• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nurhayati Rosalia Susila Purwanti Universitas PGRI Yogyakarta ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Nurhayati Rosalia Susila Purwanti Universitas PGRI Yogyakarta ABSTRAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA SISWA KELAS V DI

SD 2 KADIPIRO KASIHAN BANTUL TAHUN 2015/2016 Nurhayati

Rosalia Susila Purwanti Universitas PGRI Yogyakarta Email: ayayaya809@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep IPS dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining pada siswa kelas V di SD 2 Kadipiro Kasihan Bantul Tahun 2015/2016.

Penelitian ini dilakukan di SD 2 Kadipiro Kasihan Bantul Yogyakarta Tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD 2 Kadipiro, yang terdiri dari 16 siswa putra dan 9 siswa putri. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi, dokumentasi, dan tes prestasi berupa evaluasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah nilai rata-rata dan persentase ketuntasan. Prosedur dalam penelitian ini ada empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus dimana tiap siklus dilakukan dalam dua kali pertemuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pra siklus nilai rata-rata 34,08,pada siklus I meningkat menjadi 41,44, dan pada siklus II meningkat menjadi 68,96. Sementara presentase ketuntasan belajar pada pra siklus yaitu 0%, meningkat di siklus I menjadi 28%, dan pada siklus IImeningkat menjadi 64% dengan KKM mata pelajaran IPS 71.

Kata kunci: Model pembelajaran tipe Student Facilitator and Explaining, Pemahaman Konsep, IPS. ABSTRACT

The purposed of this research was to improve social comprehension concept through a model of cooperative Student Facilitator and Explaining type of V class at Kadipiro 2 Elementary School Kasihan Bantul Academic Year 2015/2016.

The study was conducted in Kadipiro 2 Elementary School Kasihan Bantul Academic Year 2015/2016. This research was is included as classroom action research. The subject were 25 students, consisted of 16 male and 9 female. Classroom Action Research used data collection techniques such as observation, documentation, and acheivement tests in the form of evaluation. The analysis technique used the average score and the percentage of completeness. The procedures in this reasearchwere consisted of four stages: planning, implementation, observation, and reflection. This research was conducted in two cycles where each cycle performed in two meetings.

The results showed that in the pre-cycle, the average score of 34.08, in the first cycle increased to 41.44, and in the second cycle increased to 68.96. While the percentage of learning mastery in the pre-cycle was 0.%, increased in the first cycle to 28%, and in the second cycle increased to 64% by minimum criteria completeness was 71.

Keywords: Study Model Student Facilitator and Explaining, Type Comprehension Concept, Social. PENDAHULUAN

Pemahaman terhadap materi pelajaran sangat penting bagi siswa, terutama pada mata pelajaran IPS dengan materi sejarah. Dilihat dari materi IPS yang berisi fakta, konsep, dan generalisasi, memang membutuhkan porsi yang banyak dalam aspek pemahaman. Apalagi, IPS berorientsi pada pembentukan masyarakat demokratis

dan bertanggung jawab. Dengan pemahaman konsep, siswa dapat memanfaatkan ilmu yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari. Kendala yang dialami siswa kelas V SD 2 Kadipiro dalam belajar IPS yaitu materi pada bahan ajar IPS terutama sejarah, disajikan di buku dengan kalimat yang panjang dan banyak. Ditambah dengan kebingungan siswa kelas V terhadap

(2)

materi IPS karena pada kelas sebelumnya menggunakan kurikulum 2013, yang disajikan secara tematik. Rendahnya pemahaman pada 25 siswa kelas V ini ditunjukkan dari persentase ketuntasan yang dicapai, yaitu sebesar 100% belum paham dibuktikan dari nilai siswa yang belum ada yang mencapai KKM.

Pendekatan pembelajaran tentu berpengaruh terhadap cara belajar siswa dan tentu akan mepengaruhi prestasi yang diperoleh siswa. Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa. Dengan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining, siswa dituntut untuk belajar secara mandiri bersama kelompoknya.

Rendahnya pemahaman belajar siswa kelas V SD khususnya pada mata pelajaran IPS, maka dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul: Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep IPS dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining pada Siswa Kelas V di SD 2 Kadipiro Kasihan Bantul Tahun 2015/2016. Tujuan penelitian ini yaitu Untuk meningkatkan pemahaman konsep IPS dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining pada siswa kelas V di SD 2 Kadipiro Kasihan Bantul Tahun 2015/2016. KERANGKA TEORI

1. Pemahaman

Pemahaman merupakan salah satu aspek dalam dimensi kognitif yang harus harus diajarakan kepada siswa SD. Menurut Cucu Suhana (2014:19), pemahaman (comprehension) yaitu kemampuan menangkap pengertian, menerjemahkan, dan menafsirkan.Belajar dengan pemahaman berarti siswa lebih dari sekedar mengetahui, namun siswa harus mampu mengerti, menerjemahkan, menafsirkan makna yang dipelajarinya tanpa harus menghubungkan dengan hal-hal lain. Pemahaman dapat pula diartikan sebagai kemampuan untuk mengerti atau memahami makna dari informasi yang diperoleh sehingga dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Nana Sujana (2011-24), menjelaskan bahwa pemahaman dibedakan mejadi 3 kategori, yang pertama kategori pemahaman rendah atau terjemah,

kedua penafsiran, dan ketiga ekstrapolasi. Dari setiap kategori memiliki tingkat kesulitan berbeda-beda, namun, dalam penggunaannya tetap memperhatikan kemampuan siswa. 2. Konsep

Masri Siangarimbun dan Sofian Effendi (2011:34), mengartikan konsep sebagai abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi atas sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu. Konsep-konsep yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat diperoleh dari konsep disiplin ilmu atau dari konsep yang telah biasa digunakan di lingkungan kehidupan siswa atau masyarakat setempat. Konsep adalah pokok pengertian abstrak dari suatu gejala yang berkaitan dengan simbol untuk kelas dari suatu benda, peristiwa, gagasan, individu, atau kelompok. Konsep merupakan sesuatu penggambaran abstrak tentang suatu kelas. Konsep setiap orang dibangun sendiri melalui pengalaman yang dilaluinya.

3. IPS

Menurut Sapriya (2011:20), materi IPS di SD lebih difokuskan pada dimensi pedagogik dan psikologik serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik. Menurutnya istilah IPS di SD merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. IPS SD dapat diartikan sebagai bidang studi yang berdiri sendiri yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains, isu sosial, dan masalah sosial kehidupan yang difokuskan pada dimensi pedagogik dan psikologik disesuaikan dengan kemampuan berfikir peserta didik.

4. Pemahaman Konsep IPS

Pemahaman konsep IPS adalah kemampuan untuk mengerti makna dari pokok pengertian abstrak dalam mempelajari, menelaah, menganalisis gejala, dan masalah sosial dari sejumlah disiplin ilmu sosial, humaniora, sains, isu sosial, dan masalah sosial kehidupan sehingga dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Menurut Rudy Gunawan

(3)

(2013:50), IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam bidang studi IPS harus dibelajarkaan kepada siswa SD.

5. Model

Menurut Agus Suprijono (2010:45), model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Model dapat pula diartikan sebagai perencanaan atau rancangan yang menyeluruh sebagai hasil dari observasi dan pengukuran untuk membantu siswa mempelajari jenis pengetahuan, sikap atau keterampilan tertentu.

6. Pembelajaran

Menurut Rusman (2013:134), pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Pembelajaran sebagai proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dalam lingkungan belajar, baik secara langsung maupun tidak langsung (menggunakan media), untuk memperoleh perubahan tingkah laku untuk menjadi lebih baik. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan pendidik dengan lingkungan belajar yang sengaja dirancang untuk memudahkan preses belajar sehingga diperoleh perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik dan bersifat tetap.

7. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah pola yang dirancang untuk melakukan proses interaksi antara pendidik, peserta didik, dan sumber belajar suntuk membantu proses belajar agar dapat terlaksana sesuai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Model pembelajaran menjadi bagian yang penting dalam kegiatan pembelajaran karena dengan model pembelajaran menjadikan pembelajaran menjadi lebih menarik, variatif, dan efektif. Meskipun model pembelajaran penting bagi kegiatan pembelajaran, namun dalam penggunaannya harus

disesuaikan dengan materi ajar dan tujuan pembelajaran. Tidak ada model pembelajaran yang sesuai untuk semua materi pelajaran. Saat ini telah terdapat banyak jenis model pembelajaran dan masih terus berkembang, karena itu pemilihan model pembelajaran dibebaskan agar dapat disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran. 8. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan pembelajaran yang mengutamakan kerja kelompok. Pembelajaran kooperatif membantu dalam mengembangkan pemahaman siswa dengan bekerja secara bersama-sama dengan anggota kelompok. Selain itu, pembelajaran kooperatif juga mendukung perkembangan kemampuan afektif siswa. Pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang berpusat pada siswa dalam kelompok kecil yang terbentuk secara heterogen dimana mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan tugas dan keterlibatan anggota kelompok mempengaruhi keberhasilan untuk mencapai tujuan. Kelompok kecil terbentuk dari 4-6 orang dengan kemampuan, asal daerah, ras atau suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda. Dengan perbedaan ini diharapkan siswa dapat saling membantu dalam melakukan diskusi, saling berbagai pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan.

9. Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining.

Menurut Zainal Aqib (2013:28), Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana siswa/peserta mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya. Pada model ini siswa belajar berbicara menyampaikan ide dan gagasan. Model pembelajaran Student Facilitator and Explainingdapat pula diartikan sebagai model pembelajaran dimana peserta didik mempresentasikan ide/gagasan kepada peserta didik lain dengan bantuan bagan atau peta konsep. Langkah-langkah dalam model pembelajaran ini cukup simpel dan dapat mengembangkan keberanian siswa. Salah satu kelebihan model ini adalah membuat materi yang disampaikan lebih jelas dan konkrit sehingga mendukung pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep.

(4)

10. Model Pembelajaran Kooperatif Student Facilitator and Explaining

Model pembelajaran kooperatif Student Facilitator and Explining adalah pola interaksi peserta didik dalam sebuah kelompok kecil yang heterogen yang memiliki tujuan dan tanggung jawab sama dalam mempersiapkan presentasi (diskusi) dan mempresentasikan hasil diskusi mengenai ide/gagasan materi yang sedang dipelajari kepada peserta didik lain.

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diambil dari skripsi yang ditulis oleh Suranto dengan judul Meningkatkan Pemahaman Konsep Peninggalan Sejarah Hindu di Indonesia melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial di Kelas V SDN 2 Buga Kabupaten Tolitoli.Berdasarkan hasil evaluasi pada akhir pembelajaran menunjukkan bahwa pada siklus I persentase ketuntasan hanya mencapai 50%, pada siklus II persentase mencapai 65% dan pada siklus III menunjukkakn hasil yang sangat signifikan yaitu persentase ketuntasan mencapai 95% siswa memperoleh nilai ≥ 70.

Materi sejarah yang penuh dengan hafalan dan cerita yang bermacam-macam. Ditambah, siswa kelas V saat ini sedikit merasa asing dengan pelajaran IPS karena saat kelas IV mereka menggunakan kurilkulum yang berbeda dimana siswa dikondisikan agar tidak merasa belajar IPS namun tetap mempelajarinya. Akibatnya, kini siswa merasa sedikit bingung dalam belajar IPS.

Pemahaman siswa kelas V SD 2 Kadipiro masih sangat rendah, terlihat dari rata-rata hasil nilai ulangan yang diperoleh siswa pada KD sebelumnya hanya sebesar 34,08, dan dari 25 siswa masih belum ada yang mencapai KKM. Model pembelajaran kooperatif Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran yang membuat materi yang disampaikan lebih jelas dan konkrit dimana siswa harus berdiskusi dengan teman satu kelompoknya dan mencari ide pokok untuk dibuat peta konsep. Peta konsep ini selanjutnya menjadi media dalam presentasi di depan kelas.

Dengan model Student Facilitator and Explaining diharapkan pemahaman konsep IPS siswa kelas V SD 2 Kadipiro tahun ajaran 2015/2016 dapat meningkat yang dilihat dari hasil tes evaluasi.

Setelah mempelajari dasar teori tentang pemahaman belajar IPS dan model pembelajaran koopertif tipe Student Facilitaor

and Explaining, maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan pemahaman konsep IPS siswa kelas V SD 2 Kadipiro tahun ajaran 2015/2016.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di SD 2 Kadipiro yang beralamat di Kadipiro, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Waktu pelaksanaan penelitian selama 4 bulan, yaitu dari bulan Februari sampai Mei 2016, pada semester genap tahun ajaran 2015/2016.

Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD 2 Kadipiro tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 25 anak. Terdiri dari 16 siswa putra dan 9 siswa putri. Objek penelitian adalah upaya meningkatkan pemahaman konsep IPS dengan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Saur Tampubolon (2014:16), penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang diaplikasikan dalam proses pembelajaran di kelas dengan tujuan memperbaiki praktik pembelajaran di kelas. Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (Rochiati Wiriaatmadja, 2012: 66). Pada tiap siklus terdiri dari 4 komponen yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Apabila hasil refleksi belum mencapai indikator keberhasilan, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan perbaikan dari hasil refleksi.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi dengan instrumen lembar observasi pembelajaran dan observasi siswa. Teknik dokumentasi dengan instrumen dokumentasi yang berupa foto dan catatan lapangan dan teknik tes dengan instrumen lembar evaluasi. Teknik analisis data dengan menghitung peningkatan nilai rata-rata kelas dan persentase ketuntasan kelas. Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata adalah sebagai berikut:

𝑋 = 𝑋 𝑁 Keterangan:

𝑋 = mean (rata-rata)

Ʃ𝑋 = jumlah skor seluruh siswa N = jumlah siswa

Rumus persentase ketuntasan nilai siswa yaitu :

(5)

=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100% Indikator keberhasilan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah meningkatnya pemahaman konsep dalam mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada siswa kelas V di SD 2 Kadipiro tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini dikatakan berhasil bila sebanyak 60% dari seluruh siswa telah memperoleh nilai ≥ 71 atau telah mencapai KKM. Penelitian ini dihentikan apabila indikator keberhasilan telah tercapai. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Data Pra Siklus

Tabel 1: Nilai Pra Siklus

No Nama Nilai No Nama Nilai

1 Ra. P. 10 14 M. A. P. 45 2 F. W. 27 15 M. D. A. 35 3 F. P. 30 16 Ri. P. 37 4 N. C. 10 17 R. W. 23 5 M. F. I. 30 18 R. A. 17 6 R. S. 40 19 S. N. H. 70 7 R. A. H. 20 20 T. A. P. 27 8 A. C. A. 40 21 Z. A. 50 9 A. Y. A. P. 53 22 M. A. R. S. 35 10 F. D. P. 53 23 A. F. 20 11 I. N. F. S. 60 24 M. E. P. 70 12 K. N. S. W. 10 25 N. D. L. 23 13 M. S. W. 17 Jumlah 852 Rata-Rata 34,08 Persentase ketuntasan 0%

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa dari 25 siswa belum ada siswa yang mendapatkan nilai diatas atau sama dengan KKM yang telah ditentukan. Fakta hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa semua siswa mendapatkan nilai rendah.

2. Data Siklus I

Tabel 2: Data Nilai Siklus I

No Nama Nilai Keterangan

1 Ra. P. 12 TidakTuntas 2 F. W. 24 TidakTuntas 3 F. P. 16 TidakTuntas 4 N. C. 20 TidakTuntas 5 M. F. I. 16 TidakTuntas 6 R. S. 36 TidakTuntas 7 R. A. H. 24 TidakTuntas 8 A. C. A. 76 Tuntas 9 A. Y. A. P. 40 TidakTuntas 10 F. D. P. 28 TidakTuntas 11 I. N. F. S. 76 Tuntas 12 K. N. S. W. 36 TidakTuntas 13 M. S. W. 32 TidakTuntas 14 M. A. P. 52 TidakTuntas 15 M. D. A. 28 TidakTuntas 16 Ri. P. 72 Tuntas 17 R. W. 28 TidakTuntas 18 R. A. 72 Tuntas 19 S. N. H. 72 Tuntas 20 T. A. P. 32 TidakTuntas 21 Z. A. 76 Tuntas 22 M. A. R. S. 12 TidakTuntas 23 A. F. 72 Tuntas 24 M. E. P. 52 TidakTuntas 25 N. D. L. 20 TidakTuntas Jumlah 1036 Rata-rata 41,44 Persentase ketuntasan 28 %

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa setelah melaksanakan tindakan pada siklus I diperoleh hasil 7 siswa mendapatkan nilai di atas KKM dengan persentase 28% dan siswa yang belum mendapat nilai diatas batas KKM sebantak 18 siswa dengan persentase 72%. Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari pra siklus ke siklus I meningkat sebesar 28% sehingga belum menunjukkan nilai yang sesuai terget. Dengan demikian pemahaman siswa masih perlu ditingkatkan pada siklus II.

(6)

3. Data Siklus II

Tabel 3: Data Nilai Siklus II

No Nama Nilai Keterangan

1 Ra. P. 52 Belum Tuntas

2 F. W. 72 Tuntas 3 F. P. 76 Tuntas 4 N. C. 48 Belum Tuntas 5 M. F. I. 64 Belum Tuntas 6 R. S. 72 Tuntas 7 R. A. H. 52 Belum Tuntas 8 A. C. A. 76 Tuntas 9 A. Y. A. P. 76 Tuntas 10 F. D. P. 76 Tuntas 11 I. N. F. S. 84 Tuntas 12 K. N. S. W. 40 Belum Tuntas 13 M. S. W. 72 Tuntas 14 M. A. P. 52 Belum Tuntas 15 M. D. A. 76 Tuntas 16 Ri. P. 88 Tuntas 17 R. W. 64 Belum Tuntas 18 R. A. 76 Tuntas 19 S. N. H. 88 Tuntas 20 T. A. P. 76 Tuntas 21 Z. A. 84 Tuntas 22 M. A. R. S. 56 Belum Tuntas 23 A. F. 76 Tuntas 24 M. E. P. 76 Tuntas 25 N. D. L. 52 Belum Tuntas Jumlah 1724 Rata-rata 68,96 Persentase Ketuntasan 64%

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa setelah melaksanakan tindakan pada siklus II diperoleh hasil 16 atau 64% siswa mendapat nilai di atas KKM dan yang nilainya belum memenuhi KKM sebanyak 9 siswa atau sebanyak 36%, yang berarti dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 36%. Peningkatan pemahaman siswa dilihat dari hasil tes evaluasi sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu ketuntasan belajar keseluruhan siswa telah mencapai 60%. Dengan demikian penelitian dihentikan pada siklus II.

Peningkatan pada Siswa, Pembelajaran, dan Kelas

1. Peningkatan pada siswa

Peningkatan ini dapat dilihat dari nilai rata-rata keseluruhan siswa dan nilai ketuntasan keseluruhan siswa. Nilai rata-rata keseluruhan siswa mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II terus

meningkat. Dimana nilai rata-rata keseluruhan siswa pada pra siklus adalah 34,08, pada siklus I meningkat menjadi 41,44, kemudian siklus II nilai rata-rata kelas meningkat cukup baik hingga mencapai 68,96.

Ketuntasan belajar pada pra siklus menunjukkan bahwa sama sekali belum ada siswa yang tuntas belajar atau 0% siswa tuntas belajar. Sementara pada siklus I terdapat 7 siswa atau sebesar 28% siswa telah tuntas belajar dan 18 siswa belum tuntas atau sebesar 72% yang berarti menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Pada siklus II menujukkan peningkatan, persentase ketuntasan mencapai 64% atau sebanyak 16 siswa telah tuntas belajar dan 9 siswa belum tuntas belajar atau sebesar 36%. 2. Peningkatan pada Pembelajaran

Dari hasil observasi pada proses pembelajaran dari siklus I sampai siklus II telah terjadi peningkatan yang cukup baik. Pada siklus I kegiatan pembelajaran mendapatkan persentase 78,47% dan pada siklus II 90,27%. Dari hasil observasi yang dilakukan pada siklus I dan siklus II diperoleh persentase rata-rata kegiatan pembelajaran dengan model Student Facilitator and Explaining sebesar 84,38%. Observasi ini dilakukan pada saat penelitian berlangsung, mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup pembelajaran.

3. Peningkatan pada Kelas

Peningkatan pada kelas dapat dilihat dari hasil observasi kegiatan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining mulai dari siklus I sampai siklus II sudah teradi peningkatan yang cukup baik. Hasil persentase observasi aktivitas siswa pada siklus I yaitu 64,06%, dan terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 84,37%. Dari hasil observasi kegiatan siswa selama siklus I dan siklus II diperoleh rata-rata persentase kegiatan siswa mencapai 74,21%.

Pembahasan

Tabel 4: Peningkatan Nilai Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Siswa Kelas V SD 2 Kadipiro Kasihan Bantul

(7)

No Nama Pra siklus Siklus I Siklus II 1 Ra. P. 10 12 52 2 F. W. 27 24 72 3 F. P. 30 16 76 4 N. C. 10 20 48 5 M. F. I. 30 16 64 6 R. S. 40 36 72 7 R. A. H. 20 24 52 8 A. C. A. 40 76 76 9 A. Y. A. P. 53 40 76 10 F. D. P. 53 28 76 11 I. N. F. S. 60 76 84 12 K. N. S. W. 10 36 40 13 M. S. W. 17 32 72 14 M. A. P. 45 52 52 15 M. D. A. 35 28 76 16 Ri. P. 37 72 88 17 R. W. 23 28 64 18 R. A. 17 72 76 19 S. N. H. 70 72 88 20 T. A. P. 27 32 76 21 Z. A. 50 76 84 22 M. A. R. S. 35 12 56 23 A. F. 20 72 76 24 M. E. P. 70 52 76 25 N. D. L. 23 32 52 Jumlah 852 1036 1724 Rata-rata 34,08 41,44 68,96 Persentase Ketuntasan 0 28% 64%

Berdasarkan tabel hasil penelitian di atas, menunjukkan adanya peningkatan terhadap tingkat pemahaman siswa. Hal ini ditunjukkan pada peningkatan nilai rata-rata siswa dan persentase ketuntasan siswa yang terus meningkat dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Peningkatan nilai rata siswa dapat dilihat pada gambar berikut:

Diagram 1: Peningkatan Nilai Rata-Rata Kelas pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Berdasarkan diagram diatas, nilai rata-rata kelas dari pra siklus sampai siklus II terus meningkat. Nilai rata-rata pada pra siklus adalah 34,08 yang kemudian menjadi 41,44 pada siklus I, meningkat sebesar 7,36. Pada siklus II terjadi peningkatan yang cukup baik jika dibandingkan dengan peningkatan sebelumnya. Peningkatan nilai rata-rata kelas pada siklus II sebesar 27,52 sehingga pada siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 68,96. Peningkatan persentase ketuntasan belajar dapat dilihat pada gambar berikut:

Diagram 2: Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Berdasarkan gambar diatas, persentase ketuntasan kelas pada pra siklus 0% yang artinya dari 25 siswa belum ada yang mencapai KKM. Pada siklus I terjadi peningkatan, ditunjukkan dengan 7 siswa telah tuntas atau sebesar 28%, dan18 siswa belum tuntas atau sebesar 72%. Pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 36% dari siklus I menjadi 64% telah tuntas atau sebanyak 16 siswa, sementara yang belum tuntas ada sebanyak 9 siswa atau sebesar 36%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan pada pembahasan dan hasil pengamatan yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan:

1. Pembelajaran dengan model Students Facilitator and Explaining dapat meningkatkan pemahaman konsep terhadap mata pelajaran IPS pada materi perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SD 2 Kadipiro Tahun Ajaran 2015/2016 dilihat [VALUE ] [VALUE ] [VALUE ] 0 20 40 60 80

Pra Siklus Siklus I Siklus II Peningkatan Nilai Rata-rata

Keseluruhan Siswa 0 28% 64% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

Pra Siklus Siklus I Siklus II Peningkatan Ketuntasan Belajar

(8)

dari hasil tes evaluasi dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 0% pada pra siklus, 28% pada siklus I dan meningkat menjadi 64% pada siklus II.

2. Pembelajaran dengan modelStudents Facilitator and Explaining dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran pada materi perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia mata pelajaran IPS kelas V SD 2 Kadipiro Tahun Ajaran 2015/2016. 3. Pembelajaran dengan model Students

Facilitator and Explaining dapat menigkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran pada materi perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia mata pelajaran IPS kelas V SD 2 Kadipiro Tahun Ajaran 2015/2016. Terlihat dari persentase observasi kegaiatn pembelajaran pada siklus I sebesar 64,06% menjadi 84,37% pada siklus II. Persentase kegiatan pembelajaran pada siklus I sebesar 78,47% dan pada siklus II meningkat menjadi 90,72%.

Saran

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan kesimpulan di atas maka dapat diberikan sara-saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Untuk meningkatkan pemahaman konsep, dapat dilakukan dengan meningkatkan aktifitas siswa seperti menambah kegiatan membaca, menulis dan berbicara untuk mempertajam pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari serta meningkatkan keberanian siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Akan lebih menyenangkan apabila menggunakan model-model pembelajaran, sehingga siswa lebih bersemangat sehingga cepat tidak bosan dan malas dalam belajar.Karena keterbatasan waktu penelitian, diharapkan setelah penelitian ini guru memberikan tindakan lebih lanjut kepada siswa yang belum mencapai KKM.

2. Bagi Siswa

Siswa hendaknya selalu aktif dan bersungguh-sungguh dalam belajar, karena kesungguhan belajar sangat berpengaruh dalam kemampuan pemahaman individu. Siswa hendaknya berani menanyakan hal-hal yang belum dipahami kepada guru.

3. Kepada Peneliti

Penelitian ini dapat dikembangkan menjadi penelitian yang lain dengan menggunakan aspek yang berbeda. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih cermat dalam mengkaji teori yang berkaitan dengan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining untuk melengkapi kekurangan yang ada, sehingga penelitian selanjutnya dapat lebih baik dari penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cucu Suhana. 2014. Konsep Strategi Pembelajaran (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama.

Masri Siangarimbun dan Sofian Effendi. 2011. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Nana Sujana. 2011. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rudy Gunawan. 2013. Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep, dan Aplikasi (Edisi Revisi). Bandung: Alfabeta.

Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Depok: Rajagrafindo Persada.

Sapriya. 2011. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja sRosdakarya.

Saur Tampubolon. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Erlangga.

Zainal Aqib. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.

Gambar

Tabel 1: Nilai Pra Siklus
Tabel 3: Data Nilai Siklus II
Diagram 1: Peningkatan Nilai Rata-Rata  Kelas pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penulisan ilmiah ini adalah untuk mengetahui penentuan harga jual yang ditetapkan oleh perusahaan dan mengetahui penentuan harga jual dengan metode Cost Plus Pricing

Cis-Oleil-Imidazolinium Tetrakloromanganat(II) telah digunakan sebagai material gel pemancar cahaya dengan cahaya yang dihasilkan berwarna hijau dengan tegangan yang

yang lebih spesifik pada gangguan autisme berat, sehingga sistem dapat lebih. mudah membedakan antara gangguan autisme berat dengan autisme

Hasil analisa Kandungan unsur hara menunjukkan Pemberian tingkat starbio tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata terhadap kandungan NDF, ADF, hemiselulosa, selulosa, ADL

Dari penjelasan istilah- istilah diatas maka dapat ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan “Perikatan Jasa Layanan Transportasi Online Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi: PT

[r]

Dalam e- commerce dikenal adanya B2B dan B2C yang bisa digunakan para pelanggan untuk turun langsung apabila ingin melakukan transaksi pembelian pada e-commerce atau

Dan kajian ini merupakan studi ma’anil hadis karena secara langsung, kajian Miss Universe merupakan pemaknaan yang implisit dari sebuah hadis tentang wanita yang