• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. a. Langer terkesan dengan pengembangan filsafat ilmu yang berangkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. a. Langer terkesan dengan pengembangan filsafat ilmu yang berangkat"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

226

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan atas hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti, sampailah pada akhir penelitian ini dengan menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kesimpulan permasalahan pertama berkaitan dengan filsafat seni umum dan

teori seni umum Susanne K. Langer.

a. Langer terkesan dengan pengembangan filsafat ilmu yang berangkat darkerja ilmuwan di dalam laboratorium, maka Langer membangun filsafat seni berangkat dari studio di mana seniman berkarya, bukan dari galeri. Langer berpendapat bahwa setiap periode kefilsafatan memiliki perbedaan-perbedaan kata kunci pembahasan. Pada masa Langer lahir kata kunci baru (new key) dalam bidang filsafat yaitu analisa bahasa dan teori simbol, oleh karena itu filsafat seni Langer mengikuti tendensi ini. Langer menyusun filsafat seninya dengan mencari konsep seni yaitu konsep atau prinsip yang berlaku bagi semua seni. Menurut Langer prinsip yang berlaku sama bagi semua seni adalah konsep ekspresi, kreasi, dan bentuk yang terjalin satu dengan yang lain secara koheren.

b. Seni menurut Langer adalah ekspresi dari perasaan manusia. Kata ekspresi itu sepadan dengan kata proyeksi sebagai suatu prinsip presentasi atau tindakan presentasi. Kegiatan berekspresi atau melakukan proyeksi adalah

(2)

227

kegiatan untuk memudahkan difahami atau dapat dipersepsi. Sebagaimana bahasa merupakan ekspresi dan memiliki bentuk logis dengan pemikiran, maka seni merupakan bentuk logis dari perasaan. Bentuk artistik adalah sebuah proyeksi bukan salinan (copy) dari perasaan. Perasaan tidak dapat digambarkan, namun dapat dijelaskan dengan perwujudan tertentu dalam karya seni. Teori semacam ini dapat disebut sebagai teori ekspresi.

c. Prinsip yang dimiliki semua karya seni adalah kreasi. Kreasi tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan proses ekspresi, bahkan para ekspresionis memandang proses kreasi dan ekspresi tidak dibedakan. Menurut Langer, walaupun karya seni merupakan perwujudan yang nyata, namun fungsi dari karya seni adalah sebagai bentuk penampilan (appereance) yang disajikan khusus bagi persepsi atau imajinasi. Bentuk penampilan semacam itu disebut sebagai ilusi atau bentuk virtual, yang hanya nyata bagi indera atau imajinasi. Teori Langer semacam ini disebut dengan “Perceivability Theory”, yaitu semua karya seni hanya difahami sebagai penampilan sebatas visinya semata-mata.

d. Setiap karya seni merupakan bentuk penampilan. Istilah bentuk menurut Langer berarti struktur, artikulasi, hasil menyeluruh dari hubungan berbagai faktor yang saling bergayutan, atau cara dirakitnya keseluruhan aspek. Sebagai bentuk, karya seni lebih mirip dengan simbol daripada bentuk apapun. Bahasa adalah simbol bagi representasi pemikiran logis. Bahasa menurut Langer tidak memadahi untuk merepresentasikan perasaan, maka representasi atau ekspresi perasaan membutuhkan simbol

(3)

228

yang berbeda. Seni adalah simbol untuk mengekspresikan atau merepresentasikan perasaan. Jika bahasa merupakan simbol diskursif, maka seni sebagai simbol presentasional.

2. Kesimpulan permasalahan kedua berkaitan dengan konstruksi pemikiran representasi piktorial dalam filsafat seni Susanne K. Langer.

a. Setiap jenis karya seni memiliki perwujudan utamanya atau memiliki ilusi primernya masing-masing. Seni piktorial sebagai salah satu seni plastis, memiliki ilusi primer ruang virtual (virtual space). Karya seni bukanlah imitasi dari realitas terindera, namun berawal dari intuisi yang disebut sebagai cahaya alami (natural light). Seni piktorial dari dasarnya abstrak, karena dalam proses kreasinya seniman melakukan abstraksi atau mendeformasi pengalaman intuitifnya menjadi simbol presentasional berupa karya seni. Kemiripan antara seni piktorial (gambar) dengan realitas terindera hanyalah kesan yang diterima oleh pengamat, sedangkan dari sisi seniman merupakan ekspresi simbolik dari perasaan. Sebuah gambar merepresentasikan perasaan, hubungan antara keduanya adalah antara yang konkret dengan yang abstrak. Hubungan semacam itu adalah karakteristik dari suatu simbol.

b. Langer meminjam Teori Gestalt untuk mendukung teori seninya. Gambar sebagai simbol presentasional memiliki karakteristik :

1) Sebuah gambar tidak mengandung simbol yang mandiri terlepas dari konteks.

(4)

229

2) Pesan dalam sebuah gambar tidak mungkin diterjemahkan dengan baik melalui ekspresi bahasa atau ekspresi lain.

3) Walaupun dalam sebuah gambar dapat dianalisis apa yang disumbangkan elemen-elemen bagi penciptaan suatu gagasan, namun tidak mungkin menetapkan maknanya terpisah dari keseluruhan. 4) Bentuk visual gambar tampil simultan tidak difahami bertahap seperti

halnya bahasa.

3. Kesimpulan permasalahan ketiga tentang sumbangan pemikiran representasi piktorial Susanne K. Langer terhadap interpretasi penggambaran wayang purwa gaya Yogyakarta.

a. Penggambaran wayang purwa adalah visualisasi tokoh-tokoh seputar mitologi yang bersumber dari Ramayana dan Mahabarata. Berdasarkan pemikiran Langer maka visualisasi itu berarti penyalinan atau pengalihan dari memori virtual ke dalam ruang virtual. Penyalinan ini didasarkan pada pembentukan visual analog atau bentuk logis dengan peran dan karakter tokoh di dalam cerita.

b. Penggambaran wayang purwa gaya Yogyakarta tidak sekali jadi melainkan melalui proses abstraksi bertahap sesuai dengan bentuk logis konsep budaya dan fungsinya di dalam keseluruhan pertunjukkan. Penggambaran figur tokoh tertentu merupakan simbol karakter yang kompleks dari sang tokoh. Karakter yang kompleks itu terwujud melalui berbagai kombinasi unsur-unsur yang disebut oleh Langer sebagai simbol di dalam seni. Namun demikian, sesuai dengan pemikiran Langer simbol-simbol, seperti

(5)

230

bentuk wajah, postur tubuh, posisi kaki, warna dan sebagainya merupakan presentasi terintegrasi yang tidak dapat diartikan atau dimaknai secara terpisah-pisah. Fungsi penggambaran wayang purwa adalah sebagai proyeksi dari peran dan karakter yang terhubung langsung dengan keyakinan dari masyarakat Jawa tentang konsep kehalusan dan kekasaran. 4. Akhirnya sebagai akhir dari kesimpulan ini peneliti akan memberika evaluasi

terhadap filsafat seni Langer sebagai berikut :

a. Filsafat seni Langer telah berhasil memadukan dan mendamaikan dua kubu yang berseberangan, yaitu kubu yang mengutamakan bentuk seni dan kubu yang mengutamakan isi seni, dengan konsep seni sebagai simbol. Simbol merupakan realitas yang mencakup keterpaduan antara bentuk dan isinya. Namun demikian filsafat seni Langer tidak menjelaskan secara tegas tentang kriteria seni yang baik dengan seni yang buruk.

b. Berkaitan dengan konsep ekspresi, langer menyatakan bahwa seni sebagai ekspresi perasaan sekaligus sebagai aktivitas berekspresi seniman. Peneliti tidak memperoleh penjelasan yang dapat menghubungkan antara dua bentuk ekspresi tersebut, sehingga makna seni sebagai ekspresi perasaan menjadi ambigu.

c. Langer menganggap bahwa teori seninya tentang ilusi yang diartikan dengan berbagai istilah seperti : otherness, strangeness, semblance, transparancy, dapat menjelaskan makna significant form teori formalisme Clive Bell ; namun demikian sekaligus mengingkari doktrin formalisnya, karena Langer melibatkan pesan (import) dari karya seni.

(6)

231

d. Pembahasan tentang seni piktorial dalam pemikiran Langer terlalu umum sehingga tidak membedakan antara gambar sebagai karya seni dan yang bukan sebagai karya seni.

e. Terlepas dari kekurangannya, pemikiran filsafat seni Langer dapat dikatakan cukup komprehensif dan telah memberikan kontribusi terhadap pendekatan baru dalam filsafat seni, melalui analisa bahasa dan teori simbol yang merupakan pendekatan kontemporer kefilsafatan.

B. SARAN

Setiap seniman terutama pada masa modern dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya. Seseorang baru dapat disebut sebagai seniman jika mampu melahirkan karya kreatif. Seniman dalam berkarya tidak sekedar mengulang karya seni yang sudah ada, melainkan dituntut untuk dapat menemukan bentuk ekspresi yang orisinal. Tuntutan untuk melahirkan kreasi baru itu membuat karya seni mengalami perkembangan terus-menerus dari waktu-kewaktu tanpa batas. Kriteria tentang apa yang disebut dengan senipun terus-menerus mengalami perkembangan dan perubahan, sehingga sangat wajar jika Morris Weitz menyebut seni sebagai konsep terbuka.

Teori umum tentang seni pada umumnya mengandung keterbatasan pembahasannya pada seni normal atau seni yang telah menjadi konvensi yang mapan. Kemapanan itu oleh seniman kreatif sering dilampaui dan menciptakan kondisi anomali yang secara teknis lahirlah krisis dalam kesenian. Krisis itu tidak terjadi di dalam semua cabang seni, namun mempengaruhi teori umum tentang

(7)

232

seni pada zamannya. Teori umum tentang seni tidak lagi mampu memadai kreasi baru seniman, sehingga membutuhkan penelitian yang terus-menerus.

Peneliti disertasi ini telah menambah jumlah kajian filsafat seni yang secara kuantitatif telah banyak dilakukan. Namun demikian kajian filsafat seni yang bertimbun itu tidak akan mampu menjawab problematik kesenian yang selalu berkembang, bahkan dapat dikatakan jawaban yang diberikan baru sebatas problem berkesenian di dunia Barat. Problem kesenian non-Barat masih merupakan wilayah kajian yang sangat luas bagi peneliti-peneliti untuk mengungkapkannya.

Referensi

Dokumen terkait

Pada rangkaian listrik yang bercabang, jumlah kuat arus yang masuk pada suatu titik cabang sama dengan julah kuat arus yang keluar dari. titik

tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi sehingga sangat membantu pemerintah daerah dalam meningkatkan pembangunan pendidikan. Diberikannya

Tulisan ini akan membahas mengenai diskriminasi dalam pemberian formulir penerbangan orang sakit yang mengandung klausula baku bagi penyandang disabilitas?. Isu

Perhitungan dengan mengunakan metode direct costing akan melibatkan elemen-elemen biaya yang bersifat variabel saja sebagai unsur harga pokok maupun dalam

Simposium lahan gambut internasional ini dimaksudkan untuk memperkuat momentum dan menjadikannya menjadi aksi untuk mentransformasi restorasi lahan gambut dari fase

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca dalam memahami isi cerita, terutama untuk memahami keadaan psikologi dari tokoh Takako Otomichi dan untuk dapat memahami

Seperti pada pengusaha tahu yang mengalami penurunan laba yang sangat tajam semenjak terjadinya krisis global yang terjadi saat ini, yang berpengaruh terhadap

Nilai resistivitas lapisan tanah dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik konfigurasi Schlumberger dengan jumlah lintasan pengukuran sebanyak 2