• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.-Paparan-4-Camat.ppt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4.-Paparan-4-Camat.ppt"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Referensi

1

(2)

2

(3)

3

I. KECAMATAN

(4)

4

(5)

5

TUGAS DELEGATIF

CAMAT DALAM PELAKSANAAN TUGASNYA

MEMPEROLEH PELIMPAHAN SEBAGIAN

WEWENANG BUPATI ATAU WALIKOTA

UNTUK MENANGANI SEBAGIAN URUSAN

OTONOMI DAERAH

Tujuan Pendelegasian wewenang dari Bupati/Walikota

kepada Camat :

1. Mempercepat pengambilan keputusan berkaitan dgn

kepentingan dan kebut masy setempat;

2. Mendekatkan pelayanan pemerintahan;

3. Mempersempit rentang kendali dari Bupati/Walikota

kepada Kepala Desa/Lurah;

(6)

6

TUGAS ATRIBUTIF/TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

1. MENGKOORD KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASY.

2. MENGKOORD UPAYA PENEYELENGGARAAN TRANTIBUM

3. MENGKOORD PENERAPAN & PENEGAKAN PER UU

4. MENGKOORD PEMELIHARAAN PRASARANA & FASILITAS PELUM

5. MENGKOORD PENYELENGGARAAN KEGIATAN PEM DI KEC

6. MEMBINA PENYELENGGARAAN PEMDESKEL

7. MELAKS PELAYANAN MASY YG MENJADI RUANG LINGKUP

TUGASNYA ATAU YG BLM DPT DILAKS DESA/KEL

(7)

7

Pembinaan Camat terhadap Desa

(PP 72/2005)

1.

Memfasilitasi penyusunan perdes dan perkades

2.

Memfasilitasi administrasi tata pemerintahan desa

3.

Memfasilitasi pengelolaan keuangan desa dan

pendayagunaan aset desa

4.

memfasilitasi pelaksanaan urusan otonomi daerah

kabupaten/kota yang diserahkan kepada desa;

5.

memfasilitasi penerapan dan penegakan peraturan

perundang-undangan;

6.

memfasilitasi pelaksanaan tugas kepala desa dan

perangkat desa;

7.

memfasilitasi upaya penyelenggaraan trantibum;

8.

memfasilitasi pelaksanaan tugas, fungsi dan

(8)

1. KECAMATAN SEBAGAI PERANGKAT DAERAH

SALAH SATU PERUBAHAN YG SANGAT ESENSIAL YAITU

MENYANGKUT KEDUDUKAN, TUGAS POKOK & FUNGSI

KECAMATAN YG SEBELUMNYA MERUPAKAN PERANGKAT

WILAYAH

DLM

KERANGKA

ASAS

DEKONSENTRASI,

BERUBAH STATUSNYA MENJADI

PERANGKAT DAERAH

DLM

KERANGKA ASAS DESENTRALISASI.

SEBAGAI PERANGKAT DAERAH, DAN DIANGKAT OLEH

BUPATI/WALIKOTA, MAKA CAMAT DLM MENJALANKAN

TUGASNYA, DISAMPING TUGAS YG MELEKAT (ATRIBUTIF)

JUGA

DITAMBAH

TUGAS

PELIMPAHAN

DARI

BUPATI/WALIKOTA (DELEGATIF).

(9)

3. KECAMATAN

Unsur

Perbandin-gan

UU No. 5/1974

UU No. 22/1999

Kedudukan

Kecamatan

Wilayah

Administrasi

Pemerintahan

Lingk Kerja Perangkat

Drh

Kedudukan

Camat

Kepala Wilayah

Perangkat Daerah

Kewenangan

Camat

Bersifat Atributif

(Psl 80 & 81)

Bersifat

(Psl 66 : 4)

Delegatif

UU No. 32/2004

Lingkungan Kerja

Perangkat Daerah

Perangkat Daerah

Bersifat Atributif

dan

Delegatif

(Psl

126 : 2 & 3)

a. Perubahan Paradigma

9

(10)

CAMAT

GARDA TERDEPAN

DLM PENYELENGGA-

RAAN PEMERINTAHAN

PELIMPAHAN

SBGN WEWENANG

BUP/WALKOT

(

Delegatif

)

MELAKS

TUGAS UMUM

PEMERINTAHAN

(Atributif)

PNS

(Abdi Neg & Masy)

KECAMATAN SEBAGAI PERANGKAT DAERAH

(KEDUDUKAN, TUGAS, DAN WEWENANG)

(11)

11

TUGAS DELEGATIF

CAMAT DALAM PELAKSANAAN TUGASNYA MEMPEROLEH PELIMPAHAN

SEBAGIAN WEWENANG BUPATI ATAU WALIKOTA UNTUK MENANGANI

SEBAGIAN URUSAN OTONOMI DAERAH

Tujuan Pendelegasian wewenang dari Bupati/Walikota kepada Camat :

1.

Mempercepat pengambilan keputusan berkaitan dgn kepentingan dan kebut

masy setempat;

2.

Mendekatkan pelayanan pemerintahan;

3.

Mempersempit rentang kendali dari Bupati/Walikota kepada Kepala

Desa/Lurah;

4.

Kaderisasi kepemimpinan pemerintahan;

Tugas delegatif

yang meliputiaspek:

perizinan; rekomendasi; koordinasi;

pembinaan; pengawasan; fasilitasi;

penetapan; penyelenggaraan; dan

kewenangan lain yang dilimpahkan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai

pelaksanaan tugas dan wewenang

camat diatur dgn peraturan

(12)

12

TUGAS ATRIBUTIF/TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

1. MENGKOORD KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASY.

2. MENGKOORD UPAYA PENEYELENGGARAAN TRANTIBUM

3. MENGKOORD PENERAPAN & PENEGAKAN PER UU

4. MENGKOORD PEMELIHARAAN PRASARANA & FASILITAS

PELAYANAN UMUM

5. MENGKOORD PENYELENGGARAAN KEGIATAN PEM DI KEC

6. MEMBINA PENYELENGGARAAN PEMDESKEL

7. MELAKS PELAYANAN MASY YG MENJADI RUANG LINGKUP

TUGASNYA ATAU YG BLM DPT DILAKS DESA/KEL

(13)

A. KEDUDUKAN

PENJELASAN PASAL 126 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004

DIKEMUKAKAN BAHWA KECAMATAN ADALAH WILAYAH KERJA CAMAT SEBAGAI

PERANGKAT DAERAH KABUPATEN DAN DAERAH KOTA. OLEH KARENA ITU,

CAMAT BERTANGGUNG JAWAB KEPADA BUPATI ATAU WALIKOTA YANG

MEMILIKI

WEWENANG

PENUH

UNTUK

MENGANGKAT

DAN

MEMBERHENTIKANNYA.

(14)

MENGKOORDINASIKAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASY.;

MENGKOORDINASIKAN UPAYA PENYELENGG. TRAMTIBUM;

MENGKORDINASIKAN PENERAPAN & PENEGAKAN PER-UU-AN;

MENGKOORDINASIKAN PEMELIHARAAN PRASARANA & FASILITAS

YANUM;

MENGKOORDINASIKAN PENYELENGG. KEGIATAN PEMERINTAHAN DI

TINGKAT KECAMATAN;

MEMBINA PENYELENGG. PEMERINTAHAN DESA DAN/ATAU KELURAHAN;

MELAKSANAKAN PELAYANAN MASY. YG MENJADI RUANG LINGKUP

TUGASNYA

DAN/ATAU

YG

BELUM

DAPAT

DILAKSANAKAN

PEMERINTAHAN DESA ATAU KELURAHAN.

B. TUGAS DAN FUNGSI KECAMATAN

(15)

SESUAI PP NO. 19 TH. 2008, TERDIRI DARI:

1. CAMAT

2. SEKRETARIS KECAMATAN

3. SEKSI TATA PEMERINTAHAN

4. SEKSI PEMBERDAYAAN MASY. DAN DESA

5. SEKSI KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM

6. SEKSI-SEKSI LAIN YG NOMENKLATURNYA DISESUAIKAN DGN

SPESIFIKASI & KARAKTERISTIK WILAYAH KECAMATAN DI

KAWASAN PERKOTAAN ATAU KAWASAN PERDESAAN

7. KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

(16)

16

9.

Memfasilitasi penyusunan perencanaan

pembangunan partisipatif;

10.

memfasilitasi kerjasama antar desa dan kerjasama

desa dengan pihak ke tiga;

11.

Memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan

masyarakat desa;

12.

Memfasilitasi kerjasama antar lembaga

kemasyarakatan dan kerjasama lembaga

kemasyarakatan dengan pihak ke tiga;

13.

memfasilitasi memfasilitasi bantuan teknis dan

pendampingan kepada lembaga kemasyarakatan;

dan

14.

memfasilitasi koordinasi unit kerja pemerintahan

(17)

17

Pembinaan Camat Terhadap Kelurahan

(PP 73/2005)

1.

Memfasilitasi administrasi tata pemerintahan

kelurahan;

2.

Memfasilitasi pengelolaan keuangan kelurahan

dan pendayagunaan aset daerah yang dikelola

oleh kelurahan;

3.

Memfasilitasi penerapan dan penegakan

peraturan perundang-undangan;

4.

Memfasilitasi pelaksanaan tugas lurah dan

(18)

18

5.

Memfasilitasi upaya penyelenggaraan

ketentraman dan ketertiban umum;

6.

Memfasilitasi pengembangan lembaga

kemasyarakatan;

7.

Memfasilitasi pembangunan partisipatif;

8.

Memfasilitasi kerjasama kelurahan dengan pihak

ketiga; dan

9.

Memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan

(19)

19

Perbandingan Pola Pembinaan Camat ke

Desa/Kelurahan

No

Dimensi

UU 5/74

UU 22/99

UU 32/04

1.

Desa

- Camat melakukan

pembinaan dan

pengawasan

terhadap desa

- Camat sebagai

administrator

pemerintahan,

pembangunan dan

kemasyarakatan

Camat menerima

pemberitahuan dari desa

bila ada kerjasama antar

desa. Hal ini

menunjukkan posisi

camat tidak jelas karena

sekedar diberitahu

sehingga tidak

mempunyai makna

apapun

Camat dapat

melakukan

pembinaan dan

pengawasan

terhadap desa

setelah mendapat

pelimpahan/pen-delegasian dari

Bupati/Walikota

2.

KELU-RAHAN

-

Camat

melakukan

pembinaan dan

pengawasan

terhadap

kelurahan

- Camat melakukan

pembinaan dan

pengawasan terhadap

kelurahan

- Lurah menerima

pelimpahan

wewenang

dari

Bupati/Walikota

-Lurah

bertanggungjawab

kepada

Bupati/Walikota

melalui Camat

- Camat melakukan

pembinaan dan

pengawasan

terhadap kelurahan

- Lurah menerima

pelimpahan

wewenang

dari Bupat/Wl. Kota

- Lurah

bertanggungjawab

kepada

Bupati/Walikota

melalui Camat

(20)

20

KESIMPULAN

1. Camat dlm pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan

sebagian wewenang bupati dan walikota untuk menangani

sebagian urusan otonomi daerah.

2. Kewenangan yang dimiliki camat tidak diartikan sebagai

kewenangan otonomi yang sama dengan B/W berdasarkan

bidang2 yg akan dilimpahkan, namun kewenangan tersebut harus

dipandang sebagai kewajiban untuk menata & melaksanakan

penyelenggaraan pemerintahan/pembangunan di wilayahnya,

sehingga kegiatan pelayanan masyarakat mampu membuka

peluang bagi terciptanya suasana kondusif dalam mendukung

pengembangan investasi di Daerah untuk menciptakan lapangan

kerja baru.

(21)

21

3. Pembinaan manajemen Kecamatan dilakukan berkesinambungan

dengan mereposisi variabel-variabel yang menentukan aspek

pemberdayaan manajemen pemerintahan umum yang memiliki

nilai penguatan NKRI.

4. Figur Camat yang akuntabel dan memiliki visi pelayanan kepada

masyarakat, dengan demikian penguasaan asas otonomi dan

tugas-tugas umum pemerintahan menjadi suatu keharusan

utamanya dalam menciptakan keunggulan lokalitas wilayah.

5. Dengan kebijakan pengembangan wilayah diharapkan dapat

memberikan dampak yang positif kepada Camat dalam

mengembangkan kualitas pelayanan umum kepada masyarakat,

sehingga citra dan wibawa Camat sebagai pemegang rentang

kendali koordinasi di wilayah kerjanya semakin menguat

(22)

(23)

23

SISTEMATIKA

1. Dasar Hukum Penyelenggaraan Musrenbang

2. Definisi dan tujuan Musrenbang Kecamatan

3. Input/Masukan Musrenbang Kecamatan

4. Mekanisme Musrenbang Kecamatan

5. Peserta dan Narasumber Musrenbang Kecamatan

6. Susunan Acara Musrenbang Kecamatan

7. Pembagian Peran dalam Musrenbang Kecamatan

8. Tugas Fasilitator

9. Tugas Narasumber

(24)

1.

UU-25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (khususnya

Pasal.20 s.d 27).

2.

UU-32/2004 tentang Pemerintahan Daerah; (Pasal 150 dan 151).

3.

SEB Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri Nomor

:

0008/M.PPN/01/2007

050/264A/SJ,

tentang

Petunjuk

Teknis

Penyelenggaraan Musrenbang.

4.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

PP Nomor 08 Tahun 2008 Tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan,

Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

5. Peraturan Daerah Kota Setempat (tentang

Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan serta

MUSRENBANG)

6. Peraturan Walikota setempat ( tentang

Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan serta

MUSRENBANG )

Dasar Hukum

(25)

MUSRENBANG KECAMATAN

DEFINISI

Musrenbang Kecamatan merupakan forum musyawarah antar para

pemangku kepentingan untuk membahas dan menyepakati langkah-langkah

penanganan program kegiatan prioritas yang tercantum dalam Daftar Usulan

Rencana Kegiatan Pembangunan Kelurahan yang diintegrasikan dengan

prioritas pembangunan daerah di wilayah kecamatan, yang dikoordinasikan

oleh Bappeda kota dan dilaksanakan oleh Camat.

TUJUAN

Membahas dan menyepakati usulan rencana kegiatan pembangunan kelurahan yang

menjadi kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan yang bersangkutan.

Membahas dan menyepakati kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan

yang belum tercakup dalam prioritas kegiatan pembangunan kelurahan.

Menyepakati pengelompokan kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan

berdasarkan tugas dan fungsi SKPD

Kota Setempat

.

(26)

Dari Kelurahan

• Dokumen prioritas

program dan kegiatan

pembangunan

tahunan hasil

musrenbang

Kelurahan

• Daftar nama Delegasi

Musrenbang

Kelurahan

• Berita Acara

Musrenbang

Kelurahan

Dari Kecamatan

• Hasil evaluasi

pembangunan

Kecamatan pada

tahun sebelumnya.

• Rancangan Awal

Rencana Kerja

Kecamatan.

Dari Pemerintah Kota

• Hasil evaluasi kinerja

pelaksanaan Rencana

Pembangunan Kota

Bandung pada tahun

sebelumnya.

• Rancangan Awal

RKPD Kota Bandung .

INPUT / MASUKAN

(27)

PERSIAPAN

1. Camat menetapkan tim penyelenggara.

2. Tim penyelenggara menyusun jadwal, mengumumkan jadwal, agenda dan tempat pelaksanaan secara terbuka

4. Tim penyelenggara membuka pendaftaran peserta atau

mengundang peserta. 5.Tim penyelenggara

mempersiapkan sarana dan prasarana penunjang termasuk materi yang akan dibahas. 6. Mengkompilasi prioritas

program /kegiatan pembangunan dari musrenbang Kelurahan berdasarkan fungsi SKPD;

PELAKSANAAN

1. Pembukaan

2.Sidang Pleno I : Pemaparan materi dari Narasumber

-Camat tentang Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Tahun lalu dan Rencana Tahun y.a.d

-Paparan Bappeda mengenai rancangan awal RKPD 2014 dan Prioritas Program/Kegiatan 2014 3. Diskusi usulan kegiatan

prioritas kecamatan dipimpin oleh Camat , untuk memperoleh tanggapan, penajaman, dan klarifikasi dari seluruh peserta untuk menyepakati kegiatan prioritas pembangunan daerah kota Bandung di kecamatan sesuai tugas pokok dan fungsi SKPD.

HASIL

1. Daftar prioritas program dan kegiatan pembangunan di wilayah kecamatan

menurut SKPD 2. Kompilasi hasil

musrenbang kelurahan

menurut urutan prioritas yang disepakati di musrenbang kelurahan, dan

dikelompokkan menurut SKPD

3. Daftar nama delegasi kecamatan sebanyak 4 (empat orang) untuk mengikuti forum SKPD 4. Berita acara kesepakatan hasil Musrenbang Kecamatan

MEKANISME

(28)

Peserta

• Para lurah ;

• Delegasi Musrenbang Kelurahan,

• Pimpinan dan anggota DPRD

setempat (DAPIL Kecamatan) ;

• Perwakilan SKPD ;

• Tokoh masyarakat ;

• Keterwakilan perempuan dan

kelompokmasyarakat rentan

termarginalkan ;

• Pemangku kepentingan lainnya

skala kecamatan.

Narasumber

• Dari Kota /Kabupaten : Bappeda,

Perwakilan SKPD, Kepala UPT SKPD di

Kecamatan yang bersangkutan, kepala

unit pelayanan di kecamatan, anggota

DPRD (Dapil Kecamatan) yang

bersangkutan;

• Dari Kecamatan : Camat / Aparat

kecamatan, LSM di kecamatan

bersangkutan, dan para ahli/profesional

yang dibutuhkan.

• Fasilitator : Fasilitator adalah tenaga

terlatih atau berpengalaman yang

memiliki persyaratan kompetensi dan

kemampuan memandu pembahasan dan

proses pengambilan keputusan dalam

kelompok diskusi

PESERTA DAN NARASUMBER

MUSRENBANG KECAMATAN

(29)

SUSUNAN ACARA MUSRENBANG KECAMATAN

1.

Pembukaan

2.

Paparan Camat tentang Evaluasi kegiatan thn 2012, Rencana Kegiatan tahun 2013

serta gambaran umum usulan Musrenbang untuk Tahun 2014.

3.

Paparan Bappeda ttg Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun 2014.

4.

Diskusi Panel Narasumber.

(Sesuai dengan kesepakatan forum Paparan SKPD yg memiliki kegiatan terbanyak

pada Kecamatan ybs,).

5.

Diskusi / Tanya jawab.

6.

Penyepakatan Prioritas Program dan Kegiatan Kecamatan serta Delegasi

Musrenbang.

(30)

PEMBAGIAN PERAN DALAM MUSRENBANG

1.

FASILITATOR

Pejabat berwenang / Pelaksana yang mendapatkan Surat Perintah dari Kepala

Bappeda untuk memfasilitasi SKPD dan masyarakat dalam Kegiatan Musrenbang

dan bertindak atas nama Bappeda Kota setempat.

2. NARASUMBER

Pejabat berwenang / Pelaksana yang mendapatkan Surat Perintah dari Kepala

SKPD untuk menyampaikan Rencana Kerja SKPD dalam Kegiatan Musrenbang

dan bertindak atas nama SKPD yang diwakilinya.

(31)

TUGAS FASILITATOR (BAPPEDA)

1. Membantu/mendampingi Tim Penyelenggara Musrenbang dalam :

• Menyusun agenda dan jadwal Musrenbang mulai dari tingkat

Kelurahan sampai dengan Musrenbang Kota.

• Menyusun kriteria pemilihan stakeholders/peserta Musrenbang

untuk setiap tingkatan Musrenbang.

• Menyusun panduan penyelenggaraan untuk setiap tingkatan

Musrenbang

• Menyiapkan bahan/materi Musrenbang

• Mengelola pelaksanaan dan paska Musrenbang.

2. Memandu dan memantau pelaksanaan Musrenbang

3. Membantu para delegasi/peserta dalam menjalankan tugasnya di forum

Musrenbang

4. Memandu dan memantau tindaklanjut pelaksanaan Musrenbang.

(32)

TUGAS NARASUMBER

1. Menyampaikan Rencana Kerja SKPD terutama

yang akan dilaksanakan di Kecamatan yang

bersangkutan. (Meliputi Evaluasi kegiatan SKPD

Tahun 2012, Kegiatan Tahun 2013, serta

Rencana 2014)

2. Menyampaikan Program/Kegiatan serta Kriteria

Usulan yang dapat diakomodasi dalam Rencana

Kerja SKPD 2014.

3. Memprioritaskan

usulan

kegiatan

hasil

musrenbang

kecamatan

tahun

2012

yang

dilaksanakan SKPD untuk tahun anggaran 2013.

(http://musrenbang.bandung.go.id)

(33)

33

KELUARAN MUSRENBANG

1. Daftar

Prioritas

Program

dan

Kegiatan

Pembangunan di Wilayah Kecamatan menurut

SKPD

2. Daftar nama delegasi Kecamatan sebanyak 4

(empat)

Orang

untuk

mengikuti

Forum

SKPD/Gabungan SKPD.

*Daftar Delegasi kecamatan harus memperhatikan pula unsur

keterwakilan perempuan)

3.Berita

Acara

Kesepakatan

Musrenbang

Kecamatan.

(34)

34

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG

NOMOR 07 TAHUN 2008

SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG

NOMOR 05 TAHUN 2009

TENTANG

TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI

PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA MUSRENBANG

(35)

Disusun oleh Kepala Bappeda berdasarkan

hasil Musrenbang Tahunan dengan wajib

mengakomodir minimal 30% dari usulan

musrenbang kecamatan dan hasil reses

DPRD

Proporsi minimal 30% dari belanja langsung

APBD dan sesuai kemampuan keuangan

daerah

Disampaikan kepada Walikota paling lambat

minggu kedua bulan April

(36)

36

(37)
(38)

Desa: Sejarahmu duluuu...

Desa

berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya tanah air, tanah asal

atau tanah kelahiran. Istilah desa ini pada mulanya hanya dipakai di

daerah Jawa, Madura dan Bali untuk menunjukkan suatu kesatuan

masyarakat hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang

berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri

.

Sejak lahir desa sudah memiliki otonomi dan independen

Sedangkan di daerah-daerah lain digunakan istilah yang berbeda menurut

bahasa dan kebiasaan masyarakat setempat dalam menunjukan suatu

kesatuan masyarakat hukum yang setingkat dengan desa seperti halnya

Marga di Sumatera Selatan dan

Bengkulu

,

Dusun di Lampung dan Jambi,

Gampong di Aceh, Kuta di daerah Batak, Nagari di Minangkabau, Mattowa

di Bugis dan di Kalimantan Selatan disebut dengan Kampung serta masih

banyak lagi (Kartohadikoesoemo, 1953: 3).

(39)

DESA: Dari Masa ke Masa

1.

UU No. 5/1979 tentang Pemerintah Desa (pasal 1, huruf a)

Desa

adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk

sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan

terendah

langsung dibawah Camat

dan berhak menyelenggarakan

rumah tangganya sendiri dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Konsekuensi: bentuk dan istilah desa seragam; kedudukan desa di

bawah kecamatan, camat atasan langsung desa

(40)

Desa

2.

UU No 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, (pasal 1huruf o)

Desa

atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut

Desa

, adalah kesatuan masyarakat hukum yg memiliki

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat

setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan

berada di daerah kabupaten.

Konsekuensinya: bentuk dan istilah desa dikembalikan

berdasarkan asal-usul desa dan diakui oleh negara, dan

bertanggung jawab kepada bupati.

(41)

3.

UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 point 12

)

Desa

atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut

Desa

, adalah kesatuan masyarakat hukum yg memiliki

batas-batas yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat yang diakui dan dihormati

dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Konsekuensinya: bentuk dan istilah desa dikembalikan

(42)

Struktur Pemerintah Desa

UU No. 5/1979 tentang pemerintah desa

Kepala desa

Pemerintah

Desa

Lembaga Musyawarah Desa (LMD)

LMD berfungsi sbg lembaga legislatif, tetapi

tidak berfungsi optimal karena pimpinan LMD

adalah kepala desa

(43)

UU No 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah

PP No. 76/2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa

Kepala Desa

Pemerintah desa

Badan Perwakilan Desa (BPD)

Undang-undang ini mengatur secara tegas tugas dan fungsi kades dan

BPD. BPD dipilih melalui pemilu, dan berfungsi sbg lembaga perwakilan di

desa

(44)

UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah

PP No 72/2005 tentang Desa

Kepala desa

Pemerintah Desa

Badan Permusyawaratan Desa (Bamusdes)

Tugas dan fungsi Bamusdes dikembalikan seperti LMD (UU No.5/1979)

tetapi pimpinannya ditunjuk bukan melalui pemilihan dan bukan kepala

desa, melainkan dari tokoh masyarakat setempat.

(45)

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA

UU No. 22/1999 jo UU No. 32/2004 ttg Pemerintahan Daerah

Kepala desa

Keterangan: Kaur= kepala urusan (pemerintahan, pembangunan,

administrasi, keuangan, umum, kesejahteraan). Kadus=kepala dusun

BPD

Rakyat

Kadus 1

Kadus 2

Sekde

s

Kaur

(46)

UU No.22/1999 jo UU No.32/2004 tentang Pemerintahan

Daerah

Pemerintah desa adalah unsur penyelenggara pemerintahan desa yg

memiliki tugas pokok:

1.

Melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum,

pembangunan dan pembinaan masyarakat

2.

Menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah pusat, provinsi, dan

(47)

Pemerintah Desa merupakan simbol formal

dari kesatuan masyarakat desa. Pemerintah

Desa sebagai badan kekuasaan terendah,

selain memiliki wewenang asli untuk

mengatur rumah tangga sendiri (wewenang

otonomi/pemerintahan sendiri), juga memiliki

wewenang dan kekuasaan sebagai

pelimpahan dekosentrasi dari pemerintah di

atasnya.

(48)

Konsep otonomi desa?

Otonomi yg dikenal di desa adalah otonomi

asli bukan otonomi formal ala kabupaten/kota

Otonomi formal diberikan oleh pemerintah

pusat melalui UU

Sedangkan otonomi asli desa diakui melalui

UU

Artinya: jika diakui berarti sejak awal sudah

ada tidak perlu diberikan seperti prinsip

(49)

Sejarah ketatanegaraan

Sejarah ketatanegaraan di Indonesia

menunjukkan bahwasanya otonomi desa

mendapatkan pengakuan (constateringwet)

pertama kali

melalui Inlandsche Gemeente

Ordonantie 1906 (IGO) dan Inlandsche

Gemeente Ordonantie Buitengewesten

(IGOB) 1938. Undang-undang ini

mengkodifikasi penyelenggaraan

pemerintahan desa di Indonesia baik di Jawa

dan Madura maupun desa-desa di luar Jawa.

(50)

Dalam Saparin (1986: 42) dijelaskan

bahwasanya pengertian mengenai

hak/wewenang otonomi yang dimiliki oleh Desa

atau Pemerintah Desa tidak dapat disamakan

dengan pengertian hak/wewenang otonomi yang

dimiliki oleh Propinsi atau Kabupaten. Apabila

dibandingkan dengan pengertian hak otonomi

dalam ilmu ketatanegaraan pada umumnya,

maka perbedaannya terletak pada sempitnya

pengertian hak otonomi desa.

(51)

1.

Otonominya dominan melaksanakan kegiatan administratif (dekonsentrasi)

2. UU No. 5/1979 tenatng pemerintah desa

Otonominya dominan melaksanakan tugas dekonsentrasi dan midebewind

3. UU No. 22/1999 jo UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah

Inlandsche Gemeente Ordonantie 1906 (IGO)

dan Inlandsche Gemeente Ordonantie

(52)

Sehubungan dengan sifat pemerintah desa yang memiliki sedikit kewenangan,

maka fungsi-fungsi atau kegiatan administratiflah

yang lebih menonjol sesuai

dengan apa yang diatur dalam IGO dan IGOB maupun pasal-pasal HIR, dan

peraturan-peraturan daerah yang berlaku pada waktu itu.

hak otonomi pemerintahan desa waktu itu adalah hak untuk melaksanakan hal-hal

yang telah diputuskan oleh Kepala Desa bersama Rembug Desa berdasarkan

ketentuan-ketentuan atau wewenang yang diberikan melalui

perintah/peraturan/keputusan/petunjuk dari pemerintah di atasnya dalam rangka

pembinaan ketertiban, kesejahteraan rumah tangga dan masyarakat desa,

memberikan pelayanan umum dan sebagainya.

Kegiatan-kegiatan tersebut

sebagian besar bersifat kegiatan administratif.

Sedangkan mengenai kebebasan

atau cara melaksanakannya sangat dibatasi dan disesuaikan dengan adat

kebiasaan setempat yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi masing-masing

daerah/masyarakat hukum (Saparin, 1986: 43).

(53)

53

TUGAS SEKRETARIS DESA

Sekretaris Desa Membantu KADES menyusun kebijakan &

mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan

PEMDES termasuk pengelolaan KEUANGAN DESA

Mempunyai tugas koordinasi di bidang :

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APB-Des dan barang milik desa;

penyusunan rancangan RAPB-Desa dan RPAPB-Desa;

penyusunan Raperdes APB-Desa, PAPB-Desa, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB-Desa;

tugas-tugas Perangkat Desa lainnya yang berkenaan dengan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa, serta peaksanaan dan penatausahaan keuangan desa.

penyusunan laporan KEUDES dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APB-Desa

menyiapkan petunjuk pelaksanaan APB-Desa dan pengelolaan barang milik desa;

Melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan KEUDES lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh KADES.

Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada KADES.

Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa/PTPKD, yakni Perangkat Desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk melaksanakan pengelolaan KEUANGAN

DESA

Pelaksana Teknis Pengelolaan Bendahara adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan,

membayarkan dan

mempertanggungjawabkan keuangan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa.

(54)

54

PENGELOLA KEUANGAN DESA

KEPALA DESA:

(a) Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa; dan

(b) Mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang

dipisahkan.

SEKRETARIS DESA:

(a) Koordinator pelaksanaan keuangan desa; (b) Kuasa

Pengguna Anggaran/Barang Desa; (c) Menguji Tagihan (sesuai Surat

Permintaan Pembayaran/SPP dari PPTKD), dan Memerintahkan Pembayaran

(menerbitkan Surat Perintah Membayar/SPMU).

UNSUR PELAKSANA TEKNIS LAPANGAN (SEPERTI KEPALA SEKSI):

Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa.

BENDAHARA DESA:

(a) Bendahara Umum Desa; (b) Bendahara Penerimaan;

(c) Bendahara Pengeluaran; (d) Bendahara Barang.

(55)

55

FUNGSI APB-DESA

FUNGSI OTORISASI:

APB-DESA MENJADI DASAR UNTUK MELAKSANAKAN

PENDAPATAN DAN BELANJA DESA PADA TAHUN YANG BERSANGKUTAN.

FUNGSI PERENCANAAN:

APB-DESA MENJADI PEDOMAN BAGI MANAJEMEN

DALAM MERENCANAKAN KEGIATAN PADA TAHUN YANG BERSANGKUTAN.

FUNGSI PENGAWASAN:

APB-DESA MENJADI PEDOMAN UTK MENILAI

APAKAH KEGIATAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA SESUAI

DENGAN KETENTUAN YANG TELAH DITETAPKAN.

FUNGSI ALOKASI:

APB-DESA HARUS DIARAHKAN UTK MENCIPTAKAN

LAPANGAN KERJA/MENGURANGI PENGANGGURAN & PEMBOROSAN

SUMBER DAYA, SERTA MENINGKATKAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS

PEREKONOMIAN DESA.

FUNGSI DISTRIBUSI:

KEBIJAKAN APB-DES HARUS MEMPERHATIKAN RASA

KEADILAN DAN KEPATUTAN MSY.

(56)

56

PRINSIP-PRINSIP PENGANGGARAN

DALAM APB-DESA

SEMUA PENERIMAAN

(BAIK DALAM BENTUK UANG, MAUPUN

BARANG DAN/ATAU JASA)

DIANGGARKAN DALAM APB-DESA.

SELURUH

PENDAPATAN

DAN

BELANJA

DIANGGARKAN

SECARA BRUTO.

JUMLAH PENDAPATAN MERUPAKAN PERKIRAAN TERUKUR

DAN DAPAT DICAPAI SERTA BERDASARKAN KETENTUAN

PER-UU-AN.

PENGANGGARAN

PENGELUARAN

HARUS

DIDUKUNG

DENGAN ADANYA KEPASTIAN TERSEDIANYA PENERIMAAN

DALAM JUMLAH CUKUP

DAN HARUS DIDUKUNG DENGAN

DASAR HUKUM YANG MELANDASINYA.

(57)

57

STRUKTUR APB-DESA

APB-DESA TERDIRI DARI:

PENDAPATAN DESA, BELANJA DESA, DAN

PEMBIAYAAN DESA.

ANGGARAN PENDAPATAN,

DIKLASIFIKASI MENURUT:

PENDAPATAN

ASLI DESA (PADESA); BAGI HASIL PAJAK KAB/KOTA; BAGIAN DARI

RETRIBUSI

KABUPATEN/KOTA;

ALOKASI

DANA

DESA

(ADD);

BANTUAN KEUANGAN DARI PEM. PUSAT, PROVINSI, KAB/KOTA ATAU

DESA LAINNYA; HIBAH; DAN SUMBANGAN PIHAK KETIGA.

ANGGARAN BELANJA

DIKLASIFIKASI MENURUT:

ORGANISASI,

FUNGSI, PROGRAM DAN KEGIATAN, SERTA JENIS BELANJA.

ANGGARAN PEMBIAYAAN

TERDIRI DARI: PENERIMAAN PEMBIAYAAN

DAN PENGELUARAN PEMBIAYAAN.

(58)

58

STRUKTUR APB-DESA

ORGANISASI

DIKLASIFIKASI MENURUT:

PEMERINTAH DESA, BPD, LEMBAGA

KEMASYARAKATAN (LKMD, PKK, RT, RW).

FUNGSI

DAPAT DIKLASIFIKASI MENURUT:

FUNGSI-FUNGSI TERTENTU SESUAI

RUANG LINGKUP KEWENANGAN DESA (SEPERTI PELAYANAN UMUM,

EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, KETENTERAMAN DAN KETERTIBAN, DLL).

PROGRAM DAN KEGIATAN

DAPAT DIKLASIFIKASI MENURUT FUNGSI-FUNGSI

YANG

DITETAPKAN

(SEPERTI

PROGRAM

PENINGKATAN

KESEHATAN

MASYARAKAT; DAN KEGIATAN: PELAYANAN POSYANDU).

JENIS BELANJA

DIKLASIFIKASI MENURUT:

BELANJA TIDAK LANGSUNG

(BELANJA PEGAWAI/ PENGHASILAN

TETAP; BELANJA SUBSIDI; BELANJA HIBAH; BELANJA BANTUAN

SOSIAL; BELANJA BANTUAN KEUANGAN; DAN BELANJA TAK

TERDUGA.

BELANJA LANGSUNG

(BELANJA PEGAWAI, BELANJA BARANG DAN

JASA, DAN BELANJA MODAL).

(59)

59

STRUKTUR APB-DESA

BELANJA TIDAK LANGSUNG:

1. BELANJA PEGAWAI/PENGHASILAN TETAP: belanja kompensasi dalam bentuk penghasilan tetap dan tunjangan lainnya yang diberikan kepada Kepala Desa, Perangkat Desa, anggota BPD, dan/atau pengurus Lembaga Kemasyarakatan.

2. BELANJA SUBSIDI: digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada Badan Usaha Milik Desa, agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.

3. BELANJA HIBAH: digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah desa lainnya dan/atau kelompok masyarakat dan perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, serta bersifat bantuan yang tidak mengikat/ tidak secara terus menerus dan harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah desa.

4. BELANJA BANTUAN SOSIAL: digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan diberikan tidak secara terus menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif dan memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya.

(60)

60

STRUKTUR APB-DESA

BELANJA TIDAK LANGSUNG

(lanjutan):

5. BELANJA BANTUAN KEUANGAN: digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari Pemerintah desa kepada pemerintah desa lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan desa.

 Bantuan keuangan yang bersifat umum: peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah desa penerima bantuan.

 Bantuan keuangan yang bersifat khusus: peruntukan dan pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah desa pemberi bantuan.

6. BELANJA TAK TERDUGA: merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya.

 Kegiatan yang bersifat tidak biasa, yaitu untuk tanggap darurat dalam rangka pencegahan gangguan terhadap stabilitas penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat di daerah.

(61)

61

STRUKTUR APB-DESA

BELANJA LANGSUNG:

1. BELANJA PEGAWAI/HONORARIUM: untuk pengeluaran honorarium/ upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan desa.

2. BELANJA BARANG DAN JASA: digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan desa.

 Pembelian/pengadaan barang dan/atau pemakaian jasa: mencakup belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, perawatan kendaraan bermotor, cetak/ penggandaan, sewa rumah/gedung/ gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, dan perjalanan dinas. 3. BELANJA MODAL: digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.

 Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud hanya sebesar harga beli/bangun aset.

 Belanja honorarium panitia pengadaan barang/jasa dan administrasi pembelian/pembangunan untuk memperoleh setiap aset, dianggarkan pada belanja pegawai/honoraroim dan/atau belanja barang dan jasa.

(62)

62

STRUKTUR APB-DESA

ANGGARAN PEMBIAYAAN:

 PENERIMAAN PEMBIAYAAN:

1. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA): pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban kepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan.

2. Pencairan Dana Cadangan: digunakan untuk menganggarkan pencairan dana cadangan dari rekening dana cadangan ke rekening kas umum desa dalam tahun anggaran berkenaan.

 Jumlah yang dianggarkan harus sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan dalam PERDES tentang pembentukan dana cadangan.

 Penggunaan atas dana cadangan yang dicairkan dari rekekning dana cadangan

ke rekening kas umum desa dianggarkan dalam Belanja Langsung.

3. Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan: digunakan antara lain untuk menganggarkan hasil penjualan Badan Usaha Milik desa/BUMDES dan penjualan aset milik pemerintah desa yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga, atau hasil divestasi penyertaan modal pemerintah desa.

(63)

63

STRUKTUR APB-DESA

ANGGARAN PEMBIAYAAN:

 PENGELUARAN PEMBIAYAAN:

1. Pembentukan Dana Cadangan: Pemerintah Desa dapat membentuk dana cadangan guna

mendanai kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat sekaligus dibebankan dalam satu tahun anggaran.

a. Pembentukan dana cadangan ditetapkan dengan PERDES, dengan materi muatan:

tujuan pembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yang akan dibiayai, besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus dianggarkan dan ditransfer ke rekening dana cadangan, sumber dana cadangan, dan tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan.

b. Rancangan PERDES tentang pembentukan dana cadangan dibahas dan ditetapkan bersamaan dengan pembahasan Rancangan PERDES tentang APB-Desa.

c. Dana cadangan dapat bersumber dari penyisihan atas penerimaan desa, dan

penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan.

d. Dana cadangan ditempatkan pada rekening tersendiri.

e. Penerimaan hasil bunga/deviden rekening dana cadangan dan penempatan dalam

portofolio dicantumkan sebagai penambah dana cadangan berkenaan dalam daftar dana cadangan pada Lampiran Rancangan Peraturan Desa tentang APB-Desa.

(64)

64

STRUKTUR APB-DESA

ANGGARAN PEMBIAYAAN:

 PENGELUARAN PEMBIAYAAN (Lanjutan):

2. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Desa: Investasi pemerintah desa digunakan

untuk menganggarkan kekayaan pemerintah desa yang diinvestasikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

a. Investasi jangka pendek: investasi yang dapat segera

diperjualbelikan/dicairkan, ditujukan dalam rangka manajemen kas dan beresiko rendah serta dimiliki selama kurang dari 12 (duabelas) bulan (seperti deposito berjangka waktu 3 bulan s/d 12 bulan yang dapat diperpanjang secara otomatis).

b. Investasi jangka panjang: investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (duabelas) bulan yang terdiri dari investasi permanen dan non permanen.

(seperti surat berharga yang dibeli pemerintah desa).

c. Investasi permanen: bertujuan untuk dimiliki secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk diperjualbelikan atau tidak ditarik kembali, seperti kerjasama desa dengan pihak ketiga dalam bentuk penggunausahaan/pemanfaatan aset desa, penyertaan modal desa pada BUMDesa dan/atau badan usaha lainnya dan investasi permanen lainnya yang dimiliki pemerintah desa untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

(65)

65

STRUKTUR APB-DESA

ANGGARAN PEMBIAYAAN:

 PENGELUARAN PEMBIAYAAN (Lanjutan):

c. Investasi non permanen: bertujuan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau ada niat untuk diperjualbelikan atau ditarik kembali, seperti pembelian obligasi yang dimaksudkan untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh tempo, dana yang disisihkan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan/pemberdayaan masyarakat (seperti bantuan modal kerja, pembentukan dana bergulir kepada kelompok masyarakat, pemberian fasilitas pendanaan kepada usaha mikro dan menengah).

d. Investasi pemerintah desa dapat dianggarkan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam PERDES tentang penyertaan modal dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri.

3. Pemberian Pinjaman Desa: digunakan untuk menganggarkan pinjaman yang diberikan kepada pemerintah desa lainnya dan/atau kepada Badan Usaha Milik Desa atau usaha-usaha desa lainnya.

(66)

66

STRUKTUR APB-DESA

1. ANGGARAN

PENDAPATAN :

1.1. Pendapatan Asli Desa:

1.1.1. Hasil Usaha Desa:

1.1.1.1. Bagian Laba BUM-Desa. 1.1.1.2. Bagian Laba UED-SP 1.1.1.3. Pungutan Pasar Desa

1.1.1.4. Pungutan Pelelangan Ikan Milik Desa 1.1.1.5. Pungutan Tambatan Perahu

1.1.2. Hasil Kekayaan Desa:

1.1.2.1. Sewa Tanah Kas Desa 1.1.2.2. Sewa Bangunan Desa

1.1.2.3. Lain-Lain Kekayaan Milik Desa 1.1.3. Hasil Swadaya Dan Partisipasi Masyarakat 1.1.4. Hasil Gotong Royong Msy

1.1.5. Lain-lain Pendapatan Asli Desa Yang Sah 1.1.5.1. Sumbangan Dari Pihak Ketiga 1.1.5.2. Hibah Dari Pihak Ketiga

1.2. Bagi Hasil Pejak Daerah (PBB, dan jenis Pajak lainnya). 1.3. Bagi Hasil Retribusi Daerah (Retribusi Pasar, dan lainya) 1.4. Alokasi Dana Desa dari Pemerintah Kabupaten

1.5. Bantuan dari Pemerintah Atasan:

1.5.1. Bantuan dari Pemerintah Pusat 1.5.2. Bantuan dari Pemerintah Provinsi 1.5.3. Bantuan dari Pemerintah Kabupaten

(67)

67

STRUKTUR APB-DESA

2. ANGGARAN BELANJA :

2.1. Belanja Tidak Langsung:

2.1.1. Belanja Pegawai:

2.1.1.1. Penghasilan Tetap (Kades, Perangkat Desa, BPD) 2.1.1.2. Tunjangan (Kades dan BPD)

2.1.2. Belanja Hibah/Bantuan Sosial (conto: anak kel. miskin) 2.1.3. Belanja Subsidi (misalnya: utk Perpustakaan SD)

2.1.4. Belanja Tidak Terduga 2.2. Belanja Langsung:

2.2.1. Belanja Pegawai (Honorarium Kegiatan)

2.2.2. Belanja Barang dan Jasa (ATK, Listrik, Telpon, Perjalanan dinas, Pakaian dinas, dll)

2.2.3. Belanja Modal (Bangun Gedung, Komputer, Mesin Tik, dll)

3. ANGGARAN PEMBIAYAAN:

3.1. Penerimaan Pembiayaaan:

3.1.1. Sisa Leih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya 3.1.2. Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang dipisahkan 3.1.3. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

3.1.4. Pencairan Dana Cadangan 3.2. Pengeluaran Pembiayaan:

3.2.1. Pembentukan Dana Cadangan 3.2.2. Penyertaam Modal/Investasi Desa 3.2.3. Pemberian Pinjaman Desa

(68)

68

PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPB-DESA

DESA WAJIB MEMILIKI RPJM-DESA (PROGRAM 5 TAHUN).

BERDASARKAN RPJM-DESA DITETAPKAN RENCANA KERJA

PEMBANGUNAN DESA (RKP-DESA) UNTUK 1 TAHUN. BERDAARKAN RKP-DESA, DISUSUN RENCANA KERJA DAN

ANGGARAN/RKA, YAKNI: RKA OPERASIONAL PEMDES DAN

RKA PEMBERDAYAAN MSY

KADES BERSAMA BPD MEMBAHAS RANCANGAN PERDES TENTANG RAPB-DESA.

RANCANGAN PERDES TENTANG APB-DESA YG TELAH

DISETUJUI BERSAMA, SEBELUM DITETAPKAN OLEH KADES, PALING LAMBAT 3 (TIGA) HARI KERJA DISAMPAIKAN KEPADA BUPATI/WALIKOTA UNTUK DIEVALUASI;

BUPATI/WALIKOTA, HARUS MENETAPKAN EEVALUASI RAPB- DESA PALING LAMA 20 (DUA PULUH) HARI KERJA;

APABILA HASIL EVALUASI MELAMPAUI BATAS WAKTU

DIMAKSUD, KADES DAPAT MENETAPKAN RANCANGAN PERDES TENTANG APB-DESA MENJADI PERDES.

RANCANGAN PERDES TENTANG APB-DESA, DITETAPKAN OLEH KADES PALING LAMBAT 1 (SATU) BULAN SETELAH APBD KAB/KOTA DITETAPKAN.

PENYUSUNAN RANCANGAN APB-DESA PEMBAHASAN DAN PENETAPAN PERDES TENTANG APB-DESA

(69)

69

PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN APB-DESA

PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN PENDAPATAN DESA:

1. Semua pendapatan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa;

2. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya, maka pengaturannya diserahkan kepada daerah;

3. Program dan kegiatan yang masuk desa merupakan sumber penerimaan dan pendapatan desa dan wajib dicatat dalam APBDesa;

4. Setiap pendapatan desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah;

5. Kepala desa wajib mengintensifkan pemungutan pendapatan desa yang menjadi wewenang dan tanggungjawabnya;

6. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan desa;

7. Pengembalian atas kelebihan pendapatan desa dilakukan dengan membebankan pada pendapatan desa yang bersangkutan untuk pengembalian pendapatan desa yang terjadi dalam tahun yang sama.

8. Untuk pengembalian kelebihan pendapatan desa yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dibebankan pada belanja tidak terduga;

9. Pengembalian kelebihan pendapatan desa harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;

(70)

70

PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN APB-DESA

PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN BELANJA DESA:

1. Setiap Pengeluaran belanja atas beban APBDesa harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;

2. Bukti harus mendapat pengesahan oleh Sekretaris Desa atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud;

3. Pengeluaran kas desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi Perdes.

4. Pengeluaran kas desa tidak termasuk untuk belanja desa yang bersifat mengikat dan belanja desa yang bersifat wajib yang ditetapkan dalam peraturan kepala desa;

5. Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN PEMBIAYAAAN DESA:

1. Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya, merupakan penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk: (a) menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari pada realisasi belanja; (b) mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung;(c) mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan.

2. Dana cadangan: (a) Dana cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atau disimpan pada kas desa tersendiri atas nama dana cadangan pemerintah desa; (b) Dana cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai kegiatan lain diluar yang telah ditetapkan dalam Perdes tentang pembentukan dana cadangan; (c) Kegiatan yang ditetapkan berdasarkan Perdes dilaksanakan apabila dana cadangan telah mencukupi untuk melaksanakan kegiatan.

(71)

71

PELAPORAN & PERTANGGUNGJAWABAN

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

JENIS - JENIS LAPORAN KEUANGAN DESA:

1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN; 2. NERACA;

3. LAPORAN ARUS KAS; DAN

4. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (YANG HARUS MENGGAMBARKAN TENTANG HAK, KEWAJIBAN, DAN KEKAYAAN DESA PADA AKHIR TAHUN SERTA SUMBER DAN PENGGUNAANNYA);

LAPORAN KEUANGAN DESA DIPERIKSA OLEH BAWASDA KAB/KOTA SEBELUM DIAJUKAN DALAM BENTUK RANCANGAN PERDES TENTANG PERHITUNGAN APB-DESA KEPADA BPD;

PERDES TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBDESA DAN KEPUTUSAN KEPALA DESA TENTANG KETERANGAN PERTANGGUNG- JAWABAN KADES, DISAMPAIKAN KEPADA BUP/WK MELALUI CAMAT, PALING LAMBAT 7 HARI KERJA SETELAH PERDES DITETAPKAN.

(72)

72

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

PEMERINTAH PROVINSI WAJIB MENGKOORDINIR PEMBERIAN DAN PENYALURAN ALOKASI DANA DESA DARI KABUPATEN/KOTA KEPADA DESA;

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DAN CAMAT WAJIB MEMBINA DAN MENGAWASI PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA.

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA: -- MEMBERIKAN PEDOMAN DAN BIMBINGAN PELAKSANAAN ADD

-- MEMBERIKAN BIMBINGAN DAN PELATIHAN DAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DESA YANG MENCAKUP PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN APBDESA, PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNJAWABAN APBDESA

-- MEMBINA DAN MENGAWASI PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DAN PENDAYAGUNAAN ASET DESA

-- MEMBERIKAN PEDOMAN DAN BIMBINGAN PELAKSANAAN ADMINSITRASI KEUANGAN DESA

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN CAMAT:

-- MEMFASILITASI ADMINISTRASI KEUANGAN DESA

-- MEMFASILITASI PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DAN PENDAYAGUNAAN ASET DESA;

-- MEMFASILITASI PELAKSANAAN ADD

-- MEMFASILITASI PENYELENGGARAAN KEUANGAN DESA YG MENCAKUP PERENCANAAN, DAN PENYUSUNAN APBDESA, PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN APBDESA.

(73)

73

(74)

Membangun

Responsivitas

Perencanaan Pembangunan

DAERAH

terhadap

Rencana PembangunanDesa

dalam Koridor PP No.8 Tahun 2008

oleh

Haryo Habirono

Salatiga

(75)

Rasionalisasi :

Persepsi Pemerintah dan Masyarakat desa

Desa telah melaksanakan Musrenbangdes dan menyusun RPK-Desa &

APBDesa

Desa selalu diundang dalam Musrenbang Kecamatan dan mengajukan

DU RKPDes-nya

Tetapi Daftar Usulan RKP-Desa yang diajukan pada Musrenbang

Kecamatan hampir selalu tidak ada tindak-lanjutnya

Pemerintah dan Masyarakat Desa lama kelamaan jenuh dan bosan

dengan “ritual” Musrenbangcam

Pemerintah dan Masyarakat Desa merasa semakin terpinggirkan dan

tidak percaya kepada semangat pembangunan Pemerintah Daerah

Pemerintah dan Masyarakat Desa menjadi apatis terhadap Rencana

Program dan Kegiatan Pemerintah Daerah

(76)

Tujuan Utama

Perencanaan Pembangunan Daerah

1.

Meningkatkan konsistensi antar kebijakan yg dilakukan berbagai organisasi

publik dan antara kebijakan makro dan mikro maupun antara kebijakan dan

pelaksanaan

2.

Meningkatkan transparansi dan partisipasi dalam proses perumusan kebijakan

dan perencanaan program

3.

Menyelaraskan perencanaan program dan penganggaran

4.

Meningkatkan akuntabilitas pemanfaatan sumberdaya dan keuangan publik

5.

Terwujudnya penilaian kinerja kebijakan yang terukur, perencanaan dan

pelaksanaan, sesuai RPJMD sehingga tercapai efektivitas perencanaan

Proses perencanaan dilaksanakan dengan memasukkan prinsip pemberdayaan,

pemerataan, demokratis, desentralistik, transparansi, akuntabel, responsif, dan

partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur lembaga negara, lembaga

pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan

(77)

Semangat PP No.8/2008 :

Masyarakat terlibat dalam proses penyusunan

Rencana Pembangunan Daerah

Sedikitnya tertuang di dalam 7 (tujuh) pasal sbb:

(psl 2 ay.2) Perencanaan pembangunan daerah dilakukan pemerintah daerah bersama

para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing

(psl 3) Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan secara transparan, responsif,

efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berkelanjutan

(psl 17 ay.5) Penetapan program prioritas berorientasi pada pemenuhan hak-hak dasar

masyarakat, dan pencapaian keadilan yang berkesinambunan dan berkelanjutan

(psl 18 ay.1) Musrenbang RKPD merupakan wahana partisipasi masyarakat di daerah

(psl 36 ay.1.e) program urusan wajib dan urusan pilihan yg mengacu pada standar

pelayanan minimal sesuai dgn kondisi nyata daerah dan kebutuhan riil masyarakat

(psl 38) Rancangan kebijakan pembangunan daerah yg telah disusun dibahas dalam

forum konsultasi publik

(psl 52 ay.1) Masyarakat dapat melaporkan program dan kegiatan yang dianggap tidak

(78)

Renja SKPD dan RKP-Desa

Penyusunan Renja SKPD

(PP No.8/2008)

Musrenbang Desa

(SEB Bappenas-Depdagri 2007 sbg wujud pelaksanaan PP No.8/2008 psl 20) Pasal 17 ayat (3):

Kepala Bappeda mengkoordinasikan

penyusunan rancangan RKPD menggunakan Rancangan Renja SKPD dengan Kepala SKPD Pasal 27 ayat (2):

Rancangan Renja SKPD disusun dgn mengacu pada rancangan awal RKPD, Renstra SKPD, hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan periode sebelumnya, masalah yang dihadapi, dan usulan program serta kegiatan yang berasal dari masyarakat

Hasil Musrenbang Desa terdiri dari:

a) Daftar kegiatan prioritas yg akan dilaksanakan sendiri oleh Desa yg akan dibiayai dari

APBDesa, serta swadaya gotong-royong masyarakat desa

b) Daftar kegiatan prioritas yg akan diusulkan ke Kecamatan untuk dibiayai melalui APBD Kab/Kota dan APBD Propinsi

c) Daftar nama anggota delegasi yg akan membahas hasil Musrenbang Desa pada Musrenbang Kecamatan

Implikasinya: RKP-Desa diakomodasi di dalam Renja SKPD

Persoalannya: Bagaimana mekanisme pengakomodasiannya

(79)

Musrenbang Kecamatan :

“Titik Awal” Pengakomodasian Kebutuhan Masyarakat Desa

DU RKP-Desa

MUSRENBANG

Kecamatan

KUOTA

Kecamatan

(berasal dari Rancangan

Renja SKPD & pagu indikatifnya

Jaring

Asmara

DPRD

FORUM

SKPD

M U

S

R E N B

A

N G

DESA

RKP - Desa

(80)

Mekanisme Musrenbang Kecamatan:

Pengakomodasian RKP-Desa ke dalam Renja SKPD

1)

Daftar Usulan RKP-Desa yang diajukan ke Kecamatan untuk dibiayai melalui

APBD Kab/Kota dibahas di dalam Musrenbangcam, bersama-sama dengan

pagu indikatif Rancangan Renja SKPD dan hasil-hasil Jaring Asmara DPRD.

2)

Setiap Kecamatan harus sudah memiliki KUOTA KECAMATAN (yang dibedakan

dari Pagu Indikatif Kecamatan). Kuota Kecamatan adalah Pagu Indikatif

SKPD-SKPD yang akan melaksanakan program-program kegiatan di desa-desa di

lingkup wilayah kecamatan

3)

Hasil Musrenbang Kecamatan sebagai bahan (Materi) penyempurnaan

Rancangan Renja SKPD, yang kemudian melalui Forum SKPD menjadi Renja

SKPD ( lihat psl 27 ay.5 beserta penjelasannya)

4)

Selanjutnya Renja SKPD (dipadukan dengan hasil-hasil Musrenbang

Kabupaten)menjadi bahan penyempurnaan Rancangan RKPD

(81)

PROSES

PERENCANAAN

DAN

PENGANGGARAN

PEMBANGUNAN DAERAH

RPJMD Kab Renstra SKPD Renstra Kecamatan RPJM Desa/ Keluranan Rancangan RKPD Kab Ranc RKP Desa/ Kelurahan Rancangan Renja SKPD Musrenbang Desa/Kelurahan Musrenbang Kecamatan Forum SKPD K A B U P AT EN S K P D K EC AM A TAN D ES A Musrenbang Kab G u b er n u r D P R D

Juni Juli Agustus - Oktober November Desember

Evaluasi RKA PerKaDa Penjabaran APBD Ranc KUA & PPAS Pembahasan KUA & PPAS

Nota Kesepakatan KDH - DPRD Pedoman Penyusunan RKA SKPD RKA SKPD Pembahasan RKA oleh Tim Anggr Pemda Rencana APBD Pembahasan Rencana APBD Rancangan Perkada Ttg Penjabaran APBD PERDA APBD Renja Kecamatan RKP Desa/ Kelurahan RKPD Renja SKPD Persetujuan Bersama Verifikasi DPA oleh Tim Anggr

Pemda Ranc DPA SKPD DPA SKPD Januari G ub er nu r

Februari Maret - Mei

Masukan Keluaran ADD & Pagu Indikatif Block grant Jaring Aspirasi Masyarakat Konsulta si Publik

(82)

P em da SKPD K ec am ata n D es a G ub ernur D P R D Juni Januari G ub er nu r Februari April Masukan RPJMD Kab Renstra SKPD Renstra Kecamatan RPJM Desa/ Keluranan Rancangan RKPD Kab Rancangan RKP Desa/ Kelurahan Rancangan Renja SKPD Musrenbang Desa/Kelurahan Musrenbang Kecamatan Forum SKPD Musrenbang Kab Renja Kecamatan RKP Desa/ Kelurahan RKPD Renja SKPD Pagu Indikatif Maret Mei Jaring Asmara

(83)

P emd a S K P D K ec am at an D es a Gu be rn ur D P R D

Juni Juli September November Desember

G ub er nu r Evaluasi RKA PerKaDa Penjabaran APBD Ranc KUA dan PPAS Pembahasan KUA & PPAS

Nota Kesepakatan KDH - DPRD Pedoman Penyusunan RKA SKPD RKA SKPD Pembahasan RKA oleh Tim Anggr Pemda Rencana APBD Pembahasan Rencana APBD Rancangan Perkada Ttg Penjabaran APBD PERDA APBD Persetujuan Bersama

Verifikasi DPA oleh Tim Anggr Pemda

Ranc DPA SKPD DPA SKPD Agustus Oktober Konsulta si Publik

(84)

4 Event penting :

Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Penyusunan

RKPD-APBD

1.

Terlibat di dalam

Musrenbang Kecamatan

untuk

membahas dan “menetapkan” alokasi Kuota Kecamatan

(program kegiatan dan pagu indikatifnya)

2.

Terlibat di dalam

Forum SKPD

guna (a,l) memberikan

klarifikasi atas “penetapan” Kuota Kecamatan

3.

Terlibat di dalam

Musrenbang Kabupaten

untuk

mengetahui keseluruhan konteks Perencanaan

Pembangunan Daerah

4.

Terlibat di dalam

Konsultasi Publik

guna meyakini

bahwa Daftar Usulan RKP-Desa mereka diakomodasi di

dalam RPKD lengkap dengan rancangan anggarannya

(85)

Hasil dan Manfaat :

Mengakomodasian RPK-Desa ke dalam RKPD

(bagi SKPD / PEMDA)

Mekanisme Kuota Kecamatan menjamin semangat dan antusiasme para

delegasi Desa untuk berpartisipasi dan berjuang mendapatkan bagian dari Kuota

Kecamatan sesuai dengan RKP-Desa masing-masing. Disini Kuota Kecamatan

mensyaratkan bahwa setiap desa harus memiliki RKP-Desa sesuai dengan

RPJM-Desa masing-masing, dan telah di-musrenbangdes-kan.

Renja SKPD dan RKPD relatif akan lebih mudah disusun dan benar-benar

sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat desa, tanpa

menimbulkan “friksi” di antara masyarakat dalam proses pelaksanaannya;

Fungsionaris SKPD akan jauh lebih mudah melakukan monitoring atas

pelaksanaan program kegiatan yang ditetapkan karena (otomatis) akan dibantu

masyarakat

Fungsi pengawasan masyarakat (PP No.8/2008 psl 52) otomatis akan

muncul, dan SKPD sebagai Unit Pelaksana program lebih mudah menampung

keluhan masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Adapun prosedur-prosedur yang dimaksud telah disiapkan meliputi: prosedur PIT (Physical Inventory Taking), penghentian sementara (cut-off) kegiatan penggunaan bahan nuklir,

Selanjutnya contoh akomodasi, siswa menyadari bahwa benda-benda tersebut tidak sama persis dengan lingkaran (terjadi ketidakseimbangan dalam diri siswa), tetapi benda-benda

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah dengan judul Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Pasca Operasi Ruptur Anterior Cruciate Ligamen, Lateral

Kemudian juga pada masa yang sudah sangat global ini pekerjaan pun bisa dilakukan melalui media sosial seperti bertukar informasi tanpa bertemu tatap muka, hal yang membuat saya

MDS is expected to benefit from (i) having more liquidity in the trading of its shares on the IDX, (ii) potentially receiving certain tax benefits in the form of

Sehubungan dengan rujukan tersebut di atas, diumumkan bahwa nama dan alamat penyedia berikut ini telah ditetapkan sebagai penyedia sebagai berikut :.. Nama paket pekerjaan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatan hasil belajar melalui strategi pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kompetensi Dasar

Tabel 3 Penelitian Terdahulu Peneliti Raharja dan Sari (2008) Adrian (2010) Sejati (2010) Susilowati &Sumarto (2010) Estiyanti dan Yasa (2012) Kemampuan Rasio Keuangan dalam