Referensi
1
2
3
I. KECAMATAN
4
5
TUGAS DELEGATIF
CAMAT DALAM PELAKSANAAN TUGASNYA
MEMPEROLEH PELIMPAHAN SEBAGIAN
WEWENANG BUPATI ATAU WALIKOTA
UNTUK MENANGANI SEBAGIAN URUSAN
OTONOMI DAERAH
Tujuan Pendelegasian wewenang dari Bupati/Walikota
kepada Camat :
1. Mempercepat pengambilan keputusan berkaitan dgn
kepentingan dan kebut masy setempat;
2. Mendekatkan pelayanan pemerintahan;
3. Mempersempit rentang kendali dari Bupati/Walikota
kepada Kepala Desa/Lurah;
6
TUGAS ATRIBUTIF/TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
1. MENGKOORD KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASY.
2. MENGKOORD UPAYA PENEYELENGGARAAN TRANTIBUM
3. MENGKOORD PENERAPAN & PENEGAKAN PER UU
4. MENGKOORD PEMELIHARAAN PRASARANA & FASILITAS PELUM
5. MENGKOORD PENYELENGGARAAN KEGIATAN PEM DI KEC
6. MEMBINA PENYELENGGARAAN PEMDESKEL
7. MELAKS PELAYANAN MASY YG MENJADI RUANG LINGKUP
TUGASNYA ATAU YG BLM DPT DILAKS DESA/KEL
7
Pembinaan Camat terhadap Desa
(PP 72/2005)
1.
Memfasilitasi penyusunan perdes dan perkades
2.
Memfasilitasi administrasi tata pemerintahan desa
3.
Memfasilitasi pengelolaan keuangan desa dan
pendayagunaan aset desa
4.
memfasilitasi pelaksanaan urusan otonomi daerah
kabupaten/kota yang diserahkan kepada desa;
5.
memfasilitasi penerapan dan penegakan peraturan
perundang-undangan;
6.
memfasilitasi pelaksanaan tugas kepala desa dan
perangkat desa;
7.
memfasilitasi upaya penyelenggaraan trantibum;
8.
memfasilitasi pelaksanaan tugas, fungsi dan
1. KECAMATAN SEBAGAI PERANGKAT DAERAH
SALAH SATU PERUBAHAN YG SANGAT ESENSIAL YAITU
MENYANGKUT KEDUDUKAN, TUGAS POKOK & FUNGSI
KECAMATAN YG SEBELUMNYA MERUPAKAN PERANGKAT
WILAYAH
DLM
KERANGKA
ASAS
DEKONSENTRASI,
BERUBAH STATUSNYA MENJADI
PERANGKAT DAERAH
DLM
KERANGKA ASAS DESENTRALISASI.
SEBAGAI PERANGKAT DAERAH, DAN DIANGKAT OLEH
BUPATI/WALIKOTA, MAKA CAMAT DLM MENJALANKAN
TUGASNYA, DISAMPING TUGAS YG MELEKAT (ATRIBUTIF)
JUGA
DITAMBAH
TUGAS
PELIMPAHAN
DARI
BUPATI/WALIKOTA (DELEGATIF).
3. KECAMATAN
Unsur
Perbandin-gan
UU No. 5/1974
UU No. 22/1999
Kedudukan
Kecamatan
Wilayah
Administrasi
Pemerintahan
Lingk Kerja Perangkat
Drh
Kedudukan
Camat
Kepala Wilayah
Perangkat Daerah
Kewenangan
Camat
Bersifat Atributif
(Psl 80 & 81)
Bersifat
(Psl 66 : 4)
Delegatif
UU No. 32/2004
Lingkungan Kerja
Perangkat Daerah
Perangkat Daerah
Bersifat Atributif
dan
Delegatif
(Psl
126 : 2 & 3)
a. Perubahan Paradigma
9CAMAT
GARDA TERDEPAN
DLM PENYELENGGA-
RAAN PEMERINTAHAN
PELIMPAHAN
SBGN WEWENANG
BUP/WALKOT
(
Delegatif
)
MELAKS
TUGAS UMUM
PEMERINTAHAN
(Atributif)
PNS
(Abdi Neg & Masy)
KECAMATAN SEBAGAI PERANGKAT DAERAH
(KEDUDUKAN, TUGAS, DAN WEWENANG)
11
TUGAS DELEGATIF
CAMAT DALAM PELAKSANAAN TUGASNYA MEMPEROLEH PELIMPAHAN
SEBAGIAN WEWENANG BUPATI ATAU WALIKOTA UNTUK MENANGANI
SEBAGIAN URUSAN OTONOMI DAERAH
Tujuan Pendelegasian wewenang dari Bupati/Walikota kepada Camat :
1.
Mempercepat pengambilan keputusan berkaitan dgn kepentingan dan kebut
masy setempat;
2.
Mendekatkan pelayanan pemerintahan;
3.
Mempersempit rentang kendali dari Bupati/Walikota kepada Kepala
Desa/Lurah;
4.
Kaderisasi kepemimpinan pemerintahan;
Tugas delegatif
yang meliputiaspek:
perizinan; rekomendasi; koordinasi;
pembinaan; pengawasan; fasilitasi;
penetapan; penyelenggaraan; dan
kewenangan lain yang dilimpahkan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai
pelaksanaan tugas dan wewenang
camat diatur dgn peraturan
12
TUGAS ATRIBUTIF/TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
1. MENGKOORD KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASY.
2. MENGKOORD UPAYA PENEYELENGGARAAN TRANTIBUM
3. MENGKOORD PENERAPAN & PENEGAKAN PER UU
4. MENGKOORD PEMELIHARAAN PRASARANA & FASILITAS
PELAYANAN UMUM
5. MENGKOORD PENYELENGGARAAN KEGIATAN PEM DI KEC
6. MEMBINA PENYELENGGARAAN PEMDESKEL
7. MELAKS PELAYANAN MASY YG MENJADI RUANG LINGKUP
TUGASNYA ATAU YG BLM DPT DILAKS DESA/KEL
A. KEDUDUKAN
PENJELASAN PASAL 126 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004
DIKEMUKAKAN BAHWA KECAMATAN ADALAH WILAYAH KERJA CAMAT SEBAGAI
PERANGKAT DAERAH KABUPATEN DAN DAERAH KOTA. OLEH KARENA ITU,
CAMAT BERTANGGUNG JAWAB KEPADA BUPATI ATAU WALIKOTA YANG
MEMILIKI
WEWENANG
PENUH
UNTUK
MENGANGKAT
DAN
MEMBERHENTIKANNYA.
MENGKOORDINASIKAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASY.;
MENGKOORDINASIKAN UPAYA PENYELENGG. TRAMTIBUM;
MENGKORDINASIKAN PENERAPAN & PENEGAKAN PER-UU-AN;
MENGKOORDINASIKAN PEMELIHARAAN PRASARANA & FASILITAS
YANUM;
MENGKOORDINASIKAN PENYELENGG. KEGIATAN PEMERINTAHAN DI
TINGKAT KECAMATAN;
MEMBINA PENYELENGG. PEMERINTAHAN DESA DAN/ATAU KELURAHAN;
MELAKSANAKAN PELAYANAN MASY. YG MENJADI RUANG LINGKUP
TUGASNYA
DAN/ATAU
YG
BELUM
DAPAT
DILAKSANAKAN
PEMERINTAHAN DESA ATAU KELURAHAN.
B. TUGAS DAN FUNGSI KECAMATAN
SESUAI PP NO. 19 TH. 2008, TERDIRI DARI:
1. CAMAT
2. SEKRETARIS KECAMATAN
3. SEKSI TATA PEMERINTAHAN
4. SEKSI PEMBERDAYAAN MASY. DAN DESA
5. SEKSI KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM
6. SEKSI-SEKSI LAIN YG NOMENKLATURNYA DISESUAIKAN DGN
SPESIFIKASI & KARAKTERISTIK WILAYAH KECAMATAN DI
KAWASAN PERKOTAAN ATAU KAWASAN PERDESAAN
7. KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
16
9.
Memfasilitasi penyusunan perencanaan
pembangunan partisipatif;
10.
memfasilitasi kerjasama antar desa dan kerjasama
desa dengan pihak ke tiga;
11.
Memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat desa;
12.
Memfasilitasi kerjasama antar lembaga
kemasyarakatan dan kerjasama lembaga
kemasyarakatan dengan pihak ke tiga;
13.
memfasilitasi memfasilitasi bantuan teknis dan
pendampingan kepada lembaga kemasyarakatan;
dan
14.
memfasilitasi koordinasi unit kerja pemerintahan
17
Pembinaan Camat Terhadap Kelurahan
(PP 73/2005)
1.
Memfasilitasi administrasi tata pemerintahan
kelurahan;
2.
Memfasilitasi pengelolaan keuangan kelurahan
dan pendayagunaan aset daerah yang dikelola
oleh kelurahan;
3.
Memfasilitasi penerapan dan penegakan
peraturan perundang-undangan;
4.
Memfasilitasi pelaksanaan tugas lurah dan
18
5.
Memfasilitasi upaya penyelenggaraan
ketentraman dan ketertiban umum;
6.
Memfasilitasi pengembangan lembaga
kemasyarakatan;
7.
Memfasilitasi pembangunan partisipatif;
8.
Memfasilitasi kerjasama kelurahan dengan pihak
ketiga; dan
9.
Memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan
19
Perbandingan Pola Pembinaan Camat ke
Desa/Kelurahan
No
Dimensi
UU 5/74
UU 22/99
UU 32/04
1.
Desa
- Camat melakukan
pembinaan dan
pengawasan
terhadap desa
- Camat sebagai
administrator
pemerintahan,
pembangunan dan
kemasyarakatan
Camat menerima
pemberitahuan dari desa
bila ada kerjasama antar
desa. Hal ini
menunjukkan posisi
camat tidak jelas karena
sekedar diberitahu
sehingga tidak
mempunyai makna
apapun
Camat dapat
melakukan
pembinaan dan
pengawasan
terhadap desa
setelah mendapat
pelimpahan/pen-delegasian dari
Bupati/Walikota
2.
KELU-RAHAN
-
Camat
melakukan
pembinaan dan
pengawasan
terhadap
kelurahan
- Camat melakukan
pembinaan dan
pengawasan terhadap
kelurahan
- Lurah menerima
pelimpahan
wewenang
dari
Bupati/Walikota
-Lurah
bertanggungjawab
kepada
Bupati/Walikota
melalui Camat
- Camat melakukan
pembinaan dan
pengawasan
terhadap kelurahan
- Lurah menerima
pelimpahan
wewenang
dari Bupat/Wl. Kota
- Lurah
bertanggungjawab
kepada
Bupati/Walikota
melalui Camat
20
KESIMPULAN
1. Camat dlm pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan
sebagian wewenang bupati dan walikota untuk menangani
sebagian urusan otonomi daerah.
2. Kewenangan yang dimiliki camat tidak diartikan sebagai
kewenangan otonomi yang sama dengan B/W berdasarkan
bidang2 yg akan dilimpahkan, namun kewenangan tersebut harus
dipandang sebagai kewajiban untuk menata & melaksanakan
penyelenggaraan pemerintahan/pembangunan di wilayahnya,
sehingga kegiatan pelayanan masyarakat mampu membuka
peluang bagi terciptanya suasana kondusif dalam mendukung
pengembangan investasi di Daerah untuk menciptakan lapangan
kerja baru.
21
3. Pembinaan manajemen Kecamatan dilakukan berkesinambungan
dengan mereposisi variabel-variabel yang menentukan aspek
pemberdayaan manajemen pemerintahan umum yang memiliki
nilai penguatan NKRI.
4. Figur Camat yang akuntabel dan memiliki visi pelayanan kepada
masyarakat, dengan demikian penguasaan asas otonomi dan
tugas-tugas umum pemerintahan menjadi suatu keharusan
utamanya dalam menciptakan keunggulan lokalitas wilayah.
5. Dengan kebijakan pengembangan wilayah diharapkan dapat
memberikan dampak yang positif kepada Camat dalam
mengembangkan kualitas pelayanan umum kepada masyarakat,
sehingga citra dan wibawa Camat sebagai pemegang rentang
kendali koordinasi di wilayah kerjanya semakin menguat
23
SISTEMATIKA
1. Dasar Hukum Penyelenggaraan Musrenbang
2. Definisi dan tujuan Musrenbang Kecamatan
3. Input/Masukan Musrenbang Kecamatan
4. Mekanisme Musrenbang Kecamatan
5. Peserta dan Narasumber Musrenbang Kecamatan
6. Susunan Acara Musrenbang Kecamatan
7. Pembagian Peran dalam Musrenbang Kecamatan
8. Tugas Fasilitator
9. Tugas Narasumber
1.
UU-25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (khususnya
Pasal.20 s.d 27).
2.
UU-32/2004 tentang Pemerintahan Daerah; (Pasal 150 dan 151).
3.
SEB Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri Nomor
:
0008/M.PPN/01/2007
050/264A/SJ,
tentang
Petunjuk
Teknis
Penyelenggaraan Musrenbang.
4.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
PP Nomor 08 Tahun 2008 Tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
5. Peraturan Daerah Kota Setempat (tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan serta
MUSRENBANG)
6. Peraturan Walikota setempat ( tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan serta
MUSRENBANG )
Dasar Hukum
MUSRENBANG KECAMATAN
DEFINISI
Musrenbang Kecamatan merupakan forum musyawarah antar para
pemangku kepentingan untuk membahas dan menyepakati langkah-langkah
penanganan program kegiatan prioritas yang tercantum dalam Daftar Usulan
Rencana Kegiatan Pembangunan Kelurahan yang diintegrasikan dengan
prioritas pembangunan daerah di wilayah kecamatan, yang dikoordinasikan
oleh Bappeda kota dan dilaksanakan oleh Camat.
TUJUAN
Membahas dan menyepakati usulan rencana kegiatan pembangunan kelurahan yang
menjadi kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan yang bersangkutan.
Membahas dan menyepakati kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan
yang belum tercakup dalam prioritas kegiatan pembangunan kelurahan.
Menyepakati pengelompokan kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan
berdasarkan tugas dan fungsi SKPD
Kota Setempat
.
Dari Kelurahan
• Dokumen prioritas
program dan kegiatan
pembangunan
tahunan hasil
musrenbang
Kelurahan
• Daftar nama Delegasi
Musrenbang
Kelurahan
• Berita Acara
Musrenbang
Kelurahan
Dari Kecamatan
• Hasil evaluasi
pembangunan
Kecamatan pada
tahun sebelumnya.
• Rancangan Awal
Rencana Kerja
Kecamatan.
Dari Pemerintah Kota
• Hasil evaluasi kinerja
pelaksanaan Rencana
Pembangunan Kota
Bandung pada tahun
sebelumnya.
• Rancangan Awal
RKPD Kota Bandung .
INPUT / MASUKAN
PERSIAPAN
1. Camat menetapkan tim penyelenggara.
2. Tim penyelenggara menyusun jadwal, mengumumkan jadwal, agenda dan tempat pelaksanaan secara terbuka
4. Tim penyelenggara membuka pendaftaran peserta atau
mengundang peserta. 5.Tim penyelenggara
mempersiapkan sarana dan prasarana penunjang termasuk materi yang akan dibahas. 6. Mengkompilasi prioritas
program /kegiatan pembangunan dari musrenbang Kelurahan berdasarkan fungsi SKPD;
PELAKSANAAN
1. Pembukaan
2.Sidang Pleno I : Pemaparan materi dari Narasumber
-Camat tentang Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Tahun lalu dan Rencana Tahun y.a.d
-Paparan Bappeda mengenai rancangan awal RKPD 2014 dan Prioritas Program/Kegiatan 2014 3. Diskusi usulan kegiatan
prioritas kecamatan dipimpin oleh Camat , untuk memperoleh tanggapan, penajaman, dan klarifikasi dari seluruh peserta untuk menyepakati kegiatan prioritas pembangunan daerah kota Bandung di kecamatan sesuai tugas pokok dan fungsi SKPD.
HASIL
1. Daftar prioritas program dan kegiatan pembangunan di wilayah kecamatan
menurut SKPD 2. Kompilasi hasil
musrenbang kelurahan
menurut urutan prioritas yang disepakati di musrenbang kelurahan, dan
dikelompokkan menurut SKPD
3. Daftar nama delegasi kecamatan sebanyak 4 (empat orang) untuk mengikuti forum SKPD 4. Berita acara kesepakatan hasil Musrenbang Kecamatan
MEKANISME
Peserta
• Para lurah ;
• Delegasi Musrenbang Kelurahan,
• Pimpinan dan anggota DPRD
setempat (DAPIL Kecamatan) ;
• Perwakilan SKPD ;
• Tokoh masyarakat ;
• Keterwakilan perempuan dan
kelompokmasyarakat rentan
termarginalkan ;
• Pemangku kepentingan lainnya
skala kecamatan.
Narasumber
• Dari Kota /Kabupaten : Bappeda,
Perwakilan SKPD, Kepala UPT SKPD di
Kecamatan yang bersangkutan, kepala
unit pelayanan di kecamatan, anggota
DPRD (Dapil Kecamatan) yang
bersangkutan;
• Dari Kecamatan : Camat / Aparat
kecamatan, LSM di kecamatan
bersangkutan, dan para ahli/profesional
yang dibutuhkan.
• Fasilitator : Fasilitator adalah tenaga
terlatih atau berpengalaman yang
memiliki persyaratan kompetensi dan
kemampuan memandu pembahasan dan
proses pengambilan keputusan dalam
kelompok diskusi
PESERTA DAN NARASUMBER
MUSRENBANG KECAMATAN
SUSUNAN ACARA MUSRENBANG KECAMATAN
1.
Pembukaan
2.
Paparan Camat tentang Evaluasi kegiatan thn 2012, Rencana Kegiatan tahun 2013
serta gambaran umum usulan Musrenbang untuk Tahun 2014.
3.
Paparan Bappeda ttg Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun 2014.
4.
Diskusi Panel Narasumber.
(Sesuai dengan kesepakatan forum Paparan SKPD yg memiliki kegiatan terbanyak
pada Kecamatan ybs,).
5.
Diskusi / Tanya jawab.
6.
Penyepakatan Prioritas Program dan Kegiatan Kecamatan serta Delegasi
Musrenbang.
PEMBAGIAN PERAN DALAM MUSRENBANG
1.
FASILITATOR
Pejabat berwenang / Pelaksana yang mendapatkan Surat Perintah dari Kepala
Bappeda untuk memfasilitasi SKPD dan masyarakat dalam Kegiatan Musrenbang
dan bertindak atas nama Bappeda Kota setempat.
2. NARASUMBER
Pejabat berwenang / Pelaksana yang mendapatkan Surat Perintah dari Kepala
SKPD untuk menyampaikan Rencana Kerja SKPD dalam Kegiatan Musrenbang
dan bertindak atas nama SKPD yang diwakilinya.
TUGAS FASILITATOR (BAPPEDA)
1. Membantu/mendampingi Tim Penyelenggara Musrenbang dalam :
• Menyusun agenda dan jadwal Musrenbang mulai dari tingkat
Kelurahan sampai dengan Musrenbang Kota.
• Menyusun kriteria pemilihan stakeholders/peserta Musrenbang
untuk setiap tingkatan Musrenbang.
• Menyusun panduan penyelenggaraan untuk setiap tingkatan
Musrenbang
• Menyiapkan bahan/materi Musrenbang
• Mengelola pelaksanaan dan paska Musrenbang.
2. Memandu dan memantau pelaksanaan Musrenbang
3. Membantu para delegasi/peserta dalam menjalankan tugasnya di forum
Musrenbang
4. Memandu dan memantau tindaklanjut pelaksanaan Musrenbang.
TUGAS NARASUMBER
1. Menyampaikan Rencana Kerja SKPD terutama
yang akan dilaksanakan di Kecamatan yang
bersangkutan. (Meliputi Evaluasi kegiatan SKPD
Tahun 2012, Kegiatan Tahun 2013, serta
Rencana 2014)
2. Menyampaikan Program/Kegiatan serta Kriteria
Usulan yang dapat diakomodasi dalam Rencana
Kerja SKPD 2014.
3. Memprioritaskan
usulan
kegiatan
hasil
musrenbang
kecamatan
tahun
2012
yang
dilaksanakan SKPD untuk tahun anggaran 2013.
(http://musrenbang.bandung.go.id)
33
KELUARAN MUSRENBANG
1. Daftar
Prioritas
Program
dan
Kegiatan
Pembangunan di Wilayah Kecamatan menurut
SKPD
2. Daftar nama delegasi Kecamatan sebanyak 4
(empat)
Orang
untuk
mengikuti
Forum
SKPD/Gabungan SKPD.
*Daftar Delegasi kecamatan harus memperhatikan pula unsur
keterwakilan perempuan)
3.Berita
Acara
Kesepakatan
Musrenbang
Kecamatan.
34
PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG
NOMOR 07 TAHUN 2008
SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN
PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG
NOMOR 05 TAHUN 2009
TENTANG
TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA MUSRENBANG
•
Disusun oleh Kepala Bappeda berdasarkan
hasil Musrenbang Tahunan dengan wajib
mengakomodir minimal 30% dari usulan
musrenbang kecamatan dan hasil reses
DPRD
•
Proporsi minimal 30% dari belanja langsung
APBD dan sesuai kemampuan keuangan
daerah
•
Disampaikan kepada Walikota paling lambat
minggu kedua bulan April
36
Desa: Sejarahmu duluuu...
Desa
berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya tanah air, tanah asal
atau tanah kelahiran. Istilah desa ini pada mulanya hanya dipakai di
daerah Jawa, Madura dan Bali untuk menunjukkan suatu kesatuan
masyarakat hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang
berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri
.
Sejak lahir desa sudah memiliki otonomi dan independen
Sedangkan di daerah-daerah lain digunakan istilah yang berbeda menurut
bahasa dan kebiasaan masyarakat setempat dalam menunjukan suatu
kesatuan masyarakat hukum yang setingkat dengan desa seperti halnya
Marga di Sumatera Selatan dan
Bengkulu
,
Dusun di Lampung dan Jambi,
Gampong di Aceh, Kuta di daerah Batak, Nagari di Minangkabau, Mattowa
di Bugis dan di Kalimantan Selatan disebut dengan Kampung serta masih
banyak lagi (Kartohadikoesoemo, 1953: 3).
DESA: Dari Masa ke Masa
1.
UU No. 5/1979 tentang Pemerintah Desa (pasal 1, huruf a)
Desa
adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan
terendah
langsung dibawah Camat
dan berhak menyelenggarakan
rumah tangganya sendiri dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Konsekuensi: bentuk dan istilah desa seragam; kedudukan desa di
bawah kecamatan, camat atasan langsung desa
Desa
2.
UU No 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, (pasal 1huruf o)
•
Desa
atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
Desa
, adalah kesatuan masyarakat hukum yg memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat
setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan
berada di daerah kabupaten.
•
Konsekuensinya: bentuk dan istilah desa dikembalikan
berdasarkan asal-usul desa dan diakui oleh negara, dan
bertanggung jawab kepada bupati.
3.
UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 point 12
)
•
Desa
atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
Desa
, adalah kesatuan masyarakat hukum yg memiliki
batas-batas yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
•
Konsekuensinya: bentuk dan istilah desa dikembalikan
Struktur Pemerintah Desa
•
UU No. 5/1979 tentang pemerintah desa
Kepala desa
Pemerintah
Desa
Lembaga Musyawarah Desa (LMD)
LMD berfungsi sbg lembaga legislatif, tetapi
tidak berfungsi optimal karena pimpinan LMD
adalah kepala desa
UU No 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah
PP No. 76/2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa
Kepala Desa
Pemerintah desa
Badan Perwakilan Desa (BPD)
Undang-undang ini mengatur secara tegas tugas dan fungsi kades dan
BPD. BPD dipilih melalui pemilu, dan berfungsi sbg lembaga perwakilan di
desa
UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah
PP No 72/2005 tentang Desa
Kepala desa
Pemerintah Desa
Badan Permusyawaratan Desa (Bamusdes)
Tugas dan fungsi Bamusdes dikembalikan seperti LMD (UU No.5/1979)
tetapi pimpinannya ditunjuk bukan melalui pemilihan dan bukan kepala
desa, melainkan dari tokoh masyarakat setempat.
STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA
UU No. 22/1999 jo UU No. 32/2004 ttg Pemerintahan Daerah
•
Kepala desa
•
Keterangan: Kaur= kepala urusan (pemerintahan, pembangunan,
administrasi, keuangan, umum, kesejahteraan). Kadus=kepala dusun
BPD
Rakyat
Kadus 1
Kadus 2
Sekde
s
Kaur
UU No.22/1999 jo UU No.32/2004 tentang Pemerintahan
Daerah
Pemerintah desa adalah unsur penyelenggara pemerintahan desa yg
memiliki tugas pokok:
1.
Melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum,
pembangunan dan pembinaan masyarakat
2.
Menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah pusat, provinsi, dan
•
Pemerintah Desa merupakan simbol formal
dari kesatuan masyarakat desa. Pemerintah
Desa sebagai badan kekuasaan terendah,
selain memiliki wewenang asli untuk
mengatur rumah tangga sendiri (wewenang
otonomi/pemerintahan sendiri), juga memiliki
wewenang dan kekuasaan sebagai
pelimpahan dekosentrasi dari pemerintah di
atasnya.
Konsep otonomi desa?
•
Otonomi yg dikenal di desa adalah otonomi
asli bukan otonomi formal ala kabupaten/kota
•
Otonomi formal diberikan oleh pemerintah
pusat melalui UU
•
Sedangkan otonomi asli desa diakui melalui
UU
•
Artinya: jika diakui berarti sejak awal sudah
ada tidak perlu diberikan seperti prinsip
Sejarah ketatanegaraan
•
Sejarah ketatanegaraan di Indonesia
menunjukkan bahwasanya otonomi desa
mendapatkan pengakuan (constateringwet)
pertama kali
melalui Inlandsche Gemeente
Ordonantie 1906 (IGO) dan Inlandsche
Gemeente Ordonantie Buitengewesten
(IGOB) 1938. Undang-undang ini
mengkodifikasi penyelenggaraan
pemerintahan desa di Indonesia baik di Jawa
dan Madura maupun desa-desa di luar Jawa.
Dalam Saparin (1986: 42) dijelaskan
bahwasanya pengertian mengenai
hak/wewenang otonomi yang dimiliki oleh Desa
atau Pemerintah Desa tidak dapat disamakan
dengan pengertian hak/wewenang otonomi yang
dimiliki oleh Propinsi atau Kabupaten. Apabila
dibandingkan dengan pengertian hak otonomi
dalam ilmu ketatanegaraan pada umumnya,
maka perbedaannya terletak pada sempitnya
pengertian hak otonomi desa.
1.
Otonominya dominan melaksanakan kegiatan administratif (dekonsentrasi)
2. UU No. 5/1979 tenatng pemerintah desa
Otonominya dominan melaksanakan tugas dekonsentrasi dan midebewind
3. UU No. 22/1999 jo UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah
Inlandsche Gemeente Ordonantie 1906 (IGO)
dan Inlandsche Gemeente Ordonantie
Sehubungan dengan sifat pemerintah desa yang memiliki sedikit kewenangan,
maka fungsi-fungsi atau kegiatan administratiflah
yang lebih menonjol sesuai
dengan apa yang diatur dalam IGO dan IGOB maupun pasal-pasal HIR, dan
peraturan-peraturan daerah yang berlaku pada waktu itu.
hak otonomi pemerintahan desa waktu itu adalah hak untuk melaksanakan hal-hal
yang telah diputuskan oleh Kepala Desa bersama Rembug Desa berdasarkan
ketentuan-ketentuan atau wewenang yang diberikan melalui
perintah/peraturan/keputusan/petunjuk dari pemerintah di atasnya dalam rangka
pembinaan ketertiban, kesejahteraan rumah tangga dan masyarakat desa,
memberikan pelayanan umum dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan tersebut
sebagian besar bersifat kegiatan administratif.
Sedangkan mengenai kebebasan
atau cara melaksanakannya sangat dibatasi dan disesuaikan dengan adat
kebiasaan setempat yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi masing-masing
daerah/masyarakat hukum (Saparin, 1986: 43).
53
TUGAS SEKRETARIS DESA
Sekretaris Desa Membantu KADES menyusun kebijakan &
mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan
PEMDES termasuk pengelolaan KEUANGAN DESA
Mempunyai tugas koordinasi di bidang :
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APB-Des dan barang milik desa;
penyusunan rancangan RAPB-Desa dan RPAPB-Desa;
penyusunan Raperdes APB-Desa, PAPB-Desa, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB-Desa;
tugas-tugas Perangkat Desa lainnya yang berkenaan dengan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa, serta peaksanaan dan penatausahaan keuangan desa.
penyusunan laporan KEUDES dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APB-Desa
menyiapkan petunjuk pelaksanaan APB-Desa dan pengelolaan barang milik desa;
Melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan KEUDES lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh KADES.
Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada KADES.
Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa/PTPKD, yakni Perangkat Desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk melaksanakan pengelolaan KEUANGAN
DESA
Pelaksana Teknis Pengelolaan Bendahara adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan,
membayarkan dan
mempertanggungjawabkan keuangan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa.
54
PENGELOLA KEUANGAN DESA
KEPALA DESA:
(a) Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa; dan
(b) Mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang
dipisahkan.
SEKRETARIS DESA:
(a) Koordinator pelaksanaan keuangan desa; (b) Kuasa
Pengguna Anggaran/Barang Desa; (c) Menguji Tagihan (sesuai Surat
Permintaan Pembayaran/SPP dari PPTKD), dan Memerintahkan Pembayaran
(menerbitkan Surat Perintah Membayar/SPMU).
UNSUR PELAKSANA TEKNIS LAPANGAN (SEPERTI KEPALA SEKSI):
Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa.
BENDAHARA DESA:
(a) Bendahara Umum Desa; (b) Bendahara Penerimaan;
(c) Bendahara Pengeluaran; (d) Bendahara Barang.
55
FUNGSI APB-DESA
FUNGSI OTORISASI:
APB-DESA MENJADI DASAR UNTUK MELAKSANAKAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DESA PADA TAHUN YANG BERSANGKUTAN.
FUNGSI PERENCANAAN:
APB-DESA MENJADI PEDOMAN BAGI MANAJEMEN
DALAM MERENCANAKAN KEGIATAN PADA TAHUN YANG BERSANGKUTAN.
FUNGSI PENGAWASAN:
APB-DESA MENJADI PEDOMAN UTK MENILAI
APAKAH KEGIATAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA SESUAI
DENGAN KETENTUAN YANG TELAH DITETAPKAN.
FUNGSI ALOKASI:
APB-DESA HARUS DIARAHKAN UTK MENCIPTAKAN
LAPANGAN KERJA/MENGURANGI PENGANGGURAN & PEMBOROSAN
SUMBER DAYA, SERTA MENINGKATKAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS
PEREKONOMIAN DESA.
FUNGSI DISTRIBUSI:
KEBIJAKAN APB-DES HARUS MEMPERHATIKAN RASA
KEADILAN DAN KEPATUTAN MSY.
56
PRINSIP-PRINSIP PENGANGGARAN
DALAM APB-DESA
SEMUA PENERIMAAN
(BAIK DALAM BENTUK UANG, MAUPUN
BARANG DAN/ATAU JASA)
DIANGGARKAN DALAM APB-DESA.
SELURUH
PENDAPATAN
DAN
BELANJA
DIANGGARKAN
SECARA BRUTO.
JUMLAH PENDAPATAN MERUPAKAN PERKIRAAN TERUKUR
DAN DAPAT DICAPAI SERTA BERDASARKAN KETENTUAN
PER-UU-AN.
PENGANGGARAN
PENGELUARAN
HARUS
DIDUKUNG
DENGAN ADANYA KEPASTIAN TERSEDIANYA PENERIMAAN
DALAM JUMLAH CUKUP
DAN HARUS DIDUKUNG DENGAN
DASAR HUKUM YANG MELANDASINYA.
57
STRUKTUR APB-DESA
APB-DESA TERDIRI DARI:
PENDAPATAN DESA, BELANJA DESA, DAN
PEMBIAYAAN DESA.
ANGGARAN PENDAPATAN,
DIKLASIFIKASI MENURUT:
PENDAPATAN
ASLI DESA (PADESA); BAGI HASIL PAJAK KAB/KOTA; BAGIAN DARI
RETRIBUSI
KABUPATEN/KOTA;
ALOKASI
DANA
DESA
(ADD);
BANTUAN KEUANGAN DARI PEM. PUSAT, PROVINSI, KAB/KOTA ATAU
DESA LAINNYA; HIBAH; DAN SUMBANGAN PIHAK KETIGA.
ANGGARAN BELANJA
DIKLASIFIKASI MENURUT:
ORGANISASI,
FUNGSI, PROGRAM DAN KEGIATAN, SERTA JENIS BELANJA.
ANGGARAN PEMBIAYAAN
TERDIRI DARI: PENERIMAAN PEMBIAYAAN
DAN PENGELUARAN PEMBIAYAAN.
58
STRUKTUR APB-DESA
ORGANISASI
DIKLASIFIKASI MENURUT:
PEMERINTAH DESA, BPD, LEMBAGA
KEMASYARAKATAN (LKMD, PKK, RT, RW).
FUNGSI
DAPAT DIKLASIFIKASI MENURUT:
FUNGSI-FUNGSI TERTENTU SESUAI
RUANG LINGKUP KEWENANGAN DESA (SEPERTI PELAYANAN UMUM,
EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, KETENTERAMAN DAN KETERTIBAN, DLL).
PROGRAM DAN KEGIATAN
DAPAT DIKLASIFIKASI MENURUT FUNGSI-FUNGSI
YANG
DITETAPKAN
(SEPERTI
PROGRAM
PENINGKATAN
KESEHATAN
MASYARAKAT; DAN KEGIATAN: PELAYANAN POSYANDU).
JENIS BELANJA
DIKLASIFIKASI MENURUT:
BELANJA TIDAK LANGSUNG
(BELANJA PEGAWAI/ PENGHASILAN
TETAP; BELANJA SUBSIDI; BELANJA HIBAH; BELANJA BANTUAN
SOSIAL; BELANJA BANTUAN KEUANGAN; DAN BELANJA TAK
TERDUGA.
BELANJA LANGSUNG
(BELANJA PEGAWAI, BELANJA BARANG DAN
JASA, DAN BELANJA MODAL).
59
STRUKTUR APB-DESA
BELANJA TIDAK LANGSUNG:
1. BELANJA PEGAWAI/PENGHASILAN TETAP: belanja kompensasi dalam bentuk penghasilan tetap dan tunjangan lainnya yang diberikan kepada Kepala Desa, Perangkat Desa, anggota BPD, dan/atau pengurus Lembaga Kemasyarakatan.
2. BELANJA SUBSIDI: digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada Badan Usaha Milik Desa, agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.
3. BELANJA HIBAH: digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah desa lainnya dan/atau kelompok masyarakat dan perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, serta bersifat bantuan yang tidak mengikat/ tidak secara terus menerus dan harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah desa.
4. BELANJA BANTUAN SOSIAL: digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan diberikan tidak secara terus menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif dan memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya.
60
STRUKTUR APB-DESA
BELANJA TIDAK LANGSUNG
(lanjutan):5. BELANJA BANTUAN KEUANGAN: digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari Pemerintah desa kepada pemerintah desa lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan desa.
Bantuan keuangan yang bersifat umum: peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah desa penerima bantuan.
Bantuan keuangan yang bersifat khusus: peruntukan dan pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah desa pemberi bantuan.
6. BELANJA TAK TERDUGA: merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya.
Kegiatan yang bersifat tidak biasa, yaitu untuk tanggap darurat dalam rangka pencegahan gangguan terhadap stabilitas penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat di daerah.
61
STRUKTUR APB-DESA
BELANJA LANGSUNG:
1. BELANJA PEGAWAI/HONORARIUM: untuk pengeluaran honorarium/ upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan desa.
2. BELANJA BARANG DAN JASA: digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan desa.
Pembelian/pengadaan barang dan/atau pemakaian jasa: mencakup belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, perawatan kendaraan bermotor, cetak/ penggandaan, sewa rumah/gedung/ gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, dan perjalanan dinas. 3. BELANJA MODAL: digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.
Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud hanya sebesar harga beli/bangun aset.
Belanja honorarium panitia pengadaan barang/jasa dan administrasi pembelian/pembangunan untuk memperoleh setiap aset, dianggarkan pada belanja pegawai/honoraroim dan/atau belanja barang dan jasa.
62
STRUKTUR APB-DESA
ANGGARAN PEMBIAYAAN:
PENERIMAAN PEMBIAYAAN:
1. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA): pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban kepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan.
2. Pencairan Dana Cadangan: digunakan untuk menganggarkan pencairan dana cadangan dari rekening dana cadangan ke rekening kas umum desa dalam tahun anggaran berkenaan.
Jumlah yang dianggarkan harus sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan dalam PERDES tentang pembentukan dana cadangan.
Penggunaan atas dana cadangan yang dicairkan dari rekekning dana cadangan
ke rekening kas umum desa dianggarkan dalam Belanja Langsung.
3. Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan: digunakan antara lain untuk menganggarkan hasil penjualan Badan Usaha Milik desa/BUMDES dan penjualan aset milik pemerintah desa yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga, atau hasil divestasi penyertaan modal pemerintah desa.
63
STRUKTUR APB-DESA
ANGGARAN PEMBIAYAAN:
PENGELUARAN PEMBIAYAAN:
1. Pembentukan Dana Cadangan: Pemerintah Desa dapat membentuk dana cadangan guna
mendanai kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat sekaligus dibebankan dalam satu tahun anggaran.
a. Pembentukan dana cadangan ditetapkan dengan PERDES, dengan materi muatan:
tujuan pembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yang akan dibiayai, besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus dianggarkan dan ditransfer ke rekening dana cadangan, sumber dana cadangan, dan tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan.
b. Rancangan PERDES tentang pembentukan dana cadangan dibahas dan ditetapkan bersamaan dengan pembahasan Rancangan PERDES tentang APB-Desa.
c. Dana cadangan dapat bersumber dari penyisihan atas penerimaan desa, dan
penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan.
d. Dana cadangan ditempatkan pada rekening tersendiri.
e. Penerimaan hasil bunga/deviden rekening dana cadangan dan penempatan dalam
portofolio dicantumkan sebagai penambah dana cadangan berkenaan dalam daftar dana cadangan pada Lampiran Rancangan Peraturan Desa tentang APB-Desa.
64
STRUKTUR APB-DESA
ANGGARAN PEMBIAYAAN:
PENGELUARAN PEMBIAYAAN (Lanjutan):
2. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Desa: Investasi pemerintah desa digunakan
untuk menganggarkan kekayaan pemerintah desa yang diinvestasikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
a. Investasi jangka pendek: investasi yang dapat segera
diperjualbelikan/dicairkan, ditujukan dalam rangka manajemen kas dan beresiko rendah serta dimiliki selama kurang dari 12 (duabelas) bulan (seperti deposito berjangka waktu 3 bulan s/d 12 bulan yang dapat diperpanjang secara otomatis).
b. Investasi jangka panjang: investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (duabelas) bulan yang terdiri dari investasi permanen dan non permanen.
(seperti surat berharga yang dibeli pemerintah desa).
c. Investasi permanen: bertujuan untuk dimiliki secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk diperjualbelikan atau tidak ditarik kembali, seperti kerjasama desa dengan pihak ketiga dalam bentuk penggunausahaan/pemanfaatan aset desa, penyertaan modal desa pada BUMDesa dan/atau badan usaha lainnya dan investasi permanen lainnya yang dimiliki pemerintah desa untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
65
STRUKTUR APB-DESA
ANGGARAN PEMBIAYAAN:
PENGELUARAN PEMBIAYAAN (Lanjutan):
c. Investasi non permanen: bertujuan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau ada niat untuk diperjualbelikan atau ditarik kembali, seperti pembelian obligasi yang dimaksudkan untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh tempo, dana yang disisihkan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan/pemberdayaan masyarakat (seperti bantuan modal kerja, pembentukan dana bergulir kepada kelompok masyarakat, pemberian fasilitas pendanaan kepada usaha mikro dan menengah).
d. Investasi pemerintah desa dapat dianggarkan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam PERDES tentang penyertaan modal dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri.
3. Pemberian Pinjaman Desa: digunakan untuk menganggarkan pinjaman yang diberikan kepada pemerintah desa lainnya dan/atau kepada Badan Usaha Milik Desa atau usaha-usaha desa lainnya.
66
STRUKTUR APB-DESA
1. ANGGARAN
PENDAPATAN :1.1. Pendapatan Asli Desa:
1.1.1. Hasil Usaha Desa:
1.1.1.1. Bagian Laba BUM-Desa. 1.1.1.2. Bagian Laba UED-SP 1.1.1.3. Pungutan Pasar Desa
1.1.1.4. Pungutan Pelelangan Ikan Milik Desa 1.1.1.5. Pungutan Tambatan Perahu
1.1.2. Hasil Kekayaan Desa:
1.1.2.1. Sewa Tanah Kas Desa 1.1.2.2. Sewa Bangunan Desa
1.1.2.3. Lain-Lain Kekayaan Milik Desa 1.1.3. Hasil Swadaya Dan Partisipasi Masyarakat 1.1.4. Hasil Gotong Royong Msy
1.1.5. Lain-lain Pendapatan Asli Desa Yang Sah 1.1.5.1. Sumbangan Dari Pihak Ketiga 1.1.5.2. Hibah Dari Pihak Ketiga
1.2. Bagi Hasil Pejak Daerah (PBB, dan jenis Pajak lainnya). 1.3. Bagi Hasil Retribusi Daerah (Retribusi Pasar, dan lainya) 1.4. Alokasi Dana Desa dari Pemerintah Kabupaten
1.5. Bantuan dari Pemerintah Atasan:
1.5.1. Bantuan dari Pemerintah Pusat 1.5.2. Bantuan dari Pemerintah Provinsi 1.5.3. Bantuan dari Pemerintah Kabupaten
67
STRUKTUR APB-DESA
2. ANGGARAN BELANJA :
2.1. Belanja Tidak Langsung:
2.1.1. Belanja Pegawai:
2.1.1.1. Penghasilan Tetap (Kades, Perangkat Desa, BPD) 2.1.1.2. Tunjangan (Kades dan BPD)
2.1.2. Belanja Hibah/Bantuan Sosial (conto: anak kel. miskin) 2.1.3. Belanja Subsidi (misalnya: utk Perpustakaan SD)
2.1.4. Belanja Tidak Terduga 2.2. Belanja Langsung:
2.2.1. Belanja Pegawai (Honorarium Kegiatan)
2.2.2. Belanja Barang dan Jasa (ATK, Listrik, Telpon, Perjalanan dinas, Pakaian dinas, dll)
2.2.3. Belanja Modal (Bangun Gedung, Komputer, Mesin Tik, dll)
3. ANGGARAN PEMBIAYAAN:
3.1. Penerimaan Pembiayaaan:
3.1.1. Sisa Leih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya 3.1.2. Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang dipisahkan 3.1.3. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
3.1.4. Pencairan Dana Cadangan 3.2. Pengeluaran Pembiayaan:
3.2.1. Pembentukan Dana Cadangan 3.2.2. Penyertaam Modal/Investasi Desa 3.2.3. Pemberian Pinjaman Desa
68
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPB-DESA
DESA WAJIB MEMILIKI RPJM-DESA (PROGRAM 5 TAHUN).
BERDASARKAN RPJM-DESA DITETAPKAN RENCANA KERJA
PEMBANGUNAN DESA (RKP-DESA) UNTUK 1 TAHUN. BERDAARKAN RKP-DESA, DISUSUN RENCANA KERJA DAN
ANGGARAN/RKA, YAKNI: RKA OPERASIONAL PEMDES DAN
RKA PEMBERDAYAAN MSY
KADES BERSAMA BPD MEMBAHAS RANCANGAN PERDES TENTANG RAPB-DESA.
RANCANGAN PERDES TENTANG APB-DESA YG TELAH
DISETUJUI BERSAMA, SEBELUM DITETAPKAN OLEH KADES, PALING LAMBAT 3 (TIGA) HARI KERJA DISAMPAIKAN KEPADA BUPATI/WALIKOTA UNTUK DIEVALUASI;
BUPATI/WALIKOTA, HARUS MENETAPKAN EEVALUASI RAPB- DESA PALING LAMA 20 (DUA PULUH) HARI KERJA;
APABILA HASIL EVALUASI MELAMPAUI BATAS WAKTU
DIMAKSUD, KADES DAPAT MENETAPKAN RANCANGAN PERDES TENTANG APB-DESA MENJADI PERDES.
RANCANGAN PERDES TENTANG APB-DESA, DITETAPKAN OLEH KADES PALING LAMBAT 1 (SATU) BULAN SETELAH APBD KAB/KOTA DITETAPKAN.
PENYUSUNAN RANCANGAN APB-DESA PEMBAHASAN DAN PENETAPAN PERDES TENTANG APB-DESA
69
PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN APB-DESA
PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN PENDAPATAN DESA:
1. Semua pendapatan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa;
2. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya, maka pengaturannya diserahkan kepada daerah;
3. Program dan kegiatan yang masuk desa merupakan sumber penerimaan dan pendapatan desa dan wajib dicatat dalam APBDesa;
4. Setiap pendapatan desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah;
5. Kepala desa wajib mengintensifkan pemungutan pendapatan desa yang menjadi wewenang dan tanggungjawabnya;
6. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan desa;
7. Pengembalian atas kelebihan pendapatan desa dilakukan dengan membebankan pada pendapatan desa yang bersangkutan untuk pengembalian pendapatan desa yang terjadi dalam tahun yang sama.
8. Untuk pengembalian kelebihan pendapatan desa yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dibebankan pada belanja tidak terduga;
9. Pengembalian kelebihan pendapatan desa harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;
70
PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN APB-DESA
PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN BELANJA DESA:
1. Setiap Pengeluaran belanja atas beban APBDesa harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;
2. Bukti harus mendapat pengesahan oleh Sekretaris Desa atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud;
3. Pengeluaran kas desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi Perdes.
4. Pengeluaran kas desa tidak termasuk untuk belanja desa yang bersifat mengikat dan belanja desa yang bersifat wajib yang ditetapkan dalam peraturan kepala desa;
5. Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN PEMBIAYAAAN DESA:
1. Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya, merupakan penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk: (a) menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari pada realisasi belanja; (b) mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung;(c) mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan.
2. Dana cadangan: (a) Dana cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atau disimpan pada kas desa tersendiri atas nama dana cadangan pemerintah desa; (b) Dana cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai kegiatan lain diluar yang telah ditetapkan dalam Perdes tentang pembentukan dana cadangan; (c) Kegiatan yang ditetapkan berdasarkan Perdes dilaksanakan apabila dana cadangan telah mencukupi untuk melaksanakan kegiatan.
71
PELAPORAN & PERTANGGUNGJAWABAN
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
JENIS - JENIS LAPORAN KEUANGAN DESA:
1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN; 2. NERACA;
3. LAPORAN ARUS KAS; DAN
4. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (YANG HARUS MENGGAMBARKAN TENTANG HAK, KEWAJIBAN, DAN KEKAYAAN DESA PADA AKHIR TAHUN SERTA SUMBER DAN PENGGUNAANNYA);
LAPORAN KEUANGAN DESA DIPERIKSA OLEH BAWASDA KAB/KOTA SEBELUM DIAJUKAN DALAM BENTUK RANCANGAN PERDES TENTANG PERHITUNGAN APB-DESA KEPADA BPD;
PERDES TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBDESA DAN KEPUTUSAN KEPALA DESA TENTANG KETERANGAN PERTANGGUNG- JAWABAN KADES, DISAMPAIKAN KEPADA BUP/WK MELALUI CAMAT, PALING LAMBAT 7 HARI KERJA SETELAH PERDES DITETAPKAN.
72
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
PEMERINTAH PROVINSI WAJIB MENGKOORDINIR PEMBERIAN DAN PENYALURAN ALOKASI DANA DESA DARI KABUPATEN/KOTA KEPADA DESA;
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DAN CAMAT WAJIB MEMBINA DAN MENGAWASI PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA: -- MEMBERIKAN PEDOMAN DAN BIMBINGAN PELAKSANAAN ADD
-- MEMBERIKAN BIMBINGAN DAN PELATIHAN DAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DESA YANG MENCAKUP PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN APBDESA, PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNJAWABAN APBDESA
-- MEMBINA DAN MENGAWASI PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DAN PENDAYAGUNAAN ASET DESA
-- MEMBERIKAN PEDOMAN DAN BIMBINGAN PELAKSANAAN ADMINSITRASI KEUANGAN DESA
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN CAMAT:
-- MEMFASILITASI ADMINISTRASI KEUANGAN DESA
-- MEMFASILITASI PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DAN PENDAYAGUNAAN ASET DESA;
-- MEMFASILITASI PELAKSANAAN ADD
-- MEMFASILITASI PENYELENGGARAAN KEUANGAN DESA YG MENCAKUP PERENCANAAN, DAN PENYUSUNAN APBDESA, PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN APBDESA.
73
Membangun
Responsivitas
Perencanaan Pembangunan
DAERAH
terhadap
Rencana PembangunanDesa
dalam Koridor PP No.8 Tahun 2008
oleh
Haryo Habirono
Salatiga
Rasionalisasi :
Persepsi Pemerintah dan Masyarakat desa
•
Desa telah melaksanakan Musrenbangdes dan menyusun RPK-Desa &
APBDesa
•
Desa selalu diundang dalam Musrenbang Kecamatan dan mengajukan
DU RKPDes-nya
•
Tetapi Daftar Usulan RKP-Desa yang diajukan pada Musrenbang
Kecamatan hampir selalu tidak ada tindak-lanjutnya
•
Pemerintah dan Masyarakat Desa lama kelamaan jenuh dan bosan
dengan “ritual” Musrenbangcam
•
Pemerintah dan Masyarakat Desa merasa semakin terpinggirkan dan
tidak percaya kepada semangat pembangunan Pemerintah Daerah
•
Pemerintah dan Masyarakat Desa menjadi apatis terhadap Rencana
Program dan Kegiatan Pemerintah Daerah
Tujuan Utama
Perencanaan Pembangunan Daerah
1.
Meningkatkan konsistensi antar kebijakan yg dilakukan berbagai organisasi
publik dan antara kebijakan makro dan mikro maupun antara kebijakan dan
pelaksanaan
2.
Meningkatkan transparansi dan partisipasi dalam proses perumusan kebijakan
dan perencanaan program
3.
Menyelaraskan perencanaan program dan penganggaran
4.
Meningkatkan akuntabilitas pemanfaatan sumberdaya dan keuangan publik
5.
Terwujudnya penilaian kinerja kebijakan yang terukur, perencanaan dan
pelaksanaan, sesuai RPJMD sehingga tercapai efektivitas perencanaan
Proses perencanaan dilaksanakan dengan memasukkan prinsip pemberdayaan,
pemerataan, demokratis, desentralistik, transparansi, akuntabel, responsif, dan
partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur lembaga negara, lembaga
pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan
Semangat PP No.8/2008 :
Masyarakat terlibat dalam proses penyusunan
Rencana Pembangunan Daerah
Sedikitnya tertuang di dalam 7 (tujuh) pasal sbb:
(psl 2 ay.2) Perencanaan pembangunan daerah dilakukan pemerintah daerah bersama
para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing
(psl 3) Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan secara transparan, responsif,
efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berkelanjutan
(psl 17 ay.5) Penetapan program prioritas berorientasi pada pemenuhan hak-hak dasar
masyarakat, dan pencapaian keadilan yang berkesinambunan dan berkelanjutan
(psl 18 ay.1) Musrenbang RKPD merupakan wahana partisipasi masyarakat di daerah
(psl 36 ay.1.e) program urusan wajib dan urusan pilihan yg mengacu pada standar
pelayanan minimal sesuai dgn kondisi nyata daerah dan kebutuhan riil masyarakat
(psl 38) Rancangan kebijakan pembangunan daerah yg telah disusun dibahas dalam
forum konsultasi publik
(psl 52 ay.1) Masyarakat dapat melaporkan program dan kegiatan yang dianggap tidak
Renja SKPD dan RKP-Desa
Penyusunan Renja SKPD
(PP No.8/2008)
Musrenbang Desa
(SEB Bappenas-Depdagri 2007 sbg wujud pelaksanaan PP No.8/2008 psl 20) Pasal 17 ayat (3):
Kepala Bappeda mengkoordinasikan
penyusunan rancangan RKPD menggunakan Rancangan Renja SKPD dengan Kepala SKPD Pasal 27 ayat (2):
Rancangan Renja SKPD disusun dgn mengacu pada rancangan awal RKPD, Renstra SKPD, hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan periode sebelumnya, masalah yang dihadapi, dan usulan program serta kegiatan yang berasal dari masyarakat
Hasil Musrenbang Desa terdiri dari:
a) Daftar kegiatan prioritas yg akan dilaksanakan sendiri oleh Desa yg akan dibiayai dari
APBDesa, serta swadaya gotong-royong masyarakat desa
b) Daftar kegiatan prioritas yg akan diusulkan ke Kecamatan untuk dibiayai melalui APBD Kab/Kota dan APBD Propinsi
c) Daftar nama anggota delegasi yg akan membahas hasil Musrenbang Desa pada Musrenbang Kecamatan
Implikasinya: RKP-Desa diakomodasi di dalam Renja SKPD
Persoalannya: Bagaimana mekanisme pengakomodasiannya
Musrenbang Kecamatan :
“Titik Awal” Pengakomodasian Kebutuhan Masyarakat Desa
DU RKP-Desa
MUSRENBANG
Kecamatan
KUOTA
Kecamatan
(berasal dari RancanganRenja SKPD & pagu indikatifnya
Jaring
Asmara
DPRD
FORUM
SKPD
M U
S
R E N B
A
N G
DESA
RKP - Desa
Mekanisme Musrenbang Kecamatan:
Pengakomodasian RKP-Desa ke dalam Renja SKPD
1)
Daftar Usulan RKP-Desa yang diajukan ke Kecamatan untuk dibiayai melalui
APBD Kab/Kota dibahas di dalam Musrenbangcam, bersama-sama dengan
pagu indikatif Rancangan Renja SKPD dan hasil-hasil Jaring Asmara DPRD.
2)
Setiap Kecamatan harus sudah memiliki KUOTA KECAMATAN (yang dibedakan
dari Pagu Indikatif Kecamatan). Kuota Kecamatan adalah Pagu Indikatif
SKPD-SKPD yang akan melaksanakan program-program kegiatan di desa-desa di
lingkup wilayah kecamatan
3)
Hasil Musrenbang Kecamatan sebagai bahan (Materi) penyempurnaan
Rancangan Renja SKPD, yang kemudian melalui Forum SKPD menjadi Renja
SKPD ( lihat psl 27 ay.5 beserta penjelasannya)
4)
Selanjutnya Renja SKPD (dipadukan dengan hasil-hasil Musrenbang
Kabupaten)menjadi bahan penyempurnaan Rancangan RKPD
PROSES
PERENCANAAN
DAN
PENGANGGARAN
PEMBANGUNAN DAERAH
RPJMD Kab Renstra SKPD Renstra Kecamatan RPJM Desa/ Keluranan Rancangan RKPD Kab Ranc RKP Desa/ Kelurahan Rancangan Renja SKPD Musrenbang Desa/Kelurahan Musrenbang Kecamatan Forum SKPD K A B U P AT EN S K P D K EC AM A TAN D ES A Musrenbang Kab G u b er n u r D P R DJuni Juli Agustus - Oktober November Desember
Evaluasi RKA PerKaDa Penjabaran APBD Ranc KUA & PPAS Pembahasan KUA & PPAS
Nota Kesepakatan KDH - DPRD Pedoman Penyusunan RKA SKPD RKA SKPD Pembahasan RKA oleh Tim Anggr Pemda Rencana APBD Pembahasan Rencana APBD Rancangan Perkada Ttg Penjabaran APBD PERDA APBD Renja Kecamatan RKP Desa/ Kelurahan RKPD Renja SKPD Persetujuan Bersama Verifikasi DPA oleh Tim Anggr
Pemda Ranc DPA SKPD DPA SKPD Januari G ub er nu r
Februari Maret - Mei
Masukan Keluaran ADD & Pagu Indikatif Block grant Jaring Aspirasi Masyarakat Konsulta si Publik
P em da SKPD K ec am ata n D es a G ub ernur D P R D Juni Januari G ub er nu r Februari April Masukan RPJMD Kab Renstra SKPD Renstra Kecamatan RPJM Desa/ Keluranan Rancangan RKPD Kab Rancangan RKP Desa/ Kelurahan Rancangan Renja SKPD Musrenbang Desa/Kelurahan Musrenbang Kecamatan Forum SKPD Musrenbang Kab Renja Kecamatan RKP Desa/ Kelurahan RKPD Renja SKPD Pagu Indikatif Maret Mei Jaring Asmara
P emd a S K P D K ec am at an D es a Gu be rn ur D P R D
Juni Juli September November Desember
G ub er nu r Evaluasi RKA PerKaDa Penjabaran APBD Ranc KUA dan PPAS Pembahasan KUA & PPAS
Nota Kesepakatan KDH - DPRD Pedoman Penyusunan RKA SKPD RKA SKPD Pembahasan RKA oleh Tim Anggr Pemda Rencana APBD Pembahasan Rencana APBD Rancangan Perkada Ttg Penjabaran APBD PERDA APBD Persetujuan Bersama
Verifikasi DPA oleh Tim Anggr Pemda
Ranc DPA SKPD DPA SKPD Agustus Oktober Konsulta si Publik