• Tidak ada hasil yang ditemukan

GALUR-GALUR KACANG TANAH PRODUKTIF DAN ADAPTIF PADA LAHAN KERING MASAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GALUR-GALUR KACANG TANAH PRODUKTIF DAN ADAPTIF PADA LAHAN KERING MASAM"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

GALUR-GALUR KACANG TANAH PRODUKTIF DAN ADAPTIF PADA LAHAN KERING MASAM

Astanto Kasno dan Trustinah

Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang Jl. Raya Kendalpayak Km. 8 P.O.Box. 66 Malang (65101) Telp. (0341)801468

Email: astantokasno@yahoo.com ABSTRAK

Lahan kering masam tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan potensial untuk pengembangan kacang tanah. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan galur kacang tanah yang produktif (hasil>2,5 t/ha polong kering) dan adaptif (skor pertumbuhan 1−2)pada lahan kering masam dengan kejenuhan Al sedang. Bahan penelitian adalah 20 genotipe kacang tanah yang diuji pada lahan kering masam di Lampung Selatan, Lampung Tengah, dan Lampung Timur pada MKI dan MK II 2011. Penelitian menggunakan rancangan acak kelom-pok dengan tiga ulangan, sama untuk semua lokasi dan musim. Sebagai pupuk dasar diberikan 45 kg Urea, 90 kg SP36, dan 90 kg KCl per ha pada saat tanam secara larikan di sisi barisan tanaman. Terdapat 8 galur yang memberikan hasil di atas rata-rata semua galur dan varietas Jerapah dan Talam 1. Galur-galur tersebut adalah G/92088//92088-02-B-2-8-1, G/92088// 92088-02-B-2-8-2, J/J11-99-D-6210, P 9801-25-2, MHS/91278-99-C-174-7-3, J/91283-99-C-192-17, Mn/92088-02-B-1-2, GL-JPO-63, dan IC 87123/86680-93-B-75-55. Galur G/92088// 92088-02-B-2-8 memberikan hasil polong kering tertinggi (2,46 t/ha). Hasil polong pada lahan kering masam yang memiliki tingkat kejenuhan Al tinggi rata-rata 1,37 t/ha. Hasil galur P 9801-25-2, Mn/92088-02-B-1-2, dan Ml 7720 adalah 1,60 t/ha polong kering. Pada lahan yang me-miliki tingkat kejenuhan Al rendah hingga sedang, hasil galur-galur tersebut mencapai 2,5 t/ha. Kata kunci:Kacang tanah, lahan kering masam, adaptasi, hasil polong

ABSTRACT

Groundnut promising lines adaptive and productive in acidic drylands. Acidic drylands are distributed in various provinces of Indonesia and it is potential for groundnut. The development of groundnut crops in acidic drylands is more favorable than other crops. The aims of the study was to obtain the productive lines (yield >2.5 t ha-1 dry pods) and adaptive lines (growth score 1-2) in acidic drylands with moderately Aluminum saturation. A number of 20 genotypes were tested in acidic dryland in the regions of South Lampung, Central Lampung, and East Lampung during dry season of 2011. The researchs applied randomized block design with three replicates. Basal fertilizer of 45 kg Urea, 90 kg SP36 and 90 kg KCl per ha were given at planting. There were nine lines, which gave pod yields higher than the grand average yield, as well as than varieties Jerapah and Talam 1 (check vareties) pod yields. These lines were G/92088//92088-02-B-2-8-1, G/92088//92088-02-B-2-8-2, J/J11-99-D-6210, P 9801-25-2, MHS/91278-99-C-174-7-3, J/91283-99-C-192-17, Mn/ 92088-02-B-1-2, GL-JPO-63, and IC 87123/86680-93-B-75-55. Line G/92088//92088-02-B-2-8 gave the highest dry pods by 2.46 t ha-1. The dry pods yield in high Al saturation level was 1.37 t ha-1 in average, whereas P9801-25-2, Mn/92088-02-B-1-2 and Ml 7720 reached 1. 60 t ha-1 dry pods. In soils with low to moderate levels of Al saturation, yield of these lines reached more than 2.5 t ha-1.

(2)

PENDAHULUAN

Lahan kering masam tersebar luas di Sumatera, Kalimantan dan Papua, dan potensial bagi pengembangan kacang tanah. Pengembangan kacangtanah pada lahan kering masam menguntungkan di antara tanaman pangan lainnya (Makmun et al. 1994; Kasno 2006). Lingkungan lahan masam sangat beragam dan galur yang diuji cukup banyak sehingga kemungkinan akan terjadi interaksi genotipe dan lingkungan yang akan menimbulkan kesulitan dalam memilih genotipe unggul yang sesuai untuk dikembangkan. Terdapat metode analisis genotipe dan lingkungan yang dapat mengidentifikasi genotipe yang beradaptasi khusus sehingga dapat menjamin keberhasilan program seleksi (Eberhart dan Russell 1966; Perkins dan Jinks, 1968; Hardwick et al. 1972; Subandi et al. 1978; Langer et al. 1979; Kasno et al. 1988; Kasno et al. 1989; Kasno 1992).

Peningkatan produktivitas lahan masam dapat dilakukan melalui perbaikan tanah (ameliorasi), pemupukan,pemberian bahan organik, dan penggunaan varietas toleran, dan kombinasi dari keduanya. Ameliorasi lahan masam dengan pengapuran bertujuan untuk meningkatkan pH dan menurunkan Al-dd tanah (Rosolem et al. 1999;Sumarno et al. 1989). Namun pengapuran yang berlebih dapat menyebabkan defisiensi beberapa unsur mikro akibat naiknya pH (Myers dan De Pauw 1995). Pengapuran sebaiknya dilakukan bila pH tanah di bawah 5 karena pada pH di atas 5,5 respon Al rendah karena sudah mengendap menjadi Al (OH)3 (Prasetyo dan Suriadikarta 2006). Cara lain untuk mengatasi keracunan Al adalah dengan pemberian bahan organik ke dalam tanah, karena adanya bahan organik dapat larut, terutama asam-asam fulvik yang biasanya terdapat pada bahan organik dapat mengurangi keracunan Al (Hairiah et al. 2000).Cara tersebut efektif bila cekaman lahan masam hanya terjadi pada lapisan olah. Bila cekaman lahan masam terjadi hingga ke lapisan subsoil, maka penggunaan varietas adaptif lahan masam perlu dilakukan.Gabungan penggunaan varietas tahan dan pengapuran merupakan strategi yang efektif untuk meningkatkan produksi kacang tanahdi lahan masam.

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan galur kacang tanah yang produktif (hasil polong > 2,5 t/ha) dan adaptif (skor pertumbuhan 1−2) pada lahan kering masam dengan tingkat kejenuhan Al sedang-tinggi.

BAHAN DANMETODE

Bahan peneltian meliputi 20 genotipe (18 galur dan dua varietas pembanding) kacang tanah, diuji pada tiga lokasi di Lampung(Lampung Selatan, Lampung Tengah, dan Lampung Timur) pada dua musim tanam, yaitu awal musim kemarau (Februari− Juni) (MK I) dan akhir musim kemarau (Juli−Oktober) (MKII) 2011. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan untuk semua percobaan.Setiap genotipe kacang tanah ditanam 6 baris sepanjang 4,5 m dengan jarak tanam 40 cm antarbaris dan 15 cm di dalam baris, dan1 biji/lubang, luas petak 12 m2. pupuk dasar diberikan pada saat

tanam secara larikan di sisi barisan tanaman dengan takaran 45 kg Urea, 90 kg SP36, dan 90 kg KClper ha.

Pada setiap lokasi percobaan dilakukan skoring toleransi galur terhadap cekaman pH/keracunan Al (Koesrini dan Sabran 1994) pada saat tanaman berumur tiga minggu setelah tanam (MST):

1= pertumbuhan normal,tanpa gejala keracunan Al dan tumbuh subur, 2= pertumbuhan agak normal dan kurang subur,

(3)

3 = daun memperlihatkan gejala kuning pada ujung daun, dan pertumbuhan tanaman kurang subur,

4 = daun memperlihatkan gejalakuning pada ujung daun dan tumbuh kerdil, 5 = daun kuning dan nekrotik sertatanaman mati sebelum berbunga.

Tanaman yang memiliki skor pertumbuhan 1 dan 2 dianggap toleran pH rendah dan Al tinggi.

Data yang diamati pada percobaan ini adalah:

1. skor penyakit daun pada umur 80 hst. (Subrahmanyamet al. 1985), 2. hasil polong per petak (7,2 m2),

3. rendemen hasil, 4. ukuran biji (g/100 biji), 5. tinggi tanaman saat panen, 6. jumlah polong hampa, dan 7. jumlah polong isi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis menunjukkan bahwa tanah lokasi pengujian memiliki pH 4,15−5,1 dan tergolong masam, namun memiliki kejenuhan Al berkisar dari rendah hingga tinggi (Tabel 1). Pada kondisi tersebut, galur kacang tanahpada MK 1 tumbuh dengan baik, namun hasil polong berbeda pada setiap lokasi dan musim. Perbedaan utama lokasi percobaan adalah tingkat kejenuhan Al di Natar 15%, di Rumbia 29,5% dan di Sukadana 35%. Hasil polong kacang tanah pada MK 2 di tempat yang sama lebih rendah, karena cekaman kekeringan dan serangan hama polong. Serangan hama pengisap polong menyebabkan kerusakan polong mencapai 90%.

Tabel 1. Hasil analisis tanah di Natar (Lampsel), Rumbia (Lampteng), dan Sukadana (Lamptim).

Natar Rumbia Sukadana Hara Satuan

Nilai Status Nilai Status Nilai Status

pH H2O 5,1 masam 4,75 masam 4,15 sangat masam

K me/100g 0,12 rendah 0,24 rendah 0,08 sangat rendah

Ca me/100g 4,56 rendah 4,11 rendah 0,96 sangat rendah

Kejenuhan Al % 15 rendah 29,5 Sedang 35 tinggi

Hdd me/100g 0,09 rendah 0,26 rendah 0,03 rendah

BO % 2,34 rendah 2,48 rendah 1,75 rendah

N % 0,10 rendah 0,17 rendah 0,10 rendah

P2O5BI ppm 29,4 sedang 7,45 sedang 25,2 sangat tinggi

Sujadi (1984) mengemukakan bahwa toleransi kacang tanah, kedelai dan kacang hijau terhadap kejenuhan Al berturut-turut adalah 20, 10, dan 5 %. Sejalan dengan itu, Hede et al. (2001) melaporkan bahwa setiap jenis tanaman mempunyai toleransi yang berbeda terhadap kejenuhan Al, dan berturut-turut dari yang paling toleran hingga peka adalah: ubikayu, kacang tunggak, kacang tanah, kacang gude, kentang, padi, dan gandum.

(4)

galur tinggi, berkisar 1−2 yang berarti toleran. Kejenuhan Al pada lokasi pengujian ber-kisar 15% hingga 35% atau di bawah kejenuhan Al lingkungan seleksi, sehingga semua-nya memiliki skor pertumbuhan 1−2 (Tabel 1 dan 2). Pesemua-nyakit daun, terutama pesemua-nyakit karat dan bercak daun, menginfeksi kacang tanah dan penularan penyakit bercak daun lebih berat dibanding penyakit karat (Tabel 2). Galur P 9801-25-2 konsisten tahan ter-hadap penyakit bercak daun, sementara 02-B-2-8-1, G/92088//92088-02-B-2-8-1, G/92088//92088-02-B-2-8-2, dan J/J11-99-D-6210 tahan terhadap penyakit karat (Tabel 2).

Pada varietas Gajah, Kidang, Pelanduk, dan Banteng yang rentan terhadap penyakit karat dan bercak daun, kehilangan hasilakibat penyakit daun mencapai 66,8%. Namun pada varietasKelinci dan Badak yang tahan terhadap penyakit karat danbercak daun, tingkat kehilangan hasil hanya sekitar 10% (Sudjono 1989 dalam Saleh dan Sri Harda-ningsih 1996).Di Hyderabad India, penurunan hasil yang disebabkan oleh penyakit karat (Puccinia arachidis) mencapai 52% dan di Teksas 50−70% (Subrahmanyam dan McDonald 1984). Ketahanan terhadap penyakit daun dikendalikan oleh gen resesif rangkap (Santoso 2003).

Tabel 2. Skor penyakitkarat dan bercak daun(BD) dan toleransi galur kacang tanah umur 85 hst terhadap kejenuhan Al di Natar (Lampsel), Rumbia (Lampteng) dan Sukadana (Lamptim) pada uji adaptasi, MK1 2011.

Natar Rumbia Sukadana

No Genotipe

Karat BD Karat BD Karat BD

Skor toleransi thd keracunan Al 1 MHS/91278-99-C-180-13-5 3 5 4 5 3 5 2 2 G/92088//92088-02-B-2-9 2 3 3 5 2 3 2 3 G/92088//92088-02-B-2-8-1 2 2 2 4 2 2 1 4 G/92088//92088-02-B-2-8-2 2 3 2 5 2 3 1 5 J/J11-99-D-6210 2 3 2 5 2 3 2 6 P 9801-25-2 3 3 2 3 3 3 2 7 G/92088//92088-02-B-8 2 5 4 6 2 5 2 8 MHS/91278-99-C-174-7 -3 2 4 4 6 2 4 2 9 Jerapah 2 3 4 6 2 3 2 10 J/91283-99-C-192-17 2 6 4 7 2 6 2 11 MHS/91278-99-C-180-13-7 2 4 5 6 2 4 2 12 M/92088-02-B-1-2-1 2 4 6 6 2 4 1 13 7720 2 4 5 6 2 4 2 14 7638 2 4 4 6 2 4 2 15 GL-JPO-70 2 4 4 6 2 4 2 16 GL-JPO-63 2 3 4 6 2 3 2 17 GL-JPO-62 3 3 4 6 3 3 1 18 Landak 3 3 4 6 3 3 2 19 UNILA-2 3 3 4 6 3 3 2 20 Talam 1 3 5 4 5 3 3 1 Rata-rata 2,3 4,2 3,7 5,3 2,3 4,0 1,85

Lingkungan uji pada MK 2 di Rumbia dan Natar tidak disertakan dalam analisis ragam tergabung, karena memiliki koefisien karagaman yang tinggi akibat serangan berat hama pengisap polong.Hasil analisis tergabung untuk 4 lingkungan (3 lokasi) pengujian dari 20 genotipe kacang tanah memperlihatkan bahwa seluruh pengaruh utama (genotipe dan lingkungan) daninteraksi genotipe dan lingkungan untuk hasil polongnyata pada peluang

(5)

1%. Dari hasil analisis ragam tergabung tersebut, tersirat adanya perbedaanhasil galur dengan varietas Talam 1 dan Jerapah.

Lokasimemberikan sumbangan keragaman terbesar, disusul oleh interaksi genotipe dengan lingkungan. Genotipe memberikan sumbangan terkecil terhadap keragaman hasil, yang dapat diartikan galur yang diuji telah seragam (Tabel 3).

Tabel 3. Analisis ragam untuk hasil polong kering (4 lingkungan) (Lampsel, Lampteng dan Lamptim), MK 1 2011.

Sumber Keragaman db Kuadrat tengah (KT) KT/TT(%)

Lokasi (L) 3 16,322 90,773 Genotipe (G) 19 0,424 2,358 Interaksi G x L 57 0,255 1,418 Galat 228 0,118 Total 17,981 (TT) KK (%) = 16,56%

Hasil polong kacang tanah rata-rata menurun sejalan dengan bertambahnya tingkat kejenuhan Al dari 2,5 t/ha menjadi 1,4 t/ha (Tabel 4). Terdapat 8 galur yang memberikan hasil di atas rata-rata dan 7 galur di atas hasil varietas Talam 1, namun pada kandungan %Al sedang dan tinggi varietas Jerapah lebih unggul. Hanya pada kadar Al rendah galur G/92088//92088-02-B-2-8-2 lebih baik dari varietas Jerapah (Tabel 4). Galur G/92088// 92088-02-B-2-8 memberikan hasil polong kering tertinggi (2,46 t/ha) (Tabel 4).

Hasil polong galur P 9801-25-2,Ml 7720, dan Mn/92088-02-B-1-2 rata-rata 1,6 t/ha, menempati peringkat atas pada lahan kering dengan kejenuhan Al tinggi, namun galur Mn/92088-02-B-1-2 pada lahan kering masam dengan kenejuhan Al sedang hasilnya mencapai 3,13 t/ha polong kering (Tabel 4).Galur tersebut memperlihatkan peningkatan hasil polong yang sejalan dengan tingkat penurunan kejenuhan Al, atau memperlihatkan ciri galur stabil dinamis. Varietas stabil dinamis atau stabilitas agronomis adalah varietas yang memberikan respon terhadap kondisi lingkungan paralel dengan rata-rata respon seluruh genotipe yang diuji (Kang 2002dalam Sumertajaya2005). Sebaliknya, stabil statis atau stabililitas biologis adalah genotipe yang memiliki peringkat sama pada berbagai kon-disi lingkungan dan tidak memberikan respon terhadap perlakuan lingkungan. Varietas/ genotipespesifikadalah varietas/genotipe yang hanya memberikan renspon baik terhadap kondisi lingkungan tertentu yangdalam interaksi biplot AMMI model 2 adalah genotipe yang berada paling dekat dengan tengah kurva (Sumertajaya 2005).

Tingkat kejenuhan Al berpengaruh terhadap rata-rata tinggi tanaman, jumlah polong isi, bobot biji per tanaman, dan ukuran biji. Rendemen hasil masih di atas 60% pada semua tingkat kejenuhan Al pada MK 1. Sebaliknya pada MK 2,jumlah polong isi, bobot biji dan rendemenyang rendah lebih disebabkan oleh serangan hamapolong. Ukuran biji merupakan kompoen hasil yang paling sensitif terhadap serangan hama polong(Tabel 5).

(6)

Tabel4. Hasil polong (t/ha) galur/varietas kacang tanah pada lahan Masam Di Natar (Alrendah), kadar Al sedang di Rumbia dan tinggi di Sukadana. MK 1, 2011

Hasil polong (t/ha)

Lampung Timur No. Galur/varietas Natar (Lam-psel) (% Al rendah) Rumbia (Lampteng)

(% Al sedang) Rejobinangun (% Al sedang) (% Al Tinggi) Sukadana Rata-rata 1 MHS/91278-99-C-180-13-5 2,64 2,13 2,19 1,30 2,06 2 G/92088//92088-02-B-2-9 2,85 1,92 1,89 1,43 2,02 3 G/92088//92088-02-B-2-8-1 2,94 2,15 2,25 1,55 2,22 4 G/92088//92088-02-B-2-8-2 3,67 2,35 2,51 1,30 2,46 5 J/J11-99-D-6210 2,48 2,05 3,01 1,41 2,24 6 P 9801-25-2 2,52 1,84 2,96 1,63 2,24 7 G/92088//92088-02-B-8-O 2,34 1,78 1,84 1,28 1,81 8 MHS/91278-99-C-174-7 -3 2,70 2,27 2,56 1,16 2,17 9 JERAPAH 2,04 1,80 2,33 1,32 1,87 10 J/91283-99-C-192-17 2,62 2,18 2,46 1,34 2,15 11 MHS/91278-99-C-180-13-7 2,23 2,11 2,27 1,47 2,02 12 Mn/92088-02-B-1-2 2,44 1,85 3,13 1,60 2,25 13 Ml 7720 2,38 1,62 1,66 1,62 1,82 14 Ml 7638 2,28 2,16 2,32 1,54 2,08 15 GH 02/G-2000-B-653-54-28 2,52 2,01 2,03 1,33 1,97 16 GL-JPO-63 2,69 2,04 2,83 1,24 2,20 17 IC 87123/86680-93-B-75-55 2,39 2,49 2,76 1,46 2,28 18 MLGA 0306 atau MLG 7932 2,27 1,72 3,04 1,25 2,07 19 UNILA-2 2,23 1,83 2,10 0,93 1,77 20 TALAM-1 2,24 1,91 1,95 1,20 1,83 Rata-2 2,52 2,01 2,41 1,37 2,08 Minimum 2,04 1,62 1,66 0,93 1,77 Maksimum 3,67 2,49 3,13 1,63 2,46 KK (%) 11,23 12,41 22,20 15,50 16,56 Signifikansi ** ** * * ** BNT 0.05 0,626 0,551 0,884 0,350

Angka biru dan Merah= berbeda nyata dengan varietas Talam-1 dan Jerapah

Tabel 5. Rata-ratatinggitanamandankomponen hasilkacang tanah pada MK 1 dan MK 2 di lahan kering masam dengan kejenuhan Al rendah -tinggi. Lampung, 2011

Lokasi Tinggi tanaman (cm) ∑ polong isi per tanaman Rendemen (%) Bobot biji/ta-naman (g) Ukuran biji g/100 biji Natar MK 1 56 18 78 17 48 Rumbia MK 1 61 13 71 18 49 Sukadana 57 12 73 9 42 R.Binangun 33 13 61 6 45 Natar MK 2 21 7 40 5 30 Rumbia MK 2 42 8 18 1 35 Rata-rata 49 12 57 9 41,5 Lokasi (L) ** ** ** ** ** Genotipa (G) ** ** * ** * Interaksi GL tn ** * ** tn

(7)

KESIMPULAN

1. Hasil polong kering galur G/92088//92088-02-B-2-8,G/92088//92088-02-B-2-8, Mn/92088-02-B-1-2 dan IC 87123/86680-93-B-75-55 berkisar antara 2,22−2,46 t/ha, lebih tinggi dari rata-rata hasil polong semua varietas dan lebih tinggi dari varietas Talam 1 dan Jerapah.

2. Hasil polong pada lahan kering masam yang memiliki tingkat kejenuhan Al tinggi rata-rata 1,37 t/ha, hasil galur P 9801-25-2, Mn/92088-02-B-1-2 dan Ml 7720 rata-rata-rata-rata 1,60 t/ha polong kering. Pada lahan yang memiliki tingkat kejenuhan Al rendah hingga sedang, hasil galur-galur tersebut mencapai 2,5 t/ha atau lebih.

DAFTAR SUSTAKA

Eberhart, S. A., and W. A. Russell.1966.Stabilityparameters for comparing varieties.Crop Sci.6:36−40.

Hairiah, K., Widianto, S. R. Utami, D. Suprayogo, Sunaryo, S. M. Sitompul, B. Lusiana, R. Mulia, M. V. Noordwijk dan G. Cadisch.2000.Pengelolaan Tanah Masam Secara Biologi; Refleksi Pengalaman dari Lampung Utara, SMT Grafika Desa Putera, Jakarta, 187 hal.

Hardwick, R. C., and J. T. Wood.1972.Regression methods for studying genotype-environment interactions.Heredity 28:209−222.

Hede, A.R., I. .Scovmand, and J. Lopez-Cesati.2001.Acis Soil and Aluminium Toxocoty. In. Reynolds. M.P.. J.I. Ortiz-Monasterio. and A. McNab (eds.). 2001. Application of Physiology in Wheat Breeding. Mexico. D.F.: CIMMYT.

Kasno. A..Abdul Bari. Subandi. Sadikin Somaatmadja. A.A. Mattjik. dan Soleh Solahuddin. 1988. Analisis stabilitas hasil dan komponen hasil kacang tanah di beberapa lingkungan. Penelitian Palawija. 1:24−32.

Kasno. A.. R. Shorter and Endang Syamsuddin. 1989. Telaah adaptasi dan interaksi genotipe dan lingkungan pada kacang tanah.Penelitian Palawija. 1:1−8.

Kasno. A. 1992. Adaptasi dan stabilitas galur-galur harapan kacang tanah. Penelitian Palawija 7(1):9−21.

Kasno. A. 2006. Prospek pengembangan kacang tanah di lahan kering masam dan lahan pasang surut. Buletin Palawija. Bulelin Palawija No 11 tahun 2006.

Koesrini dan M. Sabran. 1994. Toleransi beberapa genotipe kacang tanah terhadap masam podsolik merah kuning. Kindai Vol.5 No.1:1−6. Balittan Banjarbaru. Banjarmasin.

Langer. I.. K. J. Frey. and T. B. Bailey.1979.Assosiation among productivity. production response and stability indexes in oat varieties.Euphytica.28:17−24.

Makmun. M.Y.. M. Gamanik. dan M. Wilis. 1994. Sistim ptoduksi dan pengembangan kacang tanah di Kalimantan. hlm. 195−206. dalam Saleh. N. K.H. Hendroatmojo. A. Kasno. A.G. Manshuri. dan A. Winarto (Penyunting).Risalah Seminar Prospek Abribisnis Kacang Tanah di Indonesia. Edisi Khusus BALITKABI No. 7.

Myers. R.J.K and De Pauw. E.1995.Strategies for the management of soil acidity.Date. R.A. (eds) Plant Soil Interaction at Low pH. p 729 – 741. Kluwer Academic Publishers. Netherlands. Perkins. J.M. and J.L. Jink. 1968. Environmental and genotype-environmental components of

variability III. Multiple line and crosses. Heredity 23:239−256.

Prasetyo. B. H. dan D.A. Suriadikarta.2006.Krakteristik. potensi. dan teknologi pengelolaan tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. 25(2):39−46.

Rosolem. C.A. J.P.T. Witacker. S. Vanzolini and V.J. Ramos. 1999.The significance of root growth on cotton nutrition in an acidic low-P soil.Plant and Soil 212 : 185−190.

(8)

Sumarno. T. Sutarman. and Soegito. 1989. Grain legume breeding for wetland and for acid soil adaptation. CRIFC. Bogor. P.63.

Sumertajaya. I.M. 2005. Kajian pengaruh inter blok dan interaksi pada uji multilokasi ganda dan respon ganda. (Disertasi. FPS IPB).(tidak dipublikasi)

Saleh. N. dan S. Hardaningsih.1996.Pengendalian penyakit bercak daun dan karat pada kacang tanah.p.352−262. dalam Saleh. N.. K.H. Hartojo. Heriyanto. A. Kasno. A.G. Manshuri. Sudaryono dan A. Winarto (Penyunting). Risalah seminar nasional prospek pengembangan agribisnis kacang tanah di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang.

Santoso. Y.2003.Pola Pewarisam Ketahanan Tanaman Kacang Tanah terhadap Penyakit Karat (Puccinia arachidis Speg.) dan Harapan Respon Populasi F2 terhadap Seleksi.Ringkasan Disertasi. Unibraw. Malang.

Subrahmanyam. P. and D. Mc Donald.1984.Groundnut Rust Disease: Epidemology and control. p.27−39. In Groundnut Rust and Disease. Proc. Disc. Group meeting. ICRISAT.India. Sept. 1984.

Subrahmanyam. P.. D. McDonald. F. Waliyar. L.J.Reddy. S.N.Nigam. R.W. Gibbons. V. Ramanatha Rao. A.K.Singh. S. Pande. P.M.Reddy. and P.V. Subba Rao.1985.Screening Methods and Acidces of Resistance to Rust and Late Leaf Spot of Groundnut.ICRISAT. India.

Sujadi. M. 1984. Masalah kesuburan tanah Podsolik Merah Kuning dan kemungkinan peme-cahannya. Prosiding Pertemuan Teknis Pola Penelitian Usaha Tani Menunjang Transmigrasi. hlm. 310. Pusat Penelitian Tanah Cisarua. Bogor.

Gambar

Tabel 2.   Skor penyakitkarat dan bercak daun(BD) dan toleransi galur kacang tanah umur 85 hst  terhadap kejenuhan Al di Natar (Lampsel), Rumbia (Lampteng) dan Sukadana  (Lamptim) pada uji adaptasi, MK1 2011
Tabel 3.  Analisis ragam untuk hasil polong kering (4 lingkungan) (Lampsel, Lampteng dan  Lamptim), MK 1 2011
Tabel 5.   Rata-ratatinggitanamandankomponen hasilkacang tanah pada MK 1 dan MK 2 di lahan  kering masam dengan kejenuhan Al rendah -tinggi

Referensi

Dokumen terkait

Bahan terner yang paling baik dalam memberikan kadar etanol fuel grade diberikan oleh asam sulfat dicapai pada kenaikan titik didih mulai pada 15 o C dengan kadar etanol 99,57%

Seperti dijelaskan pada kajian teori diatas bahwa untuk menjelaskan tentang model pengangkatan tenaga honorer menjadi CPNS berdasarkan PP Nomor 56 Tahun 2012, khususnya

Dari basil penelitian diperoleh bahwa dua galur kedelai yang toleran (KB 44001 clan Genjah Jepang) memperlihatkan mekanisme toleransi terhadap Al melalui peningkatan pH

Bab dimana penulis menyajikan teori-teori maupun kaidah yang bersumber dari peraturan Perundang-Undangan maupun literature yang akan digunakan untuk mendukung

Bapak Albert Gunadhi selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah membantu dalam proses kerja

agitation-related emotions atau dejection-related emotions. Berdasarkan penjabaran diatas, dapat diketahui bahwa citra tubuh dapat memprediksi harga diri remaja dimana

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Pengambilan kebijakan pembentukan dua dinas pendidikan di Kabupaten Bantul memiliki latar belakang politis untuk memberikan perimbangan

Tabel 4.3 memperlihatkan tidak didapatkan perbedaan bermakna antara proporsi rumah positif larva di daerah kontrol dan intervensi sebelum pemberian Bti yang berarti