BERBAGAI PENGARUH PERLAKUAN PADA STEK BATANG UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) TERHADAP PERTUMBUHAN UBI
The Effect Of Various Treatment On Cassava Stem Cuttings (Manihot esculentaCrantz) On The Growth Of Tuber
Ayusastri Clarizky¹, Erwin Yuliadi2, Ardian2
1)
Sarjana Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Jln. Prof. Soemantri Brodjonegoro, No. 1, Bandar Lampung 35145.
([email protected]) 2)
Dosen Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Jln. Prof. Soemantri Brodjonegoro, No. 1, Bandar Lampung 35145
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013 sampai Desember 2013 di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perlakuan fisik yang terbaik terhadap pertumbuhan ubi, (2) jumlah tunas terbaik yang mempengaruhi pertumbuhan ubi
pada stek ubi kayu, (3)interaksi antara perlakuan fisik dengan jumlah tunas
terhadap pertumbuhan ubi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah empat perlakuan pada stek yaitu pengeratan tegak lurus (P1), pengeratan spiral (P2), pemberian zpt NAA dengan konsentrasi 2000 ppm yang digunakan sebagai pembanding (P3), dan kontrol (P4). Faktor kedua adalah jumlah tunas pada stek yaitu stek satu tunas (T1) dan stek dua tunas (T2). Masing- masing perlakuan diulang sebanyak 10 kali. Perbedaan nilai tengah diuji dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) perlakuan fisik dengan pengeratan spiral merupakan perlakuan terbaik yang berpengaruh nyata terhadap jumlah akar, jumlah ubi, dan diameter ubi, (2) stek dua tunas tidak mempengaruhi pertumbuhan ubi tetapi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan akar, (3) interaksi antara perlakuan fisik dan jumlah tunas tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan ubi tetapi memberikan hasil yang baik terhadap jumlah akar.
ABSTRACT
This research wascarried out in September 2013 to December 2013at the Integrated Field Faculty ofAgriculture, University Lampung. This study aimed to determine (1) the best treatmenton the growth of tuber, (2) the best number of shoots that affect tuber growth on cassava cuttings, (3) the interaction between the physical treatment or the provision of NAA with the number of shoots on the growth of tuber. This study used acompletely randomized design (CRD) factorial arranged. The first factoris the four treatments in cuttings that perpendiculars lice (P1), spiral slice (P2), NAA zpt with a concentration 2000 ppm (P3), and control (P4). The second factoris the number of shoots on the cuttings there are one shoots cuttings (T1) and two shoots cuttings (T2). Each treatment was repeated 10 times. Homogeneity of variance in this study were tested with the Bartlett test, the additivity tested by Tukey's test, and differences in the value being tested with least significant differencetest (LSD) at the 5% significance level. The results showed that (1) physical treatment with spiral slice is the best treatment that significantly affect the number of roots, number of tuber, and the number of diameter tuber, (2) two shoot cuttings did not affect the growth of tuber but significant effect on root growth, (3) the interaction between physical treatment and the number of shoots not showed significant effect on the growth of tuber but it gives good resultson the number of roots.
Keyword : cassava, slice cuttings, NAA, shoots
I. PENDAHULUAN
Ubikayu berasal dari Amerika Latin dan telah tersebar hampir di
seluruh dunia termasuk Afrika,
Madagaskar, India, dan Cina (Nassar
et al., 2008). Di Indonesia, ubi kayu
selain sebagai bahan makanan dapat juga digunakan sebagai bahan baku industri dan bahan pakan ternak. Oleh karena itu harga ubi kayu sangat fluktuatif tergantung dari permintaan.
Potensi ubi kayu sebagai bahan pangan dan bahan baku industri harus
didukung oleh adanya peningkatan dan kontinuitas produksi. Produksi ubi kayu di Indonesia dari tahun 2010- 2012 mengalami pasang surut.
Di Pulau Sumatra, khususnya
Lampung, produksi ubi kayu tahun 2010 sebesar 8.637.594, tahun 2011 sebesar 9.193.676, dan tahun 2012 sebesar 8.370.479 (BPS, 2012).
Dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas ubi kayu perlu adanya masukan teknologi budidaya yang tepat sehingga dapat
meningkatkan hasil per tanaman ubi
kayu. Rendahnya produktivitas
disebabkan oleh penerapan teknologi budidaya yang tepat belum merata. Teknologi yang memungkinkan untuk
diintroduksi dalam rangka
meningkatkan hasil adalah dengan menggunakan stek batang yang diberi perlakuan. Perlakuan yang dapat diintroduksi adalah perlakuan fisik ataupun dengan penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dapat
meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan ubi.
Salah satu perlakuan fisik yang dapat dilakukan terhadap stek batang
ubi kayu adalah pengeratan.
Perlakuan pengeratan adalah suatu
cara pelukaan tanaman yang
menyebabkan jaringan transportasi (xilem dan floem) pada stek batang menjadi terpotong. Pergerakan zat- zat makanan terhambat dan tertimbun di sekitar daerah pelukaan, sehingga akan terjadi penumpukan auksin dan karbohidarat yang akan menstimulir dan mempercepat timbulnya akar
pada daerah dekat pelukaan
(Rochiman dan Harjadi, 1983).
Dengan adanya pengeratan maka luas permukaan tempat tumbuhnya akar
menjadi lebih besar sehingga akar dan ubi yang tumbuh menjadi lebih banyak.
Keberhasilan inisiasi akar juga dipengaruhi oleh jumlah tunas pada
suatu stek. Menurut Edmond et al.
(1983), kehadiran tunas sangat
penting terhadap proses inisiasi akar. Pertumbuhan akar tidak akan terjadi apabila seluruh tunas dihilangkan atau dalam keadaan istirahat, karena tunas berperan sebagai sumber auksin yang
menstimulir pembentukan akar
terutama pada saat tunas mulai tumbuh (Rochiman dan Harjadi, 1983).
Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui 1) perlakuan fisik terbaik
terhadap pertumbuhan dan
perkembangan perakarn ubikayu, 2) perlakuan jumlah tunas terbaik yang mempengaruhi pertumbuhan ubi pada stek ubikayu, 3) interaksi antara perlakuan fisik dengan jumlah tunas
terhadap pertumbuhan ubi dan
pertumbuhan tunas.
II. BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan disusun secara faktorial.
Faktor pertama adalah empat perlakuan pada stek yaitu pengeratan tegak lurus (P1), pengeratan spiral (P2), pemberian zpt NAA dengan konsentrasi 2000 ppm (P3) sebagai
pembanding, dan kontrol (P4).
Faktor kedua adalah jumlah tunas pada stek yaitu stek satu tunas (T1) dan stek dua tunas (T2). Masing- masing perlakuan diulang sebanyak 10 kali.
Homogenitas ragam diuji
dengan uji tukey dan kemenambahan data diuji dengan uji barlet. Dari data yang diperoleh, dilakukan analisis ragam dan dilanjutkan dengan pemisahan nilai tengah menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%. Parameter yang diamati adalah jumlah akar, panjang akar, jumlah ubi, panjang ubi, dan diameter ubi. Semua pengamatan dilakukan pada umur 12 minggu setelah tanam.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian pada umur 12
mst (minggu setelah tanam)
menunjukkan bahwa perlakuan fisik
dengan berbagai perlakuan
berpengaruh nyata pada variabel pengamatan jumlah akar, jumlah ubi,
diameter ubi, bobot basah daun, bobot kering daun, bobot basah tunas dan bobot kering tunas, tetapi tidak berpengaruh nyata pada variabel lainnya. Perlakuan jumlah tunas berpengaruh nyata terhadap jumlah akar, panjang akar, panjang ubi, bobot basah daun, bobot kering daun, bobot basah tunas, bobot kering tunas, bobot basah akar dan bobot kering akar, namun tidak berpengaruh nyata pada variabel lainnya. Interaksi antara perlakuan fisik dan jumlah
tunas berpengaruh nyata pada
variabel jumlah akar, tetapi tidak berpengaruh nyata pada variabel lainnya (Tabel 1).
Hasil pengamatan pada
jumlah akar menunjukkan bahwa
kombinasi perlakuan antara
pengeratan spiral dan stek dua tunas menghasilkan jumlah akar terbanyak, yaitu 32,80 akar (Tabel 2).
Dalam penelitian ini
perlakuan fisik yang diberikan
terhadap stek ubikayu pada dasarnya adalah untuk mengetahui respon stek
dan dampaknya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan akar yang selanjutnya pada pertumbuhan dan perkembangan ubi. Hal ini sesuai
dengan pernyataan bahwa pelukaan
dapat mempercepat proses
pembentukan akar karena memotong aliran zat- zat yang terlarut diantaranya karbohidrat dan auksin (Harjadi, 1989).
Pengeratan spiral secara fisik
memotong jaringan transportasi
vertikal yang mengakibatkan
terjadinya penyumbatan jaringan di
ujung sayatan sepanjang spiral.
Penyumbatan ini terjadi karena pada luka sayatan sel- sel menjadi mati dan transportasi cairan terhenti. Cairan sel yang terkonsentrasi di sumbatan jaringan- jaringan transportasi ini mengandung nutrisi yang terlarut, termasuk hormon yang berperan dalam inisiasi akar. Inisiasi akar dipengaruhi oleh rasio tertentu antara larutan sitokinin dan auksin. Auksin yang disintesa di pucuk tanaman dan mengalir ke bawah lalu terakumulasi
di ujung sumbatan jaringan
transportasi, pada kondisi rasio auksin yang lebih tinggi daripada sitokinin maka organogenesis akan cenderung mengarah ke pembentukan akar (Davies, 1995).
Jumlah akar yang banyak menyebabkan area media tanam yang
tercover perakaran menjadi lebih luas sehingga peluang untuk mendapatkan
suplai nutrisi lebih banyak
dibandingan pada perakaran dengan perlakuan fisik lain (Farida dan Setiari, 2007).
Dengan semakin banyaknya nutrisi yang diserap akar maka nutrisi yang ditransfer dari akar ke seluruh bagian tanaman akan menjadi lebih banyak, sebelum cadangan makanan
yang dimiliki habis untuk
pertumbuhan. Hal ini menunjukkan
bahwa peluang tumbuh dan
berkembangnya daun dan tunas lebih baik dari perlakuan fisik yang menghasilkan jumlah akar lebih sedikit. Selain menyerap nutrisi
tanaman, akar berperan dalam
menyimpan karbohidrat hasil
fotosintesa dan memproduksi
hormon. Secara alami, sitokinin dihasilkan pada jaringan yangtumbuh aktif terutama pada akar, embrio dan buah (Intan, 2008).
Sitokinin yang diproduksi di akar selanjutnya diangkut oleh xilem
menuju sel-sel target untuk
pertumbuhan tunas. Dengan semakin banyak akar maka sitokinin yang
dihasilkan untuk pertumbuhan tunas semakin meningkat.
Penambahan auksin pada stek
batang cenderung menghambat
pertumbuhan. Terhambatnya
pertumbuhan disebabkan karena
hormon auksin yang ada di dalam tanaman sudah cukup untuk proses pertumbuhan tanaman, sehingga jika diberi tambahan hormon lagi akan menyebabkan residu bagi tanaman itu sendiri (Nababan, 2009). Hasilnya dapat dilihat pada stek yang diberi perlakuan NAA 2.000 ppm yang menghasilkan jumlah akar dan jumlah ubi terendah dibandingkan perlakuan fisik yang dilakukan.
Pada pengamatan panjang
akar menunjukan bahwa perlakuan stek dua tunas tidak berpengaruh
terhadap variabel pengamatan
tersebut, tetapi pada perlakuan stek satu tunas memberikan pengaruh yang nyata (Tabel 3). Hal ini dikarenakan pada stek dua tunas menghasilkan akar yang banyak dibandingkan dengan stek satu tunas, sehingga tanaman yang memiliki stek satu tunas dalam mendapatkan unsur haranya dengan memanjangkan akar kedalam tanam dengan demikian
tanaman yang hanya memiliki satu tunas dapat tetap tumbuh.
Pada pengeratan ini
pengeratan spiral menghasilkan
jumlah ubi terbanyak dengan nilai 8,45 buah yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 4). Hal ini
dapat dijelaskan berdasarkan
pernyataan Rofiq (2010) yang menyatakan bahwa banyaknya ubi yang terbentuk dibawah pelukaan
yang menyebabkan peningkatan
pertumbuhan akar yang
terdiferensiasi menjadi ubi.Dengan demikian semakin banyak akar maka peluang akar menjadi ubi menjadi lebih besar.
Tunas yang tumbuh sehat akan memiliki ketahanan yang baik
terhadap lingkungan tumbuhnya
sehingga pertumbuhannya menjadi lebih baik (Angga, 2011). Dalam penelitian ini dilakukan pemilihan tunas yang terbaik yaitu stek yang memiliki satu tunas dan stek yang memiliki dua tunas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa stek yang
memiliki dua tunas mempengaruhi pertumbuhan akar yang menghasilkan jumlah akar terbanyak dibandingkan dengan stek satu tunas (Tabel 1). Hal
ini sesuai dengan pernyataan Erita et
al., (2012) bahwa perlakuan stek 3
buku/titik tunas memberikan
pengaruh nyata terhadap jumlah tunas
pada stek sehingga dengan
banyaknyajumlah tunas yang tumbuh maka semakin banyak karbohidrat dan auksin yang disimpan untuk
pembentukan akar. Tunas yang
tumbuh sehat akan memiliki
ketahanan yang baik terhadap
lingkungan tumbuhnya sehingga
pertumbuhannya menjadi lebih baik (Angga, 2011). Dalam penelitian ini dilakukan pemilihan tunas yang terbaik yaitu stek yang memiliki satu tunas dan stek yang memiliki dua tunas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stek yang memiliki dua tunas
mempengaruhi pertumbuhan akar
yang menghasilkan jumlah akar terbanyak dibandingkan dengan stek satu tunas (Tabel 1). Hal ini sesuai
dengan pernyataan Erita et al., (2012)
bahwa perlakuan stek 3 buku/titik tunas memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah tunas pada stek sehingga dengan banyaknyajumlah tunas yang tumbuh maka semakin banyak karbohidrat dan auksin yang disimpan untuk pembentukan akar.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah tunas tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah ubi. Hal ini dikarenakan bahwa fotosintat yang dihasilkan daun akan digunakan
untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pada proses
transportasi hasil fotosintesis,
tanaman yang memiliki banyak tunas
dalam pembagian hasil
fotosintesisnya lebih banyak
ditranslokasikan untuk pertumbuhan serta pemeliharaan jaringan sel pada cabang dan daun. Hidayat (2004)
menjelaskan bahwa tajuk yang
sedangberkembang merupakan sink
yang lebih kuat, sedangkan akar
merupakan sink yanglebih lemah.
Akan tetapi setelah daun menjadi
source terjadiperubahan pembagian
asimilat ke organ lain seperti ubi.
Pada penelitian ini pengeratan
spiral menghasilkan jumlah akar dan jumlah ubi terbanyak. Dengan
demikian jelas bahwa semakin
banyak akar maka peluang akar menjadi ubi menjadi lebih besar. Hal ini sama dengan hasil penelitian yang
diperoleh Rofiq (2010) yang
menyatakan bahwa banyaknya ubi yang terbentuk dibawah pelukaan
pertumbuhan akar yang terdiferensiasi menjadi ubi.
Pembesaran akar menjadi ubi tidak terjadi pada seluruh akar yang ada, hanya berkisar antara 3-15 akar yang akan menjadi ubi, tergantung dari kondisi lingkungan dan jenis kultivar tanaman tersebut. Tanaman ubi kayu menghasilkan akar adventif
yang berkembang menjadi akar
serabut. hanya beberapa akar serabut yang menjadi ubi selebihnya tetap menjadi akar serabut yang berfungsi menyerap air dan zat hara. Menurut
Ekanayake et al., (1997) yang
menyatakan bahwa sejak 28 hari setelah penanaman banyak butir pati dapat ditemukan dalam parenkim xylem pada akar serabut, namun
secara anatomi pada tahapan
perubahan akar menjadi ubi tidak dapat dibedakan antara akar yang tetap menjadi akar serabut dan akar yang tumbuh membesar menjadi ubi. Hubungan antara panjang dan diameter ubi terkait erat dengan bentuk ubi. Ubi yang berbentuk memanjang biasanya tidak diikuti oleh diameter yang besar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Widodo (1990) yang menyatakan
bahwa ubi yang panjang umumnya tidak berdiameter besar sedangkan ubi yang berdiameter besar tidak memanjang. Panjang ubi dan diameter ubi umumnya diakibatkan oleh faktor genetik dari varietas ubi
kayu yang digunakan, faktor
lingkungan juga berpengaruh
khususnya pada tingkat kegemburan tanah.
KESIMPULAN
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Perlakuan fisik dengan
pengeratan spiral adalah
perlakuan fisik yang memiliki
nilai paling tinggi untuk
pertumbuhan ubi diantara
perlakuan fisik lain yaitu sebesar 8, 45 ubi per steknya, dengan selisih sebesar 1,80 ubi dengan perlakuan kontrol.
2. Stek dua tunas menunjukkan
pertumbuhan akar yang lebih baik dibandingkan stek satu tunas dengan nilai sebesar 32,4 akar per steknya.
3. Interaksi antara perlakuan fisik
dan perlakuan jumlah tunas
hanya berpengaruh nyata
DAFTAR PUSTAKA
Angga, W. 2011. Pengaruh jumlah
mata tunas terhadap
pertumbuhan empat varietas
ubi kayu. Jurnal Institut
Pertanian Bogor. Vol 1 : 22-
26.
Badan Pusat Statistika Provinsi. 2012. Produksi Ubi Kayu Seluruh Provinsi Indonesia. BPS Provinsi
Davies, P. J. 1995. Plants Hornones: Physiology, Biochemistry, and
Moleculer Biology.
Diterjemahkan oleh Rohayati.
Disertasi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 72 hal.
Edmond, J. B.,T. C. Senn, F.S. Andrew and R.G. Halfacre.
1983. Fundamental of
Horticulture. 4th Ed.
Diterjemahan oleh Erita
Hayati dan Sabarudin.
Disunting oleh Rahmawati.
Jurnal Effect of Buds and
Composition of Planting
Media to the Growth of
Jatropha Plants Cutting
(Jatropha curcas L.). Aceh. 6
hal.
Ekanayake, I. J., D. S. O osiru,
M.C.M. Proto. 1997.
Morfology off cassava.
Terjemahan Euis dan Zainal. http://ebookbrowser.net/bab-
11-ubi-kayu-euis-zainal-doc-d133153650.Diakses pada
tanggal 15 November 2013.
Erita, H., Sabarudin, and
Rachmawati. 2012. Pengaruh
jumlah mata tunas dan
komposisi media tanam
terhadap pertumbuahan stek
tanaman jarak pagar
(Jatropha curcas L.). Jurnal
Agrista Vol. 16 (3) :3- 4.
Farida, N.H dan N. Setiari. 2007. Pembentukan akar pada stek
batang nilam (Pogostemon
cablin Benth.) setelah
direndam Iba (Indol Butyric
Acid) pada konsentrasi
berbeda. Jurnal Anatomi dan
Fisiologi Vol. XV No 2: 4-6.
Harjadi. 1989. Dasar- Dasar
Hortikultur. Fakultas
Pertanian. IPB. Bogor. 500 hal.
Hidayat, R. 2004. Kajian Pola Translokasi Asimiliat pada
Beberapa Umur Tanaman
Manggis (Garcinia
Mangostana L) Muda. Jurnal
Agrosains Vol 6(1): 20-25.
Intan, R. D. A. 2008. Peranan dan
Fungsi Fitohormon Bagi
Pertumbuhan Tanaman. Jurnal Universitas Padjajaran 2(1) : 24-28
Nababan, D. 2009. Penggunaan
Hormon IBA terhadap
Pertumbuhan Stek Ekaliptus
Klon IND 48. Disertasi.
Universitas Sumatera Utara. Medan. 54 hal
Nassar N.M., D.Y. Hashimoto, S.D.Fernandes. 2008. Wild
Manihot species:Botanical
Aspects, Geographic
Distribution and Economic
Value. Jurnal GenetMol Res 7
(1): 16-28.
Rochiman, K., dan S. S. Harjadi. 1983. Pembiakan Vegetatif.
Departemen Agronomi
Fakultas Pertanian IPB.
Bogor.
Rofiq, M. 2011. Pengaruh Perlukaan Pada Batang Utama Ubi Kayu Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Umbi. Disertasi.
Institut Pertanian Bogor. 55 hal.
Widodo, Y. 1990. Keeratan
Hubungan antara Sifat
Kuantitatif pada Ubi Jalar. Jurnal Penelitian Tanaman Pangan Malang : 215- 220.
Tabel 1. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh perlakuan fisik (kerat tegak lurus, kerat spiral, NAA 2.000 ppm, kontrol) dan jumlah tunas (satu tunas dan dua tunas).
Variabel Perlakuan Fisik Jumlah Tunas Fi x Tu
(Fi) (Tu) Jumlah Akar * * * Panjang Akar tn * tn Jumlah Ubi * tn tn Panjang Ubi tn * tn Diameter Ubi * tn tn
Bobot Basah Akar tn * tn
Bobot Kering Akar tn * tn
Bobot Basah Ubi tn tn tn
Bobot Kering Ubi tn tn tn
Keterangan : * = Berbeda nyata pada taraf 5% tn = Tidak berbeda nyata pada taraf 5%
Tabel 2. Pengaruh berbagai perlakuan fisik dan jumlah tunas terhadap jumlah akar pada stek ubikayu.
Jumlah Akar Pada Stek (helai/stek)
Perlakuan Fisik Jumlah Tunas
1 tunas 2 tunas
Kerat Tegak Lurus 24,20 cd 31,50 a
(B) (A) Kerat Spiral 28,20 b 32,80 a (B) (A) NAA 2.000 ppm 22,80 d 26,20 bc (B) (A) Kontrol 24,80 cd 24,80 cd (A) (A) BNT 0,05 = 3,10
Keterangan : Angka- angka yang diikuti oleh huruf yang sama dan pada kolom yang sama (huruf kecil) dan (huruf kapital) pada baris yang sama tidak menunjukkan perbedaaan yang nyata menurut BNT 5% Tabel 3. Pengaruh jumlah tunas terhadap panjang akar pada stek ubikayu.
Jumlah Tunas Panjang Akar (cm) Panjang ubi (cm)
1 tunas 19,88 a 16,00 a
2 tunas 17,08 b 14,46 b
BNT 0,05 0,79 1,54
Keterangan : Angka- angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang berbeda, berbeda nyata pada taraf 0,05
Tabel 4. Pengaruh perlakuan fisik terhadap jumlah ubipada stek ubikayu.
PerlakuanFisik Jumlah ubi (buah/stek)
Kerat Tegak Lurus 7,85 ab
Kerat Spiral 8,45 a
NAA 2.000 ppm 7,05 b
Kontrol 6,65 b
BNT 0,05 1,30
Keterangan : Angka- angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang berbeda, berbeda nyata pada taraf 0,05
Tabel 5. Pengaruh berbagai perlakuan fisik terhadap diameter ubi pada stek ubi kayu
PerlakuanFisik Diameter ubi (cm)
Kerat Tegak Lurus 2,20 a
Kerat Spiral 2,16 a
NAA 2.000 ppm 2,02 ab
Kontrol 1,70 b
BNT 0,05 0,36
Keterangan : Angka- angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang berbeda, berbeda nyata pada taraf 0,05