• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE. Penelitian Tahap II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHAN DAN METODE. Penelitian Tahap II"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap ;

Penelitian Tahap I

Penelitian Tahap II

Penelitian Tahap III

Gambar 4 Bagan alir tahap penelitian.

Tahap I : Penentuan Koefisien dan Indeks Sinkronisasi Degradasi Protein dan BO Bahan Pakan dalam Rumen.

Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan koefisien degradasi protein dan BO bahan pakan secara in sacco (Orskov adan McDonald 1979) yang digunakan untuk menentukan indeks sinkronisasi penyediaan N dan BO terfermentasi berdasarkan nisbah degradasi protein dan BO per jam (hourly degradation) dalam rumen, selanjutnya indeks sinkronisasi ini dijadikan dasar dalam formulasi ransum yang sinkron penyediaan N-protein dan energi untuk sintesis protein mikroba rumen yang efisien.

Bahan Pakan

Terdiri atas dua kategori, yakni bahan pakan hijauan dan pakan konsentrat baik yang konvensional (biasa diberikan) maupun yang inkonvensional berupa hasil ikutan /limbah agroindustri (onggok, ikan asin afkir dan jerami yang diolah) (Tabel 3).

Penentuan Koef.dan Indeks Sinkr. Deg. Protein & BO Bahan Pakan dlm umen. Tujuan : Mengetahui indeks sinkr. deg protein dan BO pd. nisbah sinkronisasi degradasi protein dan BO (20, 25, dan 30 g N/kg BO) bahan pakan dlm rumen.

Penentuan Nisbah Optimum Sinkr.Deg. Protein dan BO Ransum dalam Rumen. Tujuan : Mengetahui nisbah optimum sinkr.deg. protein dan degradasi BO (20, 25, dan 30 g N/kg BO) untuk efisiensi sintesis N mikroba rumen & efi.ransum.

Penentuan Kebutuhan Energi dan Protein Ransum dlm. Ransum yang Sinkron Degradasi Protein dan BO ransum dalam Rumen

Tujuan : Mengetahui kebutuhan energi dan protein yg optimal dlm.ransum yg sinkron untuk efisiensi sintesis Nmikroba rumen dan efisiensi ransum.

(2)

Tabel 3 Komposisi kimia (%) bahan pakan hijauan dan konsentrat yang dievaluasi secara in sacco

Kelompok

Bahan Pakan BK BO SK PK LK Abu BETN TDN

Konsentrat : Sumber energi : D e d a k 92.14 90.27 13.57 13.81 11.49 9.73 51.40 74.50 O n g g o k 83.32 99.15 11.74 3.15 0.90 0.85 83.36 83.84 Silase onggok+) 90.32 97.37 14.34 3.15 1.03 2.63 78.85 76.32 Singkong 47.35 99.83 1.29 6.60 1.10 0.17 90.84 87.96 Ubi jalar 38.24 98.80 0.82 3.33 0.97 1.20 93.68 85.97 J a g u n g 88.90 97.13 1.18 10.27 4.01 2.87 81.17 77.35 Sumber protein: Ampas tahu 80.70 96.61 13.02 28.16 6.12 3.39 49.31 78.26 Bk. kedele 88.58 92.26 5.60 48.81 1.26 7.74 36.59 81.63 Bk. kelapa 89.21 79.74 9.73 17.62 9.65 20.26 42.74 65.29 Bk.in.sawit/BIS 90.73 87.59 13.85 18.04 4.14 12.41 51.56 63.92 Tep. ikan 87.21 59.89 11.20 22.66 3.35 40.14 22.68 12.30 H i j a u a n : . R u m p u t : R. lapangan 34.28 93.01 26.10 11.22 2.86 6.98 52.83 69.51 R. g a j a h 31.71 92.14 29.80 12.44 0.33 7.85 49.57 67.12 R. r a j a 25.52 96.93 34.32 13.61 2.00 3.07 47.00 59.25 Jr.padi moniasi*) 44.28 82.52 26.05 10.95 0.70 17.48 44.82 61.48 Leguminosa :

Jer. kac. tanah 19.25 88.04 21.74 18.99 3.08 11.96 44.23 65.53

Jer. kedele 29.53 92.35 16.92 19.83 3.44 7.64 52.16 66.61

D.turi 33.90 95.31 11.28 20.81 4.53 4.68 58.69 76.27

D.gamal 28.44 93.54 15.21 17.37 4.25 6.46 56.71 63.54

D.lamtoro 22.90 93.64 17.54 13.97 2.43 6.36 59.70 83.12

D. kaliandra 28.43 95.39 17.61 21.08 5.91 4.61 50.79 75.23

Keterangan : *) Amoniasi dengan 4% N-protein-urea/kg jerami padi, dan menggunakan kotoran ayam sebagai sumber urease (Warly et al. 1997).

+) Ensilase onggok untuk menurunkan kadar HCN (Yerizal 2001).

Hewan Percobaan

Dua ekor sapi berfistula rumen dengan berat sekitar 140 kg, ditempatkan dalam kandang individu (2.5 x 1.2 m) yang dilengkapi tempat makan dan minum. Pemberian pakan sebanyak 1.1 x kebutuhan energi hidup pokok (rekomendasi AFRC 1993; diacu Richardson et al. 2003) dilakukan 2 x sehari pukul 8.00 dan 16.30. Air minum tersedia setiap saat (ad libitum).

Prosedur Inkubasi

(3)

hijauan diris-iris sepanjang 5 mm agar lewat saringan 2 mm untuk diperoleh ukuran partikel > 45 µm. Sekitar 5 gram sampel dimasukkan ke dalam kantong nilon berukuran 14 x 9 cm. Sebanyak 8 kantong berisi sampel tersebut dimasukan kedalam rumen sebelum pemberian makan pagi. Kemudian diambil setelah interval waktu inkubasi tertentu, yaitu untuk pakan hijauan adalah 2, 4, 6, 12, 24, 48, 72 jam sementara untuk pakan konsentrat adalah 2, 4, 6, 8, 12, 24, 48 jam. Selanjutnya kantong dicuci dengan air mengalir. Kantong nilon yang berisi sampel tanpa diinkubasi dalam rumen, dicuci seperti tersebut di atas untuk menentukan jumlah komponen yang cepat larut pada waktu t = 0 (fraksi a). Setelah pencucian, kantong yang berisi residu sampel dikeringkan dalam oven 60o C dan ditimbang lagi, selanjutnya diketahui nilai degradasi protein dan degradasi BO.

Koefisien degradasi ditentukan dengan memasukkan data nilai degradasi protein dan atau BO tersebut ke dalam persamaan menurut Orskov dan McDonald (1979), sebagai berikut : p = a + b (1 – e-ct) (1)

dimana : p adalah jumlah kumulatif yang terdegradasi pada waktu t, a adalah fraksi yang cepat terlarut, b adalah fraksi yang potensial didegradasi dalam rumen, c adalah laju degradasi fraksi b, dan t adalah waktu dalam jam.

Tingkat degradasi efektif yakni menggunakan persamaan :

p = a + ((bc)/(c+k)) (1-e-(c-k)t) (2)

dimana : k adalah laju pakan yang solid dari rumen, besarnya untuk konsentrat dia-sumsikan sebesar 5 %/jam dan hijauan 3 %/jam (Nocek dan Russell 1988).

Bila ada lag phase, tingkat degradasi efektif tersebut dihitung sebagai berikut; p = a + b ((bc)/(c+k)(1-e-(c-k) (t-lag))(e-klag) (3) dimana :a, b, dan c adalah yang tersebut di atas dan lag phase dalam jam. Keterangan :

Urea diasumsikan mempunyai fraksi a sebesar 0.90 dan sisanya yang terdegradasi 0.10 dengan laju degradasi (c) sebesar 0.5 %/jam (Richardson et al. 2003). “Hourly degradation” protein dan BO dihitung sebagai perbedaan degradasi antara waktu yang berurutan dan dialokasikan pada jumlah jam sehari (Sinclair et al. 1993).

(4)

Indeks sinkronisasi dihitung dari nilai “hourly” protein dan BO yang didegradasi tersebut menggunakan persamaan (Sinclair et al. 1993) sebagai berikut :

Indeks Sinkronisasi = 25 24 ) / 25 ( 25 24 1 2

− − − hourlyN OM (4)

dimana : 25 = 25 gr N-protein/kg BO terfermentasi dalam rumen, diasumsikan rasio yang optimal. Indeks sinkronisasi dengan nilai 1 menunjukkan sinkronisasi sempurna antara penyediaan N-protein dan BO selama sehari dan nilai < 1 diindikasikan tidak sinkron. Angka ”25” pada persamaan (4) diganti dengan angka 20 dan 30 untuk menentukan indeks sinkronisasi pakan pada nisbah 20 g N/kg BO dan pada nisbah 30 g N /kg BO terfermentasi dalam rumen. Sehingga setiap bahan pakan mempunyai tiga macam nilai indeks sinkronisasi yakni indeks sinkronisasi pada nisbah 20 g N /kg BO terfermentasi (I20), nisbah 25 g N /kg BO terfermentasi (I25), dan indeks sinkronisasi pada nisbah 30 g N/kg BO terfermentasi (I30). Selanjutnya dapat disusun tiga macam ransum yang mana bahan pakannya sama tetapi berbeda nisbah sinkro-nisasi degradasi protein dan degradasi BO dalam rumen (20, 25, dan 30 g N /kg BO terfermentasi dalam rumen). Ketiga ransum tersebut digunakan untuk penelitian tahap II. Tahap II : Penentuan Nisbah Optimum Sinkronisasi Degradasi Proteina dan BO dalam Rumen.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nisbah optimum sinkronisasi de-gradasi protein dan dede-gradasi BO untuk efisiensi sintesis N mikroba rumen dan efi-siensi ransum.

Menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan ; Sebagai perlakuan adalah tiga macam ransum yang berbeda nisbah N terse-dia dan BO terfermentasi dalam rumen,yaitu : 20, 25 dan 30 g N /kg BO ransum yang terfermentasi dalam rumen. Ketiga ransum tersebut disusun dari bahan pakan yang sama (Tabel 4) dan mempunyai kandungan protein dan TDN serta indeks sinkroni- sasi yang relatif sama (Tabel 5).

(5)

Tabel 4 Komposisi kimia (%) dan indeks sinkronisasi bahan pakan ransum penelitian Pakan BK BO PK SK LK Abu TDN I20 1) I25 I30 R.lap 35.6 94.3 10.2 27.8 2.0 5.7 63.7 0.538 0.430 0.359 Dedak 87.8 90.8 13.0 11.6 8.6 9.2 66.8 0.277 0.621 0.851 Jagung 85.8 99.1 7.7 0.9 3.5 0.9 81.9 0.660 0.528 0.440 Bk.kel. 89.2 79.7 17.6 9.7 9.7 20.3 65.3 0.827 0.695 0.580 Tp.ikan 87.2 59.8 22.7 11.2 3.4 40.2 12.3 -0.167 0.266 0.555 Mineral 100 . - - - 100 - - - -

Keterangan : 1) indeks sinkronisasi penyediaan N-protein dan energi pakan dikaitkan dengan efisiensi sintesis N mikroba, yakni sebesar 20, 25, 30 g N/kg BO terfermentasi dalam rumen

Tabel 5 Komposisi pakan dan kimia (%) serta indeks sinkronisasi ransum penelitian Pakan R20 R25 R30 Rumput lapangan 27.24 27.16 50.00 Dedak 21.52 29.03 30.67 Jagung 38.55 34.30 14.02 Bungkil kelapa 5.50 0.21 2.10 Tepung ikan 6.68 8.80 2.71 Mineral 0.50 0.50 0.50 , Bahan kering 72.93 72.98 61.52 Bahan organik 91.83 91.41 92.19 Protein 11.04 11.23 11.16 Serat kasar 11.70 12.23 18.09 Lemak kasar 4.50 4.55 4.43 A b u 8.17 8.59 7.81 B E T N 6.59 63.40 58.51 T D N 6.69 65.98 65.50

Indeks sinkronisasi ransum 0.500 0.503 0.529

Keterangan : R20; R25; R30 adalah ransum berturut-turut disusun bahan pakan mempunyai I20, I25, dan I30.

dan dibagi menjadi empat kelompok. Sapi tersebut digunakan sebagai hewan perco-baan (in vivo) untuk mengetahui pengaruh ransum perlakuan tersebut. Periode pene-litian adalah selama 37 hari, 14 hari untuk periode adaptasi, 14 hari periode pengge-mukan dan 7 hari menjelang akhir penelitian untuk periode koleksi. Setiap ransum perlakuan diberikan kepada 4 ekor sapi yang ditempatkan secara acak pada kandang individu (2.5 x 1.5 m). Pemberian ransum dilakukan 2x sehari dengan takaran sama pada pukul 8.00 dan 16.30. Air minum tersedia setiap saat (ad libitum).

(6)

Penimbangan dilakukan pada awal/akhir periode sebelum pemberian makan pagi dan dilakukan 3 hari berturut-turut untuk mendapatkan berat rata-rata.

Pada periode koleksi setiap harinya dilakukan pengukuran konsumsi ransum (selisih yang diberikan dengan sisa pakan), pengumpulan feses dan urin. Feses yang terkumpul ditimbang, diambil contoh sebanyak 10% untuk dianalisis. Pada penam-pung urin ditambah sekitar 25 ml 10% H2SO4 untuk menghindari terjadinya pengu-apan N-urin dan kerusakan derivat purin oleh bakteri. Cairan rumen diambil dari sapi berfistula rumen yang diberi makan ransum perlakuan, yaitu sebelum diberi makan pagi (0 jam) dan 3, 6, 9 setelah pemberian makan.

Peubah yang diamati adalah konsumsi dan daya cerna bahan kering (BK), BO dan protein ransum, retensi N; allantoin dalam urin (Chen dan Gomes 1992), para-meter cairan rumen (VFA, NH3, dan pH rumen) pertambahan berat badan (PBB), dan efisiensi ransum. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam untuk rancangan acak kelompok (RAK) dengan menggunakan Prosedur GLM SAS (2004).

Ransum perlakuan yang memberikan pengaruh terbaik dijadikan rujukan untuk penelitian tahap III, yaitu ransum yang mempunyai nisbah degradasi protein dan BO yang sinkron sebesar 20 N-protein/kg BO terfermentasi dalam rumen.

Tahap III : Kandungan Energi dan Protein dalam Ransum Berbasis Sinkroni- sasi Degradasi Protein dan BO Ransum dalam Rumen Sapi Lokal

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kebutuhan energi dan protein yang op-timal dalam ransum yang nisbah sinkronisasi degradasi protein dan bahan organik da-lam rumen sebesar 20 g N/kg BO terfermentasi dada-lam rumen, agar diperoleh efisie-nsi sintesis N mikroba rumen dan pertumbuhan sapi lokal serta efisieefisie-nsi ransum.

Menggunakan bahan yang telah dianalisis proksimat dan diketahui nilai indeks sinkronisasinya (I20) (Tabel 4), disusun 6 macam ransum mengikuti rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial 2 x 3. Faktor A adalah level TDN ransum, yaitu A1 = 65%; A3 = 70%. Faktor B adalah level protein ransum, yaitu B1 = 10%; B2 = 12%; B3 = 14%. Semua ransum tersebut sinkron dalam hal penyediaan N-protein dan energi untuk fraksi mikroba dalam rumen, yaitu nisbah yang optimal sinkronisasi degradasi protein dan BO yang terfermentasi dalam rumen yakni 20 g N/kg BO (Tabel 6).

(7)

Tabel 6 Komposisi pakan dan kimia (%) serta indeks sinkronisasi ransum penelitian Pakan R1 R2 R3 R4 R5 R6 R.lapangan 86.28 43.43 32.95 22.15 13.17 8.98 Dedak - 6.27 6.06 23.09 21.70 32.64 Jagung 6.73 37.97 28.27 29.12 20.04 18.96 Bk.kelapa 6.48 8.08 23.67 23.02 37.57 36.76 Tp.ikan 0.01 3.75 8.55 2.12 7.02 2.16 Mineral 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 BK 38.98 53.51 59.16 66.18 73.69 77.71 BO 93.15 92.96 88.58 90.34 86.15 87.51 PK 10.45 10.45 12.44 12.05 13.93 13.60 SK 24.67 14.35 13.38 11.57 10.80 10.27 LK 2.60 3.64 4.74 5.74 6.69 7.27 Abu 6.85 7.04 11.42 9.65 13.84 12.49 BETN 55.43 64.52 58.02 60.99 54.74 56.37 TDN 64.67 68.65 64.67 68.65 64.67 67.30 R D P 1) 7.27 6.38 6.74 6.84 7.17 7.27 R U P 2) 3.18 4.07 5.70 5.21 6.76 6.33 Fermented OM 66.33 62.04 56.77 57.60 52.64 53.66 Unfermented OM 26.82 30.92 31.81 32.74 33.51 33.85 Ind.sinkr. 0.562 0.562 0.562 0.562 0.562 0.564

Keterangan : R1= ransum 10% PK, 65% TDN; R2 = ransum 10% PK, 70% TDN; R3 = ransum 12% PK, 65%

TDN; R4 =ransum 12% PK, 70% TDN; R5 = ransum 14% PK, 65% TDN; R6 = ransum 14%

PK, 70% TDN; 1)RDP = rumen degradable protein; 2) RUP = rumen undegraded protein

Setiap ransum diberikan kepada 3 ekor sapi (umur 1-1.5 tahun dan bobot badan 90–135 kg) yang ditempatkan secara acak pada kandang individu (2.5 x 1.5 m). Pem- berian ransum untuk pertumbuhan yang optimal, diberikan 2 x sehari dengan takaran sama pada pukul 8.00 dan 16.30.Air minum tersedia setiap saat (ad libitum).

Periode penelitian adalah selama 37 hari, 14 hari untuk periode adaptasi terha- dap ransum perlakuan,14 hari periode penggemukan dan 7hari menjelang akhir pene- litian untuk periode koleksi. Pada periode koleksi setiap harinya dilakukan pengu-kuran konsumsi ransum, pengumpulan feses dan urin. Feses yang terkumpul ditim-bang, disampling sebanyak 10% untuk dianalisis. Pada penampung urin ditambah se-kitar 25 ml 10% H2SO4 untuk menghidari terjadinya penguapan N-urin dan kerusakan derivat purin oleh bakteri. Penimbangan dilakukan seminggu sekali sebelum pembe-rian makan pagi. Cairan rumen diambil dari sapi berfistula rumen yang diberi makan ransum perlakuan, yaitu sebelum diberi makan pagi (0 jam) dan 3, 6, 9 jam setelah

(8)

pemberian makan.

Keenam ransum tersebut dilihat pengaruhnya terhadap konsumsi dan kecernaan BK, BO, PK dan serat kasar (SK) ransum, retensi N, allantoin urin, blood urea nitro-gen (BUN), parameter cairan rumen, pertambahan berat badan (PBB), dan efisiensi ransum. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam untuk rancangan acak kelompok (RAK) dengan menggunakan Prosedur GLM SAS (2004).

Pengukuran Peubah Pengukuran Konsentrasi VFA Cairan Rumen

Konsentrasi VFA diukur dengan menggunakan metode steam destilation (GLP 1966). Sebanyak supernatan cairan rumen dimasukan kedalam tabung destilasi kemu-dian ditambahkan 1 ml H2SO4 15%. Tabung secepatnya ditutup sumbat karet yang te-lah dihubungkan dengan pipa destilasi berdiameter ± 0.5 cm. Kemudian ujung pipa yang lain dihubungkan dengan alat pendingin Leibig. Tabung destilasi dimasukkan kedalam labu destilasi yang telah berisi air mendidih tanpa menyentuh permukaan air tersebut.

Hasil destilasi ditampung dalam Erlenmeyer 500 ml yang telah diisi 5 ml NaOH 0.5 N. Destilasi selesai pada saat jumlah destilat yang tertampung mencapai 300 ml. Destilat yang tertampung ditambahkan indikator phenolphthalein (pp) seba-nyak 2-3 tetes lalu dititrasi dengan HCL 0.5 N sampai terjadi perubahan warna dari merah jambu menjadi tidak berwarna (bening). Kadar VFA total dapat dihitung sebagai berikut :

VFA total (mM) = (ml HCL – ml blanko) x N HCl x 1000/5

Pengukuran Konsentrasi NH3 Cairan Rumen

Analisis konsentrasi NH3 cairan rumen dilakukan dengan metode destilasi. Reagen yang digunakan adalah trichloro acid (TCA) 20 %; indikator asam borat 2 %; Na tetra borat jenuh; dan H2SO4 0.02 N.

Sampel cairan rumen sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tabung centrifuge kemudian ditambahkan TCA 20% sebanyak 3 ml. Selanjutnya dilakukan centrifuge

(9)

selama 15 menit. Kemudian pada supernatan diambil 3 ml dan dimasukkan ke dalam labu destilasi. Pada labu destilasi ditambahkan Na tetra borat jenuh sebanyak 15 ml. Destilat ditampung dalam gelas piala yang berisi 5 ml indikator asam borat 2 % sampai volume keseluruhannya sebanyak 20 ml. Setelah itu destilat dititer dengan H2SO4 0.02 N sampai larutan berwarna biru. Konsentrasi NH3 cairan rumen dapat di-hitung dengan rumus sebagai berikut :

Konsentrasi NH3 cairan rumen (mg/100ml) = 0.28 x volume titer x 100

Pengukuran pH Cairan Rumen

Pengukuran pH cairan rumen dilakukan dengan menggunakan pH meter.

Sintesis N Mikrobial

Sintesis N mikroba rumen diestimasikan berdasarkan ekskresi total derivate purin (DP) urin yakni allantoin. Estimasi sintesis N mikroba rumen dihitung menurut Chen dan Gomes (1992), yakni dengan rumus :

Y = 0.85 X + 0.385 BB0.75 N mikroba rumen (gN/hr) = 1000 83 . 0 116 . 0 70 ) / ( x x x hari mmol X = 0.727 X Keterangan : Y = ekskresi DP (mmol/hari) X = absorbsi purin

0.85 = proporsi DP melalui plasma dan diekskresikan lewat urin 0.385 BB0.75 = kontribusi endogenus pada ekskresi DP

0.83 = koefisien cerna untuk N mikroba rumen 70 = kandungan N purin (mg/mmol)

0.116 = rasio N purin : total N pada biomas mikroba rumen

Konsentrasi allantoin dalam urin diukur dengan spektrofotometer dengan ppanjang gelombang 522 nm. Allantoin dihidrolisis dalam kondisi alkali pada suhu 100 0C menjadi asam allantoat yang kemudian akan didegradasi menjadi urea dan asam glioksilat dalam larutan asam. Asam glioksilat akan bereaksi dengan

(10)

phe-nilhidrazin hidroklorid menjadi phenilhidrazon yang akan membentuk senyawa ber-warna dengan potassium ferrisianida.

Reagen yang digunakan adalah NaOH 0.5 M; HCL 0.5 M; Phenilhidrazin hi-droclorid 0.023 M yang dipreparasi segar sebelum digunakan (0.1663 g phenil-hidrazin hidroklorid dilarutkan dengan aquades sampai volume 50ml). Urin diencer-kan yakni 1 ml urin diencerdiencer-kan 10 - 40 kali tergantung kepekatannya sehingga dapat masuk dalam kisaran larutan standar yang digunakan. Sebanyak 1 ml urin yang telah diencerkan dimasukkan dalam tabung reaksi ditambah 5 ml aquades dan 1 ml 0.5 M NaOH, dicampur sehingga homogen dengan vortex. Tabung dimasukkan dalam oil bath bersuhu 100 0C selama 7 menit kemudian didinginkan. Selanjutnya ditambah-kan 1 ml HCL 0.5 M dan 1 ml phenilhidrazin dan dicampur sehingga homogen de-ngan vortex, diinkubasikan kembali dalam oil bath bersuhu 100 0C selama 7 menit dan didinginkan dalam alcohol ice. Sebanyak 3 ml HCl pekat dingin dan 1 ml potas-sium ferrisianida dicampur dengan vortex, dan setelah 20 menit dilakukan pembacaan pada panjang gelombang 522 nm.

Konsumsi Nutrien

Konsumsi nutrien diperoleh dengan menimbang makanan yang diberikan dikalikan dengan kandungan nutrien (BK, BO, SK, PK), kemudian dikurangi sisa makanan yang dikalikan kandungan nutrien tersebut.

Kecernaan Nutrien

Kecernaan nutrien dihitung berdasarkan selisih antara nutrien (BK, BO, SK, PK) yang dikonsumsi dengan jumlah nutrien tersebut dalam feses, kemudian dibagi dengan nutrien yang dikonsumsi dan dikalikan 100%.

Kecernaan (%) = 100% dikonsumsi yang nutrien feses dalam nutrien -dikonsumsi yang nutrien x

Pertambahan Bobot Badan Harian Sapi

Pertambahan bobot badan (PBB) harian diperoleh dari selisih antara bobot badan akhir periode pengamatan dengan bobot badan awal periode pengamatan

(11)

dibagi waktu periode pengamatan. Pertambahan bobot badan harian sapi dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

PBBH = t1 -t2 W1 -W2 Keterangan :

PBBH = pertambahan bobot badan harian sapi

W2 = bobot badan sapi pada akhir periode pengamatan W1 = bobot badan sapi pada awal periode pengamatan t2 = waktu akhir periode pengamatan

t1 = waktu awal periode pengamatan

Retensi Nitrogen (Nitrogen Retention)

Retensi nitrogen diketahui dengan cara menghitung jumlah nitrogen makanan yang dikonsumsi dikurangi dengan nitrogen yang keluar melalui feses dan urin.

Efisiensi Penggunaan Ransum

Efisiensi penggunaan ransum dihitung berdasarkan perbandingan antara pertambahan bobot badan harian dan konsumsi bahan kering (BK) ransum.

Protein Efficiency Ratio (PER)

Protein efficiency ratio dihitung berdasarkan perbandingan antara pertambahan bobot badan harian dan konsumsi protein ransum.

Pengukuran Blood Urea Nitrogen (BUN)

Analisis konsentrasi urea plasma darah dilakukan dengan metode Berthelot (Chaney dan Marbach 1962). Membuat tiga macam larutan : 1) plasma darah dien-cerkan dengan cara 20 µl plasma darah + 500 µl larutan NaCl fisiologis, diambil 50 µl plasma darah yang telah diencerkan + 20 µl urease suspension; 2) 20 µl larutan standar urea diencerkan dengan 500 µl larutan NaCl fisiologis, diambil 50 µl larutan standar yang telah diencerkan + 20 µl urease suspension; 3) reagen blank dibuat dengan mengencerkan 20 µl urease suspension dengan 50 µl aquabidest.

(12)

Ketiga macam larutan di atas diinkubasikkan pada suhu 37 0C selama 15 menit. Kemudian ditambahkan 500 µl phenol reagen dan 500 µl hypoclorit solution. Selanjutnya diinkubasi kembali pada suhu 37 0C selama 10 menit. Absorban sampel dan standar dibaca diselingi dengan blank untuk mengenolkan. Pembacaan absorban dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer coleman 44 dengan panjang gelombang 578 nm.

Konsentrasi urea plasma darah dihitung sebagai berikut : Konsentrasi urea plasma darah (mg/100ml) = Absorban sampel x

standar Absorban

40

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2006 sampai dengan 28 Januari 2008, dan dilaksanakan di Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang dan laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) Fakultas Peternakan IPB, Bogor.

Gambar

Tabel 3   Komposisi kimia (%) bahan pakan hijauan dan konsentrat yang                   dievaluasi secara in sacco
Tabel 4  Komposisi kimia (%) dan indeks sinkronisasi bahan pakan ransum                 penelitian  Pakan BK BO PK SK LK Abu TDN I 20  1)  I 25  I 30  R.lap  35.6 94.3 10.2 27.8   2.0   5.7 63.7 0.538  0.430 0.359  Dedak  87.8 90.8 13.0 11.6   8.6   9.2 66
Tabel 6  Komposisi pakan dan kimia (%) serta indeks sinkronisasi                  ransum penelitian    Pakan R 1  R 2  R 3  R 4  R 5  R 6  R.lapangan    86.28  43.43  32.95  22.15  13.17    8.98  Dedak  -   6.27    6.06  23.09  21.70  32.64  Jagung  6.73

Referensi

Dokumen terkait

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan

Keripik wortel ini bisa nikmati oleh berbagai kalangan, baik anak-anak, orang tuan, maupun dewasa dengan harga yang terjangkau Dengan adanya keripik wortel ini

Mana kala siswa diluar wilayah sekolah tentu saja sekolah akan sulit mengawasi atau bahkan memberikan kekangan ketika berada didalam lingkungan sekolah,

Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berPenerapan Fungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan

Puji syukur kepada Allah SWT atas anugerah dan berkah-Nya yang melimpah sehingga penulis berhasil menyelesaikan Laporan Akhir dengan judul “Analisis Terhadap metode perhitungan

Seorang manajer di dalam perusahaan harus mampu melihat prospek perusahaan atau mampu meramalkan laba perusahaan sehingga dapat mengetahui perkembangan atau kondisi

1) Pada perlakuan pertama menggunakan biji utuh dan diberi aquades didapatkan hasil tidak ada satupun biji yang berkecambah dengan presentase