NILAI EKONOMI TOTAL HUTAN MANGROVE
TUGAS
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Ekonomi Sumber Daya Alam
Program Studi Magister Ilmu Lingkungan
Universitas Padjadjaran Bandung
Oleh :
ZUMRODI 250120150017
MAGISTER ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG
2 Valuasi Ekonomi
Sebagaian besar degradasi lingkungan dan eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam berakar pada permasalahan bahwa dampak lingkungan tidak atau kurang diperhatikan dalam proses pembuatan kebijakan. Hal ini terjadi karena barang dan jasa lingkungan keberadaannya sulit diidentifikasi, mempunyai rejim kepemilikan yang tidak jelas, dan nilai-nilai yang ada dan melekat pada sumber daya alam tersebut tidak muncul secara nyata, paling tidak di pasaran. Untuk menjembatani permasalahan ini, dikembangkan suatu konsep bernama valuasi ekonomi atau nilai ekonomi total (total economic value). Konsep nilai ekonomi total membantu para pihak pembuat kebijakan untuk mengidentifikasi dan mengukur dalam tipe yang berbeda tentang nilai ekonomi yang mungkin dimiliki dari suatu sumber daya alam.
Valuasi ekonomi merupakan suatu kegiatan atau usaha untuk mengukur dan menyatakan dalam satuan mata uang (monetizing) semua jenis nilai yang ada dari suatu sumber daya alam. Untuk barang-barang kebutuhan private, harga akan menunjukkan kelangkaan penyediaan secara relatif dan tingkat kesediaan membayar (willingnes to pay)
dari konsumen. Harga untuk barang lingkungan tertentu adalah tidak ada dan tidak menunjukan harga sebenarnya dari suatu sumber daya. Secara alami, barang dan jasa lingkungan tidak didefinisikan secara baik merujuk kepada fungsi ekologis, tidak adanya rejim kepemilikan yang jelas (misal sumber daya perikanan, air bawah tanah) dan merupakan barang yang diakui sebagai kepemilikan publik dimana setiap orang membutuhkan, misalnya udara yang bersih. Untuk itu valuasi ekonomi menjadi sangat penting untuk dilakukan.
Valuasi ekonomi menjadi sangat penting merujuk kepada adanya keseimbangan kebutuhan (demand) dan penyediaan (supply) dari suatu barang atau jasa lingkungan. Dalam pelaksanaannya, valuasi ekonomi lingkungan dipengaruhi oleh metode analis biaya dan keuntungan (Cost and Benefit Analysis/CBA). Selanjutnya dalam analisis ini, barang dan jasa yang telah diukur dan ditentukan harganya dapat dipertimbangkan dalam proses pembuatan kebijakan. Valuasi ekonomi mencoba menunjukan kepada masyarakat keseluruhan nilai dari suatu sumber daya alam dan lingkungan dengan mengukurnya dalam skala mata uang (rupiah). Dalam hal ini valuasi ekonomi membantu mendorong aspek lingkungan untuk lebih diperhatikan dalam proses pembuatan kebijakan. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa menjadi sangat penting untuk menempatkan nilai mata uang dalam kajian dampak lingkungan atau kebijakan secara umum.
Metode Valuasi Ekonomi
Metode valuasi ekonomi dilakukan berdasarkan pendekatan pengukuran keuntungan
3 tersedia (data sekunder). Secara garis besar, valuasi ekonomi lingkungan atau nilai ekonomi total (total economic value) terdiri dari dua komponen yaitu Nilai guna dan non nilai guna. Empat kelompok metode yang sering digunakan dalam valuasi ekonomi adalah : 1) metode harga pasar konvensional (conventional market value); 2) metode pasar pengganti (surrogate market); 3) metode simulasi pasar (hypothetical/simulated market); dan 4) metode lainnya (termasuk kelompok ini adalah metode transfer keuntungan/benefit transfer dan metode valuasi ekonomi partisipatori /partisipatory economic valuation).
Metode pertama adalah dengan menggunakan metode harga pasar konvensional. Metode ini terdiri dari dua bagian yaitu nilai berdasarkan harga pasaran langsung (direct market based value/actual value) dan nilai berdasarkan harga pasaran tidak langsung
(indirect market based value) dengan cara membandingkan harga dari barang yang lain dari tipe yang terkait. Nilai berdasarkan harga pasaran langsung dapat digunakan untuk menentukan nilai suatu produk pada pasar yang telah mapan. Metode ini khususnya cocok pada harga pasaran lokal (on-site sale value), yang merupakan pendekatan dari nilai lingkungan dimana harga harga tersebut telah tersedia. Pendekatan ini merupakan alat yang sudah mapan untuk memvaluasi barang dan jasa lingkungan yang bersifat ekstraksi sumber daya alam.
Nilai berdasarkan harga pasaran tidak langsung (indirect market based value) dilakukan dengan terhadap barang atau jasa yang nilai atau harganya tidak tersedia di pasaran. Pendekatan ini juga dapat dilakukan untuk produk yang dikonsumsi dalam rumah tangga dan tidak diperdagangkan dipasaran. Valuasi dilakukan dengan menghitung biaya dari barang dan jasa pengganti atau substitusi, misalnya subtitusi untuk nilai kayu bakar adalah harga minyak tanah. Selain itu pendekatan ini juga digunakan untuk menghitung jasa yang diturunkan dari fungsi regulasi melalui perhitungan biaya substitusi, biaya pemindahan atau biaya pencegahan. Contoh dalam hal ini adalah nilai fungsi pencegahan pantai dari hutan mangrove adalah setara dengan biaya yang dikeluarkan untuk membangun tanggul penahan.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah harga untuk barang dan jasa yang terkait. Perubahan dalam jasa lingkungan yang diturunkan dalam fungsi penyediaan menyebabkan perubahan produksi dari aktivitas manusia (perubahan produktivitas). Misalnya dalam hal ini adalah, kehilangan luasnya mangrove akan menyebabkan perubahan tangkapan perikanan.
Metode kedua adalah dengan menggunakan metode pasar pengganti (surrogate market). Dalam metode ini terbagi menjadi dua bagian besar yaitu metode biaya perjalanan
4 adalah beberapa teknik dan metode valuasi yang lain. Dalam hal ini misalnya metode transfer keuntungan (benefit transfer) dan metode valuasi ekonomi partisipatori (partisipatory economic valuation).
Perkembangan Konsep Nilai Guna Tidak Langsung dalam Valuasi Ekonomi
Sejarah perkembangan perhitungan nilai guna tidak langsung dimulai pada dekade 1960an dimana pada masa tersebut berkembang perhatian terhadap nilai (value) lebih dari apa yang ada dari suatu barang. Ada sesuatu yang hilang dimana tidak semua hal menyangkut nilai guna barang dan jasa diperhitungkan, menyebabkan kemudian keputusan pembuatan kebijakan (evaluasi) menjadi kurang efisien. Pada tahun 1964, Weisbrod mengemukakan konsep nilai pilihan (option value), yang kemudian diikuti denan konsep nilai keberadaan
(existence value) yang dikemukanan oleh Krutilla pada tahun 1967. Selanjutnya Arrow dan Fisher (1974) mengemukakan model quasi-option value. Puncaknya pada tahun 1990, Pearce dan Turner mempopulerkan konsep Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value).
Konsep Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value) yang dikemukakan Pearce dan Turner pada tahun 1990, mungkin dipengaruhi pemikiran Randall dan Stoll (1983) yang mengemukakan konsep nilai keberadaan dalam kerangka kerja valuasi total (Total Valuation Framework). Dalam hal ini, nilai ekonomi total merupakan jumlahan dari nilai guna langsung dan nilai guna tidak langsung. Ide dasar dibalik perhitungan nilai ekonomi total adalah menyediakan valuasi untuk barang dan jasa lingkungan, label ini secara umum dilakukan dalam bidang ekonomi kehutanan dan juga jasa ekosistem. Dalam kajian ini obyek yang akan ditentukan valuasi ekonominya adalah hutan mangrove.
Hutan Mangrove
Mangrove merupakan berbagai jenis tanaman besar dan ekstensif dari ukuran sedang sampai dengan tinggi dan juga berbagai jenis semak belukar yang tumbuh di habitat sedimen pesisir berair asin pada kawasan tropis dan subtropis pada lintang 250S dan 250U. Mangrove merupakan tanaman yang tahan air asin, lebih dikenal sebagai halophytes, memiliki kemampuan adaptasi pada ekosistem pesisir yang sangat rentan. Adaptasi mangrove terhadap lingkungan dilakukan melalui sistem jaringan filtrasi garam yang kompleks, untuk mengatasi kadar garam air laut dan juga besarnya ombak pesisir. Selain itu mangrove juga beradaptasi pada kondisi habitat lumpur sedimen dengan kadar oksigen yang rendah (Wikipedia, 2016).
5 Hutan mangrove di indonesia dapat dijumpai dalam skala yang luas di sumatera, Kalimantan, sulawesi dan Papua. Saat ini indonesia memiliki 9,36 juta hektar hutan mangrove. Akan tetapi sayangnya karena berbagai permasalahan pengelolaan, sebanyak 48% diantaranya dikategorikan sebagai “rusak sedang”, dan 23% lagi dikategorikan sebagai rusak berat (Wikipedia, 2016).
Penghitugan Nilai Ekonomi Hutan Mangrove
Menurut Pearce dan Moran (1994), dalam persamaan secara matematis, nilai ekonomi total dari suatu ekosistem (dalam kajian ini adalah hutan mangrove) dapat disajikan dalam formula sebagai berikut:
Tabel 1. Formula perhitungan nilai ekonomi total
TEV = UV + NUV
TEV = (DV + IUV + OV) + (XV + BV)
Dengan :
TEV = Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value)
UV = Nilai Guna (Use Value)
NUV = Nilai Bukan Guna (Non Use value) DV = Nilai Guna Langsung (Direct use Value)
IUV = Nilai Guna Tidak Langsung (Indirect Use Value)
OV = Nilai Pilihan (Optional Value)
XV = Nilai Keberadaan (Existence Value)
BV = Nilai Warisan (Bequest Value)
Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa Nilai Ekonomi Total merupakan jumlahan dari nilai guna langsung (Direct use Value), nilai guna tidak langsung (Indirect Use Value), nilai pilihan (Optional Value), nilai keberadaan (Existence Value) dan nilai warisan
6 Nilai guna tidak langsung adalah nilai dari fungsi ekosistem. Nilai guna tidak langsung dari ekosistem mangrove antara lain adalah fungsi dari penahan abrasi dan penyedia pakan udang (nursery ground, feeding ground). Nilai guna tidak langsung (Indirect Use Value) dalam kajian ini adalah manfaat tidak langsung yang diperoleh dari hutan mangrove, yaitu manfaat ekologi dan fisik/perlindungan. Dalam kasus ini yang dihitung adalah fungsi hutan mangrove sebagai penahan erosi/abrasi dan gelombang laut/pasang surut, pengendali intrusi air laut/asin dan manfaat biologis sebagai tempat pemijahan dan penyediaan bahan pakan bagi udang.
Nilai pilihan adalah jenis nilai penggunaan baik langsung ataupun tidak langsung karena berhubungan dengan penggunaan mangrove di masa yang akan datang. Nilai pilihan yang diperhitungkan merupakan manfaat keanekaragaman hayati hutan mangrove dan konservasi habitat. Nilainya diestimasi dengan mengacu pada nilai keanekaragaman hayati
(biodiversity) hutan mangrove di Indonesia dari penelitian yang sudah ada. Sesuai hasil penelitian Ruitenbeek (1991), nilai pilihan hutan mangrove adalah sebesar US$1.500/km2/tahun (US$15/ha/tahun) dengan asumsi bahwa hutan mangrove tersebut penting secara ekologis dan tetap terpelihara (Nilwan et.al. 2003).
Nilai keberadaan yaitu manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dari keberadaan sumberdaya setelah manfaat lainnya dihilangkan dari analisis. Nilai keberadaan ini merupakan nilai yang dirasakan oleh masyarakat atas keberadaan dan terpeliharanya hutan mangrove, terlepas dari manfaat yang diambil dari padanya. Nilai keberadaan terdiri dari habitat, genetik, spesies, dan ekosistem yang menjadi pengetahuan pada kondisi ekosistem mangrove yang berkelanjutan. Nilai keberadaan mangrove dihitung melalui transfer nilai
(benefit transfer) atau mengadopsi hasil penelitian Paryono et.al. (1999) di kawasan hutan mangrove Segara Anakan. Penghitungan nilai keberadaan ini dilakukan dengan menggunakan metode Contingent Valuation Method (CVM). Nilai keberadaan (eksistensi) hutan mangrove di Segara Anakan adalah sebesar US$358,46/ha/tahun. Nilai ini dapat dikonversi menjadi rupiah dengan menghitung kurs saat ini ( US$ 1,00 = Rp 13.000,-).
Nilai warisan muncul dari asset ekosistem hutan mangrove yang bermanfaat untuk generasi mendatang. Nilai pilihan dan nilai warisan cenderung lebih sulit untuk didefiniskan, keduanya menyangkut nilai kultural, estetika, spiritual dan keagamaan. Karena alasan tersebut maka dalam kajian ini nilai warisan tidak masuk dalam perhitungan nilai ekonomi total hutan mangrove.
Teknik Valuasi Ekononomi Hutan Mangrove
7 Tabel 2. Teknik valuasi hutan mangrove
Nilai Ekonomi Total Teknik Valuasi
Direct use Values (Nilai Guna Langsung)
Kayu
Hasil hutan non-kayu (ikan, nipah, obat, berburu dan meramu tradisiona),
Penggunaan untuk pendidikan, rekreasi dan budaya
Habitat manusia
Analisis Pasar
Analisis pasar, biaya pengganti, pendekatan pengganti tidak langsung, pendekatan biaya keuntungan tidak langsung, nilai perubahan produktivitas, barter, Pendekatan pertukaran
Metode biaya perjalanan, biaya hedonis,
Biaya hedonis, biaya penggantian
Indirect Use Values (Nilai Guna Tidak Langsung)
Pencegahan erosi/abrasi pantai
Pencegahan erosi/abrasi sungai
8 Nilai ekonomi total yang akan dihitung pada kajian ini mengambil lokus pada kawasan hutan mangrove seluas 715,65 Ha. Selain itu terdapat juga lahan tambak udang seluas 5.034,95 Ha disekitar hutan mangrove. Jenis pemanfaatan dari hutan mangrove ini dibedakan menjadi empat berdasarkan nilai guna, yaitu :1) nilai guna langsung; 2) nilai guna tidak langsung; 3) nilai pilihan dan 4) nilai keberadaan. Adapun jenis pemanfaatan hutan mangrove dijabarkan dalam tabel berikut :
Tabel 3. Jenis Pemanfaatan hutan mangrove
Nilai Ekonomi Total Manfaat Luas (ha) Hasil
(Ha/tahun) Satuan
Nilai Guna Langsung Potensi kayu 715.65 16,5 m3
Ranting kayu (Kayubakar) 715.65 186.667 Ikat
Alur (sayuran) 715.65 104 Karung
Buahbako-bako 715.65 150 Ikat
Kepiting 715.65 595.407 Ekor
Ikan 715.65 367,5 Kg
Wideng 715.65 3686.667 Ekor
Belut 715.65 282,4 Kg
Udang 715.65 269.441 Kg
Ular 715.65 413,2 Kg
Burung 715.65 1100 Ekor
Biawak 715.65 700 Kg
Katak 716 300 Kg
Bandeng 5,035 367 Kg
Udang windu 5,035 73 Kg
Nilai Guna Tidak
Langsung
PenahanAbrasi 716 2.800 M
Penahan intrusi air laut 716 18.242.700 Liter
Penyedia pakan 716 16 Kg
Nilai Pilihan Nilai keanekaragaman
hayati 716 716 Ha
Nilai Keberadaan Nilai keberadaan hutan
mangrove 716 716 Ha
Tabel 4. Perhitungan Nilai Ekonomi Total
(Rp/thn.ha) Nilai bersih/ ha Nilai bersih
A Nilai Guna Langsung
PenahanAbrasi 715,65 2.800,0 M 6.237.998 17.466.394.400 0 17.466.394.400 17.466.394.400,00
Penahan intrusi air laut 715,65 18.242.700,0 liter 50 912.135.000 0 912.135.000 912.135.000,00
2 Manfaat biologis
Penyedia pakan 715,65 16,286 Kg 4.000 65.144 0 65.144 46.620.303,60
C Nilai Pilihan
Nilai keanekaragaman hayati 715,65 716,0 Ha 195.500 139.620.000 0 139.620.000,00 139.620.000,00
D Nilai Keberadaan
Nilai keberadaan hutan mangrove 715,65 716,0 Ha 4.659.980 3.336.545.680 0 3.336.545.680 3.336.545.680,00
Total Ekonomi 42.567.271.593,04
Hasil perhitungan valuasi ekonomi hutan mangrove disajikan dalam rekapitulasi sebagaimana Tabel 5, yang menggambarkan hasil perhitungan dari masing masing komponen nilai nilai ekonomi total.
Tabel 5. Rekapitulasi nilai ekonomi total hutan mangrove
Nilai Ekonomi Total Nilai Bersih (Rp) Pct (%)
Nilai Guna Langsung Rp13,054,933.90 0.25 Nilai Guna Tidak Langsung Rp2,658,839,585.41 51.02
Nilai Pilihan Rp101,980,125.00 1.96
Nilai Keberadaan Rp2,437,053,040.50 46.77
Nilai Warisan 0.00 0.00
Total 42.567.271.593,04 100,00
Pembahasan
Valuasi ekonomi membantu mendorong aspek lingkungan untuk lebih diperhatikan dalam proses pembuatan kebijakan pengelolaan hutan mangrove. Melalui valuasi ekonomi, berbagai manfaat dari ekosistem hutan mangrove dapat diukur secara kuantitatif dalam satuan mata uang. Tanpa valuasi ekonomi, sangat sulit untuk mempertimbangkan suatu manfaat ketika sebuah kebijakan pengelolaan hutan mangrove akan dilakukan. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa menjadi sangat penting untuk menempatkan nilai mata uang dalam kajian dampak lingkungan atau kebijakan pengelolaan hutan mangrove.
Keberadaan hutan mangrove sebagai sebuah ekosistem memberikan manfaat dan keuntungan bagi masyarakat disekitarnya. Keuntungan pertama dari kegiatan konservasi mangrove dapat ditinjau dari sisi aspek lingkungan. Dalam hal ini ekosistem mangrove akan menyediakan habibat bagi berbagai mahluk hidup, menjadi sumber nutrien dan pencegahan terhadap terjadinya sedimentasi. Ekosistem mangrove menjadi habitat bagi berbagai burung migran dan juga menjadi sumber bagi berbagai tanaman obat yang dipergunakan masyarakat sekitar. Kehadiran ekosistem mangrove akan mengurangi terjadinya abrasi pantai dan menjadi perlindungan terhadap terjadinya badai dan arus pasang surut.
11 untuk menikmati keindahan alam. Ekosistem mangrove menjadi penyaring terjadinya sedimentasi melalui rumput laut dan karang laut. Hutan megrove menjadi pelindung aquifer daratan (air tawar) terhadap terjadinya percampuran dengan air laut. Lebih dari itu hutan megrove menjadi cadangan lingkungan alamiah bagi masyarakat dan juga orang asing.
Kehadiran hutan mangrove juga sangat penting dalam menunjang kesehatan manusia. Mangrove menyediakan perlindungan terhadap badai lautan maupun gelombang pasang surut, menjadi semacam penyangga (buffer zone). Hutan mangrove menyediakan berbagai macam tanaman obat dan juga berbagai jenis sumber makanan (misalnya berbagai jenis sayuran dan ikan). Kehadiran hutan mangrove juga perhatian saat ini dalam hal keuntungan secara global. Hutan mangrove menjadi sumber cadangan/penyimpanan karbon, pemanfaatan dan transformasi hutan mangrove menjadi penggunaan lain akan meningkatkan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.
Studi valuasi ekonomi telah membantu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang nilai suatu ekosistem. Beragam kegunaan dan manfaat dari suatu ekosistem yang walaupun telah disadari keberadaanya, akan tetapi dalam banyak kesempatan seakan tidak diperhitungkan. Lebih dari itu terkadang pegiat lingkungan, media, pemerintah, swasta dan masyarakat secara umum dalam banyak kesempatan memaknai hasil, nilai dan manfaat suatu ekosistem secara tidak tepat dan tanpa pandang bulu (Stefano, et al, 2004).
Valuasi ekonomi bukanlah sebuah kegiatan tunggal yang hanya berdasar pada satu pertanyaan “Seberapa berharga sebuah ekosistem?”. Pada kenyataanya valuasi ekonomi dapat di interpretasi dalam banyak cara. Ini dapat dimaknai sebagai usaha mempertanyakan seberapa besar nilai keuntungan yang mengalir pada saat ini, atau tentang nilai yang akan mengalir di masa yang akan datang. Pemaknaan juga bisa berarti bagaimana nilai usaha konservasi ekosistem tersebut dibandingkan dengan upaya konversi ekosistem menjadi penggunaan lain. Beberapa pertanyaan ini seakan terlihat mirip, tetapi dalam kenyataanya adalah merujuk kepada hal-hal yang sangat berbeda, dan jawaban dari satu pertanyaan tidak tepat untuk digunakan menjawab suatu pertanyaan yang lain. Contoh dalam hal ini adalah apakah mempertahankan hutan mangrove akan lebih bernilai secara ekonomi daripada mengkonversi hutan tersebut menjadi tambak.
12 valuasi ekonomi yang lain (nilai pilihan dan nila keberadaan) mempunyai proporsi yang relatif kecil (0,33% dan 7,84%).
Kesimpulan
1. Sebagaian besar degradasi lingkungan dan eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam berakar pada permasalahan bahwa dampak lingkungan tidak atau kurang diperhatikan dalam proses pembuatan kebijakan. Hal ini terjadi karena barang dan jasa lingkungan keberadaannya sulit diidentifikasi, mempunyai rejim kepemilikan yang tidak jelas, dan nilai-nilai yang ada dan melekat pada sumber daya alam tersebut tidak muncul secara nyata, paling tidak di pasaran.
2. Untuk menjembatani permasalahan ini, dikembangkan suatu konsep bernama valuasi ekonomi atau nilai ekonomi total (total economic value) yang merupakan suatu kegiatan atau usaha untuk mengukur dan menyatakan dalam satuan mata uang
(monetizing) semua jenis nilai yang ada dari suatu sumber daya alam. Konsep nilai ekonomi total membantu para pihak pembuat kebijakan untuk mengidentifikasi dan mengukur dalam tipe yang berbeda tentang nilai ekonomi yang mungkin dimiliki dari suatu sumber daya alam yang dalam kajian ini adalah hutan mangrove.
3. Melalui perhitungan valuasi ekonomi hutan mangrove diperoleh bahwa ekosistem mangrove mempunyai nilai guna langsung sebesar Rp 20.665.956.209,44, nilai guna tidak langsung sebesar Rp 18.425.149.703,60, nilai pilihan sebesar Rp 139.620.000,00 dan nilai keberadaan sebesar Rp 3.336.545.680,00 dengan nilai ekonomi total sebesar Rp 42.567.271.593,04.
Referensi
Hoang Tri, Nguyen. 2007, Economic Valuation of Mangrove Ecosystem, presented in the Tranning Coursce on Sustainable Management of Mangrove Ecosystem, UNEP/USM, Vietnam.
Janekarnkij, Penporn, 2008, Overview of Economic Valuation, Value Classification and Valuation Methode, Faculty of Economics, Kasetsart University, Thailand.
Olsen, Nathalie, tanpa tahun, Economic Valuation of Environment Impacts, presentation session #5, UNEP.
Pagiola, Stefano, et al, 2004, Assessing the Economic Value of Ecosystem Conservation, The World Bank Environmental Department, Washington.
Riera, Pere, tanpa tahun, Total Economic Value Vs Social Value, Presentation for the Cork COST E45 Conference, via http://www.medforex.net/e45
www.wikipedia.com/mangrove