STRES DENGAN KOPING PADA ORANG HIV/AIDS
Asep Hidayat1 Mustikasari 2
1. Program Studi Sarjana keperawatan Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
2.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, IndonesiaAbstrak
Tingkat Stres terdiri dari stres fisik, stres psikologis, dan stres lingkungan, merupakan beberapa faktor yang ikut berperan terhadap perubahan kondisi ODHA dalam kehidupan. Tingkat stres dengan koping yang digunakan dapat mempengaruhi kualitas hidup ODHA. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan tingkat stres dengan koping ODHA. Desain penelitian ini adalah deskrispsi korelasi dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional) yang menggunakan sampel sebesar 102 responden sesuai kriteria inklusi. Instrumen yang digunakan kuesioner untuk mengukur tingkat stres (stres fisik, psikologis, dan lingkungan) dan koping. Hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis univariat, dan bivariat (chi square). Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara tingkat stres dengan koping p = 0.031. Penelitian ini diharapkan meningkatkan pengetahuan tentang tingkat stres pada ODHA dengan penggunaan koping yang sesuai.
Kata kunci: ODHA,Tingkat stres, koping Abstract
Stress level consists of the physical stress, psychological stress, and environmental stress, are some of the factors that contributed to changes in the life conditions of people living with HIV. Coping with the stress level used can affect the quality of life of people living with HIV. This study aims to identify the relationship with the level of stress coping PLWHA. This study design is deskrispsi correlation with cross-sectional approach (cross-sectional) who used a sample of 102 respondents fit the inclusion criteria. The instrument used a questionnaire to measure the level of stress (stress physical, psychological, and environmental) and coping. The results were analyzed using univariate and bivariate (chi square). The results showed no relationship between levels of stress and coping p = 0.031. This study is expected to increase the knowledge about the level of stress in people living with HIV by the use of appropriate coping.
Pendahuluan
NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif) salah satu ancaman yang sampai saat ini tak bisa dibiarkan karena bisa berdampak buruk pada individu, kandungan zat yang terdapat dalam NAPZA bisa mengubah keadaan psikologis seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perubahan perilaku bila dimasukan ke dalam tubuh manusia baik dengan cara ditelan, diminum, dihirup, serta melalui suntik intravena. Pengguna NAPZA khususnya pengguna jarum suntik sangat beresiko terhadap penyebaran infeksi HIV. Menurut data yang diperoleh KemenKes Ditjen PP & PL (2012) sebanyak 10.3 % faktor penularan resiko HIV pada pengguna NAPZA jarum suntik tidak steril, pecandu NAPZA dalam kesehariannya sangat rentan terhadap penularan HIV dikarenakan pecandu melakukan pertukaran jarum suntik antara sesama teman pecandu, dimana prilaku tersebut bisa berisiko menularkan HIV. Data tersebut mengindikasikan adanya peran serta perilaku pecandu yang ikut berperan dalam penyebaran infeksi HIV. Ditambahkan Menurut Besral. Utomo, B. Zani P. (2004), dalam penelitiannya tentang Potensi penyebaran HIV dari pengguna NAPZA suntik ke masyarakat umum menyebutkan bahwa pengguna NAPZA juga aktif melakukan seks pra
nikah atau seks beresiko dengan pasangan tidak tetap . HIV merupakan suatu virus yang menyerang manusia, sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome) adalah kumpulan dari gejala
penyerta dalam masuknya virus terhadap manusia yang diakibatkan oleh penurunan imunitas manusia, penularan HIV/AIDS merupakan penyakit yang ditularkan melalui cairan tubuh yang telah terkontaminasi virus, diantaranya darah. Menurut Brunner & Sudarth (2002). ODHA (orang dengan HIV/AIDS) merupakan individu yang telah terinfeksi oleh HIV/AIDS, mereka sangat rentan terhadap penularan penyakit dikarenakan penurunan imunitas yang akan mengakibatkan kematian, perubahab kondisi fisik yang rentan terhadap peningkatan jumlah virus dan penurunan imun tubuh sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup ODHA..Keadaan stres pada orang dengan HIV/AIDS dapat memperbesar penurunan imunitas tubuh yang diakibatkan pola pikir yang salah dalam kesehariannya dan dapat meningkatkan kematian pada ODHA (Nursalam, 2007), sedangkan Menurut selye (1979, Potter&Perry, 2005) Stres adalah segala situasi dimana tuntutan nonspesifik mengharuskan seorang individu berespon atau melakukan tindakan. Sumber stres antara lain
pengalaman hidup, pemenuhan kebutuhan tidur, faktor psikologis seperti persepsi, emosi, serta lingkungan sosial.
Menurut Djauzi (2010) tercatat 70% ODHA mengalami gangguan psikis dikarenakan tak percaya terinfeksi HIV yang dikatagorikan dalam stres berat, reaksi ini muncul setelah mengetahui dirinya terinfeksi, dan akan berpengaruh terhadap kondisi ODHA antara lain mudah marah, takut tanpa alasan, kesulitan bernapas padahal tidak sedang melakukan aktivitas, dan kelelahan. Stres yang diterima secara berkepanjangan pada ODHA dapat memberikan penurunan imunitas.
Menurut Kathryn, A. (2005) menyatakan stres pada ODHA berpengaruh terhadap kehidupan walaupun tingkatnya ringan dan berubah menjadi berat dalam beberapa minggu kemudian akan kembali mereda menjadi ringan, kejadian ini bisa menjadikan pelajaran bagi ODHA untuk memahami perubahan yang terjadi dalam kehidupannya tingkat stres juga akan mempengaruhi kondisi tubuh ODHA, ditambah infeksi HIV merupakan penyakit yang harus diderita seumur hidup yang sampai saat ini belum ditemukan pengobatan yang tepat, hanya dengan penanganan pada gejala yang timbul tanpa membuat ODHA bisa terbebas dari penyakit yang digolongkan dalam kurun
waktu tak terhingga, sehingga memerlukan kemampuan dalam mengatasi tingkat stres dalam diri ODHA yang diatasi melalui respon yang akan dilakukan oleh ODHA terhadap perubahan fisik, psikologis, dan lingkungan. Menurut Felton, C. dan Spielgel. (2009) mengemukakan ketika ODHA yang menyadari arti kesehatan maka mereka akan menggunakan koping yang adaptif sehingga bisa menurunkan risiko terhadap penurunan daya tahan tubuh ODHA, peranan pemahaman tentang tingkat stres memberikan peningkatan terhadap kemampuan ODHA dalam mengatasi perubahan yang ditimbulkan oleh kondisi fisik, psikologis, dan lingkungan
Metode
Penelitian ini merupakan salah satu jenis penelitian deskriptif korelasi. Dahlan M.S (2008) dengan pendekatan potong lintang (cross sectional) untuk mengetahui hubungan antarvariabel , metode yang digunakan melihat hubungan variabel independen dan variabel dependen diambil secara bersamaan pada tempat dan waktu yang sama. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk melihat hubungan tingkat stres dengan koping ODHA , Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti. Populasi penelitian ini adalah pasien Poli Napza yang berkunjung atau berkonsultasi di
Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor, jumlah responden sebesar 102 orang. Cara pemilihan sample yang diambil berdasarkan jumlah yang sudah ditetapkan dengan probability sampling dimana subyek dalam penelitian mempunyai
kesempatan yang sama, dengan menggunakan bentuk quota sampling yaitu menetapkan berapa jumlah sampel yang diperlukan dan dijadikan dasar dalam pengambilan unit sampel yang diperlukan Notoatmodjo (2010).
Hasil Penelitian
hasil uji frekuensi tingkat stres meliputi fisik, psikologis, dan lingkungan beserta penjelasannya
1.Tingkat Stres
Tabel. 1. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat stres meliputi fisik, psikologis, dan lingkungan (n = 102)
Variabel Ringan Sedang Berat Berat sekali Total F % F % F % F % F % 1.Tingkat stres 22 21.6 30 29.4 39 38.2 11 10.8 102 100 2.Stres Fisik 30 29.4 40 39.2 21 20.6 11 10.8 102 100 3.Stres Psikologis 28 27.5 42 41.2 24 23.5 8 7.8 102 100 4.Stres Lingkungan 24 23.5 41 40.2 29 28.4 8 7.8 102 100
Tabel.1. Menunjukan responden pada tingkat stres berat sebanyak 38.2 %, sedangkan stres fisik katogori sedang
(39.2 %), pada stres psikologis katagori sedang (41.2 %), pada stres lingkungan katagori sedang (40.2 %).
2. Koping
Berikut ini tabel distribusi koping meliputi maladaptif dan adaptif yang telah dilakukan uji analisis.
Tabel.2. Distribusi koping (n = 102)
Variabel Maladaptif Adaptif Total f % f % f %
koping 35 34.3 67 65.7 102 100
3. Tingkat Stres dengan Koping
Tabel.3. Hubungan Tingkat stres meliputi Fisik, Psikologis, dan Lingkungan dengan koping (n : 102)
Variabel koping Total O R P value Maladaptif Adaptif f % f % Tingkat stres Ringan 2 9.1 20 90.9 22 Sedang 8 26.7 22 73.2 30 451 0.031 Berat 17 43.6 22 56.4 39 Berat sekali 8 72.7 3 27.3 11 Fisik Ringan 0 0 30 100 30 Sedang 16 40 24 60 40 295 0.010 Berat 11 52.4 10 47.6 21 Berat sekali 8 72.7 3 27.3 11 Psikologis Ringan 1 3.6 27 96.4 28 Sedang 18 42.9 24 57.1 42 449 0.038 Berat 10 41.7 14 58.3 24 Berat sekali 6 75 2 25 8 Lingkungan Ringan 0 0 24 100 24 Sedang 14 34.1 27 65.9 41 246 0.02 Berat 13 44.8 16 55.2 29 Berat sekali 8 100 0 0 8
Berdasarkan tabel 5.3. didapatkan dari 22 responden sebanyak 20 orang yang mempersepsikan tingkat stres ringan (90,9 %) memiliki koping adaptif disbanding stres sedang, berat, dan berat sekali. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,031 yang
artinya adai hubungan antara tingkat stres dengan koping.
Berdasarkan tabel 5.3. didapatkan dari 30
responden sebanyak 30 orang
mempersepsikan stres fisik ringan (100 %) memiliki koping adaptif, dibanding stres
sedang, berat, dan berat sekali. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,010 yang artinya ada hubungan antara stres fisik dengan koping responden.
Berdasarkan Tabel 5.3. didapatkan dari 28 responden, sebanyak 27 orang yang mempersepsikan stres psikologis ringan (96,4 %) memiliki koping adaptif, disbanding stres sedang, berat, dan berat sekali. Hasil uji statistik didapat nilai p = 0.038 yang memiliki arti ada hubungan antara stres psikologis dengan koping responden.
Berdasarkan Tabel 5.3. didapatkan dari 24, sebanyak 24 orang mempersepsikan stres lingkungan ringan (100 %) memiliki koping adaptif, disbanding stres sedang, berat, dan berat sekali. Hasil uji statistik didapat nilai p = 0.02 yang memiliki arti ada hubungan antara stres lingkungan dengan koping yang digunakan responden.
Pembahasan
Tingkat stres dengan koping
Tingkat stres pada responden dalam penelitian ini dikatagorikan pada tingkat stres ringan 90,2 % yang memiliki koping adaptif dengan hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,031 artinya ada hubungan antara tingkat stres dengan koping, responden cenderung berada dalam kondisi stres dengan skala ringan memberikan arti bahwa penerimaan responden terhadap stres
sehari-hari bisa dilalui walaupun masih bisa dirasakan dengan adanya perubahan dalam kondisi fisik seperti perasaan lelah walaupun tidak sedang melakukan aktivitas, atau dalam psikologis seperti kondisi belum bisa menahan emosi, serta dari faktor lingkungan ditandai adanya perasaan dikucilkan dilingkungan namun responden bisa mengatasi keadaan ini dengan koping yang responden gunakan secara adaptif, keadaan ini berbanding sama dengan yang dikemukakan oleh Vosvick et.all (2003) menyebutkan bahwa peneriman kondisi yang dirasakan ODHA dalam menghadapi situsi tentang HIV menyebutkan dalam tingkat sedang yang diindikasikan sebanyak 58 % mempunyai koping adaptif terhadap penerimaan atas kondisi yang dirasakan terhadap kesehatan dalam kesehariannya. Stres Fisik dengan koping
Stres fisik yang dialami reponden pada penelitian ini melihat adanya perubahan yang dirasakan dari keadaan stres terhadap kondisi fisik yang dialami responden menunjukan pada katagori sedang sebanyak 39,2 % yang mengalami perubahan dalam kondisi fisik seperti perasaan sesak padahal tidak sedang beraktivitas juga terasanya kondisi jantung ditandai dengan perasaan detak jantung yang meningkat, Kondisi sama dirasakan oleh ODHA dengan stres fisik akan infeksi yang dirasakan memberikan penurunan terhadap kondisi tubuh seperti perasaan tak nyaman akan timbulnya infeksi
oportunistik pada ODHA ketika mengetahui tentang penyakitnya yang bisa mengakibatkan kematian seperti yang diutarakan oleh Rachmawati S (2013) tentang kualitas orang dengan HIV/AIDS yang mengikuti therapi anti retroviral.
Stres psikologis dengan koping
Stres psikologis pada responden pada katagori sedang 41,2 % dengan kondisi yang dirasakan oleh responden, menjelaskan kondisi yang dirasakan ODHA sangatlah tidak terlalu berat dalam menghadapi perubahan keadaan psikologis berupa perasaan yang tidak menyenangkan, Kondisi ini hampir sama dengan jurnal yang dikeluarkan oleh Phillips.D.K. (2006) tentang Perceived Stress in HIV-Infected
Individuals: Physiological and Psychological Correlates, menyebutkan
kondisi stres ringan 72 % pada katagori psikologis dan responden dapat menganalisi perbedaan yang dirasakan dengan upaya mempersepsikan stres sebagai peningkatan motivasi dalam beraktivitas, upaya yang dirasakan dalam pemahaman persepsi terhadap tingkat stres merupakan respon yang dirasakan oleh ODHA yang mengalami kondisi namun tidak bisa dijadikan pertahanan dengan koping yang adaptif. Stres lingkungan dengan koping
Faktor stres lingkungan dikatagorikan tingkat sedang sebanyak 40,2 % responden yang lebih mengalami kondisi tersebut, dikarenakan responden berusaha mencari
sumber informasi yang sesuai. Sedangkan hubungan stres lingkungan dengan koping ODHA didapatkan data responden pada tingkat sedang 65,9 % menggunakan koping adaptif, Menurut Asante, K.O, (2012) dalam jurnal yang berjudul social support and the
psychological wellbeing of people living with HIV/AIDS in Ghana 34,8 % responden
berada dalam tingkat ringan yang berarti terdapat kondisi yang hampir sama dalam mengatasi stres dari lingkungan yang bisa ditangani responden. Berbanding sama dengan yang dikemukakan xiaoyou (2010) dalam jurnal yang berjudul stress and
psychosocial adjustment among people living with HIV/AIDS in China. Terdapat
hubungan antara stres psikososial dengan koping yang digunakan secara maladaptif sehingga berpengaruh terhadap peningkatan tingkat stres yang lebih berat sekali dikarenakan adanya diskrimansi terhadap pola penerimaan indivudu terhadap ODHA yang akan berdampak pada kelangsungan hidup ODHA .
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukan mayoritas responden berada pada skala tingkat berat, sedangkan untuk stres fisik , stres psikologis, dan stres lingkungan berada dalam skala sedang, penggunaan koping bagi responden lebih banyak menggunakan koping yang adaptif dalam mengatasi tingkat stres. Sedangkan hubungan tingkat stres meliputi
fisik, psikologis, dan lingkungan dalam skala ringan dengan koping yang adaptif, variasi dalam tingkat stres mengindikasikan responden bisa menerima keadaan dirinya dengan koping yang adaptif.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu DR Mustikasari S.Kp., MARS selaku pembimbing dalam penelitian ini yang selalu memberikan masukan dan bimbingan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada bidang DIKLIT dan perawat di Poli NAPZA RSMM atas kontribusinya terhadap pengumpulan data dan penelitian.
Referensi
Asante.K.O.(2012) Social support and the
psychological wellbeing of people living with HIV/AIDS in Ghana . Department
of Human Development and Psychology, Regent University College of Science and Technology, Accra, Ghana . Afr J Psychiatry 2012;15:340-345
Besral, Utomo, dan Zani. (2004). Potensi penyebaran HIV dari pengguna Napza suntik ke masyarakat umum,Departemen biostatistika dan kependudukan,fakultas kesehatan masyarakat. Universitas Indonesia. Depok. Indonesia. Makara, Kesehatan.Vol.8.No.2.Desember 2004.53-58
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah. Ed. 3. Vol. 3. Jakarta : EGC
Cohen.S et.al.(2007). Psychological Stress
and Disease (HIV/AIDS) Department of
Psychology, Carnegie Mellon University, Pittsburgh, Pennsylvania. and Department of Psychology, University of British Columbia, Vancouver, British Columbia, Canada JAMA. Oct 10, 2007;298:1685-1687.diakses 19 juni 2013
Djauzi.S (2010). Infeksi HIV dalam
keluarga.Internal Publishing.Jakarta
Dahlan, M S. (2008). Langkah langkah
membuat Proposal Penelitian Bidang kedokteran dan Kesehatan. Sagung
Seto. Jakarta
Felton C & Spielgel D (2009).Spiritual Striving,Acceptance Coping, and Depressive Symptoms among Adults Living with HIV/AIDS.Journal of Health Psychology.Universitay of Massachusetts, Boston, USA.Vol 14 (1)
88-97 DOI
:10.1177/1359105308097949.www.sage publications.com
Kemenkes Ditjen PP & PL (2012).Laporan perkembangan HIV & AIDS di Indonesia.
Koopman C.Et,al.(2002). Acute stress
reactions to recent life events among women and men living with HIV/AIDS International Journal of Psychiatry in Medicine; 2002/2003; 32, 4; ProQuest
Kathryn A et.al.(2005). Life Stres and Adherence to Antiretroviral Therapy among HIV-Positive Individual :A Preliminary Investigation.AIDS PATIENT CARE and STDs Mary Ann Liebert, Inc
Lloyd G & Guthrie E.(2007). Handbook of
liaison Psychiatry.ed .HIV and AIDS
Foster R & Everall I.Published by Cambridge University press.New York Muhammad M.(2008).Styles Of Coping
Related To Distress Among HIV
Positive African
Americans.dissertations.Proquest.UMI Number : 3396768
Nursalam, & Ninuk. (2007). Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika Notoatmodjo .S.(2010). Metodologi
penelitian kesehatan.Rhineka
Cipta.Jakarta
Potter &Perry .(2005). Fundamental of
nursing. ed empat.alih bahasa Yasmin
asih .EGC.Jakarta
Phillips.D.K (2006 )Perceived Stress in
HIV-Infected Individuals: Physiological and Psychological Correlates University
of Tennessee, Knoxville Trace: Tennessee Research and Creative Rachmawati S.(2013).Kualitas hidup orang
dengan HIV/AIDS yang mengikuti terapi antiretroviral.Jurnal Sains dan Praktik Psikologis.Vol (1),48-62.ISSN:2303-2936.Universitas Muhammadiyah Malang.
Vosvick.et,al.(2003). Relationship of functional quality of life to strategies for coping with the stress of living with HIV/AIDS.Psychosomatic 44.1
Xiaoyou.Su.(2010).Stress and Psychosocial Adjustment among People Living with HIV/AIDS in China ProQuest Dissertations and Theses; 2010;
ProQuest Dissertations & Theses (PQDT) the Chinese University of Hongkong.