PEMETAAN VALUASI EKONOMI HUTAN MANGROVE
BERDASARKAN GIS DAN METODE BENEFIT TRANSFER :
Studi Kasus di Hutan Mangrove di Wilayah ALKI II
(Mapping of Economic Valuation of Mangrove Forest Using
Geographical Information System and Benefits Transfer Method:
Case Study on Mangrove Forests in ALKI II Region)
oleh / by :Irmadi Nahib1
1
Peneliti Balai Penelitian Geomatika BAKOSURTANAL Jln Raya Jakarta – Bogor Km 46 Cibinong 16911, Tel 021 87906041
e-mail:
Diterima (received): 15 Januari 2011; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 20 April 2011
ABSTRAK
Masalah yang dihadapi negara berkembang seperti Indonesia dalam menilai kondisi sumberdaya alam dan lingkungan adalah sedikitnya data yang tersedia dan biaya yang terbatas untuk melakukan penelitian secara komprehensif. Valuasi ekonomi adalah upaya untuk memberi nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan, baik atas dasar nilai pasar maupun nilai non pasar. Penelitian valuasi ekonomi sudah banyak dilakukan, namun belum banyak yang menyajikan nilai valuasi ekonomi dalam bentuk peta. Dengan menggunakan metode benefit transfer dapat mengkalibrasi nilai ekonomi dari suatu areal (rujukan) untuk ditransfer ke lokasi yang diinginkan. Penghitungan valuasi ekonomi berdasarkan metode benefit transfer didasarkan pada nilai valuasi ekonomi di wilayah rujukan, peta kualitas sumberdaya hutan mangrove lokasi studi, dan karakteristik sosial ekonomi masyarakat di lokasi studi, dapat dilakukan kalibrasi ulang perkiraan nilai valuasi ekonomi areal rujukan untuk ditransfer ke lokasi studi. Hasil studi menunjukkan bahwa nilai valuasi ekonomi di daerah studi berkisar antara US $ 9.278,14 sampai US $ 20.500,99 atau mencapai 67 % s/d 150 % dari nilai rujukan, dan juga peta nilai ekonomi sumberdaya hutan mangrove, yang lebih detil.
Kata Kunci: Keberlanjutan, Hutan Mangrove, Metode Benefit Transfer, Sistem Informasi Geografi
ABSTRACT
The problems that occur in the developing countries like Indonesia for assessing the condition of natural resources and environmental is the llimited of data availability and budget for conducting comprehensive research. Economy Valuations is an attempt to give a quantitative value of goods and services generated by natural resources and environment, both on the basis of market value and non-market value. Research on economic valuation has been done, but not many who present the value of economic valuation on a map. By using the benefits transfer method to calibrate the economic value of an area (reference), the economic value then, to be transferred to the desired location. Calculations of the economic valuation based on the benefit transfer method conducted based on economic valuations in
the region of reference, a map of the quality of the mangrove forest study sites, and socioeconomic characteristics of communities in the study area, re-calibration can be estimated economic valuations reference area to be transferred to the study site. The study showed that the value of economic valuation in the study area ranges from U.S. $ 9,278.14 to 20,500.99 or reaches 67 to 150% of the reference value, while the map of the economic value of mangrove forest resources shows in more detailed.
Keywords: Sustainability, Mangrove Forest, Benefit Transfer Method, Geographical Information Systems
PENDAHULUAN
Valuasi ekonomi adalah upaya untuk memberi nilai kuantitatif terhadap barang (good) dan jasa (service) yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan, baik atas dasar nilai pasar (market value) maupun nilai non pasar (non market value). Adapun nilai ekonomi (economic value) secara umum didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya (Fauzi dan Anna, 2005). Penilaian ekonomi sumberdaya alam merupakan alat ekonomi dengan menggunakan teknik atau metode tertentu untuk mengestimasi nilai uang dari barang dan jasa yang diberikan oleh sumberdaya alam.
Penghitungan valuasi ekonomi sum-berdaya alam di Indonesia, sudah banyak dilakukan oleh peneliti dari beberapa instansi. Pada umumnya penghitungan valuasi ekonomi yang dilakukan masih bersifat umum dan belum berdasarkan potensi sumberdaya alam dan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya, sehingga menghasilkan nilai valuasi ekonomi yang bersifat general. Disamping itu juga, penghitungan valuasi ekonomi belum disajikan dalam bentuk peta. Dimensi spasial untuk valuasi ekonomi belum banyak diteliti. Penerapan pendekatan spasial (dengan bantuan Sistem Informasi Geografi) untuk valuasi ekonomi,
Salah satu metode yang dapat dipakai untuk menilai perkiraan nilai valuasi ekonomi dari suatu tempat (dimana sumberdaya tersedia) kemudian nilai valuasi ekonomi tersebut ditansfer untuk memperoleh perkiraan kasar mengenai manfaat lingkungan, dikenal dengan metode benefit transfer. Menurut Krupnick (1993) metode benefit transfer bisa digunakan, jika sumber daya alam tersebut memiliki ekosistem yang sama baik dari segi tempat maupun karakteristik pasar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan model valuasi ekonomi hutan mangrove spasial berbasis penye-baran kondisi sumberdaya alam dan kondisi sosial ekonomi.
Penelitian pengembangan pemetaan valuasi ekonomi hutan mangrove meng-ambil lokasi sampel di wilayah Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II seperti tersaji pada Gambar 1.
METODOLOGI
Tahapan penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini secara garis besar diilustrasikan pada Gambar 2.
Analisis Nilai Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove
Berdasarkan hasil penelitian terhadap nilai valuasi ekonomi hutan mangrove yang telah dilakukan oleh peneliti, dilakukan penyesuaian :
• Tahun yang dijadikan dasar penelitian ini adalah tahun 2005.
• Satuan nilai valuasi ekonomi disajikan dalam satuan dollar amerika (US $). • Setelah nilai valuasi distandarkan,
dihitung nilai : minimum, rata-rata dan maksimum
• Nilai tahun 2005 selanjutnya dikonversi ke nilai tahun 2011 dengan
V= (1 + i)t P, dimana :
V = nilai pada tahun 2011
i = tingkat inflasi rata-rata = 3,38 %
P = nilai pada tahun 2005
t = periode tahun 2005– 2011 = 6 Nilai Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove Berdasarkan Kondisi Sumberdaya
• Merujuk Eade, J DO and Moran, D (1996), nilai valuasi ekonomi berdasar-kan keberadaan sumberdaya di beri nilai 1 (jika sumberdaya masih ada), diberi nilai 0 (jika sumberdaya sudah tidak ada).
• Pada sumberdaya yang masih ada, selanjutnya dibagi atas kualitas sum-berdaya secara proporsional, yaitu hutan mangrove rusak (0-30 %),
sedang (30-60 %) dan baik > 60 %)
• Pendugaan nilai berdasarkan karak-teristik lingkungan didekati dengan indeks kulaitas lingkungan (indeks sungai, indeks udara dan indeks tutupan hutan).
Nilai Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove Berdasarkan Karakteristik Masyarakat
• Pendugaan nilai berdasarkan karak-teristik kondisi sosial ekonomi (tingkat kesejahteraan masyarakat) terhadap sumberdaya alam didekati dengan kepadatan penduduk, PDRB dan PDRB pertanian.
• Selanjutnya nilai standar dikalikan dengan faktor konversi untuk menduga nilai valuasi ekonomi.
Pemetaaan Nilai Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove
Unit pemetaan dibagi berdasarkan lokasi hutan mangvore menurut provinsi (Sula-wesi Selatan, Sula(Sula-wesi Tengah dan Sulwesi Utara dan Kalimantan Timur). Secara garis besar proses kegiatan penelitian disajikan pada Gambar 2.
KONDISI WILAYAH PENELITIAN
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) terbagi 3 yaitu ALKI I bagian barat (dari Selat Sunda ke Laut Cina Selatan dan Singapura), ALKI II bagian tengah (dari Selat Lombok ke Laut Sulawesi) dan ALKI III bagian timur (bercabang lima ke Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik).
Secara administrasi ALKI II meliputi Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
Gambar 2. Tahapan Penelitian
Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara ekosistem darat dan laut. Terjadi tren penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya pesisir dan laut mengalami tekanan dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Sumber daya yang paling terdegradasi adalah terumbu karang dan hutan mangrove.
Mangrove merupakan tipe hutan yang khas dan tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran ombak dan daerah yang landai di daerah tropis.
Berdasarkan data statistik sumber daya laut dan pesisir yang diterbitkan BPS (2009) disebutkan bahwa menurut data FAO (2007) luas mangrove di Indonesia pada tahun 2005 hanya mencapai 3.062.300 ha atau 19% dari luas mangrove di dunia dan merupakan yang terbesar di dunia melebihi Australia (10%) dan Brazil (7%). Di Asia sendiri luasan mangrove Indonesia berjumlah sekitar 49% dari luas total mangrove di Asia.
Merujuk penelitian Nahib (2005) luas luas hutan mangrove di wilayah ALKI II (Sulawesi Bagian Barat dan Kalimantan Bagian Timur) seperti pada Tabel 1. Luas hutan mangrove di Sulawesi bagian timur lebih besar dibandingkan luas hutan mangrove Kalimantan Bagian Timur. Pada wilayah Sulawesi bagain timur luas mangrove mencapai mencapai 79,93 % dan di wilayah Kalimantan bagian timur mencapai 40,33 % dari luas kawasan hutan mangrove.
Menurut Krupnick (1993) metode benefit transfer bisa digunakan, jika sumber daya alam tersebut memiliki ekosistem yang sama baik dari segi tempat maupun karakteristik pasar. Kenyataan hampir tidak mungkin hal tersebut dipenuhi. Oleh sebab itu digunakan faktor koreksi (faktor konversi) untuk mengatasi hal tersebut. Data indeks kualitas lingkungan dan karak-teristik masyarakat (Tabel 2) digunakan sebagai faktor koreksi dalam penelitian ini.
Tabel 1. Kondisi Hutan Mangrove di Wilayah ALKI II Tahun 2005
No Kelas Hutan Sulawesi Bagian Barat Kalimantan Bagian Timur
Luas Persen Luas Persen
1. Hutan Mangrove (HM) 195.632,97 6,77 229.129,09 4,79 2. Hutan Non Mangrove (HNM) 2.310.454,98 79,93 1.930.952,45 40,33 3. Non Hutan / Lahan Terbuka 380.050,58 13,15 1.374.812,26 28,71
Tabel 2. Indeks Kualitas Lingkungan Indonesia 2009 dan Karakteristik Masyarakat
Provinsi Indeks Kualitas Lingkungan Penduduk PDRB (x Rp. 1.000)
Kualitas Air Kualitas Udara Tutupan Hutan IKL Jumlah (1.000) Kepadatan
(org/km2) Perkapita Petanian Rata-Rata
Indonesia 42,46 94,68 59,23 65,46 8.075,25 703,61 19.814,93 3.166,22 Sulawesi
Selatan & Barat 36,01 96,23 70,61 67,72 7.909 141 10.570 3.406.71 Sulawesi Tengah 13,64 97,49 94,41 68,51 2.480 38 11.058 4.917,49 Sulawesi Tenggara 9,38 97,10 75,10 60,53 2.118 63 9.849 3.564,35 Sulawesi Utara & Gorontalo 83,06 95,84 85,74 88,21 2.229 121 10.827 2.562,75 Kaltim 24,68 93,22 87,99 68.63 3,165.00 16.00 103.793,0 0 6.995,65 Rata-Rata 33,35 95,98 82,77 70,72 3,580.20 75.80 29,219.40 4.289,39 Sumber : Anonim (2010) HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Nilai Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove
Merujuk hasil peneliti Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut (PSSDAL) BAKOSURTANAL dan Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan FPIK IPB 2005, serta penelitian/
penghitungan valuasi ekonomi di wilayah lainnya (Pulau Jawa dan Kalimantan), diperoleh nilai ekonomi hutan mangrove (Tabel 3).
Tabel 3, menunjukkan bahwa nilai
total valuasi ekonomi hutan mangrove di Indonesia, mempunyai besaran nilai
yang sangat bervariasi dan terjadi perbedaan yang signifikan antara nilai minimum, rata-rata dan nilai maksimum. Tabe 3. Nilai Ekonomi Hutan Mangrove Tahun 2005 (US $ / Ha)
Jenis Pemanfaatan
ALKI II Rata_Rata Indonesia
Minimum Rata-Rata Maksimum
US $ Persen US $ Persen US $ Persen US$ Persen
Manfaat Langsung 1.492,68 30,37 19,42 6,26 1.224,58 10,90 4.131,47 10,93 Manfaat Tidak Langsung 3.418,41 69,55 286,67 92,46 7.808,76 69,52 24.000,53 63,48 Nilai Pilihan 0,71 0,23 439,29 3,91 1.500,00 3,97 Nilai Keberadaan 3,70 0,08 3,24 1,05 1.758,98 15,66 8.175,97 21,62 Nilai Ekonomi Total 4.914,79 100,00 310,04 100,00 11.231,61 100,00 37.807,97 100,00 Sumber : Pengolahan Data Sekunder
Nilai rata-rata valuasi ekonomi hutan mangrove sebesar 36 kali dari nilai nilai terrendah, sedangkan nilai maksimumnya mencapai 3,36 kali dari nilai nilai rata-rata. Terjadinya perbedaan nilai ekonomi hutan mangrove ini disebabkan oleh :
1) Adanya perbedaan persepsi tentang manfaat hutan mangrove. masyarakat yang berpengetahuan tinggi dan juga masyakat yang tidak memiliki sumberdaya mempunyai
kecende-rungan memberikan nilai yang lebih tinggi terhadap sumberdaya hutan mangrove.
2) Adanya perbedaan penguasaan teknik dan metode penilaian valuasi ekonomi hutan mangrove. Keterbatasan pengu-asaan metode penilaian dan juga keterbatasan waktu dan biaya pelaksa-naan penelitian juga menjadi penye-bab terjadinya perbe-daan nilai valuasi ekonomi hutan mangrove.
Dalam penelitian valuasi ekonomi sumberdaya alam pada umumnya belum menghasilkan nilai yang bersifat standar. Nilai yang diperoleh masih mempunyai perbedaan yang signifikan. Dengan mencatum lingkup yang dinilai dari pemanfaatan sumberdaya alam, maka hasilnya dianggap benar.
Konversi Nilai Ekonomi Hutan
Mangrove Berdasarkan Kondisi
Sumberdaya dan Lingkungan
Pemanfaatan sumberdaya alam sebagai modal pembangunan, dinilai berhasil apabila sumberdaya alam tersebut dalam pemanfaatannya tidak hanya pada generasi sekarang tetapi juga adanya alokasi sumberdaya alam untuk kesejahteraan generasi yang akan dating. Kondisi ini sesuai dengan Anonim (2010)
bahwa sasaran pembangunan
berkelanjutan adalah terpeliharanya kualitas lingkungan hidup yang ditunjukkan dengan membaiknya indeks kualitas lingkungan hidup (IKL) dalam 5
tahun ke depan. Data indeks kualitas lingkungan hidup, dapat dipakai sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan.
Dalam studi ini, IKL digunakan sebagai faktor konversi dari nilai valuasi ekonomi hutan mangrove dari suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Pendugaan nilai valuasi ekonomi hutan mangrove di wilayah ALKI II, menggunakan data valuasi ekonomi, indeksi kualitas ling-kungan karakteristik wilayah Sulawesi Selatan (Tabel 4) dan rata-rata Indonesia (Tabel 5) sebagai nilai rujukan.
Dengan menggunakan faktor koreksi pada Tabel 4 dan Tabel 5, dan nilai valuasi ekonomi hutan mangrove di wilayah Sulawesi Selatan dan nilai total valuasi ekonomi rata-rata nasional, dapat diduga nilai total valuasi ekonomi hutan mangrove di wilayah ALKI II. Hasil pendugaan dengan mengggunakan metode benefit transfer diperoleh nilai total valuasi ekonomi seperti disajikan pada Tabel 6 dan Tabel 7.
Tabel 4. Indeks Kualitas Lingkungan Indonesia 2009 (Sulawesi Selatan Sebagai Standar) Provinsi Kualitas Kualitas Tutupan IKL Penduduk Kepadatan PDRB
Air Udara Hutan (1.000) (org/km2) Perkapita Petanian Sulawesi Selatan &Barat 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Sulawesi Tengah 0,38 1,01 1,34 1,01 0,31 0,27 1,05 1,44 Sulawesi Tenggara 0,26 1,01 1,06 0,89 0,27 0,45 0,93 1,05 Sulawesi Utara & Gorontalo 2,31 1,00 1,21 1,30 0,28 0,86 1,02 0,75 Kalimantan Timur 0,69 0,97 1,25 1,01 0,40 0,11 9,82 2,05 Rata-Rata 0,93 1,00 1,17 1,04 0,45 0,54 2,76 1,26
Tabel 5. Indeks Kualitas Lingkungan Indonesia 2009 (Rata-Rata Indonesia Sebagai Standar)
Provinsi Kualitas Kualitas Tutupan IKL Penduduk Kepadatan PDRB
Air Udara Hutan (1.000) (org/km2) Perkapita Petanian
Sulawesi Selatan &Barat 0,85 1,02 1,19 1,03 0,98 0,20 0,53 1,08 Sulawesi Tengah 0,32 1,03 1,59 1,05 0,31 0,05 0,56 1,55 Sulawesi Tenggara 0,22 1,03 1,27 0,92 0,26 0,09 0,50 1,13 Sulawesi Utara & Gorontalo 1,96 1,01 1,45 1,35 0,28 0,17 0,55 0,81 Kalimantan Timur 0,58 0,98 1,49 1,05 0,39 0,02 5,24 2,21 Rata-Rata 0,79 1,01 1,40 1,08 0,44 0,11 1,47 1,35
Tabe 6. Nilai Ekonomi Hutan Mangrove (US $ / Ha) (Faktor Koreksi x Nilai Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove Sulawesi Selatan)
Jenis Pemanfaatan Standar Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulaesi
Utara Kaltim Rata-rata Manfaat Langsung 1.822,16 1.822,16 1.671,69 1.410,33 1.921,00 3.715,96 1.706,29 Manfaat Tidak Langsung 4.172,95 4.172,95 3.828,35 3.229,81 4.399,31 8.509,98 3.907,61 Nilai Pilihan - - - - Nilai Keberadaan 4,52 4,52 4,14 3,50 4,76 9,21 4,23 Nilai Ekonomi Total 5.999,63 5.999,63 5.504,18 4.643,63 6.325,08 12.235,16 5.618,13
Tabel 6, menunjukkan nilai valuasi ekonomi hutan mangrove di wilayah ALKI II (berdasarkan nilai valuasi ekonomi hutan mangrove di Sulawesi Selatan), sebesar US $ 4.643,63 sampai US $ 6.325,08 atau mencapai 77 % s/d 105 % dari nilai rujukan, sedangkan untuk wilayah Kalimantan Timur sebesar US
$12.235,16 mencapai 204 % dari nilai rujukan.
Dengan metode benefit transfer dan kajian sebelum (data sekunder) kita bisa menghasilkan nilai valuasi ekonomi yang telah memperhitungkan kondisi (kualitas) lingkungan dan karakteristik pasar.
Tabel 7. Nilai Ekonomi Hutan Mangrove (US $ / Ha)
(Faktor Koreksi x Nilai Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove Rata_rata Nasional) Pemanfaatan Standar Sulawesi
Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi
Utara Kaltim Rata-rata Manfaat Langsung 1.494,87 1.285,63 1.207,80 1.011,59 1.414,00 2.235,21 1.229,76 Manfaat Tidak Langsung 9.532,38 8.198,12 7.701,78 6.450,62 9.016,70 14.253,29 7.841,80 Nilai Pilihan 536,25 461,19 433,27 362,89 507,24 801,83 441,15 Nilai Keberadaan 2.147,24 1.846,69 1.734,88 1.453,05 2.031,08 3.210,66 1.766,43 Nilai Ekonomi Total 13.710,75 11.791,63 11.077,73 9.278,14 12.969,03 20.500,99 11.279,1 3
Tabel 7 menunjukkan nilai valuasi ekonomi hutan mangrove di wilayah ALKI II (berdasarkan nilai rata-rata valuasi
ekonomi hutan mangrove di Indonesia), sebesar US $ 9.278,14 sampai US $ 11.791,63 atau mencapai mencapai 67 %
s/d 95 % dari nilai rujukan, sedangkan untuk wilayah Kalimantan Timur menca-pai US $ 20.500,99 atau mencapi 150 % dari nilai rujukan.
Nilai valuasi ekonomi hutan mangrove ini dapat dijadikan sebagai dasara pengambilan keputusan, jika hutan mangrove akan dikonversi penggunaan lain. Nilai valuasi ekonomi dapat dipakai sebagai dasar pemberian ijin peman-faatan sumberdaya hutan mangrove, sehingga diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (maximizing social well being).
Pemetaan Nilai Ekonomi Hutan Mangrove
Peta sumberdaya hutan mangrove yang dikaji adalah peta sumberdaya hutan mangrove skala 1: 250.000, yang hanya menyajikan kelas hutan mangrove. Pada peta ini kondisi hutan mangrove dianggap sama, hutan mangrove tidak dibagi menjadi hutan mangrove rusak,
hutan mangrove sedang dan hutan mangrove baik.
Dengan kondisi peta sumberdaya hutan mangrove yang bersifat global, maka peta valuasi hutan mangrove juga tidak bisa dibuat lebih detil. Merujuk penelitian Eade and Moran (1996) peta valuasi sumberdaya alam sangat tergan-tung dari peta kondisi fisik sumberdaya alam. Oleh sebab itu untuk menyajikan peta valuasi ekonomi sumberdaya alam yang detil, maka harus menggunakan peta sumberdaya alam dengan tingkat kedetilan tinggi.
Pemetaan valuasi ekonomi hutan
mangrove dengan metode benefit
transfer, belum bisa mendetilkan ber-dasarkan kondisi (kualitas) sumberdaya hutan mangrove. Peta valuasi ekonomi hutan mangrove baru bisa didetilkan berdasarkan lokasi penyebaranya. Lokasi yang berbeda mempunyai kondisi (kualitas) lingkungan dan karakteristik yang juga berbeda.
Gambar 4. Peta Sumberdaya Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove
KESIMPULAN
• Pemetaan valuasi ekonomi hutan mangrove dengan metode benefit transfer, belum bisa mendetilkan berdasarkan kondisi (kualitas) sumber-daya hutan mangrove.
• Nilai valuasi ekonomi di daerah studi berkisar sebesar US $ 9.278,14 sampai US $ 11.791,63 atau mencapai mencapai 67 % s/d 95 % dari nilai rujukan, sedangkan untuk wilayah Kalimantan Timur mencapai US $ 20.500,99 atau mencapi 150 % dari nilai rujukan.
SARAN
Instrumen nilai ekonomi (valuasi ekonomi) perlu disosialisaikan kepada para pengambil keputusan. Di masa yang akan datang, diharapkan valuasi ekonomi dapat dipakai sebagai dasar pemberian ijin pemanfaatan sumberdaya hutan mangrove.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. 2009. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 2009. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta.
BPS. 2009. Statistik Sumber Daya Laut dan Pesisir Indonesia. Jakarta.
Fauzi A dan Anna,S. 2005. Pemodelan Sumber daya Perikana dan Kelautan Untuk Analisis Kebijakan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Nahib, I. 2005. Neraca Sumberdaya
Hutan Mangrove Wilayah ALKI II (Sulawesi Bagian Barat dan Kalimantan Bagian Timur). Pusat Survei Sumberdaya Alam Laut. Bakosurtanal.
Jeremy D. O. Eade and Dominic Moran. 1996. Spatial Economic Valuation: Benefits Transfer using Geographical Information Systems. Journal of Environmental Management.
Krupnick , A.J. 1993. Bennefit Transfer and Valuasi of Enviromental Improve-ment. Resources.
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010. Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010 – 2014.
PSSDAL BAKOSURTANAL dan Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan FPIK IPB 2005. Penyusunan Valuasi ekonomi Sumberdaya Alam Pesisir dan laut
Wilayah ALKI II (Sulawesi Bagian Barat). Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut BAKOSURTANAL dan Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan FPIK – IPB.
United States Inflation Rate.