• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN KERAJINAN BATIK SUKAPURA DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKARAJA KEBUPATEN TASIKMALAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN KERAJINAN BATIK SUKAPURA DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKARAJA KEBUPATEN TASIKMALAYA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN KERAJINAN BATIK SUKAPURA DI DESA SUKAPURA

KECAMATAN SUKARAJA KEBUPATEN TASIKMALAYA Intan Meilansari Ningrat Roswandi (intan.meilansari@yahoo.com)

H. Nedi Sunaedi, Drs, M.Si(nedi_pdil@yahoo.com) Program Studi Pendidikan Geografi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi ABSTRACT

The reaseach has problem background about the development of Sukapura Batik handyicraft. The income has fluktuatif movement, even it run to bad financial situation. The cure problem that discussed is the factors which block the Sukapura Batik handycraft at Sukapura village subdistrict of Sukaraja District of Tasikmalaya, and the efforts that can be done to preserve this. The research method that’s used in quantitative descriptive method. The instrument that is used is observation guidance, interview, quotioneer and documentation tools. With a total population 4 Batik entrepreneurs and 21 workers. In this research 100% of sample is taken from population (population research). The proseccing and anlyzing of the datas use quantitativ analysis tecnic (simple percentage). The result of the reaserch shows factors that block the development of Sukapura Batik handycraft are limit of succesor 86% respondent. Marketing 81% respondent, financial 57% respondent, and the less of inovation 71% respondent. In other han the efforts that can be done to preserve by the regenerations, it is proved by the datas that 100% it need political will from our government, in marketing, in financial problem and in finding the best quality metter.

Keywords : Handycraft, Batik, Preserve

1. PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Jenis dan corak batik di Indonesia tergolong sangat banyak, namun corak dan motif batik itu sesuai dengan budaya masing-masing daerah. Keragaman kebudayaan Indonesia mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri kharakteristiknya sendiri.

Berdasarkan daerah asalnya batik tersebar diberbagai daerah di Indonesia antara lain Batik Pekalongan, Batik Banyumas, Batik Madura, Batik Malang, Batik Solo, Batik Bali, Batik Cirebon, Batik Jombang, Batik Aceh, Batik Banten, Batik Kediri, Batik Jepara, Batik Minangkabau, dan masih banyak daerah lainnya.

Di Jawa Barat sendiri daerah yang menghasilkan kerajinan batik terdapat di Desa Sukapura. Batik Sukapura merupakan kerajinan turun temurun. Batik Sukapura

▸ Baca selengkapnya: ciri keturunan sukapura

(2)

2 memiliki ciri khas pada warna dan motifnya. Warna batik tulis Sukapura dalam satu kain terdiri dari tiga warna, yaitu merah, biru dan coklat soga. Perpaduan warna itulah yang menjadi daya tarik dari batik tulis Sukapura.

Pada awalnya Batik Sukapura hanya digunakan untuk para pemimpin di Kerajaan Sukapura. Tetapi seiiring dengan kebutuhan manusia yang terus meningkat, dan tuntutan ekonomi yang juga meningkat, maka masyarakat Desa Sukapura menjadikan kerajinan Batik Sukapura ini sebagai mata pencaharian.

Motif atau corak Batik Sukapura merupakan warisan budaya yang harus dijaga dan dipertahankan oleh masyarakat Desa Sukapura khususnya, karena itu akan menjadi ciri khas Desa Sukapura tersebut, dan akan menjadi pelajaran seni budaya kepada generasi selanjutnya.

Akan tetapi dengan seiiring berjalannya waktu dari generasi ke generasi kerajinan ini pun ditakutkan akan hilang, karena generasi muda sekarang cenderung terbawa ke dalam teknologi modern, selain itu juga banyak produk yang funngsinya sama dengan Batik yang jauh lebih murah.

Seiring berjalannya waktu dari tahun ke tahun perkembangan kerajinan ini mengalami pasang surut dan cenderung mengalami penurunan jumlah pengrajin. Dari data yang diperoleh pada tahun 1973 di Desa Sukapura terdapat 42 pengusaha Batik, satu pengusaha Batik memiliki pembatik sampai 100 orang. Pada saat ini yang tersisa hanya 21 pembatik yang terkumpul pada 4 pengusaha Batik.

1. 2. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui faktor apakah yang menghambat perkembangan kerajinan Batik Sukapura di Desa Sukapura Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya. 2) untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk melestarikan kerajinan Batik Sukapura di Desa Sukapura Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya.

2. METODE PENELITIAN

Metode deskriptif adalah metode yang dipakai untuk mengkaji dan menganalisis berbagai data, gejala, dan peristiwa yang ada dan terjadi sekarang ini pada ruang permukaan bumi (Ahman Sya, 2011:49). Dalam penelitian ini penulis mengambil

(3)

3 metode penelitian deskriptif kuantitatif, dimana metode ini merupakan suatu metode yang mencoba untuk mencari pemecahan masalah pada masalah-masalah yang sedang muncul pada saat sekarang ini. Dengan jalan mengumpulkan data, menyusun data, mengklasifikasikan data yang kemudian menganalisa data dan membuktikan hipotesa yang diajukannya.Penggunaan metode ini diharapkan dapat mengungkap dan mengkaji masalah yang berhubungan dengan perkembangan Kerajinan Batik Sukapura di Desa Sukapura Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya.

3. PEMBAHASAN

3. 1. Deskripsi Kerajinan Batik Sukapura di Desa Sukapura Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya

Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang persamaan perbedaan fenomena geosfer dilihat dari sudut pandang kelingkunganan atau kewilayahan dalam konteks keruangan. Dalam prinsip geografi dikatakan bahwa alam dan manusia tersebar di dalam ruang permukaan bumi. Ini membuktikan bahwa geografi bukan hanya mempelajari faktor fisik tetapi faktor sosial pun merupakan kajian dari geografi. Dalam penelitian ini penulis akan membahas kerajinan batik Sukapura yang sudah ada sejak jaman Kerajaan Sukapura.

Batik Sukapura merupakan kerajinan turun temurun. Batik Sukapura memiliki ciri khas pada warna dan motifnya. Warna batik tulis Sukapura dalam satu kain terdiri dari tiga warna, yaitu merah, biru dan coklat soga. Perpaduan warna itulah yang menjadi daya tarik dari batik tulis Sukapura. Pada awalnya Batik Sukapura hanya digunakan untuk para pemimpin di Kerajaan Sukapura. Tetapi seiiring dengan kebutuhan manusia yang terus meningkat, dan tuntutan ekonomi yang juga meningkat, maka masyarakat Desa Sukapura menjadikan kerajinan Batik Sukapura ini sebagai mata pencaharian.

Motif atau corak Batik Sukapura merupakan warisan budaya yang harus dijaga dan dipertahankan oleh masyarakat Desa Sukapura khususnya, karena itu akan menjadi ciri khas Desa Sukapura tersebut, dan akan menjadi pelajaran seni budaya kepada generasi selanjutnya. Asal mula kerajinan batik merupakan usaha kegiatan dalam bidang seni lukis di atas kain yang dikerjakan oleh sebagian masyarakat, dengan cara menitik beratkan keahlian tangan.

(4)

4 3. 2. Bahan Baku

Kerajinan Batik Sukapura terbuat dari bahan baku kain, lilin batik (malam), pewarna, tepung kanji, minyak kacang tanah, dan bahan baku tambahan yaitu soda abu.

Kain merupakan media tempat menuliskan malam untuk membuat motif Batik. Jenis kain yang digunakan para pengrajin Batik Sukapura antara lain kain mori prima dan primisima. Lilin batik atau lebih dikenal dengan sebutan malam digunakan untuk menutup motif agar menolak warna yang tidak diinginkan pada bagian kain waktu proses pewarnaan. Ada dua jenis pewarna yaitu, pewarna sintesis dan pewarna alami. Pengrajin Batik Sukapura mengunakan pewarna sintesis dan pewarna alami dalam proses pembuatan kain batik. Bahan baku tepung kanji, minyak kacang dan soda abu digunakan untuk membalur kain dan mencuci atau membilas kain dilakukan berkali-kali dalam proses pembuatan kain batik.

3. 3. Alat yang Digunakan untuk Membuat Kerajinan Batik Sukapura

Dalam pembuatan kerajinan batik para pengrajin menggunakan alat-alat yang membantu dalam proses pembuatannya, antara lain canting digunakan untuk menuliskan pola batik dengan cairan malam, kekenceng merupakan wajan atau wadah yang digunakan sebagai tempat memanaskan malam supaya cair (sejenis kuali), gerenceng adalah tempat mencuci atau membilas kain batik (drum), gawangan berfungsi sebagai tempat menyampirkan kain untuk mempermudah saat proses mencanting, kuangkring tempat menyampirkan kain yang telah dilukis supaya malam yang telah ditorehkan ke kain tidak remuk atau rusak, dan kompor minyak untuk memanaskan/mencairkan malam.

3. 4. Proses Pembuatan Batik Sukapura

Kerajinan batik dibuat dengan cara menuliskan malam pada kain dengan menggunakan keterampilan tangan manusia. Secara umum proses pembuatan batik melalui 3 tahapan yaitu pewarnaan, pemberian malam (lilin) pada kain dan pelepasan lilin dari kain.

Proses pertama kain yang ada dipotong-potong sesuai ukuran, kemudian dicuci dengan air yang telah dicampur dengan minyak kacang tanah dan soda abu. Proses ini dikenal dengan sebutan “diketel”. Setelah dicuci kain dijemur di atas sinar matahari.

(5)

5 Setelah kering kain direbus dengan air mendidih sampai bersih. Kemudian dibilas dengan air bersih. Kain yang akan dibatik perlu dikanji agar malam (lilin batik) tidak meresap ke dalam kain dan kelak malam ini mudah dihilangkan. Dikanji adalah proses dimana kain yang sudah diketel dibalur dengan dengan bubur kanji. Kain yang sudah dikanji dapat langsung diberi motif batik, lalu langkah selanjutnya mulai menuliskan malam pada kain sesuai dengan motifnya dengan mengunakan canting. Pada bagian kain yang diberi malam saat proses pewarnaan pada batik, pewarna tidak dapat masuk karena tertutup oleh malam. Setelah diberi malam, batik dicelup dengan warna. Jika proses pewarnaan dan pemberian malam selesai maka tahap terakhir adalah melunturkan malam dengan proses pemanasan, dengan cara memasukkan kain ke dalam air mendidih. Proses perebusan ini dilakukan dua kali, yang terakhir dengan larutan soda abu sedikit untuk menguatkan warna yang menempel pada batik, dan menghindari kelunturan. Setelah perebusan selesai, batik dibilas dengan air bersih dan dijemur.

3. 5. Motif dan Corak Batik Sukapura

Warna batik tulis Sukapura dalam satu kain terdiri dari tiga warna, yaitu merah, biru dan coklat soga. Motif atau corak Batik Sukapura diantaranya adalah “Rereng Bilik”, “Daun Taleus”, “Kopi Pecah”, ”Limar Beungket”, ”Rempil”, “Surutu”, ”Sisit Naga”, dan “Papangkah”.

(6)

6

Limar Beungkeut Rempil Surutu

Sisit Naga Papangkag Kutaraja

Gambar 1

Jenis-Jenif Motif Batik Sukapura

3. 6. Faktor Penghambat Berkembangnya Kerajinan Batik Sukapura di Desa Sukapura Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya

3. 6. 1. Tidak ada penerus

Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam proses produksi kerajinan Batik, seperti menuliskan malam pada kain, mencuci kain, menjemur kain, dan lain sebagainya. Demikian juga dengan Kerajinan Batik Sukapura di Desa Sukapura Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya, para pengrajin mengakui bahwa kurangnya sumberdaya manusia atau tidak adanya regenerasi menjadi kendala utama dalam perkembangan Kerajinan Batik Sukapura.

Menurut Soekanto (Dasim Budimansyah 2004) untuk melakukan sebuah usaha, dalam masyarakat harus memiliki keterampilan khusus. Unsur keterampilan ini lebih berasosiasi pada kerja fisisk anggota badan untuk bekerja atau berkarya. Keterampilan banyak diperoleh melalui latihan dan pengalaman kerja nyata yang dilakukan berulang-ulang.

(7)

7 Pengrajin Batik Sukapura mendapat keahlian membatik dari orang tua meraka secara turun-temurun yaitu sebanyak 95% responden, tetapi pengrajin Batik Sukapura tidak memiliki penerus untuk melanjutkan kerajinan ini, dengan jawaban responden atau pengrajin sebanyak 18 orang atau 86%, hanya 3 orang responden saja yang menjawab memiliki penerus dengan persentase sebesar 14%.

3. 6. 2. Pemasaran

Pemasaran merupakan sasaran penting setelah suatu kegiatan industri. Dalam suatu industri pemasaran hasil produksi yang optimal merupakan salah satu faktor yang menjadi kunci berkembang atau tidaknya suatu industri tersebut. Dalam pemasaran tidak terlepas dari luasnya pemasaran, luasnya pemasaran secara tidak langsung akan membawa perkembangan ke arah yang lebih maju, karena dengan luasnya pemasaran maka akan makin banyak pula jumlah konsumennya, begitupun sebaliknya sempitnya pemasaran secara tidak langsung dapat menghambat proses pengembangan karena jumlah konsumen sedikit.

Sama halnya dengan Kerajinan Batik Sukapura di Desa Sukapura Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikamlaya, para pengrajin memasarkan atau menjual kerajinannya ke daerah sendiri. Sebagian besar jawaban responden atau pengrajin yaitu sebanyak 81% hanya menjual hasil kerajinannya di daerahnya sendiri, tidak dipasarkan ke luar daerah, biasanya para pengrajin menjual secara langsung kepada konsumen yang datang ke daerahnya.

3. 6. 3. Modal

Modal merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam memperlancar proses produksi, seperti membeli bahan baku, membayar upah tenaga kerja, pemasaran, dan lain sebagainya. Dapat diketahui bahwa modal pengrajin Batik Sukapura sebagian besar adalah lebih dari Rp. 500.000 atau 93% dan lebih dari Rp. 1.000.000 atau 7%. Dengan memiliki modal dengan kisaran seperti itu, pengrajin mengatakan masih tidak mencukupi untuk biaya produksi kerajinan Batik Sukapura. Untuk mencukupi modal untuk biaya produksi, maka pengrajin atau responden meminjam dana atau modal tambahan, pengrajin sebagian besar meminjam dana atau modal tambahan kepada

(8)

8 keluarga dengan persentase sebesar 65%, dan kepada Koperasi Simpan Pinjam (Kosipa) 19%, serta pinjaman ke Bank sebesar 5%.

3. 6. 4. Inovasi yang kurang

Sumberdaya manusia dapat dibedakan menjadi 3 bagian salah satunya adalah keterampilan dan kreativitas. Keterampilan merupakan sesuatu yang harus di miliki oleh manusia agar berhasil mengelola suatu industri sedangkan kreativitas sangat diperlukan dalam menciptakan hasil kerajinan baru agar kualitas tetap terjaga.

Hal inilah yang menjadi masalah bagi pengrajin Batik Sukapura, kurangnya kreativitas menyebabkan inovasi yang kurang dalam produk mereka. Sehingga Batik Sukapura tidak bisa bersaing dengan produk Batik daerah lain atau barang yang fungsinya sama dengan Batik.

Dari hasil penelitian di lapangan responden atau pengrajin kurang melakukan inovasi yang hanya melakukan inovasi pada motif sebesar 71%, sedangakn pada warna, ukuran, dan bentuk belum melakukan inovasi. Faktor usia juga menjadi salah satu penyebab kurangnya kreativitas pengrajin, maka dari itu adanya regenerasi sangat diharapkan agar bisa terus melestarikan kerajinan batik dan memberikan ide-ide yang kreatif dan inovatif tanpa meninggalkan unsur-unsur ketradisionalnya.

3. 7. Upaya-upaya Apa Saja Yang Dapat Dilakukan Untuk Melestarikan Kerajinan Batik Sukapura di Desa Sukapura Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya

3. 7. 1. Adanya regenerasi

Batik Sukapura merupakan warisan budaya yang harus dijaga dan dipertahankan oleh masyarakat Desa Sukapura khususnya, karena itu akan menjadi ciri khas Desa Sukapura tersebut, dan akan menjadi pelajaran seni budaya kepada generasi selanjutnya. Akan tetapi dengan seiiring berjalannya waktu dari generasi ke generasi kerajinan ini pun ditakutkan akan hilang, karena generasi muda sekarang cenderung terbawa ke dalam teknologi modern.

Dari hasil penelitian mengenai adanya regenerasi jawabam responden 100% maminta adanya bantuan dari pemerintah untuk melestarika Kerajinan Batik Sukapura dari generasi ke generasi, dan sebanyak 62% responden memilih cara untuk

(9)

9 melestarikan kerajinan ini dengan cara memperkenalkan kerajinan ini pada generasi muda.

3. 7. 2. Memperluas pemasaran

Menurut Prawirosentono (2007:155-160) beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemasaran produk adalah target market atau sasaran pasar. Sasaran pasar adalah sekelompok konsumen yang agak homogen (serupa) yang sasaran pemasaran.

Dari pernyataan di atas untuk dapat memperluas pemasaran Batik Sukapura dibutuhkannya sasaran pasar yang akan menjadi target pasar pengrajin. Bukan hanya memasarkan di daerah sekitar Desa Sukapura tetapi bisa sampai keluar daerah. Dari hasil penelitian semua responden atau pengrajin 100% menjawab perlu memperluas pemasaran. Ada berbagai cara memperluas daerah pemasaran yaitu dengan cara membuka jaringan pemasaran baru, mencari mitra bisnis, membuat cabang kerajinan, dan memasarkan produk secara online. Cara ini akan lebih menghebat biaya promosi dan pemasaran.

3. 7. 3. Mencari penanam modal/investor

Mendapat tambahan modal merupakan faktor penting dalam proses produksi batik. Dari hasil penelitian responden atau pengrajin sebanyak 67% berpendapat mencari penanam modal/investor merupakan cara yang dapat dilakukan untuk menambah modal, dan 100% responden berpendapat perlu adanya bantuan dari pemerintah dalam mencari penanam modal/investor.

Tidak adanya investor untuk menanamkan modalnya sehingga modal tidak mencukupi untuk kegiatan produksi. Untuk modal dari sumber lain diperoleh dari keluarga atau kosipa. Akan tetapi pinjaman yang diberikan keluarga sifatnya terbatas, tidak selalu ada dan tidak selalu besar jumlahnya, apabila meminjam ke kosipa jumlah bunga yang harus dibayar sangat tinggi dan itu akan memberatkan dalam pelunasan. Dalam perihal pinjaman ke Bank para pengrajin memiliki kendala yaitu terbentur dengan peraturan atau syarat yang terlalu rumit yang diberlakukan oleh pihak Bank. Oleh sebab itu bantuan pemerintah atau peran pemerintah sangat diperlukan untuk dapat mencarikan penanam modal atau investor.

(10)

10 3. 7. 4. Selalu berinovasi dan menggunakan bahan baku yang berkualitas baik

Batik merupakan kain khas asli Indonesia yang banyak digunakan oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa atau orang tua, hal ini menuntut kerajinan ini bisa memngikuti trend mode yang ada di masyarakat baik dari bentuk, warna dan motifnya. Batik Sukapura mengalami stagnasi baik dalam desain, motif serta perkembangan usahanya. Pasalnya tidak ada generasi penerus yang menekuni usaha kerajinan tangan ini. Dari hasil penelitian 100% responden atau pengrajin menyatakan perlu adanya peningkatan inovasi dan kualitas produk, dan sebesar 57% responden berpendapat selalu berinovasi dan menggunakan bahan baku yang berkualitas baik merupakan cara untuk meningkatkan inovasi dan kualitas. Dengan kemajuan jaman yang terus berkembang inovasi yang dapat dilakukan oleh para pengrajin batik Sukapura bukan hanya terbatas pada pembuatan kain batik, tetapi bisa menjadi produk lain seperti tas, dompet, ikat pinggang yang semuanya bermotif batik terutama motif Batik Sukapura. Dengan begitu para pengrajin akan tetap bisa berkreasi dan mempertahankan kekhasan Batik Sukapura itu sendiri.

4. SIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembuktian hipotesis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor Penghambat Berkembangnya Kerajinan Batik Sukapura di Desa Sukapura Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya yaitu pengrajin Batik Sukapura tidak memiliki penerus untuk melanjutkan kerajinan ini, dengan jawaban responden atau pengrajin sebanyak 18 orang atau 86% dari pembahasan sebelumnya dapat diketahui bahwa dalam industri kerajinan btaik ini sangat memrlukan suber daya manusia sebagai pengrajin karena hampir semua proses pembuatannya menggunakan tenaga dan keahlian manusia, hanya 3 orang responden saja yang menjawab memiliki penerus dengan persentase sebesar 14%, sebanyak 81% pengrajin hanya menjual atau memasarkan hasil kerajinannya di daerahnya sendiri, tidak dipasarkan ke luar daerah hal ini disebabkan kurangnya promosi yang menyebabkan pemasaran tidak berkembang, modal responden atau pengrajin untuk produksi tidak mencukupi, dengan jawaban responden 57% dengan keterbatasan modal yang ada para pengrajin mengalami kesulitan mengembangkan produknya,

(11)

11 pengrajin kurang melakukan inovasi yang hanya melakukan inovasi pada motif sebesar 71%, sedangakn pada warna, ukuran, dan bentuk belum melakukan inovasi. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk dapat melestarikan Kerajinan Batik Sukapura di Desa Sukapura Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya adalah Dari hasil penelitian mengenai adanya regenerasi jawabam responden atau pengrajin 100% maminta adanya bantuan dari pemerintah untuk melestarika Kerajinan Batik Sukapura dari generasi ke generasi, dan sebanyak 62% responden memilih cara untuk melestarikan kerajinan ini dengan cara memperkenalkan kerajinan ini pada generasi muda, cara ini sudah dilakukan oleh para pengrajin dengan memperkenalkan kerajinan batik pada generasi muda dengan cara mengajar membatik kepada siswa SMP sebagai kegiatan ekstrakurikuler tetapi hal ini belum menunjukkan hasil yang maksimal, pengrajin sebanyak 57% berpendapat bahwa memperluas pemasaran dapat dilakukan dengan cara mencari mitra bisnis, responden atau pengrajin sebanyak 67% berpendapat mencari penanam modal/investor merupakan cara yang dapat dilakukan untuk menambah modal, tanpa adanya penanam modal atau bantuan modal para pengrajin akan kesulitan mengembangkan usahanya, dan sebesar 57% responden berpendapat selalu berinovasi dan menggunakan bahan baku yang berkualitas baik merupakan cara untuk meningkatkan inovasi, inovasi yang dapat dilakukan oleh para pengrajin batik Sukapura bukan hanya terbatas pada pembuatan kain batik, tetapi bisa menjadi produk lain seperti tas, dompet, ikat pinggang yang semuanya bermotif batik terutama motif Batik Sukapura. Dengan begitu para pengrajin akan tetap bisa berkreasi dan mempertahankan kekhasan Batik Sukapura itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Ahman, Sya. (2011). Pengantar Geografi. Bandung: LPPM Universitas Bina Sarana Informatika (BSI).

Anomin. (2007). Sejarah Batik Indonesia. (Online). Tersedia di :

http://batikmarkets.com/batik.php. (Senin, 7 Januari 2013. Jam 20.30)

Budimansyah, Dasim, dkk. (2004). Dinamika Masyarakat Indonesia. Bandung : PT. Genesindo.

Departemen Perindustrian. Tanpa tahun. Teknik Membuat Batik Tradisional dan Batik Modern.

(12)

12 Radar Tasik. (2011). Perkembangan Batik Sukapura. (Online). Tersedia di : http://www.radartasikmalaya.com/index.php?option=com_content&view=article &id=567:batik-sukapura-berusia-120-tahun-&catid=30:the-community

Prawirosentono, Suyadi. (2007). Filosofi Baru Tentang Manejemen Mutu Abad 21. Jakarta : Bumi Aksara

Referensi

Dokumen terkait

Proses Pembuatan Kerajinan Batik Kayu Produksi Jino Batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten ... Persiapan Alat-alat Produksi

Keberadaan kerajinan Batik Tulis di Desa Sumbersari Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso Pada tahun 1997–2001 ; Holilur Rohman , 040110301125; Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas

Sumur di Sekitar Aliran Limbah Cair Industri Kerajinan Batik di Desa. Kliwonan Kecamatan Masaran

(3) Bagaimana pengaruh industri kerajinan topeng kayu batik di Desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul terhadap perubahan kehidupan sosial ekonomi

KERAJINAN BATIK PEWARNA ALAM DI DESA JARUM, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN ( STUDI KASUS RUMAH INDUSTRI BATIK SRI ENDAH ) Skripsi.. Surakarta: Fakultas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Saluran pemasaran padi organik pada Kelompok Tani Putra Mandiri di Desa Linggaraja Kecamatan Sukaraja

Seiring dengan bertambah luasnya kekuasaan yang dipegang Kanjeng Dalem Wiradadaha VIII, Kabupaten Sukapura dari wilayah Desa Sukapura Kecamatan Sukaraja dipindahkan

Meskipun industri batik di Kelurahan Nagarsari Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya berkembang dari tahun-ketahun, nyatanya tidak semua pengusaha batik mempunyai