1 HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA PULOSARI KEBAKKRAMAT KECAMATAN
KEBAKKRAMAT KABUPATEN KARANGANYAR
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran
Diajukan Oleh : Astuti Susanti J500110032 Diajukan Oleh: Astuti Susanti J500110032 FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
3 ABSTRAK
HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA PULOSARI KEBAKKRAMAT KECAMATAN
KEBAKKRAMAT KABUPATEN KARANGANYAR
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Astuti Susanti, Burhannudin Ichsan, Erika Diana Risanti
Latar Belakang: Diare menyebabkan 1,87 juta kematian tiap tahunnya di seluruh dunia pada anak usia dibawah lima tahun dan hampir 80% kematian terjadi di negara-negara berkembang. 2,6 milyar penduduk dunia hidup dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk, dan sanitasi lingkungan bertanggung jawab 7% kematian yang disebabkan oleh diare.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di desa Pulosari Kebakkramat Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.
Metode: Penelitian yang digunakan bersifat observasional analitik dengan pendekatan Cross sectional.
Hasil: Terdapat hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di desa Pulosari Kebakkramat Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar di uji dengan Chi-Square didapatkan p=0.000 (p<0,05) yang artinya bermakna secara statistik.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di desa Pulosari Kebakkramat Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.
__________________________________________________________________ Kata Kunci : Sanitasi Lingkungan, Diare pada balita
4 THE RELATIONSHIP OF ENVIRONMENTAL SANITATION WITH
DIARRHEA INCIDENCE TO THE CHILDREN IN PULOSARI VILLAGE KEBAKKRAMAT DISTRICT REGENCY OF
KARANGANYAR
Faculty of Medicine University of Muhammadiyah Surakarta Astuti Susanti, Burhannudin Ichsan, Erika Diana Risanti
Background: The diarrhea caused 1.87 million deaths in worldwide each year to the children aged under five years and nearly 80% of deaths occur in the developing countries.2.6 billion people live in the condition of bad environment sanitation, and environmental sanitation responsible for 7% of deaths caused by the diarrhea.
Objective of the study: to determine the relationship of environmental sanitation with diarrhea incidence to the children in Pulosari village, Kebakkramat district, regency of Karanganyar.
Method: The study used an observational cross-sectional analytic approach The Result: There is a relationship between environmental sanitation with diarrhea incidence to the children in Pulosari village, Kebakkramat district, regency of Karanganyarwere tested with Chi-Square obtainedp=0.000 (p<0,05)which means statistically significant.
The Summary: There is a relationship between environmental sanitation with diarrhea incidence to the children in Pulosari village, Kebakkramat district, regency of Karanganyar
_____________________________________________________________ Keywords: Environmental Sanitation, Diarrhea to the children
5 Pendahuluan
Diare adalah suatu penyakit pencernaan atau adanya gangguan usus ditandai dengan gangguan frekuensi abnormal dan fluiditas evakuasi tinja.1 Penyakit diare adalah salah satu penyakit yang menjadi beban utama kesehatan di negara-negara yang memiliki sumber daya yang terbatas, selain itu diare sendiri memiliki kontribusi besar terhadap morbiditas dan mortalitas. Penyakit diare diperkirakan menyebabkan 1,87 juta kematian tiap tahunnya di seluruh dunia pada anak usia dibawah lima tahun.2
Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama pada negara berkembang. Masalah tersebut terlihat dari besar dan tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan terjadi 4 milyar kasus di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak usia dibawah lima tahun.3 Penyakit diare merupakan penyebab utama kematian bayi di Indonesia.4
Empat puluh persen populasi dunia atau sekitar 2,6 milyar penduduk hidup dengan kondisi sanitasi yang tidak memadai. Dalam hal ini sanitasi lingkungan dan kebersihan bertanggung jawab sekitar 7% kematian di negara berkembang yang disebabkan oleh diare.5
Adanya penyakit diare disebabkan oleh keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat yang tidak menguntungkan.6 Beberapa faktor yang bisa mengakibatkan gejala yang berat pada penderita diare ialah tidak layak dan memadainya penyediaan air bersih, kurang memadainya sarana kebersihan (MCK), dan buruknya sanitasi lingkungan.7 Metode
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional yang dilaksanakan mulai bulan November 2014 sampai Desember 2014. Pemilihan subjek dilakukan secara Cluster Sampling pada balita yang sedang mengalami diare dan pernah mengalami diare dalam 3
6 diare kronik sebelumnya. Kriteria
inklusi adalah ibu yang memiliki anak balita usia sekurang-kurangnya dibawah 5 tahun yang tinggal di desa Pulosari. Kriteria ekslusi ibu yang memiliki anak balita usia lebih dari 5 tahun dan anak balita yang ada riwayat diare kronik. Besar sampel yang diambil berdasarkan rumus untuk data kategorik dengan taraf kemaknaan 0,65% sehingga didapatkan sebanyak 84 sampel anak balita dibawah 5 tahun.
Setelah orang tua khususnya ibu setuju untuk menjadi responden pada penelitian ini selanjut responden mengisi pertanyaan yang ada dilembar kuisioner dimana skala pengukuran dengan ≤30 dikatakan buruk dan ≥30 dikatakan baik.
Hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita dianalisis dengan uji statistik Chi-Square, ditentukan rasio prevalens (RP) dengan interval kepercaya 95% dan p<0,05 dianggap bermakna. Data dianalisis menggunakan program SPSS version 17.0.
Hasil Penelitian
Dalam kurun waktu November 2014 sampai dengann Desember 2014, didapatkan 84 anak balita yang memenuhi kriteria inklusi. Dari 84 anak dengan rentan usia balita terbanyak mengalami diare adalah usia 13-24 bulan (48,8%), untuk distribusi jenis kelamin didapatkan terbanyak pada perempuan yaitu sebanyak 49 balita (58%), pada sanitasi lingkungan yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan diare sekitar 46 balita (83,6%).
Tabel I. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur Balita Umur (Bulan) Frekuensi Presenta se (%) 0 – 12 13 – 24 25 – 36 37 – 48 49 – 60 Total 38 41 5 0 0 84 45,2 48,8 6 0 0 100 4
7 Tabel 2. Distribusi Subjek Peneliti
Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frek (%) Laki-laki Perempuan Total 35 49 84 42 58 100
Tabel 3. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Keadaan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare Keadaan Sanitasi & Kejadian Diare Frek (%)
Baik & Diare 9 16,4 Buruk & Diare 46 86,3
Total 55 100
Keadaan Sanitasi
& Kejadian Diare Frek (%) Baik & Tidak
Diare
21 72,4
Buruk & Tidak Diare
8 27,6
Total 29 100
Penelitian ini dengan variabel kategorik tidak berpasangan sehingga dilakukan uji hipotesis Chi-Square. Dari hasil analisis hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di dapatkan pada sanitasi baik balita yang mengalami diare 9 (16,4%) dan yang tidak diare 21 (72,4%), sebaliknya pada sanitasi buruk yang mengalami diare diperoleh hasil 46 (83,6%) dan yang tidak diare 8 (27,6%). OR=0,75 dengan IK 95% (0,220-0,025) yang artinya bahwa balita yang tinggal dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk memiliki risiko 0,75 kali untuk mengalami diare. Nilai p=0,000 secara statistik menunjukan hubungan yang bermakna antara kedua variabel.
8 Sanitasi Lingkungan Kejadian Diare Jumlah OR 95% P Value
Diare Tidak Diare
Frek % Frek % Frek % CI
Baik 9 16,4 21 72,4 30 35,7 0,75 0,22 Buruk 46 83,6 8 27,6 54 64,3 0,25 0,000
Jumlah 55 100 29 100 84 100
Diskusi
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sanitasi yang buruk memiliki hubungan yang erat dengan kejadian diare. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sinthamurniwaty8 pada tahun 2006 yang menyimpulkan bahwa sanitasi yang kurang memadai atau buruk menjadi faktor risiko
meningkatnya kejadian
diare.Menurut segitiga epidemiologi, suatu penyakit timbul diakibatkan oleh interaksi satu sama lain yaitu antara faktor lingkungan, penjamu dan agens sehingga bisa disimpulkan bahwa sanitasi lingkungan memiliki hubungan yang erat sebagai salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya diare9.
Pada analisis univariat diperoleh hasil bahwa rentan usia terbanyak terdapat pada anak balita 13-24 bulan dan tidak adanya hubungan bermakna dari jenis kelamin, sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yeni yang menjelaskan tentang ketidak adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian diare10. Pada penelitian ini didapatkan nilai p=0,000 yang sangat bermakna menurut statistik serta nilai odds ratio 0,75. Diare terjadi bisa dikarenakan oleh sanitasi lingkungan yang buruk menjadi faktor dominan dalam kejadian diare karena apabila didapatkan lingkungan yang tidak sehat maka akan berakibat perilaku manusia yang tidak sehat pula maka
9 dengan mudahnya penyakit
menyerang individu tersebut11 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sanitasi lingkungan
dengan kejadian diare pada balita usia dibawah 5 tahun, sehingga disarankan untuk kepada orang tua yang memiliki anak balita lebih menjaga kebersihan dalam segi pribadi ataupun lingkungan.
Daftar Pustaka
1. Schiller R.L., Pardi S.D., Spiller R., Semrad E.C., Surawicz M.C., Giannella A.R., Krejs J.G., Farthing G.J.M., Sellin H.J.,
2012. Gastro 2013
APDW/WCOG Shanghai
working party report: Chronic Diarrhea: Definition, Classification, Diagnosis. Journal of Gastroenterology and Hepatology. 29:6-25
2. Denslow A.S., Edwards J., Horney J., Pena R., Wurzelmann D., Morgan D., 2010. Improvements to water purification and sanitation infrastructure may reduce the diarrheal burden in a marginalized and flood prone population in remote Nicaragua. BMC International Health and Human Rights. 10:30
3. Adisasmito Wiku., 2007. Faktor risiko diare pada bayi dan balita di Indonesia: Systematic review
penelitian akademik bidang
kesehatan masyarakat. Jurnal Makara Kesehatan. 11:1-10 4. Sima C.L., Desai M.M.,
McCarty M., Elimelech M., 2012. Fecal Indicators in
Sand,Sand contact and Risk of Enteric Illness Among Beachgoers. The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene. 6:679-984
5. Semba D.R., Kraemer K., Sun K., Pee D.S., Akhter N., Moench-pfanner R., Rah H.J., Campbell A.A., Bloem W.M., 2011 Relationship of The Presence of a Household Improved Latrine with Diarrhea and Under-five Child Mortality in Indonesia. The American Journal Of Tropical Medicine and Hygiene. 3:443-450
6. Primadani W., Santoso L., Wuryanto A.M., 2012. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare di Duga Akibat Infeksi di Desa Gondosali Kecamatan Buluh Kabupaten Temanggung. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 1:535-541
7. Soebagyo B., & Santoso N.B.,
2010. Buku Ajar
Gastroenterologi-Hepatologi Diare Akut. Jakarta, Pp 88 8. Sinthamurniwaty., 2006.
Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut pada Balita (Studi Kasus di Kabupaten Semarang). Universitas Diponegoro
Semarang. Magister
Epidemiologi Tesis
10 Epidemiologi: Suatu Pengantar.
Ed 2. Jakarta: EGC, Pp 86 10. Iswari Y., 2011. Analisis Faktor
Risiko Kejadian Diare pada Anak Usia di Bawah 2 Tahun di
Ilmu Keperawatan Tesis.
11. Wulandari S. A., 2010. Hubungan Kasus Diare dengan Faktor Sosial Ekonomi dan Perilaku. Departmen of Public Health. 1:2