• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA MOTIVASI WISATA BELANJA PADA FACTORY OUTLET DI KOTA BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA MOTIVASI WISATA BELANJA PADA FACTORY OUTLET DI KOTA BANDUNG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

P-ISSN: 2527-3434 ; E-ISSN: 2527-5143 Page: 183-195

Received : Juli 2016 Revised: 16 Agustus 2016 Accepted : 05 September 2016

ANALISA MOTIVASI WISATA BELANJA PADA FACTORY OUTLET DI KOTA BANDUNG

Damayanti Octavia & Sinta Aulia Utami

Prodi SI Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom

damavia@yahoo.co.id & sintaauliautami@students.telkomuniversity.ac.id Abstrak - Adanya potensi kota Bandung sebagai kota jasa menjadikan kota Bandung meraih penghargaan “Tourism Award 2011, yaitu The most Favorite City dan The best Service Quality City”. Kota Bandung berusaha menjadi kota jasa dalam bidang fashion,kuliner dan seni. Bahkan industri fashion menjadi salah satu sektor industri unggulan yang dikembangkan oleh kota Bandung, hal tersebut didukung adanya kota Bandung sebagai pencetus berdirinya factory outlet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi wisata belanja pada factory outlet di kota Bandung dengan variabel hedonic shopping motives,utilitarian shopping motives, adventure shopping, value shopping, gratification shopping, role shopping, social shopping, idea shopping, efficiency, achievement. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dan deskriptif. Sampel penelitian dilakukan dengan metode non probability sampling yaitu purposive sampling dengan mengambil 400 responden. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan cross tabulation dan uji chi-square.Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan shopping motives antara the shopping tourist dan the tourist shopper dimana the tourist shopping memiliki motivasi hedonic lebih tinggi.

Kata Kunci : Shopping Tourism, Factory Outlet, Bandung, Shoping Motives

Abstract - The existence of potential of Bandung as the city’s services have made the city of Bandung, the award winning “tourism award 2011 as the most favorite city and the best service quality city”. Bandung try to become city services in the fields of fashion, food, and the arts. Even the fashion industry

(2)

184 became one of the leading industrial sectors developed by the city of Bandung as the originator of the establishment of the factory outlet. The method used in this research is quantitative and descriptive. The studied samples were processed by non-probability method namely purposive sampling with the total sampling of 400 respondents. Data analysis techniques used was cross tabulation and chi-square. The conclusions of this research are there is a different between the shopping tourist and the tourist shopper, while the shopping tourist have hedonic shopping motivation higher.

Keywords : Shopping Tourism, Factory Outlet, Bandung, Shoping Motives

PENDAHULUAN

Dalam perkembangan industri pariwisata telah merambah berbagai hal yang sering digunakan sebagai dayatarik dan komoditas, salah satunya adalah belanja.

Kota Bandung yang biasa disebut dengan “Paris Van Java” memiliki makna bahwa kota Bandung diibaratkan dengan Parisnya pulau Jawa. Kota Bandung memanfaatkan belanja sebagai salah satu andalan dalam promosi dan menarik wisata. Kota yang sempat mendapat julukan “Paris Van Java” itu sedang gencar mempromosikan belanja busana di factory outlet beberapa tahun terakhir.

Melihat potensi wisata kota Bandung yang cukup tinggi maka melalui bidang kepariwisataan, Bandung pernah mendapatkan penghargaan

“Tourism Award 2011, yaitu The most Favorite City dan The best Service Quality City” (www. bandungtourism. com).

Menurut divisi promosi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung, kota Bandung memiliki target 10 juta wisatawan pada tahun 2016 dengan tetap meningkatkan wisata kota Bandung sebagai kota jasa.

Bandung berusaha menghadirkan beragam jasa serta pelayanan untuk para wisatawan terutama untuk bidang seni, kuliner dan fashion.

Kota Bandung itu sendiri juga telah menentukan titik centra untuk wisata belanja Sudah sejak lama kota Bandung memang dikenal sebagai barometer fashion di Indonesia (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung, 2015).

(3)

Selain itu harga murah merupakan salah satu faktor penarik yang luar biasa bagi wisatawan untuk berkunjung. Bahkan sebagian dari mereka, rela melakukan perjalanan jauh demi mendapatkan penawaran harga murah (Timothy, 2005).

Terbukti dari temuan penulis di factory outlet Kota Bandung, harga jual barang yang murah dinilai wisatawan cukup menarik mereka untuk berbelanja di lokasi factory outlet. Meskipun dalam kenyataannya, faktor ini merupakan yang terendah dibanding faktor penarik lainnya.

Haruslah disadari sebelumnya bahwa pengertian murah di factory outlet adalah lebih rendah dibanding harga yang berlaku di pasaran pada umumnya, sehingga masih bersifat relatif.

Jadi bagi sebagian orang yang memiliki kemampuan ekonomi tertentu, berbelanja di factory outlet masih tergolong mahal dan eksklusif

Hal tersebut juga membuktikan bahwa fashion merupakan salah satu sektor yang dikembangkan oleh kota Bandung seperti yang dijelaskan dalam tabel 1. berikut ini :

Tabel 1.

Prioritas Pengembangan Industri Unggulan Kota Bandung NO Prioritas Pengembangan Industri

Unggulan

1 Industri Fashion 2 Industri Alas Kaki 3 Industri Suku Cadang 4 Industri Telematika

5 Industri Makanan & Minuman 6 Industri Kreatif

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung, 2015 Perkembangan fashion di

kota Bandung menjadi bukti nyata eksistensi kota Bandung sebagai kota fashion dengan perkembangan factory outlet (FO) dan distro.

Pada pertengahan 1990 sampai dengan saat ini trend factory outlet dan distro

menjadikan identitas kota Bandung sebagai kiblat utama di bidang fashion (Armelia, 2015 dalam www. Infobdg .com).

Hal tersebut didukung dengan adanya kota Bandung sebagaiKota Bandung menjadi pencetus berdirinya Factory Outlet.

(4)

186 Adapun tujuan dari

penelitian yang dilakukan yaitu, yaitu untuk mengetahui segementasi wisata belanja berdasarkan demografi di factory outlet kota Bandung dan untuk mengetahui bagaimana motivasi wisata belanja di factory outlet kota Bandung.

TINJAUAN PUSATAKA PEMASARAN

Kotler dan Keller (2008:6) menyatakan bahwa pemasaran merupakan proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.

Sedangkan menurut Daryanto (2011:1) pemasaran merupakan suatu proses dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.

Dalam Suryadana dan Octavia (2015:2) pemasaran adalah proses dimana perusahaan mencipatakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan untuk menangkap nilai yang baik dari pelanggan sebagai imbalannya (Kotler dan Keller, 2012). Sejak tahun

1950-an konsep pemasar1950-an terpenting adalah segmentasi (Khasali, 2005:50).

SEGMENTASI

Segmentasi demografi merupakan pengelompokkan pasar menjadi kelompok berdasarkan variabel seperti usia, jenis kelamin, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras (Make, 2014).

Segmentasi pasar dapat membantu manajer pemasaran lebih memahami karakter pasar dan dapat mengembangkan produk yang sesuai untuk berbagai segmen sasaran yang berbeda (Guillet & Kucukusta, 2015 : 420).

MOTIVASI

Berbagai usaha yang dilakukan oleh manusia tentunya untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya, namun agar keinginan dan kebutuhannya dapat terpenuhi tidaklah mudah didapatkan apabila tanpa usaha yang maksimal.

Mengingat kebutuhan orang yang satu dengan yang lain berbeda-beda tentunya cara untuk memperolehnya akan berbeda pula. Dalam memenuhi kebutuhannya seseorang akan berperilaku sesuai dengan dorongan yang dimiliki dan apa

(5)

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika yang mendasari perilakunya, untuk itu dapat dikatakan bahwa dalam diri seseorang ada kekuatan yang mengarah kepada tindakannya. Teori motivasi merupakan konsep yang bersifat memberikan penjelasan tentang kebutuhan dan keinginan seseorang serta menunjukkan arah tindakannya. Motivasi seseorang berasal dari interen dan eksteren. Herpen et al. (2002); hasil penelitiannya mengatakan bahwa motivasi seseorang berupa intrinsik dan ekstrinsik Sedangkan Gacther and falk (2000), Kinman and Russel (2001); Motivasi intrinsik dan ekstrinsik sesuatu yang sama-sama mempengaruhi tugas seseorang. Kombinasi insentive intrinsik dan ekstrinsik merupakan kesepakatan yang ditetapkan dan berhubungan dengan psikologi seseorang.

Dalam Sangadji dan Sopiah (2013:154) menyatakan bahwa menurut Robbins (2011) motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi beberapa kebutuhan individual. Sedangkan menurut Setiadi (2008:894) motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan terintegrasi

dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.

Dari pemaparan para ahli diatas motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti "dorongan" atau rangsangan atau "daya penggerak" yang ada dalam diri seseorang.

SHOPPING MOTIVES

Pada umumnya motivasi belanja dikategorikan dalam dua aspek yaitu utilitarian dan hedonic. Motivasi belanja secara hedonis hampir setara dengan utilitariani, hanya saja hedonis lebih kepada pemenuhan kebutuhan secara emosional seperti kegembiraan. Terdapat enam kategori hedonic shopping motives yaitu sebagai berikut : (Cinjarevic et al, 2011)

Adventure Shopping yaitu kegiatan belanja sebagai sarana petualangan dan mereka merasa mendapatkan pengalaman dan merasa berada di dunia yang berbeda. Social Shopping yaitu kegiatan belanja untuk melakukan sosialisasi selama berbelanja dan menciptakan ikatan antar satu sama lain.

Gratification Shopping yaitu kegiatan belanja sebagai penghilang stress, penghilang suasana negatif dan cara untuk memanjakan diri sendiri. Idea

(6)

188 Shopping yaitu Kegiatan belanja

yang dilakukan untuk mengikuti trend, mode baru dan produk baru.

Role Shopping yaitu kegiatan belanja yang dilakukan oleh seseorang yang akan menciptakan perasaan yang menyenangkan ketika melakukan kegiatan belanja tersebut untuk orang lain. Value Shopping yaitu kegiatan belanja yang dilakukan untuk pencarian promosi, diskon dan lain-lain.

Motivasi belanja secara utilitarian keinginan untuk membeli sebuah produk yang efisien dan rasional, terdapat dua kategori motivasi utilitarian seperti berikut ini [7]. Efficiency yaitu kegiatan belanja yang mengacu pada pemenuhan kebutuhan seseorang dan melakukan kegiatan belanja secara cepat untuk menghemat waktu. Achievement yaitu kegiatan belanja yang beroreintasi kepada keberhasilan seseorang dalam menemukan barang yang dibutuhkan sesuai dengan yang di rancanakan sebelumnya.

METODE

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dan descriptive. Penelitian

kuantitatif digunakan menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena social. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena social di jabarkan kedalam beberapa komponen masalah, variable dan indicator. Setiap variable yang di tentukan di ukur dengan memberikan symbol – symbol angka yang berbeda – beda sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan dengan variable tersebut dan penelitian descriptive di gunakan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat. Dalam perkembangannya,

Sampel penelitian dilakukan dengan metode non probability sampling yaitu purposive sampling dengan mengambil 400 responden. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan cross tabulation dan chi-square. PEMBAHASAN

Untuk mengetahui perbedaan berdasarkan motives shopping antara The shopping tourist dan the tourist shopper maka digunakan cross tabulation seperti yang dijelaskan pada tabel 2. berikut ini.

(7)

Berdasarkan tabel 2. The shopping tourist didominasi oleh wanita dengan presentase sebesar 77.6%, sedangkan the tourist shopper didominasi oleh wanita dengan presentase sebesar 78.8%. The shopping tourist berusia lebih tua yaitu 26-35 tahun sebesar 45.8%, sedangkan the tourist shopper memiliki usia lebih muda yaitu 18-25 tahun sebesar 55.8%. The shopping tourist memiliki pendapatan lebih tinggi yaitu diatas Rp.5.000.000 sebesar 56.8%, sedangkan the tourist shopper memiliki pendapatan lebih rendah yaitu dibawah

Rp.2.000.000 sebesar 34.6%. Pekerjaan yang dimiliki oleh the shopping tourist sebagai pegawai swasta sebesar 53.1%, sedangkan the tourist shopper memiliki

pekerjaan sebagai

pelajar/mahasiswa sebesar 41.8% Selain itu, the shopping tourist dan the tourist shopper membentuk pola yang sama yaitu melakukan kegiatan wisata belanja di factory outlet kota Bandung bersama keluarga.

Untuk menentukan hubungan yang ada dari setiap variabel dengan kedua kelompok tersebut yaitu the shopping tourist dan the tourist shopper . Maka diketahui untuk variabel Tabel 2.

Hasil Cross Tabulation Berdasarkan Shopping Motives

Variabel Indikator The Shopping Tourist (%) (n = 192) TheTourist Shopper (%) (n = 208) Jenis Kelamin Wanita 77.6 78.8 Pria 22.4 21.2 Usia 18-25 Tahun 25.5 55.8 25-36 Tahun 45.8 29.8 36-46 Tahun 22.4 8.2 >46 Tahun 6.3 6.3 Pendapatan <Rp. 2.000.000 9.4 34.6 Rp.2.000.000-3.500.000 12.5 18.3 Rp.3.500.000-5.000.000 21.4 14.9 >Rp.5.000.000 56.8 32.5 Pekerjaan Pelajar/Mahasiswa 16.7 41.8 Pegawai Swasta 63.7 28.4 Pegawai Negeri 8.3 13.5 Wiraswasta 14.6 10.1

Ibu Rumah Tangga 5.7 4.3

(8)

190 usia dan pendapatan memiliki

df=3, dimana hasil yang diperoleh untuk chi-square tabel yaitu 9.488. Selain itu, variabel pekerjaan memiliki df=11, dimana hasil yang diperoleh untuk chi-square tabel yaitu 7.815. Apabila chi-square hitung>chi-square tabel, maka terdapat hubungan antara item

dengan kedua kelompok tersebut dan sebaliknya. Berdasarkan signifikansi, apabila signifikansi < 0.05 maka terdapat hubungan antara item dengan kedua kelompok tersebut dan sebaliknya yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan seperti yang dijelaskan pada tabel 3. berikut ini.

Tabel 3.

Hasil Uji Chi Square berdasarkan Demografi

Berdasarkan tabel 3. dapat diketahui bahwa usia, pendapatan dan pekerjaan memiliki hubungan dengan kedua kelompok tersebut.

Hal tersebut menandakan bahwa terdapat perbedaan antara the shopping tourist dengan the tourist shopper dalam karakteristik demografi yaitu usia, pendapatan dan pekerjaan. Dimana nilai chi-square hitung ketiga variabel

tersebut lebih besar dari chi-square tabel yaitu 3.841. Nilai signifikansi untuk ketiga variabel tersebut juga memiliki nilai yang lebih kecil dari 0.05.

Untuk mengetahui perbedaan berdasarkan motives shopping antara The shopping tourist dan the tourist shopper maka digunakan cross tabulation seperti yang dijelaskan pada tabel 4. berikut ini.

Variabel N Missing Df Chi-Square Hitung Taraf Signifikansi Jenis Kelamin 400 0 1 0.090 0.764 Usia 400 0 3 41.627 0.000 Pendapatan 400 0 3 46.407 0.000 Pekerjaan 400 0 11 49.432 0.000

(9)

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika Tabel 4.

Hasil Cross Tabulation Berdasarkan Shopping Motives Variabel Indikator The Shopping Tourist

(%) (n = 192) The Tourist Shopper (%)( n = 208) Shopping Motives Hedonic 75 25 Utilitarian 51.9 48.1 Hedonic Shopping Motives Hedonic Shopping Motives Adventure Shopping 74 51.4 Gratification Shopping_1 85.4 82.7 Gratification Shopping_2 79.7 56.3 Role Shopping 63 51.8 Value Shopping 73.4 67.3 Social Shopping_1 69.3 79.3 Social Shopping_2 74.5 78.4 Idea Shopping_1 78.6 50.5 Idea Shopping_2 79.2 51 Utilitarian Shopping Motives Achievement 79.2 82.2 Efficiency 53.6 74.0 Associations With Destination Enjoyable Shopping 85.9 71.2 Low Prices 14.1 28.8

Pada tabel 4. dapat diketahui bahwa The shopping tourist hanya memiliki motivasi belanja hedonic sebesar 75% dengan jumlah 144 responden, sedangkan the tourist shopper memiliki motivasi belanja hedonic sebesar 51.9% dengan

jumlah 108 responden. Motivasi belanja hedonic yang dimiliki oleh the shopping tourist yaitu adventure shopping sebesar 74%, gratification shopping_1 sebesar 85.4%, gratification shopping_2 sebesar 79.7, role shopping sebesar 63%, value shopping

(10)

192 sebesar 73.3%, idea shopping_1

sebesar 79.2%, idea shopping_2 sebesar 78.6%, social shopping_1 sebesar 69.3%.

Selain itu, motivasi belanja hedonic yang dimiliki oleh the tourist shopper yaitu social shopping_2 sebesar 78.4%, dan motivasi belanja utilitarian yang dimiliki the tourist shopper yaitu achievement sebesar 82.2%, efficiency sebesar 74%. Associations with Destination yang dimiliki oleh kedua kelompok yaitu wisata belanja yang ditawarkan menarik.

Untuk menentukan perbedaan yang ada dari setiap item dengan kedua kelompok tersebut yaitu the shopping

tourist dan the tourist shopper . Maka diketahui untuk setiap item tersebut memiliki df=1, dimana hasil yang diperoleh untuk chi-square tabel yaitu 3.981.

Apabila chi-square hitung>chi-square tabel, maka terdapat hubungan antara item dengan kedua kelompok tersebut dan sebaliknya. Berdasarkan signifikansi, apabila signifikansi < 0.05 maka terdapat hubungan antara item dengan kedua kelompok tersebut dan sebaliknya yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan seperti yang dijelaskan pada tabel 5. berikut ini.

Tabel 5.

Hasil Uji Chi Square berdasarkan Shopping Motives Variabel N Missing Df Chi-Square Hitung Taraf Signifikansi Hedonic Motives Shopping 400 0 1 22.810 0.000 Utilitarian Motives Shopping 400 0 1 22.810 0.000 Adventure Shopping 400 0 1 21.539 0.000 Gratification Shopping_1 400 0 1 0.551 0.458 Gratification Shopping_2 400 0 1 25.000 0.000 Role Shopping 400 0 1 3.108 0.078 Social Shopping_1 400 0 1 5.315 0.021 Social Shopping_2 400 0 1 0.839 0.360

(11)

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ikonomika Berdasarkan tabel 5. dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan kedua kelompok tersebut dengan shopping motives,adventure shopping dalam hal merasa berada di dunia sendiri, social shopping_1 dalam hal melakukan sosialisasi dengan teman, gratification_2 dalam hal memperlakukan diri secara khusus, idea shopping_1 dalam hal membeli produk terbaru,iIdea shopping_2 dalam hal mengikuti mode yang sedang berkembang, efficiency dalam hal menghemat waktu, dan associations with the destination. Hal tersebut membuktikan bahwa adanya perbedaan antara the shopping tourist dengan the tourist shopper dalam hal associations with the destination, motives shopping, merasa berada di dunia sendiri, sosialisasi dengan teman, membeli produk terbaru, mengikuti mode yang

sedang berkembang,

memperlakukan diri secara khusus, menghemat waktu ketika sedang melakukan kegiatan wisata belanja.

Kedelapan item tersebut memiliki chi-square hitung lebih besar dari chi-square tabel yaitu 3.841. Nilai signifikansi dari kesembilan item tersebut juga lebih kecil dari 0.05.

KESIMPULAN

Segmentasi demografi wisata belanja di factory outlet kota Bandung, the shopping tourist memiliki usia lebih tua dengan pendapatan lebih tinggi dan pekerjaan sebagai pegawai swasta, sedangkan the tourist shopper memiliki usia lebih muda dengan pendapatan lebih rendah dan pekerjaan sebagai pelajar /mahasiswa.

Selain itu, motivasi belanja the shopping tourist yaitu hedonik dalam hal, memperlakukan diri secara khusus, merasa di dunia sendiri, adanya diskon, pemberian hadiah untuk orang lain, dan mengikuti trend yang sedang berkembang, sedangkan motivasi the tourist shopper yaitu hedonik hal sosialisasi dengan keluarga dan teman ketika melakukan kegiatan wisata belanja.

Value Shopping 400 0 1 1.795 0.180 Idea Shopping_1 400 0 1 36.375 0.000 Idea Shopping_2 400 0 1 34.087 0.000 Achievement 400 0 1 0.595 0.440 Efficiency 400 0 1 18.076 0.000 Associations with the destination 400 0 1 12.821 0.000

(12)

194 Motivasi utilitarian the

tourist shopper yaitu dalam hal memenuhi kebutuhan, menghemat waktu dan menentukan tujuan. Sehingga diharapkan factory outlet kota Bandung bisa menciptakan suasana yang nyaman kepada the tourist shopper untuk melakukan sosialisasi dengan keluarga serta menciptakan

outlet yang menyediakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan the tourist shopper, sedangkan untuk the shopping tourist factory outlet diharapkan dapat memberikan diskon atau potongan harga lainnya di waktu-waktu tertentu serta menciptakan atmosphere outlet yang nyaman.

DAFTAR RUJUKAN

Armelia, Nadya. (2015). 15 Factory Outlet Terkenal di Bandung [online]. http://www.infobdg.com/v2/15-factory-outlet-terkenal-di-bandung/ [3 Desember 2015].

Bandung tourism. [2015]. The Most Favorite City and The Best

Service Quality City [online]

http://www.bandungtourism.com/index.html [15 September2015].

Cinjarevic, Tatic and Petric. (2011). See It, Like It, Buy it!Hedonic Shopping Motivations and Impulse Buying. Journal of Economics and Business, Vol 9 Iss 1.

Daryanto. (2011). Sari Kuliah Manajemen Pemasaran. (Cetakan Kesatu). Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung (2015). Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung (2015).

Guillet, B.D. & Kucukusta, D. (2016). Spa Market Segementation According to Customer Preference. International Journal of Contemporary Hospitality Management. Volume 28 No 2, 2016, 418-434.

Gachter, Simon and Falk, Armin, 2000,

Work Motivation, Institutions

and Performance,

The Participants of the first Asian Conference

on Eperimental Business Research at the Hongkong University of Science and Tehnology, Working Paper pp 1-18

Herpen, Marco; Praag, Mirjan and Cools, Kees, 2002,

The Effects of

Performance Measurement and Compensation on Motivation

and Emperical Study

, Conference of The Performance

(13)

Khasali, Rhenald. (2005). Membidik Pasar Indonesia : Segmentasi, Targeting, dan Positioning. Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama.

Kotler, P & Keller K. (2008). Manajemen Pemasaran. (Edisi 12 Jilid 2). PT. Indeks.

Kotler, P & Keller K. (2012). Marketing Management.(14nd ed). Pearson Education Limited.

Make, Kotler Bowen. (2014). Marketing for Hospitality and Tourism. (6nd ed). Pearson Education Limited.

Robbins, Stephen P., 2001,

Organizational Behavior

, Upper Saddle River, New

Jersey Prentice- Hall Inc.

Sangadji Mamang, Etta. (2013). Perilaku Konsumen-Pendekatan Praktis Disertai Himpunan Jurnal Penelitian. Yogyakarta: ANDI.

Setiadi, Nugroho J. (2008). Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. (Edisi 1, Cetakan ke-3). Jakarta:Kencana.

Suryadana, M. Liga dan Octavia, Vanny. (2015). Pengantar Pemasaran Pariwisata. Bandung:Alfabeta.

Timothy, D.J. (2005). Shopping Tourism, Retailing, and Leisure. Great Britain: Cromwell Press.

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum, setiap sub sistem informasi dan aplikasi untuk pengolahan data yang telah dikembangkan oleh UPT PUSKOM dan diterapkan di lingkungan ISTA, mampu memberikan output

Pada pengujian menggunakan format MusicXML, program mampu mendeteksi nada A5 yang terlalu tinggi untuk dinyanyikan. Program akan melakukan penurunan nada dasar menjadi

1) Mengetahui tingkat keberhasilan penanaman mangrove pada bulan Mei 2015 di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. 2) Menganalisis respon

Hidrologi Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data ,

An ( Dokter Spesialis Anastesi) / serta Wahyu Budiantini S.Kep.,Ns (Perawat RSUD Dr. Sarjdito Yogyakarta)// Dalam pembahasan Gadar “Brain Injury” / oleh beberapa pembicara

Hukum faraday menyatakan bahwa jika suatu penghantar berada dalam suatu medan magnet yang berubah-ubah dan penghantar tersebut memotong gais-garis magnet yang

Namun, dengan keterbatasan yang penulis miliki, kiranya penulis akan membatasi untuk membahas kritik Azyumardi Azra seputar pendidikan Islam di Indonesia secara

Umur bisa mempengaruhi tingkat pengetahuan pasien dimana seseorang yang berumur lebih lanjut mereka tidak akan terlalu mempertimbangkan atau memperhatikan apa yang