga memiliki lidah yang panjang dan lengket. Makanan landak semut berupa serangga kecil, seperti semut atau rayap. Dengan cakar besar pada jari jari kakinya, landak semut dapat dengan mudah menggali sarang semut atau rayap. Kemudian, landak semut menggunakan lidahnya yang panjang dan lengket untuk menjilat semut dan rayap di dalam gundukan tanah tersebut. Panjang lidah landak semut dapat mencapai 60 cm.

4) Punuk pada Unta

Gambar 4. Gambar Unta (Sumber: satujam.com)

Unta hidup di padang pasir yang kering dan gersang. Di lingkungannya tersebut, unta mampu lakukan perjalanan panjang tanpa makan atau minum.

Unta memiliki punuk pada punggungnya. Ada unta yang memiliki satu punuk dan ada juga yang memiliki dua punuk. Punuk unta berisi lemak sebagai tempat menyimpan cairan. Saat

(31)

nya sebagai sumber energi. Jika lemak itu habis terpakai, punuk menjadi mengerut dan lemas.

Selain itu, unta tidak berkeringat dan hanya mengeluarkan sedikit sekali kotoran bahkan cairan yang keluar dari lubang hidung pun di salurkan kembali ke mulut. Jika makanan berlimpah, perut unta yang sangat besar dapat menyimpan rumput dan air dalam jumlah yang sangat banyak. Unta dapat minum sampai 57 liter air tanpa berhenti.

5) Mata dan pendengaran yang tajam pada Burung Hantu

Gambar 5. Gambar Burung Hantu (Sumber: wayahna.com)

Burung hantu pada umumnya mencari makanan pada malam hari dan tidur pada siang hari. Makanan burung hantu antara lain tikus, serangga, burung kecil, kadal, dan ikan.

Burung hantu menggunakan mata dan telinganya yang sangat tajam dan peka untuk menemukan mangsanya. Penglihatan burung hantu di dalam gelap sangat baik karna matanya sangat lentur.

(32)

Burung hantu dapat dengan cepat memusatkan bola matanya pada berbagai objek dalam kegelapan. Pupil mata burung hantu dapat membuka cukup lebar untuk menyerap seluruh cahaya yang ada pada malam hari. Dengan demikian, burung hantu masih dapat melihat, walaupun dengan cahaya yang sedikit.

Tidak seperti kebanyakan burung yang matanya terletak pada tiap sisi kepalanya, kedua mata burung hantu terletak di bagian depan kepala. Dengan begitu, burung hantu dapat melihat ke depan dengan kedua matanya. Burung hantu juga memiliki leher yang sangat lentur sehingga dapat memutar kepalnya untuk melihat ke belakang.

Selain itu, di sekitar mata burung hantu terdapat bagian yang menyerupai plat. Bagian itu membantunya untuk mengarahkan suara agar langsung masuk kedalam telinganya yang besar. Oleh karena itu, pendengaran burung hantu sangat untuk menentukan lokasi mangsanya, walaupun dalam keadaan gelap total.

Burung hantu yang sedang berburu akan mengeluarkan teriakan-teriakan. Tikus, serangga, atau mangsa lain yang mendengarnya menjadi takut, sehingga membuat suara atau gerakan ketakutan. Telinga burung hantu yang tajam dengan cepat mendengar suara tersebut. Kemudian, burung hantu terbang menuju mangsanya. Bulu bulu burung hantu yang begitu halus dan

(33)

memungkinkan burung hantu untuk menyambar mangsanya dengan diam-diam.

6) Semburan Air Ikan Pemanah

Gambar 6. Gambar Ikan Pemanah

(Sumber: emmaferdian.blogspot.com)

Ikan pemanah hidup di air tawar. Akan tetapi, makanan ikan pemanah berupa hewan kecil, seperti laba-laba, lalat, dan capung. Hewan-hewan kecil sering bergantung pada ranting atau daun tanaman yang berada dekat permukaan air. Meskipun dekat permukaan air, ikan pemanah menyemburkan tetes-tetes air tepat pada hewan yang sedang bergantung tersebut. Ketika mangsanya jatuh dari ranting dan merosot ke air, ikan pemanah langsung menyambar lalu menelannya.

(34)

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Dasar penelitian yang relevan yang menguatkan penelitian tentang Pengaruh Model Pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 6 Materi Makhluk Hidup Di Sekolah Dasar adalah:

1. Hasil Penelitian oleh Mhd. Jasri Ilham, Muakibatul Hasanah, dan Yuni Pratiwi .2016 tentang Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Bermuatan Nilai Karakter terhadap Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas VII. Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama secara teratur.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC bermuatan nilai karakter terhadap kemampuan mengembangkan tema cerpen pada siswa kelas VII SMPN 5 Muara Bungo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi eksperimen dengan desain post-test-post-test control group desain. Sampel penelitian ini terdiri dari 2 kelas, yakni kelas VII-1 berjumlah 26 siswa sebagai kelas eksperimen dan VII-2 berjumlah 26 siswa sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam peneltian adalah tes menulis cerpen, rubrik penilaian menulis cerpen, dan pedoman observasi nilai karakter dan keterlaksanaan

(35)

penelitiannya diperoleh hasil bahwa salah satu kelebihan model pembelajaran CIRC adalah siswa dilatih untuk dapat bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain, dengan menghargai pendapat orang lain pembelajaran dapat berlangsung dengan nyaman dalam menyatukan ide-ide yang berbeda.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Persamaannya adalah model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dan metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan metode penelitian Quasi Eksperimen. Sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada Variabel terikat jika penelitian ini pokus pada keterampilan menulis cerpen di SMP, tetapi penelitian yang akan dilaksanakan fokus pada prestasi belajar IPA di Sekolah dasar.

2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lina Salantina tentang Penerapan Model Pembelajaran Tipe CIRC untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII B SMP Negeri 3 Kuningan. Penelitian ini dilakukan dengan 3 siklus pelaksanaan. Penelitian ini membuktikan bahwa model pembelajaran CIRC mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa dari siklus kesatu sampai kepada siklus ketiga.

Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan yaitu terdapat pada variabel bebas penelitian yaitu penggunaan model pembelajaran CIRC dalam pembelajaran. Sedangkan perbedaannya dengan penelitian ini yaitu penelitian ini menggunakan

(36)

metode penelitian Tindakan, sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan metode penelitian quasi eksperimen dan variabel terikatnya yaitu peneliti akan meneliti tentang prestasi belajar IPA tentang materi Ciri-Ciri khusus Hewan.

3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurani, Budiyono dan Nurani tentang Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Teknik Pembelajaran Make A Match Dan Numbered Heads Together Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Kecerdasan Ganda Siswa.

Hasil penelitian ini yaitu terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa antara kelas model pembelajaran J-MAM, J-NHT, dan pembelajaran konvensional. Model pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

Persamaan dengan penelitian tersebut yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Perbedaannya adalah tipe model pembelajaran yang digunakan berbeda. Dan penelitian pada materi yang diteliti berbeda jika penelitian ini pada pelajaran IPA, sedangkan pada penelitian tersebut pada prestasi belajar matematika.

4. Hasil penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Suwastana, tentang Penerapan Model Pembelajaran Cooperatif Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar PKN.

(37)

Hasil dari penelitian ini yaitu penelitian dilakukan dengan 3 siklus berturut-turut dan dapat mengahasilkan kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar PKN siswa.

Penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini karena sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

5. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tasmin Idris, Wati Oviana dan Marlinawati. 2017 tentang Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Ciri-Ciri Khusus yang Dimiliki Hewan Melalui Model Kooperatif Tipe Talking Stick di kelas VI MIN Mesjid Raya Banda Aceh.

Pendidikan sains diarahkan untuk mencari dan membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Penelitian ini membahas tentang ciri-ciri khusus ysng dimiliki hewan. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus pelaksanaan. Hasil dari penelitiannya diperoleh bahwa hasil belajar siswa meningkat.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilaksanakan. Persamaannya terletak pada variabel terikat yang di teliti yaitu materi ciri-ciri khusus hewan di sekolah dasar. Sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada variabel bebas nya yaitu jika penelitian ini menggunakan model pembelajaran Talking Stick, sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan model pembelajaran CIRC (Cooperatif Integrated Reading and Composition).

(38)

C. Kerangka Pikir

Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan model pembelajaran yang dalam proses pelaksanaan pembelajaran siswa dibagi menjadi kelompok kecil yang beranggotakan empat sampai dengan enam siswa. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran CIRC untuk digunakan karena model pembelajaran CIRC adalah model pembelajaran yang dilaksanakan dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil beranggotakan 6 orang siswa. Pelaksanaan model pembelajaran CIRC dilaksanakan dengan membagi siswa kemudian dilanjutkan penugasan oleh guru. Setelah itu siswa mempresentasikan hasilnya dan di akhir guru dan siswa sama-sama menarik kesimpulan.

Prestasi belajar merupakan ukuran untuk melihat apakah siswa mengerti materi pembelajaran atau tidak. Dalam penelitian ini, untuk mengukur prestasi belajar, maka dilakukan 2 jenis tes pengukuran yaitu pre-tests dan post-test. Pre-test dilakukan untuk melihat prestasi belajar IPA sebelum siswa menerima perlakuan, dan post-test dilakukan untuk melihat prestasi belajar setelah menerima perlakuan.

Penggunaan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dirasa akan mempengaruhi prestasi belajar IPA siswa kelas 6 pada materi ciri-ciri khusus hewan karena dalam pembelajaran siswa dituntut untuk bertangggungjawab terhadap tugas yang diterima.

(39)

Model Pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)

Prestasi Belajar IPA materi Ciri-Ciri Khusus Hewan baik

Siswa Kelas 6 Materi Makhluk Hidup di Sekolah Dasar Negeri 2 Cirangkong. Variabel bebas adalah Model Pembelajaran CIRC dan variabel terikatnya adalah prestasi belajar siswa pada bab Makhluk Hidup materi ciri-ciri khusus hewan. Model pembelajaran CIRC digunakan karena diduga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa terutama pada prestasi belajar IPA materi ciri-ciri khusus hewan.

Dari uraian di atas, maka kerangka pikir penelitian ini dapat di gambarkan seperti di bwah ini:

Gambar 7.

Kerangka Pikir Pengaruh Model Pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 6 Materi Makhluk Hidup di Sekolah Dasar Negeri 2 Cirangkong.

(Sumber: Dokumentasi peneliti, 2018) Guru

Prestasi Belajar IPA siswa materi ciri-ciri

khusus Hewan Rendah Penggunaann Model

dan Metoda Konvensional

(40)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara atau praduga peneliti terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data (Arikunto, 2013:10).

Berdasarkan kerangka pikir yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitiannya adalah:

1. Hipotesis Deskriptif

: Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran CIRC terhadap prestasi belajar siswa pada materi ciri-ciri khusus hewan

: Terdapat pengaruh model pembelajaran CIRC terhadap prestasi belajar siswa pada materi ciri-ciri khusus hewan.

2. Hipotesis Statistik

b. Jika probabilitas < 0,05 maka diterima dan Ha ditolak c. Jika probabilitas > 0,05, maka ditolak dan Ha diterima. . Profil Sekolah

1. Identitas Sekolah

1 Nama Sekolah : SD NEGERI CIRANGKONG 2

2 NPSN : 20210552

3 Jenjang Pendidikan : SD

4 Status Sekolah : Negeri

5 Alamat Sekolah : Kp. Pasirpanggung

RT / RW : 5 / 4

Kode Pos : 46184

Kelurahan : Cikeusal

Kecamatan : Kec. Tanjungjaya

Kabupaten/Kota : Kab. Tasikmalaya

(41)

3. Data Pelengkap

7 SK Pendirian Sekolah : 503/642.2/SK.1/DITK/2002

8 Tanggal SK Pendirian : 1952-02-01

9 Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah

10 SK Izin Operasional : -

11 Tgl SK Izin Operasional : 1910-01-01 12 Kebutuhan Khusus Dilayani :

13 Nomor Rekening : 0016665428100

14 Nama Bank : BANK JABAR BANTEN

15 Cabang KCP/Unit : Singaparna

16 Rekening Atas Nama : SDN CIRANGKONG 2

17 MBS : Tidak

18 Luas Tanah Milik (m2) : 2148

19 Luas Tanah Bukan Milik (m2) : 0

20 Nama Wajib Pajak : sdn 2 Cirangkong

21 NPWP : 004906657425000 3. Kontak Sekolah 20 Nomor Telepon : 085223437377 21 Nomor Fax : 22 Email : sdncirangkongii@yahoo.com 23 Website : 4. Data Periodik

24 Waktu Penyelenggaraan : Pagi/6 hari

25 Bersedia Menerima Bos? : Ya

26 Sertifikasi ISO : Belum Bersertifikat

27 Sumber Listrik : PLN

28 Daya Listrik (watt) : 900

29 Akses Internet : Telkomsel Flash

(42)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kondisi kedwibahasaan atau bilingualisme sering kali seseorang mengganti bahasa atau ragam bahasa tergantung pada keadaan atau keperluan berbahasa itu

Aspek terpenting lainnya yang membuat Islam dapat diterima di berbagai dunia adalah tujuan dasar syariat Islam sendiri yang mengutamakan keadilan

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas terapi menulis terhadap penurunan emosi negatif dan peningkatan emosi positif pada korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rotifera dan Crustacea adalah zooplankton yang ditemukan di situ bekas galian pasir dan Rotifera merupakan jenis yang mendominasi.. Hal

[r]

Hanya 6 orang wartawan (17%) termasuk Redaktur dan Pemimpin Redaksi yang memiliki masa kerja lebih dari tiga tahun. Dapat diduga bahwa selama 13 tahun umur Harian

Apakah ada perbedaan pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup antara peserta didik di kelas yang menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa peneliti menggunakan teori semiotika dari John Fiske untuk penelitian ini karena setiap level yang dipaparkan oleh